BAB IV Kala Putnam Datang ke Desa Prangat Baru - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Modal Sosial dalam Hubungan Mutual Islam–Kristen di Desa Prangat Baru Marang Kayu

  

BAB IV

Kala Putnam Datang

ke Desa Prangat Baru

4.1. Pengantar

  Data lapangan yang penulis peroleh, merupakan suatu teks narasi yang mendeskripsikan pola hubungan mutual Islam-Kristen di desa Prangat Baru. Narasi itu hanya dapat diperoleh dan dipahami ketika penulis ada dan berbaur di dalam konteks komunitas tersebut. Pengamatan dalam observasi dan penelitian penulis lakukan untuk mendapatkan wawasan dan menangkap fenomena semua yang terjadi, sehingga diperoleh data yang komprehensif. Banyak hal baru dan menarik yang penulis temukan dan hal itu juga yang semakin memperkaya pekerjaan penelitian ini. Akan tetapi data tersebut tidak akan bermanfaat ketika ia berhenti pada titik itu saja. Ia harus terus bergulir dan berkembang sehingga menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

  Dalam rangka mewujudkan tujuan dan harapan tersebut, maka diperlukan suatu kegiatan pengolahan data dengan jalan membuat analisis sosial yang tepat. Di dalamnya penulis memperjumpakan data lapangan yang diperoleh dengan sebuah teori sosial yang dipakai sebagai kerangka dan acuan dalam berpikir. Teori modal sosial Putnam yang menjadi pilihan penulis, akan dihadirkan dan dipakai dalam membuat analisis sosiologis tentang hubungan mutual Islam-Kristen yang ada di sana.

  Dengan menggunakan kaidah-kaidah analisis sosiologis yang diperlukan, maka akan diperoleh rumusan jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada bab pendahuluan, mutual dan bagaimana peran modal sosial di dalam hubungan mutual Islam-Kristen di desa Prangat Baru. Di dalam bab inilah pekerjaan besar itu dipaparkan.

4.2. Mengapa Terjadi Hubungan Mutual di Desa Prangat Baru?

  Pada bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bahwa di desa Prangat Baru telah terjadi hubungan yang mutual antara warga masayarakat yang beragama Islam dan yang beragama Kristen. Hubungan mutual tersebut dapat terlihat dalam beberapa hal, di antaranya adalah dari bagaimana mereka bersikap antara satu dengan yang lain.

  Selain itu terlihat juga di dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, baik Islam maupun Kristen, yang pada akhirnya melibatkan secara aktif seluruh warga masyarakat tanpa mempermasalahkan latar belakang agamanya. Fenomena hubungan mutual yang lain terlihat di dalam antusiasme warga masyarakat saat mempersiapkan dan melaksanakan prosesi pemakaman jenasah. Mereka melakukan segala sesuatu yang

  1

  diperlukan hingga keluarga yang berduka

  • – siapa dan agama apa pun tanpa terkecuali
  • – dapat terlayani dengan sebaik mungkin. Selain itu mereka juga tidak mempermasalahkan lokasi pemakaman yang disatukan antara mereka yang dari agama Islam dan agama Kristen.

  Hal lain yang dapat dikategorikan sebagai hubungan mutual adalah adanya kesempatan yang sama untuk berpartisipasi di ruang publik. Di dalamnya tidak terjadi monopoli jabatan-jabatan strategis oleh mereka yang dapat disebut sebagai kelompok mayoritas. Di desa ini tidak terjadi dikotomi antara mayoritas dan minoritas 1 Segala hal yang perlu dilakukan adalah: memandikan jenasah, mempersiap rumah duka agar

  

memadai bagi pendatang yang ingin melayat, mendirikan tenda, menggali liang kubur hingga

pengantaran ke tempat pemakaman dan pelaksanaannya. Wawancara dengan Agus Haryanto tanggal

  2

  sebagaimana yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Selain itu ada kesempatan yang sama dalam berperan aktif di acara besar desa, yaitu pada perayaan hari ulang

  3 tahun desa yang disebut dengan ‘Bersih Desa’.

  Mengamati fenomena-fenomena tersebut, penulis berusaha untuk mencari dan menggali mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan hubungan mutual itu dapat terjadi. Saat berproses dalam penelitian, penulis berhasil mendapatkan jawaban

  4

  yang memang secara eksplisit terkadang mereka ungkapkan. Pertama disebabkan karena mereka adalah sama-sama orang yang berstatus yang sama, yaitu perantau/pendatang. Sebagaimana seorang perantau, pasti ingin memiliki kehidupan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Oleh karena itu diperlukan semangat untuk kerja yang keras dan keras dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika tidak memiliki hubungan yang baik dengan sesama perantau. Oleh karena itu, di antara mereka tumbuh kesadaran bahwa sebaik-baiknya hasil pekerjaan akan menjadi tidak

  5 berarti tanpa suasana yang baik dengan sesama.

  Kedua, adanya kesadaran yang sangat baik tentang rasa kemanusiaan. Bagi mereka yang dijumpai setiap hari adalah manusia. Manusia hidupnya tidak dapat dipisahkan dengan manusia lain. Oleh karena itu alangkah tidak elok jika sisi kemanusiaan tidak dijunjung tinggi. Sebaik-baiknya atau sesaleh-salehnya seseorang

  2 Sebut saja salah satunya adalah di DKI Jakarta. Saat Pilgub 2017 lalu, dikotomi antara

mayoritas dan minoritas selalu menjadi isu segar dan menggoda yang dihembuskan oleh mereka yang berkepentingan. 3 Hal ini jelas terlihat ketika sehari sebelum acara diarahkan, baik di masjid maupun di gereja,

untuk menaikkan doa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas keberkahan yang selalu mereka

terima. Selain itu pembacaan doa saat perayaan berlangsung dilakukan oleh dua tokoh agama, baik Islam maupun Kristen. 4 Hal tersebut mereka ungkapkan dalam wawancara dan dalam diskusi bersama (FGD: Focus Group Discussion ). menjalankan agamanya, namun jika tidak diwujudkan di dalam kemanusiaan, maka

  6 semua tidak ada manfaatnya.

  Ketiga, adanya kesadaran bahwa mereka adalah individu yang beragama. Menurut mereka semua agama memiliki satu ajaran yang sama, yaitu kebaikan. Tidak ada agama yang mengajarkan keburukan, kejahatan dan perpecahan. Jika ada orang yang mengaku beragama namun melakukan apa yang tidak baik, berarti yang salah oknum tersebut, bukan ajaran agamanya. Oleh karena itu sikap menghargai dan saling menolong dengan orang yang beragama lain adalah bagian dari pengamalan ajaran agama-agama yang ada. Agama sama sekali tidak dapat digunakan untuk melegalkan

  7 perbuatan-perbuatan yang merugikan dan menyakiti sesama.

  Keempat, adanya kesadaran di antara mereka tentang pentingnya hidup di dalam suasana sosial yang nyaman dan aman. Bagi mereka, tidak ada seorang pun yang mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya jika berada di dalam suasana yang tidak nyaman dan aman. Oleh kerena itu suasana tersebut harus diusahakan dan diciptakan. Dengan saling menghargai, menerima dan menolong, mereka yakin bahwa suasana nyaman dan aman itu akan tercipta. Setelah suasana yang demikian dapat tercipta, maka usaha selanjutnya adalah memeliharanya. Jangan sampai hasutan dan pengaruh yang tidak baik dari pihak luar, merusak suasana

  8 nyaman dan aman yang telah ada.

  Kelima, adanya kesadaran bahwa perbedaan yang ada bukan untuk diperdebatkan dan dipermasalahkan. Justru sebaliknya, perbedaan itu dapat 6 7 Menurut Ali Ansyah dalam FGD tanggal 18 September 2017. 8 Wawancara dengan Rifai tanggal 18 September 2017.

  Menurut Eli Depris dalam FGD tanggal 18 September dan wawancara dengan Filifi tanggal menciptakan kekuatan dan keindahan. Bagi mereka, hidup di dalam perbedaan dengan orang lain adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari, karena sebagian besar umat yang memeluk agama adalah hasil dari warisan keluarga. Sama halnya manusia tidak dapat memilih di keluarga mana ia akan dilahirkan, agama yang diimani pun mengalami proses yang sama. Ketika seseorang dilahirkan di tengah keluarga Islam, maka ia pun akan menjadi orang yang memeluk agama Islam. Demikian juga dengan

  9

  seseorang yang dilahirkan di tengah keluarga beragama lain. Oleh karena itu perbedaan tidak perlu dipermasalahkan. Justru dengan perbedaan, kekuatan dan keindahan akan tercipta. Sebuah bangunan tidak akan kuat berdiri jika hanya terdiri dari satu jenis bahan saja. Akan tetapi akan menjadi kuat dan indah ketika berbagai

  10 bahan diolah dan dibentuk sedemikian rupa.

  Dari beberapa jawaban di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan mutual yang terjadi dalam relasi sosial Islam-Kristen di desa Prangat Baru, adalah sesuatu yang bukan berasal dari luar, melainkan dari dalam lingkungan mereka sendiri. Faktor pendorong itu harus diciptakan dengan niat dan tekad yang baik, sehingga yang tercipta pun adalah sesuatu yang baik pula. Dengan adanya hubungan mutual ini, mereka memperoleh banyak manfaat yang pada akhirnya berdampak kepada peningkatan kesejahteraan.

  Hubungan mutual yang telah tercipta, dapat juga menjadi sistem imun sosial. Artinya bahwa hal tersebut dapat menjadi resistensi yang baik untuk menangkal setiap gangguan yang muncul, baik dari pihak dalam maupun luar. Relasi sosial di tengah masyarakat akan mudah rusak jika di dalamnya tidak ada kekuatan yang mampu 9 Wawancara dengan Rifai tanggal 18 September 2017. membentenginya dan dalam hal ini, warga masyarakat desa Prangat Baru berhasil dengan hubungan mutualnya.

4.3. Modal Sosial Putnam di Prangat Baru

4.3.1. Kepercayaan (Trust) di Desa Prangat Baru

  Kepercayaan adalah fitur pertama yang diajukan oleh Putnam dalam teori

  11

  modal sosialnya. Fitur ini memberikan penekanan terhadap keinginan dan kerelaan masing-masing individu untuk dapat menerima satu dengan yang lainnya di dalam komunitas. Hampir sama dengan pemahaman Fukuyama, bahwa di dalamnya ada harapan yang tumbuh di dalam sebuah lingkungan masyarakat yang ditunjukkan oleh

  12

  adanya hidup jujur, teratur dan kerja sama. Ketika kepercayaan ini dihadirkan sebagai bagian dari teori modal sosial di tengah relasi sosial masyarakat desa Prangat Baru, penulis menemukan bahwa ternyata ia telah mendapatkan porsi yang cukup besar. Fitur ini memegang peranan yang sangat penting karena dengannya tiap warga masyarakat desa Prangat Baru dapat saling menerima dan menghargai. Hal inilah yang membuat mereka dapat menghadirkan rasa nyaman satu dengan yang lainnya.

  Penulis mengamati bahwa dengan fitur kepercayaan ini warga masyarakat dapat membuka diri dalam berkomunikasi satu sama lain tanpa ada rasa curiga atau ragu. Kepercayaan di sini merupakan sebuah modal yang telah dimiliki oleh mereka, terlebih untuk menyelesaikan masalah yang mungkin saja terjadi di tengah relasi sosial bersama. Salah satu peristiwa yang dapat dijadikan sebagai contoh adalah 11 Robert Putnam, Making Democracy Work: Civic Tradition in Modern Italy (New Jersey: Princeton University Press, 1993), 167-170. 12 Francis Fukuyama, Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity diterjemahkan

  ketika suatu waktu sempat terjadi kesalahpahaman antara dua warga masyarakat. Penyelesaian yang kemudian ditempuh adalah secara kekeluargaan dan tidak sampai berlarut-laut. Selain itu ada suatu tradisi di desa tersebut ketika akan meninggalkan tempat tinggal untuk melakukan perjalanan yang cukup lama, maka akan menitipkan keamanan rumah kepada tetangga sekitarnya. Dengan demikian perjalanan pun dapat

  13 dilakukan di dalam keadaan dan suasana yang nyaman.

  Dalam hal hubungan mutual Islam-Kristen di desa ini, fitur kepercayaan dari teori modal sosial Putnam pun memainkan peranan penting di dalamnya. Bahkan jauh sebelum fitur ini disematkan kepada mereka, rasa kepercayaan ini telah menjadi modal yang mereka miliki. Dengan kepercayaan ini mereka dapat saling menghadirkan suasana yang damai dan bersahabat. Hubungan di antara mereka tidak terdapat rasa curiga, meskipun dikotomi antara mayoritas dan minoritas di daerah-

  14 daerah lain masih sering mereka dengar.

  Fitur modal sosial ini berfungsi sebagai faktor pendorong bagi mereka untuk dapat lebih kreatif lagi mengekspresikan rasa kebersamaan sebagai sesama warga desa Prangat Baru. Misalnya berkaitan dengan kesempatan untuk berpartisipasi di ruang publik. Warga desa Prangat Baru dengan sukarela bersedia untuk mempercayakan jabatan publik kepada mereka yang biasanya dianggap bagian dari kelompok minoritas. Hal ini biasanya sulit terjadi karena masih kuatnya pengaruh dikotomi antara mayoritas dan minoritas di banyak tempat di Indonesia.

  Selain itu, fitur ini juga yang membuat mereka mampu mengakomodir eksitensi semua pemeluk agama, bahkan mereka yang jumlah anggotanya lebih 13 Wawancara dengan Agus Heryanto tanggal 23 Agustus 2017. sedikit. Hal ini dapat terlihat di dalam sebuah forum besar seperti acara ‘Bersih Desa’. Hal yang paling mencolok adalah ketika kesempatan membacakan doa diberikan kepada perwakilan kedua agama yang ada, baik Islam maupun Kristen. Kejadian semacam ini pun sangat langka di Indonesia.

4.3.2. Norma (Norm) di Desa Prangat Baru

  15 Fitur kedua modal sosial Putnam adalah norma yaitu pemahaman-

  pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang di dalam masyarakat. Norma ini dapat bersumber dari agama, panduan moral atau juga standar-standar sekuler seperti kode etik profesional. Norma ini dibangun dan mengalami perkembangan bersama

  16 mengacu kepada sejarah bersama dan dipelihara untuk menjaga iklim kerja sama.

  Ketika fitur norma ini dihadirkan di dalam relasi sosial masyarakat desa Prangat Baru, maka ada beberapa hal yang dapat kita peroleh sebagai hasil pengamatan. Pertama, bahwa warga masyarakat desa Prangat Baru adalah komunitas yang memiliki sejarah yang sama sebagai pendatang dan perantau, maka norma turut memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjaga iklim kerja sama baik. Norma itu juga yang menjadi semacam rambu yang membentengi mereka untuk tetap berada di jalur yang telah disepakati.

  Dalam kaitannya dengan hubungan mutual Islam-Kristen di desa itu, norma juga dipakai menjadi acuan melestarikan keadaan baik yang telah tercipta. Jika ada pihak yang bertentangan prilakunya dengan norma yang telah disepakati maka dengan 15 Putnam, Making Democracy Work, 171-172. sendirinya masyarakat akan memberikan reaksi yang dibutuhkan. Sebagai contoh ketika desa itu pernah didatangi oleh orang yang biasanya mengaku sebagai ustadz.

  Pada awalnya masyarakat menerima kehadiran ustadz tersebut dengan baik. akan tetapi seiring waktu yang berjalan, mereka melihat bahwa pola hidup ustadz ini bertentangan dengan norma yang berlaku di tempat itu,

  • – yaitu seorang suami harus
  • – menafkahi isteri dan keluarganya, bukan hanya ada dan berdiam di masjid saja maka dengan cara yang santun dan bermartabat masyarakat meminta agar ustadz

  17

  tersebut meninggalkan desa mereka. Fitur norma ini telah menjadi suatu filter tertentu dalam mempertahankan tatanan kehidupan baik yang telah mereka bangun sudah sejak lama.

4.3.3. Jaringan (Network) di Desa Prangat Baru

  18 Jaringan (network) adalah fitur ketiga modal sosial Putnam. Jaringan adalah infrastruktur modal sosial yang berwujud jaringan-jaringan kerja sama antar manusia.

  Jaringan-jaringan ini memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, serta memungkinkan tumbuhnya kepercayaan. Ia juga yang akan menjadi konstruksi yang memperkuat kerja sama. Jaringan ini juga merupakan indikator dari sehat atau tidaknya sebuah komunitas masyarakat. Menurut Putnam, jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerja sama para anggotanya serta manfaat-

  19 manfaat dari partisipasinya.

  Ketika fitur ini diperhadapkan dengan pola relasi sosial masyarakat desa Prangat Baru, penulis memperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai catatan. 17 18 Menurut Purnomo dalam FGD tanggal 08 September 2017.

  Putnam, Making Democracy Work, 172-176. Penulis melihat bahwa masyarakat desa Prangat Baru telah terbiasa dengan jaringan sosial sebagaimana yang Putnam utarakan. Jaringan tersebut memang tidak terlihat secara eksplisit, namun secara implisit ia bekerja otomatis. Sebagai contoh ketika ada orang yang meninggal dunia di desa itu, warga masyarakat segera bergerak untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Mereka bergerak secara terorganisir baik yang berada di sekitar rumah keluarga yang berduka, maupun mereka yang dekat

  20

  aksesnya dengan tempat pemakaman. Jaringan ini juga yang membuat mereka dengan sukarela dan antusias saat mempersiapkan acara-acara yang akan dilakukan di fasilitas umum dan di rumah-rumah ibadah, baik masjid maupun gereja.

  Lebih lanjut ketika fitur ini diperhadapkan dengan hubungan mutual Islam- Kristen di desa ini, penulis menemukan bahwa jaringan sosial ini pun telah bekerja dengan efektif sebagai kekuatan pertahanan di dalam sistem relasi mereka. Misalnya ketika terjadi kasus kekerasan yang disertai pembunuhan yang melibatkan orang dari suku Dayak dan Bugis di daerah Kecamatan Muara Badak pada tahun 2015. Saat itu kelompok dari suku Dayak mengadakan penyisiran (sweaping) ke desa-desa. Berkenaan dengan peristiwa tersebut, Eli Depris

  • – warga dari suku Daya beragama Kristen yang juga sebagai ketua BPD desa Prangat Baru pada saat itu – segera menemui kelompok tersebut dan menyampaikan agar mereka tidak perlu masuk ke desa Prangat karena pasti akan menimbulkan rasa takut bagi masyarakat. Dengan

  21 demikian aksi penyisiran pun tidak terjadi di desa itu.

20 Menurut Purnomo dan Agus Haryanto dalam FGD tanggal 08 September 2017.

  22 Contoh lain adalah ketika Agus Haryanto tidak jarang dimintai tolong untuk

  berdoa bagi anggota keluarga tetangga-tetangganya yang sakit, sekalipun mereka beragama Islam. Menurut penuturannya, Agus sebelum berdoa selalu mengingatkan bahwa ia hanya dapat berdoa menurut iman Kristen yang ia anut. Selain itu ia juga menegaskan bahwa semua kesembuhan hanya menjadi kuasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu orang yang sakit tetap harus berobat ke dokter dan yakin akan diberi kesembuhan oleh Sang Gusti. Jaringan yang begitu kuat terjadi di desa ini, sehingga setiap individu yang adalah bagian dari organ masyarakat, paham akan

  23 kapabilitasnya.

  22 Ia adalah salah seorang anggota Majelis Jemaat di GPIB Jemaat Sola Gracia Marang Kayu

Pos Pelayanan Petra Prangat. Ia juga dipercaya sebagai Kepala Urusan Pembangunan di Kantor Desa

Prangat Baru. 23 Wawancara dengan Agus Haryanto tanggal 07 September 2017.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

0 0 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1.Pengertian Manajemen - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

0 0 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Langkah Pengembangan Model 4.1.1.Potensi dan Masalah 1. Perencanaan (Planning) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Mening

0 0 32

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

0 0 73

BAB I Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Modal Sosial dalam Hubungan Mutual Islam–Kristen di Desa Prangat Baru Marang Kayu

0 0 14

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 16

BAB II Hubungan Lintas Agama dan Modal Sosial - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Modal Sosial dalam Hubungan Mutual Islam–Kristen di Desa Prangat Baru Marang Kayu

0 1 14

BAB III Hubungan Lintas Agama Di Prangat Baru Marang Kayu - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Modal Sosial dalam Hubungan Mutual Islam–Kristen di Desa Prangat Baru Marang Kayu

0 0 15

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

1 2 5