PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEDISIPLINAN TERHADAP KINERJA GURU SMA ASSALAAM SURAKARTA DENGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI VARIABEL MODERASI Abdul Malik Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta Untung Sriwidodo Fakultas Ekonomi Universitas S

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEDISIPLINAN TERHADAP KINERJA GURU
SMA ASSALAAM SURAKARTA DENGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Abdul Malik
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta
Untung Sriwidodo
Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta
ABSTRACT
This research is purpose to analyze impact of work motivation to
teachers work in Senior High School of Assalaam Surakarta, analyze impact
of discipline to teachers performance in Senior High School of Assalam
Surakarta, analyze impact of headmaster leadership to teachers work in
Senior High School of Assalaam Surakarta, analyze impact of work
motivation that moderated of headmaster leadership to teachers performance
in Senior High School of Assalaam Surakarta, analyze impact of discipline
that moderated of headmaster leadership to teachers performance in Senior
High School of Assalaam Surakarta. Population of this research are 55
teachers in Senior High School of Assalaam Surakarta. Sampling technique
used census method. Collecting data technique used questioners by validity
and reliability test. The analyze data used double linier regression and
absolute difference test. Result of this research showed: first hypothesis

coefficient significant of work motivation variable is 0,145, so motivation
variable is not have significant impact to teachers performance. Second
hypothesis coefficient significant of discipline variable is 0,372, so discipline
variable is not have significant impact to teachers performance. Third
hypothesis coefficient significant of headmaster leadership variable is 0,075,
so headmaster leadership variable is not have significant impact to teachers
performance. So headmaster leadership is not moderated work motivation to
teachers performance and headmaster leadership is not moderated discipline
to teachers performance. Result of determination regression test showed that
R2 0,310, so impact value of work motivation and discipline variable to
teachers performance with headmaster leadership as moderate variable is 31
percent, more than it is influenced the others variable.
Keywords: work motivation, discipline, headmaster leadership, teachers
performance
PENDAHULUAN
Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu unit pendidikan di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam
Kartasura Sukoharjo Indonesia, selain
MTs, MA dan SMK. Jumlah siswa SMA
sebanyak 497 berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan latar belakang
budaya yang berbeda-beda. Adapun tenaga pendidik yang bertugas di SMA Assalaam sebanyak 55 orang yang juga memi-


liki latar belakang pendidikan dan budaya
yang berbeda-beda.
Pengakuan terhadap SMA Assalaam
ditunjukkan melalui beberapa capaian di
bidang akademik maupun manajamen. Di
bidang akademik, SMA Assalaam termasuk lembaga yang dipercaya untuk menjalankan program Akselerasi. Di bidang Manajemen, SMA Assalaam sudah mendapatkan sertifikasi ISO 9001-2008. Pengakuan tersebut menunjukkan bahwa SMA

Pengaruh Motivasi Kerja dan Kedisiplinan terhadap Kinerja … (Abdul M. & Untung SW.)

53

Assalaam memiliki budaya akademik dan
manajemen yang berkualitas.
Kepercayaan yang tinggi dari pemerintah dan lembaga sertifikasi ISO-2008
bukan tanpa persoalan dalam menjalankan manajemen sehari-hari. Kinerja SMA
Assalaam akan ditentukan oleh komite
tenaga pendidik, kepala sekolah, dan
prestasi siswa. Ketiga unsur ini merupakan faktor-faktor penting dalam dinamika
sekolah. Pengamatan peneliti menunjukkan bahwa prestasi siswa sebagai produk

dari kinerja guru belum menunjukkan hasil
yang memuaskan. Hal ini dibuktikan belum adanya prestasi yang menonjol baik
di bidang akademik maupun non akademik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (Depdiknas 2002: 570). Mangkunegara (2004: 67) memberikan pengertian tentang kinerja yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksankaan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Keith Davis
yang dikutip Mangkunegara (2004: 67)
menyatakan kinerja merupakan gabungan
antara kemampuan dan motivasi.
Kinerja menurut As’ad (2001: 48)
keberhasilan seorang pekerja terkait dengan keberhasilan dalam menyelesaikan
tugasnya. Hal tersebut dapat dilihat dari
sisi kualitas, ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Sedangkan kinerja karyawan adalah merupakan
hal yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan bersangkutan. Ukuran ini ditentukan oleh organisasi yang ditetapkan sebagai target dalam
satu periode.
Kondisi yang ada di SMA Assalaam
saat ini, terutama untuk kinerja guru masih banyak kekurangan terutama di kedisiplinan yaitu ada guru yang kedatangannya terlambat selain itu, ada juga guru
yang meninggalkan jam pelajaran sebelum waktunya.
Dalam pengamatan yang dilakukan
peneliti, budaya disiplin kerja di kalangan
tenaga pendidik menunjukkan adanya
54


guru yang memiliki kinerja yang tinggi dan
yang memiliki kinerja rendah. Di antara
persoalan yang menjadi indikator kinerja
rendah adalah pertama, lemahnya disiplin
tepat waktu ketika masuk dan keluar dari
kelas belajar. Kedua, keterlambatan masuk kelas mengakibatkan tidak tuntasnya
materi pembelajaran di kelas sebab waktu
efektif 45 menit hanya digunakan secara
efektif sebanyak 15 - 20 menit saja. Ketiga,
rendahnya prestasi dan karya guru.
Rendahnya prestasi akademik dan
disiplin kerja pada sebagian guru SMA
Assalaam menunjukkan lemahnya komunikasi antara level kepala sekolah dengan
tenaga pendidik dalam rangka meningkatkan kinerja dan produktifitas kerja. Sebab
dalam manajemen sekolah, kedudukan
kepala sekolah sangat strategis dan sentral dalam memberdayakan semua potensi dan talenta yang ada. Di dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya, seorang
guru akan sangat membutuhkan adanya
dorongan semangat dan motivasi dari
pimpinan mereka sebab hal ini merupakan

modal yang sangat penting sehingga
hampir setiap tindakan dan kebijakan
yang diambil atau dilakukan oleh seorang
pemimpin mempunyai dampak yang positif dan negatif bagi bawahan yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus dapat
memotivasi bawahannya sedemikian rupa
sehingga dalam melaksanakan tugasnya,
guru akan memiliki efektivitas kerja yang
tinggi dan diharapkan mampu membuahkan hasil yang memuaskan, baik bagi
sekolahan maupun guru itu sendiri.
Berbagai upaya dalam peningkatan
kualitas pendidikan telah dilakukan, kenyataannya prestasi dalam bidang pendidikan yang telah dicapai belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan
dengan meningkatkan kinerja para guru
merupakan pejuang pendidikan yang
langsung berhadapan dengan peserta
didik. Kepala Sekolah sebagai atasan
langsung dan pemegang kunci kepemimpinan di sekolah harus mampu membangkitkan semangat kerja terhadap bawahannya, sehingga dapat tercipta semua warga

Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 7 No. 1 Juni 2013: 53 – 66

sekolah mempunyai sikap dan perilaku

yang setia dan taat kepada tugas-tugas
yang diembannya. Selain itu agar memiliki
dedikasi yang tinggi, berdaya guna dan
berhasil guna, serta bertanggung jawab
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Hal itu sesuai dengan pernyataan
yang menyatakan bahwa seorang pemimpin dalam memimpin bawahan harus
mampu memberikan motivasi, bimbingan,
penyuluhan, pengendalian, keteladanan
dan bersikap jujur, agar para bawahan
mau bekerja sama dan bekerja secara
efisien untuk mewujudkan tujuan yang
diinginkan.
Perkembangan dan pembentukan
sikap anak-anak yang perlu diperhatikan
dalam pendidikan adalah kematangan
(maturation), keadaan fisik anak, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah, dan juga cara guru mengajar.
Untuk mewujudkan tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah faktor kepemimpinan, lingkungan kerja, tidak dapat
diabaikan.
Motivasi kerja mengandung pengertian bahwa suatu kondisi yang membangkitkan, menggerakkan, mengarahkan dan
memelihara perilaku guru untuk bekerja

dalam lingkungan kerjanya dalam upaya
mencapai tujuan pribadi guru dan tujuan
organisasi sedangkan pemimpin mempunyai arti seseorang yang karena kecakapan-kecakapan pribadinya, dengan atau
tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk
mengerahkan bersama ke arah pencapaian sasaran tertentu (Suad Husnan, 1990:
36).
Usaha sekolahan untuk menumbuhkan kinerja guru dapat ditempuh dengan
cara memberi dorongan dan pemenuhan
kesejahteraan guru agar menciptakan
suasana kerja yang kondusif serta menumbuhkembangkan keharmonisan hubungan kerja antara atasan dengan bawahan (Moekijat,1994: 170). Dari penjelasan tersebut maka dapat dilihat dengan jelas bahwa seorang pemimpin
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap motivasi kerja.

Motivasi bisa timbul oleh faktor internal adalah sesuatu dorongan yang berasal dari diri pribadi seseorang yang dapat disebut juga motivasi hakiki. Suatu keinginan yang ada dalam diri seseorang
menimbulkan motivasi internal. Motivasi
eksternal dibangun di atas motivasi internal dan di dalam organisasi syarat yang
dipakai oleh manajer dalam memotivasi
bawahannya seperti kondisi kerja, gaji,
penghargaan, hubungan kerja. Motivasi
kerja kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi kinerja guru di sekolah.
Menurut Handari Nawawi (2000:

351) “motivasi adalah suatu komdisi yang
mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan, atau
kegiatan, yang berlangsung secara sadar”. Selain itu faktor lain dari kinerja guru
adalah Kedisiplinan. Kedisiplinan menurut
Alex S Nitisemito, (1996: 199) kedisiplinan
diartikan sebagai suatu sikap, tingkah laku
atau perbuatan yang sesuai dengan peraturan, baik yang bersifat tertulis maupun
peraturan yang tidak tertulis. Kedisiplinan
diharapkan suatu pekerjaan akan dapat
dilakukan seefektif dan seefisien mungkin,
di mana di dalamnya ada tingkat kepatuhan guru dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya.
Peneliti menjadikan kepemimpinan
Kepala Sekolah sebagai variabel moderasi, karena kepemimpinan merupakan aspek penting dalam suatu organisasi, dengan kepemimpinan kebijakan-kebijakan
organisasi dapat dikendalikan sesuai dengan tujuan organisasi. Suatu organisasi
tanpa adanya pimpinan tentu akan berjalan tanpa arah serta tujuan yang jelas.
Oleh karena itu kemimpinan merupakan
peran penting dalam merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengendalikan suatu pekerjaan. Dalam

instansi pendidikan kepala sekolah berperan sebagai pemimpin organisasi, sebagai
manajer, dan sebagai administrator serta
supervisor. Sebagai administrator bertanggung jawab mengatur bawahan, termasuk guru-guru dan karyawan. Kepala
sekolah sebagai supervisor yaitu membimbing, mengarahkan serta mensupervisi

Pengaruh Motivasi Kerja dan Kedisiplinan terhadap Kinerja … (Abdul M. & Untung SW.)

55

kegiatan-kegiatan guru maupun tenaga
kependidikan, dengan demikian kepala
sekolah harus mampu menciptakan suasana yang harmonis serta komunikasi
yang fleksibel antara kepala sekolah dengan guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Menurut Wakiman (2010) dalam
penelitian, bahwa Kepemimpinan Kepala
Sekolah memoderasi motivasi kerja dan
kedisiplinan terhadap kinerja guru secara
signifikan. Untuk itu tujuan penelitian ini
adalah bermaksud: (1) menganalisis signifikansi pengaruh motivasi kerja terhadap
kinerja guru; (2) menganalisis signifikansi

pengaruh kedisiplinan terhadap kinerja
guru; (3) menganalisis signifikansi pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru; (4) menganalisis signifikansi kepemimpinan kepala sekolah dalam memoderasi pengaruh motivasi kerja
terhadap kinerja guru; dan (5) menganalisis signifikansi kepemimpinan kepala sekolah dalam memoderasi pengaruh kedisiplinan terhadap kinerja guru SMA di
Pondok Assalaam Surakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Assalaam Surakarta. Alasan utama dipilihnya di lokasi ini adalah hasil observasi
menunjukkan bahwa beberapa guru datang terlambat masuk ke sekolah dan perlunya kepala sekolah memotivasi prestasi
guru dalam rangka menciptakan proses
belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Populasi merupakan keseluruhan
subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,
2002: 108). “Populasi adalah sekelompok
orang, kejadian, atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu” (Nur
Indirantoro dan Bambang Supomo, 2002:
115). Populasi pada penelitian ini adalah
guru SMA di Pondok Assalaam Surakarta
yang berjumlah 55 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto,
2002: 109). Sampel dalam penelitian ini
adalah semua guru SMA di Pondok Assa56

laam Surakarta yang berjumlah 55 responden.
Variabel penelitian merupakan pemberian arti terhadap konsep yang akan
dicapai dalam pembahasan tesis, adapun
identifikasi variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kinerja guru (Y)
2. Variabel independen adalah motivasi
kerja (X1) dan Kedisiplinan (X2)
3. Variabel moderasi adalah kepemimpinan kepala sekolah (X3)
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan sumber
data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli. Data primer
disini adalah data yang diperoleh secara
langsung dari jawaban responden tentang
kepemimpinan kepala sekolah, motivasi,
kedisiplinan dan kinerja guru. Data sekunder merupakan sumber data penelitian
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
beberapa literatur, baik dari buku maupun
dari jurnal-jurnal penelitian, terutama bukubuku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian.
Jenis data yang dipergunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak berwujud angka. Dalam penelitian ini data kualitatif adalah jawaban responden tentang
kepemimpinan, motivasi, kedisiplinan, dan
kinerja guru. Data kuantitatif adalah data
berupa angka. Adapun data kuantitatif
dalam penelitian ini adalah jumlah guru
SMA Assalaam Surakarta.
Guna memperoleh data yang akan
dianalisis maka diperlukan teknik pengumpulan data berupa kuesioner yang disebarkan secara langsung kepada responden. Pengujian kuesioner dalam penelitian
ini mengunakan pengujian-pengujian sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Menurut Imam Ghozali (2005: 131),
Uji validitas adalah perhitungan yang
digunakan untuk mengukur sah atau

Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 7 No. 1 Juni 2013: 53 – 66

valid tidaknya suatu kuesioner”. Uji validitas dalam penelitain ini menggunakan
analisis Product Moment Pearson Correlation, perhitungannya menggunakan
bantuan komputer program SPSS. Uji
validitas bertujuan untuk mengukur
tingkat ketepatan butir pertanyaan
kuesioner dalam mengukur variabel
kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan dan motivasi kerja. Kriteria pengujiannya menggunakan tingkat signifikansi 5%. Apabila dari perhitungan
masing-masing butir menghasilkan ρvalue < 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa butir instrumen tersebut valid
pada tingkat signifikansi 5%. Sebaliknya apabila dari perhitungan masingmasing butir menghasilkan ρ-value ≥
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
butir instrumen tersebut tidak valid
pada tingkat signifikansi 0,05.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat ukur yang
dapat dipercaya yang hasil pengukurannya yang diperoleh dari waktu yang
berbeda untuk pertanyaan yang sama
hasilnya relatif konsisten. Reliabilitas
dapat diukur dengan melihat nilai Cronbach Alpha. Apabila nilai Cronbach
Alpha ≥ 0,60 maka instrumen tersebut
reliabel, dan apabila nilai Cronbach
Alpha 0,10 dan nilai VIF < 10,
maka tidak terjadi multikolinearitas,
sebaliknya jika nilai tolerance ≤ 0,10

dan VIF ≥ 10, maka terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2001: 57).
b. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah antar residual
terdapat korelasi yang tinggi. Jika
antar residual tidak terdapat korelasi
maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Ujin statistik
yang digunakan untuk mendeteksi
autokorelasi adalah Runs Tes. Apabila p-value > 0,05, maka tidak terjadi autokorelasi, sebaliknya jika pvalue ≤ 0,005, maka terjadi autokorelasi (Ghozali, 2001: 60).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas
bertujuan
menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji ada
tidaknya heteroskedastisitas di dalam penelitian ini menggunakan uji
Glejser yaitu dengan cara mengregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen. Ada tidaknya heteroskedastisitas diketahui
dengan melihat probabilitasnya terhadap derajat kepercayaan 5%. Jika
nilai probabilitas > 0,05 maka tidak
terjadi heteroskedastisitas (Imam
Ghozali, 2001: 72).
d. Uji Normalitas Data
Uji normalitas pada penelitian ini
digunakan Kolmogorov Smirnov.
Jika Kolmogorov Smirnov hitung
lebih besar dari 0,05, maka sebaran
data dikatakan mendekati distribusi
normal. Sebaliknya jika Kolmogorov
Smirnov lebih kecil dari 0,05 maka
sebaran data dikatakan tidak mendekati distribusi tidak normal (Imam
Ghozali, 2001: 86).
4. Regresi Linear Berganda
Sebagaimana telah dikemukakan di
depan bahwa penelitian ini bertujuan

Pengaruh Motivasi Kerja dan Kedisiplinan terhadap Kinerja … (Abdul M. & Untung SW.)

57

untuk menganalisis pengaruh motivasi
kerja dan kedisiplinan terhadap kinerja
guru SMA Assalaam Surakarta, maka
model yang digunakan dalam menganalisis data adalah berbentuk regresi
liniear berganda yang dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
(Jonni J Manurung, dkk, 2005: 70)
Keterangan:
Y
= Kinerja Guru
= Motivasi Kerja
X1
= Kedisiplinan
X2
= Kepemimpinan Kepala
X3
Sekolah
a
= Konstanta
b1, b2,b3 = koefisien regresi
e
= Variabel pengganggu
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Apabila p-value <
0,05 maka pengaruh variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen signifikan dan
apabila p-value > 0,05, maka tidak
signifikan (Jonni J Manurung, dkk,
2005: 71).
b. Uji F (Ketepatan Model)
Untuk menguji ketepatan model
yang digunakan dalam memprediksi pengaruh variabel motivasi kerja
dan kedisiplinan terhadap kinerja
guru dengan kepemimpinan kepala
sekolah sebagai variabel moderasi.
Apabila p-value < 0,05, maka H0
ditolak, berarti model yang digunakan tepat dalam memprediksi pengaruh variabel motivasi kerja, kedisiplinan dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.
Apabila p-value ≥ 0,05, maka H0 diterima, berarti model yang digunakan tidak tepat dalam memprediksi
pengaruh variabel motivasi kerja,
kedisiplinan dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
(Jonni J Manurung, dkk, 2005: 73).
58

6. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Koefisien Determinasi adalah
bilangan yang menentukan hubungan
antara variabel Y dengan variabel X,
pada dasarnya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel berikut. Bahwa nilai
dari Adjust (R2) menentukan nilai, seberapa besar himpunan variabel bebas
mempengaruhi atau menjelaskan variabel terikat dan dapat dinyatakan dalam
persentase.
7. Uji Selisih Mutlak
Cara menguji regresi dengan variabel moderating yaitu dengan uji selisih
mutlak. Uji selisih mutlak adalah varibel model regresi yang diperkenalkan
Frucot dan Sharon untuk menguji pengaruh moderasi yaitu dengan model
nilai selisih mutlak dari variabel independen. Model atau persamaan regresi
dalam penelitian ini dinyatakan sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b3X3 + b3|Z X1-ZX3| + e
Y = a + b2X2 + b3X3 + b3| ZX2-ZX3| + e
(Imam Ghozali, 2001: 153)
Keterangan:
Y : Kinerja Guru
X1 : Motivasi
X2 : Kedisiplinan
X3 : Kepemimpinan Kepala Sekolah
│ZX1 – ZX3│ : Interaksi yang diatur
dengan nilai absolut
perbedaan antara X1
dan X3
│ZX2 – ZX3│ : Interaksi yang diatur
dengan nilai absolut
perbedaan antara X2
dan X3
a : Koefisien Intersep
b : Koefisien Regresi
e : Standar kesalahan
HASIL ANALISIS
Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
a. Uji validitas variabel motivasi kerja
(X1) dijelaskan bahwa pengujian
validitas butir dari 8 pertanyaan
variabel motivasi kerja, terdapat 7
butir pada tingkat signifikansi 5%

Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 7 No. 1 Juni 2013: 53 – 66

menghasilkan ρ-value < 0,05, di
sini terdapat 1 pertanyaan variabel
motivasi kerja yang tidak valid yaitu
item 7. Jadi item tersebut tidak diikutsertakan untuk analisis selanjutnya.
b. Uji validitas variabel kedisiplinan
(X2) dijelaskan bahwa pengujian
validitas butir dari 10 pertanyaan
variabel kedisplinan pada tingkat
signifikansi 5% menghasilkan ρvalue < 0,05. Hasil dari pengujian
ini menunjukkan bahwa dari sepuluh pertanyaan instrumen kedisiplinan semuanya valid.
c. Uji validitas variabel kepemimpinan
kepala sekolah (X3) dijelaskan bahwa pengujian validitas butir dari 9
pertanyaan variabel kepemimpinan
kepala sekolah pada tingkat signifikansi 5% menghasilkan ρ-value <
0,05. Hasil dari pengujian ini menunjukkan bahwa dari sembilan
pertanyaan variabel kepemimpinan
kepala sekolah semuanya valid.
d. Uji validitas variabel kinerja guru
(Y) dijelaskan bahwa pengujian validitas butir dari 8 pertanyaan variabel kinerja guru pada tingkat signifikan 5% menghasilkan ρ-value <
0,05. Hasil dari pengujian ini menunjukkan bahwa 8 butir pertanyaan variabel kinerja guru semuanya
valid.
2. Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan
SPSS dapat dijelaskan bahwa nilai
cronbach alpha variabel motivasi kerja
(0,885), kedisiplinan (0,836), kepemimpinan kepala sekolah (0,909), kinerja
guru (0,871) adalah reliabel karena
menghasilkan Cronbach alpha > 0,60.
Dengan melihat hasil uji validitas
dan reliabilitas di atas peneliti menyimpulkan bahwa variabel penelitian ini telah memiliki tingkat validitas dan reliabilitas sesuai yang ditetapkan. Untuk
selanjutnya dapat digunakan sebagai
data penelitian sebagai dasar pengambilan keputusan atau pengujian hipotesis.

Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas untuk menguji
adanya multikolinearitas, model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di
antara variabel. Untuk menguji adanya
multikolinearitas yaitu dengan melihat
pada Variance Inflation Factor (VIF).
Pedoman suatu model regresi yang
bebas multikolinearitas adalah mempunyai VIF di sekitar 1 sedangkan batas VIF adalah 10 dan mempunyai
angka tolerance mendekati 1 dengan
demikian tidak terjadi multikolineariras.
Hasil perhitungan SPSS menunjukkan
hasil nilai VIF 2,157; 1,799; 2,008; dan
nilai tolerance 0,464; 0,556; 0,498.
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi yaitu untuk menguji
apabila terjadi autokorelasi atau tidak
antar pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu dan ruang. Untuk
mendeteksi dalam penelitian menggunakan Run Test, kriteria uji yang diharapkan jika ρ-value > 0,05 maka model
regresi tidak terjadi autokorelasi. Data
yang diperoleh dari jawaban kuesioner
oleh responden dengan diolah dengan
Program SPSS. Berdasarkan uji autokorelasi dengan Run test nilai asymp.
sig sebesar 0,890 dengan dua arah
(2–tailed) yang menunjukkan lebih
besar dari 0,05 dengan demikian tidak
terjadi autokorelasi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variasi
residual tidak sama untuk semua pengamatan. Asumsi tentang heteroskedastisitas untuk mengetahui apakah
variasi nilai absolut residual sama atau
berbeda untuk semua pengamat. Konsekuensi akibat adanya heteroskedastisitas adalah penafsiran menjadi tidak
efisien baik dalam sampel kecil atau
besar. Pengujian heteroskedastisitas
menggunakan metode Glejser yang
menyimpulkan bahwa apabila dinilai
signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Dari hasil perhitungan SPSS diketahui bahwa nilai probabilitas motivasi

Pengaruh Motivasi Kerja dan Kedisiplinan terhadap Kinerja … (Abdul M. & Untung SW.)

59

kerja (0,304) kedisiplinan (0,142) dan
kepemimpinan (0,680) > 0,05 sehingga dapat dikatakan lolos uji heteroskedastisitas.
4. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui residu dari hasil analisis regresi. Uji normalitas residu dilakukan
dengan menggunakan uji non parametrik, yaitu Kolmogorov–Smirnov Test
(K–S Test). Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa residual pada penelitian ini berdistribusi normal karena ρvalue sebesar 0,443 > 0,05.

a
= Konstanta
b1,b2,b3 = koefisien regresi
e
= Variabel pengganggu
Berdasarkan data yang diperoleh,
kemudian dilakukan perhitungan atau
pengolahan data dengan program SPSS .
Adapun hasil dari analisis regresi linear
berganda seperti pada tabel 1 berikut:
Berdasarkan hasil uji regresi linear
berganda pada penelitian ini seperti terlihat pada tabel 1 dapat dituliskan persamaan regresi linearnya sebagai berikut:

Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk membuktikan hipotesis yang
telah dikemukakan, dilakukan analisis dari
data yang telah diperoleh, yaitu data tentang motivasi kedisiplinan, kepemimpinan
kepala sekolah dan kinerja guru. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis regresi linear berganda
dengan variable dependen kinerja guru
dan variable independen motivasi, kedisiplinan dan kepemimpinan kepala sekolah. Adapun rumus analisis regresi linear
berganda yaitu:

Berdasarkan persamaan regresi linear di atas, dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
a. Konstanta
Nilai kostanta sebesar 15,621 artinya
jika variabel motivasi kerja, kedisiplinan dan kepemimpinan kepala sekolah
sama dengan nol (konstan), maka
kinerja positif.
b. Koefisien variable motivasi kerja (X1)
Koefisien variabel motivasi kerja sebesar 0,198, berarti motivasi kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja guru SMA Assalaam Surakarta,
artinya semakin baik motivasi kerja
akan semakin meningkatkan kinerja
guru dengan asumsi variabel kedisiplinan dan kepemimpinan kepala sekolah konstan.

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Keterangan:
Y
= Kinerja Guru
X1
= Motivasi
X2
= Kedisiplinan
X3
= Kepemimpinan Kepala sekolah

Y = 15,621 + 0,198X1 + 0,114X2 + 0,205X3
+ 4,036

Tabel 1
Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa

Model
1
(Constant)
Motivasi
Kedisiplinan
Kepemimpinan
Kepala Sekolah

Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
15.621
4.036
.198
.134
.245
.114
.126
.136
.205

.113

.291

t
3.870
1.479
.900

Sig.
.000
.145
.372

1.816

.075

a. Dependent Variable: Kinerja Guru

Sumber: data primer diolah, 2013

60

Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 7 No. 1 Juni 2013: 53 – 66

c. Koefisien variabel kedisiplinan (X2)
Koefisien variabel kedisiplinan sebesar
0,114, berarti kedisiplinan mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja guru
SMA Assalaam Surakarta, artinya jika
kedisiplinan meningkat maka kinerja
guru akan meningkat dengan asumsi
variabel motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah konstan.
d. Koefisien variabel kepemimpinan kepala sekolah (X3)
Koefisien variabel kepemimpinan kepala sekolah sebesar 0,205, berarti kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
guru SMA Assalaam Surakarta, artinya
semakin baik kepemimpinan kepala
sekolah akan semakin meningkatkan
kinerja guru SMA Assalaam Surakarta
dengan asumsi variabel motivasi kerja
dan kedisiplinan konstan.
3. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis 1

Pengujian hipotesis 1 bertujuan untuk menguji apakah motivasi kerja
berpengaruh terhadap kinerja guru
SMA Assalaam Surakarta. Berdasarkan uji t diperoleh hasil seperti
tabel 2 berikut:
Berdasarkan analisis regresi diperoleh hasil bahwa variabel motivasi
kerja tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kinerja guru.
Hal ini dibuktikan dengan ρ-value
0,145 > 0,05. Temuan ini menunjukkan bahwa motivasi kerja secara
parsial tidak berpengaruh terhadap
kinerja guru sehingga hipotesis pertama tidak terbukti kebenarannya.
b. Pengujian Hipotesis 2
Pengujian hipotesis 2 bertujuan
untuk menguji apakah kedisiplinan
berpengaruh terhadap kinerja guru
SMA Assalaam Surakarta. Berdasarkan uji t diperoleh seperti tabel 3
berikut:

Tabel 2
Hasil Analisis Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
Motivasi
Kedisiplinan
Kepemimpinan
Kepala Sekolah

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
15.621
4.036
.198
.134
.114
.126
.205

.113

Standardized
Coefficients
Beta
.245
.136

t
3.870
1.479
.900

Sig.
.000
.145
.372

.291

1.816

.075

a. Dependent Variable: Kinerja Guru

Sumber: data primer diolah, 2013

Tabel 3
Hasil Analisis Pengaruh Kedisiplinan terhadap Kinerja Guru
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
Motivasi
Kedisiplinan
Kepemimpinan
Kepala Sekolah

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
15.621
4.036
.198
.134
.114
.126
.205

.113

Standardized
Coefficients
Beta
.245
.136

t
3.870
1.479
.900

Sig.
.000
.145
.372

.291

1.816

.075

a. Dependent Variable: Kinerja Guru

Sumber: data primer diolah, 2013
Pengaruh Motivasi Kerja dan Kedisiplinan terhadap Kinerja … (Abdul M. & Untung SW.)

61

Hal ini dibuktikan dengan ρ-value
0,075 > 0,05. Dari temuan ini kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru.
Sehingga hipotesis ke 3 tidak terbukti kebenarannya.
d. Pengujian Hipotesis 4
Pengujian hipotesis 4 bertujuan
untuk menguji pengaruh motivasi
kerja yang dimoderasi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru SMA Assalaam Surakarta.
Berdasarkan analisis data pada tabel 5 diperoleh hasil, bahwa variabel moderat (|ZX1-ZX3|) secara statistik pengaruhnya tidak signifikan.
Hal itu terlihat dari ρ-value 0,382 >
0,05. Dari hasil temuan tersebut,
maka hipotesis ke 4 tidak terbukti
kebenarannya

Berdasarkan analisis data pada tabel 3 diperoleh hasil bahwa variabel kedisiplinan (X2) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Hal ini dibuktikan dengan ρ-value 0,372 > 0,05.
Dari temuan ini kedisiplinan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru. Sehingga hipotesis 2 tidak terbukti kebenarannya.
c. Pengujian Hipotesis 3
Pengujian hipotesis 3 bertujuan untuk menguji apakah kepemimpinan
kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru SMA Assalaam
Surakarta.
Berdasarkan analisis data pada tabel 4 diperoleh hasil bahwa variabel kepemimpinan kepala sekolah
(X3) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja guru.

Tabel 4
Hasil Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
Motivasi
Kedisiplinan
Kepemimpinan
Kepala Sekolah

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
15.621
4.036
.198
.134
.114
.126
.205

.113

Standardized
Coefficients
Beta
.245
.136

t
3.870
1.479
.900

Sig.
.000
.145
.372

.291

1.816

.075

a. Dependent Variable: Kinerja Guru

Sumber: data primer diolah, 2013

Tabel 5
Hasil Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dengan Kepemimpinan Kepala Sekolah
sebagai Variabel Moderasi terhadap Kinerja Guru
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
Zscore: Motivasi
Zscore: Kepemimpinan
Kepala Sekolah
ABSZX1_ZX3

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
33.555
.881
1.570
.731

Standardized
Coefficients
Beta
.384

t
38.106
2.147

Sig.
.000
.037

1.081

.701

.265

1.543

.129

-1.022

1.158

-.117

-.882

.382

a. Dependent Variable: Kinerja Guru

Sumber: Data yang diolah 2013

62

Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 7 No. 1 Juni 2013: 53 – 66

e. Pengujian Hipotesis 5
Pengujian hipotesis 5 bertujuan untuk menguji pengaruh kedisiplinan
yang dimoderasi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
SMA Assalaam Surakarta.
Berdasarkan analisis data pada tabel 6 diperoleh hasil bahwa variabel moderat (|ZX2-ZX3|) secara statistik pengaruhnya tidak signifikan.
Hal ini terlihat dari ρ-value 0,626 >
0,05. Dari hasil temuan tersebut,
maka hipotesis 5 tidak terbukti kebenarannya.

4. Uji F (Ketepatan Model)
Uji F untuk menguji model yang digunakan dalam memprediksi pengaruh
motivasi kerja dan kedisiplinan terhadap kinerja guru SMA Assalaam Surakarta dengan kepemimpinan kepala
sekolah sebagai variabel moderasi.
Hasil uji F (ketepatan model) dapat
dilihat pada tabel 7 sebagai berikut.
Hasi uji F menunjukkan bahwa nilai
signifikansi sebesar 0,000, karena
nilai signifikansi 0,000 < 0,05 berarti
model regresi tepat (fit) dalam memprediksi pengaruh motivasi kerja dan

Tabel 6
Hasil Analisis Pengaruh Kedisiplinan dengan Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai
Variabel Moderasi terhadap Kinerja Guru
Coefficients a

Model
1

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
32.600
.754
.971
.596

(Constant)
Zscore: Kedisiplinan
Zscore: Kepemimpinan
Kepala Sekolah
ABSZX2_ZX3

Standardized
Coefficients
Beta
.238

t
43.228
1.629

Sig.
.000
.110

1.628

.586

.399

2.780

.008

.416

.848

.058

.490

.626

a. Dependent Variable: Kinerja Guru

Sumber: data primer diolah, 2013

Tabel 7
Uji F (Ketepatan Model)
ANOVA b
Model
1

Sum of
Squares
314.256
587.089
901.345

Regression
Residual
Total

df
3
51
54

Mean Square
104.752
11.512

F
9.100

Sig.
.000a

a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kedisiplinan, Motivasi
b. Dependent Variable: Kinerja Guru

Sumber: data primer diolah, 2013

Tabel 8
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model
1

R
.590a

R Square
.349

Adjusted
R Square
.310

Std. Error of
the Estimate
3.39287

a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Kepala
Sekolah, Kedisiplinan, Motivasi

Sumber: data primer diolah, 2013
Pengaruh Motivasi Kerja dan Kedisiplinan terhadap Kinerja … (Abdul M. & Untung SW.)

63

kedisiplinan terhadap kinerja guru
SMA Assalaam Surakarta dengan kepemimpinan kepala sekolah sebagai
variabel moderasi.
5. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui
besarnya sumbangan variabel motivasi kerja, kedisiplinan dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru SMA Assalaam Surakarta. Hasil
uji koefisien determinasi pada tabel 8
sebagai berikut.
Hasil uji koefisien determinasi yang
disesuaikan yaitu adjusted R Square
sebesar 0,310 menunjukkan bahwa
variabel independen yaitu motivasi
kerja, kedisiplinan dan kepemimpinan
kepala sekolah memberikan sumbangan pengaruh terhadap variabel
dependen yaitu kinerja guru SMA
Assalaam Surakarta sebesar 31%.
Karena dari tiga variabel independen
pengaruhnya sebesar 31%, berarti sebesar 69% dipengaruhi oleh variabel
lain di luar model penelitian.
PEMBAHASAN
1. Pengaruh motivasi kerja terhadap
kinerja guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru SMA
Assalaam Surakarta (0,145 > 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh yang signifikian terhadap guru SMA Assalaam Surakarta
tidak terbukti kebenarannya. Temuan
ini menunjukkan bahwa motivasi kerja
tidak berpengaruh terhadap kinerja
guru. Namun demikian peningkatan
kualitas pendidikan SMA Assalaam
Surakarta telah didukung oleh kinerja
guru walaupun tidak ada pengaruhnya
terhadap motivasi kerja.
2. Pengaruh kedisiplinan terhadap kinerja guru
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa kedisiplinan tidak berpengaruh
64

signifikan terhadap kinerja guru SMA
Assalaam Surakarta (0,372 > 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
yang menyatakan bahwa kedisiplinan
berpengaruh yang signifikian terhadap
guru SMA Assalaam Surakarta tidak
terbukti kebenarannya. Temuan ini
menunjukkan bahwa kedisiplinan tidak
berpengaruh terhadap kinerja guru.
Namun demikian peningkatan kualitas
pendidikan SMA Assalaam Surakarta
telah didukung oleh kinerja guru walaupun tidak ada pengaruhnya terhadap kedisiplinan.
3. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru SMA Assalaam Surakarta
(0,075 > 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis yang menyatakan
bahwa kepemimpinan kepala sekolah
berpengaruh yang signifikian terhadap
guru SMA Assalaam Surakarta tidak
terbukti kebenarannya. Temuan ini
menunjukkan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah tidak berpengaruh terhadap kinerja guru. Namun demikian
peningkatan kualitas pendidikan SMA
Assalaam Surakarta telah didukung
oleh kinerja guru walaupun tidak ada
pengaruhnya terhadap kepemimpinan.
4. Pengaruh motivasi kerja terhadap
kinerja guru dengan kepemimpinan
kepala sekolah sebagai variabel
moderasi
Berdasarkan analisis regresi diperoleh hasil bahwa interaksi kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi
kerja pengaruhnya secara statistik
tidak signifikan terhadap kinerja guru
(0,382 > 0,05). Meskipun kepemimpinan Kepala Sekolah sangat diperlukan
guna memperoleh pegawai yang berkinerja unggul, berdedikasi tinggi dan
berkualitas. Kinerja yang dicapai pegawai dipengaruhi oleh orientasi pemimpin yang mengedepankan pencapaian

Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 7 No. 1 Juni 2013: 53 – 66

perubahan nilai-nilai emosional dan
kebutuhan bawahan menuju perubahan yang lebih baik. Kualitas pendidikan
meningkat perlu kepemimpin kepala
sekolah oleh motivasi kerja serta didukung semangat kerja guru itu sendiri,
dan guru harus mempunyai komitmen
yang tinggi terhadap tugas pokoknya,
sehingga kualitas pendidikan semakin
meningkat.
5. Pengaruh kedisiplinan terhadap kinerja guru dengan kepemimpinan
kepala sekolah sebagai variabel moderasi
Berdasarkan analisis regresi diperoleh hasil bahwa variabel Kedisiplinan
yang dimoderating kepemimpinan kepala sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMA Assalaam Surakarta (0,626 > 0,05). Namun
demikian peningkatan kualitas pendidikan SMA Assalaam Surakarta telah
didukung oleh kinerja guru walaupun
tidak ada pengaruhnya terhadap kedisiplinan.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menyimpulkan:
pada pengujian hipotesis satu koefisien
signifikansi variabel motivasi kerja sebesar 0,145, maka variabel motivasi tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Pengujian hipotesis
dua, koefisien signifikansi variabel kedisiplinan 0,372, maka variabel kedisiplinan
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja guru. Pengujian hipotesis
tiga, koefisien signifikansi variabel kepemimpinan kepala sekolah 0,075, maka
variabel kepemimpinan kepala sekolah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja guru. Dari hasil uji selisih
mutlak, maka kepemimpinan kepala sekolah tidak memoderasi motivasi kerja terhadap kinerja guru. Demikian juga kepemimpinan kepala sekolah tidak memoderasi
kedisiplinan terhadap kinerja guru. Hasil
uji koefisien determinasi diperoleh R2 sebesar 0,310, berarti besarnya sumbangan
pengaruh variabel motivasi kerja dan ke-

disiplinan terhadap kinerja guru dengan
kepemimpinan sebagai variabel moderasi
sebesar 31%, selebihnya dipengaruhi variabel lain.
Untuk menghadapi tantangan global
pemimpin perlu mendorong guru-guru untuk memberdayakan sumber daya manusia melalui pengembangan kompetensi.
Bagi para peneliti lain yang berminat
mengkaji ulang penelitian ini sebaiknya
melakukan di beberapa daerah, sehingga
dapat memperoleh responden atau sampel yang lebih banyak, sehingga generalisasi hasil penelitian akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alex S. Niti Semito, 2001, Manajemen
Personalia,
Ghalia
Indonesia,
Jakarta.
As’ad, Mohamad. 2001. Psikologi Industri.
Liberty. Yogyakarta.
Daryanto. 2005. Kepemimpinan dalam
Berorganisasi. Indeks. Jakarta.
_____. 2005. Kepemimpinan Dalam Berorganisasi. Indeks. Jakarta.
Davis, Keith dan Noewstone, John H,
1996, Perilaku dalam Organisasi.
Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.
Davis William, 1998, Human Resources
Manajemen,
Monitoring,
Serco,
Washington DC.
Gujurati, 2001, Basic Econometries, Third
Edition, MC. Graw Hill, New York.
Handari Nawawi, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetak Ketiga,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hani Handoko. 2002. Manajemen Edisi 2.
BPFE, Yogyakarta.
Hasibuan, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.
Imam Ghozali, 2005. Aplikasi Analisis
Multivariat dengan Program SPSS,
Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Jonni J. Manurung, Adler Haymans Manurung dan Ferdinand Dehoutman
Saragih, 2005, Ekonomi, Teori dan
Aplikasi. Elex Media Komputindo,
Jakarta.

Pengaruh Motivasi Kerja dan Kedisiplinan terhadap Kinerja … (Abdul M. & Untung SW.)

65

Kartini Kartono, 2002, Pemimpin dan
Kepemimpinan Apakah Pemimpin
Abnormal. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Keke T. Aritonang, 2006, ”Kompensasi
Kerja, Disiplin kerja Guru dan Kinerja Guru SMP Kristen BPK Penabur
Jakarta”, Jurnal Pendidikan Penabur, No.04/Th.IV, p.1-16.
Kinman, Gail and Kinman, Russell, 2001,
The role of Motivation to Learn in
Management Education. Journal of
Workplace Learning, Vol 3 No. 4 pp.
132-149.
Malayu S.P Hasibuan. 2003. Organisasi
dan Motivasi Dasar Peningkatan
Produktivitas. Bumi Aksara. Jakarta.
Mangkunegara, A.A.P. 2005. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Bumi Angkasa. Jakarta.
Mathis dan Jakson. 2001. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Buku 2, Salemba Empat, Jakarta.
Miller dan Markman, 2007, Manajemen
Era Baru, Beberapa Pandangan Manajemen Budaya Perusahaan Modern, diterjemahkan Agus Dharma,
Elangga, Jakarta.
Miftah Thoha, 2001. Kepemimpinan
dalam Manajemen. Edisi Keempat,
Raja-wali, Jakarta.
M. Kamaludin, 2005. Perilaku dalam Organisasi, Tarsito, Bandung.
M. Ma’ud Said, 2007. Organisasi dan Manajemen. Edisi keempat, Erlangga,
Jakarta.
Moekijat. 1994. Dasar-dasar Motivasi,
Pioner Jaya. Bandung.
Moeljono, 2003, Beyond Leadership: 12
Konsep Kepemimpinan, Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo,
2002, Metodologi Penelitian Bisnis,
BPFE, Yogyakarta.
Safaria, T, 2004, Kepemimpinan, Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Sardiman. 2006. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

66

Schein, 1989, Organitational Psychology,
Third Edition, Englewood Cliff, Prentice Hall, New Jersey.
Siagian. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta, Jakarta.
Suad Husnan. 1990. Manajemen Personalia. BPFE. Yogyakarta.
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Bisnis.
Alfabeta. Bandung.
Suharsimi Arikunto, 1996, Manajemen
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
_______________, 2001, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Sukarna, 1992, Kepemimpinan dalam Administrasi, Mandar Maju, Bandung.
Suslu. 2006. Motivation of ESL Teachers,
journal: The Internet TESL, Vol. XII,
No. 1, January 2006, p-1-7.
Tua, Marihot E. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Grasindo. Jakarta.
Veithzal Rival, 2003. Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Perusahaan.
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Wahjosumidjo.2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wakiman. 2010. ”Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Kedisiplinan terhadap
Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar dengan Kepemimpinan
Kepala Sekolah Sebagai Variabel
Moderasi”. Tesis UNISRI Surakarta
(Tidak dipublikasikan).
Winardi. 2000. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Alumni, Bandung.
Yulk Gary, 2001, Kepemimpinan dalam
Organisasi, Alih Bahasa Yusuf
Udaya, Prenhallindo, Jakarta.

Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 7 No. 1 Juni 2013: 53 – 66

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25