47 HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN RESIKO CEDERA KHUSUSNYA JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH

  

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG UPAYA

PENCEGAHAN RESIKO CEDERA KHUSUSNYA JATUH PADA

LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH

Erwin Yektiningsih*, Mujid Saroji**

  • *) Dosen Akper Pamenang Pare- Kediri

    **) Perawat Puskesmas Ngancar Kab. Kediri

  Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Banyaknya ditemukan masalah kejadian jatuh pada lansia bisa disebabkan karena minimnya pengetahuan tentang pencegahan resiko cidera jatuh pada lansia terutama di kalangan keluarga yang merupakan pengasuh lansia. Mereka menganggap bahwa selama lansia tidak sakit berarti lansia tidak akan mengalami kejadian jatuh.

  Desain penelitian ini menggunakan cross sectional, dengan populasinya 125 keluarga yang mempunyai lansia. Sampel sebanyak 40 responden dan pengambilan sampel degan cara simple random sampling. Adapun variabel penelitian terdiri dari 2 variable. Variable independent yaitu pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera khususnya jatuh pada lansia dengan menggunakan instrument kuesioner, dan variable dependennya yaitu kejadian jatuh pada lansia degan instrument kuesioner.

  Hasil penelitian keluarga berpengetahuan baik sekali 8 responden (20%), baik 15 responden (37,5%), cukup 8 responden (20%), dan kurang 9 responden (22,5%). Dan kejadian jatuh, tidak pernah jatuh 21 respoden (52,5%), jatuh 1 kali 11 responden (27,5%), dan jatuh lebih dari 1 kali 8 responden (20). Dari uji Spearman Rank didapatkan nilai signifikan 0,000 > 0,05 yang berarti Ho ditolak. Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cidera pada lansia terhadap kejadian jatuh.

  Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera pada lansia sangat penting dimiliki oleh keluarga yang mempunyai lansia agar bisa memberikan asuhan yang tepat pada lansia teutama dalam pencegahan jatuhnya. Tetapi pengetahuan keluarga bukanlah semata-mata faktor yang mutlak mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia. Karena ada banyak faktor lain seperti pengalaman, lingkungan, dan lain-lain.

  Kata Kunci : Keluarga, Jatuh, Lansia.

  

Latar Belakang mengakibatkan gangguan keseimbangan, nyeri-nyeri

  Menjadi tua merupakan suatu fase kehidupan sendi, sehingga mudah jatuh (Nugroho Wayudi, yang dialami oleh manusia. Makin panjang usia 2000). Pengetahuan perawatan keluarga pada lansia seseorang, sejalan dengan pertambahan usia tubuh saat ini sudah baik, namun ada juga yang masih belum akan mengalami kemunduran secara fisik maupun mengerti tentang bagaimana cara merawat lansia yang psikologis. Secara fisik orang lanjut usia yang baik di rumah. Hal ini disebabkan oleh beberapa selanjutnya disebut lansia, mengalami kemunduran faktor diantaranya; umur dari lansia, tingkat fungsi alat tubuh, atau disebut juga dengan proses pendidikan keluarga, status ekonomi serta hubungan degeneratif. Orang lansia akan terlihat dari kulit yang lansia dengan keluarga (Astutik Windri, 2005). mulai keriput, berkurangnya fungsi telinga dan mata, Kemungkinan jatuh banyak terjadi pada lansia. tidak dapat bergerak cepat lagi, cepat merasa lelah, Kira-kira 30% orang-orang yang berumur diatas 65 rambut menipis dan memutih, mudah terserang tahun pernah mengalami jatuh setiap tahunnya dan penyakit karena daya tahan tubuh berkurang (Fitriani separuhnya pernah roboh lebih dari sekali (Clemson, Erda, 2009). Memang tidak bisa dibantah, bila 2005). Menurut Endah dari Nusantara Medical seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan Center, pada tahun 2006 jumlah lansia di Indonesia mental hidupnya akan perlahan-lahan tetapi pasti 18,7 juta jiwa (8,5%) dari jumlah penduduk menurun. Biasanya dari perubahan tersebut Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat

47 Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012

  urnal Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Upaya Pencegahan Resiko Cedera Khususnya

  Statistik (BPS) provinsi Jawa Timur tahun 2007 jumlah lansia di Jawa Timur mencapai 4.209.817 jiwa atau (11,14%) dari jumlah penduduk di jawa timur yang berjumlah 37.794.003 jiwa (Reydra, 2009). Menurut dinas sosial, 2008 jumlah lansia di Kediri mencapai 6.302 jiwa. Dan jumlah lansia di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar berjumlah 350 jiwa dengan usia di atas 60 tahun dari jumlah keseluruhan penduduk 4176 jiwa. Dari studi awal di Desa Sempu didapatkan 10 keluarga yang mempunyai lansia ada 4 keluarga yang pernah mengalami jatuh.

  Jatuh sering kali dialami oleh para lansia dan penyebabnya bisa multifaktor. Banyak faktor berperan di dalamnya, baik faktor intrinsik(dari dalam lansia) misalnya: kaku sendi, lemah otot, maupun faktor ekstrinsik misalnya: tersandung benda- benda,cahaya kurang terang dan sebagainya (Nugroho Wayudi, 2000).Karena secara umum lansia mengalami penurunan fisik, maka dari perubahan tersebut mengakibatkan kelambatan bergerak, keseimbangan terganggu sehingga mudah jatuh. Selain itu faktor gizi juga sangat berpengaruh terhadap keseimbangan lansia. Dimana kebutuhan gizi pada lansia merupakan pokok kelangsungan proses pergantian sel-sel dalam tubuh, dan guna mengatasi proses menua serta memperlambat terjadinya usia biologis (Nugroho Wayudi, 2000). Selain itu kurang gerak juga bisa menyebabkan jatuh, karena dengan kurang gerak metabolisme tubuh terganggu. Oleh karena itu lansia harus di cegah agar tidak jatuh dengan cara mengantisipasi hal-hal yang dapat mengakibatkan lansia itu jatuh. Misalnya; pasang pegangan tangan di kamar mandi dan di tangga, mengupayakan lantai bersih, tidak licin, rata dan basah, dan masih banyak cara lainnya (Nugroho Wayudi, 2000).

  Dengan keadaan internal tersebut diatas tidak dapat dicegah atau dihindari tetapi merawat serta memotivasi lansia agar tidak cedera atau jatuh, maka perlu meningkatkan pengetahuan keluarga maupun lansia. Meningkatkan pengetahuan keluarga dan lansia tentang alat bantu yang digunakan untuk mencegah cedera jatuh misalnya tongkat dan kursi roda. Dan juga merenovasi lingkungan untuk mencegah cedera jatuh. Sehingga kejadian jatuh dapat dihindarkan.

  Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera khususnya jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh yang dilakukan di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh?

  Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan risiko cedera khususnya jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mengidintifikasi pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan risiko cedera khususnya jatuh pada lansia .

  b. Mengidentifikasi kejadian jatuh pada lansia.

  c. Menganalisa hubungan antara pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan risiko cedera khususnya jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh.

  Desain Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan “cross sectional” yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua objek peneliti diamati pada waktu yang sama. Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera khususnya jatuh pada lansia sebagai variabel independen dan kejadian jatuh pada lansia sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri mulai tanggal 15 April –

  15 Mei 2010. Populasi penelitian adalah seluruh keluarga yang mempunyai lansia di desa Sempu, kecamatan Ngancar yang berjumlah 125 keluarga, dengan teknik simple random sampling, sehingga

48 Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012

  jumlah sampelnya adalah sejumlah 95. Pengumpulan adalah suatu tabel yang menyajikan data dari dua data dilakukan dengan mengundi responden yang variabel secara silang. Setelah dilakukan langkah- mempunyai lansia dari setiap RW yang terdiri dari 6 langkah di atas kemudian dilakukan analisis data RW. Kemudian mendatangi rumah dan berdasarkan kajian teori untuk mengetahui hubungan mengumpulkan data dengan koesioner sebagai subyek pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko penelitian yaitu keluarga yang mempunyai lansia di cedera jatuh pada lansia terhadap kejadiaan jatuh, Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. dengan menggunakan uji statistik Spearman’s Rank Alat pengumpul data adalah berupa lembar kuesioner yang dilakukan dengan computer SPSS 11.0 for yang berisi pertanyaan yang harus diisi oleh keluarga. windows dengan dicari koefisien asosiasi dengan P Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang value taraf signifikasi α 0,05 setelah data dimasukkan bersifat tertutup yaitu reponden hanya memilih ke dalam komputer nilai koefisiensi asosiasi P value jawaban yang telah disediakan. Kuesioner pertama kemudian dibandingkan dengan nilai α 0,05 jika yang terdiri dari 18 pertanyaan, responden tinggal koefisiensi assosiasi P value ≤α 0,05 memilih jawaban Ya atau Tidak dengan memberi

  Hasil Penelitian

  tanda cawang. Pertanyaan yang digunakan adalah

  A. Distribusi Hasil Pengetahuan Keluarga Tentang

  pertanyaan yang bersifat tertutup yaitu reponden

  Pencegahan Resiko Cedera Pada Lansia hanya memilih jawaban yang telah disediakan.

  Kuesioner pertama yang terdiri dari 18 22,5% pertanyaan, responden tinggal memilih jawaban

  20 % Ya atau Tidak dengan memberi tanda cawang ( 

  Baik Sekali ) untuk jawaban yang benar. Untuk kuesioner

  Baik yang selanjutnya reponden memberi tanda

  Cukup 20% cawang (  ), mengisi kode angka, serta

  37,5% Kurang menjawab pertanyaan yang telah disediakan. )

  untuk jawaban yang benar. Untuk kuesioner yang selanjutnya reponden memberi tanda cawang Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa

  ( Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan pengetahuan keluarga yang tinggal dengan lansia

  yang bersifat tertutup yaitu reponden hanya

  yang paling banyak adalah pengetahuan baik yaitu memilih jawaban yang telah disediakan. sebanyak 15 responden (37,5%). Dan paling

  Kuesioner pertama yang terdiri dari 18

  sedikit adalah pengetahuan cukup yaitu sebanyak

  pertanyaan, responden tinggal memilih jawaban 5 responden (12,5%). Ya atau Tidak dengan memberi tanda cawang (  ) untuk jawaban yang benar. Untuk kuesioner

  B. Distribusi Frekwensi Jatuh Pada Lansia

  yang selanjutnya reponden memberi tanda cawang (  ), mengisi kode angka, serta

  .

  menjawab pertanyaan yang telah disediakan 20%

  Pengolahan data terdiri atas kegiatan editing, yaitu kegiatan mengedit data dilakukan dengan tujuan 52,5% untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi, dalam 27,5%

  Tidak Pernah

  kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk

  1 Kali

  menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan

   > 1 Kali

  penelitian; Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban dari responden macam-macamnya dengan menandai Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa kode pada masing-masing jawaban. Scoring;adalah dari 40 responden yang diteliti lebih dari setengah pemberian skor atau nilai terhadap bagian-bagian responden yaitu 52,5 % atau 21 responden tidak yang perlu diberi skor; dan Tabulating, yaitu pernah jatuh dan sisanya yaitu 1 kali jatuh 11 penyusunan data dalam bentuk tabel. Tabel bervariasi

49 Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012

  urnal Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Upaya Pencegahan Resiko Cedera Khususnya

  responden (27,5%) dan lebih dari 1 kali jatuh yaitu 8 responden (20%).

  17.5 % 12 30%

  Dari data diatas menunjukkan bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah adanya informasi non formal seperti penyuluhan di Desa, dari televisi, membaca koran. Tingkatan pendidikan tidak mutlak mempengaruhi pengetahuan seseorang. Asumsi ini dapat dibuktikan dengan hasil kuesioner tentang pencegahan resiko cedera pada lansia yang diberikan kepada para keluarga dengan berbagai tingkat pendidikan. Para keluarga dengan pendidikan SD sebanyak 21 responden (52,5%) sebagian besar mendapat hasil skor pengetahuan cukup yaitu sebanyak 8 responden (20%),pengetahuan baik sekali sebanyak 4 responden (10%), pengetahuan baik sebanyak 5 responden (12,5%), dan pengetahuan cukup sebanyak 4 responden (10%). Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti pengalaman keluarga dan lamanya keluarga tinggal dengan lansia. Seorang keluarga yang telah tinggal bersama lansia lebih dari 3 bulan, tentunya memiliki pengalaman yang lebih

  Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaaan suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo, bahwa semakin baik pengetahuan keluarga maka akan semakin mengurangi kejadian jatuh pada lansia. Dan menurut Arikunto tahun 2000 faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor pendidikan, umur, penyuluhan, dan media masa.

  Dari data penelitian didapatkan pengetahuan keluarga yang paling banyak yaitu pengetahuan baik yaitu sebanyak 15 responden (37,5%), dan pengetahuan keluarga yang paling sedikit yaitu pengetahuan cukup yaitu 5 responden (12,5%). Dan dari 40 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 52,5 % atau 21 responden yang berpendidikan SD dan sebagian kecil yaitu 10 % atau 4 responden berpendidikan SMA.

  A. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Resiko Cidera Pada Lansia

  Pembahasan

  Sedangkan dari uji statistik Spearman’s Rank hasil p value (0,000) > α (0,05) sehingga Ho ditolak, berarti ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera pada lansia (di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri 2010). Dengan tingkat korelasi 0,794, jadi tingkat kemaknaan hubungan negatif (kuat) berarti semakin baik pengetahuan, maka kejadian jatuh semakin menurun, begitu pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan, maka kejadian jatuh semakin meningkat.

  1 responden (2,5%), keluarga berpengetahuan baik sebanyak 15 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 13 responden (32,5%), 1 kali jatuh sebanyak 2 responden (5%), keluarga yang berpengetahuan cukup sebanyak 5 responden dengan tingkat kejadian jatuh 1 kali jatuh sebanyak 4 responden (10%), dan lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 1 responden (2,5%), dan keluarga yang berpengetahuan kurang sebanyak 12 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 1 responden (2,5%), 1 kali jatuh sebanyak 4 responden (10%), lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 7 responden (17,5%) .

  Berdasarkan diatas bahwa dari 40 responden yang diteliti menunjukkan keluarga yang berpengetahuan baik sekali sebanyak 8 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 7 responden (17,5%), 1 kali jatuh sebanyak

  8 20% 40 100%

  21 52,5% 11 27.5%

  Total

  7

  C. Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Resiko Cedera Jatuh Pada Lansia Terhadap Kejadian Jatuh

  1 2.5% 4 10%

  5 12.5% Kurang

  4 10.0% 1 2,5%

  15 37,5% Cukup 0%

  13 32,5% 2 5.0% 0%

  Baik

  1 2,5% 0% 8 20%

  Baik sekali 7 17,5%

  Keluarga tentang Pencegahan Resiko Cidera Jatuh Pada Lansia

  1 kali >1 kali Pengetahuan

  Kejadian Jatuh Total % Tdk pernah

50 Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012

  urnal Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012

  

51

  banyak tentang cara mengasuh dan merawat lansia termasuk tentang upaya pencegahan resiko cedera jatuh pada lansia. Untuk itu keluarga sebaiknya meningkatkan pengetahuannya tentang tata cara merawat lansia dan juga mengantisipasi serta memberi semangat agar lansia tidak mengalami jatuh. Pengetahuan tidak hanya melalui pendidikan tetapi bisa dari pengalaman, penyuluhan dari tim kesehatan, media massa, dan masih banyak sumber informasi lainnya.

  B. Kejadian jatuh pada lansia di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri

  Dari data penelitian didapatkan bahwa dari 40 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 52,5 % atau 21 responden tidak pernah jatuh dan sisanya yaitu 1 kali jatuh 11 responden (27,5%) dan lebih dari 1 kali jatuh yaitu 8 responden (20%).

  Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996). Hal ini dipengaruhi oleh faktor host (diri lansia), aktivitas, lingkungan, dan obat- obatan.

  Dari data diatas menunjukkan bahwa kejadian jatuh dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain karena keluarga yang sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 17 responden (42,5%), maka waktu yang dimiliki untuk memperhatikan lansia kurang, khususnya dalam merawat lansia,karena itu kejadian jatuh pada lansia sering terjadi. Maka untuk mencegah jatuh pada lansia ada beberapa hal antara lain : a.Mengidentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan, gaya berjalan serta mengatasi faktor lingkungan, diberikan latihan fleksibilitas gerakan, koordinasi keseimbangan; b. Anggota keluarga dianjurkan agar mengunjungi penderita secara rutin, mengamati kemampuan dan keseimbangan jalan, berjalan bersama, dan membantu stabilitas; c. Memperbaiki kondisi lingkugan yang dianggap tidak nyaman, misalnya pindahkan benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang aman (stabil, ketnggian disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga); d. Menanggapi adanya keluhan pusing, lemas atau penyakit yang baru. Jika keadaan lemah atau lemas tunda kegiatan jalan sampai kondisi memungkinkan. Pelan-pelan jika merubah posisi. Jika perlu pakai kaos kaki.

  Untuk itu maka keluarga lansia sebaiknya mengantisipasi dengan beberepa pencegahan diatas, dan juga meluangkan waktu untuk memperhatikan lansia, khususnya dalam merawat lansia, karena itu bisa meminimalisir kejadian jatuh pada lansia.

  C. Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Resiko Cedera Jatuh Pada Lansia Terhadap Kejadian Jatuh

  Berdasarkan data tabel diatas bahwa dari 40 responden yang diteliti menunjukkan keluarga yang berpengetahuan baik sekali sebanyak 8 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 7 responden (17,5%), 1 kali jatuh sebanyak 1 responden (2,5%), keluarga berpengetahuan baik sebanyak 15 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 13 responden (32,5%), 1 kali jatuh sebanyak 2 responden (5%), keluarga yang berpengetahuan cukup sebanyak 8 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 1 responden (2,5%), 1 kali jatuh sebanyak 6 responden (15%), dan lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 1 responden (2,5%), dan keluarga yang berpengetahuan kurang sebanyak

  9 responden dengan tingkat kejadian jatuh 1 kali jatuh sebanyak 3 responden (7,5%), lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 6 responden (15%) .

  Sedangkan dari uji statistik Spearman’s Rank menggunakan komputer dengan menggunakan SPSS hasi p value = 0,000 dibandingkan dengan α =0,05, maka p value < α sehingga Ho ditolak, berarti ada hubugan antara pengetahuan keluarga dengan kejadian jatuh (Di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2010). Dengan tingkat korelasi 0,794, jadi tingkat kemaknaan hubungan negatif (kuat) berarti semakin baik pengetahuan keluarga, maka kejadian jatuh pada lansia semakin menurun, begitu pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan keluarga, maka kejadian jatuh pada lansia semakin meningkat..

  Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Upaya Pencegahan Resiko Cedera Khususnya

  untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Menurut Reuben tahun 1996 faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia antara lain faktor host (diri lansia), aktivitas, lingkungan dan obat-obatan. Dari hasil pengujian hubungan antara dua variabel didapatkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera pada lansia memberikan pengaruh terhadap kejadian jatuh pada lansia.

  Dari data diatas menunjukkan bahwa jumlah pendidikan keluarga yang paling banyak adalah SD yaitu sebanyak 21 responden (52,5%) dan yang paling banyak bekerja sebagai petani sebanyak 17 responden (42,5%). Pendidikan SD merupakan pendidikan dasar oleh sebab itu untuk menyerap informasi lemah. Sehingga walapun diberikan informasi atau penyuluhan tetap sulit untuk menerimanya. Menurut Notoatmodjo, bahwa semakin baik pengetahuan keluarga maka akan semakin mengurangi kejadian jatuh pada lansia karena mereka sudah mendapatkan informasi yang baik tetapi pengetahuan keluarga bukanlah sesuatu yang mutlak mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia. Karena terdapat faktor- faktor lain misalnya kejadian jatuh yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yang memberikan pengaruh yang negatif bagi kejadian jatuh pada lansia, oleh karena itu diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar yaitu asah, asih dan asuh, seperti nutrisi yang cukup dan seimbang, perawatan kesehatan dasar, pakaian, hygiene diri dan lingkungan, kesehatan jasmani, kasih sayang keluarga, rasa aman dan dukungan atau dorongan. Beberapa faktor diatas tidak diteliti dalam penelitian ini, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia.

  Kesimpulan

  1. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera didapatkan pengetahuan baik sekali 8 responden (20%), pengetahuan baik 15 responden (37,5%), pengetahuan cukup 5 responden (12,5%), dan pengetahuan kurang 12 responden (30%).

  2. Kejadian jatuh pada lansia didapatkan dari 40 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 52 % atau 21 responden tidak pernah jatuh, sisanya yaitu 1 kali jatuh 11 responden (28%), dan lebih dari 1 kali jatuh yaitu 8 responden (20%).

  3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera pada lansia dengan hasil p value (0,000) > α (0,05) sehingga Ho ditolak. Tingkat korelasi - 0,794, jadi tingkat kemaknaan hubungan negatif (kuat), berarti semakin baik pengetahuan keluarga kejadian jatuh pada lansia semakin berkurang, dan apabila semakin kurang pengetahuan keluarga kejadian jatuh semakin meningkat.

  Saran

  1. Untuk Pendidikan Merupakan masukan sekaligus bahan dokumenter ilmiah dalam pengembangan Akademi Keperawatan.

  2. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan seluruh masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan keluarga yang mempunyai lansia tentang pencegahan resiko cedera jatuh dan mengurangi kejadian jatuh pada lansia.

  3. Bagi Responden Dapat menambah pengetahuan tentang pencegahan resiko cedera jatuh pada lansia dan beberapa penanganannya.

  4. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai informasi untuk meneliti dengan variabel lain yang lebih luas dan sample yang lebih banyak tidak hanya di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tetapi keseluruhan keluarga yang tinggal bersama dengan lansia.

DAFTAR PUSTAKA

  Astutik Windri. 2005. Perawatan Keluarga Pada Lansia. http:www.google.com/localhost/I:/ (di download pada tanggal 27 September 2009)

  Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

  Alimul Aziz, H. 2007. Riset Keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

52 Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012

  urnal Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012

  Gerontik 2. Jakarta: EGC Carpenito Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan

  Edisi 6. Jakarta:EGC Clemson. 2005. Jatuh Pada Lansia. http:www.google.com/localhost/I:/. (di download pada tanggal 27 September 2009)

  Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

  Efendi Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

  Friedman M. Marlyn. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

  Fitriani Erda. 2009. Masalah Fisik Yang Sering Ditemukan Pada Lansia. http:www.google.com/localhost/I:/. (di download pada tanggal 27 September 2009)

  Marlyn Dongoes, dkk.1998. Diagnosa Keperawatan.

  Jakarta :EGC Muchtar Rustam.(2005). Kamus Besar Bahasa

  Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian

  Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Log cid, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan

  Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

  Nursalam, Pariani S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV.

  Sagung Seto Reydra. 2009. Jumlah Lansia. http:www.google.com/localhost/I:/. (di download pada tanggal 27 September 2009)

  Suseno Probo. 2009. Jatuh Pada Lansia. http:www.google.com/localhost/I:/. (di download pada tanggal 27 September 2009)

Dokumen yang terkait

1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA PUTRI YANG PERNAH MENGALAMI DISMINORE (NYERI HAID)

0 0 5

Keywords: Health Promotion, Posyandu Elderly, Livelines Latar Belakang - PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA (Studi Eksperimental di Dusun Paron II, Wilayah Kerja Puskesmas Ngasem)

0 0 7

HUBUNGAN KEGEMUKAN DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA USIA 16-18 TAHUN (Studi Analitik Di SMA Negeri 2 Pare)

0 0 7

MANFAAT SUSU KEDELAI SEBAGAI TERAPI PENURUN KADAR GLUKOSA DARAH PADA KLIEN DIABETES MELLITUS (Study eksperimental di poli penyakit dalam RSUD Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010)

0 0 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERALATAN RUMAH TANGGA BERBAHAN MELAMIN TERHADAP PEMANFAATANNYA (Studi Analitik Di RW 03 RT 01 Dusun Gadungan Desa Nobo Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri)

0 0 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENGOBATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PEMERIKSAAN RUTIN (Studi Analitik Di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare–Kediri Tahun 2010

0 1 6

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA (Study Quasy Experiment Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang di Kediri Tahun 2010)

0 0 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE PADA KESEHATAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN HANDPHONE PADA REMAJA

0 0 6

61 HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG UNIVERSAL PRECAUTION TERHADAP KEPATUHAN PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PENDIDIKAN SEKS DENGAN PERILAKU KELUARGA DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA

0 1 7