INTENSIFIKASI PAJAK DAERAH UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PRINGSEWU

  

INTENSIFIKASI PAJAK DAERAH UNTUK PENINGKATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PRINGSEWU

(Jurnal Ilmiah)

Oleh

  

HARDINAL CUNDA DINATA

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

Pada

  

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

  

2018

  

ABSTRAK

  

INTENSIFIKASI PAJAK DAERAH UNTUK PENINGKATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

Hardinal Cunda Dinata, Prof. Dr. Yuswanto, S.H.,M.Hum., Marlia Eka

  

Putri A.T, S.H.,M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  Email : Sesuai dengan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahaannya sesuai dengan asas otonomi dan tugas pembantuan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah merupakan landasan yuridis pelaksanaan pemerintahan daerah yang menyebutkan bahwa daerah harus memiliki pendapatan daerah untuk pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Pringsewu yang merupakan kabupaten di Provinsi Lampung juga ikut melaksanakan otonomi daerah untuk melakukan pembangunan demi kesejahteraan rakyat. Sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah, pajak daerah merupakan salah satu aspek pendapatan asli daerah yang bisa digali potensi penerimaannya oleh pemerintah daerah melalui Badan Pendapatan Daerah khususnya di Kabupaten Pringsewu dengan cara Intensifikasi Pajak Daerah agar penerimaan pajak daerah bisa lebih optimal.

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah Intensifikasi Pajak Daerah di Kabupaten Pringsewu?; (2) Faktor-faktor apasajakah yang menjadi pendukung atau penghambat dalam Intensifikasi Pajak Daerah di Kabupaten Pringsewu?. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Jenis data yaitu data Primer dan data Sekunder yang dikumpulkan dengan wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Kabupaten Pringsewu melalui Instruksi Bupati Nomor B.02/INST/D.04/2013 Tentang Intensifikasi Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah melakukan upaya intensifikasi pajak daerah dengan cara sosialisasi, melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam operasional tempat pembayaran pajak, pembuatan sistem informasi pendapatan daerah, serta melakukan pembenahan sarana dan prasarana pendukung. (2) Kemudian faktor pendukung seperti (a) kerjasama yang dilakukan dengan pihak ketiga dalam hal perluasan penerimaan pajak; (b) bimbingan teknis dan pendidikan latihan untuk meningkatkan profesionalisme; (c) pemutakhiran data wajib pajak dan objek pajak. Kemudian faktor penghambat yaitu (a) rendahnya kemampuan pengelola pajak; (b) masih lemahnya sanksi hukum bagi pelanggar atau penunggak pajak.

  Kata Kunci : Intensifikasi, Pajak Daerah, Pendapatan Asli Daerah.

  

ABSTRACT

  

INTENSIFICATION OF REGIONAL TAX ON INCREASING REAL

REGIONAL INCOME IN PRINGSEWU REGENCY

By

Hardinal Cunda Dinata, Prof. Dr. Yuswanto, S.H., M.Hum, Marlia Eka

  

Putri A.T, S.H., M.H.

  Legal Section State Administration Faculty of Law University of Lampung.

  Street Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Email : hardinal10@gmail.com

  In accordance with the provisions of Article 18 of the 1945 Constitution of the State of the Republic of Indonesia, local governments have the authority to regulate and manage their own governmental affairs in accordance with the principle of autonomy and assistance tasks. Law Number 23 Year 2014 Concerning Regional Government is the juridical foundation of the implementation of regional government which states that regions should have regional revenue for the implementation of governance and development. Pringsewu which is a district in Lampung Province also participate in carrying out regional autonomy to do development for the welfare of the people. In accordance with the provisions of Law Number 28 Year 2009 on Local Taxes, local tax is one aspect of local revenue that can be extracted potential revenue by local governments through the Regional Income Board, especially in the District Pringsewu by means of Intensification of Regional Taxes so that tax revenue can be more optimal area .

  The problems in this research are: (1) How is the Intensification of Regional Tax in Pringsewu Regency ?; (2) What are the factors that support or inhibit the Regional Tax Intensification in Pringsewu Regency ?. This study uses a juridical normative and juridical empirical approach. Data types are Primary data and Secondary data collected by interview and documentation. Data analysis used is descriptive qualitative.

  The result of the research shows that: (1) Kabupaten Pringsewu through Bupati Instruction Number B02/INST/D.04/2013 About Intensification of Local Tax and Retribution Income to intensify local taxes by way of socialization, cooperation with third party in operation of payment place tax, making information system of regional income, and also repairing supporting facilities and infrastructures. (2) Then supporting factors such as (a) cooperation made with third parties in terms of expansion of tax revenue; (b) technical guidance and training education to promote professionalism; (c) updating of taxpayer data and tax object. Then the inhibiting factors are (a) the low ability of tax managers; (b) the lack of legal sanctions for tax offenders or delinquents.

  Keywords: Intensification, Local Tax, Local Revenue.

I. PENDAHULUAN

  Pemerintah sebagai alat kelengkapan negara dapat diartikan secara luas dan dalam arti sempit. Pemerintah dalam arti luas mencakup semua alat kelengkapan negara, yang terdiri dari cabang-cabang kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudisial atau alat-alat kelengkapan negara lain yang bertindak untuk dan atas nama negara. Pemerintah juga dapat diartikan dalam arti sempit yaitu pemangku jabatan sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif atau secara lebih sempit, pemerintah sebagai penyelenggara administrasi negara.

  dalam suatu negara yang diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan. Pelaksanaan pemerintahan hanya dapat dailaksanakan dengan adanya beberapa unsur pendukung, salah satunya adalah tersedianya dana yang memadai, sebab tanpa dukungan dana, semua program pemerintah tidak akan dapat dilaksanakan dan itu berarti fungsi pemerintah dalam suatu negara tidak berjalan secara optimal. Dana yang diperoleh negara merupakan penerimaan yang dipergunakan untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Anggaran tersebut merupakan uraian pembiayaan yang dipergunakan penyelenggara pemerintahan dan keperluan pembangunan.

  2

  1 Nurmayani, Hukum Administrasi Daerah, (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2015), hlm 2. 2 Mustaqiem, Pajak Daerah, Dalam Transisi Otonomi Daerah, (Yogyakarta,: FH UII

  Dalam era otonomi daerah sekarang ini, pemerintah daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya antara lain untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan untuk mendorong timbulnya inovasi. Sejalan dengan kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber pembiayaan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pelaksanaan otonomi di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor

1 Pemerintah adalah entitas masyarakat

  33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua Undang-Undang ini merupakan perwujudan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah yang secara proporsional diwujudkan dalam bentuk, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta adanya perimbangan antara keuangan pusat dan daerah.

  3 3 Adrian Sutedi, Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah Dalam Kerangka Otonomi Daerah, (Jakarta: Sinar UU Nomor 23 Tahun 2014 yang merupakan landasan yuridis bagi penyelenggaraan otonomi daerah, secara jelas mengisyaratkan kepada pemerintah daerah untuk lebih mandiri dalam melaksanakan dan sekaligus mensukseskan program yang telah direncanakan dan dicanangkan dalam memajukan dan membangun daerahnya sendiri.

  Pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas-tugas berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana yang diamanatkan UU Nomor 23 Tahun 2014, setiap daerah salah satunya harus memiliki pendapatan daerah yang cukup dan memadai. Oleh karena itu, pendapatan daerah merupakan sumber dana yang harus digali secara optimal untuk menunjang pembangunan pemerintah daerah. Pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung dengan adanya pendapatan daerah yang memadai, menurut ketentuan UU Nomor 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa salah satu pendapatan asli daerah adalah Pajak Daerah. Pajak daerah dalam otonomi daerah merupakan sumber pendapatan daerah agar daerah mampu mengatur, mengurus rumah tangganya sendiri dan dapat menjalankan roda pemerintahan.

  Optimalisasi pemungutan pajak bermaksud untuk memasukan dana ke kas negara berdasarkan undang- undang perpajakan yang berlaku dengan maksud :

  1) Jangan sampai ada Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

  2) Jangan sampai ada Objek Pajak yang terlepas dari pengamatan fiskus atau tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak kepada fiskus.

  Optimalisasi pemungutan pajak juga ditentukan oleh :

  1. Sistem pemungutan pajak Ada tiga jenis sistem pemungutan pajak, yaitu :

  a) Self Assesment System, yaitu

  suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya.

  b) Official Assessment System,

  yaitu suatu sistem perpajakan dimana inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada pada di pihak fiskus.

  c) Witholding Tax System, yaitu

  suatu sistem perpajakan dimana pihak ketiga diberi kepercayaan oleh undang- undang perpajakan untuk memotong pajak. Disini yang berperan adalah pihak ketiga, bukan fiskus maupun Wajib Pajak.

  2. Faktor Lainnya

  a) Filsafat Negara, dimana negara dengan ideologi yang berorientasi pada kepentingan kesejahteraan rakyat banyak, akan mendapat dukungan dari rakyatnya dalam bentuk pembayaran pajak. Negara yang demokratis akan selalu memberi kesempatan pada rakyatnya untuk ikut menentukan jumlah pajak yang akan dipungut dalam periode tertentu.

  b) Kejelasan undang-undang dan peraturan perpajakan, mudah dilaksanakan dan sederhana serta tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda baik bagi fiskus maupun Wajib Pajak, akan menimbulkan kesadaran dan kepatuhan perpajakan sekaligus memperlancar arus dana ke kas negara.

  c) Tingkat pendidikan penduduk atau wajib pajak, secara umum makin tinggi pedidikan Wajib Pajak maka akan semakin mudah bagi mereka memahami peraturan perpajakan dan tinggi pula kesadaran untuk membayar pajak.

  d) Kualitas dan kuantitas petugas pajak.

  e) Strategi yang diterapkan organisasi yang mengadministrasikan pajak.

  khusunya dalam sektor pajak daerah ini juga dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pringsewu dengan tujuan agar pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat berjalan optimal dan sesuai dengan tujuan otonomi daerah. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam hal meningkatkan PAD dalam bidang pajak daerah adalah dengan cara Intensifikasi Pajak Daerah. Kegiatan intensifikasi pajak ini berfungsi untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak Daerah yaitu dengan cara mengoptimalkan penerimaan dengan cara meningkatkan kinerja aparatur pengelola pungutan maupun penerapan aspek teknik pungutan secara proporsional dan profesional. Kebijakan dan usaha intensifikasi adalah berupa peningkatan Pajak Daerah dari sumber-sumber pajak daerah yang telah ada atau sudah berjalan sebelumnya. 4 Yuswanto DKK, Hukum Pajak, (Bandar

  Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Intensifikasi Pajak Daerah Untuk Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pringsewu” Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: a.

  Bagaimanakah intensifikasi pajak daerah di Kabupaten Pringsewu? b.

  Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendukung atau penghambat dalam intensifikasi pajak daerah di Kabupaten Pringsewu?

4 Usaha untuk meningkatkan PAD

  II. METODE PENELITIAN

  2.1. Pendekatan Masalah

  Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.

  5 Pendekatan

  masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

  1. Pendekatan secara yuridis normatif Pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

  6 5 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum,. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 112. 6 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat ), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm.

2. Pendekatan secara yuridis empiris

  Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut.

  Sumber dan jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:

  Hukum, ( Jakarta: Universitas Indonesia UI-

  Badan Pendapatan Dearah merupakan unsur pelaksana tugas Bupati dibidang Pendapatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan dibawah dan 9 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian

  3.1 Kewenangan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Pringsewu

  III. PEMBAHASAN

  Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah analisis yang diwujudkan dengan cara menggambarkan kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian ini. Hasil analisis tersebut kemudian di interpretasikan guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang jelas terhadap permasalahan yang diajukan.

  2.3. Analisis Data

  terkait dengan Pengajuan keberatan oleh wajib pajak penghasilan dan pengenaan sanksi denda. Studi lapangan dilakukan dengan wawancara langsung dan memberikan pertanyaan kepada responden penelitian dengan pertanyaan yang telah dipersiapkan.

  9

  Studi lapangan, dilakukan melalui penelitian langsung dilapangan guna memperoleh informasi yang dibutuhkan

2.2. Sumber dan Jenis Data

  mengutip, mencatat, dan memahami berbagai literatur yang terkait dengan objek penelitian baik berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. 7 Ibid. hlm.61. 8 b.

  research) dengan cara membaca,

  Pengumpulan data, dilakukan melalui Studi Kepustakaan (library

  digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Data merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian, karena dalam penelitian hukum normatif yang dikaji adalah bahan hukum yang berisi aturan-aturan yang bersifat normatif.

  Data Primer Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.

  7 1.

2. Data Sekunder

8 Metode pengumpulan data yang

  bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Adapun yang menjadi kewenangan Bapenda Kabupaten Pringsewu dalam PAD yaitu penerimaan Pajak Daerah.

  Jenis Pajak Daerah yang dikelola atau menjadi kewenangan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Pringsewu ada Sepuluh jenis pajak berdasarkan Perda Kabupaten Pringsewu Nomor 14 Tahun 2013 Tentang Pajak Daerah sebagai berikut:

  Pajak Restoran / Rumah Makan 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Mineral Bukan Logam Dan

  Batuan 7. Pajak Parkir 8.

  Pajak Air Bawah Tanah 9. Pajak BPHTB 10.

  PBB-P2

  Bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah maka Pemerintah Daerah berkewajiban untuk memaksimalkan penerimaan pajak guna membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah. Sesuai amanat Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 Bupati Pringsewu Mengeluarkan Instruksi Bupati Nomor B.02/INST/D.04/2013 Tentang Intensifikasi Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

  Kabupaten Pringsewu. Bapenda Kabupaten Pringsewu dituntut untuk lebih mengoptimalkan penerimaan daerah khususnya Pajak Daerah melalui Intensifikasi.

  Menurut hasil wawancara dengan Bapak Kamarudin,S.H selaku Kepala Bidang Pengendalian dan Pelaporan pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Pringsewu langkah- langkah yang dilakukan Bapenda Kabupaten Pringsewu terkait Intensifikasi Pajak daerah, antara lain:

  10 a.

1. Pajak Hotel 2.

  Bapenda Kabupaten Pringsewu terus berusaha dalam meningkatkan penerimaan Pajak Daerah demi pencapaian target realisasi yang telah dirancang sebelumnya. Bapenda aktif melaksanakan sosialisai tentang pajak kepada warga masyarakat agar mereka tahu sebagai wajib pajak sangat penting untuk membayar pajak, dan meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah dengan cara melakukan sosialisasi secara kontinyu kepada masyarakat wajib pajak melalui sosialisasi pajak, Media Masa (radio dan surat kabar), tatap muka dengan pelaku usaha dan juga sosialisasi melalui spanduk, banner, atau baleho; b. Dalam perluasan penerimaan

3.2 Intensifikasi Pajak Daerah Untuk Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pingsewu

  Pajak Daerah, Bapenda Kabupaten Pringsewu terus melakukan upaya agar penerimaan pajak daerah terus meningkat dengan cara 10 Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan

  Bpk Kamarudin, S.H selaku Kepala Bidang Pengendalian dan Pelaporan Bapenda menciptkan koordinasi dengan pihak ketiga seperti pada Bank Lampung sebagai Bank Operasional tempat pembayaran PBB-P2 di wilayah Kabupaten Pringsewu yang telah menjalin kerjasama sejak 27 Juni 2013 yang bertujuan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pembayaran PBB-P2, kepastian hukum, transparansi dan dukungan administrasi keuangan.

  Kemudian juga melakukan kerjasama dengan pihak ketiga lainnya seperti dengan PT. PLN (Persero) dalam hal pembayaran listrik dari pascabayar menjadi prabayar yang memberikan kemudahan bagi wajib pajak, meningkatkan sinergitas dan keterpaduan dalam penyampaian data, informasi, dan pembayaran serta memberikan sumbangan penerimaan untuk Pajak Penerangan Jalan dalam meningkatkan pendapatan daerah yang dilakukan sejak 24 Agustus 2017.

  Selanjutnya sejak Juni 2017 upaya Bapenda dalam optimalisasi pemungutan pajak restoran yang dilaksanakan dengan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Pringsewu dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pringsewu dalam hal pembayaran pajak restoran pada kegiatan makan dan minum yang diselenggarakan di lingkungan Organisasi Perangkat Daerah agar menyarankan pada penyedia jasa makanan atau minuman pada kegiatan yang diselenggarakan OPD untuk menyetorkan pajak restoran ke Kas Daerah

  Kabupaten Pringsewu melalui Bapenda, sehingga dalam kegiatan optimalisasi dalam pemungutan pajak restoran ini diharapkan penerimaan pajak restoran lebih meningkat.

  c.

  Melakukan pembenahan sarana dan prasarana pendukung secara bertahap, diantaranya : 1.

  Unit pelayanan Pajak Daerah sebagai tempat pelayanan terkait pajak daerah (Informasi, Pendaftaran, Keberatan atau keringanan sampai dengan pembayaran).

  2. Pembuatan Sistem Informasi Manajemen Pendapatan Daerah (SIMPATDA) yang bertujuan untuk menata atau pengadministrasian data wajib pajak atau objek pajak, pendaftaran wajib pajak, pembayaran sampai dengan pelaporan.

  3. Pengadaan dan pemasangan alat atau sistem pelaporan data transaksi usaha secara online pada tempat usaha, sehingga dapat membantu wajib pajak dalam melaporkan data transaksi dan besarnya pajak yang harus dibayar (self assessment ).

  4. Pemutahiran data secara bertahap, pendataan Nilai Pasar Tanah sebagai acuan atau pembanding dalam penetapan Pajak BPHTB.

  5. Melakukan pembenahan data (update) secara berkesinambungan melalui pendataan mandiri yang dilaksanakan oleh aparat Pekon atau Kelurahan, swakelola bekerjasama dengan pihak ketiga.

  6. Memberikan reward atau penghargaan kepada aparat yang berprestasi dalam pencapaian target penerimaan Pajak. Bapenda selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, sejak Tahun 2014 Bapenda Kabupaten Pringsewu selalu memberikan reward atau penghargaan kepada Wajib Pajak atau petugas pemungut pajak seperti Kepala Pekon dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dengan memberikan penghargaan berupa sertifikat dan uang yang bersumber dari Kas Daerah, jika dinilai mereka telah mencapai target pemungutan pajak, namun sejak tahun 2016 Bapenda berdasarkan instruksi BPKP agar memberikan penghargaan dari uang menjadi barang, yang berupa alat potong rumput untuk petugas pemungut pajak PBB seperti Kepala Pekon yang dinilai berhasil mencapai target.

  Bimbingan Teknis pengoperasionalan sistem pendapatan kepada aparat pengelola pendapatan (Pajak Daerah dan Retriusi Daerah) agar aparatur pengelola dapat menguasai sistem pendapatan yang terintegrasi, tepat waktu dan akurat.

  8. Melakukan kerjasama dengan BPKP dalam hal pembuatan sistem (SIMDA Pendapatan).

  d.

  Seacara rutin melakukan pengarahan (intern) kepada aparatur berkaitan dengan pelaksanaan tugas guna meningkatkan kemapuan atau kapasitas aparatur, dan pelatihan atau bimbingan teknis SIMDA Pendapatan bersama SKPD terkait.

  3.3 Faktor Pendukung atau Penghambat Intensifikasi Pajak Daerah Di Kabupaten Pringsewu

  Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara peneliti dengan Bapak Kamarudin,S.H., selaku kepala bidang pengendalian dan pelaporan pada Bapenda Kabupaten Pringsewu berikut pendukung atau penhambat Intensifikasi Pajak Daerah di Kabupaten Pringsewu, antara lain : Faktor pendukung dalam upaya Intensifikasi Pajak Daerah Kabupaten Pringsewu: 1.

  Sesuai dengan Instruksi Bupati Pringsewu kepada Badan Pendapatan Daerah mengenai upaya optimalisasi penerimaan Pajak Daerah melalui Intensifikasi, Bapenda terus berupaya untuk mewujudkan penerimaan pajak daerah yang maksimal dengan terus melakukan evaluasi dan perencanaan target penerimaan atau realisasi pajak daerah. Salah satu upaya yang dilakukan dengan semaksimal mungkin menekan biaya pemungutan pajak dan mengoptimalkan penerimaan. Adanya bantuan kerjasama dengan beberapa pihak ketiga yang dilakukan Bapenda terbukti meningkatkan penerimaan pajak daerah dengan kenaikan realisasi pajak tiap tahunnya.

7. Melakukan

  2. Bimbingan teknis dan pendidikan latihan yang terus diselenggarakan dan diikuti oleh Bapenda terus meningkatkan kemampuan dan profesionalisme para pengelola pajak.

  3. Pemutakhiran data wajib pajak dan objek pajak yang terus dilakukan Bapenda yang berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak daerah.

  Kemudian beberapa faktor penghambat upaya Intensifikasi pajak daerah di Kabupaten Pringsewu antara lain :

  1. Rendahnya kemampuan yang ada seperti terbatasnya personil sumber daya manusia pengelola pajak di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Pringsewu.

  2. Setelah beberapa upaya sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat agar taat pajak masih ada beberapa masyarakat yang kurang ikut serta berpartisipasi dalam membayar pajak, namun hal ini terus ditekan oleh Bapenda dengan melakukakan berbagai upaya seperti upaya persuasif atau pendekatan terhadap penunggak pajak, dan jika setelah dilakukan upaya persuasif tidak juga diindahkan oleh penunggak pajak maka Bapenda akan turun lapang secara langsung dengan melibatkan Kejaksaan bila memang dibutuhkan jika jumlah tunggakan pajak tersebut dinilai besar.

  3. Masih lemahnya sanksi hukum bagi pelanggar atau penunggak pajak; 4. Nilai Jual Objek Pajak pada

  Pajak Bumi dan Bangunan yang masih rendah atau dibawah nilai pasar wajar yang tidak sesuai dengan daerah.

  IV. PENUTUP

  4.1 Kesimpulan

  Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah :

  1. Upaya Intensifikasi Pajak Daerah yang dialakukan merupakan upaya optimalisasi penerimaan Pajak Daerah untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah agar roda pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah terus berjalan.

  2. Dalam upaya peningkatan intensifikasi pajak daerah terdapat penghambat dan pendukung seperti (1). Rendahnya kemampuan dan terbatasnya personil pengelola pajak; (2). Masih lemahnya sanksi hukum bagi pelanggar/penunggak pajak; (3). NJOP PBB rendah atau dibawah nilai pasar wajar.

  4.2 Saran

  Saran dalam penelitian ini sebagai berikut :

  1. Hendaknya Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Pringsewu terus melakukan upaya bimbingan teknis dan pendidikan latihan untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme sumber daya manusia atau personil pengelola pajak agar upaya Intensifikasi Pajak Daerah bisa berjalan lebih optimal lagi.

  2. Terus meningkatkan intensitas sosialisai pajak kepada warga masyarakat agar terwujudnya masyarakat Kabupaten Pringsewu yang taat pajak.

  3. Membenahi aturan dan sanksi hukum bagi pelanggar pajak agar masyarakat lebih taat pajak dan memberikan efek jera pada menunggak pajak.

  4. Memperhitungkan kembali nilai jual objek pajak pada pajak bumi dan bangunan agar bisa sesuai dengan nilai pasar wajar yang sesuai dengan daerah.

  

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, AbdulKadir. 2004.

  Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti.

  Mustaqiem, 2008, Pajak Daerah Dalam Transisi Otonomi Daerah, Yogyakarta : FH UII Press.

  Nurmayani, 2015, Hukum Administrasi Daerah, Bandar Lampung : Universitas Lampung.

  Soekanto, Soerjono & Sri Mamudj.

  2001. Penelitian Hukum Normatif Jakarta : Rajawali Pers. Sutedi, Adrian. 2011. Hukum Pajak, Jakarta : Sinar Grafika. Yuswanto Dkk, 2013, Hukum Pajak,

  Bandar Lampung : PKKPUU FH UNILA.