Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

  HASIL WAWANCARA PENGEMBANGAN MODEL SUPERVISI PENGAWAS TEKNIK WORKSHOP UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH. No Nara Sumber Pertanyaan

  1. Kepala UPTD 1.

  Bagaimana pelaksanaan program yang Kecamatan dilakukan pengawas untuk menilai Getasan kinerja kepala sekolah?

  Kami sudah menyusun program supervisi maupun kunjungan bagi kepala sekolah maupun guru secara rutin. Akan tetapi, memang ada kendala-kendala yang dihadapi ketika akan melakukan supervisi. Misalnya kendala kesiapan dari sekolah yang dikunjungi. Atau pengawas datang, kepala sekolah yang bersangkutan sedang meninggalkan jam dinas.

  2. Kapan biasanya program supervisi dipersiapkan atau dibuat?

  Perencanaan program biasanya kami melaksanakan di awal tahun ajaran. Rancangan tersebut kami susun berdasarkan waktu yang tidak bertepatan dengan kegiatan dinas lain yang sudah pasti. Namanya merancanag program sudah pasti karena kami punya tujuan, yaitu membantu kepala sekolah, guru di sekolah 3.

  Bagaimana cara mengorganisasi kepala sekolah di kecamatan Getasan?

  di lingkup kecamatan Getasan kami sudah membentuk paguyuban atau kelompok kerja bagi kepala sekolah. perkumpulan tersebut bertujuan supaya memudahkan kami untuk koordinasi jika ada kegiatan, maupun himbauan penting dari dinas terkait dengan sekolah, guru,

  maupun kepala sekolah sendiri. Jadi, sebenarnya dengan adanya kegiatan pertemuan bersama dengan kepala sekolah di lingkup kecamatan Getasan, sudah mempermuda untuk mengoordinir mereka.

  4. mengenai efektivitas Bagaimana pelaksanaan program supervisi oleh pengawas di kecamatan getasan selama ini?

  kalau kegiatan supervisi itu pasti dilakukan dengan cara melihat atau mengobservasi secara langsung orang yang disupervisi. Pelaksanaan yang dilakukan biasanya pengawas berkunjung ke setiap sekolah di kecamatan Getasan pada jam dinas atau jam kegiatan belajar mengajar

berlangsung.

  5. Apa yang dilakukan dalam kegiatan evaluasi pelaksanaan program supervisi pengawas?

  bentuk evaluasi yang dilakukan pengawas, melakukan penilaian dari kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah.

  2. Pengawas Sekolah 1.

  Bagaimana pelaksanaan program yang Kecamatan dilakukan pengawas untuk menilai Getasan kinerja kepala sekolah?

  Program supervisi itu sudah kami siapkan supaya memudahkan kepala sekolah maupun guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam melakukan tugasnya. Misalnya, kesulitan mengajar, mengelola kelas, dan lain sebagainya. Akan tetapi saat di lapangan ditemukan banyak kendala yang tidak terduga. Contohnya, kalau saya datang, kemudian guru maupun kepala sekolah belum siap untuk disupervisi ada yang

  menawar hari supervisinya. Ada pula, ketika saya mau supervisi ternyata sudah dirancang kegiatan lain di sekolah, dan lain-lain. Memang tidak mudah untuk melaksanakan program supervisi itu dengan maksimal, apalagi keterbatasan waktu yang sudah kami tentukan belum tentu sesuai dengan kegiatan sekolah yang akan kami kunjungi.

  2. Kapan biasanya program supervisi dipersiapkan atau dibuat?

  Selama ini kami menyusun program seperti yang sudah ada sebelumnya. Susunan program yang kami buat juga menyesuaikan kebutuhan yang ada. Jadi, kalau susunan program memang belum ada yang berubah. Sebenarnya ketika menyusun program baru, kami harus melihat evaluasi dari program yang sudah dibuat dan dilaksanakan sebelumnya. Tapi, seringkali kami harus membagi waktu dengan kesibukan pekerjaan yang lain, sehingga kekurangan program sebelumnya tidak kami evaluasi dan tidak kami perbaharui dengan hal yang baru.

  3. Bagaimana cara mengorganisasi kepala sekolah di kecamatan Getasan?

  untuk memudahkan koordinasi dengan kepala sekolah di lingkungan kecamatan, memang sudah dari dulu dibentuk perkumpulan atau kelompok kerja bagi kepala sekolah. kalau tidak ada kelompok kerja itu, pasti kami sebagai pengawas maupun yang ada di dinas akan kesulitan untuk memberitahukan informasi-informasi baru yang terkait dengan dinas maupun sekolah. Biasanya kegiatan kepala

  sekolah tidak bisa dipastikan berapa pertemuan dalam satu bulan, karena yang berkaitan dengan informasi dinas terkadang mendadak atau bisa juga lebih lama. Kepala sekolah yang ada di lingkup kecamatan Getasan itu ada kurang lebih 28 sekolah, kalau tidak ada kelompok kerja kepala sekolah kami pengawas yang satu kecamatan hanya 2 tidak sanggup untuk menginformasikan ke tiap-tiap sekolah. Kadang kalau kami datang tiba-tiba untuk menyampaikan informasi, yang terjadi kepala sekolah sedang ada kegiatan di luar jam dinas, dan lain sebagainya. Untuk kegiatan yang dilakukan melalui kelompok kerja tersebut seringkali mengenai kegiatan dinas, laporan dinas yang langsung

berkaitan dengan tugas kepala sekolah.

  4. mengenai efektivitas Bagaimana pelaksanaan program supervisi oleh pengawas di kecamatan getasan selama ini?

  memang yang biasa kami lakukan adalah mengunjungi sekolah-sekolah di kecamatan Getasan, terutama kami ingin memantau kegiatan belajar mengajar dan perkembangan yang dihasilkan oleh sekolah. Biasanya kami sudah menjadwalkan dan menyampaikan terlebih dahulu kepada kepala sekolah jika kami akan visitasi ke sekolah. Tujuannya supaya kepala sekolah siap di tempat, sehingga kalau kami sebagai pengawas ingin melihat laporan-laporan yang berkaitan dengan sekolah, atau kami ingin mengetahui program kegiatan sekolah, kami bisa wawancara dan bertukar pikiran. Di Kecamatan Getasan ini ada kurang lebih 28 sekolah yang

  kami bina, sedangkan pengawas hanya ada 2. Jika dibandingkan dengan jumlah pengawas dan jumlah sekolah yang ada, tentu itu menjadi kesulitan bagi kami untuk mengefektifkan program supervisi. Padahal sebenarnya ketika membuat program itu kami ingin melaksanakan dengan maksimal, tetapi tugas kami yang lain juga banyak, apalagi kalau ada keperluan dinas, undangan rapat, pelatihan, seminar, dan lain-lain yang menyita cukup banyak waktu bagi kami pengawas.

  5. Apa yang dilakukan dalam kegiatan evaluasi pelaksanaan program supervisi pengawas?

  untuk evaluasi supervisi yang kami lakukan memberikan penilaian kepada kepala sekolah mengenai pelaksanaan program supervisi yang dilakukan kepala sekolah. Pada form penilaian kegiatan suda memberikan kritik, saran, atau masukan bagi kepala sekolah terkait kegiatan supervisi. Harapannya supaya dengan masukan-masukan dari saya, kepala sekolah dapat mengintrospeksi diri dan semakin meningkatkan kemampuan supervisi kepala sekolah. Hasil evaluasi ini juga harus saya laporkan dengan mengetahui kepala UPTD, sebagai bukti pelaksanaan program yang sudah disusun.

  3. Kepala Sekolah 1 1.

  Bagaimana penyusunan program supervisi di sekolah ini?

  Program supervisi pasti ada dan sudah disusun dari awal semester. Bahkan pelaksanaannya juga minimal satu semester. Biasanya untuk melaksanakan program supervisi kepada guru-guru perlu penjadwalan yang tepat

  disesuaikan dengan jadwal guru tersebut saat mengajar.

  2. Bagaimana mengenai pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas selama ini?

  

pengawas dalam melakukan kegiatan

supervisi kepada kepala sekolah biasanya datang ke sekolah untuk

mensurvei kegiatan belajar mengajar,

memantau program maupun kegiatan

sekolah, dan lain-lain. Kalau untuk

kepala sekolah di Kecamatan Getasan,

kami biasanya ada pertemuan bersama untuk kepala sekolah, tapi dalam pertemuan tersebut tidak selalu membahas mengenai supervisi dari pengawas. Biasanya di kegiatan kepala

sekolah banyak membahas mengenai

perubahan kurikulum, peraturan dinas,

berkas-berkas, dan hal-hal lain yang

terkait dengan dinas pendidikan. Tetapi

kalau tidak ada paguyuban seperti itu,

kepala sekolah seperti saya yang sudah sepuh pasti kesulitan untuk

mendapatkan informasi-informasi baru

seperti untuk guru, untuk siswa, untuk

kepala sekolah, dan juga untuk kemajuan sekolah.

  3. Bagaimana cara pengawas memberikan evaluasi terhadap hasil supervisi?

  biasanya pengawas hanya menilai pelaksanaan supervisi yang saya lakukan kepada guru. Penilaian itu

didasarkan pada bukti fisik laporan

penilaian supervisi yang sudah saya

lakukan. Tetapi hanya pada hal itu saja. Belum ada diskusi bersama untuk membahas masalah, kendala yang

dihadapi atau memberikan masukan

secara lisan.

  4. Kepala Sekolah 2 1. Bagaimana penyusunan program supervisi di sekolah ini?

  Di awal semester program-program di sekolah sudah harus di buat, salah satunya program supervisi guru. Program itu disusun berdasarkan kebutuhan sekolah, seperti saya menyesuikan dengan sumber daya yang ada di sekolah.

  2. Bagaimana mengenai pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas selama ini?

  kalau untuk kegiatan supervisi pengawas, biasanya pengawas memberitahu terlebih dahulu dan menjadwalkan datang ke sekolah untuk kegiatan supervisi. Tetapi biasanya pengawas hanya datang untuk mewawancarai saja terkait kegiatan yang dilakukan sekolah. Kalau untuk visitasi di kelas, tidak selalu dilaksanakan karena jam datang pengawas tidak menentu. Terkadang pengawas datang pada saat jam kegiatan belajar mengajar sudah selesai, sehingga tidak dapat visitasi kegiatan pembelajaran di kelas.

  3. Bagaimana cara pengawas memberikan evaluasi terhadap hasil supervisi?

  evaluasi yang diberikan pengawas berupa penilaian, juga kritik dan saran yang ditujukan bagi kepala sekolah. Tetapi, kepala sekolah tida diberi instrumen hasil penilaian, sehingga tidak banyak tahu bagaimana perbaikan yang harus dilakukan.

  5. Guru 1.

  Bagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah selama ini?

  kegiatan supervisi dari kepala sekolah tidak pasti untuk waktunya, kadang

  hanya satu kali dalam dua semester. Kalau kepala sekolah mensupervisi biasanya juga tidak selesai sampai akhir kegiatan karena kepala sekolah seringkali sudah ada agenda lain terkait kegiatan dinas

  6. Guru 1.

  Bagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah selama ini?

  tidak tentu untuk kegiatan supervisi kepala sekolah, karena kepala sekolah lebih banyak kegiatan lain yang berkaitan dengan administrasi, laporan, rapat, tugas dinas, kegiatan dinas, dan lain-lain yang tidak terduga. Sehingga, untuk pelaksanaan supervisi biasanya tergantung kapan kepala sekolah akan mengadakannya.

HASIL UJI VALIDASI PAKAR

  

SUPERVISI PENGAWAS

MELALUI TEKNIK

WORKSHOP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekolah merupakan lembaga formal yang

  dijadikan wadah dalam mewujudkan penyelenggaraan sistem pendidikan yang dapat menghasilkan output dalam bidang pendidikan. Output yang baik erat kaitannya dengan kualitas sekolah yang baik pula. Sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang memiliki standar pelayanan yang berkualitas. Kualitas sekolah dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya kompetensi guru, sarana prasarana, kualitas kegiatan pembelajaran dan kompetensi kepala sekolah. Ketercapaian aspek-aspek tersebut tidak dapat terlepas dari peran seorang Kepala Sekolah sebagai pemimpin.

  Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang terjadi di sekolah. sehingga, kepala sekolah memiliki tanggung jawab dan wewenang penuh terhadap penyelenggaraan pendidikan yang ada di sekolah. Mulyasa (2012:87) mengungkapkan bahwa salah satu indikator kepemimpinan kepala sekolah yang efektif yaitu dapat menjawab pertanyaan mengenai cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan produtivitas sekolah. Indikator tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah memiliki peran penting dalam mewujudkan manajemen sekolah yang baik.

  Kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang standar sebagai kepala sekolah, kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Salah satu kompentensi yang berpengaruh dalam keberhasilan sistem pendidikan adalah kompetensi supervisi dalam bidang akademik.

  Menurut Daryanto (2010:91-92) supervisi merupakan usaha yang dilakukan untuk mengetahui situasi lingkungan sekolah dalam segala kegiatan. Kegiatan ini dimaksudkan agar kepala sekolah dapat mengetahui secara keseluruhan dari setiap aktivitas, baik besar maupun kecil yang terjadi di lingkungan sekolah. Supervisi dilakukan dalam arti membina, mengarahkan, melatih, dan mendorong seluruh personal sekolah dan para guru agar memiliki wawasan baru untuk sebuah pengembangan, salah satunya kegiatan supervisi akademik.

  Selain itu Mulyasa (2012: 92) menyatakan bahwa supervisi merupakan bantuan profesional kepada guru melalui kegiatan perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera.

  Dalam kegiatan pembelajaran, seringkali guru mengalami kesulitan-kesulitan, baik kesulitan dalam menghadapi siswa maupun kesulitan dalam menyampaikan materi yang harus dipahami oleh siswa. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka perlu menjadi perhatian bagi guru untuk membuat perencanaan proses pembelajaran atau yang biasa disebut dengan RPP. Nehtry (2016) dalam penelitiannya menyampaikan bahwa guru belum menunjukkan kinerja yang memadai dalam tugas keprofesionalannya. Hal tersebut dilihat dari kemampuan siswa kurang maksimal dalam memahami pelajaran, masih lemahnya karakter siswa dalam sikap, dan rendahnya kemampuan membaca, menulis dan berhitung dari siswa.

  Kemampuan siswa yang rendah tentu akan dikaitkan dengan kemampuan guru dalam kinerjanya. Sehingga, kinerja guru yang rendah juga akan berdampak pula pada mutu pendidikan yang rendah pula. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas profesinya, diperlukan pembinaan bagi guru secara terstruktur. Pembinaan tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah yang bertindak sebagai supervisor. Sebagai supervisor, kepala sekolah dapat membantu guru meningkatkan kualitas dalam pembelajaran dengan melakukan supervisi pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan agar kepala sekolah dapat membimbing, memberikan masukan, membantu memecahkan masalah yang dihadapi guru terkait dengan kegiatan pembelajaran.

  Rasyidah (2012) dalam penelitiannya menerangkan bahwa kepala sekolah memiliki peran penting dalam meningkatkan kompetensi guru dalam kaitannya dengan implementasi KTSP khususnya dalam pelaksanaan supervisi akademik.

  Supervisi pembelajaran merupakan kegiatan pembinaan dengan memberikan bantuan secara teknis kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan profesional guru, diharapkan guru semakin siap dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan melakukan persiapan mengajar dan juga proses belajar mengajar yang lebih baik.

  Berdasarkan dari beberapa kajian tersebut, kegiatan supervisi pembelajaran tentunya menjadi bagian penting dalam meningkatkan kualitas sekolah. Dalam pelaksanaan program supervisi kepala sekolah perlu memiliki pemahaman yang mendalam sebagai supervisor. Akan tetapi, sebagaimana tugas kepala sekolah sebagai supervisor yang terjadi di lapangan belum sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kepala sekolah belum serta merta melaksanakan program supervisi secara terstruktur.

  Program supervisi tentunya sudah disusun oleh kepala sekolah dengan menyesuaikan kebutuhan sekolah. Namun, dalam kenyataannya program tersebut belum sepenuhnya terlaksana sesuai dengan rancangan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, diketahui adanya beberapa alasan kurang berhasilnya program supervisi pembelajaran, diantaranya yaitu terbenturnya jadwal supervisi dengan kegiatan sekolah atau dinas, kegiatan kepala sekolah yang harus sering ke luar, sehingga menyebabkan kedisiplinan guru yang rendah, bahkan alasan kurangnya controling dari pengawas sekolah.

  Kendala-kendala tersebut sejatinya dapat diatasi salah satunya, apabila kepala sekolah mendapatkan bimbingan dan pengawasan secara terprogram dari pengawas sekolah. Pengawas memiliki peran dalam keberhasilan pelaksanaan program supervisi dari kepala sekolah untuk meningkatkan kinerjanya. Harahap Diniyah Putri (2004) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penerapan supervisi dengan teknik workshop dapat meningkatkan pembelajaran yang efektif. Penelitian senada juga dilakukan oleh Heri Sukamto yang bertujuan meningkatkan kompetensi guru dalam membuat PTK melalui supervisi akademik teknik workshop. Untuk meningkatkan kualitas program yang sudah dirancang diperlukan juga kegiatan pengawasan yang tepat. Melihat minimnya pelaksanaan program supervisi oleh kepala sekolah tersebut, diperlukan model supervisi dari pengawas kepada kepala sekolah melalui teknik workshop untuk meningkatkan kualitas supervisi kepala sekolah.

  1.2. TUJUAN

  Tujuan dari pengembangan model supervisi pengawas melalui teknik workshop untuk meningkatkan kompetensi supervisi kepala sekolah adalah sebagai berikut:

  1. Memberikan acuan bagi pengawas, kepala sekolah, dan pihak-pihak terkait dalam melaksanakan program supervisi secara efektif sehingga dapat mengoptimalkan kompetensi guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

  2. Terselenggaranya supervisi oleh pengawas melalui teknik workshop untuk meningkatkan kompetensi atau kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pembelajaran.

  1.3. SASARAN

  Sasaran utama dari penerapan model ini adalah pengawas, kepala sekolah, dan guru sebagai pelaku dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

1.4. LANDASAN HUKUM 1.

  Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

  3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

  5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

  6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

  7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.

  8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Konsep Manajemen Manajemen merupakan proses yang dilaksanakan

  oleh seorang manajer agar suatu organisasi dapat berjalan untuk mencapai tujuan, yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dalam. Dalam dunia pendidikan kegiatan manajerial pun dilakukan untun mencapai tujuan pendidikan. Arikunto dan Yuliana (2012:4) menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha oleh sekelompok manusia dalam suatu organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Orientasi utama suatu kegiatan manajemen adalah untuk mencapai suatu tujuan yang efektif dan efisien.

  Sejalan dengan pendapat tersebut, Daryanto (2011: 91) menyatakan bahwa manajemen pendidikan merupakan seni dan ilmu untuk mengelola sumber daya pendidikan demi terwujudnya proses pembelajaran yang lebih baik. Proses pembelajaran tersebut didesain agar peserta didik mengalami suasana belajar yang aktif untuk mengembangkan potensi dirinya.

  Syarafuddin dan Nasuton (2005:71) menjelaskan fungsi manajemen ke dalam empat hal, yaitu: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Kepemimpinan (Leadership), dan Pengawasan (Controlling). Sejalah dengan pendapat tersebut, Usman (2006:10) menyatakan bahwa fungsi manajemen mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian. Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut, manajemen memiliki empat fungsi utaman yang berorientasi pada tujuan.

2.2. Konsep Supervisi Pembelajaran

  Supervisi secara etimologis berasalah dari kata “super” dan “visi” yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan (Mulyasa; 2012: 90).

  Supervisi dalam pendidikan ada karena kebutuhan guru memperoleh bantuan mengatasi kesulitan dalam landasan pengajaran dengan cara membimbing gurumemilih metode mengajar, dan mempersiapkan guru untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan kreativitas tinggi sebagai pengajar. Kegiatan supervisi ini tentunya bertujuan agar peserta didik semakin mengalami pertumbuhan secara berkesinambungan dengan pola pengajaran yang bervariasi.

  Sagala (2010) menyatakan supervisi merupakan suatu bantuan dalam pengembangan dan peningkatan situasi pembelajaran (belajar mengajar) yang lebih baik. Hal tersebut berarti baik buruknya suatu situasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat diketahui melalui kegiatan pengawasan.

  Sejalan dengan pendapat tersebut Daryanto (2011: 91-92) mengemukaan bahwa supervisi merupakan prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran. Penilaian ini bertujuan untuk memperlajari dan memperbaik secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

  Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada bantuan yang dapat meningkatkan kemampuan profesionalitas guru. Kemampuan profesional ini dapat tercermin pada kemampuan guru dalam memberikan bantuan belajar kepada peserta didik sehingga dapat terjadi perubahan tingkah laku sebagaimana tujuan dari kegiatan pembelajaran. Akan tetapi, untuk melaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran diperlukan penyusunan program supervisi yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

  Menurut Sagala (2010) tujuan supervisi adalah untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang berkualitas dan profesional dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran tersebut dapat diliperhatikan dari situasi, sarana, bahan ajar, maupun proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

  Sejalan dengan pendapat tersebut, Herabudin (2009: ) menegaskan bahwa supervisi bertujuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan proses mengajar oleh guru. Artinya bahwa supervisi dilaksanakan untuk mengetahui sejauhmana kinerja guru dalam mencapai tujuan pendidikan nasional melalui kegiatan di kelas. Namun demikian untuk mengetahui tingkat ketercapaian kegiatan pembelajaran tersebut, guru perlu dikendalikan oleh supervisor sebagai pengawas di sekolah, misalnya kepala sekolah.

  Mulyasa (2012: 112) juga memiliki pemahaman yang sama dengan pendapat sebelumnya bahwa tujuan supervisi adalah mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Dengan kata lain tujuan dari pelaksanaan supervisi pengajaran adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada para guru untuk belajar mengenai bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik.

  Pelaksanaan supervisi memberikan dampak bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Bukan hanya menilai namun, melalui kegiatan supervisi dapat dilakukan pemberian bantuan berupa dukungan kepada guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah dapat mengetahui sejauhmana kinerja guru melakukan tanggung jawabnya masing-masing secara lebih baik.

2.3. Konsep Teknik Workshop

  Workshop dalam kegiatan supervisi pendidikan

  dapat diartikan sebagai kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah guru atau pendidik yang mempunyai masalah yang relatif sama dan ingin dipecahkan bersama melalui percakapan dan bekerjasama secara kelompok maupun bersifat perseorangan. Ciri-ciri kegiatan workshop antara lain (1) masalah yang dibahas bersifat

  “life centred” dan

  muncul dari peserta sendiri; (2) selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya, sehingga tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dari semula, terjadi perubahan yang berarti pada diri mereka setelah mengikuti kegiatan workshop; (3) metode yang digunakan dalam bekerja adalah pemecahan masalah, musyawarah, praktik, dan penyelidikan; (4) diadakan berdasarkan kebutuhan bersama untuk memecahkan masalah pengajaran; (5) menggunakan narasumber yang dapat memberikan bantuan besar dalam mencapai hasil; (6) senantiasa memlihara kehidupan seimbang disamping mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan tingkah laku (Sagala, 2010).

  Supervisor sebagai fasilitator dalam workshop tentu lebih dahulu mempersiapkan perencanaan, menyiapkan bahan yang diperlukan, dan menyusun teknik-teknik fasilitas selama workshop berlangsung. Kegiatan workshop dapat berjalan dengan beberapa prosedur pelaksanaan yang tepat antara lain (1) merumuskan tujuan workshop (hasil yang ingin dicapai) secara jelas dan spesifik; (2) merumuskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas secara terperinci; (3) menentukan prosedur pemecahan masalah dengan cara merumuskan masalah yang akan dibahas, menentukan tujuan pembahasan, menggunakan metode pembahasan yang menarik dan menyenangkan, membaca buku yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, para peserta mendengar pengarahan dari narasumber, dan merumuskan kesimpulan materi yang dibahas; (4) menentukan alat dan bahan perlengkapan yang dipakai; (5) merumuskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi kemudia merumuskan alternatif permasalahannya; dan (6) merumuskan kesimpulan dan saran-saran serta rencana tindak lanjut sebagai

  follow up kegiatan (Sahertian, 2000: 112).

  

BAB III

GAMBAR DAN DESKRIPSI MODEL 3.1. Model Supervisi Pengawas melalui Teknik Workshop Pengembangan model supervisi pengawas melalui

  teknik workshop dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan workshop; (2) Pengorganisasian dan pelaksanaan workshop; (3) evaluasi workshop.

  Perencanaan workshop meliputi identifikasi kebutuhan workshop, perumusan tujuan workshop, penyusunan kegiatan workshop. Pengorganisasian dan pelaksanaan workshop meliputi koordinasi dengan Kepala UPTD, pengawas, dan kepala sekolah; pengorganisasian pengurus dan peserta workshop. Pelaksanaan workshop meliputi kegiatan pra-workshop: sosialisasi; supervisi kepala sekolah dengan teknik

  

workshop; dan kegiatan akhir workshop yaitu evaluasi

  dan tindak lanjut peserta supervisi. Evaluasi workshop yaitu mengevaluasi program supervisi dengan teknik

  

workshop. Berikut ini adalah gambar desain model

supervisi dengan teknik workshop.

  142

Gambar 3.1. Desain Model Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop

3.2. Deskripsi Pelaksanaan Supervisi melalui Teknik Workshop

  Pelaksanaan supervisi pengawas dengan teknik

  workshop untuk meningkatkan kompetensi supervisi

  kepala sekolah dapat dijabakan sebagi berikut: 1.

  Tahap Perencanaan Supervisi melalui Teknik

  Workshop

  Pada tahap ini, pengawas melakukan beberapa tahapan dalam perencanaan yaitu: (1) identifikasi kebutuhan penyusunan program workshop, langkah identifikasi kebutuhan penyusunan program workshop berdasarkan evaluasi pelaksanaan program supervisi sebelumnya. Identifikasi kebutuhan dilakukan agar kegiatan yang direncanakan sesuai dengan temuan- temuan kendala yang dialami pengawas dan kepala sekolah; (2) merumuskan tujuan, pada langkah ini pengawas merumuskan tujuan pelaksanaan supervisi untuk meningkatkan kompetensi supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah; (3) menyusun kegiatan supervisi dengan teknik workshop. penyusunakan kegiatan supervisi dengan teknik

  

workshop dilakukan dengan membuat susunan acara,

  kegiatan, dan menentukan materi atau topik yang akan disampaikan; (4) materi, materi yang disampaikan dalam workshop adalah supervisi pembelajaran. Materi tersebut dipilih karena peserta dalam kegiatan workshop adalah kepala sekolah yang bertujua untuk meningkatkan kompetensi supervisi dari kepala sekolah. Penekanan materi dapat ditentukan sesuai dengan pokok bahasan atau masalah yang diangkat; (5) media dan alat , media yang digunakan dalam kegiatan

  

workshop diperlukan untuk melancarkan kegiatan dan

  ketercapaian tujuan workshop. Media dan alat yang diperlukan antara lain laptop, proyektor dan screen, alat tulis bagi peserta, sound dan microfon.

2. Tahap Pengorganisasian Supervisi melalui Teknik

  Workshop

  Pada tahap pengorganisasian dilakukan beberapa kegiatan, yaitu: (1) Pengawas melakukan koordinasi dengan Kepala UPTD, bertujuan untuk melaksanakan supervisi. koordinasi dengan kepala UPTD dilakukan untuk mendapatkan persetujuan secara dinas, sehingga memperoleh kesepakatan pelaksanaan. Koordinasi dilakukan sesuai dengan perencanaan yang sudah disiapkan. (2) Membentuk panitia kecil untuk membantu persiapan pelaksanaan workshop yang terdiri dari penanggung jawab, ketua panitia, sekretaris, sie publikasi dan dokumentasi, serta sie acara. Panitia yang dibentuk akan melaksanakan tugas sesuai dengan bagian masing-masing. (3) Menentukan narasumber, narasumber dalam pelaksanaan workshop supervisi pengawas adalah pengawas. (4) Menentukan jadwal pelaksanaan workshop. Jadwal pelaksanaan

  

workshop ditentukan dengan menyesuaikan

  kesepakatan kegiatan program dinas. (5) Menentukan tempat workshop, tempat pelaksanaan kegiatan

  

workshop dipilih berdasarkan kebutuhan kegiatan. (6)

  Biaya workshop, biaya workshop ditentukan oleh panitia berdasarkan durasi kegiatan yang dilakukan dan jumlah peserta workshop. (7) Evaluasi, kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan workshop.

3. Tahap Pelaksanaan Supervisi melalui Teknik

  Workshop

  Pada pelaksanaan dilakukan beberapan langkah yang dilaksanakan, yaitu: (1) kegiatan pra workshop, yang berisi kegiatan sosialisasi kepada para kepala sekolah. kegiatan sosialisasi ini dilakukan melalui pemberian surat undangan kepada kepala sekolan yang bertujuan agar kepala sekolah dapat memperioritaskan kegiatan wokrshop; (2) kegiatan evaluasi dan tindak lanjut, kegiatan ini bertujuan agar setelah pelaksanaan kegiatan workshop ada hal yang diperoleh peserta, sehingga ada feedback terhadap pelaksanaan kegiatan

  

workshop. Selain itu, rencana tindak lanjut kegiatan

  dapat memberikan bantuan bagi peserta untuk memaknai materi, pemaparan terhadap kegiatan

  workshop.

4. Tahap Evaluasi Supervisi melalui Teknik Workshop

  Pada tahap ini dilakukan evaluasi kegiatan supervisi dengan teknik workshop. Evaluasi ini bertujuan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut menjawab kebutuhan supervisi dan efektif untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang. Evaluasi dilakukan melalui penilaian yang dilakukan pengawas terkait dengan kegiatan supervisi pembelajaran yang dilakukan. Tahapan manajemen tersebut terlihat seperti gambar berikut:

BAB IV KUNCI KEBERHASILAN MODEL Kunci keberhasilan supervisi dengan teknik workshop

  adalah pada tahap pelaksanaan dibuktikan dengan adanya perubahan yang berarti dari diri peserta. Perubahan tersebut dibuktikan dengan pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah tanpa adanya kendala. Sesuai dengan salah satu ciri pelatihan workshop yaitu mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perilaku (Sagala, 2010). Mampu memberikan perubahan iklim yang kondusif dan lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi, juga menjadi kunci keberhasilan supervisi dengan teknik workshop (Mulyasa, 2012).

  Melalui pelaksanaan supervisi dengan teknik workshop baik peserta workshop maupun narasumber dapat saling menyampaikan pendapat secara terbuka mengenai kendala- kendala yang dialami dalam meningkatkan kompetensi supervisi pembelajaran. Kesulitan yang dihadapi pengawas dalam melaksanakan supervisi untuk meningkatkan kompetensi supervisi kepala sekolah dapat diatasi dengan melakukan perencanaan program yang disesuikan dengan kondisi masing-masing.

  Perencanaan supervisi yang tepat dapat dilakukan melalui tahapan manajemen, sehingga dapat sesuai dengan tujuan supervisi. Seorang supervisor dituntut untuk dapat menangani atau mengatasi permasalah yang dihadapi sehingga mampu memberikan bantuan kepada bawahan atau anggota. Oleh karena itu, untuk melakukan sebuah perencanaan yang tepat, supervisor perlu memahami kondisi dan situsi yang terjadi, agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

BAB V PENUTUP Supervisi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

  untuk memberikan bantuan terhadap bawahan dalam mengatasi masalah serta kendala-kendala yang ada. Kegiatan supervisi supervisi pengawas terhadap kepala sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan bantuan kepada kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensinya secara akademik. Pemberian bantuan tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan supervisi. Kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pembelajaran dapat membantu guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Pengawas memiliki peran untuk membantuk kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pembelajaran. Selain itu, pengawas juga berfungsi sebagai pembina bagi kepala sekolah, sehingga dapat memberikan masukan dalam melaksanakan supervisi akademik. Berdasarkan kendala-kendala yang sering dialami, diharapakan melalui supervisi pengawas dengan teknik workshop dapat memberikan masukan bagi pengawas untuk mengefektifkan kegiatan supervisi.

DAFTAR PUSTAKA

  Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. 2013 Manajemen

  Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media bekerjasama

  dengan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyaharta. Daryanto. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka

  Cipta Daryanto. 2011. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka

  Cipta Engkoswara, dkk. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung:

  Alfabeta Harahap, Diniyah Putri. 2004. Supervisi Akademik Teknik

  Workshop Meningkatkan Kemampuan Guru Melaksakanakan Pembelajaran Aktif. Medan: Jurnal

  Manajemen Pendidikan Indonesia. http: //digilib.unimed.ac.ide (diakses pada Sabtu, 5 Januari 2018 Pukul 16.19 WIB)

  Herabudin. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.

  Bandung: Pustaka Setia Mulyasa. 2012. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala

  Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

  Nehtry, Merukh. 2016. Pengembangan Model Supervisi Akademik Teknik Mentoring Bagi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Kelas. Salatiga : ejournal.uksw.edu (diakses pada 26 Januari 2017 pukul

  12.12 WIB) Rasyidah. 2012. Peran Supervisi Akademik Kepala Sekolah

  dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah Aliyah Kota Yogyakarta(diakses pada Sabtu, 20

  Agustus 2016 pukul 10.40 WIB) Sagala. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi

  Pendidikan. Medan: Alfabeta

  Sahertian. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Syarafuddin dan Nasution, Irwan. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching. Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wahyosumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah.

  Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

  Lampiran 1

  Contoh Susunan Kegiatan Workshop

  

Workshop Supervisi

1. Latar Belakang Kegiatan

  Kualitas pendidikan ditentukan oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, salah satunya peran guru sebagai pendidik. Guru perlu memiliki kompetensi yang unggul dalam pembelajaran sehingga dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Keberhasilan guru dalam pembelajaran dapat dilihat melalui nilai siswa. Selain itu, penilaian tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau supervisor melalui kegiatan supervisi. Supervisi merupakan usaha yang dilakukan untuk memberikan bantuan kepada guru dalam mengatasi permasalahan di lingkungan akademik. Untuk itu, diperlukan pemahaman mengenai kegiatan supervisi melalui kegiatan workshop.

2. Tujuan

   program supervisi.

  Peserta mampu memahami konsep penyusunan

   supervisi.

  Peserta mampu memahami konsep pelaksanaan

  Peserta mampu melaksanakan program supervisi  sesuai dengan tahapan atau langkah.

  3. Materi

  Materi yang disampaikan dalam kegiatan workshop ini disesuaikan dengan topik atau bahasan utama, antara lain:

  Supervisor

   Program Supervisi  Pentingnya Supervisi

   Pelaksanaan Supervisi  4.

   Manfaat Pelaksanaan Kegiatan

  Kegiatan workshop ini bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah maupun guru dalam dunia pendidikan.

  5. Waktu dan Tempat Kegiatan

  Kegiatan workshop dilaksanakan pada: Hari / Tanggal : Waktu : Tempat : 6.

   Narasumber/Pemateri

  Adapun pemateri yang mengisi workshop adalah: Pengawas 1, Pengawas 2.

  7. Alat dan Media

  Laptop 

   Proyektor dan Screen  Alat tulis

   Microfon dan sound 8.

   Bentuk dan Susunan Kegiatan Kegiatan Narasumber Keterangan 1.

  Pembukaan Kepala UPTD Pengawas

   Tempat Aula  Alat: Microfon dan Sound

  1: Pemaparan materi

  Pengawas  Tempat Aula

2. Sesi

   Proyektor  Screen

   Alat: Microfon dan Sound  Alat tulis

  2: Pemaparan materi dan pembentuk an kelompok

  Pengawas  Tempat Aula

   Alat: Microfon dan Sound  Alat tulis

   Proyektor  Screen

   Laptop 4. Sesi

  3: diskusi kelompok kecil

  Pengawas  Tempat Aula

   Alat: Microfon dan Sound  Alat tulis

   Laptop 3. Sesi

   Proyektor  Screen

   Laptop 5. Penutup:

  Kegiatn evaluasi Pengawas 

  Tempat Aula

   Alat: Microfon dan Sound  Alat tulis

   Proyektor  Screen

   Laptop

  Lampiran 2

  Contoh susunan acara kegiatan workshop

  Workshop Supervisi Waktu Kegiatan Keterangan

  07.30 Daftar ulang Peserta

  • – 08.00

  wokrshop

  08.00 Pembukaan: Kepala UPTD

  • – 08. 15

  Sambutan

  08.15 Sesi 1 : Pengawas

  • – 10.15

  Supervisor

   Program supervisi

   10.15 Break Panitia – 10.30

  10.30 Sesi 2: Pengawas

  • – 12.00

  Pentingnya supervisi

   Pelaksanaan  supervisi

  12.00 Makan Siang Panitia

  • – 13.00

  13.00 Sesi 3: Pengawas

  • – 15.00

  Pemantapan materi Panitia melalui diskusi peserta kelompok

  15.00 Presentasi dan tanya Pengawas,

  • – 16.30 jawab panitia, peserta

  16.30 Penutup Panitia

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Musai: Resital Piano

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mangantar: Menjembatani Proses Lamaran Menuju Pernikahan dalam Masyarakat Suku Lauje sebagai Pendekatan Pendampingan Prapernikahan

0 0 12

2.1 Pemahaman Konseling Multikultural - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mangantar: Menjembatani Proses Lamaran Menuju Pernikahan dalam Masyarakat Suku Lauje sebagai Pendekatan Pendampingan Prapernikahan

0 1 28

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Tolitoli - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mangantar: Menjembatani Proses Lamaran Menuju Pernikahan dalam Masyarakat Suku Lauje sebagai Pendekatan Pendampingan Prapernikahan

0 0 18

4.1. Asal usul dan Pemaknaan Mangantar Dalam Perspektif Pastoral Budaya dan Konseling Multikultural - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mangantar: Menjembatani Proses Lamaran Menuju Pernikahan dalam Masyarakat Suku Lauje sebaga

0 0 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Kisah Penulis dalam karya “Esa Neme Sosona Losa Mate’Ena” - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Esa Neme Sosona Losa Mate’Ena: Sebuah Komposisi Musik Program untuk Ansambel Musik

0 0 15

A. Bagian Pertama “Me’is Esa” - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Esa Neme Sosona Losa Mate’Ena: Sebuah Komposisi Musik Program untuk Ansambel Musik

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

0 0 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1.Pengertian Manajemen - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

0 0 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Langkah Pengembangan Model 4.1.1.Potensi dan Masalah 1. Perencanaan (Planning) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Mening

0 0 32