BAB I - Studi Deskriptif Teknik Permainan Musik Komunitas Beatbox Gendang Mulut Di Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Dewasa ini, dunia musik telah banyak berkembang dan lebih beragam seiring berkembangnya pola pikir manusia. Di Indonesia, musik pada awalnya merupakan bentuk kesenian yang bersifat tradisi yang erat kaitannya dengan perkembangan sejarah dan budaya . Namun seiring masuknya media eletronik ke Indonesia, masuk pula berbagai jenis musik barat, seperti Pop, Jazz, Blues, Rock, R&B, Reggae, Country, Underground, Punk, Funk, Jazz, Rap, HipHop, K-pop, dan sebagainya. Hal itu pulalah yang menjadi alasan utama lahirnya berbagai komunitas musik di Indonesia. Di kota Medan sendiri terdapat banyak komunitas musik. Contohnya komunitas Rapper “PLAT BK”, komunitas musik Blues “Medan Blues Society”, komunitas musik Underground “Berontak Zine”, komunitas Beatbox Medan “Gendang Mulut”, “Hands Up”, “Mouth Percussion”, dan masih banyak lagi.

  Imitasi suara terutama pada alat musik sudah ada sejak dahulu kala.

  

Beatbox sendiri mulai berkembang di awal tahun 1980-an seiring dengan musik

  HipHop, yang pada awalnya tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat

1 Afro-Amerika dan juga Latin Amerika. Hal ini berawal dari keterbatasan

  1 mereka dalam membeli peralatan musik kala itu, dan akhirnya mereka

  Afro-Amerika adalah kelompok etnis keturunan Afrika yang hidup dan tinggal di Amerika, disebut juga Negro (id.m.wikipedia.org/wiki/Afrika-Amerika#_) menirukannya dengan menggunakan mulut. Dimana pemainnya menggunakan tubuh mereka (misalnya dengan bertepuk tangan atau menghentak) sebagai instrumen perkusi dan menghasilkan suara dengan mulut mereka dengan bernafas keras masuk dan keluar, sebagaimana teknik yang digunakan dalam

  

beatboxing saat ini. Seni-seni vokal perkusi seperti musik Bol di India dan Kouji

  di China turut menjadi landasan dalam beatboxing, meskipun tidak ada hubungan langsung dengan HipHop. Di Indonesia sendiri terdapat tari Kecak yang musik latarnya merupakan paduan dari bunyi-bunyi dari kosakata tertentu.

  

Beatbox merupakan salah satu bentuk seni yang memfokuskan diri dalam

  menghasilkan bunyi-bunyi ritmis dan ketukan drum, instrumen musik, maupun tiruan dari bunyi-bunyian lainnya, melalui alat-alat ucap manusia seperti mulut, lidah, bibir, dan rongga-rongga ucap lainnya. Pemain beatbox atau lebih dikenal dengan beatboxer, mampu mendemonstrasikan segala bentuk bunyi-bunyian dengan handal. Beatbox selalu dikaitkan dengan musik HipHop, namun pada prakteknya beatbox juga diterapkan untuk genre musik lainya seperti Rock, Pop, RnB, dan sebagainya. Imitasi suara ini sudah dikenal mayarakat dunia sejak dahulu kala. Perkembangan beatbox di Indonesia sudah tersebar luas, di Indonesia sudah banyak komunitas-komunitas beatbox seperti Indobeatbox, Jakarta Beatbox Clan, Bekasi Beatbox Clan, Bogor Beatbox Clan, Bandung

  

Beatbox Family , dan sekarang juga ada sekolah khusus beatbox di Indonesia

seperti Gazzell Beatbox School .

  Kata “beat box” secara harfiah mengacu pada mesin drum generasi pertama, oleh sebab itu para beatboxer pada era tersebut sering dijuluki sebagai

  “Human Beat Box”. Musisi yang menjadi pelopor diantaranya Doug E. Fresh, Darren “Buffy” Robinson dari grup The Fatboys, dan Leonardo “Wise” Roman dari “Stetsasonic”. Masing-masing musisi mempelopori ciri khas dan gaya yang berbeda-beda dan menginspirasi generasi beatboxer berikutnya. Selain menghasilkan suara ketukan dan ritme, pada era ini musisi Biz Markie juga memperkenalkan teknik MCing dan menyanyi yang digabungkan dengan suara

  

  perkusi . Teknik mengeluarkan bunyi dari mulut memang terbilang tidak mudah. Beatbox mengategorikan pelajarannya dalam tiga jenis, yaitu suara dasar, efek, dan humming. Suara dasar dikenal dengan bunyi B, T, dan K. B mewakili ketukan drum, T mewakili suara hi hat (seperti suara simbal), dan K mewakili suara snare drum--drum yang dilengkapi tali senar. Sementara itu, efek memiliki jenis yang bervariasi seperti techno beat, alarm, suara robot, dan lainnya. Terakhir, humming, merupakan rangkaian irama yang dibuat dengan mulut tertutup.

  Etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan, dengan terang-terangan dinobatkan oleh para ilmuwannya berada dalam dua kelompok disiplin, yaitu ilmu humaniora dan ilmu sosial sekali gus. Etnomusikologi memberikan kontribusi keunikannya dalam hubungannya bersama aspek-aspek ilmu pengetahuan sosial dan aspek-aspek ilmu humaniora, dalam caranya untuk melengkapi satu dengan lainnya, mengisi penuh kedua pengetahuan itu.

  Keduanya akan dianggap sebagai hasil akhir darinya sendiri; keduanya 2 dipertemukan menjadi pengetahuan yang lebih luas (Merriam, 1964).

  (id.wikipedia.org/wiki/Beatbox)

  Disiplin etnomusikologi biasanya secara tentatif paling tidak menjangkau lapangan-lapangan studi lain sebagai suatu sumber stimulasi (stimulus) baik terhadap etnomusikologi itu sendiri maupun disiplin saudaranya. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan nilai pemecahan terhadap masalah-masalah ini. Studi teknis dapat memberitahukan kita banyak tentang sejarah kebudayaan. Fungsi dan penggunaan musik adalah sebagai suatu yang penting dari berbagai aspek lainnya pada kebudayaan, untuk mengetahui kerja suatu masyarakat. Musik mempunyai interelasi dengan berbagai tumpuan budaya; ia dapat membentuk, menguatkan, saluran sosial, politik, ekonomi, linguistik, religi, dan beberapa jenis perilaku lainnya. Teks nyanyian melahirkan beberapa pemikiran tentang suatu masyarakat, dan musik secara luas dipergunakan sebagaimana analisis makna terhadap prinsip struktur sosial. Etnomusikolog seharusnya tidak bisa menghindarkan diri dengan masalah-masalah simbolisme (perlambangan) di dalam musik, pertanyaan tentang hubungan antara berbagai seni, dan semua kesulitan pengetahuan apa itu estetika dan bagaimana strukturnya. Ringkasnya, masalah-masalah etnomusikologi bukan hanya terbatas kepada teknik semata-- tetapi juga tentang perilaku manusia. Etnomusikologi juga tidak sebagai sebuah disiplin yang terisolasi, yang memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah esoterisnya saja, yang tidak dapat diketahui oleh orang selain yang melakukan studi etnomusikologi itu sendiri. Tentu saja, etnomusikologi berusaha mengkombinasikan dua jenis studi, untuk mendukung hasil penelitian, untuk memecahkan masalah-masalah spektrum yang lebih luas, yang mencakup baik ilmu humaniora ataupun sosial. Berdasarkan sejarah perkembangan etnomusikologi, terjadi gabungan dua disiplin yaitu muskologi dan etnologi. Musikologi selalu digunakan dalam mendeskripsikan struktur musik yang mempunyai hukum-hukum internalnya sendiri sedangkan etnologi memandang musik sebagai bahagian dari fungsi kebudayaan manusia dan sebagai suatu bahagian yang menyatu dari suatu dunia yang lebih luas. Secara eksplisit dinyatakan oleh Merriam sebagai berikut.

  Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but tidakes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam, 1964:3-4). Berdasarkan kutipan di atas, menurut Merriam, para pakar etnomusikologi membawa dirinya sendiri kepada pembahagian bidang kajian ilmu. Oleh karena itu, selalu dilakukan percampuran dua bagian keilmuan, yaitu musikologi dan etnologi. Kemudian menimbulkan kemungkinan- kemungkinan masalah besar dalam rangka mencampurkan kedua disiplin itu dengan cara yang unik, dengan penekanan pada salah satu bidangnya, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut. Sifat dualisme lapangan studi ini, dapat ditandai dari literatur-literatur yang dihasilkannya. Seorang sarjana menulis secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem tersendiri, sedangkan sarjana lain memilih untuk memperlakukan musik sebagai suatu bahagian dari fungsi kebudayaan manusia, dan sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan ini. Pada saat yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh pakar antropologi Amerika, yang cenderung untuk mengandaikan kembali suatu aura reaksi terhadap aliran- aliran yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya.

  Seiring berjalannya waktu, seni musik beatbox mulai menjalar ke berbagai kota-kota besar di Indonesia, salah satunya adalah Medan. Kota medan sendiri mempunyai komunitas beatbox, salah satunya bernama Gendang Mulut. Komunitas Gendang Mulut ini berdiri pada tanggal 1 Desember 2010, yang didirikan oleh sekelompok anak muda yang bernama Fathin Dayanto Sitinjak, Zul Boang, Aryo, dan Adi Suranta Ketaren. Sampai saat ini komunitas Beatbox Gendang Mulut beranggotakan sekitar 20 orang. Kata “Gendang Mulut” awalnya dinamai dengan “Gondang Mulut”, dengan alasan kota Medan merupakan kota yang didominasi oleh suku Batak. Namun sejalan dengan itu, para anggota yang ikut dalam komunitas ini tidak hanya berasal dari suku Batak

  

  melainkan ada juga yang berasal dari suku lainnya. Hal ini pulalah yang menjadi alasan mengapa mereka akhirnya mengganti nama menjadi “Gendang Mulut”, yaitu agar menjadi umum dan tidak mengarah pada satu suku saja.

  Komunitas Gendang Mulut sering tampil di acara-acara yang menggusung tema HipHop yang mana di dalamnya unsur beatbox juga tidak bisa dilepaskan. Komunitas ini juga sering diundang pada acara Pentas Seni (Pensi) di beberapa sekolah, universitas, maupun tempat lainnya. Jenis musik yang dibawakan juga beragam, mulai dari Hiphop, R&B, Rock, hingga Dangdut.

  Namun musik yang paling sering mereka bawakan adalah lagu-lagu yang sedang

  

booming atau sedang naik daun di kalangan masyarakat terutama anak muda. Ini

  merupakan daya tarik tersendiri bagi mereka untuk membuat penonton antusias dalam menyaksikan penampilan mereka. Kesamaan dalam selera bermusik dan sama-sama ingin memperkenalkan musik beatbox kepada masyarakat luas menjadi salah satu latar belakang terbentuknya komunitas ini. Tak ada sekolah ataupun khursus khusus dalam mempelajari beatbox, para anggota Gendang Mulut memulai kreasi mereka dengan melihat berbagai referensi dari berbagai media, contohnya dari media online youtube. Dengan melihat berbagai video tentang beatbox mereka pun menirukannya. Tidak melulu menirukan apa yang dilihat, mereka akhirnya bisa menciptakan gaya mereka sendiri.

  Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang komunitas beatbox Gendang Mulut yang ada di Medan dalam kajiannya 3 terhadap studi deskriptif teknik permainan musik beatbox.

  

Dalam komunitas Gendang Mulut para anggota juga ada yang berasal dari suku Melayu, Minang

juga Jawa.

1.2 Pokok Permasalahan

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan masalah untuk menghindari ruang lingkup pembahasan yang meluas. Selain itu, batasan masalah juga berguna untuk memfokuskan pokok pembahasan dalam tulisan ini. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Komunitas Beatbox Gendang Mulut di

  Medan? 2. Apa yang mempengaruhi eksistensi Komunitas Beatbox Gendang Mulut di

  Medan? 3. Bagaimana teknik permainan musik Beatbox yang disajikan oleh komunitas Gendang Mulut di Medan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

  Tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan.

  2. Untuk mengetahui apa yang mempengaruhi eksistensi Komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan .

  3. Untuk mengetahui teknik permainan musik Beatbox yang disajikan oleh komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

  Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: 1. Sarana untuk memperluas pengetahuan tentang komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan.

  2. Sebagai salah satu referensi ilmiah yang dapat memberikan suatu kajian musikologis suatu komunitas musik Beatbox yang mengandung unsur- unsur musikal kepada disiplin ilmu Etnomusikologi khususnya, dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

  3. Sebagai salah satu bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

  Untuk memberikan pemahaman tentang tulisan ini maka penulis menguraikan kerangka konsep sebagai landasan berpikir dalam penulisan. Tulisan ini berisi suatu kajian tentang studi deskriptif teknik permainan musik yang disajikan oleh komunitas beatbox Gendang Mulut di Medan. Kata deskriptif adalah bersifat menggambarkan apa adanya (KBBI 2005:258).

  “Teknik” adalah cara membuat sesuatu atau melakukan sesuatu, sedangkan “permainan” adalah suatu pertunjukan dan tontonan (Kamus Bahasa Indonesia 2008). Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa teknik permainan merupakan gambaran mengenai pola atau cara yang dipakai dalam suatu pertunjukan. Yang dimaksud dengan teknik permainan dalam tulisan ini adalah bagaimana cara memainkan musik beatbox, termasuk di dalamnya bagaimana posisi mulut dalam memproduksi suara, dan juga efek suara-suara lainnya.

  Sehingga teknik permainan dalam hal ini akan mengamati setiap frasa yang dimainkan dalam lagu tersebut, bagaimana melodi yang dimainkan ataupun bagaimana tempo yang dimainkan di setiap frasanya.

  Secara etimologi, istilah musik berasal dari bahasa Yunani yaitu musike (Hardjana, 1983:6-7). Musike berasal dari perkataan muse-muse, yaitu Sembilan dewa-dewa Yunani di bawah dewa Apollo yang melindungi seni dan pengetahuan. Dalam buku lain mengatakan bahwa musik adalah nama salah satu dewa orang Yunani yang bernama Mousikus yang dilambangkan sebagai dewa keindahan dan menguasai bidang kesenian dan ilmu pengetahuan (Napsirudin, 1996:23 dalam Permatasari, 2010:21). Dalam bahasa Yunani sendiri musik adalah mousike, yang berarti ilmu tentang penyusunan melodi. Menurut seorang filsuf besar, Aristoteles (dalam Okatara:2), musik memiliki kemampuan mendamaikan hati yang gelisah, memiliki terapi rekreatif, dan menumbuhkan jiwa patriotisme.

  Musik merupakan sebuah bentuk seni melalui media berupa suara. Musik dapat pula berarti nada atau suara yang dirangkai sedemikian rupa sehingga memiliki irama, lagu, dan keharmonisan. Kamus musik menjabarkan tentang pengertian musik yaitu suatu cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai macam suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia (Banoe, 2003:288). Musik kerap menjadi tempat untuk menuangkan ungkapan seni, kreatifitas, dan ekspresi. Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam: a. Bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indra pendengar.

  b. Suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya.

  c. Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau sekumpulan orang dan disajikan sebagai musik.

  d. Ekspresi artistik dengan bunyi-bunyian atau melodi dari alat-alat musik ritmis, atau nada-nada yang harmonis (Ralph Taylor MA. New Master Pictorial Encyclopedia).

  Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.

  Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak” (Wenger, 2002: 4). Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar karena melingkupi berbagai aspek, contohnya komunitas musik. Adapun konsep musik dalam konteks komunitas

  

beatbox yang dimaksud penulis adalah musik vokal yang dalam hal ini adalah

  

  produksi suara atau bunyi-bunyi yang dihasilkan. Medan merupakan salah satu 4 kota terbesar di Indonesia, memiliki kreativitas musik yang cukup tinggi. Ini bisa

  omunitas dilihat dari banyaknya komunitas musik yang berdiri. Didukung pula dengan pesatnya perkembangan teknologi dan media yang ada, menjadikan anak muda Medan lebih inovatif dalam berkarya khususnya dalam bidang rmusik.

1.4.2 Teori

  Teori adalah salah satu acuan yang dipergunakan penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (1985:3), bahwa pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen, serta pengalaman kita sendiri adalah landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian tentang teori-teori yang bersangkutan.

  Dalam mengkaji komunitas musik Beatbox maka penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh P. Merriam.

  Alan P. Merriam (1964:210-222) distinguish between the use and music. The use of music in society is often recognized and a knowledge by the heir to the musical culture itself. The use made in the context of the ceremony that can be viewed on the spot. The use of music covers all wearing custom music, and as some other activities. The function of music is not always realized by a culture of music in a particular ethnic group, whereas the function of the music itself has a more profound impact and far.

  Dalam hal ini Merriam berpendapat penggunaan musik mencakup kebiasaan memakai musik dan sebagai suatu aktifitas lain, sedangkan fungsi musik tidak selalu disadari oleh suatu kelompok musik dalam suku bangsa tertentu, padahal fungsi musik itu sendiri mempunyai dampak yang lebih mendalam dan jauh.

  Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya musik itu mempengaruhi pikiran dan jiwa, hingga perilaku seseorang maka dalam hal ini penulis memakai teori psikologi musik yang ditulis oleh Djohan dalam bukunya Psikologi Musik (2007:87) beliau mengatakan bahwa “Musik diakui mempunyai kekuatan untuk mengantar daan menggugah emosi. Baik dituangkan melalui penjiwaan alur cerita, musik dan watak tokoh yang diperankan, maupun sebagai sarana untuk mengekspresikan diri, maka musik tidak dapat dipisahkan dari jiwa.”

  Khusus untuk menganalisis teknik permainan beatbox yang dilakukan oleh Komunitas Gendang Mulut, penulis menggunakan teori etnosains. Menurut Ihromi (1987), teori etnosains adalah teori yang lazim digunakan di dalam disiplin antropologi. Pada dasarnya teori ini menitikberatkan kepada pandangan dan aktivitas yang dilakukan oleh informan yang dilatarbelakangi budaya tertentu. Jadi peneliti hanya menginterpretasi data berdasarkan latar belakang budaya itu hidup. Dalam kaitan dengan penelitian ini, teori etnosains yang penulis pergunakan adalah untuk mengungkap aspek teknik permainan beatbox oleh Gendang Mulut.

  Dalam mendukung kajian struktur musik Beatbox, penulis menggunakan metode transkripsi. Dalam etnomusikologi transkripsi merupakan suatu proses penotasian bunyi menjadi simbol-simbol yang dapat dilihat atau diamati, dan simbol-simbol tersebut disebut dengan notasi. Dalam melakukan transkripsi, penulis berpedoman pada teori yang dinyatakan oleh Charles Seeger tentang notasi perskriptif dan notasi deskriptif yang didapat penulis selama mengikuti perkuliahan di etnomusikologi. (1) notasi perskriptif adalah notasi yang bertujuan sebagai petunjuk atau suatu alat untuk membantu mengingat bagi seorang penyaji bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik, (2) notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.

  Dalam pembahasan nanti, penulis akan memakai notasi deskriptif. Alasannya adalah karena dalam penulisan ini akan memberikan informasi dan kajian yang mendetail yang terdapat dalam komposisi musik beatbox.

1.5 Metode Penelitian

  Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Kata metode secara harafiah dapat diartikan sebagai cara kerja yang tersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Ada juga yang mengatakan metode dalam penelitian sebagai alat dalam melakukan penelitian, yaitu dari pengumpulan data, penganalisian data sampai dengan menarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian (Triswanto, 2010:15). Penelitian metode biasanya ditentukan oleh beberapa hal, yaitu: objek penelitian, sumber data, waktu, dana, dan teknik yang digunakan untuk mengolah data.

  Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang kita amati (Bogdan dan Taylor 1975:5). Penelitian deskriptif yang dimaksud berupa pengumpulan data yang berupa kata-kata dan gambar-gambar, yang diperoleh ketika mengadakan penelitian di lapangan seperti hasil wawancara dengan narasumber, foto, video, dan dokumentasi lainnya.

  Supaya proses penelitian deskriptif memperoleh hasil yang maksimal maka penulis akan menggunakan dua hal metode penelitian dalam etnomusikologi seperti yang diungkapkan oleh Netl (1964:62-64), yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan berupa pemilihan lokasi penelitian, pemilihan informan, pengambilan dan pengumpulan data yang berupa rekaman video, foto, dan hasil wawancara. Kerja laboratorium berupa pengolahan dari data-data yang telah didapatkan di lapangan untuk selanjutnya dianalisis hingga membuatnya menjadi sebuah kesimpulan.

1.5.1 Studi Kepustakaan

  Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-litelatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988:111). Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari skripsi yang terdapat di website skripsi Etnomusikologi. Selain itu penulis juga mencari dari sumber lain seperti buku, artikel juga sumber dari internet yaitu dengan kata kunci World Wide Web (www).

1.5.2 Penelitian Lapangan

  Beberapa metode yang penulis lalukan dalam melaksanakan penelitian lapangan antara lain:

  1. Wawancara

  2. Perekaman

  3. Pemotretan

  4. Metode Penelusuran Data Online

1.5.2.1 Wawancara

  Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Moh. Nazir 1988: 234).

  Teknik yang dilakukan penulis adalah seperti yang telah dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1985:138-140) yaitu wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara: 1.

  Wawancara terfokus : pertanyaan yang terpusat pada satu pokok permasalahan yang sebelumnya telah ditentukan penulis terlebih dahulu.

  2. Wawancara bebas : pertanyaan yang lebih beragam tidak pada satu pokok masalah namun tetap berkaitan dengan informasi objek penelitian si penulis, 3. Wawancara sambil lalu: pertanyaan yang diajukan pada suasana yang tidak terkonsep. Biasanya informan dijumpai secara tidak sengaja atau kebetulan seperti pertemuan saat informan dan penulis bertemu di acara-acara pertunjukan musik Beatbox.

  Dalam wawancara penulis menyiapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan yaitu menyusun pertanyaan, menyiapkan alat-alat tulis, hingga menyediakan alat rekam untuk merekam wawancara penulis dengan informan ataupun kejadian-kejadian lain yang dianggap penting dan berhubungan dengan tulisan ini.

  1.5.2.2 Perekaman atau Dokumentasi

  Untuk mendokumentasikan data yang berhubungan dengan komunitas

  

Beatbox Gendang Mulut di kota Medan, penulis menggunakan kamera digital

merk Sony, handphone merk Samsung GT S6810, Laptop Acer Aspire E1-431.

  1.5.2.3 Penelusuran Data Online

  Internet merupakan salah satu media online yang memberikan banyak informasi dala, berbagai hal baik berupa teori, rekaman gambar maupun artikel- artikel hingga data-data primer dan skunder yang dibutuhkan penulis.

1.5.3 Kerja Laboratorium

  Keseluruhan informasi dan bahan yang dikumpulkan dan diperoleh dari studi kepustakaan dan hasil penelitian lapangan kemudian diolah, diseleksi, dan disaring dalam kerja laboratorium untuk dijadikan data sesuai dengan objek penelitian untuk penulisan skripsi. Data yang dipergunakan untuk penulisan ini adalah data-data yang sesuai dengan kriteria disiplin ilmu etnomusikologi.

  Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah menganalisis data. Menurut Burhan Bungin (2007:153), ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut; dan (2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial tersebut. Dengan menggunakan cara analisis ini, hasil penelitian akan diungkapkan secara deskriptif berdasarkan data-data yang diperoleh.

1.6 Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian terletak di Jl. Tanjung Sari, Pasar V, Komplek Raysa, Medan.