RECOVERY ASSET HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM ASPEK KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

RECOVERY ASSET HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM ASPEK KEBIJAKAN HUKUM PIDANA RECOVERY OF CORRUPTION ASSET

Mawardi

Kasi Intel Kejaksaan Provinsi Nusa Tenggara Barat Mawardi_76@yahoo.co.id

Naskah diterima : 22/12/2014; direvisi : 26/01/2015; disetujui : 05/04/2015

Abstract Asset recovery implementation that perform by prosecutor based on Article 18 letter b Law Number

31 Year 1999 on Corruption Eradication juncto Law Number 20 Year 2001 on Amendment Law Number 31 Year 1999 on Corruption Eradication. Whether there is any loss from corruption, it will rise obligation toward the convict to restitute amount of money as the consequence of their action. To restitute the money, it can be done by confiscation or auction the corruption result by the convict equal to the loss. Attorney General can perform the execution for asset recovery to accomplish corruption case.

Key Word : Recovery, Corruption Asset, Criminal law

Abstrak Pelaksanaan recovery asset yang dilakukan oleh Jaksa mengacu pada Pasal 18 huruf b Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU Nomor 20 Tahun 2001 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan ada tidaknya kerugian Negara yang terjadi akibat tindak pidana korupsi yang menjadi kewajiban bagi terpidana kasus korupsi untuk melakukan penggantian uang Negara akibat perbuatannya yang dapat dilakukan melalui sita atau lelang dari hasil korupsinya oleh terdakwa dengan pidana denda uang pengganti sebesar nilai kerugian yang diakibatkan dan instansi Kejaksaan Agung dapat melakukan eksekusi demi recovery asset untuk menuntaskan kasus-kasus korupsi yang ada tanpa mengurangi isi/materi hukum tidak boleh diinterpretasikan secara baku/sebagaimana adanya seperti yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

Key word : Pengembalian Aset, Korupsi, Pidana

PENDAHULUAN

nilai-nilai konstitusi dapat dikatakan mewakili tingkat peradaban suatu bangsa.

d alam perkembangan sejarah kehidupan

ber bangsa dan bernegara, konstitusi Dasar keberadaan konstitusi adalah me nempati posisi yang sangat penting. kesepa katan umum atau persetujuan Pengertian dan materi muatan konstitusi (consensus) di antara mayo ritas rakyat senantiasa berkembang seiring dengan mengenai bangunan yang diidealkan perkembangan peradaban manusia dan berkenaan dengan negara. Konstitusi organisasi kenegaraan. Dengan meneliti merupakan konsensus bersama atau dan mengkaji konstitusi, dapat diketahui general agreement seluruh warga negara. prinsip-prinsip dasar kehidupan bersama Organisasi negara itu diperlukan oleh dan penyelenggaraan negara serta struktur warga masyarakat politik agar kepentingan organisasi suatu negara tertentu, bahkan mereka bersama dapat dilindungi atau

dipromosikan melalui pembentukan dan

Kajian Hukum dan Keadilan 74 IUS

Mawardi|Recovery Asset Hasil Tindak Pidana Korupsi dalam Aspek Kebijakan Hukum Pidana penggunaan mekanisme yang disebut untuk menyelenggarakan peradilan guna

negara. 1 menegakkan hukum dan keadilan. Perubahan Undang-Undang Dasar Undang-undang Nomor 31 Tahun

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun telah membawa perubahan dalam ke- 2001 telah mengatur tentang perbuatan- hidupan ketatanegaraan khususnya dalam perbuatan yang dilarang dan diancam pelaksanaan kekuasaan kehakiman. dengan pidana terhadap orang yang Undang-Undang Dasar Negara Republik melanggar aturan tentang korupsi. Salah Indonesia Tahun 1945 menegaskan satu bentuk ancaman pidana yang diatur bahwa “Indonesia adalah Negara berdasar dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasar 1999 Jo. Undang-Undang No. 20 Tahun atas kekuasaan belaka (machtsstaat), 2001 adalah perintah membayar uang disamping itu ada prinsip lain yang erat pengganti kerugian Negara, ancaman dengan prinsip negara hukum yaitu pidana tambahan yang berupa membayar pemerintah berdasarkan atas sistem uang pengganti merupakan jenis pidana konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat baru yang sebelumnya tidak diatur/dikenal absolutisme (kekuasaan yang tidak di dalam sistem hukum pidana Indonesia. terbatas). Prinsip ini mengandung makna Dikaji dari perspektif yuridis, tindak ada pembagian kekuasaan negara dan pidana korupsi merupakan kejahatan

yang luar biasa (extra ordinary crimes). Hans Kelsen menjadikan satu dari

pembatasan kekuasaan” 2 .

Dengan memperhatikan perkembangan empat syarat untuk adanya “Negara tindak pidana korupsi, baik dari sisi Hukum”, yaitu syarat lembaga peradilan kuantitas maupun dari sisi kualitas, dan yang bebas dan mandiri. Kebebasan dan setelah mengkajinya secara mendalam, kemandirian hakim mengandung makna maka tindaklah berlebihan jika dikatakan bahwa putusan hakim tidak boleh atas bahwa korupsi di Indonesia bukan dasar tekanan opini publik atau tekanan merupakan kejahatan biasa (ordinary pernyataan-pernyataan yang menurut crimes) melainkan sudah merupakan

istilah Achmad Ali 3 sebagai “pernyataan kejahatan yang sangat luar biasa (extra monopoli kebenaran”, yang ingin me- ordinary crimes). Selanjutnya, jika dikaji maksakan kepentingannya agar hakim dari sisi akibat atau dampak negatif yang memutus sesuai kepentingan kelompok sangat merusak tatanan kehidupan bangsa mereka.

Indonesia sejak pemerintahan Orde Baru sampai saat ini, jelas bahwa perbuatan

Sejalan dengan ketentuan tersebut korupsi merupakan perampasan hak

maka salah satu prinsip penting negara ekonomi dan hak sosial rakyat Indonesia. hukum adalah jaminan penyelenggaraan

kekuasaan kehakiman yang merdeka, Pada hakikatnya Undang-Undang No- bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya mor 31 Tahun 1999 merupakan hukum positif Indonesia (Ius Constittum/Ius ope-

1 Jimlly Asshiddiqie, Konstitusi dan Hak Asasi Ma-

ratum) untuk pemberantasan tindak

nusia, disampaikan pada Lecture Peringatan 10 Tahun Kontras. Jakarta, 26 Maret 2008, hal 1.

pidana korupsi maka Undang - Undang

2 Ni’ matul Huda, Negara Hukum, Demokrasi & Ju-

Nomor 31 Tahun 1999 terdiri dari 7 bab, 45

dicial Review, UII Press, Yogyakarta, 2005,hal 105 3 Ahmad Ali, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap

pasal, diundangkan dan mulai berlaku sejak

Hukum, Jakarta : Yasrif, 1998, hal. 30.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 75

J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m,

76 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

tanggal 16 Agustus 1999. Latar belakang pertimbangan pembentukan UU No. 31 Tahun 1999 karena Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Terkait korupsi yang terjadi saat ini banyak masyarakat beranggapan bahwa korupsi adalah perbuatan yang merugikan keuangan Negara, untuk dapat memahami bagaimana sebenarnya suatu tindakan dikatakan telah merugikan keuangan negara, maka berikut ini akan dijelaskan pengertian kerugian negara. Kerugian negara yang ditimbulkan dari akibat perbuatan tindak pidana korupsi yang dimaksud adalah adanya kerugian yang ditimbulkan pada keuangan negara atau perekonomian negara.

Berdasarkan Pasal 1 Angka 22 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang dimaksud dengan kerugian negara atau daerah adalah:

Kekurangan uang, surat berharga dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dapat di kemukakan unsur-unsur dari kerugian negara yaitu : pertama; Kerugian negara merupakan berkurangnya keuangan negara berupa uang berharga, barang milik negara dari jumlahnya dan/ atau nilai yang seharusnya. Kedua; kekurangan

dalam

keuangan negara tersebut harus nyata dan pasti jumlahnya atau dengan perkataan lain kerugian tersebut benar-benar telah terjadi dengan jumlah kerugian yang secara pasti dapat ditentukan besarnya, dengan demikian kerugian negara tersebut hanya merupakan indikasi atau berupa potensi terjadinya kerugian. Ketiga; Kerugian ter- sebut akibat perbuatan melawan hukum,

baik sengaja maupun lalai, unsur melawan hukum harus dapat dibuktikan secara cermat dan tepat.

Dari beberapa ketentuan di atas, dapat dikatakan bahwa konsep kerugian keuangan negara dalam arti delik materiil tidak dapat lagi digunakan atau tidak dapat lagi dipertahankan karena untuk dapat atau tidaknya suatu tindakan dikatakan sebagai korupsi harus adanya tindakan persiapan yang dilakukan tetapi belum nyata dapat merugikan keuangan negara. Tindakan persiapan tersebut juga akan mengarah pada perbuatan yang dapat merugikan keuangan negara, sehingga untuk mencegah agar suatu tindak pidana korupsi yang betul-betul merugikan keuangan negara maka sebaiknya dipergunakan konsep delik formil dalam menentukan apakah telah terjadi kerugian keuangan negara atau tidak

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian keuangan negara. Terhadap kerugian keuangan negara ini membuat UU Korupsi baik yang yaitu UU No. 3 tahun 1971 maupun yang baru yaitu UU No. 31 tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2001, menetapkan kebijakan bahwa kerugian keuangan negara itu harus dikembalikan atau diganti oleh pelaku korupsi (Asset Recovery).Yang menjadi pertanyaan, mengapa kerugian keuangan negara harus dikembalikan oleh pelaku tindak pidana korupsi? Unrtuk itu dapat dianalisis dari pemikiran Utilitarianisme yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham, dengan prinsip the principle of utility yang berbunyi the greatest happiness of the greatest number (kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar). Prinsip kegunaan ini menjadi norma untuk tindakan-tindakan pribadi ataupun kebijakan pemerintah melalui pembentukan hukum. Dengan demikian, undang-undang yang banyak memberikan kebahagiaan pada bagian

Mawardi|Recovery Asset Hasil Tindak Pidana Korupsi dalam Aspek Kebijakan Hukum Pidana terbesar masyarakat akan dinilai sebagai Pencucian Uang (UU TPPU); UU No. 1

undang-undang yang baik. Karena itu tugas tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik hukum adalah memelihara kebaikan dan Dalam Masalah Pidana. mencegah kejahatan. Tegasnya memelihara

Dalam Undang-Undang Korupsi ter- kegunaan Dalam kajian lain dinyatakan

sebut, pengembalian kerugian keuangan bahwa Bentham berpandangan bahwa negara dapat dilakukan melalui dua tujuan hukum adalah dapat memberikan

instrument hukum yaitu instrument pidana jaminan kebahagiaan bagi individu- dan instrument perdata. Instrumen pidana individu. Bentham mengusulkan suatu

dilakukan oleh penyidik dengan menyita klasifikasi kejahatan yang didadaskan harta benda milik pelaku yang sebelumnya atas berat tidaknya pelanggaran dan yang

telah diputus pengadilan dengan putusan terakhir ini diukur berdasarkan kesusahan pidana tambahan berupa uang pengganti atau penderitaan yang diakibatkannya

kerugian keuangan negara oleh hakim dan

terhadap para korban atau masyarakat 4

selanjutnya oleh penuntut umum dituntut Pandangan Thomas Aquinas juga dapat agar dirampas oleh hakim. Sementara membenarkan tindakan negara dalam instrument perdata (melalui Pasal 32. 33, pengaturan pengembalian asset negara.

34) UU No. 31 tahun 1999 dan Pasal 38 Bahwa dasar pemikirannya terkait apa yang

C UU No. 20 tahun 2001) yang dilakukan menurut Aquinas sebagai keadilan umum oleh Jaksa Pengacara Negara (JPN) atau (justitia generalis). Keadilan umum adalah instansi yang dirugikan. keadilan menurut kehendak undang-

Upaya pengembalian kerugian keuangan undang yang harus ditunaikan demi

5 kepentingan umum. negara yang menggunakan instrumen perdata, sepenuhnya tunduk pada disiplin

Berkaitan dengan pengaturan pe- hukum perdata materiil maupun formil, ngembalian aset tersebut di atas, pemerintah meskipun berkaitan dengan tindak pidana Indonesia telah menerbitkan pelbagai korupsi. Berbeda dengan proses pidana peraturan yang dapat dijadikan sebagai yang menggunakan system pembuktian dasar/landasan dalam upaya pemerintah materiil, maka proses perdata menganut untuk mengembalikan kerugian keuangan system pembuktian formil yang dalam negara sebagai akibat dari tindak pidana praktiknya bisa lebih sulit daripada korupsi. Upaya-upaya dimaksud diatur pembuktian materiil. Dalam tindak pidana dalam : UU No 31 tahun 1999 sebagaimana korupsi khususnya disamping penuntut diubah dengan UU No. 20 tahun 2001 umum, terdakwa juga mempunyai beban tentang Pemberantasan Tindak Pidana pembuktian, yaitu terdakwa wajib mem- Korupsi (UU Korupsi); UU No. 7 tahun buktikan bahwa harta benda miliknya 2006 tentang Pengesahan United Nations diperoleh bukan karena korupsi. Convention Against Corruption (Konvensi

Pemberian sanksi untuk melakukan Anti Korupsi); UU 15 tahun 2002 pembayaran uang pengganti merupakan sebagaimana diubah dengan UU No.

konsekuensi dari akibat tindak pidana

25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana korupsi yang dapat merugikan keuangan

4 Muhammad Erwin dan Amrullah Arpan, Filsafat

negara atau perekonomian negara, sehingga

Hukum, Penerbit UNSRI, Palembang, 2007, hal. 42

untuk mengembalikan kerugian tersebut

E. Sumaryono, Etika Hukum (Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas), Kanisius, Yogyakar-

diperlukan sarana yuridis yakni dalam

ta,2000, hal. 160

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 77

J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 74~92

bentuk pembayaran uang pengganti, Barang rampasan itu adalah barang yang dengan demikian maka cukup beralasan merupakan alat atau barang bukti, dan untuk mengkaji dan menganalisis terhadap barang bukti tersebut dapat dilelang apabila kewenangan pengadilan dalam hal ini yang telah diputuskan oleh Pengadilan dan dilihat dari pengadilan itu sendiri adalah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. hakim dalam menyelesaikan tindak pidana

Uang pengganti merupakan suatu korupsi yang melaksanakan kekuasaan

bentuk hukuman (pidana) tambahan dalam kehakiman yang bebas, merdeka dan perkara korupsi. Pada hakikatnya baik independent terutama dalam kaitannya

secara hukum maupun doktrin, hakim dengan kewenangan hakim untuk me- tidak diwajibkan selalu menjatuhkan nerapkan hukum tertentu seperti pem-

pidana tambahan. Walaupun demikian, buktian terbalik atas perkara tindak pidana khusus untuk perkara korupsi hal tersebut korupsi. Mengingat Barang sitaan yang

perlu untuk diperhatikan. Hal tersebut dalam ketentuan acara pidana juga disebut disebabkan karena korupsi adalah suatu dengan benda sitaan demikian yang diatur

perbuatan yang bertentangan dengan dalam Pasal 1 Angka 4 PP Nomor 27 hukum yang merugikan atau dapat Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab

merugikan keuangan negara. Dalam hal ini Undang-Undang Hukum Acara Pidana. kerugian negara tersebut harus dipulihkan. Sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal

39 Ayat (1) KUHAP, lingkup dari barang Salah satu cara yang dapat dipakai guna sitaan tersebut adalah :

memulihkan kerugian negara tersebut

a. benda atau tagihan tersangka atau adalah dengan mewajibkan terdakwa yang terdakwa yang seluruh atau sebagian terbukti dan meyakinkan telah melakukan diduga diperoleh dan tindak pidana tindak pidana korupsi untuk mengembalikan atau sebagai hasil dan tindak pidana;

kepada negara hasil korupsinya tersebut

b. benda yang telah dipergunakan secara dalam wujud uang pengganti. Sehingga, langsung untuk melakukan tindak meskipun uang pengganti hanyalah pidana pidana atau untuk mempersiapkannya; tambahan, namun adalah sangat tidak

c. benda yang dipergunakan untuk me- bijaksana apabila membiarkan terdakwa nghalang-halangi penyidikan tindak tidak membayar uang pengganti sebagai pidana;

cara untuk memulihkan kerugian negara.

d. benda yang khusus dibuat atau Berdasarkan pemikiran yang telah diperuntukkan melakukan tindak diuraikan dalam latar belakang tersebut

pidana; di atas maka dapat dikemukakan pokok-

e. benda lain yang mempunyai hubungan pokok permasalahan sebagai adalah : langsung dengan tindak pidana yang Bagaimanakah penerapan recovery asset dilakukan.

dalam tindak pidana korupsi dan Apakah Selain itu dalam Ayat (2) menyebutkan yang menjadi kendala-kendala dalam

pula bahwa benda yang berada dalam menerapkan recovery asset terhadap sitaan karena perkara perdata atau penyelesaian tindak pidana korupsi?

karena pailit dapat juga disita untuk

kepentingan penyidikan, penuntutan dan PEMBAHASAN

mengadili perkara pidana, sepanjang me-

A. Penerapan Recovery Asset Dalam menuhi ketentuan ayat (1). Sedangkan

Tindak Pidana Korupsi

78 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Mawardi|Recovery Asset Hasil Tindak Pidana Korupsi dalam Aspek Kebijakan Hukum Pidana

Salah satu unsur dalam tindak pidana harta benda milik pelaku yang sebelumnya korupsi ialah adanya kerugian keuangan telah diiputus pengadilan dengan putusan negara. Terhadap kerugian keuangan negara pidana tambahan berupa uang pengganti ini membuat Undang-Undang Korupsi baik Dalam Naskah RUU Tipikor dari Pe- yang lama yaitu Undang-Undang No. 3 tahun merintah yang telah diserahkan kepada 1971 maupun yang baru yaitu Undang- DPR 25 Mei 2009, ada wacana untuuk Undang No. 31 tahun 1999 jo Undang- menghapus (hukuman) pidana tambahan Undang No. 20 tahun 2001, menetapkan berupa membayar uang pengganti. kebijakan bahwa kerugian keuangan negara

Emerson (Kooordinator ICW) menyata- itu harus dikembalikan atau diganti oleh kan ketentuan uang pengganti sebagai pelaku korupsi (Asset Recovery). Berkaitan

pidana tambahan sebelumnya diatur dalam dengan pengaturan pengembalian aset Pasal 18 Undang-Undang No 31 Tahun tersebut di atas, pemerintah Indonesia telah

1999 jo Undang-Undang No 20 Tahun menerbitkan pelbagai peraturan yang dapat 2001 tentang Pemberantasan Tindak dijadikan sebagai dasar/landasan dalam

Pidana Korupsi. Pada intinya pasal tersebut upaya pemerintah untuk mengembalikan menyebutkan pidana tambahan berupa kerugian keuangan negara sebagai akibat

pembayaran uang pengganti yang jumlahnya dari tindak pidana korupsi. Upaya-upaya sebanyak-banyaknya sama dengan harta dimaksud diatur dalam :

benda yang diperoleh dari suatu kejahatan

1. Undang-Undang No 31 tahun 1999 korupsi, kerugian keuangan negara oleh sebagaimana diubah dengan Undang- hakim - dan selanjutnya oleh penuntut Undang No. 20 tahun 2001 tentang umum dituntut agar dirampas oleh hakim. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Sementara instrument perdata (melalui (Undang-Undang Korupsi)

Pasal 32. 33, 34) Undang-Undang No.

31 tahun 1999 dan Pasal 38 C Undang- Pengesahan United Nations Convention Undang No. 20 tahun 2001) yang Against Corruption (Konvensi Anti dilakukan oleh Jaksa Pengacara Negara Korupsi)

2. Undang-Undang No. 7 tahun 2006 tentang

(JPN) atau instansi yang dirugikan. Upaya pengembalian kerugian keuangan negara

3. Undang-Undang 15 tahun 2002 yang menggunakan intrumen perdata, sebagaimana diubah dengan Undang- sepenuhnya tunduk pada disiplin hukum

Undang No. 25 tahun 2003 tentang Tindak perdata materiil maupun formil, meskipun Pidana Pencucian Uang (Undang-Undang berkaitan dengan tindak pidana korupsi.

TPPU) Berbeda dengan proses pidana yang me-

4. Undang-Undang No. 1 tahun 2006 tentang nggunakan system pembuktian materiil,

Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah maka proses perdata menganut system Pidana

pembuktian formil yang dalam praktiknya bisa lebih sulit daripada pembuktian

Dalam Undang-Undang Korupsi ter- materiil. Dalam tindak pidana korupsi sebut, pengembalian kerugian keuangan khususnya disamping penuntut umum, negara dapat dilakukan melalui dua ter dakwa juga mempunyai beban pe m- instrument hukum yaitu instrument pidana buktian, yaitu terdakwa wajib mem- dan instrument perdata. Instrumen pidana buktikan bahwa harta benda miliknya dilakukan oleh penyidik dengan menyita diperoleh bukan karena korupsi.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 79

J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 74~92

Beban pembuktian pada terdakwa ini adalah kerugian negara yang sudah dikenal dengan asas Pembalikan Beban dihitung jumlahnya berdasarkan hasil Pembuktian (Reversal Burden of Proof). temuan instansi yang berwenang atau Asas ini mengandung bahwa kepada akuntan Publik. ” Pengertian “nyata” di sini tersangka atau terdakwa sudah dianggap didasarkan pada adanya kerugian negara bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang sudah dapat dihitung jumlahnya oleh (Presumption of Guilt) Berlakunya asas instansi yang berwenang atau akuntan praduga bersalah mengacu pada system publik. Jadi pengertian “nyata” disejajarkan pemeriksaan terhadap tersangka yang atau diberi bobot hukum sama dengan dilakukan oleh penegak hokum di negara pengertian hukum “terbukti”. Dalam Amerika dengan system Crime Control sistem hukum di Indonesia, hanya Hakim Model, sehingga sejak tersangka ditangkap dalam suatu persidangan pengadilan yang dan ditahan, dia sudah dianggap bersalah mempunyai hak untuk menyatakan sesuatu atau menyatakan perang terhadap negara terbukti atau tidak terbukti. dengan menyewa tentara bayaran yaitu

6 Advokad. Perhitungan instansi yang berwenang atau akuntan publik tersebut dalam

Dalam proses peradilan, beban pem- siding pengadilan tidak mengikat hakim. buktian merupakan kewajiban Jaksa, yaitu Hakim tidak akan serta merta menerima oleh JPN atau instansi yang dirugikan. perhitungan tersebut sebagai perhitungan Dalam hubungan ini, berkewajiban mem- yang benar, sah dan karenanya mengikat. buktikan antara lain :

Demikian halnya dengan tergugat (ter- sangka, terdakwa atau terpidana) juga

1. Bahwa secara nyata telah ada kerugian dapat menolaknya sebagai perhitungan keuangan negara; yang benar atau sah dan dapat diiterima.

2. Kerugian keuangan negara sebagai Siapa yang dimaksud dengan “instansi akibat atau berkaitan dengan perbuatan yang berwenang” juga tidak jelas. Mungkin tersangka, terdakwa, atau terpidana

yang dimaksudkan adalah BPKP atau BPK. Mengenai akuntan publik juga tidak

3. Adanya harta benda milik tersangka, dijelaskan siapa yang menunjuk akuntan

terdakwa atau terpidana yang dapat publik tersebut digunakan untuk pengembalian kerugian keuangan negara.

Penggugat (JPN atau instansi yang dirugikan) harus dapat membuktikan

Untuk melaksanakan pengembalian uang bahwa mengingat (tersangka, terdakwa negara tersebut, sungguh tidak gampang.

atau terpidana) telah merugikan keuangan hal yang menghadang dalam praktik dapat negara dengan melakukan perbuatan tanpa

dicontohkan : hak (onrechmatige daad, factum illicitum).

Dalam Pasal 32, 33 dan 34 Undang- Beban ini sungguh tidak ringan, tetapi jaksa Undang No. 31 tahun 1999 terdapat selaku pengacara negara harus berhasil rumusan “secara nyata telah ada kerugian untuk bisa menuntut ganti rugi. negara”. Penjelasan Pasal 32 menyatakan

Kalau harta kekayaan tergugat (tersangka, bahwa yang dimaksud dengan “secara

terdakwa atau terpidana) pernah disita, hal nyata telah ada kerugian keuangan negara ini akan memudahkan penggugat (JPN atau

6 Romli Atmasasmita, Perbandingan Hukum Pidana,

instansi yang dirugikan) untuk melacaknya

Alumni, Bandung, 1998, hal. 23

80 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Mawardi|Recovery Asset Hasil Tindak Pidana Korupsi dalam Aspek Kebijakan Hukum Pidana kembali dan kemudian dapat dimohonkan proses pengembalian aset lazimnya dapat

oleh penggugat agar Hakim melakukan sita dilakukan melalui 4 tahapan, yaitu : jaminan (conservatoir beslag). Tetapi bila

1. pelacakan aset (Aset Tracing) dengan harta kekayaan tergugat belum atau (tidak tujuan untuk mengidentifikasi aset, bukti pernah disita), maka akan sulit bagi seorang

kepemilikan aset, lokasi penyimpanan aset jaksa untuk melacaknya, kemungkinan dalam kapasitas hubungan dengan tindak besar hasil korupsi telah diamankan dengan

pidana yang dilakukan; diatas namakan orang lain.

2. pembekuan atau perampasan aset dimana Pasal 38 C UU No. 20 tahun 2001 menurut Bab I Pasal 2 huruf f KAK 2003 menyatakan bahwa terhadap “harta benda

aspek ini ditentukan meliputi larangan milik terpidana yang diduga atau patut sementara untuk mentransfer, konversi, diduga berasal dari tindak pidana korupsi

disposisi, atau memindahkan kekayaan yang belum dikenakan perampasan untuk atau untuk sementara menanggung beban Negara dan negara dapat melakukan gugatan

dan tanggung jawab untuk mengurus dan perdata”. Dengan bekal “dugaan atau patut memelihara serta mengawasi kekayaan diduga” saja penggugat (JPN atau instansi

berdasarkan penetapan pengadilan atau yang dirugikan) pasti akan gagal menggugat penetapan lain yang mempunyai otoritas harta benda tergugat (terpidana). Peng-

yang berkompeten;

gugat harus bias membuktikan secara hokum bahwa harta benda tergugat berasal

3. penyitaan aset dimana menurut Bab I Pas- dari tindak pidana korupsi; “dugaan atau

al 2 huruf g KAK 2003 diartikan sebagai patut diduga” sama sekali tidak mempunyai

pencabutan kekayaan untuk selamanya kekuatan hokum dalam proses perdata.

berdasarkan penetapan pengadilan atau Proses perkara perdata dalam praktiknya

otoritas lain yang berkompetensi; berlangsung dengan memakan waktu

panjang, bahkan bisa berlarut-larut. Tidak 4. pengembalian dan penyerahan aset kepada

korban.

ada jaminan perkara perdata yang berkaitan dengan perkara korupsi akan memperoleh

Dalam system peradilan banyak berbagai prioritas.

teori yang berkaitan, ada yang menggunakan

Pentingnya masalah pengembalian as- pendekatan dikotomi ataupun pendekatan set bagi negara-negara berkembang yang trikotomi. Umumnya pendekatan dikotomi mengalami kerugian karena tindak pidana digunakan oleh teoritis hukum pidana korupsi, melihat masalah ini sebagai hal di Amerika Serikat, yaitu Herbet Packer, yang harus mendapat perhatian serius. seorang ahli hukum dari Universitas Bahkan sebenarnya beberapa negara me- Stanford, dengan pendekatan normatif yang nginginkan agar pengembalian asset diper- berorientasi pada nilai-nilai praktis dalam lakukan sebagai hak yang tidak dapat melaksanakan mekanisme proses peradilan dihapus atau dicabut.

pidana Di dalam pendekatan dikotomi ter- dapat dua model,diantaranya:

Pengembalian asset hasil korupsi dapat dilakukan melalui jalur Pidana (Asset

1. Crime control model, pemberantasan Recovery) secara tidak langsung melalui

kejahatan merupakan fungsi terpenting Criminal Recovery dan jalur Perdata

dan harus diwujudkan dari suatu proses (Asset Recovery) secara langsung melalui

peradilan pidana. Titik tekan dari model ini Civil Recovery. Melalui jalur Pidana,

yaitu efektifitas, kecepatan dan kepastian.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 81

J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 74~92

Pembuktian kesalahan tersangka sudah penyidikan, penangkapan, penahanan diperoleh di dalam proses pemeriksaan

dan peradilan serta adanya suatu reaksi oleh petugas kepolisian.

untuk setiap tahan pemeriksaan, maka dapat diharapkan seorang tersangka yang

Adapun nilai-nilai yang melandasi nyata-nyata tidak bersalah akan dapat crime control model adalah: memperoleh kebebasan dari tuduhan

a. Tindakan represif terhadap suatu melakukan kejahatan. Adapun nilai-nilai tindakan criminal merupakan fungsi

yang terkandung di dalam model ini adalah terpenting dari suatu proses peradilan;

a. Mengutamakan, formal-adjudicative

b. Perhatian utama harus ditujukan dan adversary fact-findings, hal ini kepada efisiensi dari suatu penegakan

berarti dalam setiap kasus tersangka hukum untuk menyeleksi tersangka,

harus diajukan ke muka pengadilan menetapkan kesalahannya dan men-

yang tidak memihak dan diperiksa jamin atau melindungi hak tersangka

sesudah tersangka memperoleh hak dalam proses peradilan;

yang penuh untuk mengajukan pem- belaannya;

c. Proses criminal penegakan hukum harus dilaksanakan berlandaskan

b. Menekankan pada pencegahan dan prinsip cepat dan tuntas, dan model

menghapuskan sejauh mungkin ke- yang dapat mendukung proses pe-

salahan mekanisme administrasi per- negakan hukum tersebut adalah model

adilan;

administratif dan merupakan model

c. Proses peradilan harus dikendalikan manajerial; agar dapat dicegah penggunaannya

d. Asas praduga bersalah akan me- sampai pada titik optimum karena nyebabkan system ini dilaksanakan

kekuasaan cenderung disalahgunakan secara efisien;

atau memilih potensi untuk me ne- mpatkan individu pada kekuasaanya

e. Proses penegakan hukum harus yang koersif dari Negara;

menitik beratkan kepada kualitas temuan-temuan fakta administrative,

d. Memegang tugus doktrin legal audit, oleh karena temuan tersebut akan

yaitu:

membawa ke arah:

1) Seorang dianggap bersalah apa bila

1) Pembebasan seorang tersangka dari penetapan kesalahannya dilaku- penuntutan, atau

kan secara procedural dan di- lakukan oleh mereka yang memilik

2) Kesediaan tersangka menyatakan ke wenangan untuk tugas itu; dirinya bersalah.

2) Seseorang tidak dapat dianggap

2. Due process model, model ini menekankan bersalah sekalipun kenyataan akan

seluruh temuan-temuan fakta dari suatu memberatkan jika perlindungan kasus yang diperoleh melalui prosedur

hukum yang diberikan undang- formal yang sudah ditetapkan oleh

undang kepada orang yang ber- undang-undang. Prosedur itu penting

sangkutan tidak efektif. Penetapan dan tidak boleh diabaikan, melalui suatu

kesalahan seseorang hanya dapat tahapan pemeriksaan yang ketat mulai dari

82 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Mawardi|Recovery Asset Hasil Tindak Pidana Korupsi dalam Aspek Kebijakan Hukum Pidana dilakukan oleh pengadilan yang

b. Kurungan Subsidair tidak memihak

Lamanya minimal 1 hari maksimum

6 bulan dan dapat ditambah sampai lebih diutamakan

e. Gagasan persamaan di muka hukum

8 bulan dalam ini gabungan tindak pidana, pengulangan tindak pidana

f. Lebih mengutamakan kesusilaan dan dan aturan pelanggaran dalam Pasal

kegunaan sanksi pidana.

52 KUHP. Pidana kurungan pengganti Konsep due process model, sangat

denda ini dapat dikenakan kepada menjunjung tinggi supremasi hukum,

seseorang yang dijatuhi pidana denda dalam perkara pidana tidak ada seorang

yakni apabila ia tidak dapat/tidak pun berada dan menempatkan diri di atas

mampu untuk membayar denda yang hokum, jika diperhatikan di dalam KUHP

harus dibayarnya.

terkait dengan jenis pidana yang diatur

4. Pidana denda ditujukan kepada harta dalam Pasal 10 KUHP yakni :

benda orang. Pidana denda ini biasa Pidana Pokok

di ancamkan/dijatuhkan terhadap tin- dak pidana ringan yakni berupa pe-

1. Pidana mati, pelaksanaan pidana mati langgaran atau kejahatan ringan, oleh dulu dilaksanakan di tiang gantungan,

karena itu pidana denda adalah satu- kemudian diubah dengan cara lain,

satunya jenis pidana pokok yang dapat yaitu dengan cara ditembak sampai

dipikul orang lain selain terpidana, mati, sehingga ketentuan Pasal 11

artinya walaupun pidana denda di- tersebut sudah tidak ada lagi. Perubahan

jatuhkan kepada seorang terpidana cara pelaksanaan pidana mati itu

namun tidak ada halangan denda itu dilakukan didasari Penetapan Presiden

dibayar oleh orang lain atas nama (PenPres) Nomor 2 Tahun 1964.

terpidana. Dalam KUHP pengaturan

2. Pidana penjara adalah bentuk pidana denda ini diatur dalam Pasal pidana yang berupa pembatasan ke-

30 dan 31 KUHP bebasan bergerak yang dilakukan Sedangkan dengan Pidana Tambahan

dengan menutup atau menempelkan

antara lain yaitu :

terpidana didalam sebuah lembaga pe- masyarakatan dengan mewajib kannya

1. Pidana tambahan dapat ditambahkan untuk mentaati semua per aturan tata

pada pidana pokok dengan penge- tertib yang berlaku didalam lembaga

cualian, perampasan barang-barang pemasyarakatan tersebut.

tertentu dapat dilakukan terhadap anak yang diserahkan kepada pe-

3. Pidana kurungan terdiri dari : merintah tetapi hanya mengenai

a. Kurungan principle barang-barang yang disita, sehingga pidana tambahan dapat ditambahkan

Lamanya minimal 1 hari maksimum 1 dengan tindakan, bukan pada pidana tahun, dan dapat ditambah menjadi 1

pokok.

tahun 4 bulan dalam hal-hal gabungan tindak pidana, penggabungan tindak

2. Pidana tambahan bersifat fakultatif, pidana dan aturan dalam Pasal 52

artinya jika hakim yakin mengenai KUHP.

tindak pidana dan kesalahan ter-

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 83

J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 74~92

dakwa hakim tersebut tidak harus lebih ringan daripada kewajiban kerja menjatuhkan pidana tambahan,

terpidana penjara.

ke cuali untuk pasal 250, 250 BIS, Dalam Konsep KUHP Tahun 2008 Pasal

261 dan 275 KUHP. Yang bersifat

54 bahwa tujuan pemidanaan bertujuan : imperatif, sebagaimana hakim harus

menjatuhkan pidana pokok jika

1) Mencegah dilakukannya tindak pidana tindak pidana dan kesalahn terdakwa

dengan menegakkan norma hukum terbukti. Dalam penerapannya tiap-

demi pengayoman masyarakat tiap pasal dalam KUHP digunakan

2) Memasyarakatkan terpidana dengan sistem alternatif, artinya bila suatu

tindak pidana hakim hanya boleh mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang yang baik dan berguna

memilih salah satu saja. Hal ini berbeda dengan sistem kumulatif, dimana

3) Menyelesaikan konflik yang di- hakim dapat memilih lebih dari satu

timbulkan oleh tindak pidana me- jenis pidana, bahkan diantara pasal-

mulihkan kesinambungan dan pasal KUHP terdapat pasal-pasal yang

me n datangkan rasa damai dalam hanya mengancam secara tunggal

masyarakat

dalam arti terhadap pelaku tindak pidana hakim harus menjatuhkan

4) Membebaskan rasa bersalah pada

jenis yang diancam tersebut 7 .

terpidana

5) Memaafkan terpidana mengenal hal tersebut, seperti tindak

Pada tindak pidana korupsi juga

Salah satu upaya yang dapat dilakukan

pidana biasa, pidana yang dijatuhkan untuk menarik kembali kerugian negara hampir sama, yang membedakan adalah yang dikorupsi adalah dengan men- jenis pidana dan besarnya pidana. cantumkan suatu rumusan ancaman Perbedaan antara hukuman penjara pidana tambahan didalam menjatuhkan dengan kurungan adalah sebagai berikut : pidana tindak pidana korupsi. Mengenai

1) Pidana Penjara (Pasal 12 KUHP) pengaturan uang pengganti kerugian negara telah diatur Undang-Undang No. 31

Pidana penjara dapat dikenakan Tahun 1999 juga dibekali dengan pidana selama seumur hidup atau selama waktu

tambahan, hal ini seperti yang diatur tertentu, antara satu hari hingga dua dalam Pasal 17 jo Pasal 18 Pasal 17 jo 18

puluh tahun berturut-turut serta dalam huruf b UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang masa hukumannya diwajibkan kerja.

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU Nomor 20 Tahun 2001 Perubahan Atas

2) Pidana Kurungan (Pasal 18 KUHP) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Pidana kurungan dikenakan paling tentang Pemberantasan Tindak Pidana pendek satu hari dan paling lama Korupsi, yang berbunyi : satu tahun tetapi dapat diperpanjang sebagai pemberatan hukuman penjara

Pasal 17

paling lama satu tahun enam bulan Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana serta dikenakan kewajiban kerja tetapi

dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5

7 Efi Laila Kholis. Pembayaran Uang Pengganti

sampai dengan Pasal 14, terdakwa dapat

Dalam Perkara Korupsi. Jakarta : Solusi Publishing

dijatuhi pidana tambahan sebagaimana

2010. Hlm 14

84 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Mawardi|Recovery Asset Hasil Tindak Pidana Korupsi dalam Aspek Kebijakan Hukum Pidana dimaksud dalam Pasal 18.

pokok (denda) yang dijatuhkan tidak mencukupi untuk mengganti kerugian

Pasal 18 negara maka pengadilan (hakim yang

Selain pidana tambahan sebagaimana memeriksa tindak pidana korupsi) harus dimaksud dalam Kitab Undang-Undang mempertimbangkan betul perlunya men- Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan jatuhkan pidana tambahan yang berupa adalah : b. pembayaran uang pengganti tambahan pembayaran uang pengganti, yang jumlahnya sebanyak-banyaknya hal ini menjadi perhatian kita semua sama dengan harta benda yang diperoleh karena ancaman maksimum pidana dari tindak pidana korupsi;

denda dalam Undang-Undang No 31 tahun 1999 jo Undang-Undang No 20

Pasal 18 Undang-undang No 31 tahun tahun 2001 belum tentu cukup untuk

1999 jo Undang-Undang No 20 tahun mengembalikan kerugian negara yang 2001 disebutkan bahwa pidana tambahan

hilang akibat tindak pidana korupsi 9 yang berupa pembayaran uang pengganti

merupakan tambahan dari pidana tambahan Di dalam UU Nomor 31 Tahun 1999 dalam Pasal 10 KUHP. Dalam Pasal 10 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang point b menyebutkan pidana tambahan itu Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juga adalah:

terdapat ketentuan-ketentuan mengenai pidana pokok dan pidana tambahan, antara

1. Pencabutan beberapa hak yang tertentu.

lain:

2. Perampasan barang yang tertentu.

3. Pengumuman Putusan Hakim

1. Pidana Pokok

Menurut Budi Satriana menyatkan

a. Pidana mati sebagaimana diatur dalam bahwa “pembayaran uang pengganti Pasal 2 Ayat (2) UU No 31 Tahun 1999 sebagai suatu pidana tambahan yang “Dalam hal tindak pidana korupsi berupa pembayaran uang pengganti dapat sebagaimana dimaksud dalam Ayat dijatuhkan apabila dijatuhkan pidana (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pokok dan tidak mungkin dijatuhkan pidana mati dapat dijatuhkan.” Pasal pidana tambahan tanpa dijatuhkan pidana (3) UU No 31 Tahun 1999 tentang pokok, hukuman tambahan gunanya Pemberantasan Tindak Pidana Ko- untuk menambah hukuman pokok jadi

8 tak mungkin dijatuhkan sendirian”. rupsi berbunyi : “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri

Lebih lanjut Sang Ketut Mudita, h al sendiri atau orang lain atau suatu yang paling penting untuk diperhatikan

korporasi, menyalahgunakan ke- dalam kaitannya dengan pidana tam-

wenangan, kesempatan atau sarana bahan bahwa pidana tambahan itu

yang ada padanya karena jabatan atau dijatuhkan sebagai tambahan pidana

ke dudukan yang dapat merugikan pokok yang dijatuhkan, oleh karena

keuangan negara atau perekonomian itu jika pidana pokok sudah dianggap

negara, dipidana dengan pidana penjara cukup untuk mengganti ke rugian negara

seumur hidup atau pidana penjara maka pidan tambahan tidak perlu di-

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling jatuhkan, tetapi jika dengan pidana

lama 20 (dua puluh) tahun dan atau

8 Hasil wawancara dengan Budi Satriana, Staff In- 9 Hasil wawancara dengan Sang Ketut Mudita Kepala telkam Kejaksaan Negeri Mataram, di Mataram pada

Kejaksaan Negeri Mataram Selaku Penyidik, di Mata- tanggal 3 Januari 2015.

ram pada tanggal 6 Januari 2015

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 85

J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 74~92

denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 dilakukan, begitu pula dari barang yang (lima puluh juta rupiah) dan paling

menggantikan barang-barang tersebut banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu

(Pasal 18 ayat (1))

milyar rupiah).”

c. Pengumuman putusan hakim dalam

b. Pidana penjara sebagaimana diatur Pasal 18 ayat (2) Jika terpidana dalam Pasal (3) UU No 31 Tahun

tidak membayar uang pengganti se- 1999, disebutkan “....dipidana dengan

bagaimana dimaksud dalam ayat (1) pidana penjara seumur hidup atau

huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) pidana penjara paling singkat 1 (satu)

bulan sesudah putusan pengadilan yang tahun dan paling lama 20 (dua puluh)

telah memperoleh kekuatan hukum tahun.....”

tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk

c. Pidana kurungan didalam UU TPK menutupi uang pengganti tersebut. belum diatur mengenai berapa lama Pasal 18 ayat (3) Dalam hal terpidana

kurungan yang ditetapkan bagi ter- tidak mempunyai harta benda yang pidana korupsi. Tetapi, apabila ter- mencukupi untuk membayar uang

pidana tidak dapat mengembalikan pengganti sebagaimana dimaksud besarnya nominal yang telah dikorupsi, dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana

maka hakim dapat memberikan pidana dengan pidana penjara yang lamanya kurungan sesuai dengan ketentuan tidak melebihi ancaman maksimum

Pasal 52 KUHP dari pidana pokoknya sesuai dengan

d. Pidana denda sebagaimana diatur ketentuan dalam Undang-undang ini dalam Pasal (3) UU No 31 Tahun 1999,

dan lamanya pidana tersebut sudah disebutkan “....denda paling sedikit Rp.

ditentukan dalam putusan pengadilan. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

B. Kendala-Kendala Dalam Menerapkan dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00

Recovery Asset Terhadap Penyelesaian (satu milyar rupiah).”

Tindak Pidana Korupsi

2. Pidana Tambahan Setelah diterbitkannya Undang-Undang

a. Pencabutan hak-hak tertentu adalah No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan pencabutan seluruh atau sebagian hak- Tindak Pidana Korupsi yang kemudian hak tertentu atau penghapusan seluruh

diamandemen melalui Undang-Undang atau sebagian keuntungan tertentu, No. 20 tahun 2001, maka dalam Pasal yang telah atau dapat diberikan oleh

2 ayat (1) merumuskan tindak pidana Pemerintah kepada terpidana. (Pasal korupsi adalah : “setiap orang yang

18 ayat (1)) secara melawan hukum melakukan per- buatan memperkaya diri sendiri atau

b. Perampasan barang-barang tertentu orang lain atau suatu korporasi yang adalah perampasan barang bergerak dapat merugikan keuangan Negara atau yang berwujud atau yang tidak perekonomian Negara, dipidana dengan berwujud atau barang tidak bergerak pidana penjara seumur hidup atau pidana yang digunakan untuk atau yang penjara paling singkat 4 (empat) tahun diperoleh dari tindak pidana korupsi, dan paling lama 20 (duapuluh) tahun dan termasuk perusahaan milik terpidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,- di mana tindak pidana korupsi

86 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Mawardi|Recovery Asset Hasil Tindak Pidana Korupsi dalam Aspek Kebijakan Hukum Pidana (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak

arti bahwa hal yang demikian itu akan Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)”

mem beri peluang untuk melakukan Dalam Pasal 3-nya dirumuskan :

korupsi. Sering dikatakan, makin besar anggaran pembangunan semakin besar

“setiap orang dengan tujuan pula kemungkinan terjadinya kebocoran-

menguntungkan diri sendiri atau orang

kebocoran;

lain atau korporai, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana

4. Modernisasi mengembangbiakkan ko- yang ada padanya karena jabatan

rupsi karena membawa perubahan nilai atau kedudukan yang dapat merugikan

yang dasar dalam masyarakat , membuka keuangan negara atau perekonomian

sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan negara, dipidana dengan pidana penjara

baru, membawa perubahan-perubahan seumur hidup atau pidana penjara paling

yang diakibatkannya dalam bidang ke- singkat 1 (satu) tahun dan paling lama

giatan politik, memperbesar kekuasaan

20 (duapuluh) tahun dan denda paling pemerintah dan melipatgandakan ke- sedikit Rp. 50.000.000,- (lima puluh

giatan-kegiatan yang diatur oleh Peraturan juta rupiah) dan paling banyak Rp.

Pemerintah.

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)”. Sementara Selo Soemardjan menyata-

Menurut Andi Hamzah, tindak kan bahwa korupsi yang senafas dengan pidana korupsi yang terjadi di Indonesia kolusi dan nepotisme, didukung oleh disebabkan karena faktor-faktor, yaitu : 10 faktor-faktor sosial, yaitu : 11

a. Disintegrasi anomie sosial karena per- negeri dibandingkan dengan kebutuhan

1. kurangnya gaji atau pendapatan pegawai

ubahan sosial terlalu cepat sejak revolusi yang makin hari makin meningkat. Faktor

nasional, dan melemahnya batas milik ini adalah factor yang paling menonjol,

Negara dan milik pribadi; dalam arti merata dan meluasnya korupsi

b. Fokus budaya bergeser, nilai utama di Indonesia;

orientasi sosial beralih menjadi orientasi

2. Latar belakang kebudayaan atau kultur harta. Kaya tanpa harta menjadi kaya Indonesia. Dari sejarah berlakunya

dengan harta;

KUHP di Indonesia, menyalahgunakan

c. Pembangunan ekonomi menjadi panglima kekuasaan oleh pejabat untuk meng- pembangunan bukan pembangunan sosial untungkan diri sendiri memang telah

atau budaya;

diperhitungkan secara khusus oleh Pemerintah Belanda sewaktu disusun

d. Penyalahgunaan kekuasaan Negara men- WvS untuk Indonesia. Hal ini nyata

jadi sebagai short cut mengumpulkan dengan disisipkan Pasal 423 dan Pasal

harta;

425 KUHP Indonesia;

e. Paternalisme, korupsi tingkat tinggi, me-

3. Manajemen yang kurang baik dan nyebar, meresap dalam kehidupan masya- kontrol yang kurang efektif dan kurang

rakat. Bodoh kalau tidak meng gunakan efisien sering dipandang pula sebagai

kesempatan kaya;

penyebab korupsi, khususnya dalam

10 Andi Hamzah dalam Djoko Prakoso dkk, Keja- hatan-Kejahatan yang membahayakan dan Merugikan

11 Selo Soemardjan dalam Evi Hartati, Tindak Pidana Negara, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal. 392

Korupsi, Sinar Grafika, Semarang, 2005, hal.16

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 87

J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 74~92

f. Pranata-pranata sosial sudah tidak efektif maintenance yaitu mereka yang bertugas lagi.

di bidang penegakan hukum dalam hal ini Pegawai Pengawas Ketenagakedaan dan

Selain faktor penyebab, faktor-faktor masyarakat sehingga hendaknya memiliki pendorong sehingga dilakukannya korupsi kemampuan tertentu sesuai aspirasi menurut Suradi, ada tiga macam, yaitu : 12

masyarakat.

1. adanya tekanan (perceived pressure);

3. Fasilitas yang mendukung tu nity); dan

2. adanya kesempatan (perceived oppor-

Fasilitas untuk mencapai suatu

3. berbagai cara untuk merasionalisasi tujuan dapat berupa fisik dan non fisik agar kecurangan dapat diterima

yang mendukung fungsi peraturan (some way to rationalize the fraud as

perundang-undangan yang bersangkutan acceptable)

dalam masyarakat yaitu fungsi hukum Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa

kebiasaan sebagai hukum tidak tertulis masalah pokok penegakan hukum se-

untuk mewujudkan ketertiban, kepastian benarnya terletak pada faktor-faktor yang

dan ketentraman.

mungkin mempengaruhinya. Faktor-

4. Masyarakat

faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif maupun

Masyarakat dalam hal ini yakni negatifnya terletak pada isi faktor-faktor

lingkungan tempat hukum diterapkan tersebut. Faktor-faktor tersebut dijelaskan

yang mencakup :

sebagai berikut : 13

a. Derajad kepatuhan hukum dari

1. Peraturan tertulis

masyarakat

b. Kepedulian masyarakat (Social com- Yang dimaksud dengan peraturan

mitment)

tertulis dalam hal ini adalah undang-

c. Penyuluh Hukum

undang atau peraturan perundangan :

5. Budaya

1). Cara pembentukannya apakah sudah Termasuk adat atau kebiasaan yang

memenuhi persyaratan yuridis; merupakan hukum tidak tertulis dimana:

2). Kwantitatif peraturan, apakah per- aturan-peraturan yang ada sudah

a. Indonesia sendiri terdiri dari berbagai mencukupi;

macam suku dengan adat kebiasaan 3). Apakah sudah ada peraturan pe-

yang berbeda-beda.

laksanannya dan petunjuk teknisnya

b. Semakin besar sarana pengendali

2. Petugas Penegak hukum sosial (karena adanya pengaruh kaidah agama, adat-istiadat, kesopanan dan

Petugas penegak yang secara lang- kesusilaan) maka akan semakin kecil

sung terlibat dalam bidang penegakan peranan hukumnya. hukum yang tidak hanya mencakup

Sedangkan penegakan hukum menurut law enforcement Akan tetapi juga peace Friedman, seorang pakar hukum, ada

3 unsur dalam hukum yang harus di-

Suradi, Korupsi Dalam Sektor Pemerintah dan Swasta, Gava Media, Yogyakarta, 2006, hal. 1-2

perhatikan, yaitu : 14

13 Soekanto, Soerjono, Faktor-faktor yang Mempen- garuhi Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta. 1983. Hlm

14 Hendrojono, Sosiologi Hukum; Pengaruh Peruba- 8.

han Masyarakat dan Hukum, Srikandi, Jakarta, 2005,

88 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Mawardi|Recovery Asset Hasil Tindak Pidana Korupsi dalam Aspek Kebijakan Hukum Pidana

1. Struktur Hukum oleh Kejaksaan sebagai Jaksa Pengacara

2. Substansi Hukum Negara saat ini telah didukung oleh sarana

3. Kultur Masyarakat dan prasaran yang cukup memadai sarana

Lebih lanjut Soerjano Soekanto dan fasilitas yang mendukung tugas untuk mengemukkan bahwa kelima faktor tersebut

melacak harta hasil korupsi terpidana. saling berkaitan dengan erat, karena

4. Faktor Masyarakat.

merupakan esensi penegakan hukum, juga merupakan tolok ukur dari pada efektifitas

Masyarakat belum memiliki ke- penegakan hukum. Berdasarkan faktor-

sadaran akan arti pentingnya peran dan faktor yang dikemukakan oleh Soerjono

fungsi Kejaksaan Republik Indonesia Soekanto di atas maka dapat dikemukkan

dalam melacak dan merecovery asset dari faktor-faktor yang menjadi kendala recovery

hasil kejahatan korupsi. asset di NTB sebagai berikut :

5. Faktor Kebudayaan.

1. Faktor hukumnya sendiri. Pola kebiasan yang ada dalam Pelaksanaan penerapan recovery

masyarakat juga tergantung dari sudut asset yang seharusnya mengacu pada

pandang budaya dimana masyarakat Pasal 18 Undang-Undang No 31

yang berada dalam sebuah golongan tahun 1999 tentang Pemberantasan

dan status sosial masyarakat sangat Tindak Pidana Korupsi yang kemudian

mempengaruhi pola berpikir masyarakat diamandemen melalui Undang-Undang

dan budaya kerja keras sangat dipengaruhi No. 20 tahun 2001 dan setelah adanya

oleh faktor kebiasaan dari masyarakat putusan Pengadilan seharusnya dapat

dimana masyarakat itu berada yang dieksekusi namun kenyataan dilapangan

mengakibatkan mengabaikan arti per- Pasal 18 tersebut menjadi alternative dan

buatan korupsi yang berdampak pada menjadikan multitafsir bagi terpidana dan

keuangan negara, tetapi jika dalam penasehat hukum.

masyarakat telah membudayakan ke- biasan bekerja jadi tetap saja budaya

2. Faktor penegak hukum. bekerja itu dipertahankan tanpa Dalam hal pelaksanaan recovery asset

memperdulikan aturan-aturan serta larangan yang ada bagi kalangan

yang dilakukan oleh Kejaksaan sebagai Jaksa Pengacara Negara saat ini telah

masyarakat bekerja telah menjadi budaya. didukung oleh sarana dan prasaran yang

Tindakan mengajarkan sesuatu cukup memadai dan telah mendapatkan

artinya bisa dimaknai sebagai upaya mem- pelatihan-pelatihan mengenai tata cara

berikan pengetahuan kepada masyarakat dan proses eksekusi recovery asset

untuk melakukan hal-hal yang sifatnya sehingga dapat menjalankan tugas

masih asing dan baru. Dengan begitu sebagaimana mestinya sesuai kebutuhan

makna penyuluhan adalah suatu proses dalam menjalankan tugasnya.

untuk memberikan penerangan kepada masyarakat (komunikan) tentang segala

3. Faktor sarana atau fasilitas. sesuatu yang “belum diketahui” dengan

Bahwa dalam melaksanakan pe- jelas untuk dilaksanakan. Beberapa laksanaan recovery asset yang dilakukan

Dokumen yang terkait

PRINSIP MEDIASI PENAL DALAM TINDAK PIDANA KDRT PRINCIPLE MEDIATION OF DOMESTIC VIOLENCE AS CRIMINAL ACT

0 0 10

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LOMBOK TIMUR JURIDICAL REVIEW ON COMMUNITY ROLE IN SPATIAL PLANNING IN EAST LOMBOK REGENCY

0 0 15

DISKRESI KEPOLISIAN DALAM MENGATASI TINDAKAN ANARKI DI MASYARAKAT THE DISCRETION OF THE POLICE TO ALLEVIATE THE ACT OF ANARCHY IN THE SOCIETY

0 0 12

EKSISTENSI PERKAWINAN MASYARAKAT SUKU SASAK LOMBOK (MERARIQ) DALAM MUARA PLURALISME HUKUM EXISTENCE OF MARRIAGE IN THE SASAK TRIBE IN LOMBOK (MERARIQ) WITHIN THE ESTUARY OF LEGAL PLURALISM

2 2 18

PENERAPAN SANKSI TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE di Wilayah Hukum Polres Mataram

0 0 18

PEMBAHARUAN HUKUM KONTRAK DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA THE ASPECT OF THE CONTRACT LAW REFORM WITHIN THE REGULATION OF INDONESIA

0 0 17

UPAYA PAKSA PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT EFFORTS TO FORCE THE IMPLEMENTATION OF THE COURT RULING THE COUNTRY IN PROVIDING LEGAL PROTECTION TO THE COMMUNITY

0 0 13

KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) DALAM PENANGANAN PERKARA PERSAINGAN USAHA (STUDI PERBANDINGAN DI INDONESIA DENGAN NEGARA- NEGARA COMMON LAW SYSTEM ) AUTHORITY OF THE BUSINESS COMPETITION SUPERVISORY COMMISSION (KPPU) IN CASE MANAGEMENT

0 0 20

SISTEM SYURO’ DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN ISLAM SYURO’ SYSTEM ‘ IN THE ORGANIZATION OF THE ISLAMIC

0 0 10

PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

0 1 15