EFETIVITAS PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TERHADAP KELOMPOK WARGA MISKIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM (Studi Kasus Kanwil Hukum Dan Ham Provinsi Sulawesi Tengah) Muhammad Arya Hidayat Abdul Wahid Harun Nyak Itam Abu Abstrak

  

EFETIVITAS PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TERHADAP KELOMPOK

WARGA MISKIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011

TENTANG BANTUAN HUKUM

(Studi Kasus Kanwil Hukum Dan Ham Provinsi Sulawesi Tengah)

  

Muhammad Arya Hidayat

Abdul Wahid

Harun Nyak Itam Abu

  

Abstrak

Bantuan Hukum merupakan instrumen penting dalam sistem peradilan pidana karena

merupakan bagian dari Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi setiap individu,

termasuk hak atas bantuan hukum. Hak atas bantuan hukum merupakan salah satu hak yang

terpenting yang di miliki oleh setiap warga negara, karena dalam setiap proses hukum,

khususnya hukum pidana, pada umumnya setiap orang yang di tetapkan sebagai tertuduh

dalam suatu perkara pidana, tidaklah mungkin dapat melakukan pembelaan sendiri dalam

suatu proses hukum dan dalam pemeriksaan hukum terhadapnya. Adapun permasalahan

penelitian yang penulis angkat mengenai Bagaimanakah Efektivitas Penyelenggaraan

Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin oleh Kanwil Hukum dan

HAM Provinsi Sulawesi Tengah ? dan Hambatan Dalam Penyelenggaraan Pemberian

Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi

Sulawesi Tengah ?. Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitan

yuridis empiris. Hasil penelitian yang dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemberian

bantuan hukum terhadap warga miskin oleh kantor wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia

provinsi Sulawesi Tengah Sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada

sebagaimana ketentuan PERMA Nomor 1 tahun 2004 tentang Pedoman pemberian bantuan

hukum, namun belum berjalan efektif. Saran yang diberikan adalah guna lebih

mengefektifkan pemberian bantuan hukum terhadap kelompok warga miskin perlu dilakukan

sosialisasi secara masif dan berkesinambungan agar seluruh masyarakat di Sulawesi Tengah

mengetahui adanya program tersebut, sehingga maksimal dan efektif dalam pelaksanaannya.

  Kata Kunci : Efektivitas, Lembaga Bantuan Hukum, dan Warga Miskin

BAB I PENDAHULUAN yang di miliki oleh setiap warga negara.

  A.

  tindak pidana melakukan pembelaan

   Latar Belakang Masalah

  Bantuan Hukum merupakan terhadap dirinya sendiri dalam suatu instrumen penting dalam sistem peradilan proses hukum pemeriksaan dirinya pidana karena merupakan bagian dari sedangkan dia adalah seorang tersangka perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam suatu tindak pidana yang di bagi setiap individu, termasuk hak atas tuduhkan kepadanya tersebut. oleh karena bantuan hukum. Hak atas bantuan hukum itu tersangka/terdakwa berhak memperoleh merupakan salah satu hak yang terpenting bantuan hukum.

  Menurut Undang-Undang Nomor pelayanan hukum bagi golongan miskin

  3

  16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum, yaitu: bantuan hukum merupakan sebuah jasa a.

  Target apa yang akan dicapai hukum yang di berikan oleh pemberi dalam pelayanan hukum dimaksud. bantuan hukum secara cuma-cuma kepada b.

  Siapa yang nantinya menjadi penerima bantuan hukum yang sarana dari pelayanan yaitu subyek

  1

  menghadapi masalah hukum. Sedangkan yang akan dilayani dalam suatu menurut Soerjono Soekanto, bantuan program pelayanan hukum. hukum pada pokoknya memiliki arti c.

  Siapa yang akan atau harus bantuan hukum yang di berikan oleh para menjadi pelayan dalam program ahli bagi warga masyarakat yang pelayanan hukum dimaksud. memerlukan untuk mewujudkan hak- d.

  Bentuk pelayanan yang bagaimana haknya serta juga mendapatkan yang dapat di jalankan, yang

  2

  perlindungan hukum yang wajar . Upaya mempunyai relevansi dengan untuk mewujudkan hak-haknya dan kondisi dan situasi sekarang. sekaligus sebagai implementasi negara e.

  Potensi-potensi mana saja yang hukum yang mengakui dan melindungi dapat di manfaatkan dan sumber serta menjamin hak asasi warga negara daya hukum apa yang harus di akan kebutuhan akses terhadap keadilan implementasikan guna perbaikan

  

(access to justice) dan kesamaan di nasib mereka atau setidaknya dapat

  hadapan hukum (equality before the mengangkat mereka dari bawah Pemenuhan kebutuhan akan garis kemiskinan.

  law).

  perlindungan hukum dapat dilakukan melalui suatu program pelayanan hukum Namun pada kenyataannya masih yang efektif dan efisien. Beberapa hal banyak masyarakat yang tidak mampu yang harus mendapat perhatian dalam untuk membayar jasa penasehat hukum dalam mendampingi perkaranya. Meskipun ia mempunyai fakta dan bukti yang dapat di pergunakan untuk 1 meringankan atau menunjukkan

Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

  2 3 IGN Ridwan Widyadharma, Profesional Achmad Ubbe, Pengkajian tentang Hukum dalam Pemberian Bantuan Hukum,

  Perlindungan hukum terhadap penduduk yang Semarang: Badan Penerbit Universitas tergolong Miskin, Badan Pembinaan hukum Dipenogoro, 2010, hlm. 26.

  Nasional Depertemen Kehakiman Tahun 1992/ 1994. Hlm. 41. kebenarannya dalam perkara itu, sehingga perkara mereka pun tidak sampai ke pengadilan. Padahal bantuan hukum merupakan hak orang miskin yang dapat di peroleh tanpa membayar (probono publico ).

  Adanya ketidak mampuan masyarakat secara finansial untuk menuntut haknya sesuai dengan prosedur hukum, menuntut untuk di adakannya suatu kebijaksanaan sehingga dapat mengajukan suatu perkara perdata dengan tidak terbentur oleh biaya, khususnya dalam berperkara perdata, oleh karena itu di perlukan suatu prosedur untuk mengajukan perkara secara cuma- cuma/tidak perlu membayar panjar perkara (prodeo). Sehingga bagi pihak yang kurang mampu, dapat mengajukan gugatan secara cuma-cuma yang di sebut dengan berperkara secara prodeo. Hal tersebut sesuai dengan asas trilogi peradilan yaitu peradilan cepat, sederhana dan murah.

  Lembaga atau organisasi hukum yang memperjuangkan keadilan dan penegakkan hukum seperti Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang mendampingi klien atau pihak yang di rugikan haknya, dengan catatan klien atau pihak yang akan di dampingi perkaranya lemah secara ekonomi atau financial. Hal ini juga di atur dalam pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum yang menyatakan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang di berikan oleh pemberi Bantuan Hukum secara cuma- cuma kepada penerima Bantuan Hukum dan penerima Bantuan Hukum tersebut adalah orang atau kelompok orang miskin.

  Peranan lembaga bantuan hukum dalam memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma dalam proses perkara perdata bagi orang yang tidak mampu/golongan lemah adalah sangat penting. seorang penasehat hukum dalam menjalankannya profesinya harus selalu berdasarkan pada suatu kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan guna mewujudkan suatu pemerataan dalam bidang hukum yaitu kesamaan kedudukan dan kesempatan untuk memperoleh suatu keadilan. Hal tersebut secara tegas di nyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 27 ayat (1), yang berbunyi: “segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintah itu dengan tidak ada kecualinya.” Persamaan di hadapan hukum tersebut dapat terealisasi dan dapat di nikmati oleh masyarakat apabila ada kesempatan yang sama untuk mendapatkan keadilan. Persamaan di hadapan hukum harus di iringi pula dengan berbagai kemudahan untuk mendapatkan keadilan, termasuk di dalamnya pemenuhan hak atas bantuan hukum. Pemberian bantuan hukum juga dapat di berikan juga oleh Advokat sebagaimana di atur juga pada

  pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintahan Nomor 83 Tahun 2008 tentang persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma, yang berbunyi: “Bantuan Hukum secara cuma-cuma adalah jasa hukum yang di berikan Advokat tanpa menerima pembayaran

  honorarium meliputi pemberian konsultasi

  hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu.” Dan aturan di atas di pertegas dengan adanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat yang menyebutkan bahwa Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Sementara itu fakir miskin merupakan tanggung jawab negara yang di atur dalam

  pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi: “fakir miskin dan anak-anak yang terlantar di pelihara oleh negara.”

  terhormat (officium nobile ) karena mengabdikan dirinya kepada kepentingan masyarakat bukan hanya kepada kepentingan pribadi. Advokat sebagai 4 Frans Hendra Winarta, 2000, Bantuan

  Hukum suatu Hak asasi Manusia Bukan Belas Kasihan , Elex Media Komputindo, Jakarta, hlm 96

  salah satu aktor penegak hukum dan pelindung hak asasi manusia di indonesia. Salah satu peran advokat yaitu sebagai pengawas dan pengawal keadilan. Indonesia sebagai negara hukum melekat ciri-ciri mendasar antara lain perlindungan hukum atas hak-hak asasi manusia, persamaan di hadapan hukum, peradilan yang bebas dan tidak memihak dan tidak di pengaruhi oleh kekuasaan lain.

  Pelaksanaan pemberian bantuan hukum berjalan sesuai dengan harapan penerima bantuan hukum dan masyarakat pada umumnya apabila penyelenggaraan bantuan hukum tersebut berjalan dengan baik dimana merupakan tanggung jawab dari Kementrian Hukum dan HAM RI selaku penyelenggara di pusat dan Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah sebagai penyelenggara bantuan hukum untuk di daerah, oleh karenanya penyelenggaraan yang baik akan mempengaruhi efektivitas pemberian bantuan hukum di daerah Sulawesi Tengah.

4 Profesi advokat merupakan profesi yang

  Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis membahas lebih mendalam dalam penelitian yang berjudul: Efektivitas Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin Berdasarkan (Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum).

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

  Efektivitas Penyelenggaraan Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah? 2. Hambatan Dalam Penyelenggaraan

1. Bagaimanakah

  Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah?

  antara lain: 1.

  Meringankan beban biaya yang harus di tanggung oleh anggota masyarakat tidak mampu di pengadilan;

  2. Memberikan kesempatan yang merata pada masyarakat tidak mampu untuk memperoleh pembelaan dan perlindungan hukum ketika berhadapan dengan proses hukum di pengadilan;

  3. Meningkatkan akses terhadap keadilan; dan

  4. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang hukum melalui penghargaan, pemenuhan dan perlindungan terhadap kewajibannya.

  5 Sesuai PERMA Nomor 1 Tahun

  2014, masyarakat yang ingin mengajukan permohonan Bantuan Hukum secara tertulis kepada pemberi Bantuan Hukum setidaknya harus memuat:

BAB II PEMBAHASAN A. Efektivitas Penyelenggaraan Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin Oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah. Tujuan dari di laksanakannya Bantuan Hukum di sebutkan dalam pasal 2 SEMA Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum

  1. Identitas Pemohon Bantuan Hukum di buktikan dengan kartu tanda penduduk dan/atau dokumen lain yang di keluarkan oleh instansi yang berwenang.

  2. Uraian singkat mengenai pokok persoalan yang di mintakan Bantuan Hukum. Syarat yang perlu di lampirkan masyarakat tidak mampu yang akan meminta Bantuan Hukum adalah:

  5 Pasal 2 SEMA Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum.

1. Surat keterangan tidak mampu

  (SKTM) yang di keluarkan oleh Kepala Desa/Lurah wilayah setempat yang menyatakan bahwa benar yang bersangkutan tidak mampu membayar biaya perkara, atau 2. Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga

  Miskin (KKM), Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Kartu Beras Miskin (Raskin), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Perlindungan Sosial (KPS), atau dokumen lainnya yang berkaitan dengan daftar penduduk miskin dalam basis data terpadu pemerintah atau yang di keluarkan oleh instansi lain yang berwenang untuk memberikan keterangan tidak mampu.

  Pemohon yang tidak bisa menulis atau tidak pandai menyusun redaksi permohonan atau bahkan mungkin buta huruf, dapat mengajukan secara lisan yang dibantu oleh Advokat atau petugas untuk itu dan di tuangkan dalm bentuk tertulis yang di tandatangani oleh pemohon dan Advokat atau petugas pada Organisai Advokat atau Lembaga Bantuan Hukum. Permohonan yang diajukan langsung kepada Advokat harus ada tembusannya kepada Organisasi Advokat yang bersangkutan.

  Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelangkapan persyaratan dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja setelah menerima berkas permohonan Bantuan Hukum. Permohonan Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan, pemberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan kesediaan atau penolakan secara tertulis atas permohonan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan dinyatakan lengkap. Pemberi Bantuan Hukum menyatakan Bantuan Hukum. Advokat yang di tugaskan untuk memberikan Bantuan Hukum secara cuma- cuma namanya di cantumkan dalam jawaban tersebut.

  Jika permohonan Bantuan Hukum di tolak, pemberi Bantuan Hukum wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan dinyatakan lengkap. Ketentuan ini telah di sebutkan secara jelas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma. Pemberian Bantuan Hukum oleh pemberi Bantuan Hukum kepada penerima Bantuan Hukum di berikan hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaraya telah memenuhi kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum tersebut tidak mencabut surat kuasa khusus.

  Selain Advokat memberikan jasa hukum di dalam persidangan, Advokat juga memberikan jasanya di luar sidang pengadilan. Sesuai PP Nomor 42 Tahun 2013, biaya kegiatan Bantuan Hukum litigasi untuk satu perkara (pidana, perdata, atau tata usaha negara) hingga pekara itu mempunyai kekuatan hukum mengikat di tetapkan Rp 5.000.000 ( lima juta rupiah).

  Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin di tinjau dari Teori Efektivitas Hukum. Dari tahun ke tahun masyarakat akan mengetahui kinerja Advokat yang sebenarnya dan mereka akan merasa mendapatkan keadilan jika memang pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum terhadap terdakwa tidak mampu itu terbukti berhasil secara efektif sebagai cerminan peningkatan kesadaran hukum masyarakat.

  Kelima faktor untuk mengukur efektivitas Pemberian Bantuan Hukum terhadap terdakwa tidak mampu oleh Advokat seperti teori yang di sebutkan Soerjono Soekanto, dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya hukum itu sendiri yaitu 6 PERMA Nomor 1 Tahun Tahun 2014

  Tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan.

  Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, SEMA, Kode Etik Profesi, semuanya telah mengatur dan menyebutkan secara jelas segala hal yang terkait dengan hal tersebut.

  Penegak hukumnya yaitu Advokat meskipun ada saja yang belum terketuk hati nuraninya dalam membela masyarakat kurang mampu namun sebagian dari mereka juga sudah berupaya menjalankan tugas sebaik-baiknya sesuai kewajiban profesi dan menganggap ini bagian dari ibadah karena menolong orang yang kesulitan tanpa pamrih. Mereka siap membantu masyarakat tidak mampu yang sedang berhadapan dengan hukum tanpa mengharapakan imbalan namun harus tetap profesional tidak membeda-bedakan dengan klien lainnya.

6 Efektivitas Pemberian Bantuan

  Faktor sarana dan fasilitasnya juga sudah cukup mendukung, fasilitas yang ada di Pos Bantuan Hukum (PBH) sudah tergolong layak meskipun sepenuhnya belum sepenuhnya masyarakat yang jauh tinggal di pelosok desa dapat mengakses kantor ini. Sumber daya manusia yang berkualitas yaitu Advokat yang sudah berpengalaman menangani berbagai perkara. Di sini yang membuat efektivitas Pemberian Bantuan Hukum terhadap masyarakat kurang mampu tidak dapat berjalan optimal dan efektif adalah faktor dari masyarakatnya.

B. Hambatan dalam Penyelenggaraan Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah.

  Secara umum masih sulit bagi rakyat kecil untuk mengakses keadilan, penyebanya antara lain masih adanya sisi negatif dalam penegakan hukum yang mengetahui rakyat kecil. Keraguan masyarakat untuk datang ke Pos Bantuan Hukum juga karena image Advokat yang seolah-olah tidak mau memberi bantuan hukum jika tidak di bayar maupun mahalnya jasa mereka dalam memberikan Bantuan Hukum. Masyarakat juga merasa mampu menyelesaikan segala proses hukum yang harus di jalani dan menangani perkarahnya sendiri. itulah yang membuat mereka akhirnya memilih maju sendiri menghadapi serangkaian proses hukum.

  Pihak penyidik sebenarnya sudah menyampaikan hak terdakwa agar di dampingi penasehat hukum baik menyediakan sendiri maupun di sediakan oleh penyidik sesuai amanat yang di sebutkan dalam KUHAP bahwa guna kepentingan pembelaan seseorang berhak mendapatkan Bantuan Hukum pada setiap tingkat pemeriksaan apabila ancaman hukumannya 5 tahun atau lebih, tetapi pada kenyataannya baik masyarakat sendiri merasa mampu menyelesaikan masalahnya sendiri juga penyidik beranggapan bahwa tidak perlu adanya penasehat hukum, karena hadirnya Advokat justru dapat menghambat dan memperumit jalannya proses penyidikan hingga ke pengadilan, padahal sebenarnya fungsi Advokat sangat penting dalam mendampingi terdakwa menjalani tiap proses hukum yang perlu di lalui, apabila tersangka setuju untuk menghadapi masalahnya sendiri, penyidik akan langsung membuatkan berita acara penolakan di dampingi penasehat hukum untuk di lampirkan dan di tandatangani tersangka atau terdakwa yang bersangkutan. Hambatan lainnya yaitu munculnnya pihak yang sebenarnya bukan Advokat, namun menawarkan diri dan mengaku bisa menyelesaikan permasalah hukum. Mereka yang di sebut makelar kasus itu sebagai perantara antara calon klien dengan Advokat yang nantinya membantu menyelesaikan perkara. Situasi seperti ini dapat di manfaatkan mereka untuk mengambil untung lebih. Mereka menarik sejumlah biaya kepada klien dengan alasan untuk keperluan mengurus perkara, namun dia mengatakan pada Advokat bahwa calon kliennya ini kurang mampu dan di harapkan mendapat Bantuan Hukum cuma-cuma. Uang yang sudah berada di tangan mereka di manfaatkan sendiri.

  Hambatan lain juga berasal dari Advokatnya sendiri. Ada juga perilaku curang yang di lakukan yaitu ketika advokat telah menerima honor dari kliennya, namun kasusnya berhenti dan tidak segera di tangani. Uang kuasa yang telah di berikan oleh kliennya sejak kesepakatan awal di pergunakan namun dengan mengabaikan kewajiban yang seharusnya menuntaskan kasus yang di tanganinya tersebut. Perilaku ini dapat di tindak oleh Dewan Kehormatan karena tergolong sudah melanggar kode etik Advokat. Hambatan berikutnya yaitu tidak seimbangnya jumlah pencari keadilan dengan Advokat. Penyeberannya yang tidak merata, tidak menyebarnya Advokat di seluruh pelosok tanah air dan terpusat di kota besar yang berakibat masyarakat miskin yang sebagaian besar berada di pelosok-pelosok desa tidak bisa menjangkau Bantuan Hukum ini.

  Hambatan selanjutnya yang timbul dari masyarakatnya sendiri juga beberapa kali ditemui. Mereka memalsukan surat keterangan tidak mampu yang di jadikan syarat dalam memperoleh bantuan hukum cuma-cuma, mereka datang ke Pos Bantuan Hukum di tunjang dengan berpenampilan seolah-olah terlihat seperti masyarakat tidak mampu. Advokat juga tidak boleh dengan mudah percaya begitu saja, sehingga di perlukan tim untuk terjun langsung dalam melakukan observasi kepada calon kliennya supaya nantinya akan ketahuan siapa masyarakat yang sengaja memanfaatkan fasilitas ini dan mana masyarakat yang benar-benar membutuhkan Bantuan Hukum prodeo.

  Kebijakan PERADI terhadap anggotanya sebagai salah satu upaya meningkatkan semangat Advokat untuk memberikan Bantuan Hukum gratis bagi warga tidak mampu. Bagi Avokat yang memiliki klien tidak mampu, di haruskan mendaftarkan perkara yang di tanganinya itu. Bila ada Advokat anggota PERADI di seluruh indonesia yang tidak mau memberikan Bantuan Hukum cuma-cuma, paling sedikit 50 jam/tahun, yang bersangkutan dapat di ajukan ke Dewan Kehormatan PERADI. Kewajiban memberi Bantuan Hukum cuma-cuma ini nantinya akan di jadikan salah satu syarat untuk memperpanjang kartu tanda pengenal Advokat. Upaya lainnya yaitu dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sedini mungkin dan harus mempunyai program peningkatan mentalitas bagi para Advokat. Jika mentalitas para Advokat baik, maka tidak akan melanggar kode etik yang ada. Jadi sikap profesionalisme sebagai Advokat sangatlah penting. Peningkatan SDM Advokat sebagai profesi terhormat yang artinya anggota PERADI juga memiliki kompetensi dan berdaya saing tinggi,

  c. kantor atau Memiliki sehingga bisa di segani oleh mitra penegak sekretariat yang tetap; hukum lain. Ini sebenarnya juga untuk d.

  Memiliki pengurus;dan membangun hubungan baik dengan e.

  Memiliki programa Bantuan penegak hukum lainnya. upaya yang tidak Hukum. kalah penting dan terus menerus di

  Berdasarkan peraturan tersebut, lakukan yaitu sosialisasi sebagai bentuk maka yang hanya memenuhi syaratlah upaya preventif melalui berbagai menyedia yang dapat memberikan Bantuan Hukum cetak maupun elektronik, melalui LSM cuma-cuma. Dalam Undang-undang dan tokoh masyarakat, serta secara berkala Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan memberikan Penyuluhan Hukum. Hukum di sebutkan bahwa penerima

  Pemberi Bantuan Hukum telah Bantuan Hukum adalah orang atau diatur secara yuridis pada pasal 1 ayat (3) kelompok orang miskin, definisi tersebut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 di jelaskan di dalam Undang-undang tentang Bantuan Hukum yang menyatakan Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan bahwa pemberi Bantuan Hukum adalah Hukum. Dalam pasal 5 ayat (1) dan (2) di Lembaga Bantuan Hukum atau organisasi jelaskan bahwa orang miskin yang menjadi kemasyarakatan yang memberi layanan penerima Bantuan Hukum adalah setiap Bantuan Hukum. Pasal 8 ayat (1) dan ayat orang atau kelompok orang miskin yang (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun tidak dapat memenuhi hak dasar secara 2011 tentang Bantuan Hukum di sebutkan: layak dan mandiri dimana hak dasar sebagaimana di maksud meliputi hak atas 1. Pelaksanaan Bantuan Hukum di pangan, sandang, layanan kesehatan, lakukan oleh pemberi Bantuan layanan pendidikan, pekerjaan, dan/atau Hukum yang telah memenuhi perumahan. syarat berdasarkan Undang-undang ini.

  Pemberian Bantuan Hukum kepada 2. orang miskin merupakan salah satu cara

  Syarat-syarat Pemberi Bantuan Hukum sebagaimana di maksud untuk mengurangi jurang keadilan antara pada ayat (1) meliputi: yang kaya dan miskin. Seringkali orang a. miskin tidak memperoleh keadilan yang

  Berbadan Hukum;

  b. berdasarkan seharunya dan sering mengalami Terakreditasi

  Undang-undang ini; kekerasan dan intimidasi dalam proses penyelidikan hingga peradilan karena tidak dapat membayar penasehat hukum sebagaimana ketentuan PERMA (Advokat). Berdasarkan Pasal 14 Undang- Nomor 1 Tahun 2004 Tentang undang Bantuan Hukum, terdapat Pedoman Pemberian Bantuan Hukum, beberapa syarat untuk memperoleh namum belum berjalan efektif; Bantuan Hukum. Pemohon Bantuan

  2.Hambatan dalam Pelaksanaan Hukum harus memenuhi syarat-syarat

  Pemberian Bantuan Huskum terhadap sebagai beikut: warga miskin oleh Kantor Wilayah a. Hukum dan Hak Asasi Manusia

  Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang- Provinsi Sulawesi Tengah adalah a). kurangnya identitas pemohon dan Belum banyak masyarakat yang uraian singkat mengenai pokok mendapatkan akses atas program persoalan yang di mohonkan bantuan hukum tersebut, b). belum Bantuan Hukum. meratanya tempat kedudukan Advokat

  b. dokumen yang pada kabupaten/kota seprovinsi Menyerahkan berkenaan dengan perkara. Sulawesi Tegah. c). Masih ada c. masyarakat yang tergolong mampu

  Melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau namun memanfaatkan program pejabat yang setingkat di tempat bantuan hukum bagi warga yang tinggal Pemohon Bantuan Hukum. tergolong tidak mampu.

  d.

  Dalam hal Pemohon Bantuan

  Saran B.

  Hukum tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis,

  1. Guna lebih mengefektifkan pemberian permohonan dapat diajukan secara bantuan hukum terhadap kelompok lisan. warga miskin perlu dilakukan sosialisasi secara masif dan

BAB III PENUTUP

  berkesinambungan agar seluruh

A. Kesimpulan

  masyarakat di Sulawesi Tengah mengetahui adanya program tersebut,

  1.Pelaksanaan pemberian Bantuan sehingga maksimal dan efektif dalam Hukum terhadap warga miskin oleh pelaksanaannya. Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Sulawesi

  2. Perlunya keterbukaan akses bagi semua Tengah sudah di laksanakan sesuai kelompok warga miskin agar dapat dengan prosedur yang ada memanfaatkan program bantuan hukum terhadap kelompok warga miskin. Kemudian terhadap para Advokat, perlu didorong untuk membuka praktek disetiap kabupaten kota sehingga dapat menyebar ke seluruh Provinsi Sulawesi Tengah. Persyaratan untuk memperoleh bantuan hukum perlu selektif dan dilakukan verifikasi yang menyeluruh dan bertahap kepada siapapun yang akan mengajukan permohonan bantuan hukum.

DAFTAR PUSTAKA

  Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, (Citra Aditya Bakti), Bandung. Achmad Ubbe, 1992, Pengkajian tentang Perlindungan hukum terhadap penduduk yang tergolong Miskin, Badan Pembinaan hukum Nasional Depertemen Kehakiman. Bambang Suggono, 2013, Metodologi Penelitian Hukum(Rajawali Pres), Jakarta. Frans Hendra Winarta, 2000, Bantuan Hukum suatu Hak asasi Manusia Bukan Belas

  Kasihan , Elex Media Komputindo, Jakarta

  IGN Ridwan Widyadharma, 2010, Profesional Hukum dalam Pemberian Bantuan Hukum,: (Badan Penerbit Universitas Dipenogoro), Semarang. Ronny Hanitjo Soemitro, 1983, Metode Penelitian Hukum, (Ghalis), Jakarta.

Dokumen yang terkait

PERGESERAN KONSEP BANTUAN HUKUM SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DAN PERBANDINGAN KONSEP DENGAN BANTUAN HUKUM MENURUT HUKUM ISLAM

0 29 28

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN BANTUAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

0 15 87

EFEKTIVITAS BIDANG KONSULTASI DAN BANTUAN HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM PERKARA PIDANA

1 37 73

PENGAWASAN KINERJA ADVOKAT DALAM PEMBERIAN BANTUAN DAN PELAYANAN JASA HUKUM (Studi di Jawa Tengah)

0 0 16

EKSISTENSI KOMPILASI HUKUM ISLAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

0 0 18

BAB II KETENTUAN PENGATURAN BANTUAN HUKUM DAN PERADILAN ANAKSEBELUM DAN SETELAH LAHIRNYA UNDANG-UNDANG BANTUAN HUKUM DAN UNDANG-UNDANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DI INDONESIA A. Perkembangan Pengaturan Bantuan Hukum di Indonesia - Analisis Yuridis Undan

0 0 20

ANALISIS YURIDIS UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DAN UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA

0 0 10

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN SKRIPSI

0 0 9

BAB II PENGATURAN BANTUAN HUKUM A. Sejarah Bantuan Hukum di Indonesia. - Pelaksanaan Pemberi Bantuan Hukum Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

0 1 60

PENDIDIKAN HUKUM KLINIS (CLINICAL LEGAL EDUCATION) DALAM PELAKSANAAN UU NO.16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

0 1 40