PUTRI UTAMA JAWA KECANTIKAN PEREMPUAN DA

POST GRADUATE ROUNDTABLE PRESENTATION 2014
(CALL FOR PAPERS)

TEMA:
“Paradigma Baru Kajian Media dan Komunikasi Profesional Terhadap Isu-Isu Kontemporer”
SUB TEMA:
Media, Seksualitas, dan Gender
JUDUL MAKALAH:
“Putri Utama Jawa: Kecantikan Perempuan dalam Prespektif Jawa”
OLEH:
Syarifah Wardah el Firdausy, S.Hum
Email: elfierda@yahoo.com / ifawardah@gmail.com
Magister Falsafah Kebudayaan
Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan
Universiti Kebangsaan Malaysia
43600 UKM Bangi

PUTRI UTAMA JAWA:
KECANTIKAN PEREMPUAN DALAM PRESPEKTIF JAWA
Syarifah Wardah el Firdausy, S.Hum
Universiti Kebangsaan Malaysia


Abstrak
Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sebagaimana perempuan yang selalu mendambakan kecantikan dalam dirinya, maka
kecantikan perempuan menurut pandangan Jawa, sejatinya tidak hanya terletak pada
keindahan jasmani atau lahiriah saja. Tetapi juga kecantikan yang terpancar dari dalam diri
(inner beauty). Seperti tindak tanduk, tutur kata, rendah hati, kasih sayang, dan sopan santun.
Pandangan Jawa juga menyebutkan bahwa perempuan haruslah memegang trapsilaning
wanita , yaitu memegang tatakrama yang harus dilakukan oleh setiap perempuan. Seorang
perempuan walaupun berparas cantik, kalau ucapannya kasar dan menyakitkan hati maka
hilanglah seluruh kecantikannya. Akan tetapi sebaliknya, seorang perempuan walaupun
kurang dianugerahi kecantikan lahiriah jika ia bersikap lembah manah yaitu rendah hati,
halus bicaranya memikat tidak dibuat-buat, maka seorang pria dapat terpikat padanya.
Selanjutnya, menurut pandangan Jawa seorang putri dikatakan utama apabila ia mampu
mengisi hidupnya dengan nilai-nilai keutamaan yang bersifat lahir maupun batin. Secara
lahiriah seorang putri utama Jawa diharapkan dapat meraih apa yang disebut dengan
keberuntungan bagi manusia yaitu (1) gunawan yang berarti ilmu pengetahuan, (2) hartawan
yang berarti kekayaan, dan (3) berawan yang berarti anak atau keturunan. Sedangkan secara
batiniah seorang putri utama Jawa dituntut untuk memiliki keluhuran budi yaitu dengan cara
(1) senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sabar dan tawakal, (2) berbakti pada

kedua orang tua, dan (3) patuh pada guru. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kecantikan
seorang perempuan dalam perspektif Jawa. Kajian ini menggunakan objek pada kelima tokoh
putri utama Jawa yang telah dikenal dalam budaya Jawa. Putri utama Jawa tersebut yaitu
Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi
Manohara. Kelima dewi tersebut selain memiliki karakeristik putri utama Jawa, juga dinilai
dapat mewakili pandangan Jawa dalam menggambarkan kecantikan seorang perempuan.
Kecantikan yang terdapat pada kelima dewi tersebut akan dianalisis menjadi dua yaitu (1)
kecantikan secara fisik dan (2) kecantikan dalam bersikap. Kajian ini menggunakan metode
kualitatif atau berdasarkan data yang bersumber dari kajian pustaka dengan menggunakan
bahan rujukan utama yaitu cerita Arjuna Wiwaha dan Serat Candrarini di mana kedua
sumber rujukan tersebut di dalamnya menceritakan kecantikan kelima dewi tersebut.
Walaupun ajaran dalam cerita tersebut telah ada puluhan tahun yang lalu, namun sejatinya
ajaran moral dan etika di dalamnya masih sangat relevan untuk diteladani oleh perempuan di
masa kini. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa kelima dewi tersebut memiliki kriteria
sebagai putri utama Jawa serta memiliki kecantikan fisik dan kecantikan dalam bersikap baik
khususnya kepada suaminya.
Kata kunci: Arjuna Wiwaha ; Kecantikan; Perempuan; Putri Utama Jawa; Serat Candrarini.

PENDAHULUAN
Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Sebagaimana perempuan yang selalu mendambakan kecantikan dalam dirinya, maka
kecantikan perempuan menurut pandangan Jawa, sejatinya tidak hanya terletak pada
keindahan jasmani atau lahiriah saja. Tetapi juga kecantikan yang terpancar dari dalam diri
(inner beauty). Seperti tindak tanduk, tutur kata, rendah hati, kasih sayang, dan sopan santun.

PERMASALAHAN KAJIAN
Serat Candrarini dan Arjuna Wiwaha merupakan bagian dari karya sastra klasik Jawa yang

bersifat didaktis, yaitu bersifat mendidik. Sebagaimana karya sastra yang berfungsi dulce et
utile yaitu menghibur dan mendidik, maka kedua karya sastra tersebut dianggap dapat

mewakili fungsi karya sastra. Kedua karya sastra tersebut bercerita mengenai kecantikan fisik
dan kecantikan bersikap pada lima tokoh putri utama yang telah dikenal dalam budaya Jawa
yaitu Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi
Manohara. Sebagaimana pandangan Jawa yang menyebutkan bahwa:
Perempuan haruslah memegang trapsilaning wanita , yaitu memegang tatakrama yang harus
dilakukan oleh setiap perempuan. Seorang perempuan walaupun berparas cantik, kalau
ucapannya kasar dan menyakitkan hati maka hilanglah seluruh kecantikannya. Akan tetapi
sebaliknya, seorang perempuan walaupun kurang dianugerahi kecantikan lahiriah jika ia
bersikap lembah manah yaitu rendah hati, halus bicaranya memikat tidak dibuat-buat, maka

seorang pria dapat terpikat padanya (Sunardi, 1993: 47).

Oleh karena itu kelima tokoh putri utama tersebut dinilai dapat mewakili pandangan
Jawa dalam menggambarkan kecantikan seorang perempuan. Sebab selain memiliki
kecantikan fisik, kelima putri utama tersebut juga diceritakan memiliki kecantikan dalam
bersikap.

TUJUAN KAJIAN
Kajian Kecantikan Perempuan dalam Prespektif Jawa ini bertujuan sebagai pembelajaran
moral dan etika bagi kaum putri di jaman modern saat ini. Walaupun ajaran tersebut telah ada
puluhan tahun yang lalu, namun sejatinya ajaran moral dan etika yang dimiliki oleh putri utama
Jawa tersebut masih sangat relevan untuk dikaji ulang dan diteladani oleh kaum perempuan di
masa ini.

Banyaknya kasus perceraian yang terjadi saat ini, salah satu faktornya disebabkan
karena ketidak pahaman kaum perempuan terkait memposisikan dirinya sebagai seorang
perempuan dan juga sebagai istri yang baik. Dengan mengetahui kecantikan sikap yang
dimiliki kelima putri utama Jawa tersebut, maka diharapkan dapat menjadi satu tuntunan yang
baik bagi kaum perempuan di masa kini. Nilai-nilai tersebut dianggap sesuai dengan jati diri
perempuan Jawa khususnya, dan perempuan Indonesia pada umumnya sebagai bagian dari

masyarakat ketimuran yang terkenal akan keluhuran budi pekerti dan etikanya.

METODE KAJIAN
Kajian ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan studi pustaka dengan sumber rujukan
utama pada buku Arjuna Wiwaha 1 (1960) karya Sunardi D.M dan buku-buku seputar Serat
Candrarini yang telah dirangkum dan disesuaikan dengan nilai-nilai yang diperlukan dalam

kajian ini2.

SEPUTAR ARJUNA WIWAHA
Cerita Arjuna Wiwaha pada mulanya merupakan karya Mpu Kanwa yang ditulis pada masa
pemerintahan Raja Airlangga (1019-1042) antara tahun 1028-1035 yang dikenal dengan
nama Kakawin Arjuna Wiwaha (Zoetmulder, 1983: 309). Cerita Arjuna Wiwaha bagi
manusia Jawa dianggap sebagai karya sastra bermutu tinggi yang mengandung nilai etis
filosofis serta ajaran mencapai kesempurnaan hidup. Kedudukan para putri utama Jawa
(Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi
Manohara) pada cerita Arjuna Wiwaha yaitu terletak pada saat Dewa Indra mengirimkan para
bidadari dari Suralaya untuk menguji kesungguhan tapa brata Arjuna di Gunung Indrakila.
Para bidadari tersebut kemudian menyamar menjadi Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara
Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi Manohara. Maka, dari cerita tersebutlah

kecantikan dan watak putri utama Jawa tersebut teruraikan satu per satu.

SEPUTAR SERAT CANDRARINI
Serat Candrarini ditulis pada tahun 1860 oleh R. Ng. Ranggawarsita sebagai bentuk

pendidikan bagi kaum perempuan untuk menjadi seorang istri yang baik agar perkahwinan
1

Kajian ini juga menggunakan buku-buku lainnya seputar Arjuna Wiwaha sebagai bahan rujukan pendamping.
Lihat Candrarini (tt) karya R. Ng Ranggawarsita; Candrarini (1922) karya R. Ng Ranggawarsita; Candrarini
(1939) karya R. Ng Ranggawarsita.

2

mereka langgeng. Sebab pada saat itu, bercerai dengan suami merupakan aib bagi seorang
perempuan Jawa.

KECANTIKAN PUTRI UTAMA JAWA
Pembahasan mengenai kecantikan putri utama Jawa ini akan menggunakan lima tokoh putri
utama Jawa yaitu Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi

Gandawati, dan Dewi Manohara. Pembahasan kecantikan yang terdapat pada kelima dewi
tersebut akan dianalisis menjadi dua bagian yaitu (1) kecantikan secara fisik dan (2)
kecantikan dalam bersikap.

1. Dewi Wara Sumbadra
a. Kecantikan Fisik Dewi Wara Sumbadra
Dewi Wara Sumbadra adalah putri dari mendiang Prabu Basudewa seorang raja dari
Madura. Dewi Wara Sumbadra adalah seorang putri tercantik di dunia. Kecantikan
digambarkan dengan awijang dedeg respati, kuning wenes labete amung kepama, sumeh
kang netra lindri yang berarti berperawakan sedang, kuning langsat karena terawat, ramah,

murah senyuman dengan mata kocak tak liar. Dewi Wara Sumbadra bahkan diceritakan
seorang perempuan yang sangat cantik tiada banding. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan
di bawah ini:
Menurut Hyang Narada, kecantikan wanita didunia ini dibagi menjadi dua. Separuh untuk Dewi
Wara Sumbadra, sedangkan separuhnya lagi dibagi untuk manusia banyak (Sunardi, 1993: 14).

b. Kecantikan Sikap Dewi Wara Sumbadra
Dewi Sumbadra orang yang sangat sabar. Kalau sedang marah ia justru tersenyum manis.
Setelah bersuami ia selalu rukun dan damai, ia juga sangat setia pada suaminya. Ia sangat

mencintai suaminya lahir dan batin. Ia mengerti kesenangan suami, seperti mengetahui
makanan yang disukai suami (Sunardi, 1993: 22-23).
Selain itu juga disebutkan bahwa Dewi Wara Sumbadra memiliki sikap jatmika arang
ngendika, ririh tanduke angling, lumuh ing wicara sendhu, amot mengku aksama, prasaja
ing driya tangguh yang berarti tenang tidak banyak bicara, halus budi dan lemah lembut,

sungkan (malu) berbicara kasar, pemaaf, sederhana tetapi teguh hatinya. Dewi Wara
Sumbadra digambarkan sebagai wanita yang jarang berdandan atau tan pati ngadi busana ,
tetapi ia tetap terlihat menarik karena memiliki sikap yang baik.

2. Dewi Wara Srikandhi
a. Kecantikan Fisik Dewi Wara Srikandhi
Dewi Wara Srikandhi adalah seorang putri dari negeri Cempalareja. Dewi Wara Srikandhi
digambarkan berparas sangat cantik. Gerak-geriknya serba pantas dan luwes. Walaupun
wajahnya sedang muram karena marah, manisnya justru semakin bertambah. Matanya
membelalak dengan kerlingan tajam. Dewi Srikandhi bicaranya mberanyak yaitu seperti
berteriak tetapi enak didengar (Sunardi, 1993: 23). Kecantikan Dewi Wara Srikandhi juga
digambarkan dengan jenar pasaranipun kadi kancana sinangling, wadana nuksmeng
sasangka, liringe galak amanis, dhemes dedeg respati, gumebyar kang wajakengis yang


berarti kulit kuning bagaikan emas yang diasah, wajah bening / bersinar bagaikan angkasa,
mata galak tetapi manis, perwatakan semampai, giginya bersinar jika terlihat. Selain
berparas cantik, Dewi Wara Srikandhi juga diceritakan sebagai seorang putri prajurit yang
sakti mandraguna. Ia memiliki kepandaian memanah dan pandai bertempur.
b. Kecantikan Sikap Dewi Wara Srikandhi
Dewi Wara Srikandhi adalah seoarng putri yang suka marah. Tetapi kemarahannya itu lekas
mereda dan tidak pendendam. Dalam kehidupan sehari-hari Dewi Wara Srikandhi senentiasa
menjaga kehormatan suami, baik di saat berperang ataupun tidak. Ia seorang wanita yang
mahir dalam ilmu pertempuran dan peperangan.
Selain itu, Dewi Wara Srikandhi juga diceritakan memiliki sikap budiman ingkang
umulat, gandhang kang wicara, tanduk gandhes kewes, ngelayoni, tulus raharjaning driya,
patitis saulonira, cumondhong mapanken dhiri, sumeh asmu ghuyunira, suka maos sagung
serat palupi, sekar wisati kandhah, bangkit mantes lan memangun jumbuh ingkang busana
di marang salira ing warna tibaning wanci, waskitheng ing tuduh, bekti marang maratuwa
gumati mring Dewi Kunthi pamunjunge saben dina sakersa den turuti yang berarti terlihat

sangat budiman, lantang bicaranya, gerak-geriknya luwes menarik hati, berhati bersih /
mulia, cermat dalam segala hal, pandai dalam menempatkan diri, wajah ceria, murah
senyum, senang membaca teks-teks yang berisi tentang suri teladan, sekuat tenaga belajar
tembang (puisi Jawa), pandai memadukan pakaian yang cocok dengan bentuk tubuh, sangat


paham mengenai peraturan, berbakti kepada mertua yaitu Dewi Kunthi, sangat menyayangi
Dewi Kunthi bahkan setiap hari keingin Dewi Kunthi dipenuhinya.
Dewi Wara Srikandhi juga diceritakan sebagai seorang istri yang pandai melayani
suaminya, dalam Serat Candrarini diceritakan dengan amung lawan kakungipun, kalamun
den andikani, patitis saulonira, cumondhong mapanken dhiri, sumeh asmu guyunira,

gumebyar waja kengis, narawung thathit barung, tumempuh sumyur ngenani, curna
paranirengpriyo, marma lamun den ladosi marang Sang Dyah Retna Cempala, Sang
Parta sandeya nangkil. Puwara momong angugung, marang Sang Retan Srikandhi, tuwin
Sang Dananjaya, antuk babah denira sih, nanging sang Retna Cempala, tangeh yen ageng
kang galih, awit wus waskitheng tuduh.Yang artinya hanya pada suaminya, jika ia diberi

kode / diminta, tanggap di wajahnya, langsung menyiapkan diri, ceria di wajahnya terhias
tawa yang mengandung rahasia (tawa yang memikat), bersinar giginya terlintas, bagai
tersinari kilat, menempuh membuat kabur, tertuju semua mata lelaki pada Srikandhi, oleh
karenanya jika dilayani oleh Sang Dyah Retna Cempala, Sang Parta pun bertekuk lutut.
Semua menjaga dan menyanjung, pada Sang Retna Srikandhi, oleh Sang Dananjaya,
mendapat pintu untuk bercinta, tetapi Sang Retna Cempala, jauh dari berpikir (ingin
menguasai), karena ia tahu kebaikan (pandai dan tahu diri).


3. Dewi Ulupi
a. Kecantikan Fisik Dewi Ulupi
Dewi Ulupi adalah putri seorang pendeta di pertapaan Gunung Yasarata, yang bernama
Resi Kanwa. Oleh karena itu, Dewi Ulupi dikenal sebagai gadis pertapaan yang cantik dan
juga sederhana hidupnya. Tingkah lakunya luwes dan menarik, sehingga banyak raja dan
pangeran yang ingin mempersuntingnya. Dewi Ulupi berwajah manis, lirikan matanya
seperti damar kanginan. Seperti nyala lampu yang terkena angin. Matanya berwarna agak
kebiruan, suaranya terdengar seperti bunyi seruling baik pada saat bicara maupun saat ia
tertawa. Jika tersenyum atau tertawa jarang terlihat giginya, padahal giginya mengkilat
putih seperti biji timun. Jika dilihat secara sepintas maka nampak seperti ada
banyangannya.
Karena kecantikannya itulah, maka tidak salah apabila orang mengatakan bahwa
Dewi Ulupi sayogya dadi gurune wong ayu sejagat yang berarti tepat kalau Dewi
Ulupi menjadi guru dari orang cantik sedunia. Betapa tidak, ia pandai merawat diri
walaupun tinggal di pertapaan (Sunardi, 1993: 29).

Kecantikan Dewi Ulupi juga digambarkan seperti liringe anunjung biru sumorot
pindha kartika, sarenteg mbambang awake, kengis kang waja gumebyar pindha tetesing toya
kataman bagaskara yang artinya matanya bagaikan tunjung biru yang bersinar bagaikan

bintang, badannya ramping dan berisi, giginya bersinar bagaikan tetesan air yang tersinari
matahari.

b. Kecantikan Sikap Dewi Ulupi
Dewi Ulupi memiliki kecantikan bersikap luwes merakati, tan pegat mahasmu guyu, sumeh
ing pamulunira,bisa cawis angladeni karemaning kakung, prabawa wijiling wicara yang

berarti luwes menarik hati, selalu menebar tawa, ceria wajahnya, pandai melayani kesukaan
suami dan berwibawa bicaranya.

4. Dewi Gandawati
a. Kecantikan Fisik Dewi Gandawati
Dewi Gandawati adalah putri dari Prabu Gandasena, seorang raja dari negeri Tasikmadu. Ia
sangatlah cantik. Karena kecantikannya itulah Batara Guru mengirim Batara Bayu yang
mengubah dirinya sebagai raksasa untuk mengawal dan menjaga keselamatannya. Sebab
Dewi Gandawati direncanakan untuk menggenapi jumlah bidadari yang ada. Dewi
Gandawati pernah dipinang oleh seribu raja dari seribu negeri karena kecantikannya. Dewi
Gandawati jika berjalan seperti Harimau lapar. Pinggangnya seperti tawon kemit, yaitu
seperti akan patah jika bergerak. Lirikan matanya tajam, wajahnya bercahaya. Ia sangat
pandai memilih busana. Senyumannya menawan hati. Tubuhnya berbau harum dan kulitnya
lir bengle kengis yaitu seperti tanaman bengle yang diiris. Ia jarang tertawa, gusi dan giginya

seperti dipingit. Ia sengaja jarang memperlihatkan giginya, karena dapat mematikan siapa
saja yang melihatnya maksudnya mati kedanan atau menjadi gila karena jatuh cinta melihat
senyumannya (Sunardi, 1993: 27-29).
Selain itu, kecantikan Dewi Gandawati juga digambarkan dengan dedeg ngrompyoh
salira nglelentrih, kuning wenes wingit pasemone, kurang gujengipun, rema memak agenda
wila wilis, ngrempyoh sinome, janggalumung welar pranajane maya maya lir cengkir
piningit, anggadhewa gadhing wijang bahunira yang berarti tubuh lentur, kuning langsat,

berwibawa raut wajahnya, jarang tertawa, rambut tebal indah terlihat kehijau-hijauan, terurai
tebal rambut keningnya, leher panjang dada bidang bersinar keemasan bagaikan buah kelapa
muda (gading) yang dipingit, bahu lebar kuat bagaikan gendewa gading.
b. Kecantikan Sikap Dewi Gandawati
Kecantikan sikap yang dimiliki Dewi Gandawati yaitu anteng jatmika ruruh yen angling, ing
weweka titi, wirangane anenangi brangti, yen lumampah alon membat madya alemes
lambunge anglir tunjung lumenggang ing warih, susilengtyas sumawita ing laki, dumulur
sapakon, kinawruhan maru wiweka winoran manis, wasis saliring pakartine estri, raratus

kokonyoh widadari sangdyah pagurone, yang berarti tenang berwibawa, halus ketika berbicara,

hati-hati dalam bertindak, gerakannya menimbulkan asmara / nafsu, jika berjalan pelan lentur
lambungnya bagaikan turun tunjung melenggang di air, berhati susila / tulus mengabdi pada
suami, melaksanakan segala perintah, dipandang madunya sebagai sosok yang sangat berhatihati dan manis, ahli dalam pekerjaan yang berhubungan dengan wanita, mengasapi dirinya
dengan wewangian dan melulur diri, kepandaiannya ini dipelajarinya dari bidadari.

5. Dewi Manohara
a. Kecantikan Fisik Dewi Manohara
Dewi Manohara adalah putri seorang pendeta di pertapaan Wukir Tirtakawama bernama
Wiku Manikara. Kecantikan Dewi Manohara digambarkan dengan ing warna pinunjul,
pindha gambar wewangun, wanda luruh, netra jahit, pamulune manis, bahu wijang, ramping
sarandhuning dhiri, lambungira satata amilangoni, lathi dhemis anggula satemlik rekta
pindha manggis karengat, waja amiji timun yang berarti parasnya bagaikan lukisan yang

indah, wajah sendu tertunduk, mata kecil indah, paras muka manis, bahu lebar kuat, badan
ramping, bentuk perutnya terlukis indah, bibir tipis kecil merah merekah, gigi kecil-kecil
tertata ramping.
b. Kecantikan Sikap Dewi Manohara
Kecantikan sikap Dewi Manohara digambarkan dengan tembung arum rumaket manis,
tadukira angangayuh driya bisa nuju prana priya, susila anoraga, sepi ing mastuti yang

berarti tutur kata halus dan bersahabat, sikapnya menarik hati bisa membuat senang laki-laki /
suami, sopan dan merendahkan diri, jauh dari keangkuhan, senang berpuasa, dan suka
berbuat kebaikan.

KEISTIMEWAAN PEREMPUAN
Penghormatan kepada seorang perempuan dapat dilihat dari adanya ungkapan Jawa yang
berbunyi bapa lantaran nan biyung lambaran yang berarti bahwa dalam meneruskan garis
keturunan, seorang istrilah yang memegang peranan penting. Penghormatan pada seorang
perempuan juga dapat dilihat dari sabda Nabi Muhammad yang berbunyi bahwa “surga
berada dibawah telapak kaki ibu”. Dimana seorang anak harus berbakti kepada orang tua
terutama kepada ibu, karena ridha Allah bergantung pada ridha ibu. Penghormatan kepada
perempuan sebagai seorang ibu juga dapat dilihat pada ayat Al-Qur’an di bawah ini:

Kami memerintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu dan
bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah. Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan.

(QS. Al-Ahqaf: 15)

Penghormatan pada seorang perempuan juga dapat dilihat dari sosok putri Maryam
yang dipilih Allah sebagai putri terbaik:
Dan ingatlah ketika malaikat Jibril berkata “wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah
memilih kau, mensucikan kau dan melebihkan engkau atas segala putri yang lain.
(QS. Ali-Imran: 42)

Karena penghormatan yang diberikan kepada seorang perempuan tersebut maka
hendaknya kaum perempuan harus diarahkan menjadi seorang ibu yang ideal agar bisa
menjalankan fungsinya dengan baik. Sehingga kelak memperoleh sebutan sebagai putri yang
utama. Seorang putri dikatakan utama apabila ia mampu mengisi hidupnya dengan nilai-nilai
keutamaan yang bersifat lahir maupun batin.

NILAI-NILAI KEUTAMAAN LAHIRIAH DAN BATINIAH PUTRI UTAMA JAWA
Bagi mencapai keutamaan sebagai putri utama Jawa, maka secara lahiriah seorang
perempuan diharapkan dapat meraih apa yang disebut keberuntungan bagi manusia yaitu (1)
gunawan yang berarti ilmu pengetahuan, (2) hartawan yang berarti kekayaan, dan (3)
berawan yang berarti anak atau keturunan. Sedangkan secara batiniah seorang perempuan

diharapkan memiliki keluhuran budi yaitu dengan cara (1) senantiasa mendekatkan diri
kepada Tuhan dengan sabar dan tawakal, (2) berbakti pada orang tua, dan (3) patuh pada guru
(Munarsih, 2007: v). Latihan-latihan yang juga harus harus dilakukan oleh seorang
perempuan agar dapat mencapai keutamaan sebagai putri utama Jawa adalah dengan
melakukan (1) angingirangi ing bukti, (2) nyunyuda guling, (3) anyuda sanggama , (4)
angampeta pangandika kang tanpa kardi, (5) ngilangna duka cipta yang berarti (1)

mengurangi makan (dengan berpuasa), (2) mengurangi tidur (dengan mendirikan sholat
malam), (3) mengurangi senggama, (4) menahan diri dari bicara yang tidak berguna, dan (5)
menghilangkan duka nestapa (dengan cara bersabar dan bersyukur) (Munarsih, 2007: 235).
Sikap sabar yang harus dimiliki oleh perempuan agar mencapai keutamaan putri utama Jawa
juga diungkapkan dalam Serat Panji pada pupuh Kinanthi bait 14 yaitu di adining putri
prabu utamaning tyas kang pinesthi tegese utama sabar yang artinya keutamaan seorang

putri raja adalah utama hatinya yaitu dengan bersikap sabar. Maksud dari sabar yaitu bersabar
terhadap segala cobaan. Bahwa segala cobaan harus diterima dengan syukur dan rela atau

ikhlas. Sikap sabar merupakan sikap utama yang harus dimiliki semua manusia. Manusia
yang memiliki sikap sabar bisa diumpamakan sebagai samudra lautan. Karena dengan
bersabar dimana ia memiliki kekuatan iman, maka manusia akan mampu menghadapi segala
cobaan dan tidak mudah putus asa (Munarsih, 2007: 243). Keutamaan sabar juga dijelaskan
dalam ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba Ku yang beriman! Bertaqwalah kepada
Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan
bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya
tanpa batas.
(QS. Az-Zumar: 10)

Ketika Allah menghendaki hambanya memperoleh derajat yang tinggi disisiNya,
maka Allah akan menguji hambanya tersebut hingga dengan ujian itu ia mampu bersabar.
Kesabaran tersebut yang nantinya akan meninggikan derajat orang tersebut di mata Allah.
Derajat yang tidak bisa dicapai oleh seseorang saat ia mengerjakan ibadah wajib dan sunnah
seperti sholat dan puasa atau kebaikan lainnya dengan ganjaran kebaikan tersebut akan
dikalikan 10, 70, dan 700x lipat. Sedangkan jika seseorang bersabar atas ujian yang
menimpanya, maka Allah menjanjikan pahala yang tidak terbatas yaitu hanya Allah sajalah
yang mengetahui seberapa besarnya pahala atas kesabaran tersebut serta memperoleh derajat
yang tinggi disisiNya.

PEREMPUAN SEBAGAI PUTRI UTAMA JAWA
Berdasarkan kecantikan fisik, kecantikan sikap, nilai keutamaan lahiriah dan nilai
keutamaan batiniah yang dimiliki oleh putri utama Jawa tersebut, maka dapat ditarik satu
garis besar bahwa seorang perempuan dapat dikatakan sebagai putri utama Jawa jika
memiliki ciri-ciri:
1. Kecantikan (fisik dan sikap yang baik) jelas dimiliki oleh kelima putri utama tersebut
seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.
2. Sikap gunawan atau mencintai ilmu pengetahuan diperlihatkan pada tokoh Dewi
Wara Srikandhi yang digambarkan sebagai seorang putri yang cerdas dan juga senang
mencari ilmu. Dewi Wara Srikandhi digambarkan senang mempelajari tembang atau
puisi Jawa dan juga senang membaca Serat Piwulang atau cerita-cerita yang berkaitan
dengan suri tauladan atau teladan yang baik.
3. Hartawan dapat dijelaskan dengan beberapa putri utama Jawa tersebut merupakan
anak seorang raja dimana seorang raja akan identik dengan kewibawaan dan harta

kekayaan. Dewi Wara Sumbadra merupakan seorang putri dari mendiang Prabu
Basudewa seorang raja dari Madura dan Dewi Gandawati adalah seorang putri dari
Prabu Gandasena seorang raja dari Negeri Tasikmadu.
4. Berawan atau memiliki keturunan dapat dijelaskan dengan Dewi Wara Sumbadra
memiliki seorang putra bernama Raden Abimanyu, Dewi Ulupi memiliki seorang
putra bernama Raden Bambang Irawan, dan Dewi Manohara memiliki seorang putra
yang bernama Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati.
5. Senang mendekatkan diri kepada Tuhan diperlihatkan pada tokoh Dewi Manohara
digambarkan memiliki sifat sederhana, senang berpuasa, dan senang mendekatkan diri
kepada Tuhan.
6. Senantiasa sabar dan tawakal yang diperlihatkan pada tokoh Dewi Wara Sumbadra
yang digambarkan memiliki sifat sangat sabar. Jika sedang marah ia justru tersenyum
manis, dan sungkan atau malu berbicara kasar.
7. Berbakti pada orang tua dan guru diperlihatkan pada tokoh Dewi Wara Srikandhi
yang diceritakan sangat menyayangi ibu mertuanya (Dewi Kunthi) bahkan juga
diceritakan setiap keinginan Dewi Kunthi akan dipenuhi oleh Dewi Wara Srikandhi.

KESIMPULAN
Pembahasan mengenai kecantikan perempuan dalam perspektif Jawa dengan mengambil lima
figur putri utama Jawa ini diharapkan dapat menjadi teladan bagi perempuan di jaman modern
ini. Walaupun ajaran tersebut telah ada puluhan tahun yang lalu, namun sejatinya ajaran moral
dan etika karakteristik putri Jawa masih sangat relevan untuk dikaji ulang dan diteladani oleh
kaum perempuan di masa kini.
Kecantikan bersikap seorang perempuan berdasarkan kecantikan bersikap yang
dimiliki oleh kelima putri utama Jawa yaitu tenang, cerdas, senang mencari ilmu, tidak
banyak bicara, halus budi dan lemah lembut, sungkan berbicara kasar, pemaaf, sederhana,
teguh hati, tutur kata halus dan bersahabat, sikapnya menarik hati dan membuat senang hati
suami, senang mendekatkan diri pada Tuhan, selalu menebar tawa, ceria, pandai melayani
kesukaan suami, tenang, menarik dihadapan suami, pandai melayani suami, pandai merawat
diri, pemaaf, luwes, hati-hati dalam bertindak, sabar, mampu menempatkan diri senang
bertegur sapa, cermat dalam segala hal, dan berbakti kepada mertua.
Pemahaman karakter dengan mengetahui kecantikan bersikap yang dimiliki oleh kelima
putri utama Jawa tersebut dapat dijadikan sebuah referensi baru terkait kriteria kecantikan

bersikap yang disukai para lelaki dan para suami. Sehingga nantinya kaum perempuan yang
kelak akan menjadi seorang istri dapat memposisikan diri dengan baik dengan meneladani
kecantikan bersikap yang dimiliki oleh kelima putri utama Jawa tersebut. Sebagai putri modern
yang cerdas, hendaknya kita bisa menjadikannya sebagai umpan baik bahwa kecantikan
bersikap yang dimilki oleh kelima puteri utama Jawa tersebut dapat kita ramu menjadi satu
dalam diri kita. Sebab sejatinya, kecantikan yang terpancar dari dalam (inner beauty) itulah
yang akan abadi dan memancarkan aura positif pada diri seorang perempuan sebagaimana
kutipan cerita pada Arjuna Wiwaha di bawah ini:
Semangat boleh berkobar-kobar, tetapi kepala harus tetap dingin. Dan jangan lupa, Arjuna
orangnya romantis, ia tidak akan tergerak hatinya oleh kekerasan. Oleh sebab itu kalian harus
tetap memegang trapsilaning wanita , memegang tatakrama yang selalu dilakukan oleh
wanita. Seorang wanita walaupun berparas cantik, kalau ucapannya kasar dan menyakitkan
hati, hilanglah seluruh kecantikannya. Sebaliknya seorang wanita walaupun kurang
dianugerahi kecantikan lahir tetapi kalau ia lembah manah, berhati rendah, halus bicaranya
memikat tidak dibuat-buat, seorang pria dapat terpikat padanya (Sunardi, 1993: 47).

Sedangkan kecantikan fisik seorang perempuan yang disukai para lelaki dan suami
berdasarkan kecantikan fisik yang dimiliki oleh kelima puteri utama Jawa tersebut yaitu
berperawakan sedang, badan ramping berisi, badan semampai,kulit kuning langsat / kuning
keemasan, raut wajah bening ramah dan murah senyuman, berwibawa, bermata kecil indah
bersinar / kocak tak liar, mata menyinarkan asmara dan sedikit galak, wajah sendu tertunduk,
manis, bahu lebar kuat, gigi tertata rapi, bibir tipis kecil merah merekah, dada bidang padat,
rambut tebal terurai indah terlihat kehijauan, rambut keningnya tertata rapi, dan leher
panjang. Mengenai kecantikan fisik ini, rasanya tidaklah mustahil apabila diwujudkan di
jaman yang serba modern saat ini. Di jaman yang serba canggih saat ini, ada banyak hal yang
bisa dilakukan untuk menunjang penampilan kita sebagai seorang perempuan dan khususnya
sebagai seorang istri agar terlihat lebih cantik dan menarik di hadapan suaminya.
Selain meneladani dua kecantikan bersikap dan fisik pada kelima putri utama Jawa
tersebut, kaum perempuan yang kelak nantinya juga akan menjadi seorang istri hendaknya
juga meneladani sikap Dewi Wara Srikandhi yang diceritakan pandai melayani keinginan
suaminya:
Amung lawan kakungipun, kalamun den andikani, patitis saulonira, cumondhong mapanken
dhiri, sumeh asmu guyunira, gumebyar waja kengis, narawung thathit barung, tumempuh
sumyur ngenani, curna paranirengpriyo, marma lamun den ladosi marang Sang Dyah Retna
Cempala, Sang Parta sandeya nangkil. Yang artinya hanya pada suaminya, jika ia diberi kode
/ diminta, tanggap di wajahnya, langsung menyiapkan diri, ceria di wajahnya terhias tawa
yang mengandung rahasia (tawa yang memikat), bersinar giginya terlintas, bagai tersinari

kilat, menempuh membuat kabur, tertuju semua mata lelaki pada Srikandhi, oleh karenanya
jika dilayani oleh Sang Dyah Retna Cempala, Sang Parta pun bertekuk lutut.

Apabila seorang istri mampu tampil menarik dihadapan suaminya seperti Dewi Wara
Srikandhi, maka suami akan terlena dan tidak sempat memiliki pikiran untuk berpoligami
karena waktunya telah habis untuk menikmati kecantikan istrinya. Dengan kata lain
keperluan bermanja-manja dengan sang istri telah terpenuhi.
Selanjutnya, untuk mencapai keutamaan sebagai putri utama Jawa, maka secara
lahiriah seorang perempuan diharapkan dapat meraih apa yang disebut keberuntungan bagi
manusia yaitu (1) gunawan yang berarti ilmu pengetahuan, (2) hartawan yang berarti
kekayaan, dan (3) berawan yang berarti anak atau keturunan. Sedangkan secara batiniah
seorang perempuan diharapkan memiliki keluhuran budi yaitu dengan cara (1) senantiasa
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sabar dan tawakal, (2) berbakti pada kedua orang
tua, dan (3) patuh pada guru.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Khairul Bayaan: Yayasan Penyelenggara Penerjemah

Departemen Agama Republik Indonesia).
Magnissuseno, Franz, Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup
Jawa (Jakarta: Gramedia, 1984).

Munarsih, Serat Wulang Putri (Yogyakarta: Panji Pustaka, 2007).
Pane, Sanusi, Ardjuna Wiwaha (Djakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka, 1960).
Ranggawarsita, R.Ng, Candrarini (Surakarta: Fogel van der Heide, t.t).
__________________, Candrarini (Kediri: Tan Khoen Swie,cet.I,1922).
__________________, Candrarini (Kediri: Tan Khoen Swie, cet. II, 1939).
Sastroamidjojo, Seno, Ardjuna Wiwaha (Djakarta: Kinta, 1962).
Sunardi, Arjuna Wiwaha (Jakarta: Balai Pustaka, 1993).
Zoetmulder, Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang (Jakarta: Penerbit
Djembatan, 1983).