PENGARUH KEAHLIAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN KOMITE AUDIT DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP MANAJEMEN LABA
PENGARUH KEAHLIAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN KOMITE AUDIT DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP MANAJEMEN LABA
(The Impact of Accounting and Finance Expertise of Audit Committee and Board of Commissioner on Earnings Management)
Anda Dwiharyadi
Politeknik Negeri Padang anda_dh@yahoo.co.id
Abstract
This study examines whether the proportion of members of the audit committee and board of commissioner with accounting and/or financial expertise reduces earnings management. Accounting expertise is separated to financial expertise because accounting expertise is assumed to
be able to cope with more earnings management while financial expertise focuses more on the financial management of company ’s operations. By using panel data, this study finds that the existence of members of audit committee and board of commissioner with accounting expertise or financial expertise do not have a negative effect on earnings management. However, the existence of both expertises on members of board of commissioner reduces earnings management, while that is not the case for audit committee.
Keywords: audit committee, board of commissioner, accounting expertise, financial expertise,
earnings management
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah proporsi anggota komite audit dan anggota dewan komisaris yang memiliki keahlian akuntansi dan/atau keuangan mengurangi terjadinya manajemen laba perusahaan. Pemisahan keahlian akuntansi dan keahlian keuangan dilakukan karena keahlian akuntansi diasumsikan lebih mampu mengatasi manajemen laba sementara keahlian keuangan lebih fokus pada pengelolaan keuangan dalam operasional perusahaan. Dengan menggunakan panel data, penelitian ini menemukan bahwa anggota komite audit dan anggota dewan komisaris yang memiliki keahlian akuntansi atau keahlian keuangan tidak berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Namun, keberadaan kedua keahlian ini pada anggota dewan komisaris akan mengurangi manajemen laba perusahaan sementara tidak demikian dengan hasil pengujian pada anggota komite audit.
Kata kunci: komite audit, dewan komisaris, keahlian akuntansi, keahlian keuangan,
manajemen laba
PENDAHULUAN
Keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan dipandang akan memberikan
Kesadaran atas besarnya peran manfaat bagi perusahaan (Beasley et al. 2000; pengawasan yang dilakukan oleh komite audit
Peasnell et al. 2001; Klein 2002; Farber memicu para regulator untuk menyoroti
2005). Hal ini disebabkan karena komite audit pentingnya keberadaan komite audit dalam
memiliki peran pengawasan yang merupakan suatu perusahaan (Badolato et al. 2014).
refleksi dari prinsip teori keagenan bahwa
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 76
perusahaan membutuhkan suatu mekanisme (Eisenhardt 1989). Peranan board of director pengawasan terhadap perilaku oportunistik
lebih dominan terlihat pada negara yang manajer (Beasley et al. 2009; Fama dan
mengadopsi model governance continental- Jensen 1983).
european system . Dominasi peran ini Fungsi pengawasan utama yang
disebabkan karena pada negara tersebut, diberikan kepada komite audit adalah untuk
kepentingan investor cenderung tidak mengawasi proses pelaporan keuangan
terlindungi dengan baik sehingga board of perusahaan (Klein 2002) dalam rangka
director atau dalam hal ini dewan komisaris meningkatkan kualitas pelaporan keuangan
diklaim merupakan salah satu pihak yang (Beasley et al. 2009; Collier dan Gregory
mampu melakukan monitoring terhadap pihak 1996) sehingga komite audit dapat
manajemen dalam rangka melindungi memastikan perlindungan atas kepentingan
kepentingan investor (Van Ees et al. 2003). pemegang saham dalam kaitannya dengan
Selain itu, Jensen (1993) berpendapat bahwa laporan keuangan (Wu et al. 2016). Dengan
terdapat tiga faktor yang memengaruhi demikian, komite audit diharapkan memiliki
potensi peranan monitoring oleh dewan keahlian untuk memahami kompleksitas
komisaris, yaitu ukuran dewan komisaris, pelaporan keuangan serta menilai kualitas
komposisi, dan struktur kepemimpinan. pelaporan keuangan perusahaan (Kalbers dan
Dengan demikian, dewan komisaris dianggap Fogarty 1993). Selain itu, komite audit juga
merupakan ‘the ultimate center of control’ diharapkan dapat melakukan pertemuan
dari sebuah perusahaan (Mizruchi 1983) secara aktif dan berkala dengan pihak auditor
sehingga dibutuhkan keahlian yang memadai eksternal dan manajer keuangan perusahaan
dalam menjalankan fungsi pengawasannya. untuk melakukan telaah terhadap laporan
Terdapat perbedaan struktur antara keuangan perusahaan, proses audit, dan
keberadaan board of director sebagai organ pengendalian akuntansi internal (Klein 2002).
perseroan dengan organisasi perseroan atau Selain sebagai garda terdepan dalam tata
sama antar negara kelola perusahaan terkait dengan laporan
korporasi
yang
(Lukviarman 2016). Perbedaan ini disebabkan keuangan (Trautman 2013), fungsi yang
karena Indonesia menganut pola two-tier melekat pada komite audit ini mengandung
board system yang berbeda dengan negara makna bahwa personel yang menduduki
yang juga menganut two-tier board system. jabatan sebagai komite audit dituntut untuk
Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan memiliki
tradisi dan sistem hukum yang dianut oleh pengawasan, akuntansi, dan keuangan.
masing-masing negara sehingga berpengaruh Selain komite audit, board of director
terhadap governance system dan governance juga memiliki fungsi pengawasan terhadap
model yang dianut (Beglof 1990 dalam otoritas manajemen dalam rangka memenuhi
Lukviarman 2016). Undang-Undang Nomor kepentingan pemegang saham (Hitt et al.
40 tentang Perseroan Terbatas mensyaratkan 2007). Board of director, dalam konteks
bahwa setiap perusahaan di Indonesia untuk Indonesia, merupakan padanan dari dewan
menganut two-tier board ‘versi Indonesia’ komisaris karena merupakan pihak yang
dimana organ dewan komisaris berada di ditunjuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham
bawah Rapat Umum Pemegang Saham dengan tugas utamanya adalah sebagai
(General Meeting of Shareholders). representasi
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti (Machfoeds 2006). Secara umum, dewan
apakah komite audit maupun dewan komisaris komisaris merupakan penghubung antara
harus memiliki anggota yang memiliki pemegang saham dengan manajemen (Steiner
keahlian di bidang akuntansi agar dapat dan Steiner 2009 dalam Lukviarman 2016).
mengurangi terjadinya tindakan manajemen Dewan komisaris merupakan mekanisme
laba pada perusahaan. Penelitian terdahulu penting dalam membatasi manager’s self-
tentang keahlian komite audit yang dikaitkan serving behavior ketika tujuan manajer
dengan tindakan manajemen laba biasanya perusahaan tidak sejalan dengan perusahaan
menggabungkan antara definisi keahlian
77 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93
akuntansi dengan keahlian keuangan (seperti:
belum berhasil Lawrence et al. 2004; Zaman et al. 2011),
Penelitian
ini
memberikan bukti empiris bahwa komite atau menggunakan istilah keahlian keuangan
audit dengan keahlian akuntansi berpengaruh saja (seperti: Xie et al. 2003; Bedard et al.
negatif terhadap tingkat manajemen laba 2004). Padahal, untuk mendeteksi tindakan
perusahaan. Namun, hasil penelitian ini manajemen laba, dibutuhkan keahlian
berhasil memberikan bukti empiris bahwa akuntansi yang juga secara spesifik berkaitan
keahlian keuangan yang dimiliki oleh komite langsung dengan siklus pelaporan keuangan.
audit maupun dewan komisaris tidak Sementara itu, keahlian keuangan biasanya
berpengaruh terhadap manajemen laba. lebih fokus pada bagaimana cara mengelola
Penelitian ini juga berhasil memberikan bukti keuangan dalam kegiatan operasional
empiris bahwa untuk mengurangi manajemen perusahaan. Penelitian ini memisahkan antara
laba dibutuhkan kolaborasi antara anggota keahlian akuntansi dan keahlian keuangan
komisaris yang memiliki keahlian akuntansi yang dimiliki oleh komite audit maupun
dengan yang memiliki keahlian keuangan. dewan komisaris dalam kaitannya dengan
Namun, hasil yang berbeda diperoleh ketika manajemen laba perusahaan.
pengujian yang sama dilakukan terhadap Penelitian ini membangun hipotesis
anggota komite audit.
bahwa anggota komite audit dan anggota Kontribusi dari penelitian ini adalah: (1) dewan komisaris yang memiliki keahlian
merupakan penelitian pertama yang meneliti akuntansi berpengaruh negatif terhadap
pengaruh keahlian akuntansi yang dimiliki manajemen laba perusahaan. Sementara itu,
oleh komite audit dan dewan komisaris anggota komite audit dan anggota dewan
terhadap manajemen laba perusahaan dengan komisaris yang memiliki keahlian keuangan
memisahkan antara keahlian akuntansi dan (tidak memiliki keahlian akuntansi) tidak
keahlian keuangan; dan (2) merupakan berpengaruh terhadap manajemen laba.
penelitian pertama yang menguji pengaruh Penelitian ini juga menguji apakah kolaborasi
interaksi antara keahlian akuntansi dan antara anggota komite audit yang memiliki
keahlian keuangan yang dimiliki oleh anggota keahlian akuntansi dengan anggota komite
komite audit dan dewan komisaris. audit yang memiliki keahlian keuangan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba perusahaan. Pengujian yang sama juga
TELAAH LITERATUR DAN
dilakukan untuk angggota dewan komisaris.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Penelitian ini menggunakan data panel dengan metode pengujian panel least squares
Manajemen Laba
(PLS). Data diperoleh dari laporan tahunan
umum manajemen laba perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di
Secara
merupakan tindakan yang dilakukan melalui BEI periode 2013-2014 yang bersumber dari
pilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai Datastream dan Eikon. Keahlian akuntansi
tujuan tertentu (Scott 2003). Menurut teori komite audit/dewan komisaris didefinisikan
akuntansi positif, manajemen laba dilakukan sebagai anggota komite audit/dewan komi-
dengan beberapa motivasi antara lain: (1) saris yang memiliki keahlian akuntansi saja
memaksimalkan bonus; (2) memenuhi maupun yang memiliki keahlian akuntansi
persyaratan tertentu dalam kontrak hutang, sekaligus keahlian keuangan. Sementara itu,
dan; (3) politik (Watts dan Zimmerman keahlian keuangan komite audit/dewan
1986). Selain itu, manajemen laba juga komisaris didefinisikan sebagai anggota
dimotivasi untuk memengaruhi kinerja saham komite audit/dewan komisaris yang memiliki
dan penghindaran pajak (Scott 2003). keahlian keuangan saja, tanpa memiliki
Manajemen laba terjadi ketika manajer keahlian akuntansi. Untuk variabel dependen,
menggunakan pertimbangan (judgement) penelitian ini menggunakan manajemen laba
dalam menyusun laporan keuangan dan dalam dengan model Jones yang dimodifikasi.
menata transaksi yang bertujuan untuk menyesatkan pengguna laporan keuangan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 78
dengan memanipulasi besaran laba (Healey
dan pedoman dan Wahlen 1999). Manajemen laba dapat
tentang
pembentukan
pelaksanaan kerja komite audit menyebutkan terjadi karena penyusunan laporan keuangan
bahwa perusahaan wajib memiliki paling yang menggunakan basis akrual. Konsep
sedikit 1 (satu) anggota komite audit yang model akrual terdiri dari dua komponen, yaitu
berlatar belakang pendidikan dan keahlian di discretionary accrual dan non-discretionary
bidang akuntansi dan keuangan. Dengan accrual (Healy 1985). Discretionary accrual
demikian, anggota komite audit diharapkan merupakan komponen akrual yang dapat
mampu memahami kompleksitas laporan diatur sesuai dengan diskresi yang dimiliki
keuangan, mengevaluasi kebijakan akuntansi, oleh manajemen. Sementara itu, non-
memahami keputusan auditor, dan menilai discretionary accrual merupakan komponen
kualitas pelaporan keuangan (Kalbers dan akrual yang tidak dapat diatur sesuai dengan
Fogarty 1993). Keahlian di bidang keuangan diskresi manajemen. Dengan demikian,
dianggap penting bagi efektivitas komite audit manajemen laba pada umumnya diproksikan
karena dalam penugasannya komite audit dengan menggunakan discretionary accrual.
sangat membutuhkan keahlian di bidang Scott (2003) menyebutkan bahwa
akuntansi/keuangan yang sangat baik (Zaman tindakan manajemen laba biasanya dilakukan
et al. 2011) dalam rangka melindungi melalui empat pola, yaitu taking a bath,
kepentingan pemegang saham (DeFond et al. income minimization , income maximization,
dan income smoothing. Namun, secara umum, Beberapa penelitian terdahulu menemu- teknik manajemen laba yang dilakukan
kan bahwa keahlian di bidang keuangan terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) memanfaatkan
mampu membatasi tindakan manajemen laba peluang untuk membuat estimasi akuntansi;
oleh manajemen (Xie et al. 2003; Bedard et (2) mengubah metode akuntansi; dan (3)
al. 2004; Dhaliwal et al. 2010). Temuan ini menggeser periode biaya atau pendapatan.
didukung oleh penelitian lainnya yang menemukan bahwa komite audit yang
Keahlian Komite Audit dan Manajemen
memiliki keahlian di bidang akuntansi/
Laba
keuangan mampu mengurangi kecenderungan Jauh sebelum terjadinya kasus Enron
fraud (Lawrence et al. 2004) dan earning dan Worldcom, Blue Ribbon Committee
restatement (Agrawal dan Chadha 2005). (1999) telah merekomendasikan bahwa
Sementara itu, Farber (2005) menemukan NYSE dan NASD mensyaratkan komite audit
bahwa perusahaan yang melakukan fraud atau yang memiliki keahlian di bidang keuangan.
overstate their earnings (DeFond dan Rekomendasi ini muncul karena pada
Jiambalvo 1991) cenderung memiliki jumlah dasarnya, komite audit dibentuk untuk
komite audit yang lebih sedikit. mengawasi proses pelaporan keuangan dan
penelitian terdahulu untuk membatasi pelaporan manajer yang
Beberapa
menggabungkan antara keahlian akuntansi oportunistik (Badolato 2014). Blue Ribbon
dengan keahlian keuangan (seperti: Zaman et Committee (1999) juga menyatakan bahwa
al. 2011; Agrawal dan Chadha 2005). komite audit merupakan ‘the ultimate
Sementara itu, pada dasarnya, terdapat monitor ’ dari proses pelaporan keuangan.
perbedaan antara keahlian di bidang keuangan Pernyataan ini sejalan dengan The Sarbanes-
dengan keahlian di bidang akuntansi. Oxley Act of 2002 (SOX) yang menekankan
Keahlian akuntansi fokus pada proses pada pentingnya peranan keahlian komite
pelaporan keuangan untuk menghasilkan audit terhadap peningkatan kualitas pelaporan
laporan keuangan yang menggambarkan keuangan (Badolato et al. 2014), dimana pada
kondisi keuangan perusahaan, sedangkan Section 407 dinyatakan bahwa paling tidak
keahlian keuangan biasanya lebih fokus pada satu dari anggota komite audit harus memiliki
bagaimana cara mengelola keuangan dalam kemampuan akuntansi. Demikian juga halnya
kegiatan operasional perusahaan. Sementara dengan konteks Indonesia, Peraturan Otoritas
itu, Bedard dan Gendron (2010) dalam Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2005
Badolato (2014) menyatakan bahwa masih
79 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93
ditemukan mixed evidence tentang tipe
Keahlian
Dewan
Komisaris dan
keahlian mana yang memengaruhi financial
Manajemen Laba
reporting outcomes . Pendapat ini relatif Tujuan utama dewan komisaris adalah sejalan dengan Raisbury et al. (2009) yang
melakukan pengawasan (supervising) dan menyatakan bahwa salah satu indikator
memberi nasihat (advising) kepada eksekutif kualitas komite audit adalah keahlian
perusahaan (Machfoeds 2006). Aktivitas akuntansi. Kondisi ini mengindikasikan
pengawasan yang dilakukan oleh komisaris diperlukannya pemisahan antara komite audit
ini merupakan upaya untuk mengurangi biaya yang memiliki keahlian akuntansi dengan
keagenan. Dewan komisaris mempunyai yang memiliki keahlian keuangan untuk
tanggung jawab untuk mengawasi proses memberikan gambaran bahwa keahlian
pelaporan keuangan dengan melakukan akuntansi lebih spesifik berpengaruh terhadap
pertemuan secara rutin dengan staf akuntansi manajemen laba dibandingkan dengan
dan auditor eksternal untuk mereviu laporan keahlian keuangan. Spesifikasi ini berkaitan
keuangan, prosedur audit, dan mekanisme dengan salah satu peran dari komite audit
pengendalian internal. Dengan demikian, yaitu untuk membatasi pelaporan oportunistik
investor memandang dewan komisaris manajer, dimana pelaporan keuangan
sebagai elemen penting dalam proses berkaitan dengan keahlian dalam menganali-
penyajian laporan keuangan yang relevan dan sis dan mengevaluasi laporan keuangan yang
reliable (Machfoeds 2006). Kondisi ini secara umum akan mampu dilakukan oleh
menunjukkan bahwa keberadaan dan tindakan orang yang memiliki pemahaman terkait
dewan komisaris merupakan representasi dari dengan standar akuntansi yang berlaku umum
pemegang saham yang diharapkan dapat di suatu negara. Secara lebih rinci, Trautman
melindungi kepentingan dari pemegang ( 2013) mengemukakan bahwa ‘audit
saham tersebut.
committee financial expert ’ didefinisikan Namun, beberapa penelitian terdahulu sebagai individu yang memiliki: (1)
menemukan bahwa keberadaan dewan komi- pemahaman tentang standar akuntansi yang
saris tidak selalu melindungi kepentingan berlaku umum; (2) kemampuan untuk menilai
pemegang saham (Mace 1971). Keberadaan penerapan berbagai prinsip yang berkaitan
dewan komisaris bisa saja menjadi tidak dengan estimasi akuntansi, akrual, dan
efektif bagi perusahaan jika dewan komisaris pencadangan;
tersebut tidak memiliki independensi atau mempersiapkan, memeriksa, menganalisis,
(3) pengalaman
dalam
tidak memiliki pengetahuan spesifik tentang atau mengevaluasi laporan keuangan; (4)
perusahaan (Rindova 1999). Kadang kala pemahaman terkait pengendalian internal dan
terjadi fenomena dimana dominasi manaje- prosedur pelaporan keuangan; dan (5)
men lebih kuat dibandingkan dengan dewan pemahaman tentang fungsi komite audit.
komisaris sehingga keberadaan dewan Sementara
komisaris hanya sebagai hal yang bersifat berhubungan dengan keahlian spesifik dalam
formal, pasif, dan sebagai institusi seremonial mengelola keuangan. Dengan demikian,
dalam mekanisme governance (Bosch 1995). hipotesis yang diajukan adalah:
Bahkan, menurut MacAvoy dan Ira (1999)
H 1a : Anggota komite audit yang memiliki
dalam Adams et al. (2010), terkadang
keahlian akuntansi berpengaruh
komisaris bersifat pasif dan telah berubah
negatif terhadap manajemen laba
fungsi menjadi ‘managerial rubber stamps’
perusahaan.
yang seharusnya bersifat aktif dan melakukan
H 1b : Anggota komite audit yang memiliki
Namun demikian, secara konseptual,
berpengaruh terhadap manajemen
dewan komisaris berperan sebagai externally
laba perusahaan.
directed dan internally focused dalam melaksanakan tugasnya. Masing-masing fungsi tersebut berhubungan dengan strategic leadership (Finkelstein et al. 2009). Kondisi
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 80
ini menunjukkan bahwa dewan komisaris Institute of Certified Public Accounting dituntut untuk memiliki keahlian supervisory
(AICPA) (1941) dalam Harahap (2003), yang dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu,
dimaksud dengan akuntansi adalah suatu seni efektivitas peran dewan komisaris sebagai
pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran governing board sangat ditentukan oleh
dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, keahlian setiap anggota dewan komisaris
suatu transaksi, dan peristiwa keuangan dalam melaksanakan tugasnya secara kolektif
termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. Dengan (Bosch 1995). Dalam kapasitas tugasnya
demikian, secara intuisi, untuk melakukan sebagai pihak yang diharapkan mampu
monitoring dalam rangka mengurangi membatasi manager’s self-serving behavior
tindakan manajemen laba, dibutuhkan (Eisenhardt 1989), dimana jika terjadi konflik
komisaris yang memiliki keahlian akuntansi dengan pemegang saham, manajemen akan
karena secara spesifik berkaitan langsung lebih memilih melakukan tindakan sesuai
dengan siklus pelaporan keuangan. Sementara dengan kepentingannya yang cenderung
itu, keahlian keuangan secara spesifik merugikan kepentingan pemegang saham
berkaitan dengan pengelolaan keuangan, (Fama 1980; Fama dan Jensen 1983).
bukan proses atau siklus pelaporan keuangan, Alzoubi dan Selamat (2012) menyata-
sehingga diduga hanya anggota komisaris kan bahwa pemegang saham bergantung pada
yang memiliki kemampuan keuangan yang kemampuan dewan komisaris dan komite
mampu mendeteksi tindakan manajemen laba. audit untuk memantau kinerja manajemen.
Dengan demikian, hipotesis yang diajukan Sementara itu, Chtourou et al. (2001) juga
adalah:
menemukan bukti bahwa manajemen laba
H 2a : Dewan komisaris yang memiliki
berhubungan dengan praktik tata kelola
keahlian akuntansi berpengaruh
perusahaan oleh dewan komisaris dan komite
negatif terhadap manajemen laba
audit. Dewan komisaris sebagai puncak dalam
perusahaan.
sistem pengelolaan internal perusahaan
H 2b : Dewan komisaris yang memiliki
memiliki peranan penting dalam aktivitas
keahlian
keuangan tidak
pengawasan. Secara umum, dewan komisaris
berpengaruh terhadap manajemen
ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas
laba perusahaan.
pengawasan kualitas
informasi
yang
terkandung dalam
laporan keuangan.
Interaksi antara Keahlian Akuntansi
Pendapat ini sejalan dengan Vafeas (2000)
dengan
Keahlian
Keuangan dan
yang menyatakan bahwa selain kepemilikan
Manajemen Laba
manajerial, peranan dewan komisaris Sebagai sebuah tim, baik antara sesama diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba
anggota komite audit maupun antar sesama dengan membatasi tingkat manajemen laba
anggota dewan komisaris, diharapkan terjalin melalui fungsi monitoring atas pelaporan
suatu kerja sama agar mampu menjalankan keuangan. Oleh karena itu, selain dari peran
perannya dengan baik, yang dalam hal ini komite audit, tanggung jawab kualitas
adalah untuk mengurangi manajemen laba pelaporan keuangan juga terletak pada
perusahaan. Menurut Manzoor et al. (2011), efektivitas peran dari dewan komisaris
kerja sama tim merupakan faktor penting (Prastiti 2013).
untuk memperlancar fungsi dari sebuah Beberapa penelitian terdahulu terkait
organisasi. Bahkan, Froebel dan Marchington dengan kemampuan akuntansi dan keuangan
(2005) menemukan bahwa kerja sama yang belum memisahkan antara keahlian akuntansi
dilakukan oleh sebuah tim akan dapat dan keahlian keuangan, yaitu dengan mengga-
menambah keahlian, pengetahuan, dan bungkan istilah akuntansi dan keuangan
kemampuan anggota tim lainnya. Pendapat ini (seperti: Lawrence et al. 2004; Zaman et al.
juga sejalan dengan Jones et al. (2007) yang 2011) atau dengan menggunakan istilah
mengemukakan bahwa tim memungkinkan keahlian keuangan saja (seperti: Xie et al.
seseorang untuk bekerja sama, meningkatkan 2003; Bedard et al. 2004). Menurut American
keahlian individu, dan memberikan umpan
81 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93
balik yang membangun tanpa adanya konflik tahunan perusahaan yang tersedia di antar individu.
Datastream dan profil perusahaan yang Suatu tim kerja terkadang terdiri dari
tersedia di Eikon.
berbagai individu yang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Sundstrom et al. (1990)
Model Penelitian
mengemukakan bahwa anggota suatu tim Penelitian ini menggunakan dua model sering kali merupakan seorang ahli spesialis
utama. Untuk menguji hipotesis 1 dan sehingga sangat penting bagi semua anggota
hipotesis 2, model yang digunakan adalah tim untuk saling bekerja sama dalam
sebagai berikut:
menghasilkan output bersama. Masing-
DACC it = β 0 + β 1 KAud_Ak it + β 2
masing keahlian diharapkan dapat saling
KAud_Fin it +β 3 Kom_Ak it +β 4
mendukung satu sama lainnya sehingga
Kom_Fin it + β 5 Jum_KAud it +
penugasan yang dilakukan dapat terlaksana β 6 Jum_Kom it + β 7 Asset it + Ɛ it dengan optimal.
Demikian juga halnya dengan tim komite audit maupun tim dewan komisaris,
Untuk menguji hipotesis 3, model yang dimana masing-masing tim terdiri dari
digunakan adalah sebagai berikut: berbagai keahlian, termasuk keahlian
DACC it = β 0 + β 1 KAud_Ak it + β 2
akuntansi dan keahlian keuangan. Kolaborasi
KAud_Fin it +β 3 Kom_Ak it +β 4
dari keahlian akuntansi dan keahlian
Kom_Fin it + β 5 KAud_Ak it *
keuangan diharapkan akan mampu mengu-
KAud_Fin it + β 6 Kom_Ak it *
rangi tindakan manajemen laba karena
Kom_Fin it + β 7 Jum_KAud it +
menurut Manzoor (2011), sebuah tim dapat β 8 Jum_Kom it + β 9 Asset it + Ɛ it memperluas output yang dicapai oleh individu
melalui kolaborasi. Ketika anggota tim terlibat dan saling berkolaborasi satu sama
Keterangan:
lainnya, maka dapat menemukan solusi
: Nilai absolut dari akrual terbaik dalam mendeteksi suatu masalah
DACCit
diskresioner (fokus penelitian (Levine dan Moreland 1990) sehingga
ini adalah besarnya pengelola- menemukan pemecahan masalah yang lebih
an laba, bukan arah positif atau baik Cohen dan Bailey (1999). Dengan
negatif)
demikian, hipotesis yang diajukan adalah: KAud_Ak it : Rasio komite audit yang
H 3a : Interaksi antara keahlian akuntansi
memiliki keahlian akuntansi
dan keahlian keuangan yang dimiliki
terhadap jumlah komite audit
oleh anggota
komite
audit
KAud_Fin it : Rasio komite audit yang
memiliki keahlian keuangan
manajemen laba perusahaan.
terhadap jumlah komite audit
H 3b : Interaksi antara keahlian akuntansi
Kom_Ak it : Rasio komisaris yang memiliki
dan keahlian keuangan yang dimiliki
keahlian akuntansi terhadap
oleh anggota dewan komisaris
jumlah dewan komisaris
Kom_Fin it : Rasio komisaris yang memiliki
manajemen laba perusahaan.
keahlian keuangan terhadap jumlah dewan komisaris
Jum_KAud it : Jumlah komite audit (ukuran
METODE PENELITIAN
komite audit) Jum_Kom it : Jumlah dewan komisaris (ukur-
Sampel Penelitian
an komisaris) Penelitian ini menggunakan data panel
Asset it : Log total aset (ukuran perusa- perusahaan nonkeuangan yang terdaftar pada
haan)
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014 sebagai sampel. Data diperoleh dari laporan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 82
Model ini akan diuji dengan metode Jones dimodifikasi dengan pertimbangan Panel EGLS (Cross-Section Random Effects)
bahwa model ini memecah total akrual karena metode ini menggunakan residual
menjadi 4 komponen utama sehingga diduga yang diduga memiliki hubungan antar waktu
lebih bisa menangkap terjadinya manajemen dan antar objek. Selain itu, dengan jumlah
laba. Persamaan yang digunakan untuk unit cross section yang lebih besar dibanding-
menghitung non-discretionary adalah: kan jumlah data time series, estimator random effects akan lebih kuat daripada estimator
TAC it /A i, t-1 = β 0 (1/A i,t-1 ) + β 1 (ΔREV it /
fixed effects (Gujarati 2013).
A i,t-1 ) + β 2 (PPE it /A i,t-1 )+ Ɛ it
…………… (3) Definisi dan Pengukuran Variabel
dimana:
Variabel Dependen
TAC
: Total akrual
A i,t-1 : Total asset tahun t-1 laba di lingkungan spesifik perusahaan
Penelitian terdahulu tentang manajemen
ΔREV it : Pendapatan tahun t dikurangi biasanya menggunakan model akrual agregat
dengan pendapatan tahun t-1 seperti model Jones (1991) dan Dechow et al.
PPE it : Property, plant, and equipment (1995). Penelitian ini menggunakan Model
tahun t
Tabel 1 Kriteria Keahlian Akuntansi dan Keahlian Keuangan
Keahlian Akuntansi
Keahlian Keuangan
Chief Finance Officer
Banker
Accounting Officer
Analyst
Chief Accountant
Loan officer
Controller
Investment Manager
Certified Public Accountant
Fund Manager
Chartered Accountant
Asset Manager
Financial Officer
Treasurer
Head of Accounting
Finance Director
Employment of Audit Firm
Manager Finance Vice President Finance
Sumber: Badolato et al. (2014)
Variabel Independen
penelitian ini fokus pada kemampuan komite Variabel independen penelitian ini
audit dalam mengatasi manajemen laba. diukur dengan menggunakan rasio agar dapat
Dengan demikian, dua keahlian sekaligus menunjukkan besarnya komposisi komite
yang dimiliki oleh anggota komite audit audit dan/atau dewan komisaris. Pengukuran
(khususnya keahlian akuntansi) diasumsikan yang digunakan adalah: (1) Komite audit
akan mampu mengatasi manajemen laba; (2) yang memiliki keahlian akuntansi diukur
Komite audit yang memiliki keahlian dengan rasio antara anggota komite audit
keuangan yang diukur dengan rasio komite yang memiliki keahlian akuntansi dan/atau
audit yang memiliki keahlian keuangan saja anggota komite audit yang memiliki keahlian
terhadap jumlah komite audit; (3) Komisaris akuntansi sekaligus keahlian keuangan
yang memiliki keahlian akuntansi yang diukur terhadap jumlah komite audit. Anggota
dengan rasio jumlah anggota komisaris yang komite audit yang memiliki keahlian
memiliki keahlian akuntansi dan keahlian akuntansi sekaligus keahlian keuangan
akuntansi sekaligus keahlian keuangan dimasukkan dalam kelompok ini karena
terhadap jumlah dewan komisaris; serta (4)
83 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93
Komisaris yang memiliki keahlian keuangan Dengan demikian, ukuran komisaris diukur yang diukur dengan rasio jumlah anggota
dengan jumlah anggota dewan komisaris pada dewan komisaris yang memiliki keahlian
periode berjalan.
keuangan saja terhadap jumlah dewan komisaris.
Ukuran Perusahaan
Kriteria keahlian akuntansi dan keahlian Bhushan (1999) menemukan bahwa keuangan mengadopsi dari Badolato et al.
perusahaan besar cenderung lebih banyak (2014) yang disajikan pada Tabel 1.
dipantau oleh para analis yang merupakan tekanan tersendiri sehingga manajemen
Variabel Kontrol
berupaya untuk menyesuaikan dengan Penelitian ini mengontrol karakteristik
prediksi analis dengan cara melakukan anggota komisaris dan komite audit yang
manipulasi earnings. Hal ini didukung oleh memengaruhi tata kelola dan dapat
hasil penelitian Skinner dan Sloan (2002) memengaruhi manajemen laba.
yang menemukan bahwa perusahaan yang tidak mampu melampaui prediksi analis akan
Ukuran Komite Audit memperoleh reaksi negatif dari pasar. Dengan Ukuran komite audit memiliki peranan
demikian, diduga bahwa terdapat hubungan yang sangat penting dalam membatasi
positif antara ukuran perusahaan dengan aktivitas manajemen laba perusahaan.
manajemen laba. Ukuran perusahaan diukur Anggota komite audit dalam jumlah sedikit
dengan (log) total aset perusahaan tahun (kurang dari 3 orang) cenderung tidak efektif
berjalan.
(Menon dan Williams 1994). Pendapat ini sejalan dengan The Blue-Ribbon Committee (1999) yang merekomendasikan bahwa untuk
HASIL PENELITIAN DAN
perusahaan yang terdaftar pada bursa efek
PEMBAHASAN
paling tidak memiliki 3 anggota komite audit. Bahkan, Lawrence et al. (2004) dan Xie et al.
Dari 329 perusahaan atau 658 observasi, (2003) menyatakan bahwa jumlah rata-rata
(di luar perusahaan keuangan dan bank) yang paling ideal untuk komite audit adalah
diperoleh data final sejumlah 446 observasi. antara 3 hingga 4 orang. Beberapa studi
Dari sampel yang diuji, tidak terdapat gejala lainnya juga menemukan hubungan negatif
multikolinearitas antar variabel independen antara ukuran komite audit dengan
(Tabel 2).
manajemen laba (seperti: Lin dan Yang 2006; Tabel 3 merupakan statistik deskriptif Baxter dan Cotter 2009; Lin dan Hwang
dari variabel yang menunjukkan bahwa rata- 2010; Fodio et al. 2013).
rata perusahaan memiliki 44 persen komite audit dengan keahlian di bidang akuntansi.
Ukuran Komisaris Secara keseluruhan, sebanyak 81% dari Board size , dalam hal ini dewan
perusahaan sampel memiliki komite audit komisaris, merupakan fungsi dari monitoring
dengan kemampuan akuntansi. Namun, (Lehn et al. 2003; Linck et al. 2008; Klein
ternyata masih terdapat 19% perusahaan yang 2002; Coles et al. 2008) menunjukkan bahwa
sama sekali tidak memiliki komite audit ukuran dewan komisaris yang semakin besar
dengan keahlian akuntansi. Namun demikian, akan lebih efektif dalam melakukan
7% perusahaan memiliki komite audit yang monitoring terhadap manajer. Argumentasi ini
seluruhnya memiliki keahlian di bidang pada dasarnya sejalan dengan teori keagenan
akuntansi (data tidak ditampilkan). seperti yang ditemukan oleh Donaldson dan
untuk keahlian Preston (1995) bahwa jumlah dewan
Sementara
itu,
keuangan, rata-rata perusahaan memiliki 11% komisaris yang lebih banyak akan mampu
komite audit dengan keahlian keuangan. Data melakukan monitoring yang lebih baik
menunjukkan bahwa hanya 28% dari terhadap manajer dibandingkan dengan
perusahaan sampel yang memiliki komite jumlah dewan komisaris yang lebih sedikit.
audit dengan keahlian keuangan, sementara
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 84
72% perusahaan memiliki komite audit yang pilkan). Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan tidak memiliki keahlian keuangan sama
aturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa sekali. Kondisi yang menarik adalah bahwa
Keuangan bahwa paling tidak satu orang secara rata-rata, sejumlah 19% komite audit
anggota komite audit harus memiliki keahlian perusahaan tidak memiliki keahlian akuntansi
di bidang akuntansi dan keuangan. maupun keahlian keuangan (data tidak ditam-
Tabel 2 Analisis Korelasi Antar Variabel
DACC KAud_Ak KAud_Fin Kom_Ak Kom_Fin Jum_KAud Jum_Kom Asset VIF DACC
1.00 KAud_Ak
-0.05 1.00 1.23 KAud_Fin
-0.06 0.30 1.00 1.12 Kom_Ak
-0.05 0.26 0.09 1.00 1.21 Kom_Fin
1.00 1.10 Jum_KAud
0.12 0.13 -0.16
1.00 1.10 Jum_Kom
DACC: discretionary accrual; KAud_Ak: komite audit dengan keahlian akuntansi; KAud_Fin: komite audit dengan keahlian keuangan; Kom_Ak: komisaris dengan keahlian akuntansi; Kom_Fin: komisaris dengan keahlian keuangan; Jum_KAud: jumlah komite audit; Jum_Kom: jumlah komisaris; Asset: asset perusahaan. Jika nilai korelasi antar variabel < 0.9 atau VIF < 10: tidak ada gejala multikolinearitas.
Tabel 3 Statistik Deskriptif
Std.Dev Variabel Dependen
Variabel Independen
KAud_Ak
0.00 1.00 0.44 0.29 KAud_Fin
0.00 1.00 0.11 0.19 Kom_Ak
0.00 0.67 0.11 0.16 Kom_Fin
Variabel Kontrol
Jum_KAud
2.00 5.00 3.08 0.39 Jum_Kom
DACC: discretionary accrual; KAud_Ak: komite audit dengan keahlian akuntansi; KAud_Fin: komite audit dengan keahlian keuangan; Kom_Ak: komisaris dengan keahlian akuntansi; Kom_Fin: komisaris dengan keahlian keuangan; Jum_KAud: jumlah komite audit; Jum_Kom: jumlah komisaris; Asset: asset perusahaan. Nilai discretionary accrual pada penelitian ini merupakan nilai yang sudah diabsolutkan.
Sementara itu, untuk dewan komisaris, keahlian keuangan, yaitu sebesar 12%. rata-rata perusahaan memiliki 11% anggota
Berbeda dengan komite audit, tidak satupun komisaris yang memiliki keahlian akuntansi,
dari perusahaan sampel yang seluruh anggota hampir sama dengan komisaris yang memiliki
dewan komisarisnya memiliki keahlian
85 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93
akuntansi. Justru yang menarik adalah bahwa walaupun dari persentase terlihat relatif besar, secara rata-rata 35% dari anggota dewan
jika dilihat dari sisi jumlah personel, komisaris tidak memiliki keahlian akuntansi
sebenarnya rata-rata jumlah anggota komite maupun keahlian keuangan (data tidak
audit yang memiliki keahlian akuntansi ditampilkan). Namun demikian, kondisi ini
hanyalah 1 orang saja. Besarnya persentase relatif wajar karena peraturan Otoritas Jasa
tersebut akibat jumlah anggota komite audit Keuangan tidak mengatur apakah dewan
keseluruhan rata-rata adalah 3 orang di tiap komisaris harus memiliki keahlian akuntansi
perusahaan. Jumlah komite audit ini adalah dan/atau keahlian keuangan, sepanjang
jumlah minimal yang disyaratkan oleh aturan anggota dewan komisaris tersebut mampu
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Belum memahami laporan keuangan.
berpengaruhnya keahlian akuntansi dan keahlian keuangan terhadap manajemen laba
Pengaruh Keahlian Komite Audit dengan
salah satunya diduga karena penempatan
Manajemen Laba
anggota tim komite audit yang memiliki
keahlian akuntansi dan keuangan hanya untuk menduga bahwa komite audit dengan keahlian
Hipotesis 1a pada penelitian ini
memenuhi regulasi yang ada (Khomsiyah et akuntansi berpengaruh negatif terhadap
al. 2005). Temuan ini tidak sejalan dengan tingkat manajemen laba. Nilai p-value sebesar
Chang dan Sun (2009) yang menemukan 0,187 dengan koefisien -0,207 pada Tabel 4
bahwa jika perusahaan memiliki paling tidak menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik
satu orang anggota komite audit dengan tidak mendukung hipotesis. Hal ini berarti
keahlian akuntansi, maka akan dapat bahwa komite audit yang memiliki keahlian
mengurangi manajemen laba. Demikian juga akuntansi tidak berpengaruh terhadap
dengan temuan Nelson dan Devi (2013) yang manajemen laba perusahaan. Jika dilihat dari
menyatakan bahwa keberadaan keahlian komposisi keahlian, rata-rata perusahaan
akuntansi pada tim komite audit akan memiliki 44% komite audit yang memiliki
mengurangi manajemen laba perusahaan. keahlian di bidang akuntansi. Namun,
Tabel 4 Analisis Regresi Model 1
Sig. Variabel Independen
KAud_Ak
0.1871 KAud_Fin
0.9667 Kom_Ak
0.1281 Kom_Fin
Variabel Kontrol
Jum_KAud
0.8228 Jum_Kom
Keterangan: DACC: discretionary accrual; KAud_Ak: komite audit dengan keahlian akuntansi; KAud_Fin: komite audit dengan keahlian keuangan; Kom_Ak: komisaris dengan keahlian akuntansi; Kom_Fin: komisaris dengan keahlian keuangan; Jum_KAud: jumlah komite audit; Jum_Kom: jumlah komisaris; Asset: asset perusahaan. *** signifikan tinggi (1%), ** signifikan (5%), * signifikan moderat (10%). Variabel dependen: discretionary accrual; R Square: 0.258; Adjusted R Square: 0.246; F Stat: 21.81
Salah satu penyebab tidak didukungnya keahlian akuntansi dan keuangan yang hipotesis ini kemungkinan karena kriteria
digunakan sebagian besar menggunakan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 86
pengalaman yang dimiliki oleh masing- sedikit ini bukanlah jumlah yang memadai masing komite audit/komisaris. Sementara
untuk melakukan monitoring terhadap itu, penelitian ini belum mempertimbangkan
aktivitas manajemen laba sehingga penelitian lamanya pengalaman yang dimiliki oleh
ini menemukan bahwa komisaris dengan seorang anggota komite audit maupun
keahlian akuntansi tidak berpengaruh anggota dewan komisaris. Perlunya dipertim-
terhadap tindakan manajemen laba. bangkan lamanya pengalaman ini karena
Kedua , kriteria keahlian akuntansi yang menurut Schmidt et al. (1986) bahwa lamanya
digunakan dalam penelitian ini sebagian besar pengalaman seseorang merupakan faktor
mengacu pada pengalaman seseorang penting dalam menentukan kinerja.
dibidang akuntansi. Namun, penelitian ini Hipotesis 1b pada penelitian ini yang
belum memasukkan unsur lamanya penga- menduga bahwa anggota komite audit yang
laman yang dimiliki oleh dewan komisaris memiliki
dalam menggeluti dunia akuntansi. Menurut berpengaruh terhadap tingkat manajemen laba
Schmidt et al. (1986), pengalaman merupakan perusahaan dapat dibuktikan dengan p-value
faktor penentu utama dari kinerja seseorang. yang disajikan pada Tabel 4 (0,967). Hasil ini
Sementara itu, Chi et al. (1982) menyatakan memberikan gambaran bahwa keahlian
bahwa ‘keahlian’ juga berkenaaan dengan keuangan pada dasarnya memang lebih fokus
pemahaman prosedural yang lebih baik dan pada pengelolaan keuangan, bukan pada
pengetahuan yang lebih baik tentang kondisi proses pencatatan hingga menghasilkan
dimana prosedur yang tepat harus diterapkan. output laporan keuangan. Sementara itu,
Orang yang memiliki pengalaman pada area tindakan manajemen laba secara spesifik
spesifik tertentu akan memiliki daya ingat berkaitan dengan siklus akuntansi dalam
yang lebih baik terhadap area tersebut menghasilkan laporan keuangan. Dengan
sehingga kemampuan untuk mendeteksi demikian, komite audit yang hanya memiliki
kesalahan yang terjadi juga cenderung akan keahlian keuangan saja diduga relatif kurang
meningkat (Murphy dan Wright 1984). memahami secara utuh tentang tindakan
Ditambah lagi dengan pernyataan Cook manajemen laba perusahaan.
(1960) yang menyatakan bahwa orang dengan latar belakang sebagai akuntan yang sukses
Pengaruh Keahlian Komisaris dengan
paling tidak telah menjalani masa tugas
Manajemen Laba
minimal selama 4 tahun. Sementara itu, Hipotesis 2a menduga bahwa komisaris
pengalaman akuntansi yang dimiliki oleh yang
anggota dewan komisaris bisa jadi sangat berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
beragam dan kurang dari 4 tahun sehingga perusahaan. Hasil pengujian pada tabel 4 (p-
belum memadai untuk dapat melakukan value = 0,128) menunjukkan bahwa keahlian
monitoring terhadap kemungkinan terjadinya akuntansi yang dimiliki oleh dewan komisaris
aktivitas manajemen laba. Belum mempertim- tidak mengurangi tingkat manajemen laba
bangkan lamanya pengalaman anggota dewan perusahaan. Hasil yang tidak mendukung
komisaris sekaligus merupakan salah satu hipotesis ini dapat dijelaskan dengan argumen
keterbatasan dari penelitian ini. berikut. Pertama, jika dilihat dari rata-rata
Demikian juga dengan hasil pengujian jumlah anggota komisaris yang memiliki
hipotesis 2b yang menunjukkan hasil yang kemampuan akuntansi, 11% merupakan
sama, dimana anggota dewan komisaris yang angka yang relatif sedikit. Sementara itu,
keuangan tidak studi terdahulu menemukan bahwa jumlah
memiliki
keahlian
berpengaruh terhadap tingkat manajemen laba dewan komisaris yang besar cenderung akan
perusahaan (p-value = 0,918). Hasil yang menurunkan tingkat manipulasi laporan
mendukung hipotesis 2b ini menunjukkan keuangan (Beasley 1996) apalagi jika anggota
bahwa keahlian keuangan yang dimiliki oleh dewan komisaris tersebut memiliki keahlian
dewan komisaris tidak mampu mengurangi di bidang akuntansi. Secara intuisi, jumlah
aktivitas manajemen laba perusahaan. Hal ini komisaris dengan keahlian akuntansi yang
sesuai dengan asumsi penelitian ini bahwa
87 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93
keahlian keuangan lebih fokus pada Dalam hal ini, anggota komisaris yang pengelolaan keuangan dalam operasional
memiliki keahlian akuntansi akan ‘berbagi’ perusahaan, sementara manajemen laba lebih
dengan anggota dewan komisaris lainnya identik dengan keahlian akuntansi karena
seperti keahlian di bidang kemampuan dasar menurut Scott (2003), manajemen laba
strategi, kemampuan analitikal, komunikasi, merupakan tindakan yang dilakukan melalui
politik, termasuk keahlian dalam interpretasi pilihan
laporan keuangan. Berdasarkan argumentasi demikian, kebutuhan atas keahlian akuntansi
tersebut, penelitian ini juga menguji apakah dan keuangan bagi dewan komisaris bukan
interaksi antara komite audit/anggota dewan hanya untuk mengurangi manajemen laba,
komisaris yang memiliki keahlian akuntansi tetapi juga diperlukan untuk berbagai
audit/anggota dewan kebutuhan pengawasan dewan komisaris
dengan
komite
komisaris yang memiliki keahlian keuangan lainnya seperti untuk pengawasan manajemen
berpengaruh terhadap manajemen laba risiko, audit internal, audit eksternal, dan
perusahaan.
bentuk pengawasan lainnya. Hasil dari Tabel 5 menunjukkan bahwa interaksi dari komite audit yang memiliki
Pengaruh Interaksi Keahlian Akuntansi
keahlian akuntansi dan yang memiliki
dan Keahlian
Keuangan
dengan
keahlian keuangan berpengaruh terhadap
Manajemen Laba
manajemen laba (p-value = 0,095). Namun, Tenner dan Detoro (1992) dalam
yang menarik adalah bahwa koefisien regresi Poernomo (2006) mengemukakan bahwa
menunjukkan tanda positif yang berarti bahwa kerja sama tim merupakan pekerjaan yang
kerja sama kolektif antara komite audit yang dilakukan secara bersama-sama untuk
memiliki keahlian akuntansi dengan komite mencapai tujuan bersama. Pendapat ini
audit yang memiliki keahlian keuangan justru menggambarkan bahwa suatu penugasan akan
akan meningkatkan manajemen laba. Hasil ini dapat dijalankan dengan baik jika penugasan
tidak sejalan dengan Felo et al. (2003) yang tersebut dilaksanakan secara bersama-sama
menemukan bahwa persentase anggota ko- dengan suatu tim yang solid. Demikian juga
mite audit yang memiliki keahlian akuntansi halnya dengan komite audit yang merupakan
atau manajemen keuangan berhubungan sebuah tim yang tentunya memiliki tujuan
positif dengan kualitas pelaporan keuangan. yang sama walaupun terkadang memiliki latar
Penulis menduga bahwa arah hubungan belakang yang berbeda, termasuk latar
yang berlawanan dengan hipotesis ini belakang pendidikan dan pengalaman.
kemungkinan disebabkan oleh salah satu dari Sebagai sebuah tim, komite audit akan
beberapa hal berikut. Pertama, masih belum ‘tenggelam’ dalam sebuah proses ‘belajar’,
efektifnya komite audit dalam melaksanakan dimana setiap anggota komite audit akan
tugas dan fungsinya dalam mengawasi proses saling berbagi ilmu dan pengalaman sesuai
pelaporan keuangan perusahaan (Klein 2002) dengan kompetensi masing-masing yang pada
untuk dapat memastikan perlindungan atas akhirnya akan meningkatkan kemampuan
kepentingan pemegang saham dalam setiap anggota komite audit. Pendapat ini
kaitannya dengan laporan keuangan (Wu et al. sejalan dengan Hackman (1991) yang menya-
2016). Kedua, adanya upaya dari komite audit takan bahwa pengalaman suatu kelompok
untuk membuat nilai perusahaan menjadi kerja akan meningkatkan kemampuan
lebih baik demi kesejahteraan investor. individual dari anggota kelompok tersebut
Ketiga , belum efektifnya fungsi komite audit pada masa datang.
karena masih adanya pembentukan komite Demikian
audit yang memiliki keahlian akuntansi dan komisaris. Lukviarman (2016) menyatakan
keahlian keuangan hanya didasarkan pada bahwa pengalaman yang dimiliki oleh
regulasi yang berlaku (Khomsiyah 2005; seorang dewan komisaris dapat bermanfaat
Prastiti dan Wahyu 2013). Keempat, sebagai keunggulan tambahan dari pengeta-
pengklasifikasian keahlian akuntansi dan huan bagi anggota dewan komisaris lainnya.
keahlian keuangan yang digunakan dalam
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 88
penelitian ini belum mempertimbangkan tesis, hasil penelitian ini setidaknya mampu jangka waktu pengalaman yang dimiliki oleh
menunjukkan bahwa keberadaan keahlian anggota komite audit. Lamanya pengalaman
akuntansi dan keahlian keuangan dalam tim seorang anggota komite audit diharapkan
komite audit memiliki pengaruh terhadap mampu meningkatkan kompetesinya untuk
manajemem laba. Kemampuan tim dalam melaksanakan fungsinya dengan lebih baik.
memahami praktik manajemen laba tersebut Pendapat ini sejalan dengan Schmidt et al.
disebabkan karena kombinasi dari kemam- (1986) bahwa lamanya pengalaman seseorang
puan dalam memahami pengelolaan keuangan merupakan faktor penting dalam menentukan
dan pelaporan keuangan.