PERAN IBU MENURUT KONSEP PENDIDIKAN KELU

PERAN IBU MENURUT KONSEP PENDIDIKAN
KELUARGA DALAM ISLAM

Siti Nurhasanah1
Abstrak
Ibu mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan ini dan
ibu

memiliki

peran

multidimensional

dalam

keluarga,

mengingat

Ibu


menggambarkan peranan yang besar dalam proses pendidikan, maka Islam
sangat menaruh Perhatian
pendidikan
Konsep

sebuah

pendidikan

terhadap masalah ini. Berhasil dan gagalnya

keluarga
keluarga

bergantung

pada

kemampuan


menurut

Islam

adalah

seorang

pendidikan

Ibu.
yang

berteraskan agama Islam yaitu berlandaskan Al-qur‟an dan hadits.

1. Pendahuluan
Allah SWT telah menanamkan fitrah ke dalam diri umat manusia
untuk


mengembangkan

keturunan,

agar

generasi

umat

mempertahankan kelestariannya dalam menjalankan fungsi

manusia

bisa

kekhalifahannya

di muka bumi ini. Dari usaha melanjutkan keturunan ini, Allah telah
menetapkan


bahwa wanita merupakan tempat

persemaian generasi umat

manusia ini. Hal ini harus kita pahami sebagai fungsi utama ibu dalam
kehidupan ini. Sebab hal yang demikian itu tidak bisa dijalankan oleh lakilaki, karena ibu memiliki peran yang multidimensional dalam keluarga

1

Dosen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan STAI Binamadani Tangerang

1

Mengingat
pendidikan

seperti

Ibu

ini,

menggambarkan
maka

Islam

peranan
sangat

yang besar
menaruh

dalam

perhatian

proses
terhadap


masalah ini dan menjelaskan dampak positifnya dalam masyarakat jika ibu
mengikuti manhaj atau metode Islam dan dasar-dasarnya dalam mendidik
anak-anaknya. Islam juga menjelaskan dampak negatif terhadap keluarga dan
masyarakat jika Ibu tidak mau mengikuti manhaj Islam atau mengikuti cara
yang tidak benar dalam mendidik anak-anaknya. Maka dari itu dikatakan
dalam pepatah, Ibu laksana sekolah. Jika engkau mempersiapkan seorang Ibu
berarti engkau telah mempersiapkan bangsa yang bagus perniagaannya.2
Ibu mempunyai karakter psikis dan emosional yang sangat berbeda
dengan

laki-laki.

Karekter

ini

besar

pengaruhnya


bagi

ibu

di

dalam

merealisasikan tugas-tugas keibuan yang diembannya.
Berkat karakter itulah, ibu lebih tepat untuk memikul beban dan tugas
utama sebagai pengasuh rumah tangga, yang medan operasionalnya lebih
banyak berpusat di dalam rumah. Disamping tugas utama yang alami itu,
saat ini peran partisipasi sosial ibu sangat diharapkan oleh masyarakat.3
Di satu sisi Ibu berperan sebagai istri yang selalu mendampingi dan
mendorong sang suami baik dalam karirnya atau dalam pekerjaannya selama
bukan dalam pekerjaan yang mengandung maksiat. Di sisi lain Ibu berperan
sebagai Ibu rumah tangga yang selalu mendidik putra-putrinya dengan kasih
Ummu Ibrahim Ilham Maulana, “Bagaimana menjadi Istri Shalihah dan ibu yang sukses ”, (Jakarta:
Darul Falah), 1476 H, Hal.76.
3

Khiriyah, Husain Taha, “Konsep Ibu Teladan: Kajian Pendidikan Islam” (Surabaya: Risalah Gusti,
cet.4), Hal.28
2

2

sayang dan cinta yang tulus sejak anak dalam kandungan hingga anak-anak
tumbuh dewasa dan kelak menjadi generasi-generasi penerus yang berguna
bagi keluarga, serta bangsa dan negara.
Berhasil dan gagalnya pendidikan sebuah keluarga bergantung pada
kemampuan seorang ibu. Ibu adalah orang yang paling dekat dengan anakanaknya daripada seorang ayah. Pendidikan bukan didapat hanya dibangku
sekolah saja, tetapi pendidikan juga bisa didapat dirumah dalam lingkungan
keluarga yaitu orang tua, terutama dari seorang ibu.
Ibu yang cerdas adalah mengetahui tanggung jawab yang diberikan
Islam kepadanya, dalam memelihara rumah, mengurus suami dan anak-anak.
Ibu merupakan fondasi untuk membangun satu keluarga. Ibu yang mendidik
anak-anak

dan


suami kembali

merupakan

proses

evolusi

keluarga.

Kepadanya

seorang

untuk menangkan semua ketegangan syarafnya, mendapat

ketenangan jiwa dan kebahagiaan hati.4
Di samping itu, ibu harus menguasai cara atau teknik memainkan
peran atau melaksanakan tugasnya, disesuaikan dengan setiap situasi yang
dihadapinya. Sebagai ibu (pendidik anak-anak) ibu harus mengetahui porsi

yang

tepat

disesuaikan

dalam
dengan

memberikan
tahap

kebutuhan-kebutuhan

perkembangannya.

Sikap

anaknya


maupun

yang

perilakunya

harus dapat dijadikan contoh bagi anak-anaknya. Sebagai seorang ibu harus

4

Op. Cit, hal. 81

3

menumbuhkan suasana yang harmonis tampil bersih, memikat dan mampu
mendorong suami dan anak-anak untuk hal-hal yang positif.5
“Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan pertama dan terutama
bagi anak. Pendidikan keluarga bertujuan membentuk fondasi kepribadian
Islam pada anak, yang akan dikembangkan setelah anak masuk sekolah.”6
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti masyarakat yang
berada

di

lingkungan

RT.001/03

Kelurahan

Tegal

Parang,

Mampang

Prapatan, Jakarta Selatan, tentang bagaimana peran ibu sebagai istri dan ibu
rumah

tangga

membentuk

dalam

keluarga

pendidikan
yang

keluarga

sejahtera

menurut

untuk
Islam.

menciptakan

atau

Perempuan

yang

dimaksud oleh penulis adalah seorang istri dan ibu rumah tangga yang
berada di lingkungan keluarga dan yang mempunyai anak sekolah dari mulai
TK sampai SLTA.
2.

Tinjauan Pustaka
Ibu adalah manusia yang dapat menstruasi, hamil

dan melahirkan

anak.7 Ibu mempunyai kedudukan yang sangat mulia serta mempunyai peran
yang

besar

terhadap

pendidikan,

pertumbuhan,

dan

perkembangan

anak-

anaknya, terutama dalam pendidikan agama. Tugas seorang ibu sangatlah
berat namun harus tetap dilakukan dengan ikhlas dan sabar sehingga dapat

5

Khalid, Ahmad Asy-syantuh, Pendidikan Anak putri dalam Pendidikan Keluarga , (Jakarta: CV
Pusataka Al-Kautsar, 1994, cet.III), hal. 78 (http//notok2001.blogspot.com/2007/pendidikan dalam
keluarga)
6
Op.Cit hal.86
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua (Jakarta: Balai
pustaka, 1996, hal.751)

4

tercipta ketentraman dan kedamaian jiwa anak-anaknya. Ibu adalah
kekuatan dalam kehidupan, nafasnya ibarat oksigen bagi manusia.
Tugas ibu menurut ajaran Islam, tercermin dalam hadits berikut ini:

Artinya:“Dari Abdullah berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda:
Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian bertanggung jawab.
Imam adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab, laki-laki pemimpin
atas keluarganya dan ia bertanggung jawab, perempuan pemimpin atas
rumah tangga suaminya dan ia bertanggung jawab, budak pemimpin atas
harta majikannya dan ia bertanggung jawab, mereka kamu sekalian
adalah pemimpin dan kamu sekalian bertanggung jawab.”(H.R. Bukhori)
Dari

hadits

di

atas

dapat

disimpulkan

bahwa

setiap

orang

mempunyai tanggung jawab masing-masing, seperti tanggung jawab yang
dibebankan kepada seorang ibu rumah tangga, yaitu bertanggung jawab
kepada keluarga suaminya. Dengan kata lain, seorang ibu rumah tangga
itu mempunyai kewajiban terhadap suami dan anak-anaknya. Tapi bukan
berarti semua tanggung jawab keluarga semuanya diserahkan kepada istri
semuanya, akan tetapi suami tetap menjadi kepala rumah tangga yang
utama dan berkewajiban memberi nafkah kepada keluarganya.

5

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 34:

‫الرج ل ق ام ن ع ى النس ء بم فضل َ بعض ع ٰى بعض بم أنفق ا‬
‫من أم ال ۚ ف لص لح ت ق نت ت ح فظ ت ل غي بم حفظ َ ۚ الَتي تخ ف ن‬
‫نش زهن فعظ هن اهجر هن في المض جع اضرب هن فإن أطعنك فَ تبغ ا‬
‫ع ي ن سب ا‬
‫يَ إن َ ك ن ع اي كبيرا ا‬
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena
Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak
ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka)[290] . wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya[291] , Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya[292] . Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar. (Q.S. 4 ayat 34)
Kata

Qonitatun

di

atas

berasal

dari

kata

Qanata

yang

bisa

bernakna taat, diam, qunut. Arti asalnya adalah diam dalam waktu lama.
Dengan kata lain, ayat di atas memberikan tugas kepada istri untuk
menjadi ibu rumah tangga.
Perempuan

shalihah

adalah

tiang

bagi

keluarga,

penyayangnya

sangat kuat, sekaligus perhiasan pertama bagi kehidupan orang laki-laki,
bahkan

dia

merupakan

perhiasan

sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

6

terbaik

dalam

kehidupan

ini,

Artinya: “Dari Abdullah Ibn Amr Ibnu Ash r.a., Nabi Muhammad
SAW bersabda: Dunia ini perhiasan, dan sebaik-baik
perhiasan adalah per empuan shalihah” (HR.Muslim)
Perempuan shalihah merupakan nikmat Allah SWT terbesar bagi
orang laki-laki, dimana ia akan merasa tenang padanya dari hiruknya
kehidupan

dan

dari

cengkramannya.

Disisinya

dia

akan

mendapatkan

ketenangan, ketentraman, kebahagiaan, dan kenikmatan yang tidak dapat
dikalahkan oleh kenikmatan hidup lainnya.
3. Pembahasan
Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa istri yang shalihah
adalah perempuan yang dapat membawa ketenangan dan ketentraman
dalam rumah tangga, baik bagi suami, maupun anak-anaknya.”Kemudian
bagaimana
kehidupan

seorang
ini,

perempuan

menjadi

menjadi

seorang

istri

perhiasan

yang

terbaik

berhasil

dan

dalam
mencapai

kedudukan tinggi, dicintai, dibanggakan, dan disayangi oleh suaminya”.8
Maka disini beberapa ciri perempuan sebagai istri yang baik adalah
sebagai berikut:
a. Taat dan berbakti kepada suami
Perempuan

muslimah

harus

mendurhakainya. Bila terjadi

taat

kepada

suami

dan

pertentangan, ia harus

tidak

boleh

mengutamakan

ketaatan kepada suami daripada ibu, bapak, saudara, dan anak, serta

Muhammad Ali Al-Hasyimi, “Jati diri perempuan muslimah ”, penerjemah Abdul Ghafar, (Jakarta:
Balai Pustaka Al-Kautsar, 1997, cet.1)

8

7

berusaha untuk mencari keridho‟annya serta memberikan kebahagiaan
kepada dirinya meskipun dia hidup dalam kemiskinan dan kesulitan.
Perempuan

muslimah

akan

senantiasa

tekun

dan

berkonsentrasi

melayani suami dan melakukan pekerjaan rumah tangga, karena ia
tahu bahwa suami termasuk penentu surga dan neraka bagi istri,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Artinya : “Dari Umi Salamah RA berkata: Rasululah SAW
bersabda : Siapapun perempuan yang meninggal dan suaminya
ridho kepadanya, maka ia akan masuk syurga” (H.R Tirmidzi)
b.

Menjaga kehormatan suami, harta, dan rumahnya
Perempuan

yang

berperan

sebagai

istri,

maka

ia

harus

bertanggung jawab menjaga kehormatan suaminya. Ia tidak boleh
keluar tanpa izin dari suami, dan tidak boleh bergaul dengan lakilaki yang bukan mahromnya, baik di dalam rumah maupun di luar
rumah.

Disamping

itu

juga

perempuan

harus

menjaga

harta

suaminya dengan menggunakan harta tersebut dengan cara yang
ma‟ruf dan mengaturnya dengan baik.
c.

Berhias bagi suami
Perempuan yang mempercantik diri bagi suami, memiliki esensi
dalam

menjaga

ketenangan
8

rumah

tangga

dan

memperdalam

kecintaan antara suami istri. Tapi kenyataannya, justru banyak
para wanita yang lalai, berhias bila hendak keluar rumah dan
melupakan keadaan dirinya bila berada di rumah.
d.

Tidak menyebarluaskan rahasia suami
Perempuan yang bertaqwa dan selalu menjaga diri tidak akan
pernah

menyebarluaskan

rahasia

suaminya

dan

tidak

akan

memberitahukan kepada siapapun apa yang pernah terjadi antara
dirinya dengan suaminya, karena itu merupakan aib yang tidak
boleh diceritakan kepada orang lain dan yang sangat penting
dipelihara oleh seorang perempuan adalah rahasianya yang terjadi
dengan suaminya, yang tidak patut diketahui oleh orang lain.
e.

Senantiasa mendampingi dan mendukung pendapatnya
Perempuan
menjalani

diharuskan

kehidupan,

untuk

baik

membantu

melalui

ucapan,

suaminya
pemikiran,

dalam
maupun

perbuatan. Di samping itu juga perempuan diperintahkan untuk
mempergauli
sesuatu

suaminya

yang

dengan

berkenaan

di

menggembirakan

perasaannya,

mendorongnya

untuk

dapat

kehidupan ini.
f.

Bermusyawarah dengan suami

9

baik,

mempersembahkan

hatinya,

menyenangkan

memperbahatui
menunaikan

segala
hatinya,

semangatnya,

serta

tugasnya

dalam

Dalam segala hal, suami istri harus bermusyawarah. Antara suami istri
tidak boleh ada hal yang dirahasiakan. Rahasia istri harus diketahui oleh
suami dan rahasia suami harus diketahui istri, kalau memang ada rahasia.
Bersikap tertutup dan tidak ada musyawarah akan membawa ketegangan
dalam hidup berkeluarga. Musyawarah dan sikap terbuka juga merupakan
salah satu dasar penting bagi terwujudnya keluarga yang bahagia.9
g.

Istri sebagai penasihat yang bijaksana
Sebagai manusia biasa, suami tidak dapat luput dari kesalahan
yang

kadang

tidak

disadarinya.

Istri

sebaiknya

memberikan

bimbingan agar suami dapat berjalan di jalan yang benar. Selain
itu, suami kadang menghadapi masalah yang pelik, nasihat istri
sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalahnya.10
h.

Istri sebagai pendorong suami
Sebagai
kemajuan

manusia,
di

bidang

suami

juga

pekerjaannya.

masih
Disini

selalu
peran

membutuhkan
istri

dapat

memberikan dorongan atau motivasi pada suami. Suami diberi
semangat agar dapat mencapai jenjang karier yang diinginkan,
tentunya

harus

diingat

keterbatasan-keterbatasannya,

artinya

istri

tidak boleh terlalu memiliki ambisi terhadap karir dan kedudukan
suami, kalau suami tidak mampu jangan dipaksakan. Hal ini akan
memberikan hal-hal yang negatif.
9

Andi Hakim Nasution.dkk, Membawa Keluarga Bahagia , (Jakarta: Pustaka Antara Jakarta, 1995,
cet.IV) hal.148
10
http//notok2001.blogspot/2007/07/pendidikan-dalam-keluarga/html

10

Alangkah
seorang

istri

bahagianya
yang

baik

seorang
yang

suami

mempunyai

apabila

mempunyai

kriteria-kriteria

yang

disebutkan di atas.
Tugas utama seorang wanita adalah sebagai ibu dan manajer
(pengatur) rumah tangga. Ini merupakan suatu pandangan yang jernih dan
benar
wanita

terhadap
dan

wanita,

sebab

terlaksananya

tugas

tugas

ini

ini

hanya

akan

dikhususkan

terhadap

menjamin

lestarinya

dapat

generasi manusia, serta menjamin ketenangan hidup individu manusia
dalam keluarganya.
Tugas sebenarnya dan tugas utama dari istri adalah menjadi ibu
rumah tangga. Tugas itu bukanlah tugas yang ringan. Tugas ibu rumah
tangga

bukanlah

semata-mata

memasak

dan

mengatur

rumah

tangga

tetapi yang lebih penting dari hal tersebut adalah mendidik anak-anak,
baik fisik, maupun mentalnya.
Pendidikan di rumah merupakan hal yang mendasar dan atas dasar
inilah pendidikan selanjutnya akan mempunyai dasar yang tidak kuat,
bahkan

dasar

masyarakat

yang

yang

salah.

pertumbuhan

Dengan
dan

demikian

pendidikannya

muncullah
tidak

anggota

tepat.

Jelas

kiranya bahwa pendidikan di rumah di bawah asuhan ibu mempunyai
hubungan yang erat dengan masa depan bangsa dan negara.
Bentuk

persekutuan

paling

kecil,

namun

paling

menentukan

dalam masyarakat adalah lembaga keluarga atau rumah tangga. Suatu

11

masyarakat

akan

baik

jika

penghuni

atau

lingkungannya

terdiri

dari

keluarga-keluarga yang bertanggung jawab, sebaliknya akan rusak jika
unsur-unsur keluarga penghuninya tidak baik.
Perempuan sebagai ibu rumah tangga yang baik, tidak terlalu
banyak

menuntut

hal

keduniawian

di

luar

batas

kemampuan

suami.

Sebaliknya jika keluarga dikaruniai kelebihan rezeki, ia pemurah bahkan
mendorong suaminya untuk menginfakkannya kepada orang-orang yang
membutuhkan.
Mengurus rumah tangga sejak dini seharusnya sudah diajarkan,
dalam hal ini oleh para ibu kepada anak-anak perempuannya. Mereka
harus

dibiasakan

belajar

bagaimana mengasuh
terdorong

mengurus

pekerjaan

dan mendidik

menciptakan ketenangan

sehari-hari,

anak. Disini

termasuk

seorang istri harus

dan suasana yang menyenangkan

suaminya.11
Berbicara mengenai
pengaruhnya

adalah

ibu.

pendidikan anak, maka yang paling besar
Ibu

sangat

menentukan

keberhasilan

anak-

anaknya walaupun tentunya keikutsertaan bapak tidak dapat diabaikan
begitu saja. Ibu memainkan peran yang penting dalam mendidik anakanaknya terutama pada masa balita. Pendidikan disini tidak hanya dalam
pengertian yang sempit.12

Al-Tahrir, Al-Hadad, Wanita dalam syari‟at dan masyarakat, judul asli:”Imratuna fi Al-syari‟ati wal
mujtama ” (Jakarta: Pustaka firdaus, 1993) cet.II, hal.176
12
Sofia-psy. Sraff.ugm.ac.id
11

12

Pendidikan dalam keluarga dapat berarti luas, yaitu pendidikan
iman, moral, fisik, jasmani, intelektual, psikologis, sosial, dan pendidikan
seksual. Peranan ibu didalam mendidik anaknya dibedakan menjadi tiga
tugas penting, yaitu ibu sebagai pemuas kebutuhan anak, ibu sebagai
teladan atau model peniruan anak, dan ibu sebagai pemberi stimulasi bagi
perkembangan anak.13
Adapun fungsi seorang ibu dalam rumah tangga adalah:
a.

Sebagai pendamping suaminya dengan setia.
Mendampingi

suami

dalam

setiap

situasi

dan

kondisi,

menemaninya dalam suka dan gembira, menghibur dalam duka
dan

nestapa,

kewajiban

dan

istri

menyenangkan

sebagai

suami

pendamping

ketika

suami,

sedih

maka

adalah

suaminya

bertambah sayang kepadanya dan merasa puas terhadap pelayanan
istrinya
b. Sebagai pemelihara anak-anaknya
Seorang

ibu

mengkhianati

yang

baik

amanah,

tentunya

yaitu

tidak

anak-anak

menyia-nyiakan
yang

dititipkan

atau
Allah

kepadanya karena amanah tersebut nantinya akan dipertanggung
jawabkan orang tuanya di depan hakim yang paling adil dan
agung yaitu

Allah

SWT”.

13

14

Jadi

sebagai

seorang ibu

yang

Ibid.
Abu Muhammad Rasyid Ridho, “Ciri dan fungsi perempuan shalihah ” (Solo : Pustaka Al-„Alaq,
1995) hal.114

14

13

bertanggung

jawab,

maka

dia

akan

selalu

memelihara

anak-

anaknya dimanapun dan kapanpun mereka berada.
Islam telah memperkokoh wasiatnya agar orang-orang muslim
menghormati sang ibu, karena sang ibu mengalami beberapa kesusahan
dalam memperoleh sang anak, baik pada saat dia sedang hamil, pada
saat ia melahirkan, pada saat dia menyusui, maupun pada saat dia
mendidik. Di antara wasiat tersebut adalah firman Allah SWT dalam
surat Luqman ayat 14:

‫صين اْنس ن ب الديه حم ته أمه ه ان ع ٰى هن فص له في ع مين‬
‫أن اشكر لي ل الدي إلي المصير‬
Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun[1180] . bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. 31:14)

Setiap

anak

yang

lahir

dibekali

dengan

sebuah

potensi

(kekuatan pendorong alamiah) yang dapat diarahkan ke arah yang baik
atau ke arah yang buruk. Maka telah menjadi kewajiban orang tua untuk
memanfaatkan

potensi

tersebut

dan

menyalurkannya

ke

arah

yang

diridhoi Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surah At-Tahrim ayat
6

‫أه يك ن را ا ق ده الن س الحج رة‬
‫يفع ن م ي مر ن‬

‫يعص ن َ م أمره‬
14

‫ي أي الذين آمن ا ق ا أنفسك‬
‫َظ شداد‬

‫ع ي مَ ك‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Setiap

anak

yang

dilahirkan

itu

adalah

suci,

kedua

orang

tuanyalah yang menjadikan anak itu baik ataupun tidak baik. Seperti
sabda Rasulullah SAW:

Artinya; Dari Abu Hurairah berkata , Rasulullah SAW bersabda: setiap
anak dilahirkan berdasarkan fitrah, lalu kedua orang tuanyalah
yang membuatnya memeluk agama Yahudi, Nasrani, atau
Majusi,.” (H.R. Bukhari)
Ibu dituntut untuk mengetahui perananya sebagai seorang ibu
dan harus membekali dirinya sebaik mungkin dengan bekal yang bisa
membantunya dalam memainkan peranan yang amat penting ini, agar
dia mengasuh anak yang baru dilahirkan berdasarkan fitrah dengan
suatu pengasuhan yang bisa menjaga mereka dari kesusahan.
Seorang ibu yang berpendidikan dan mempunyai pengalaman
yang sangat luas dalam mengurus rumah tangga, maka dia akan berhasil
dan sukses dalam mengurus rumah tangga dan keluarganya akan hidup
sejahtera.
Tidak dapat diragukan lagi, ibu adalah inti ditengah rumah
tangga dan masyarakat. Dia adalah pemberi pemngaruh yang amat kuat
15

pada diri anak-anak baik dalam perkataan, keteladanan, serta cinta dan
kasih

sayang.

Anak-anak

senantiasa

menyerupai

ibunya.

Jika

ibu

menegakkan hukum-hukum Allah dan menaati-Nya, berpegang kepada
akhlak-akhlak Islam yang terpuji, anak tentu akan tumbuh dengan
memiliki

akhlak-akhlak

tersebut.

Jika

akhlak

itu

buruk,

tidak

menegakkan hukum-hukum Allah dan buruk pergaulannya, anak tentu
akan tumbuh dengan memiliki sifat-sifat yang buruk pula.15
Agar ibu bisa melaksanakan tugas yang amat besar ini secara
sempurna dan baik, maka dia harus mencurahkan seluruh perhatiannya
agar dia mampu bangkit agar anak-anaknya dapat naik ke tingkat yang
lebih tinggi.16
Peranan

perempuan

dalam

mendidik

anak

lebih

dominan

daripada laki-laki karena peranan perempuan sebagai ibu lebih banyak
menyertai anak. Dia merupakan bagian dari dirinya dan perasaan belas
kasihnya terhadap anak lebih kuat daripada perasaan kasih sayang
seorang bapak. Maka tidak heran jika ibu lebih dekat dengan hati anak.
Ibu ideal adalah ibu yang berhasil dalam menjalankan perannya
sebagai ibu secara maksimal. Ia harus bisa membaca pribadi anakanaknya, persoalan dan problem yang dihadapi, bagaimana interaksi
dengan
15

16

mereka,

bagaimana

cara

mendidik,

bagaimana

cara

Haya binti Mubarok Al-Barik, Ensiklopedia Wanita Muslimah , Penerjemah Amir Hamzah
Fakhrudin (Jakarta: Darul Falah, 1420H) cet.4
Ummu Ibrahim Ilham Muhammad, Bagaimana Menjadi Istri Shalihah dan Ibu yang Sukses ,
(Jakarta: Darul Falah, 1417H) cet.1, hal.77

16

mengajarkan Al-qur‟an, serta bagaimana mengajarkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan agama dan pendidikannya. Selain itu, hal yang
tidak kalah penting adalah seorang ibu harus memiliki pengetahuan
tentang sarana pendidikan modern dan cara mempergunakannya.17

REFERENSI
A1-Qur‟an dan Terjemahannya
Abdullah, Abdil Fathi. Menjadi Ibu Ideal. .Penerjemah Abu Nabil Hukama. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2005.
Al-Bank, Haya binti Mubarok. Ensikiopedi Wanita Muslimah. Penerjemah Amir
Hamzah Fakhrudin. Jakarta: Darul Faith.
Al-Hadad, Al-Thalirir. Wanita dalam Syari „at dan Masyarakat. Judul ash
“Imratunafi al-Syari „ad wal Muftama Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.
“.

Al-Hasyimi, Muhammad Au. Jatidiri Wanita Muslimah. Penerjemah Abdul Ghafar.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997.
Asyantuh, Khalid dan Ahmad. Pendidikan Anak Putri dalam Keluarga Muslim.
Penerjemah Kathur Suhardi. Jakarta: CV Pustaka Al-Kautsar, 1994.
Departemen Pendidikan dan Kebuidayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kedua. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Faiz, Ahmad. Citra Keluarga Islam. Penerjemah Yunan Skara Zaman dkk, Jakarta:
PT. Serambi limu Semesta.
Fathullah, Ahmad Luthfi. Strategi dan Langkah dalam Mendidik Anak.Jakarta:
Pustaka A1-Ikhlas.

17

Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal, Penerjemah: Abu Nabil Hakim (Jakarta: Pustaka AlKautsar,2005) hal. 121

17

http://notok2001 .blogspot.comi2007/07/pendichikan-daiam-keluarga.html
http://khairuddinhsb.b1ogspot.com/2oo8/oI /konsep-pendidikan-islam.html
Kartikawati, Etty dan Drs. H. Painun, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:
Pustaka, 2005
Khoir, Ummu. Peran dan Tanggung JawabWanita dalam dunia Pendidikan.
Maulana, Ummu Ibrahim liham. Bagaimana Menjadi Istri Shalihah dan Thu-Thu
yang Sukses. Penerjemah Kathur Suradi. Jakarta: Darul Faith, 1417 H.

Muhammad, Abu dan Rasyid Ridha. Ciri dan Fungsi Perempuan Shalihah. Solo:
Pustaka A1-Alaq, 1995
Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Sinar Grafika, 1993.
Qardawi, Yusuf. Ruang Lingkup AktUItas Wanita Muslimah. Penerjemah Moh. Sun
Sudahri A dan Entin Rani‟ah Rarnelan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 1996
Sukamadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005
Tholib, Muhammad. Analisa Wanita Dalam Bimbingan Islam. Surabaya: Al-Ikhlas,
1987.

18