1. Latar Belakang Masalah - Analisis Kesalahan Penggunaan Morfem Infleksi dalam Konjugasi Bahasa Arab pada Santriwati Kelas II Pesantren Darul Arafah

Kajian Linguistik, Agustus 2014, 78-93
Copyright ©20J 4, Program Studi Linguistik FIB USu. ISSN J693-4660

Tahun ke- J2, No 2

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM
KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS IT PESANTREN
DARUL ARAFAB

Noraiooo Hasiboan
inunhasibuan@gmail.com
Khairina Nst, Rahmadsyah Rangkuti
FIB Universitas Sumatera Utara

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan
morfem injleksi dalam konjugasi bahasa Arab yang digunakan pada
santriwati Ids If Pesantren Darul Arafah dalam bidang morfologi, dan
mencoba menelusuri penyebab terjadinya kesalahan. Data yang dianalisis
dalam penelitian ini adalah percakapan santriwati kls II Pesantren Darul
Arafah. Data yang dianalisis dengan menggunakan analissis deskripsi dan

metode analisis kesalahan serta Idasifikasi didasarkan pada teori Tarigan
(1988) dan Versteegh (1997). Temuan penelitian menunjukkan bahwajenis
kesalahan berdasarkan taksonomi linguistik, yaitu bentuk kesalahan pada
verba Perfect sebanyak 15,16%, bentuk kesalahan pada verba Imperfect
sebanyak 53,54%, dan bentuk kesalahan pada verba Imperative sebanyak
31,40%. Dan Jenis kesalahan berdasarkan taksonomi siasat permukaan,
yaitu bentuk kesalahan penambahan sebanyak 60% dan bentuk kesalahan
penghilangan sebanyak 400Al.
Kata Kunci: Analisis kesalahan, morfem injleksi, konjugasi bahasa
Arab

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk menganalisis
kesalahan manusia dalam berbahasa yang merupakan komponen utama linguistik.
Penggunaan bahasa sehari-hari tentu tidak luput dari kesalahan, dan kesalahan tersebut
bervariasi. MeJalui anaJisis kesalahan berbahasa, dapat dije1askan bentuk kesalahankesalahan yang dilakukan oleh siswa baik secara morfologis, fonologis, dan sintaksis
yang kemudian memberikan manfaat tertentu bagi proses pengajaran bahasa. Hal ini
menjadi sangat menarik ketika dalam proses pengajaran bahasa dilakukan analisis

kesalahan untuk menjadi umpan balik sebagai titik tolak perbaikan dalam pengajaran
bahasa dalam mencegah dan mengurangi tetjadinya kesalahan berbahasa yang dilakukan
para siswa. Hal ini ditegaskan oleh James, (1998:2) the study of human error-making in
the domain of language error analysis is a major component of core linguistics.
Kesalahan berbahasa teIjadi karena adanya penyimpangan terhadap kaidah-kaidah
kebahasaan yang dilakukan oleh pembelajar ketika ia menggunakan bahasa.
Penyimpangan yang dimaksud dalam hal ini adalah penyimpangan yang bersifat
sistematis, yakni penyimpangan yang berhubungan dengan kompetensi. Penelitian ini
berkenaan dengan kesalahan berbahasa lisan, yaitu kesalahan berbahasa sehari-hari dalam

Nurainun Hasibuan

bahasa Arab. KesaIahan berbahasa dimaksudkan pada kesalahan menggunakan bentukbentuk bahasa dalam penampilannya secara lisan untuk mengungkapkan suatu bahasa.
Kesalahan morfologi mencakup berbagai kesalahan, seperti kesalahan
pembentukan kata, kesalahan memilih afiks atau penggunaan kosa kata yang tidak tepat
dalam berbahasa. Namun dalam penelitian ini akan dibahas tentang perubahan bentuk
kata yang tidak mengalami pemindahan kelas kata yang dikenal dikenal dengan istilah
"intleksi".
PemiJihan topik ini menjadi bidang kajian daJam tesis ini bertitik tolak dan (1)
Dalam hal ini kesalahan berbahasa akan timbul ketika seseorang memperoleh bahasa

kedua selain bahasa ibunya. (2) Dari basil penelitian awal ditemukan bahwa analisis
dibidang bahasa kurang diperhatikan sehingga berjalan begitu saja, padahal dalam kajian
bahasa Arab penggunaan bahasa Arab merupakan alat komunikasi yan sangat penting.
maka pemahaman bahasa kita sal~
disinilah perlunya dilakukan
Kalau bahasa sal~
analisis kesalahan di Pesantren Daml Arafah. Jika dilihat dari segi analisis kesalahan
berdasarkan linguistik, Penyebab kesalahan tersebut adalah akibat bahasa pertama
terbadap bahasa kedua yang biasa disebut kesalahan interlingual (Interlanguage errors),
dan akibat pengaruh unsur-unsur di dalam bahasa target itu sendiri yang biasa disebut
kesalahan intralinguaI (intralingual erros). (3) Berdasarkan observasi awaJ didapati
babwa nilai morfologi yang diperoleh oleh santiwati kelas II Pesantren Daml Arafah
sangat rendah, dan mereka sering melakukan kesalahan dalam percakapan sehari-hari.
Berdasarkan konsep dan fenomena yang dijelaskan, penelitian ini akan difokuskan
pada bentuk kesalahan morfologi pada penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi
bahasa Arab dan Faktor penyebabnya. Artinya, dalam tulisan ini akan digunakan dua
kajian sekaligus; analisis kesalahan yang dibatasi pada 2 taksonomi yaitu pada taksol1omi
linguistik dan siasat permukaan oleh Tarigan (1988), dan morfologi yang dibatasi pada
morfem infleksi oleh Versteegh (1997). Penelitian tentang analisis kesalahan
peni"bentukan kata pada morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab sudah pernah

tentang analisis kesalahan penggunaan morfem intleksi
diteliti sebelumnya. namun k~ian
dalam konjugasi bahasa Arab di Pesantren Darul Arafah belum pernah diteliti. Penelitian
ini diharapkan dapat mendeskripsikan dan menjelaskan penggunaan morfem infleksi
daIam konjugasi bahasa Arab santriwati di Pesantren Daml Arafah yang pada akhirnya
dapat bermanfaat untuk perbaikan pembelajarannya.

2. Batasao Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas dan agar penelitian lebih fokus,
perlu ada pembatasan masalah. Penelitian ini hanya dibatasi pada Analisis Kesalahan
penggunaan morfem infleksi dalam Konjugasi Bahasa Arab oleh santriwati kelas II di
Pesantren Darul Arafah, dan penyebab kesaIahan tersebut. Verba yang diteliti dibatasi
pada verba Perfect, verba Imperfect, dan verba Imperative. Dan jenis atau model
kesalahan yang akan di analisis dibatasi pada 2 taksonomi yaitu taksonomi linguistik, dan
siasat permukaan.

3. Rumusao Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian il1i adalah:
1. Bagaimanakah bentuk kesalahan penggunaan "Morfem Infleksi dalam Konjugasi
Bahasa Arab" pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah?

2. Apa faktor penyebab kesalahan penggunaan "Morfem lnfleksi dalam Konjugasi
Bahasa Arab" pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah?
79

j

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014
4. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan "Morfem Infleksi dalam Konjugasi
Bahasa Arab" pada santrwati kelas II Pesantren Darnl Arafah.
2. Menjelaskan faktor penyebab kesalahan penggunaan "Morfem Infleksi dalam
Konjugasi Bahasa Arab" pada santriwati kelas II Pesantren Darnl Arafah.

5. ManCaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun
praktis.
a. ManCaat Teoretis
Manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Memperkaya khazanah pengetahuan ilmu bahasa khususnya morfem infleksi
yang termasuk dalam kajian morfologi dengan teori anal isis kesalahan

berbahasa.
2. Sebagai penguatan teori analisis kesalahan berbahasa yang sering timbul dalam
pengajaran bahasa kedua.
3. Menambah pemahaman tentang perubahan bentuk konjugasi bahasa Arab
khususnya yang berkaitan dengan pola verba Perfect, Imperfect dan Imperative.

b. ManCaat Praktis
Pada tataran hasil penelitian ini dapat digunakan:
1. Sebagai bahan masukan bagi para pengurus lembaga bahasa dan guru di
Pesantren Darnl Arafah guna untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan kesalahan berbahasa dan mengajarkan bahasa kedua yang selanjutnya
dapat mengusulkan· model pembelajarnn barn sehingga dapat meningkatkan
pengajaran morfoJogi di Pesantren Darul Arafah.
2. Sebagai bahan masukan bagi siswa Pesantren Darnl Arafah dalam proses
pembelajaran bahasa Arab, khususnya pemahaman Penggunaan morfem
infleksi dalam konjugasi bahasa Arab dan pengaplikasiannya dalam
berkomunikasi sehari-hari.
3. Sebagai usaha pendokumentasian bahasa yang melibatkan bidang morfologi
dan analisis kesalahan berbahasa bagi generasi mendatang.


KAJIAN PUSTAKA

1. Teori yang Relevan
a. Analisis kesalahan
James (1998: 5-6) juga mengemukakan bahwa analisis kesalahan sebagai cabang
dari linguistik terapan pembelajaran bahasa pertama dan bahasa kedualbahasa asing yang
melibatkan bahasa ibu, bahasa sasaran, dan bahasa antara-bahasa sasaran yang digunakan
pembelajar. Namun, ciri khas anal isis kesalahan terIetak pada pendeskripsian bahasa
sasaran dan bahasa antara termasuk analisis perbandingan diantaranya. Oleh karena ito,
pendeskripsian dan perbandingan bahasa sasaran dengan bahasa antara termasuk dalam
tahapan anal isis kesalahan berbahasa.
Selanjutnya Tarigan (1988: 70-72) berpendapat bahwa analisis kesalahan adalah
sutau prosedur keIja. Sebagai prosedur kerja anal isis kesalahan mempunyai Jangkah80

Nurainun Hasibuan

Jangkah tertentu, yang dirnaksud dengan ''metodologi'' analisis kesalahan. Yang
mencakup pada pengumpulan data kesalahan, pengidentifikasian kesalahan dan
pengklasifikasian kesalahan, memperingkat kesalahan, menjelaskan kesalahan, dan
mengoreksi kesalahan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dalam penelitian ini menggunakan teori
(Tarigan 1988) karena teori ini dapat memandu Peneliti untuk mencari data di lapangan.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa anal isis kesalahan adalah suatu proses yang betujuan
untuk menganalisis kesalahan berbahasa yang digunakan oleh pembelajar bahasa asing
melalui prosedur kerja dengan menggunakan teknik penelitian meliputi pengumpulan
data pada sampel, pengidentifikasi kesalahan tersebut berdasarkan faktor penyebabnya,
dan menginterpretasikan kesalahan tersebut secara sistematis.

b. Jenis analisis kesalahan
Menurut Tarigan (1988: 87) kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran
bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa
tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalaan berbahasa harus
dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan
baoyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau
taksonomi kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:
(1 )taksonomi kategori linguistik;
(2)taksonomi siasat permukaan;
(3)taksonomi komparatif; dan
(4)taksonomi efek komunikatif.
Dari jenis analisis kesalahan di atas penelitian ini hanya fokus pada jenis analisis

kesalahan berdasarkan kategori 2 taksonomi. Yakni pada taksonomi lioguistik dan siasat
permukaan. Kareoa bentuk kesalahan berdasarkan bentuk morfem infleksi ini lebih
cenderung kepada taksonomi linguistik dan siasat permukaan.

c. Faktor penyebab terjadinya kesalahan berbahasa
Kita telah mengetahui bahwa identifikasi dan analisis interferensi anatara bahasabahasa yang saling kontak, secara tradisional merupakan aspek pokok dalam menelaah
kedwibahasaan. Dalam kontak antarbahasa itu sering terjadi saling mempengaruhi, yang
mengakibatkan terjadinya kesalahan berbahasa. Secara garis besarnya, Richards (1974)
mengatakan bahwa faktor penyebab kesalahan berbahasa yang terjadi oleh pembelajar
bahasa itu dibedakan atas: kesalahan 'antarbahasa' (nterlanguage errors, dan kesalahan
'intrabahasa' intralingual errors.
1. Kesalahan 'antarbahasa' interlanguage errors, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh
interferensi (B I) terhadap (B2) yang dipelajari.
Richards (1985: 37) mengelompokkan faktor kesalahan antar bahasa Interlingual
error di dalam proses antar bahasa terdapat 5 proses antar bahasa yaitu: transfer
bahasa language transfer transfer latihan transfer of training ,siasat pembelajaran
bahasa kedua strategies of second language learnig" siasat komunikasi bahasa kedua
strategies of second language communication, penyamarataan yang berlebihan
mengenai bahan linguistik bahasa sasaran over-generalization of target language
linguistic material. Namun selain 5 proses antarbahasa tersebut ada sejumlah proses

81

j

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014
lainnya yang dalam beberapa hal berkaitan dengan bentuk-bentuk pennukaan ucapanucapan antarbahasa. Di antaranya sebagai berikut
2. Kesalahan 'intrabahasa' intralingual e"ors, yaitu kesalahan yang merefleksikan cirieiri umum kaidah yang dipelajari seperti kesalahan generalisasi, aplikasi yang tidak
sempuma terhadap kaidah-kaidah, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi
penerapan kaidah.

2. Morfologi
Secara etimologi morfologi berasal dari kata morf yang berarti 'bentuk' dan kata
logi yang berarti 'ilmu'. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti 'Hmu mengenai
bentuk'. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti 'ilmu mengenai bentuk-bentuk dan
pembentukan kata' (Chaer: 2008:3).
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang
linguistik yang membahas mengenai perubahan kata. Dalam bahasa Arab, morfologi
merupakan sharf, dimana di dalamnya banyak membahas tentang perubahan-perubahan
kata dari satu kata menjadi sejumlah kata yang mempunyai arti tersendiri.


a. Morfem Intleksi
Istilah Fleksi (flexion dalam bahasa inggris) atau "lnfleksi" (inflexion) berarti
semua perubahan paradigmatis yang dihasilkan dengan proses morfemis mana pun, boleh
dengan aftksasi, boleh dengan modiftkasi intern (Verhaar: 1976: 69). Ciri infleksi iaIah
bahwa bentukan infleksi itu tergolong dalam kategori kata yang sarna dengan morfem
dasamya; kedua, bahwa kontruksi infleksi mempunyai distribusi yang sarna dengan
morfem dasamya. Contoh dalam bahasa Indonesia:tulis, tulisi, tuliskan, ditulisi,
dituliskan, menulisi, menuliskan, tertulis, tertuliskan, semuanya tergolong kategori verba.

b. Proses intleksi daIam konjugasi bahasa Arab
Proses morfologi infleksi dalam bahasa-bahasa dunia dikenal dalam konjugasi dan
deklinasi (Verhaar, 1999: 121-126). Konjugasi adalah alternasi infleksi pada verba dan
deklinasi adalah altemasi pada nomina dan adjektiva. Konjugasi meneakup (1) kala, (2)
aspek, (3) modus, (4) diathesis, (persona: jumlah dan jender).
Kategori verba dalam bahasa Arab terbagi menjadi verba Perfect (ft'il madi), verba
Imperfect (ft'il mudiiriJ, dan verba Imperative (ft'il ? amr). Penggolongan kata menjadi
verba, selain ditentukan oleh fungsi di dalam kalimat, juga ditentukan oleh pola yang ada
dalam bahasa Arab. PoIa disini menunjukkan bahwa masing-masing verba mempunyai
cirri-eiri tersendiri (Ad-dahdah, 1981: 115).
Dalam morfem infleksi, proses morfologis atau perubahan bentuk yang teIjadi
lebih disebabkan oleh adanya hubungan sintaksis dan tidak berakibat pemindahan kelas
kata, Aftks-aftks infleksi yang bersifat inflektif meliputi hubungan garamatikal berkenaan
dengan kategori persona, jumlah, jender, dan kala. Persona, jumlah, jender merupakan
kategori gramatikal yang memarkahi verba dalam bahasa Arab. Pemarkahan semacam ini
merupakan bentukan penyesuian verba dengan subjeknya (Verhaar, 1999:132).
Penyesuaian itu dalam hal persona, jumlah, dan jendemya sehingga verba dalam Arab
berubah menjadi empat belas pola. Budaya bangsa Arab memilki konsep jender yang
membedakan maskulin versus feminin secara ketat berimplikasi pada perwujudan
bahasanya sehingga hampir semua kelas kata dalam bahasa Arab tennasuk verba.
82

Nurainun Hasibuan
C.

Mofem Infleksi Dalam Konjugasi Bahasa Arab yang berupa Kala dan
Diathesis: Persona Jumlah, dan Jender

Kategori gramatikal persona, jumlah, dan gender dalam bahasa Arab memarkahi
verba dengan infleksi-infleksi. Infleksi dapat didefenisikan sebagai perubahan
paradigmatik sebuah leksem yang tidak menimbulkan makna barn (Jensen, 1990: 150).
Morfem infleksi berubah secara paradigmatis berdasarkan persona, jumlah dan jender
dari pelaku perbuatan. Berdasarkan teori Dahdah sebelumnya, dijelaskan bahwa verba di
dalam bahasa Arab terdiri dan 3 macam yaitu, verba Perfect, verba Imperfect dan verba
Imperative. Verba Perfect berinfleksi secara paradigmatik melalui konjugasi sufiks
pemarkah subjek atau disebut nama kojugasi sufiks (suffIX conjugation), sedangkan verba
'Impeifect berinfleksi secara paradigmatik melalui koqjugasi prefiks pemarkah subjek
atau disebut dengan nama konjugasi prefiks (prefix conjugation), selanjutnya verba
Imperative' yang berinfleksi melalui konjugasi prefiks pemarkah subjek atau disebut
dengan nama konjugasi prefiks (prefix conjugation) .(Versteegh, 1997: 84).

3. Penelitian yang Relevan
Jurnal yang beJjudul "Fungsi Afiks Inflkesi Penanda Persona, Jumlah Dan Jender
dalam Verba Bahasa Arab" (Nur, 2010). Penelitian ini mengkaji fungsi afiks infleksi
sebagai penanda persona, jumlah, dan jender ditinjau dari perspektif morfologi infleksi
dan derivasi. Kajian ini merupakan peneIitian kualitatif dengan metode linguistik
struktural. Hasilnya menunjukkan ada dua sistem infleksi dalam verba bahasa Arab, yaitu
infleksi sufiks dan afiks. Dalam suatu kalimat, infleksi berfimgsi menandai hubungan
verba dalam subjeknya, baik penanda persona,jumlah, danjender. Adanya sistem infleksi
membuktikan pola kalimat dalam bahasa Arab yang cukup lowes, yaitu kedudukan verba
dapat ada sesudah atau sebelum subjek. Selain itu adanya sistem infleksi menunjukkan
bahwa bahasa Arab itu bersifat infleksi secara morfologis. Artinya, kata-kata dalam
bahasa Arab itu terbentuk dari morfem-morfem yang masing-masing mendukung konsep
garamatikal yang berbeda. Infleksi digunakan agar hubungan diantaranya makin jelas.
Hasil penelitian ini menjadi referensi utama untuk penggunaan teori afiks infleksi dalam
bahasa Arab yang juga digunakan dalam kajian ini.
Tesis yang beJjudul "Analisis Kesalahan Sintaksis Karangan Bahasa Inggris
Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris FKIP Uniiversitas HKBP Nommensen Pematang
Siantor" Oleh Napitupulu (2008). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenisjenis kesalahan sintaksis yang terdapat dalam karangan mahasiswa, menemukan jenis
kesalahan yang paling dominan, menemukan penyebab kesalahan-kesalahan tersebut dan
menemukan implikasi kesalahan mengarang dalam pemerolehan bahasa. Data
dikumpuikan melalui dua buah instrument yaitu karangan bebas dan karangan terikat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Data dianalisis dengan
menggunakan taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan dan taksonomi
efek komunikatif. Penelitian menjadi bahan masukan atau bahan banding untuk melihat
penerapan analisis kesalahan.
Berdasarkan kajian relevan yang tertera di atas tidak ditemukan pembahasan
tentang kesalahan penggunaan morfem infleksi konjugasi bahasa Arab di pesantren Darul
Arafah. Dengan demikian penelitian ini masih layak untuk dilaksanakan.

83

-~

j

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

4. Kerangka Kerja Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini menggunakan pendekatan morfologi. Analisis dalam
kajian ini menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan morfem infleksi konjugasi bahasa
Arab. Selanjutnya, bentuk kesalahan tersebut dianalisis menggunakan kajian yang
mendukung proses analisis kesalahan dengan model kesalahan (taksonomi kesalahan)
yang selanjutnya akan ditelususri penyabab teIjadinya kesalahan penggunaan morfem
infleksi dalam konjugasi bahasa Arab.

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Metode yang digonakan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini akan melihat bentuk
kesalahan berupa data lisan yakni sebuah percakapan sehari-hari yang berisi morfem
inflektif. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada pendokumentaasian dan
penganalisisan hal-hal yang teIjadi secara natural dalam percakapan sehari-hari,
Percakapan tersebut akan direkam dan kemudian di analisis. Dan dibantu dengan
Penghitungan sederhana terhadap data yang digunakan pada waktu menghitung kesalahan
serta persentasenya.

2. Lokasi dan waldo Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah di Pesantren
Darul Arafah desa Laubakeri Kabupaten Deli serdang Sumatera Utara.

b. Waldu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan mulai bulan april sampai bulan juni
2014.

3. Data dan Somber data
Data yang diperoleh bersumber dari data primer dan sekunder.
1. Data primer berupa data lisan, yakni: data lisan berupa percakapan bahasa Arab
yang berisi kesalahan-kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam berbahasa
sehari-hari yang dilakukan oleh santriwati kelas II.
2. Data sekunder berupa data lisan wawancara, yang dikumpulkan dalam bentuk
daftar pertanyaan, dan data tulis berupa dokumen yang terdiri dari Iiteraturliteratur yang berkaitan dengan penelitian.

4. Teknik Pengompulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini dipergunakan
metode pengumpu]an data dengan metode simak dan metode cakap. Metode simak
digunakan untuk memperoleh data lisan. Metode ini memiliki beberapa teknik, yakni
teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar digunakan dengan menggunakan teknik
sadap, yakni dengan menyadap pembicaraan informan dalam percakapan sehari-hari
(Sudaryanto, 1993 : 133) metode ini sarna dengan metode observasi dimana peneliti
84

Nurainun Hasibuan

meoyimak penggunaan bahasa siswa taopa sepengetahuan mereka. Dalam teknik lanjutan
digunakan beberapa teknik, yakni (1) teknik rekam (2) teknik catat dalam mencatat semua
situasi yang ditemukan di lapangan yang mungkin mempengaruhi data dan dapat dibahas
dengan leogkap pada hasil temuan.
Selanjutnya, metode cakap digunakan untuk memperoleh data sekunder. Metode
ini dilakukan untuk memberikan keabsahan data agar data yang diperoleh lebih akurat.
5. Teknik Analisis Data
Pada tahap ini data yang diperoleh akan dianalisis sesuai dengan teori (Tarigan,
1988) untuk menganalisis kesalahan yang dilakukan, dan metode agih untuk menganalisis
bentuk kesalahan yang dilakukan. yaitu dengan Mengumpulkan kalimat-kalimat yang
salah dari percakapan yang dilakukan oleh santriwati kelas II. Kemudian bentuk
kesalahan dapat diklasifikasi berdasarkan taksonominya, selanjutnya frekuensi kesalahan
untuk mengetahui persentase jumlah seluruh kesalahan dengan mentabulasi kesalahankesalahan yang dilakukan siswa dengan rumus:
Frekueosi =

}!XlOO%

keteraogao:
Jk: JumJah kesalahan
Jsk: Jumlah seluruh kesalahan

Kemudian kesalahan yang telah diidentifikasi dengan padanan kalimat yang benar,
dan pada data inilah ditelusuri peoyebab tetjadinya kesalahan dengan menggunakan teori
(Richards: 1985).

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1. Kesalahan Berdasarkan Taksonomi Linguistik
Bentuk kesalahan berdasarkan taksonomi linguistik dapat dilihat dari bentuk
sebuah kata, kesalahan ini digolongkan pada kesalahan dalam memilih afiks. Adapun
jenis kesalahan-kesalahan yang ditemukan dengan penggunaan aflks ini diIihat dari segi
waktunya yaitu verba Perfect, Imperfect, dan Imperative.

a. Kesalahau Penggunaan afiks pada verba Perfect
Kesalahan penggunaan aftks infleksi pada verba Perfect ini tetjadi sebanyak 15
buah.
Kesalahan pada yang terdapat dalam kaJimat di atas akan diklasifikasikan, data
kesalahan pada bentuk verba Perfect dapat dilihat pada tabael dibawah ini:
Tabell Bentuk KeSaiahan verba Perfect
No

Kesalahan

Makna

Perbaikan

Makna

1.

w~/sya

'dia (F) merasa'

w~/sya'urti

'kamu (F) merasa'

2.

(~,i/fahmtl

'dia (F) faham'

~/fahimtul

'dia (F) faham'

3.

iI//";lroainai

'mereka
melihat'

4.

' ~'h

'dia (M) telah berbicara'

'urol

Itahddasal

-;

(F)

telah

W;/..;Iroaitumai

85

clhJItahddastil

'kamu dua (F) telah
melihat'
'kamu
telah
(F)
berbicara'

Kqjian Linguistil!, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

"p{;ltaakhoro

'dia (M) telah terlambat'

iJ1foltaakhortunna/

'dia
(M)
terlambat'

telah

5.

~/taghoni

(M)
'dia
bemyanyi'

{1.' iC iltaghonnainOl

'kami
bemyanyi'

telah

6.

telah

,~L.1:I

7.
8.
'~!"

lhama/tul

'aku telah membawa'

liJ...:,./ham/nOI

'kami
membawa'

lhahahtul

'aku suka'

L¥.a- lhahahnii/

'kami suka'

~LJl.,

9.

telah

Ima syiiatl

10.

,~!.la

11.

u-.."Isami 'at!

(F)
'dia
mendengar'

t::.wliIqiiamatl

'dia (F) berdiri'

'ihat!

~/mi

'dia (F) serah'

syi'na!

'mereka dua (F) telah
bermain'
~Ila'iht/

'dia (F) telah bermain'

'dia (F) serah'

telah
~/sami'

'dia
(M)
mendengar'

,slilqiima/

'dia (M) berdiri'

telah

12.

13.

~l.Adhi

14.

, ;1; VnadzzoJa!

'atl

~/taklm

15.

benda (F) telah
'ito
tf....4ldhii'a!
hHang'

'ito benda (M) telah
hilang'

'dia
(M)
membersihkan '

~/nad:zoft

'dia
(F)
telah
membersihkan'
~/taklm!

(F)
'dia
berbicara'

telah

'dia (M) telah berbicara'

telah

Dari tabel tersebut kesalahan penggunaan morfem infleksi pada verba Perfect
berjumlah 15 buah, yang terdiri dari penggunaan sufiks {-t} sebanyak 7 buah terdapat
pada nomor (1, 2, 9, 10, 11, 12, dan 13), Kemudian sufiks {-to} sebanyak 2 buah
terdatap pada nomor 7, dan 8), dan selanjtunya suftks {-na} sebanyak 1 buah hanya
terdapat pada nomor 3. Dan pada persona ketiga tunggal maskulin sebanyak 5 buah
terdapat pada nomor 4,5,6, 14 dan 15.

b. Kesalahan Penggunaan afiks pada verba Imperfect
Kesalahan penggunaan afIks infleksi pada verba Imperfect terjadi sebanyak 53
kesaJahan. KesaJahan ini terjadi karena santriwati masih sulit membedakan antara
penggunaan morfem infleksi untuk persona ketiga tonggal, dual, dan jamak maskulin.
Kemudian penggunaan persona kedua tunggal, dual, danjamak feminin.
Untok lebih jelasnya, data kesalahan pada bentuk verba Imperfect dapat dilihat
ada tabel berikut:

Verba

No.
~jltadzhn

1.

Makna

Perbaikan

Makna

'kamu (F) sedang pergi'

u.z.a.y Iyadzhahna!

'mereka (F) sedang pergi'

iJ0.WItukhhiriinil

'kamu dua
mengabari'

2.
~/tukhbirl

'kamu (M) sedang mengabari'

3.

c='"yltarji 'ul

'kamu (M) pulang'

iJ~

4.

Cy.JItakhrujul

'kamu (M) sedang keluar'

iJ4>-f iItakhrujiini/
86

y Itarji'iini!

(F)

sedang

'kamu dua (F) pulang'
'kamu

dua

(F)

sedang

Nurainun Hasibuan

keluar'

5.

j?;; iltahjadzu!

'kamu (M) sedang menghafaI'

iJ~

Itahjadziinil

'kamu dua
menghafaI'

(F)

sedang

(F)

sedang

6.

~/tahqirul

'kamu (M) sedang menghina'

iJf..;i:i.:.Jltahtaqiriinii

'kamu dua
menghina'

7.

e.,.,iJltaqiimu!

'kamu (M) sedang berdiri'

iJ..JA.,.,iJItaqiimUnai

'kalian (M) sedang berdiri'

'dia (F) sedang berbicara'

iJ..JAlS:i; Iyataldlamnal

'mereka
berbicara'

~/taklmu!

8.
9.

I.;-JAJiItadzhabu!

'dia (F) sedang pergi'

iJ:I4~

'kamu (M) mengganggu'

iJuIJA'".J1ltuwaswisnal

Iyadzhabiinal

(M

sedang

'mereka (M) sedang pergi'

10.

~JU.1

11.

~/taknus!

12.

~/tajmi

13.

#Itasyghulu!

'kamu (M) sedang sibuk'

~/tasyghuln

'kalian (F) sedang sibuk'

14.

&Itatba'u!

'kamu (M) ikut'

iJaiUltatba 'nal

'kalian (F) ikut'

15.

#Ituhmilu!

'dia (F) menyepelekan'

uLwlyuhmilnai

'mereka (F) menyepelekan'

16.

f:!l.; ltuthillu!

'dia (M) mengintip'

iJAlyuthilliinai

'mereka (M) mengintip'

17.

'. ,..lIltal 'abu!

'dia (F) sedang bermain'

~/yal'bn

'mereka (F) sedang bermain'

Ituwaswisu!

'u!

'kalian (F) mengganggu'

'dia (F) sedang menyapu'

~lyaknus

'mereka
menyapu'

(F)

sedang

'dia (M) sedang berkumpul'

iJ~/yajtm'n

(M)
'mereka
berkumpul'

sedang

18.

~/tashi

'kamu (M) maIu'

~/tashinl

'kamu (F) malu'

19.

?l;;ltata-akhorl

'kamu (M) terlambat'

i;J....ftltiItataakhorinal

'kamu (F) terlambat'

20.

!h/yaqrou!

'dia (M) sedang membaca'

l.Pltaqroui

'dia (F) sedang membaca'

21.

~lyufatis

'dia (M) sedang memeriksa'

uZWltufattisyul

'dia (F) sedang memeriksa'

22.

..pU;/yataakhorl

'dia (M) terlambat'

"pI;;Itataakhorul

'dia (F) terlambat'

23.

.J:.i....!ltasquthu

'itu benda (F) jatuh

~/yasquthU!

'itu benda (M) jatuh

24.

foltasytarl

'kamu (M) sedang membeli'

IY....)iJ.1 Itasytarinal

'kamu (F) sedang membeli'

25.

UWltakhaful

'kamu (M) takut'

iJ!iWItakhiifinal

'kamu (F) takut'

26.

':J"pltuqorribul

'kamu (M) mendekati'

iJ:II.PItuqorribinal

'kamu (F) mendekati'

'kamu (M) sedang membawa'

iJ:Jl-1ltahmilinai

'kamu (F) sedang membawa'

~

'kamu (F) sedang mandi'

~/tahmilu

27.
~/tashimu!

28.

'kamu (M) sedang mandi'

Itastahimminal

29.

pltandzurul

'kamu (M) sedang melihat'

i;J~/tandzur

'kamu (F) sedang melihat'

30.

plturidu!

'kamu (M) ingin'

():.JjyIturidinal

'kamu (F) ingin'

~/tamsyil

31.
32.

~/tabkil

'kamu (M) beJjalan'

~/tamsyinl

'kamu (F) beJjalan'

'kamu (M) sedang menangis'

iJ:AUItabkfnal

'kamu (F) sedang menangis'

33.

'. ,Kiltaktubul

'kamu (M) sedang menulis'

UJfiSjItaktubmal

'kamu (F) sedang menu lis'

34.

'. !!i'iltujlbul

'kamu (M) menjawab'

i;,!:"i'iltufibinal

'kamu (F) menjawab'

35.

'.

I

i