BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 - Analisis Kesalahan Penggunaan Pelengkap Arah Laidan Qu dalam Kalimat Bahasa Mandarin

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka Analisis kesalahan pelengkap arah pelengkap arah sudah pernah diteliti.

  Berikut ini akan diuraikan hasil penelitian sebelumnya. Di Cina sendiri ada yang meneliti tentang kata kerja penunjuk arah yaitu Yang Chun Yong dengan judul

  “yuènán xuéshēng hànyǔ bǔyǔ xí dé piān wù fēnxī” (2005) dalam jurnal Yun Nan Shi Fan Da Xue . Dalam skripsi tersebut Yang Chun Yong memaparkan

  analis kesalahan mahasiswa Vietnam terhadap pelengkap arah yaitu pelengkap derajat, pelengkap akibat, pelengkap arah, pelengkap potensial (kemungkinan), pelengkap frekuensi, pelengkap durasi. Yang Chun Yong membahas lebih luas pemakaian beberapa jenis pelengkap arah serta analisis kesalahan dan kesalahan penggunaan pelengkap-pelengkap dalam bahasa Mandarin, seperti pelengkap derajat, pelengkap hasil, pelengkap durasi, pelengkap potensial atau kemungkinan, dan pelengkap arah. Sedangkan peneliti sendiri meneliti kesalahan penggunaan kata pelengkap arah 来 (lái) dan 去 (qù) yang dilakukan oleh mahasiswa semester

  IV Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara.

  Gang Mei Zhi Zi dengan judul penelitiannya “shì lùn xiàndài hànyǔ

  Shanghai Shifan “lái”/“qù” zuò qūxiàng bǔyǔ yīxiē wèntí” (2003) dalam jurnal

Daxue. Didalam jurnal tersebut, Gang Mei Zhi Zi membahas pelengkap arah 来

  

(lái) dan 去 (qù) yang menunjukkan perubahan arah atau gerak suatu tindakan

  dan juga perubahan suasana hati ataupun perasaan. Penulis membahas fungsi 来 dan 去 (qù) sebagai kata kerja penunjuk arah, ruang lingkup dan fungsi kata

  (lái)

  kerja penunjuk arah 来 (lái) dan 去 (qù), filosopi dan pandangan dunia terhadap kata kerja penunjuk arah 来 (lái) dan 去 (qù), kapan 来 (lái) dan 去 (qù) digunakan sebagai pelengkap arah, dan bagaimana membedakan penggunaan

  Wang Li Cai dengan judul penelitiannya

  “lái”,“qù” chōngdāng de qūxiàng bǔyǔ hé bīnyǔ de cìxù wèntí” (2005) dalam jurnal Guangxi Shehui Kexue.

  Wang Li Cai membahas kata kerja yang menggunakan 来 (lái) dan 去 (qù) dan juga yang menggunakan objek. Penulis membahas mengapa ada bentuk atau pola kalimat yang hanya boleh menggunakan 来 (lái) tapi tidak boleh menggunakan 去

  

(qù), mengapa ada juga bentuk atau pola kalimat yang bisa menggunakan 来 (lái)

  dan 去 (qù), mengapa ada didepan objek, dibelakang objek saja dan juga boleh kedua-duanya yaitu diletakkan didepan objek ataupun dibelakang objek. Hal ini sangatlah berkaitan erat dengan kata kerja dan juga objek yang digunakan dalam kalimat. Kata kerja tersebut dapat dibagi dua yaitu: (1) perpindahan dari kata kerja, beberapa kata kerja ini semua mengarah pembicara ataupun meninggalkan pembicara yang didasarkan dari makna arah ciri semantiknya.(2) bukan perpindahan dari kata kerja, kata kerja ini tidak semua mengandung makna arah dari ciri semantiknya.

  Tian Jian Wei dengan judul penelitiannya

  “lái”,“qù” de yǔ fǎ huà dòng yīn yǔ jīzhì” (2010) dalam jurnal Jinan Daxue Shuoshi Xuewei Lunwen. Di dalam

  jurnal tersebut, Tian Jian Wei membahas mekanisme pembentukan tata bahasa 来

  

(lái) dan 去 (qù) dari zaman kuno, dinasti-dinasti hingga zaman modern

(qù) . Sehingga dari skripsi tersebut dapat diketahui bahwa kata 来 (lái) dan 去 (qù) tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap arah namun berfungsi sebagai kata kerja penunjuk arah dan kata bantu penunjuk arah.

  Gao Yan dengan judul penelitiannya “qūxiàng bǔyǔ “lái” “qù” shǐyòng

  bù duìchèn de yǔ yòng kǎochá” (2007) dalam jurnal Zhong Xueyuan Xuebao. Gao

  Yan membahas 来 (lái) dan 去 (qù) adalah sebuah kata yang memiliki bentuk atau pola simetris dalam kalimat, kata kerja penunjuk arah yang simetris, penggunaannya yang setara, tapi dalam penggunaanya sebagai pelengkap arah, kata 来 (lái) frekuensi penggunaanya jauh lebih tinggi dibandingkan penggunaan pelengkap arah 去 (qù). Menunjukkan ada hubungan tertutup atau sidak simetris dalam penggunaan pelengkap arah 来 (lái) dan 去 (qù).

  Li Qiu yang dengan judul penelitiannya “hàn tài qūxiàng bǔyǔ duìbǐ

  yánjiū yǔ yǔ jì qiānyí piān wù shēngchéng” (2010) dalam jurnal Beijing Daxue

  Hanyu Jiaoxue Xue Kan. Li qiu membahas apa yang menjadi penyebab kesalahan

  penggunaan pelengkap arah dalam penyampaian makna dan konteks kalimat dalam bahasa Mandarin dan juga menjelaskan penggunaan pelengkap arah kepada pelajar Thailand.

2.2 Konsep

  Konsep merupakan penjelasan tentang variabel-variabel dalam sebuah unsur-unsur kalimat, dan jenis kalimat.

  2.2.1 Tata Bahasa

  Jika kita mempelajari bahasa maka kita juga akan mempelajari tata bahasa suatu bahasa yang hendak kita pelajari. Hal itu karena, setiap bahasa memiliki tata bahasa yang berbeda-beda. Tata bahasa adalah suatu kaidah pembentukan kalimat dengan kata-kata yang ada (Yongxin, 2005:1).

  2.2.2 Unsur kalimat

  Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Arifin dan Tasai, 2006 : 66). Didalam kalimat terdapat unsur-unsur kalimat yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

  Menurut Romadi, dkk (2008 : 84) menyatakan bahwa Subjek (selanjutnya disebut sebagai S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok

  (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek pada umumnya diisi oleh jenis kata atau frasa benda (nomina), klausa, atau frasa verba..

  Predikat (selanjutnya disebut sebagai P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku, tokoh, atau benda didalam sebuah kalimat). Selain memberitahu tindakan atau jati diri subjek. Predikat dalam kalimat juga dapat menyatakan jumlah sesuatu yang dimiliki subjek. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat pula numeria, nomina, atau frasa nominal.

  Objek (selanjutnya disebut sebagai O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi nomina, frasa nominal, atau klausa.

  Letak objek selalu dibelakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya objek .

  Pelengkap (selanjutnya disebut sebagai Pel) atau komplemen adalah kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya dibelakang P yang berupa verba.

  Posisi tersebut juga ditempati O dan jenis kata yang mengikuti Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupan nomina, atau klausa. Namun antara pelengkap dan Objek terdapat perbedaan.

  Keterangan (selanjutnya disebut sebagai Ket) adalah bagian dari kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur keterangan dapat menerangkan S, P, O, dan Pel. Keterangan ini memiliki posisi manasuka, artinya posisi Ket dapat di awal kalimat diakhir kalimat maupun diantara subjek dan predikat. Keterangan dapat berupa frasa nominal, frasa prepisional, adverbia, atau klausa.

  Dalam bahasa Mandarin kata kerja yang menyatakan arah seperti 来 (lai), 去 (qu), 上 (shang), 下 (xia), 进 (jin), 出 (chu), 回 (hui), 过 (guo), 起 (qi) dan lain-lain, pada saat diletakkan di belakang kata kerja yang lain, akan menjadi pelengkapnya, akan menerangkan suatu tindakan. Pelengkap semacam ini disebut pelengkap arah. Ada dua macam pelengkap arah yaitu pelengkap arah sederhana dan gabungan.

  Pelengkap arah sederhana ada dua yaitu 来 (lai) dan 去 (qu). Pelengkap arah 来(lai) untuk menyatakan suatu tindakan mengarah ke pembicara, sedangkan pelengkap arah 去(qu) untuk menyatakan suatu tindakan meninggalkan pembicara.

  Pelengkap arah gabungan menggunakan kata kerja 上 (shang), 下 (xia), 进 (jin), 出(chu), 回(hui), 过(guo), 起 (qi) dan lain-lain, di belakangnya ditambahkan pelengkap arah sederhana 来(lai) dan 去(qu). Pelengkap arah gabungan dapat menjadi pelengkap arah untuk kata kerja yang lain dan menyatakan suatu tindakan.

2.2.4 Jenis kalimat

  Dalam bahasa Indonesia, kalimat dapat digolongkan menurut jumlah klausa pembentuknya, fungsinya, kelengkapan unsur-unsurnya dan susunan subjek predikatnya (Romadi dkk, 2008 : 85).

  Menurut jenis klausa, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu keterangan sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal.

  Kalimat berdasarkan fungsi isi atau makna komunikatifnya dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu kalimat berita atau deklaratif, kalimat perintah atau imperatif, kalimat tanya atau interogatif, dan kalimat seru atau eksklamatif.

  Kalimat menurut kelengkapan unsur dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kalimat lengkap atau kalimat mayor dan kalimat tak lengkap atau minor.

  Kalimat juga dapat dibedakan atas susunan subjek dan predikatnya, dapat dibedakan menjadi kalimat biasa dan kalimat inversi. Kalimat biasa adalah kalimat yang strukturnya biasa, yaitu Subjek kemudian diikuti oleh unsur Predikat. Sedangkan kalimat inversi adalah kalimat yang unsur predikatnya mendahului unsur subjek.

  Kalimat dalam bahasa Mandarin dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kalimat tunggal dan kalimat mejemuk. Namun, kalimat tunggal dan kalimat majemuk dapat dibedakan lagi menjadi beberapa jenis. Adapun jenis kalimat tunggal tersebut yaitu:

  1. Kalimat S-P, kalimat S-P dapat diklasifikasikan lagi menjadi kalimat berpredikat kata kerja, kalimat berpredikat kata sifat, kalimat berpredikat kata

  2. Kalimat tanya, kalimat tanya juga dapat diklasifikasikan lagi menjadi kalimat tanya ma, kalimat tanya menggunakan kata ganti tanya, kalimat tanya bentuk afirmatif- negatif, bentuk kalimat tanya dengan “...haishi..”, kalimat tanya eleptik dengan ne, kalimat tanya menggunakan shi bu shi, dan kalimat tanya menngunakan shi ma, hao ma, xing ma.

  3. Kalimat berpredikat kata kerja yang khusus yaitu: kalimat shi, kalimat you, kalimat berkata-kerja seri, kalimat privot, kalimat eksistensial, kalimat ba, kalimat pasif.

  4. Kalimat “shi...de”.

  5. Kalimat perbandingan dengan menggunakan bi, you atau mei you, gen..yiyang, dan zui atau geng.

  6. Kalimat bukan S-P yaitu kalimat tak bersubjek dan kalimat satu kata.

  Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang memiliki hubungan yang erat. Kalimat majemuk dapat dibagi dua yaitu: 1.

  Kalimat majemuk koordinatif, kalimat majemuk koordinatif dapat klasifikasikan menjadi kalimat majemuk koordinatif, kalimat majemuk majemuk suksesif, kalimat majemuk progres, kalimat majemuk pilihan. Kalimat majemuk subordinatif, dapat dibagi menjadi kalimat majemuk transisi, kalimat majemuk sebab akibat, kalimat majemuk bersyarat, kalimat majemuk pengandaian, kalimat majemuk tujuan, dan kalimat majemuk preferensi.

2.3 Landasan Teori

  Landasan teori yang dipakai penulis dalam menyelesaikan proses skripsi ini adalah teori analisis kesalahan. Dalam teori analis kesalahan dijelaskan perbedaan antara kekeliruan dan kesalahan. Kekeliruan umumnya disebabkan oleh faktor performasi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya (Tarigan dan Tarigan, 1998:75).

  Sebaliknya kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya, siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya (Tarigan dan Tarigan, 1998:75-76).

  Menurut Tarigan dan Tarigan (1998:85) secara garis besarnya, kesalahan itu dapat dibedakan atas:

1. Kesalahan antarbahasa (interlanguage errors), yaitu kesalahan yang disebabkan oleh interfensi bahasa ibu sang siswa terhadap B2 yang dipelajari.

  2. Kesalahan intra bahasa (intralingual errors), yaitu kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah yang dipelajari seperti kesalahan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah.