Deskripsi Seni Pertunjukan Komunitas Musik Reggae Di Kota Medan; Studi Kasus Coconut Head

(1)

“DESKRIPSI SENI PERTUNJUKAN KOMUNITAS MUSIK

REGGAE DI KOTA MEDAN; STUDI KASUS COCONUT HEAD”

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

NAMA : REZA GUNAWAN SIMANJUNTAK

NIM : 050707023

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN


(2)

Kata Pengantar

Pertama sekali, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan waktu, kesempatan dan kesehatan kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga besar saya yang telah memberikan semangat dan yang selalu setia memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Di dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada setiap dosen yang mengajar di Departemen Etnomusikologi secara khusus kepada Bapak Irwansyah Harahap sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Kumalo Tarigan sebagai dosen pembimbing II. Penulis menyadari di dalam penulisan skripsi ini sangat banyak kesalahan dan kelalaian. Dengan rendah hati, penulis memohon maaf kepada Bapak Dosen Pembimbing I dan kepada Bapak Dosen Pembimbing II.

Tak lupa juga penulis sangat-sangat mengucapkan banyak terimakasih kepada Bang Zack sebagai informan utama penulis, dan seluruh personil Coconut Head, komunitas Reggae Medan Indonesia yang telah memberikan informasi tentang musik reggae.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada setiap teman-teman yang ada di Etnomusikologi yang tak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang turut membantu penulis di dalam penyusunan skripsi ini dan di dalam pencarian data yang berhubungan dengan tulisan ini.


(3)

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, dan masih jauh dari sempurna. Betapapun sederhananya skripsi ini, penulis mengharapkan tulisan ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan bermanfaat, khsusnya di bidang Etnomusikologi.

Besar harapan penulis agar semua pihak dapat memberikan saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi perbaikan skripsi ini.

Penulis,


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Pokok Permasalahan 1.3. Tujuan dan Mamfaat

1.3.1. Tujuan 1.3.2. Manfaat 1.4. Konsep dan Teori

1.4.1. Konsep 1.4.2. Teori 1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Studi Kepustakaan 1.5.2. Kerja Lapangan

1.5.2.1. Observasi Langsung 1.5.2.2. Wawancara

1.5.2.3. Metode Penelusuran Data OnLine 1.5.2.4. Perekaman

1.5.2.5. Pemotretan 1.5.3. Kerja Lapangan 1.5.4. Lokasi Penelitian BAB II Gambaran Umum Musik Reggae

2.1. Sejarah dan Perkembangan Musik Reggae 2.2. Karakteristik Musikal reggae

2.3. Lambang Musik reggae 2.3.1. Daun Marujuana

2.3.2. Dreadlock (Rambut Gimbal) 2.3.3. Warna Merah, Emas, dan Kuning 2.3.4. Uye dan Woyo

BAB III Sejarah Perkembangan Reggea di Kota Medan 3.1. Perkembangan Musik Reggea di Indonesia 3.2. Perkembangan Musik Reggae di Kota Medan


(5)

3.3. Komunitas Reggae di Kota Medan

3.4. Kegiatan Komunitas Reggae di Kota Medan

BAB IV Seni Pertunjukan Coconut Head 4.1. Sejarah Berdirinya Coconut Head

4.1.1. Profile Coconut Head

4.1.2. Kegiatan Rutinitas Coconut Head 4. 2. Seni Pertunjukan Coconut Head

4.2.1. Gambaran Umum Kegiatan Indonesia Reggae Fest 4.2.1.1. Waktu dan Tempat Pertujukan

4.2.1.2. Pelaksana Kegiatan 4.2.1.3. Pengisi Acara 4.2.2. Pertujukan Coconut Head

4.2.2.1. Persiapan Coconut Head Pra Indonesia Reggae Fest 4.2.2.2. Persiapan Coconut Head Pada Hari Pelaksanaan Acara 4.2.2.3. Alat Musik Yang Dimainkan

4.2.2.4. Peralatan Pendukung 4.2.2.5. Penonton Pertunjukan

4.2.3. Deskripsi Penampilan Personil Coconut Head 4.2.3.1. Pakaian Personil Coconut Head 4.2.3.2. Aksi Panggung Coconut Head 4.2.3.3. Respon Penonton

4.2.4. Fungsi Alat Musik Yang Digunakan Pada Pertunjukan 4.2.4.1. Gitar 4.2.4.2. Bass 4.2.4.3. Keyboard 4.2.4.4. Drum 4.2.4.5. Konga 4.2.4.6. Marakas


(6)

4.2.5. Tujuan dan Manfaat Pertunjukan 4.2.5.1. Tujuan Pertunjukan 4.2.5.2. Manfaat Pertunjukan BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan 5.2. Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1 Lampiran 2


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Reggae adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Gaya sistesis ini jelas menunjukkan keaslian Jamaika dan memasukkan ketukan putus-putus tersendiri, strumming gitar ke arah atas, pola vocal yang ”berkotbah” dan lirik yang masih seputar tradisi religius Rastafari. Tema yang paling sering dijadikan lirik adalah Rastafari, protes sosial politik, dan pesan manusiawi.1

Musik reggae sendiri pada awalnya lahir dari jalanan Getho (perkampungan kaum Rastafaria) di Kingson ibu kota Jamaika. Inilah yang menyebabkan gaya rambut gimbal menghiasi para musisi reggae, awal dan lirik-lirik lagu Reggae sarat dengan muatan ajaran Rastafari yakni kebebasan, perdamaian, dan keindahan alam, serta gaya hidup bohemian. Masuknya reggae sebagai salah satu unsur musik dunia yang juga mempengaruhi banyak musisi dunia lainnya, otomatis mengakibatkan aliran musik Reggae pertama kali dikembangkan di Jamaika pada akhir tahun 1960. Akar musik ini adalah musik ska dan rockcteady, yang temponya lebih cepat dibandingkan Reggae. Meskipun kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang lebih luas untuk merujuk kepada sebagian besar jenis musik Jamaika.

Kata “reggae” sebenarnya berasal dari logat Afrika dari kata “ragged” yaitu gerakan seperti menghentak badan saat orang menari dengan iringan musik ska atau reggae. Reggae sendiri dipengaruhi oleh musik R&B, rock, alypso, rhumba serta musik khas Jamaika yang disebut Mento yang cenderung memberi tekanan pada nada-nada lemah serta hentakan ritmik drum yang komplek.

1


(8)

satu ini menjadi barang konsumsi publik dunia. Maka, gaya rambut gimbal atau Dreadlock serta lirik-lirik ‘Rasta’ dalam lagunya pun menjadi konsumsi publik. Dalam kata lain, Dreadlock dan ajaran Rasta telah menjadi produksi pop, menjadi budaya pop, seiring berkembangnya musik reggae sebagai sebuah musik pop.

Di Indonesia, reggae mulai berkembang di tahun 1980-an hingga sekarang. Ada beberap adalah Abreso, yang sudah bernyanyi reggae sejak tahun 1980-an, dan berkisar tahun 1984 mereka telah melakukan rekaman. Dan Abreso inilah yang tercatat sebagai memainkan musik reggae di Indonesia.2

Perkembangan musik reggae di kota Medan dapat dilihat berdasarkan munculnya beberapa band reggae, yaitu: Coconut Head, Castello, After Sunset, Campigna, Black Banana Trees, Wacacau serta Tobasta. Dan di kota Medan terdapat

Selain itu, dikenal pula nama Imanes, Toni Q Rastafarra, Steven and The Coconut Trees dan juga almarhum Mbah Surip. Tony Q Rastafara dengan group band Rastafara adalah orang yang pertama mempopulerkan music reggae di Indonesia dengan membawakan lagu-lagu ciptaan Bob Marley dan lagu-lagu ciptaannya sendiri dan hingga sekarang masih tetap berkarya. Begitu juga dengan Steven Cocounattreez yang hadir dengan warna musik yang sama di tahun 2000-an.

Di kota Medan juga tidak luput dari pengaruh musik reggae, hal ini dapat dilihat berdasarkan munculnya band reggae kota Medan yakni Coconud Head, Campina Reggae, dan lain-lain. Sekarang ini semakin banyak pecinta musik reggae di kota Medan dan ruang gerak mereka pun tidak sebatas musik, namun berbagai aktivitas yang diangggap sebagai apresiasi terhadap musik reggae.

2


(9)

suatu komunitas pecinta musik reggae, yaitu REMI (Reggae Medan Indonesia) yang terdiri dari beberapa kelompok band di dalamnya. Tercatat ada 9 kelompok yang tergabung dalam komunitas REMI, yaitu: Coconut Head, Castello, After Sunset, Campigna, Black Banana Trees, Wacacau serta Tobasta.

Penampilan para pecinta music reggae di kota Medan tidak jauh beda dengan penampilan para pecinta reggae di negara-negara lainnya. Dalam hal ini penampilan yang dimaksud penulis adalah cara tatanan rambut, assesoris tubuh, misalnya: ikat rambut, gelang, cincin, kalung, dan cara berpakaian yang berwarna merah, kuning, hijau. Selain itu pecinta musik reggae di kota Medan juga kerap menggunakan gambar daun Marijuana yang dipercaya sebagai hippies yang pernah popular di Amerika Serikat. Sama halnya dengan Coconud Head, group band reggae ini juga berpenampilan seperti penganut Rastafari.

Menurut vocalis Coconut Head yang kerap di sapa B.T (30 tahun), dikenalnya musik reggae di Kota Medan sebenarnya sudah sejak tahun 1980-an, namun munculnya band-band yang beraliran reggae ada sejak tahun 2000-an. Begitu juga yang telah diungkapkan oleh Chalid, vocalis Sunset (35 tahun) dan Bembeng, gitaris Sunset (36 tahun), dikenalnya musik reggae di kota Medan sudah sejak tahun 1980-an, yaitu dikenal lewat media televisi dan radio, serta jaringan internet. Namun group band yang beraliran reggae muncul pada tahun 2000-an.

Group band reggae di kota Medan yang masih eksis sampai sekarang ini adalah Coconut Head. Group Band yang berdiri pada tahun 2005 ini mampu mempopulerkan musik reggae di kota Medan melalui berbagai pentunjukan yang mereka tampilkan di kota Medan. Selain itu, Coconut Head juga telah dikenal diberbagai daerah di Indonesia secara khusus para pecinta reggae. Salah satu bukti dari ketenaran Coconut


(10)

Head di dunia musik reggae Indonesia adalah dengan di undangnya sebagai salah satu bintang tamu di Indonesia Reggae Fest 2011 pada tanggal 21 Mei 2011 yang dilaksanakan di Area Pekan Raya, Jakarta, Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa permasalahan yang menarik untuk dikaji dari topik penelitian ini; pertama, bagaimana sejarah dan keberadaan reggae dikota medan. Kedua, bagaimana perkembangan band musik reggae di Kota Medan. Ketiga, bagaimana ekspresi sosial dan aktivitas komunitas reggae di kota Medan. Keempat, bagaimana seni pertunjukan yang dilakukan oleh Coconut Head sehingga mereka dapat mempopulerkan musik reggae di kota medan. Sehingga penulis ingin menulis skripsi dengan judul ’ Deskripsi Seni Pertunjukan Komunitas Musik Reggae

di Kota Medan; Studi Kasus Ccocnut Head”.

1.2 Pokok Permasalahan

Dari latar belakang yang dikemukakan, ada beberapa permasalahan yang menarik untuk dikaji dari topik penelitian ini:

1. Bagaimana sejarah singkat musik reggae?

2. Bagaimana sejarah dan keberadaan musik reggae di kota Medan?

3. Bagaimana ekspresi sosial dan aktivitas komunitas reggae di kota Medan? 4. Bagaimana seni pertunjukan Coconut Head pada acara Indonesia Reggae Fest

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan utama dari penulisan dan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(11)

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah musik reggae di dunia dan di Indonesia dan secara khusus di Kota Medan

2. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan perkembangan musik reggae di dunia dan di Indonesia dan secara khusus di Kota Medan

3. Untuk mengetahui bagaimana seni pertunjukan Coconut Head di dalam mengapresiasikan kecintaannya terhadap musik reggae sehingga dapat mempopulerkan musik reggae di kota Medan.

1.3.2 Manfaat

Diharapkan melalui penelitian ini dapat diketahui kehidupan salah satu subkultur yang mengisi kemajemukan jenis musik di kota Medan yang menamakan dirinya sebagai komunitas reggae kota Medan atau Reggae Medan Indonesia (REMI). Selain itu, secara khusus, tulisan ini merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama studi di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Adapun secara umum, tulisan ini dapat merupakan informasi bagi para pembaca tentang keberadaan musik reggae yang ada di kota Medan dan komunitasnya.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Koentjaraningrat (1980:207) menyebutkan bahwa konsep adalah sistem pedoman hidup dan cita-cita yang akan dicapai oleh banyak individu dalam suatu


(12)

masyarakat, masing-masing suku bangsa mempunyai istilah dalam musik yang berbeda dengan suku lain.

Deskriptif, menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah menggambarkan apa adanya. Kata ”deskriptif” berasal dari bahasa Inggris yaitu ”deskriptive” yang berarti bersifat menyatakan sesuatu dengan memberikan gambaran melalui kata-kata atau tulisan. Seeger (1958:184) menyebutkan, penyampaian suatu objek dengan menerangkannya terhadap pembaca secara tulisan maupun lisan dengan sedeteil-deteilnya. Berdasarkan kedua kutipan di atas, deskripstif yang dimaksud dalam penulisan ini adalah bersifat menyatakan dan menyampaikan sesuatu apa adanya dengan menggambarkannya secara jelas mengenai musik, kegiatan dan penampilan komunitas pecinta musik reggae di kota Medan.

Seni pertinjukan Indonesia memiliki ciri yang istimewa. Ia adalah sosok seni pertunjukan yang bersifat sangat lentur. Ia memiliki sifat yang demikian karena lingkungan masyarakatnya selalu berada pada suatu kurun waktu tertentu, mapan, dan mengembangkan suatu sosok yang tumbuh sebagai suatu tradisi (Umar Kayam, 2003;3).

Menurut Sal Murgiyanto (1996);156), pertunjukan adalah sebuah komunikasi yang dilakukan oleh satu orang atau lebih, pengirim pesan merasa tanggung jawab pada seseorang atau lebih penerima pesan, dan kepada sebuah tradisi seperti yang mereka pahami bersama melalui seperangkat tingkah laku yang khas. Komunikasi akan terjadi jika pengirim pesan (pelaku pertunjukan) benar-benar mempunyai maksud (intention) dan penonton memiliki perhatian (attention) untuk menerima pesan. Dengan kata lain, dalam sebuah pertunjukan harus ada pemain (performer) penonton (audience), pesan yang dikirim dan cara penyampaian yang khas. Melihat konsep di


(13)

atas, berbagai pertunjukan Coconut Head dapat dikategorikan sebagai seni pertunjukan dimana dalam pertunjukannya ada pemain, penonton, pesan yang dikirim, dan dengan penyampaian pesan yang khas.

Pada situs http//id.wikipedia/org.wiki/komunitas dituliskan ”komunitas berasal dari bahasa latin yaitu ”communitas” yang berarti ”kesamaan” kemudian dapat diturukan dari communis yang berarti ”sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. : Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preperensi, kebutuhan, resiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.

Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602) musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).

Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwasanya musik dapat juga disebut sebagai media seni, dimana pada umumnya orang mengungkapkan kreativitas dan ekspresi seninya melalui bunyi-bunyian atau suara.


(14)

Oleh karena itulah pengertian musik sangat Universal, tergantung bagaimana orang memainkannya serta menikmatinya.

Seni musik adalah cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Bisa dikatakan, bunyi (suara) adalah elemen musik paling dasar. Suara musik yang baik adalah hasil interaksi dari tiga elemen, yaitu: irama, melodi, dan harmoni. Irama adalah pengaturan suara dalam suatu waktu, panjang, pendek dan temponya, dan ini memberikan karakter tersendiri pada setiap musik. Kombinasi beberapa tinggi nada dan irama akan menghasilkan melodi tertentu. Selanjutnya, kombinasi yang baik antara irama dan melodi melahirkan bunyi yang harmoni.

Kata ”reggae” sebenarnya berasal dari logat afrika dari kata “ragged” yaitu gerakan seperti menghentak badan saat orang menari dengan iringan musik ska atau reggae. Pada tulisan ini, maksud dari pada reggae adalah merupakan suatu aliran musik yang berasal dan berkembang di Jamaika dan aliran musik reggae tersebut juga berkembang pesat di berbagai negara.

1.4.2 Teori

Teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai sifat-sifat suatu kelas, peristiwa atau suatu benda. Teori harus mengandung konsep, pernyataan, definisi, baik itu definisi teoritis maupun operasional dan hubungan logis yang bersifat teoritis dan logis antara konsep tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori didalamnya harus terdapat konsep, defenisi dan proposisi, hubungan logis diantara


(15)

konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat digunakan untuk eksplorasi dan prediksi.

Berbagai teori dan metode keilmuan dan pendekatan etnomusikologis dengan didukung dengan pendekatan ilmu-ilmu lainnya sangatlah diperlukan untuk mengungkapkan permasalahan yang berkaitan dengan musik sebagai produksi dari tingkah laku manusia (the product of behaviour). Hal ini seperti yang dikatakan oleh Merriam (1964) di dalam bukunya The Antropology of Music mengatakan bahwa “ The ultimate interest of man is man himself, and music part of what he does and part of what he studies about” ‘perhatian manusia yang utama adalah manusia itu sendiri, dan musik yang termasuk di dalamnya adalah merupakan bagian yang dikerjakan sebagai dirinya sendiri.’

Meriam ingin mengatakan bahwa dalam mempelajari manusia, salah satu aspek yang cukup penting untuk mengungkapkannya ialah melalui musik, dimana musik reggae merupakan ungkapan perasaan untuk lebih merdeka dan bebas dalam berkarya dan menunjukkan identitasnya. Sehingga dengan demikian manusia dan musik adalah dua hal yang saling bertautan, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain musik adalah merupakan produksi dari tata tingkah laku yang sekaligus menjadi gambaran jiwa dan ekspresi seni masyarakatnya.

Lebih lanjut Maran (2005) mengatakan, tidak ada kebudayaan yang bersifat statis, setiap individu dan setiap generasi melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan semua desain kehidupan sesuai kepribadian mereka dan sesuai dengan tuntutan zaman.

Adapun dalam pembahasan terhadap pokok permasalahan dari penelitian ini antara lain dalam hal:


(16)

• Teori perkembangan musik populer

Untuk membahas bahwa musik reggae sebagai salah satu musik populer yang selalu berhubungan dengan pertunjukan, media massa dan industri rekaman, Nettl mengatakan dalam popular Music of The Non-Western World (Manuel, 1998:2) bahwa musik populer selalu dikaitkan dengan wilayah perkotaan yang diorientasikan kepada penonton, ditampilkan oleh para profesional yang menghargai hasil karya musiknya, mempunyai statistika sendiri tentang musik seni dari suatu budaya yang mulai pada abad ke-20, persebarannya meluas melalui media massa, radio dan industri rekaman. Jadi jelas bahwa konser-konser musik reggae dalam hal ini sebagai salah satu sub genre dari musik rock yang sering diadakan, kaset-kaset industri rekaman yang beredar dan media massa yang juga ikut berpartisipasi adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan musik reggae.

Dalam mendeskripsikan musik reggae ini, penulis mengacu pada teori perkembangan musik populer dimana teori ini akan digunakan untuk melihat sejauh mana perkembangan musik reggae sebagai salah satu musik popular yang berkembang di kota Medan. Nettl dalam Eight Urban Musical Cultures: Traditional dan Change (1978:171) menawarkan dua pola proses kebudayaan, yaitu modernisasi dan westernisasi. Modernisasi adalah suatu proses pengadaptasian yang menonjolkan tampilan dari Barat dengan tujuan untuk memperluas, dengan tidak menggantikan elemen-elemen utamanya. Westernisasi adalah suatu proses pembaratan, dimana budaya barat telah menjadi budaya tempatan atau asli yang menggantikan elemen-elemen budaya tempatan atau asli tersebut. Berkaitan dengan perkembangan musik reggae di Medan, kedua pola proses perubahan kebudayaan inilah yang diadopsi oleh pemusik dan penikmat musik reggae di Medan. Pengaruh modernisasi tercermin dari


(17)

pola pikir mereka yang menyukai musik dan gaya hidup Rastafari yang secara nyata bukan berasal dari budaya Indonesia, pengaruh westernisasi tercermin dari perwujudan prilaku sosial dan musikal, serta gaya berpakaian yang mereka tiru.

Shin Nakagawa dalam bukunya Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar Etnomusikologi (2000:19-20) mengemukakan tentang pluralisme musik yang hidup berdampingan (pluralistic coexistence of music) dimana pluralisme kebudayaan biasanya terjadi pada masyarakat urban yang anggota masyarakatnya bi- (dua) atau multietnis. Dua kemungkinan bisa terjadi dalam musik tersebut, pertama, saling mencampur unsur-unsur musik yang ada menjadi sintesis baru dan kedua, masing-masing hidup secara berdampingan.

Untuk memperkuat teori bahwa musik reggae berkembang di kota-kota besar dan menjadi bagian dari kajian Ethnomusikologi, Nettl dalam Recent Directions in Ethnomusicology (1992:380,384) mengemukakan tentang fenomena Ethnomusicology Urban yang merupakan suatu studi terhadap budaya kaum minoritas dan musik para imigran. Dalam hal ini dapat dianalisis adalah bahwa gejala urbanisasi memunculkan istilah Ethnomusicology Urban dengan melihat bagaimana telah terjadi transformasi kota dalam konteks budaya individu yang melahirkan budaya sentramultikultural di pusat kota tersebut. Dikaitkan dengan sejarah awal musik Reggae yang berasal dari musik rock di Barat, hal inilah yang terjadi hingga akhirnya musik rock dan perkembangannya terus berkembang luas termasuk ke Medan sebagai salah satu kota besar di Sumatera Utara.

Selanjutnya untuk membahas masalah bahwa dalam bidang musik populer menganut prinsip “sistem bintang” begitu pula yang terjadi pada musik reggae, Manuel (1988:3) mengatakan bahwa “musik populer sering menjadi musik hiburan


(18)

sekuler/duniawi yang produksi dan penggunaannya tidak diasosiasikan secara intrinsik dengan fungsi-fungsi perputaran kehidupan tradisional yang khusus atau memiliki satu “sistem bintang”, dimana media mempromosikan pengaguman terhadap suatu kepribadian yang populer disekitar gaya hidup para musisi, fashion atau kehidupan pribadi”. Hal ini bertujuan agar antara musisi dan penggemar memiliki jarak dan batas, dimana nantinya akan mengakibatkan rasa ingin tahu yang berlebihan dari penggemar terhadap musisi idolanya itu. Akhirnya media massa pun akan sangat berperan untuk mendekatkan penggemar secara terus menerus tentang semua hal yang dirasa glamour dalam berita-berita terbaru dari “bintang” tersebut dan tentu akan membuat para penggemar akan selalu berfantasi akan kehidupan “bintang”nya itu.

Yang lebih relevan lagi, mengenai “sistem bintang” pada musik populer terhadap sejarah munculnya musik reggae adalah yang seperti dijelaskan oleh Mauly Purba dan Ben M. Pasaribu (2006:8) dalam buku “Musik Populer”, yaitu suatu cara untuk mencari kebaruan dengan adanya kebiasaan-kebiasaan dalam musik populer yang diabaikan seperti: ada lagu instrumental, tanpa vokal sama sekali; ada penyanyi atau pemain yang dengan sengaja memilih pakaian jelek atau aksesoris dan rambut yang aneh seolah mengancam; ada lagu yang diambil dari musik klasik atau sumber lain yang tidak “akrab” dengan kebanyakan pendengar musik populer; ada acord atau ritme yang aneh. Tetapi biasanya keanehan-keanehan ini hanya berfungsi sebagai variasi dan musiknya tetap jalan sebagaimana biasanya. Begitu pula halnya yang terjadi pada musik reggae, banyak hal-hal baru dalam musik dan penampilan atau fashion para pemusik reggae yang menjadi faktor penarik bagi yang melihat atau penikmat musiknya dalam hal ini adalah “penggemar”. Dimana yang sangat berperan


(19)

penting sebagai media penghubung adalah media massa yang mendekatkan penggemar dan “bintang”nya.

• Analisis terhadap penyajian pertunjukan

Teori yang digunakan untuk hal ini adalah yang diajukan oleh Alan P. Merriam dan Andrienne L. Keappler.

Merriam dalam bukunya The Anthropology of Music (1964) mengatakan bahwa dalam menganalisis suatu penyajian pertunjukan musikal penting diperhatikan mengenai elemen-elemen, bunyi musikal, konsep-konsep mengenai musik dan tingkah laku manusia berhubungan dengan bunyi musikal yang mempengaruhi terhadap konsep-konsep musik.

Di sisi lain, Keappler (1972) menekankan pada etnologi pertunjukan yang menggabungkan analisi emik dan analisis etik. Analisis emik adalah penggambaran suatu peristiwa pertunjukan menurut cara pandang masyarakat pendukung itu sendiri. Analisis etik adalah penggambaran pertunjukan dengan cara pandang teoritis dari penelitian peristiwa pertunjukan tersebut.

• Teori Difusi

Teori ini mengemukakan bahwa suatu kebudayaan dapat menyebar kekebudyaan lain melalui kontak budaya. Karena teori ini berpijak pada alasan adanya suatu sumber budaya, maka sering juga disebut dengan teori monogenesis (lahir dari suatu kebudayaan). Lawannya adalah teori poligenesis, yang menyatakan bahwa beberapa kebudayaan mungkin saja memilki persamaan ide, aktivitas, maupun benda. Tetapi persamaan kebudayaan itu bukan menjadi suatu alasan adanya satu sumber kebudayaan. Bisa saja persamaan itu secara kebetulan, karena adanya unsur universal dalam diri manusia.


(20)

Dalam zaman modern sekarang ini, difusi unsur-unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi berlangsung dengan cepat sekali, bahkan seringkali tanpa kontak yang nyata antara individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat-alat penyiaran yang sangat efektif, seperti surat kabar, majalah, buku, radio, film dan televisi (Koentjaraningrat,2002: 246-247). Jadi tidak heran jika seandainya gaya bermusik dan gaya visual seorang pecinta musik reggae dalam waktu kurang dari sebulan atau bahkan seminggu telah ditiru oleh remaja di Indonesia karena adanya televisi, intenet, dan TV kabel.

1.5 Metode Penelitian

Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis 2003:24).

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Nawawi dan Martini (1995:209) penelitian kualitatif adalah rangkaian atau proses menjaring data (informasi) yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Selanjutnya Moleong juga menambahkan bahwa penelitian kualitatif dibagi dalam empat tahap, yaitu: tahap sebelum ke lapangan (pra lapangan), tahap kerja lapangan, analisis data dan penulisan laporan.

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif. Menurut Koentjaraningrat (1990:29) mengatakan bahwa penelitian yang


(21)

bersifat deskriptif adalah bertujuan untuk memaparkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau penyebaran dari suatu gejala ke gejala lain dalam suatu masyarakat.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Untuk mencari teori, konsep dan juga informasi yang berhubungan dengan tulisan ini, yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian, maka penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan untuk menemukan literature atau sumber bacaan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian lapangan.

Sumber bacaan yang dilakukan dapat berasal dari peneliti luar maupun peneliti dari Indonesia sendiri. Selain bacaan yang dapat berupa majalah atau Koran, bulletin, buku ilmiah, jurnal, skripsi sarjana, tesis, berita dan lain-lain, penulis juga menggunakan buku-buku yang cukup relevan dengan topik permasalahan dalam penelitian ini, terutama yang menyangkut pada komunitas, gaya hidup dan musik dari komunitas reggae. Buku-buku tersebut antara lain ialah, The Anthropology of Music, tulisan Alan P. Merriam, 1964; Theory and Method in Ethnomusicology, karya Bruno Nettl, 1864; Pokok-pokok Antropologi Budaya, karya T.O. Ihromi, 1987; serta buku-buku pendukung lainnya yang dianggap relevan dengan topik penelitian ini.

1.5.2 Kerja Lapangan

Kerja lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data yang paling akurat karena peneliti langsung dapat mengamati langsung objek yang akan diteliti


(22)

sehingga data yang diperoleh lebih objektif. Dalam hal ini data yang dibutuhkan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang paling utama menjadi kebutuhan peneliti dimana data-data yang diperoleh dengan melakukan observasi langsung ke lapangan penelitian. Dalam observasi tersebut dilakukan pula perekaman terhadap informasi utama, seperti perekaman terhadap kegiatan yang dilakukan oleh street punkers dan wawancara terhadap street punkers dan orang-orang awam yang di dalamnya banyak menggunakan istilah-istilah atau terminologi-terminologi setempat melalui teknik atau pendekatan elisitasi (bertanya langsung kepada informan). Sementara data sekunder yaitu data-data atau informasi yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya dari berbagai bahan bacaan yang terkait dengan topik penelitian ini.

Selain itu dalam pelaksanan pengambilan data primer ada beberapa tahapan penting yang perlu dilakukan yaitu:

1.5.2.1 Observasi langsung

1.5.2.2 Wawancara

1.5.2.3 Metode Penelusuran Data Online

1.5.2.4 Perekaman


(23)

1.5.2.1 Observasi Langsung

Adapun observasi langsung ini dilakukan uantuk mendapatkan secara langsung data-data yang dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan yang diamati tersebut. Selain mengamati kegiatan dari observasi langsung ini penulis dapat langsung menentukan orang-orang yang dianggap mampu menjadi narasumber dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan penulis.

Pengamatan atau observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu :

a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Dalam metode pengamatan setidaknya ada 3 (tiga) macam metode, yaitu :

1. Metode pengamatan bebas. Metode ini menggunakan teknik pengamatan yang mengharuskan si peneliti tidak boleh terlibat dalam hubungan-hubungan emosi pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya. Si peneliti dalam hal ini tidak ada hubungan apapun dengan para pelaku yang diamatinya.

2. Metode pengamatan terkendali. Dalam pengamatan terkendali, si peneliti juga tidak terlibat hubungan emosi dan perasaan dengan yang ditelitinya, seperti halnya dengan pengamatan biasa. Yang membedakannya adalah pada pengamatan terkendali para pelaku yang akan diamati diseleksi dan


(24)

kondisi-kondisi yang ada dalam ruang atau tempat kegiatan pelaku itu diamati dan dikendalikan oleh si peneliti.

3. Metode pengamatan terlibat. Melalui metode pengamatan terlibat si peneliti mempunyai hubungan dengan para pelaku yang diamatinya dalam melakukan pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan. Sasaran dalam metode pengamatan terlibat adalah orang atau pelaku. Macam-macam keterlibatan yang ada dalam pengamatan terlibat adalah sebagai berikut : (1) keterlibatan yang pasif yaitu peneliti tidak melakukan suatu interaksi sosial dengan para pelaku yang diamatinya. (2) keterlibatan setengah-setengah yaitu peneliti selain menjadi wadah bagi kegiatan yang diamatinya, peneliti juga menjadi struktur dimana ia sebagian dari pendukunya. (3) keterlibatan aktif yaitu si peneliti ikut mengerjakan apa yang dikerjakan oleh para pelaku dalam kehidupan sehari-harinya. (4) keterlibatan penuh atau lengkap yaitu si peneliti kehadirannya dianggap biasa pada kegiatan yang dilakukan.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode pengamatan terlibat. Disini penulis bertindak sebagai pengamat total yang dapat masuk ke suatu tempat dan melakukan pengamatan sebagai seorang peneliti. Melalui pengamatan ini peneliti dalam mengumpulkan bahan keterangan yang diperlukan tidak perlu bersembunyi tapi juga tidak mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan yang diamati. Dalam hal ini, peneliti harus berusaha memperoleh kepercayaan penuh dari orang-orang yang menjadi sasaran penelitiannya.


(25)

1.5.2.2 Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara, jawaban responden akan dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder) (Suhartono, 1995:67). Teknik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1985:138-140) mengatakan bahwa wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Wawancara berfokus : pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu dan selalu berpusat kepada satu pokok permasalahan

2. Wawancara bebas : pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpusat pada pokok permasalahan tetapi beraneka ragam selama masih berkaitan dengan objek penelitian.

3. Wawancara sambil lalu : pertanyaan dalam hal ini diajukan kepada nara sumber dalam situasi yang tidak terkonsep ataupun tanpa persiapan. Dengan kata lain informan dijumpai secara kebetulan.

Dalam hal ini wawancara penulis menggunakan wawancara berfokus dan wawancara bebas.

1.5.2.3 Metode Penelusuran Data Online

Perkembangan Internet yang sudah semakin maju pesat serta telah mampu menjawab berbagai kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan para akademisi mau ataupun tidak menjadikan media online seperti Internet sebagai salah satu medium atau ranah yang sangat bermanfaat bagi penelusuran berbagai informasi, mulai dari


(26)

informasi teoritis maupun data-data primer ataupun sekunder yang diinginkan oleh peneliti untuk kebutuhan penelitian.

“Pada mulanya banyak kalangan akademisi meragukan validitas data Online sehubungan apabila data atau informasi itu digunakan dalam karya-karya ilmiah, seperti penelitian, karya tulis, skripsi, tesis maupun disertasi. Namun ketika media Internet berkembang begitu pesat dengan sangat akurat, maka keraguan itu menjadi sirna kecuali bagi kalangan akademisi konvensional –ortodoks yang kurang memahami perkembangan teknologi informasi sajalah yang masih mempersoalkan akurasi media online sebagai sumber data maupun sumber informasi teori. Hal ini disebabkan karena saat ini begitu banyak publikasi teoritis yang disimpan dalam bentuk online dan disebarkan melalui jaringan Internet. Begitu pula saat ini, berbagai institusi telah menyimpan data mereka pada server-server yang dapat dimanfaatkan secara Intranet maupun Internet. Dengan demikian polemic tentang keabsahan dan validitas data-informasi online menjadi sesuatu yang kuno, tergantung pada bagaimana peneliti dapat memilih sumber-sumber data online mana yang sangat kredibel dan dikenal banyak kalangan”.

Dengan demikian, Burhan Bungin menjelaskan bahwa metode penelusuran data online yang dimaksud adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti Internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang


(27)

berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

1.5.2.4 Perekaman

Ada dua jenis perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dan perekaman video audio. Hal perekaman audio digunakan tape perekam merk Sony sensitif audio, handphone G.Von, laptop merk Toshiba Satellite L200, michrophone laptop merk Keenion Mic-309, dan menggunakan software Adobe Audition 1.5. Sedangkan untuk merekam video digunakan digunakan kamera video Sony Handycam Wide LCD DCR/DVD808 dengan menggunakan MiniDVD Maxel 60 Minute serta handphone G.Von.

1.5.2.5 Pemotretan

Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar maka penulis menggunakan kamera digital merk Nikon Coolpix L4, kamera digital merk Samsung, kamera handphone G.Von, 5 Mega Pixels.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Semua data yang di peroleh dilapangan diolah dalam kerja laboratorium dengan pendekatan etnomusikologi. Dalam mengolah data, penulis melakukan proses menyeleksi data dengan membuang data yang tidak perlu dan menambahkan data yang


(28)

kurang. Dalam tulisan ini, penulis melakukan pendekatan deskriptif guna pengolahan dan penganalisisan data.

1.5.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah komunitas Reggae yang ada di kota. Untuk itu maka penulis akan melakukan penelitian ke beberapa tempat yang sering dikunjungi oleh Reggae Community termasuk ke base camp mereka. Penulis juga akan melakukan penelitian langsung ke beberapa pertunjukan musik Reggae dan akan melakukan wawancara dengan penonton dan pemusik.


(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM MUSIK REGGAE

Pada bab ini, penulis akan membahas gambaran umum musik reggae, yaitu: sejarah singkat musikr reggae, karakter musikal musik reggae, Simbol atau lambang musik reggae.

2.1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUSIK REGGAE

Kata ”reggae” sebenarnya berasal dari logat afrika dari kata “ragged” yaitu gerakan seperti menghentak badan saat orang menari dengan iringan musik ska atau reggae. Reggae sendiri dipengaruhi oleh musik R&B, rock, calypso, rhumba serta musik khas Jamaika yang disebut mento yang cenderung memberi tekanan pada nada-nada lemah serta hentakan ritmik drum yang komplek. Tetapi ada yang membedakan ska dengan reggae, yaitu tempo musik reggae lebih lambat dan menonjolkan vocal yang berat seperti pada musik-musik chant serta diiringi oleh tetabuhan, cara bernyanyi dan mistik dari Rastafari (Lihat Bab I alinea kedua hal 1).

Tahun 1968 banyak disebut sebagai tahun kelahiran musik reggae. Sebenarnya tidak ada kejadian khusus yang menjadi penanda awal muasalnya, kecuali peralihan selera musik masyarakat Jamaika dari ska dan rocsteady, yang sempat populer di kalangan muda pada paruh awal hingga akhir tahun 1960-an, pada irama musik baru yang bertempo lebih lambat : Reggae, boleh jadi hingar bingar dan tempo cepat ska


(30)

dan rocksteady kurang mengena dengan kondisi sosial dan ekonomi di Jamaika yang sedang penuh tekanan.

Menurut sejarah Jamaica, budak yang membawa drum dari Afrika disebut "Burru" yang jadi bagian aransemen lagu yang disebut "talking drums" (drum yang bicara) yang asli dari Afrika Barat. "Jonkanoo" adalah musik budaya campuran Afrika, Eropa dan Jamaika yang terdiri dari permainan drum, rattle (alat musik berderik) dan conch tiup. Acara ini muncul saat natal dilengkapi penari topeng. Jonkanoos pada awalnya adalah tarian para petani, yang belakangan baru disadari bahwa sebenarnya mereka berkomunikasi dengan drum dan conch itu.

Tahun berikutnya, Calypso dari Trinidad Calypso & Tobago datang membawa Samba yang berasal dari Amerika Tengah dan diperkenalkan ke orang-orang Jamaika untuk membentuk sebuah campuran baru yang disebut Mento. Mento sendiri adalah musik sederhana dengan lirik lucu diiringi gitar, banjo, tambourine, shaker, scraper dan rumba atau kotak bass. Bentuk ini kemudian populer pada tahun 1920-an dan 1930-an dan merupakan bentuk musik Jamaika pertama yang menarik perhatian seluruh pulaunya. Saat ini Mento masih bisa dinikmati sajian turisme.

Musik yang luar biasa ini tumbuh dari ska yang menjadi elemen style American R&B dan Carribean. Beberapa pendapat menyatakan juga ada pengaruh : folk music, musik gereja Pocomania, Band jonkanoo, upacara - upacara petani, lagu kerja tanam, dan bentuk mento. Nyahbingi adalah bentuk musik paling alami yang sering dimainkan pada saat pertemuan-pertemuan Rasta, menggunakan 3 (tiga) drum tangan (bass, funde dan repeater : contoh ada di Mystic Revelation of Rastafari). Akar reggae sendiri selalu menyelami tema penderitaan buruh paksa (ghetto dweller), budak di Babylon, Haile Selassie (semacam manusia dewa) dan harapan kembalinya Afrika.


(31)

Setelah Jamaica merdeka 1962, buruknya perkembangan pemerintahan dan pergerakan Black Power di US kemudian mendorong bangkitnya Rasta. Berbagai kejadian monumentalpun terjadi seiring perkembangan ini.

Ska yang sudah muncul pada tahun 1940 – 1950-an sebenarnya disebutkan oleh History of Jamaican Music, dipengaruhi olehs swing, rythym & blues dari Amerika. Ska sebenarnya adalah suara big band dengan aransemen horn (alat tiup), piano, dan ketukan cepat "bop". Ska kemudian dengan mudah beralih dan menghasilkan bentuk tarian "skankin" pada awal 1960-an. Bintang Jamaica awal antara lain Byron Lee and the Dragonaires yang dibentuk pada 1956 yang kemudian dianggap sebagai pencipta "ska". Perkembangan ska yang kemudian melambatkan temponya pada pertengahan 1960-an memunculkan "rocksteady" yang punta tune bass berat dan dipopulerkan oleh Leroy Sibbles dari group Heptones dan menjadi musik dance Jamaika pertama di 1960-an.3

Teknik para musisi ska dan rocsteady dalam memainkan alat musik, banyak ditirukan oleh musisi reggae. Namun tempo musiknya jauh lebih lambat dengan dentum bas dan ritme gitar lebih menonjol. Karakter vokal biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari. Tempo musik yang lebih lambat, pada saatnya mendukung Ska dan rocksteady memberikan pengaruh penting terhadap perjalanan reggae. Musik yang berasal dari Amerika turut memegang peranan terhadap tumbuh berkembangnya reggae. Perkembangan reggae`selanjutnya memberikan warna, bahkan perubahan dalam industry rekaman di Jamaika.

3


(32)

penyampaian pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religi Rastafari dan permasalahan sosial politik humanistik dan universal.

Reggae memang adalah musik yang unik bagi Jamaika dan membawa nama Negara ini ke mancanegara. Ironisnya akar reggae berasal dari Orleans R&B. dengan berpedoman pada iringan gitar pas-pasan dan putus-putus adalah interprestasi mereka akan R&B dan mampu menjadi popular di tahun 1960-an. Sejak itu, reggae terbukti bisa sekuat blues dan memiliki kekuatan interprestasi yang juga bisa menjamin dari rocksteady (dulu) dan bahkan music rock (sekarang). Musik Afrika pada dasarnya ada di kehidupan sehari-hari, baik itu di jalan, bus, tempat umum, tempat kerja atau rumah-rumah penduduk. Musik menjadi semacam semangat saat kondisi sulit dan mampu memberikan kekuatan da pesan tersendiri. Hasilnya, reggae bukan Cuma memberikan relaksasi, tapi juga membawa pesan cinta, damai kesatuan dan keseimbanga serta mampu mengendurkan ketegangan. Saat rekaman Jamaika telah tersebar ke seluruh dunia, sulit rasanya menyebutkan berapa banyak genre musik popular sebesar reggae selama dua dekade.

Reggae terus hidup dan melahirkan banyak gaya-gaya baru. Reggae yang telah di terima secara universal terus merambah dan sangat berpengaruh dalam perjalanan music abad 20. Amerika dan Eropa pada umumnya, adalah yang paling banyak melahirkan beranekaragam jenis musik dan style yang memiliki keterkaitan sejarah dengan reggae. “Reggae Putih” menjadi istilah yang berkembang dengan munculnya banyak musisi reggae kulit putih, misalnya The Police dan UB-40. The Police yang memadukan rock, punk, jazz, dan reggae sempat melahirkan hits di tahun 1980-an, seperti Message in The Bottle, Roxanne (1977), Outlandos d’Amour (1978), Regatta de


(33)

Blanc (1979), Ghost in The Machine (1981), dan hit terakhir mereka sebelum “bubar”, Every Breath You Take (1986).

Album “Catch A Fire” (1972) yang diluncurkan Bob Marley and The Wailers dengan cepat melambungkan Reggae hingga ke luar Jamaika. Kepopuleran Reggae di Amerika Serikat ditunjang pula oleh film The Harder They Come (1973) dan dimainkannya irama Reggae oleh para pemusik kulit putih seperti Eric Clapton, Paul Simon, Lee ‘Scratch’ Perry dan UB40. Irama Reggae pun kemudian mempengaruhi aliran-aliran musik pada dekade setelahnya, sebut saja varian Reggae Hip Hop, Reggae Rock, Blues, dan sebagainya.

Hadirnya film "The Harder they Come" pada tahun 1973, Reggae tambah dikenal banyak orang. Meninggalnya Bob Marley kemudian memang membawa kesedihan besar buat dunia, namun penerusnya seperti Freddie McGregor, Dennis Brown, Garnett Silk, Marcia Fiffths dan Rita Marley serta beberapa kerabat keluarga Marley bermunculan. Rasta adalah jelas pembentuk musik Reggae yang dijadikan senjata oleh Bob Marley untuk menyebarkan Rasta keseluruh dunia.

Sekarang ini, berbicara tentang reggae pasti tidak akan pernah terlepas dari sosok Bob Marley. Namanya tercatat sebagai salah satu figur terpenting di dunia music abad 20. Harus diakui, dikenalnya musik reggae dibelantaran dunia musik sangat dipengaruhi oleh sosok musisi ini. Terlahir dengan nama Robert Nesta Marley pada tanggal 06 Februari 1945 di Nine Miles, sebuah Desa kecil di Jamaika. Lahir dari rahim seorang budak bernama Cedella dan seorang ayah kulit putih bernama Norval Sinclair Marley, satu awal kisah hidup yang bermula dari ironi penindasan kaum kulit putih atas budak hitam Jamaika.


(34)

Bob Marley tentunya adalah bintang musik "dunia ketiga" pertama yang jadi penyanyi group Bob Marley & The Wailers dan berhasil memperkenalkan reggae lebih universal. Meskipun demikian, reggae dianggap banyak orang sebagai peninggalan King of Reggae Music, Hon. Robert Nesta Marley.

Ketenaran Bob Marley sebagai orang yang mempopulerkan musik reggae ke berbagai mancanegara juga telah mempengaruhi para pecinta musik reggae di berbagai mancanegara, yaitu banyaknya orang meniru pola hidup, penampilan dan style Bob Marley. Di bawah ini adalah gambar Bob Marley yang menunjukkan ciri khasnya pecinta musik reggae yang banyak ditiru oleh pecinta musik reggae.

Gambar 1. Photo Bob Marley

Berdasarkan gambar di atas, dan sejauh pengamatan penulis, bahwa ada beberapa simbol atau lambang serta warna yang sangat erat hubungannya dengan musik reggae serta dapat menunjukkan identitas musik reggae tersebut. Dan dapat dikatakan apabila kita melihat simbol atau unsur tersebut, maka kita akan menghubungkannya dengan reggae. Adapun simbol atau unsur yang dimaksud pada tulisan ini akan di bahas pada pembahasan berikutnya.


(35)

2.2. Karakteristik Musikal Reggae

Sama halnya dengan aliran musik lainnya, misalnya aliran musik ”rapp”, salah satu yang menunjukkan ciri-ciri musik rapp adalah tempo cepat dan cara bernyanyinya seperti orang yang sedang berbicara dengan cepat. Demikian juga dengan aliran musik reggae, juga mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu tempo lambat dan ditandai dengan aksen off-beat, karakter bernyanyinya seperti orang berkotbah.

2.2.1.Drum dan Perkusi

Sebuah standar drum kit yang umumnya digunakan dalam reggae, tapi snare drum sering disetel sangat tinggi untuk memberikan suara timbales-tipe. Beberapa drumer reggae menggunakan timbale tambahan atau snare tinggi disetel untuk mendapatkan suara ini. Cross tongkat teknik pada snare drum yang umum digunakan, dan drum tom-tom sering dimasukkan ke dalam genderang itu sendiri. Reggae drumbeats jatuh ke dalam tiga kategori utama: Satu drop, Rockers dan Steppers. Dengan turunnya Satu, penekanannya adalah sepenuhnya pada ketukan ketiga bar (biasanya di snare, atau sebagai pinggiran tembakan dikombinasikan dengan bass drum). satu Beat benar-benar kosong, yang tidak biasa dalam musik populer. Ada beberapa kontroversi tentang apakah reggae harus dihitung sehingga mengalahkan ini jatuh pada tiga, atau apakah itu harus dihitung setengah lebih cepat, sehingga jatuh pada dua dan empat. Penekanan pada mengalahkan tiga adalah di semua drumbeats reggae, tetapi dengan Rockers memukul, penekanan juga pada mengalahkan satu (biasanya pada bass drum).

Karakteristik yang tidak biasa dari reggae drum adalah bahwa drum mengisi sering tidak diakhiri dengan simbal klimaks. Berbagai macam instrumen perkusi


(36)

lainnya digunakan dalam reggae. Bongos sering digunakan untuk bermain bebas, improvisasi pola, dengan penggunaan berat Afrika-gaya cross-irama. Cowbells, kastanyet dan pelopor cenderung memiliki lebih peran pasti dan pola yang ditetapkan.

2.2.2. Bas

Gitar bass sering memainkan peran yang sangat dominan dalam reggae, dan drum dan bass sering disebut Riddim (irama). Beberapa penyanyi reggae telah merilis lagu yang berbeda direkam selama Riddim yang sama. Peran sentral dari bass bisa sangat didengar dalam musik dub – yang memberikan peran yang lebih besar untuk drum dan bass, mengurangi vokal dan instrumen lainnya untuk peran perifer. Suara bass di reggae adalah tebal dan berat, dan menyamakan kedudukan sehingga frekuensi atas dikeluarkan dan frekuensi yang lebih rendah ditekankan. Garis bass sering merupakan riff dua-bar sederhana yang berpusat di sekitar catatan yang tebal dan terberat.

2.2.3. Gitar

Gitar di reggae biasanya memainkan akord pada ketukan dua dan empat, seorang tokoh musik yang dikenal sebagai pelacur atau ‘bang’ itu. Memiliki sangat basah, pendek dan gatal memotong suara, hampir seperti alat musik perkusi. Kadang-kadang ganda memotong digunakan ketika gitar masih memainkan beats off, tetapi juga memainkan ketukan 8 berikut pada stroke-up.


(37)

2.2.4. Keyboard

Dari akhir 1960-an hingga awal 1980-an, piano umumnya digunakan dalam reggae untuk melipatgandakan pelacur ritme gitar itu, memainkan akord dalam gaya staccato untuk menambah tubuh, dan sesekali bermain ekstra mengalahkan, berjalan dan riff. Bagian piano banyak diambil alih oleh synthesizer pada 1980-an, meskipun synthesizer telah digunakan dalam peran perifer sejak tahun 1970 untuk bermain melodi insidental dan countermelodies. band yang lebih besar mungkin termasuk baik sebagai keyboardist tambahan, untuk menutup atau mengganti garis tanduk dan melodi, atau kibor utama mengisi peran-peran ini pada dua atau lebih keyboard. Shuffle reggae-organ adalah unik untuk reggae.

2.2.5. Tanduk

Tanduk bagian sering digunakan dalam reggae, sering bermain perkenalan dan kontra-melodi. Instrumen termasuk dalam bagian tanduk khas reggae termasuk saksofon, terompet atau trombone. Dalam beberapa kali lebih, tanduk nyata kadang-kadang diganti pada reggae oleh synthesizer atau sampel direkam. Bagian tanduk sering diatur sekitar tanduk pertama, memainkan melodi melodi sederhana atau counter. Tanduk pertama biasanya disertai dengan tanduk kedua memainkan frase melodi yang sama dalam unision, satu oktaf lebih tinggi. Tanduk ketiga biasanya memainkan melodi satu oktaf dan seperlima lebih tinggi dari tanduk pertama. Tanduk umumnya dimainkan cukup lirih, biasanya menghasilkan suara menenangkan. Namun,


(38)

terkadang punchier, frase keras yang dimainkan untuk tempo up dan suara yang lebih agresif.

2.2.6. Vokal

Vokal di reggae kurang dari ciri khas genre dari pada instrumentasi dan irama, karena hampir setiap lagu dapat dilakukan dalam gaya reggae. Namun, sangat umum bagi reggae yang akan dinyanyikan dalam logat Jamaika, Inggris Jamaika, dan dialek

2.2.7. Iyric.

Reggae terkenal karena tradisi kritik sosial dalam lirik, walaupun banyak lagu-lagu reggae membahas lebih ringan, mata pelajaran yang lebih pribadi, seperti cinta dan bersosialisasi. Banyak band reggae awal ditutupi Motown jiwa atau Atlantik dan lagu-lagu funk. Beberapa lyrics reggae upaya untuk meningkatkan kesadaran politik dari para penonton, seperti dengan mengkritik materialisme, atau dengan menginformasikan pendengar tentang subyek kontroversial seperti Apartheid. Banyak lagu-lagu reggae mempromosikan penggunaan mariyuana (juga dikenal sebagai ramuan, ganja, atau sensimilia), dianggap sebagai sakramen dalam gerakan Rastafari. Ada banyak seniman yang memanfaatkan tema-tema keagamaan dalam musik mereka – apakah itu membahas topik agama tertentu, atau hanya memberikan pujian kepada Tuhan (Jah). Topik lainnya sosio-politik bersama dalam lagu reggae termasuk


(39)

nasionalisme hitam, anti-rasisme, anti-kolonialisme, anti-kapitalisme dan kritik terhadap sistem politik dan “Babel”.

Berikut ini adalah aransement lagu Bob Marley yang berjudul “One Love” (lampiran 1). Berdasarkan aransement tersebut, kita dapat melihat pola ritme dari beberapa alat musik yang menjadi ciri khas dari musik reggae. Selain itu, syair yang juga merupakan karakteristik reggae dapat kita lihat pada aransemet tersebut, dimana syair lagu One Love adalah menyuarakan “Perdamaian”.

2.3. Lambang Musik Reggae

Lambang adalah tanda pengenal yang tetap menyatakan keadaan atau sifat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990;403). Dalam hal ini, lambang musik reggae yang dimaksud berbeda dengan lambang suatu negara, di mana lambang suatu negara haruslah di di dukung dengan Pedoman dan Dasar-dasar Negara serta undang-undang yang berlaku di negara tersebut. Pada lambang musik reggae, beberapa lambang yang dimaksud adalah:

1. Daun Marijuana

2. Dreadlock (Rambut Gimbal) 3. Warna Merah, Emas Kuning, Hijau 4. Singa

Selain berupa gambar, music reggae juga mempunya kata yang kerap digunakan para penggemar reggae sebagai kata salam terhadap sesama, yaitu “Uye” dan Woyo”.


(40)

2.3.1. Daun Marijuana

Gambar 2. Gambar marijuana dengan warna cirikhas reggae

Marijuana, atau yang lebih dikenal dengan ganja adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Oleh sebab itu, di Indonesia marijuana merupakan narkoba kelas 1 (satu). Berbeda dengan negara Jamaika, dimana marijuana di Jamaika dianggap sebagai ”rumput kearifan” oleh kaum Rastafarian, dan dapat membantu penggunanya dalam mencapai kebijaksanaan. Orang-orang Rastafarian menggunakannya sebagai bagian dari ritus-religius yang dimaksudkan untuk menjalani kedalaman spiritual bagi setiap jiwa, dan Pencipta.

Bob Marley adalah seorang musisi yang menyampaikan sabda-sabda lewat lagu-lagunya kepada orang-orang secara khusus kepada Rastafarian. Marilah kita memperhatikan beberapa gambar di bawah ini.


(41)

Gambar 3. Photo Bob Marley

Pada gambar di atas kita dapat melihat beberapa photo Bob Marley yang sedang menghisap daun marijuana yang sudah tersaji seperti rokok.

Dari uraian di atas, maka gambar daun marijuana dapat dikatakan sebagai simbol atau lambang dari musik Reggae.

2.3.2. Dreadlock (Rambut Gimbal)

Gambar 4. Beberapa Photo dengan gaya rambut Dreadlock

Dreadloack adalah simbol atau sebagai bentuk ungkapan semangat anti kekerasan, anti kemapanan dan solidaritas untuk kalangan minoritas tertindas. Dalam ajaran Rastafari, Dreadlock mengandung makna sebagai akar Rasta.

Konon, rambut gimbal sudah dikenal sejak tahun 2500 SM. Sosok Tutankhamen, seorang firaun dari masa Mesir Kuno, digambarkan memelihara rambut gimbal. Demikian juga Dewa Shiwa dalam agama Hindu. Secara kultural, sejak beratus tahun yang lalu banyak suku asli di Afrika, Australia dan New Guinea yang dikenal dengan rambut gimbalnya. Di daerah Dieng, Wonosobo hingga kini masih


(42)

tersisa adat memelihara rambut gimbal para balita sebagai ungkapan spiritualitas tradisional.4

Gambar 5. Tali pinggang Gambar 6. Selendang Gambar 7. Gelang Gaya hidup Bob Marley dengan rambut dreadlock-nya, menjadi titik perhatian dalam fenomena reggae. Ketika musik reggae memasuki arus besar musik dunia pada akhir tahun 1970-an, tak pelak lagi sosok Bob Marley dan rambut gimbalnya menjadi ikon baru yang dipuja-puja. Sejalan dengan perkembangan musik reggae, maka dreadlock merupakan simbol atau lambang musik reggae. Dan saat ini dreadlock selalu diidentikkan dengan musik reggae, sehingga secara salah kaprah orang menganggap bahwa para pemusik reggae yang melahirkan gaya rambut bersilang-belit (locks) itu

2.3.3. Warna Merah, Emas Kuning, Hijau

Di bawah ini adalah beberapa gambar assesoris tubuh atau benda-benda yang di warnai dengan warna merah, emas, dan hijau.

4


(43)

Gambar 8. Bendera Gambar 9. Topi

Warna merah, emas kuning, hijau adalah lambang gerakan Rastafari, dan kesetiaan kaum Rasta terhadap Haile Selassie, Ethopia, dan Afrika dan bukan kepada negara modern manapun di mana mereka kebetulan tinggal. Menurut kaum Rastafarian warna ”merah” melambangkan darah para martir, warna ”emas” melambangkan kekayaan dan kemakmuran, dan warna ”hijau” melambangkan tetumbuhan di Afrika.

Sama halnya dengan daun marijuana dan rambut gimbal (Dreadlock), warna merah, emas kuning, hijau juga dianggap sebagai simbol atau lambang musik reggae. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa contoh gambar di atas yang menunjukkan beberapa assesoris yang memakai warna merah, emas, hijau.

2.3.4. Uye dan Woyo

Kata ”uye” dan ”woyo” adalah kata salam ”damai” bagi para penggemar musik reggae. Sebenarnya kata ini tidak hanya diucapkan kepada sesama penggemar musik reggae, tetapi dapat juga diucapkan kepada semua orang, karena motto musik reggae itu sendiri adalah ”Cinta Damai”.

Kata ini sering sekali kita dengarkan pada banyak lagu-lagu reggae, misalnya pada lagu-lagu Bob Marley, Coconut Head, Kamuajo, Day Afternoon, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kata ”uye” dan ”woyo” dianggap sebagai salah satu ciri khas juga sebagai identitas musik reggae.


(44)

Singa adalah simbol “Haile Selassie”. Yesus kristus digambarkan sebagai “Singa dari Yehuda” dalam Alkitab, dan untuk alasan ini, Haile Selassie dipandang sebagai reinkarnasi dari Yesus. Namun, dalam urutan Nyabinghi dan Bobo Shanti sub-divisi, Singa dari Yehuda dipandang sebagai simbol Tuhan atau Jah, karena itu Haile Selassie dianggap sebagai Tuhan atau Jah.


(45)

BAB III

PERKEMBANGAN MUSIK REGGAE DI KOTA MEDAN

3.1. Perkembangan Musik Reggae di Indonesia

Sebelum menulis bagaimana perkembangan musik reggae di Indonesia, penulis terlebih dahulu membahas bagaimana sejarah masuknya dan perkembangan musik reggae di Indonesia

Koentjaraningrat (2002;246-247) mengatakan, Dalam zaman modern sekarang ini, difusi unsur-unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi berlangsung dengan cepat sekali, bahkan seringkali tanpa kontak yang nyata antara individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat-alat penyiaran yang sangat efektif, seperti surat kabar, majalah, buku, radio, film dan televisi. Berkembangnya musik Reggae di Indonesia secara umum dikenal lewat radio dan televisi. Namun sejarah reggae di Indonesia banyak orang yang tidak mengetahui bahkan musisi reggae kurang paham, jika ditanya siapa band awal mula yang pertama kali memainkan musik reggae. Sekitar tahun 1980, musik reggae mulai dikumandangkan di Indonesia, band tersebut adalah Abreso sebuah band dengan genre reggae, beberapa tahun kemudian muncul Asian Roots yang merupakan turunan dari band sebelumnya, kemudian ada Asian Force dan, Jamming.

Musik Reggae di Indonesia mulai berkembang. Hal ini dapat kita lihat melalui munculnya band-band beraliran musik reggae. Berikut ini adalah data band reggae di Indonesia di era tahun 1980 – 1990-an.


(46)

Tabel 1. Data band reggae di Indonesia 1980-1999

Selain itu, masih di era tahun 1980-an, ada lagu ”Dansa Reggae” ciptaan Melky Goeslow yang dinyanyikan oleh Nola Tilaar. Lagu tersebut cukup populer di masa itu karena salah satu lagu reggae yang mengajak masyarakat dari berbagai latar belakang kultural bisa beramai-ramai menikmati reggae.

Dalam Kamus Besar indonesia (1990;380), ”komunitas” adalah kelompok orang yang hidup dan saling berinteraksi dalam tempat tertentu. Untuk lebih mengembangkan musik reggae di Indonesia, beberapa penggemarnya dengan menyatukan pikiran, visi dan komitmen yang sama, pada tanggal 06 Mei 2007 dibentuklah komunitas reggae, yaitu ”Indonesia Reggae Society” sebagai wadah bagi para penggemar musik reggae. Adapun visi dan misi Indonesia reggae Society adalah mengembangkan musik reggae di Indonesia sebagai musik perdamaian dan persaudaraan di negeri yang indah ini dalam satu hati dan satu jiwa. Salah satu cara Indonesia Reggae Society di dalam mengembangkan musik reggae di Indonesia adalah

No Nama Band Tahun

1 Abreso 1980

2 Black Company 1986

3 Air Mood 1988

4 Asian Roots 1989

5 Rastafara 1989

6 Asian Rasta 1989

7 Imanez 1990

8 Asian Force 1993

9 Jamming 1993

10 Kingky Reggae 1994

11 Batavia Reggae 1997

12 Sireum Ateul 1997

13 Souljah 1998


(47)

dengan membuat berbagai kegiatan. Berikut ini adalah 3 (tiga) kegiatan awal dan 3 (tiga) kegiatan terakhir yang sudah di lakukan oleh Indonesia Reggae Society.5

 3 (tiga) kegiatan awal yang dilakukan oleh Indonesia Reggae Society 1. Jakarta Reggae Vaganza 1st, Minggu 06 Mei 2007 di Jakarta

Keterangan:

Pada acara inilah diresmikan berdirinya Indonesia Reggae Society.

Gambar 10. Poster Kegiatan

2. Jakarta Reggae Vaganza 2st, Minggu, 15 Juli 2007 di Jakarta

Gambar 11. Poster Kegiatan

5


(48)

3. Jam Session Reggae, 28 Juli 2007, di Jakarta

Gambar 12. Poster Kegiatan

 3 (tiga) kegiatan terakhir Indonesia Reggae Society 1. The Reggae Sound, 25 Maret 2011, Jakarta

Gambar 14. Poster Kegiatan

2. Indonesia Reggea Fest, 21 Mei 2011, di Jakarta

Keterangan:

Kegiatan ini merupakan kegiatan Indonesia Reggae Society terbesar dan mendapat Rekor Muri dan juga di hadiri oleh Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yodoyono.


(49)

3. Konser Amal Untuk Reboisasi Lereng Gunung Merapi

Gambar 14. Poster Kegiatan

Dari data di atas, musik reggae akan semakin dikenal dan semakin memasyarakat di Indonesia oleh karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Indonesia Reggae Society. Berikut ini adalah daftar 92 band reggae yang telah bergabung dengan Indonesia Reggae Society. (http/indoreggae.com/band.html).


(50)

Seiring dengan perkembangannya, reggae merupakan salah satu jenis aliran musik yang sudah tidak asing lagi, meskipun komunitas musik reggae di Indonesia terbilang tidak terlalu banyak, sayangnya, meskipun menyuarakan perdamaian, banyak pula yang memandang negatif terhadap komunitas penggemar reggae. Sepintas, penampilan para penggemar musik reggae ini seakan menunjukan gaya hidup yang masa bodoh. Kaos oblong, jeans belel, serta tatanan rambut gimbal, menambah lusuh


(51)

penampilannya. Ditambah lagi dengan adanya pandangan negatif yang selama ini muncul. Musik reggae terkesan identik derngan ganja, mariyuana, serta seks bebas.

Dewasa ini musik reggae semakin maju di industri musik Indonesia dengan semakin banyaknya grup band reggae. Dari segi banyaknya grup band reggae dapat dilihat bahwa tidak semua pemusik reggae harus bertatanan rambut gimbal. Seperti Souljah salah satunya, yang memainkan musik reggae tetapi tidak berpenampilan dengan gaya rambut gimbal.

Keterangan:

Beberapa musisi reggae dengan rambut yang tidak gimbal.

Gambar 10. Big Mountain

Tidak hanya pemusik, pecinta reggae juga banyak yang tidak berambut gimbal, semua tergantung bagaimana masing-masing orang menghayati musik reggae itu sendiri. Menikmati ataupun bermain musik reggae tidak harus berambut gimbal, tidak juga harus masuk ke suatu komunitas karena musik bersifat universal.

Jika kita melihat dari aspek sosialnya, pandangan masyarakat terhadap musik reggae selalu identik dengan tatanan rambut gimbal dan rambut gimbal di mata masyarakat selalu diartikan negatif. Kesan negatif yang lain, penggemar reggae selalu identik dengan ganja, miras, dan tatanan hidup semaunya.


(52)

Dalam perkembangannya, band-band reggae di Indonesia, membangun karakter ke-indonesia-an, dengan karya cipta reggae yang mengadopsi lokalitas, mengeksplor musikalitas etnik dan lirik berbahasa daerah seperti yang berkembang di Bali dan Papua. Membangun kesadaran nation dalam lirik berbahasa Indonesia, dengan menjelajah keindahan pastoral, dan problematika sosial-urban yang sangat politis. Disamping itu, memupuk solidaritas global dengan menciptakan lirik berbahasa Inggris.

Di Indonesia, penggemar musik reggae disebut ”Reggaeman”, yaitu berasal dari dua kata, ”reggae” dan ”man”. ”Reggae’ adalah jenis aliran musik dan ”man” adalah berasal dari bahasa Inggris yang artinya orang (laki-laki). Jadi jika diartikan ”Reggaeman” adalah ”para pecinta musik reggae”.

Seperti yang telah dituliskan pada bab II, kata untuk menyapa sesama pecinta musik reggae adalah ”uye” dan ”woyo”. Begitu juga pada Reggaeman atau pecinta musik reggae di Indonesia. Jika kita perhatikan, dalam sebuah pertunjukan, group band reggae akan selalu menyapa penggemarnya dengan ”uye....” atau ”woyo...” Tidak hanya pada pertunjukan, selain itu jika terjadi pertemuan antar sesama Reggaeman, mungkin saja di jalanan atau di tempat-tempat lainnya, mereka juga akan saling menyapa ”uye..” atau ”woyo...”.

Keragaman etnik dan budaya Indonesia yang sangat limpah secara musikalitas sangat mendukung tumbuh dan berkembangnya musik reggae. Keunikan ini yang membuat legenda musik reggae dunia jatuh hati pada Tony Q Rastafara, reggaeman Indonesia yang telah merampungkan kerjasama dalam pembuatan album World


(53)

bersama beberapa musisi reggae legendaris dunia. Kini sedang proses pembuatan album bersama Mark Miller dan Fully Fullwood serta acapkali diundang pada ajang festival reggae internasional.

Sekitar tahun 2007, seorang bernama Mbah Surip tiba-tiba menjadi sangat populer oleh karena lagu ciptaannya yang beraliran musik reggae. Tidak hanya membuat dirinya populer, namun musik reggae itu sendiri juga menjadi populer. Nama Mbah Suriplah yang banyak dianggap sebagai musisi reggae yang mampu mempopulerkan musik reggae di seluruh lapisan masyarakat. Hal ini karena lagu-lagu mbah Surip cukup sederhana dan enak untuk didengarkan. Salah satu lagu Mbah Surip yang cukup terkenal adalah lagu Tak Gendong. Lagu ini mulai anak-anak hingga orang tua. Penampilan Mbah Surip dengan topi warna warninya pun tak jarang ditiru oleh penggemarnya.

Berikut ini adalah photo Mbah Surip semasa hidupnya dan photo band reggae yang berasal dari Indonesia dan Luar Indonesia.

.


(54)

Gambar 13. Beachman

Dari gambar di atas, dapat kita simpulkan, penampilan atau style pada musisi reggae di Indonesia, memiliki kesamaan dengan musisi reggae di luar Indonesia. Artinya, simbol-simbol musik reggae dimana-mana adalah sama.

3.2. Perkembangan Musik Reggae di Kota Medan.

Seperti yang telah diungkapkan oleh Nettl dalam popular Music of The Non-Western World (Manuel, 1998:2) bahwa musik populer selalu dikaitkan dengan wilayah perkotaan yang diorientasikan kepada penonton, ditampilkan oleh para profesional yang menghargai hasil karya musiknya, mempunyai statistika sendiri tentang musik seni dari suatu budaya yang mulai pada abad ke-20, persebarannya meluas melalui media massa, radio dan industri rekaman. Di kota Medan, Sama halnya dengan perkembangan musik reggae di Indonesia, di mana musik reggae sudah dikenal sejak tahun 1980-an, yaitu melalui media televisi dan radio. Namun, pada saat itu belum ada penyanyi atau band yang membawakan musik reggae. Hal ini juga ditegaskan oleh Road Manager Coconut Head yaitu Zack yang juga sebagai pengurus


(55)

di Reggae Medan Indonesia (REMI). Dan beliau juga mengatakan di era tahun 1990 juga belum ada band reggae di kota Medan.6

Untuk mengetahui perkembangan musik reggae di kota Medan, penulis melakukan observasi langsung ke radio Kiss FM Medan. Dalam hal ini penulis mempertanyakan bagaimana persentase pemutaran lagu-lagu reggae di radio Kiss FM Medan. Berdasarkan data yang ada, salah seorang penyiar Kiss FM, Anggi Simanjuntak (21 tahun) mengatakan lagu-lagu yang banyak diminta atau request adalah lagu-lagu yang dibawakan oleh Bob Marley, Big Mountain, dan Cozy

Pada tahun 2000-an, secara umum lagu-lagu reggae telah banyak di ketahui oleh masyarakat Medan, khususnya para pemuda. Namun, band reggae yang pertama sekali di kota Medan adalah Coconut Head, yaitu berdiri pada tanggal 25 April 2005.

Pada perkembangannya, pada tahun 2008, pecinta musik reggae di kota Medan membentuk sebuah komunitas pecinta musik reggae, yaitu Reggae Medan Indonesia (REMI), yang terdiri dari beberapa kelompok band di dalamnya. Tercatat ada 9 kelompok yang tergabung, seperti Coconut Head, Castello, After Sunset, Campina, Black Banana Trees, Wacacau , Tobasta, Marreggae, Still Regggae.

Terbentuknya Reggae Medan Indonesia berawal dari buka puasa bersama antara beberapa pemusik reggae. Yang hadir pada saat itu ialah Ikhsan (vocalis Campina), Tata B.T (Vocalis Coconut Head), Zack (Road Manager Coconut Head), Junaidi (ketua REMI 2010 – 2011), Dino, dan Sahat. Dengan menyatukan komitmen, visi dan misi, terbentuklah Reggae Medan Indonesia. Dan Junaidi-lah yang memberikan nama Reggae Medan Indonesia.

6


(56)

Republik. Dan tiap harinya pasti permintaan lagu reggae selalu ada, meskipun tidak sesering lagu-lagu yang populer sekarang ini, misalnya lagu ungu, peterpan, wali, dan lain-lain. Dan tercatat pada tanggal 13 Mei 2011, Kiss FM mendatangkan Coconut Head sebagai bintang tamu pada acara ”Celeb Medan”. Didatangkannya Coconut Head ke Kiss FM Medan karena Cocont Head adalah band reggae yang mewakili kota Medan untuk mengisi acara pada Indonesian Reggae Fest di Jakarta.

Perkembangan musik reggae di kota Medan juga mempengaruhi pola hidup, penampilan atau style para penggemarnya. Maran (2005) mengatakan, tidak ada kebudayaan yang bersifat statis, setiap individu dan setiap generasi melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan semua desain kehidupan sesuai kepribadian mereka dan sesuai dengan tuntutan zaman. Tidak hanya musisi reggae mengubah pola hidup dan penampilannya, orang yang suka mendengar musik reggae juga sudah banyak berpenampilan seperti Bob Marley, yaitu rambut gimbal dan assesoris dengan warna ciri khas reggae. Apalagi sekarang ini baru dibukanya distro reggae di Ayanhanda, Medan, penggemarnya semakin gampang untuk memiliki assesoris reggae.

3.3. Komunitas Reggae di Kota Medan

Berkembangnya musik reggae di kota Medan membuat penggemarnya membuat komunitas pecinta musik reggae yang tergabung di dalam Reggae Medan Indonesia (REMI).

Sampai sekarang ini, terdapat 9 (sembilan) band reggae, yaitu: Coconut Head, Castello, After Sunset, Campigna, Black Banana Trees, Wacacau serta Tobasta, Marreggae, Still Regggae, dan 1 (satu) komunitas kecil, yaitu Jah Bless yang terdaftar


(57)

menjadi anggota Reggae Medan Indonesia. Berikut ini adalah profile REMI dan 5 (lima) anggota yang tergabung di dalamnya dan masih kerap tampil di hadapan publik dan yang selalu terdaftar dalam kegiatan REMI.

 Reggea Medan Indonesia

Berdiri : 13 November 2009

Pengurus : Seluruh anggota komunitas Ketua : Zumaidi Nedi

Sekretaris : Zack

Bendahara : Nigen Demousz

Alamat : Jl Gaperta Ujung No 168B Medan

Gambar 14. Logo Reggae Medan Indonesia

 Coconut Head

Berdiri : 23 April 2005

Genre : Reggae

Manager : Richard Chaney Road Manager : Zack

Vocal : Tata B.T

Gitar : Imam


(58)

Percussions : Aldie

Drum : Kiki

Keyboard : Andi

Gambar 15. Logo Coconut Head

 Castello

Berdiri : 11 Januari 2009 Genre : Rock dan Reggae

Vocal : Dodo

Gitar : Nando

Bass : Dira

Keyboard : Kania

Drum : Seto

Percussion : Ferry


(59)

 After Sunset

Berdiri : 02 Pebruari 2007

Genre : Reggae

Vocal : Mawan

Gitar : Muzir dan Mamed

Bass : Rambo

Drum : Firman

Percussion : Jengger dan Hisan

Alamat : Jl Merpati Perumnas Mandala Medan

Gambar 17. Personil After Sunset

 Tobasta

Berdiri : 28 Oktober 2006

Genre : Reggae

Manager : Averos Lubis

Vocal : Aza

Gitar : Dio dan Hanafi


(60)

Keyboard : Dada Percussion : Handy

Alamat : Jl Halat No 278 Medan

Gambar 18. Personil Tobasta

 Campiena Reggae

Berdiri : 17 Agustus 2007

Vocal : Ihsan

Gitar : Ibel dan Oko

Bass : Mamid

Drum : Tjoro

Perkusi : Yogie Keyboard : Tyo


(61)

Selain dari band-band reggae di atas, terdapat juga sebuah komunitas kecil yaitu Jah Bless yang juga terdaftar sebagai anggota Reggae Mania Medan Indonesia. Berdirinya Jahh Bless menurut Petrus (26 tahun) terinspirasi karena banyaknya pecinta musik reggae di Fakultas Sastra sekarang ini Fakultas Ilmu Budaya Univesitas Sumatera Utara. Petrus yang kerap dipanggil Opet, adalah pencetus berdirinya Jahh Bless mengatakan, Dari kebiasaan nongkrong di tempat yang sering disebut Black Chanel, Opet menilai sangat banyak mahasiswa di Fakultas Sastra yang sangat berpotensi di dalam memainkan musik-musik reggae, dan sangat banyak yang suka mendengarkan musik reggae. Berikut ini adalah profile Jah Bless.7

 Jah Bless

Manager : Petrus (Opet)

Assisten manager : Ivan

Tim Kreatif : Zaini, Zulkarnaen, Efraim, Chandra

3.3.1. Kegiatan Komunitas Reggae di Kota Medan

Di samping kegiatan rutinitas sehari-hari, tentunya kegiatan komunitas reggae tidak jauh dari bermain musik dan mendengarkan musik. Hal ini dikarenakan kedua kata kerja tersebut dapat dilakukan kapan dan dimana saja. Misalnya bermain musik, dapat dilakukan di dalam rumah, di depan rumah, di pinggir pantai, dan tempat lain sebagainya.

Secara umum, para komunitas reggae bermain musik di tempat lokasi perkumpulan mereka. Imam, gitaris Coconut Head mengatakan, nikmatnya reggae itu 7


(62)

didapat lewat kebersamaannya dan harus santai dan nyaman. Zack juga menambahkan dengan adanya pertemuan ini, mereka bisa menimbulkan banyak ide-ide yang membangun dan mengembangkan musik reggae hingga dapat memasyarakat di kota Medan. Maka tak heran, antara sesama komunitas selalu berkumpul jika tidak ada halangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus REMI, sejauh ini REMI belum pernah mengadakan kegiatan besar, khusus untuk para penggemar reggae di kota Medan. Namun, sebagai tahap awal, Jumaidi sebagai Ketua REMI 2010 – 2011 mengatakan, terhitung dari bulan Juni 2011 – Juni 2011, REMI mengadakan Reggae Party setiap hari minggu pukul 21;00 WIB di Jalan Sisingamangaraja, tepatnya di pelataran parkir Food Cort, Amaliun, Medan.

Kegiatan ini merupakan kerja sama antara manajemen REMI dan Food Cort, dimana pihak manajemen Food Cort menyediakan tempat, panggung, alat-alat band, sound sistem, dan makanan ringan kepada setiap pengisi acara. Dan pihak manajemen REMI menyediakan band reggae untuk mengisi acara yang gunanya untuk menghibur pelanggan yang datang ke Food Cord. Berikut ini adalah beberapa dokumentasi kegiatan Party Reggae di Food Cort, Amaliun, Medan.

Beberapa dokumentasi kegiatan Komunitas Reggae Medan... (Terlampir)

Di sisi lain, Jah Bless pernah mengadakan pesta reggae dengan nama kegiatan ”Reggae in Town” yang dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2011 di Hotel Grand Antares, Medan. Acara tersebut menghadirkan band reggae kota Medan, yaitu


(63)

Coconut Head, After Sunset, Campiena, Tobasta, dan juga menghadirkan Primitive Percussion dan Ziggy Zig. Dan kegiatan ini merupakan pesta reggae perdana di kota Medan. Berikut adalah iklan kegiatan ”Reggae in Town”.

Gambar 18. Poster Acara Reggae in Town

Sebagai apresiasi terhadap musik reggae, kegiatan atau acara lain yang pernah diadakan Jahh Bless di kota Medan adalah sebagai One Love, diadakan pada tanggal 14 Pebruari 2011 di Black Canal Fakultas Sastra USU, Medan dan bermain musik di tempat perkumpulan.

Selain kegiatan bermain musik, komunitas reggae juga mempunyai program kegiatan lainnya, yaitu program sosial dan olahraga. Pada kegiatan sosial, komunitas reggae selalu siap untuk membantu korban bencara alam baik dari segi moral dan material. Untuk menyegarkan dan menyehatkan badan, salah satu program olahraga yang masih berjalan hingga saat ini adalah pertandingan footsal dan tenis meja antar sesama komunitas atau antar band reggae, meskipun tidak ada jadwal pertandingan yang tetap.

Di sisi lain, untuk memasyarakatkan musik reggae di kota Medan, REMI juga menyajikan musik reggae ke jalanan sambil mengamen. Tujuan utama mengamen bukanlah untuk mendapatkan uang, melainkan untuk memperkenalkan musik reggae sekaligus melihat respon masyarakat umum terhadap musik reggae dan komunitasnya, tutur Zack sebagai pencetus ide mengamen. Adapun tempat-tempat yang sering


(64)

mereka datangi untuk mengamen adalah Pagaruyung, Warkop Sudirman, Pajak USU, Jalan Semarang.

3.3.2. Keberadaan ”Reggae” di kota Medan

3.3.2.1. Keberadaan Musik Reggae di Kota Medan

Seperti yang telah dijelaskan pada Perkembangan Musik Reggae di Medan, bahwa musik reggae tidak begitu populer dibanding aliran musik lainnya di hadapan masyarakat Medan. Hal ini dikarenakan musik reggae selalu di identikkan dengan mariyuana (ganja) dan pola hidup yang kurang baik. Apalagi Indonesia merupakan negara hukum dan sangat menjujung tinggi nilai-nilai budaya dan agama, maka penggunaan ganja sangat dilarang keras oleh pemerintah, dan mariyuana merupakan narkotika kelas satu di Indonesia. Anggapan negatif dari masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan musik reggae itu sendiri. Hingga pada akhirnya, di tempat hiburan yang sering mengadakan pertunjukkan musik secara langsung, musik reggae jarang disajikan.

3.3.2.2. Keberadaan Komunitas Reggae di Kota Medan

Sama halnya dengan musik reggae, demikian juga dengan komunitas reggae, juga kurang diterima di mata masyarakat. Meskipun menyuarakan perdamaian, masih banyak masyarakat yang memandang buruk para Reggaeman di Medan. Hal ini dikarenakan oleh penampilan tatanan rambut gimbal, dan rambut gimbal di mata


(65)

masyarakat selalu berkesan negatif. Kesan negatif yang lain, penggemar reggae selalu identik dengan ganja, miras, dan tatanan hidup semaunya.

Meskipun demikian, pandangan buruk masyarakat terhadap komunitas reggae di kota Medan tidak mengurangi eksistensi para Reggaeman. Para komunitas reggae Medan tidak luput dari kegiatan manusiawi, misalnya demo anti kekerasan dan penindasan terhadap kaum lemah, demo anti pencemaran lingkungan hidup.


(66)

BAB IV

SENI PERTUNJUKAN COCONUT HEAD

4.1. Sejarah Berdirinya Coconot Head

Coconut Head adalah salah satu band reggae yang pertama kali mengusung genre musik reggae di kota Medan, yang berdiri pada tanggal 25 April 2005. Menurut Road Manager yang kerap dipanggil Zack , pada awalnya Coconut Head bukanlah sebuah group musik, melainkan nama sebuah café di Negara Thailand tepatnya di Propinsi Phuket yang dimiliki oleh seorang pengusaha yang berasal dari Medan, yaitu Tuty Chaney (48 tahun).8

Tuty Chaney bercerita, pada suatu saat dia melihat dua orang pengunjung di studionya dengan gaya atau dandanan yang mirip dengan Bob Marley. Kemudian Namun usaha café tersebut hanya bertahan sampai 6 bulan. Kemudian pada tahun 2004, Tuty Chaney yang sampai sekarang ini sebagai Manager Coconut Head membuka sebuah studio musik yang juga bernama Coconut Head di jalan Denai ujung No 242 Medan.

Menurut Tuty Chaney yang sudah lama menyukai musik reggae ini, ternyata usaha studio musik merupakan bisnis yang cukup menjanjikan. Apalagi jika didukung dengan alat musik yang bagus dan sound sistem yang bagus juga. Dengan fasilitas yang baik dan lokasi studio yang strategis, studio Coconut Head banyak dikunjungi berbagai group band untuk latihan dengan sistem rental, dimana pada saat itu untuk 1 (satu) jam seharga Rp 20.000,-.

8


(67)

dengan rasa penasaran, Chaney masuk ke ruang operator untuk mendengarkan lagu apa yang mereka latih. Dan lagu yang dimainkan mereka adalah lagunya Eric Clapton yang berjudul “Layla”. Sehabis latihan, Chaney mengajak mereka berbincang-bincang tentang musik. Dan ketika ditanya apa nama bandnya, salah seorang dari mereka yang bernama menjawab “Natural”. Karena Chaney adalah seorang penggemar musik reggae, maka dia pun membuka pembahasan seputar musik reggae, dan ternyata secara tidak sengaja Chaney dan band Natural juga menyukai musik reggae. Saat itu juga Chaney menawarkan agar Natural membawakan lagu-lagu reggae.9

Jika berbicara tentang arti dari kata “Coconut Head”, Chaney menuturkan, ‘Coconut Head” berasal dari bahasa Inggris yaitu “coconut” artinya “kelapa” dan “Head” artinya “kepala”. Jika digabungkan maka “coconut head” Kepala Kelapa”. Kata-kata ini terinspirasi karena reggae selalu identik dengan pantai, dan pantai banyak ditumbuhi oleh kelapa atau boleh dikatakan identik dengan kelapa. Jadi, Chaney berharap Coconut Head menjadi kepala musik reggae di kota Medan.

Seiring berjalannya waktu, band Natural tidak bertahan lama, akan tetapi B.T sebagai vocalis dan Imam sebagai Gitaris Natural tetap berkunjung ke studio Coconut Head karena mereka sudah mempunyai hubungan yang baik dengan operator dan pemilik studio.

Pada suatu saat, Chaney terinspirasi untuk membentuk group band bernama “Coconut Head” dengan genre reggae. Dan beliau pun menawarkannya kepada B.T dan Imam agar mencari personil lainnya. Hingga pada akhirnya, sampai sekarang ini terbentuk group band yang bernama “Coconut Head”.

9


(68)

4.1.1. Profile Coconut Head

4.1.1.1. Coconut Head

Coconut Head berdiri pada tanggal 23 April 2005, dan beralamat di Jalan Denai Ujung No 242 Medan. Struktur keanggotaannya adalah:

1. Manager : Tuty Chaney (48 tahun) 2. Road Manager : Zack (37 tahun)

3. Vocal : tata B.T (28 tahun) 4. Gitar : Imam (27 tahun) 5. Bass : Ndhoi (27 tahun) 6. Percussion : Aldie (24 tahun) 7. Keyboard : Andi (35 tahun) 8. Drum : Kiky (28 tahun)

4.1.1.2. Loggo Coconut Head

Coconut Head memiliki loggo dan loggo tersebut menunjukkan visi dan misi dari Coconut Head itu sendiri.

a. Persegi empat

b. Lingkaran besar

c. Merah, kuning, hijau


(69)

a. Coconut Head “Go International”

b. Coconut Head “From Indonesia”

c. Coconut head “Musik of Reggae”

d. Coconut Head “Smile & Peace”

4.1.2. Manajemen Coconut Head

Meskipun hanya sebuah komunitas atau group band reggae, Coconut Head mempunyai manajemen yang jelas sebagai modal di dalam menerobos dunia musik Indonesia maupun internasional. Waktu latihan dan jadwal manggung serta program, semuanya sudah diatur oleh manajemen. Tuty Chaney selaku manager Coconut Head yang bertugas untuk mempromosikan Coconut Head dan mencari peluang-peluang untuk tampil di berbagai acara melalui berbagai media. Dalam hal keuangan, manajemen juga telah mengaturnya secara propesional demi kemajuan bersama.

Di samping itu, Coconut Head juga mempunyai peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota. Dan setiap anggota yang melanggar peraturan akan mendapatkan sangsi dari pihak manajemen.

4.1.2.1. Program Coconut Head

Kegiatan rutin Coconut Head pada umumnya adalah bermain musik, yaitu latihan dan manggung. Waktu latihan dan manggung telah diatur pihak manajemen sesuai dengan sedikit padatnya tawaran bermain musik.


(70)

Kegiatan rutin latihan sangatlah mendukung pencapaian program yang telah dibuat oleh manajemen. Program utama Coconut Head pada tahun 2010 adalah “Reggae in Campus”. Meskipun nama Coconut Head sudah tidak asing lagi di dunia musik reggae Indonesia, Coconut Head sampai sekarang ini belum mempunyai album. Dan untuk tahun 2011 ini meluncurkan album perdana merupakan program utama yang harus mereka capai.

Selain sibuk mempersiapkan peluncuran album perdana, Coconut Head juga disibukkan oleh jadwal manggung yang cukup padat. Zack mengatakan, meskipun Coconut Head berasal dari kota Medan, namun Coconut Head lebih sering manggung di luar kota Medan. Misalnya di Aceh, Bali, Bandung dan Bogor. Bahkan Coconut Head sudah 3 (tiga) kali diundang ke luar negeri, yaitu 2 (dua) kali ke Thailand pada bulan Pebruari 2009 dan Mei 2009. dan 1 (satu) kali ke Belanda pada bulan Agustus 2010. 10

Program Coconut Head lainnya adalah selalu terlibat di setiap kegiatan yang dilakukan Coconut Head, misalnya mengisi acara pada acara Reggae Party yang diadakan sekali dalam seminggu di Food Cort, Amaliun, Medan. Kegiatan lainnya adalah turun kejalan dan olahraga bersama dengan komunitas Reggae Medan Indonesia. Namun, program tersebut dapat dilaksanakan apabila Coconut Head tudak ada jadwal manggung di tempat lain.

10


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Lampiran 2


(6)

Lampiran 2

Dokumentasi pertunjukan Cococnut Head di Indonesia Reggae Fest