BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Kata حسن /ḥasan/, خير /Khair/, Dan طيب /ṭayyib/ Dalam Alquran Ditinjau Dari Segi Makna Gramatikal

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian tentang makna kata dalam Alquran sudah pernah diteliti
oleh peneliti-peneliti sebelumnya antara lain seperti; Analisis semantik Kata
Faradah, katabah dan kutiba Dalam Alquran. Oleh Halomoan Lubis
(940704020). hasilnya adalah kata faradah terdapat pada 4 surah dan memiliki arti
fardukan, menetapkan, mengerjakan, memerlukan dan mewajibkan dengan makna
leksikalnya fardukan dan mewajibkan dan selebihnya makna gramatikal. Kata
katabah terdapat pada 8 surah memiliki arti, ditetapkan, dihalalkan, ditentukan,
mewajibkan, dituliskan, menanamkan, diperlukan dengan makna leksikalnya
dituliskan dan selebihnya makna gramatikal. Kata kutiba terdapat pada 12 surah
dan memiliki arti diwajibkan, ditetapkan, diperlukan, ditentukan, dituliskan,
diputuskan, diperintahkan, dan ditakdirkan, dengan makna leksikalnya dituliskan
dan selebihnya makna gramatikal.
Selain itu penelitian seperti ini juga telah dilakukan oleh Helwati
(990704006) dengan judul “Analisis Kata Al-Dinu Dalam Alquran”. hasilnya kata
Al-dinu terdapat dalam Alquran sebanyak 94 kata, tersebar pada 40 surah dan
berbagai sigah dan ayat, dan memiliki banyak makna diantaranya : agama 65 kali,
hari pembalasan 17 kali, ketaatan 10 kali, dikuasai 1 kali dan undang-undang 1
kali. Kedua peneliti diatas sudah tentu akan berbeda dengan penelitian ini yakni :

Analisis Kata ‫ ﺣﺴﻦ‬/ḥasan/, ‫ ﺧﲑ‬/khair/, dan ‫ ﻃﻴﺐ‬/ṭayyib/ Ditinjau Dari Segi Makna
Leksikal dan Gramatikal. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji objek yang
berbeda, yang tentu saja hasilnya akan berbeda pula.
2.2 Konsep dan Jenis-Jenis Makna

8
Universitas Sumatera Utara

Semantik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda dalam bahasa.
Dalam bahasa Arab disebut `ilm ad-dalalah. `ilm-ad-dalalah ini terdiri atas dua
kata: `ilm yang berarti ilmu pengetahuan, dan al-dilalah yang berarti penunjukkan
atau makna. Jadi, ‘ilm al-dilalah menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan yang
mengetahui tentang makna. Secara terminologis, ilm- ad-dalalah sebagai salah
satu cabang linguistik (`ilm al-lughoh) yang telah berdiri sendiri yaitu ilmu yang
mempelajari tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran makna mufrodat
(kosa kata) maupun pada makna dalam tataran tarokib (struktur atau gramatikal
bahasa).(http://www.falaaḥisme.blogspot.com/2013/04/pengertian-ilmusemantik-atau-ilmu-ad.html).
Menurut Umar, (1998:11) ‘ilm ad-dilalah adalah sebagai berikut:

ِ

ِ ِ
ِ ِ
َ‫ع ِﻣ ْﻦ ِﻋ ْﻠ ِﻢ اﻟﻠّﻐَﺔ اﻟّ ِﺬ ْي ﻳـَﺘَـﻨَ َﺎو ُل ﻧَﻈْ ِﺮﻳَﺔ‬
َ ‫س اﻟْ َﻤ ْﻌ َﲎ اَْو َذﻟ‬
ُ ‫ﻳـً َﻌﱠﺮﻓُﻪُ ﺑـَ ْﻌ‬
ُ ‫ﻚ اﻟ َﻔ ْﺮ‬
َ ‫ﻀ ُﻬ ْﻢ ﺑﺎَﻧﱠﻪُ د َر‬
ُ ‫اﺳﺔُ اﻟْ َﻤ ْﻌ َﲎ اَْو اَﻟْﻌ ْﻠ ُﻢ اﻟّﺬ ْي ﻳَ ْﺪ ُر‬
‫اﳌ ْﻌ َﲎ‬
َ

/yu‘arrifuhu ba‘duhum bi`annahu dirāsatu al-ma‘nā au al-‘ilmu al-lażī yadrusu
al-ma`nā au żalika al-far‘u min ‘ilmi al-lugati al-lażī yatanāwalu na‘riyata
alma‘nā/ “didefenisikan sebagian mereka dengan studi tentang makna atau ilmu
yang memepelajari tentang makna, atau merupakan cabang linguistik yang
mengkaji tentang teori makna”
Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang menarik. Bentuk
makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam
bidang ilmu tertentu yakni dalam bidang linguistik. Ada tiga hal yang coba
dijelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan

istilah makna. Ketiga hal itu, yakni (i)menjelaskan kata secara alamiah,(ii)
mendeskripsikan kalimat secara alamiah dan (iii) menjelaskan makna dalam
proses

komunikasi(Kempson,1977:11).

Dalam

hubungan

ini

kempson

berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi: (i) kata; (ii)
kalimat; dan (iii) apa yang dibutuhkan oleh pembicara untuk berkomunikasi.
(Pateda, 2001:79)

9
Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Makna Gramatikal Afiksasi
Makna gramatikal afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada bentuk
dasar. Dalam bahasa indonesia afiksasi merupakan satu proses penting dalam
pembentukan dan penyampaian makna. Jenis afiks dan makna gramatikal yang
dihasilkan cukup banyak dan beragam. Satu hal yang jelas makna afiks yang
dihasilkan

mempunyai

kaitan

dengan

fitur

semantik

bentuk


dasarnya.

Umpamanya dalam prefiksasi dengan prefiks ber- pada bentuk dasar nomina yang
berfitur makna [+pakaian] atau [+perhiasan] akan melahirkan makna gramatika
‘mengenakan’ atau ‘memakai’. Misalnya pada kata berdasi, bersepatu, berbedak,
dan berpita. Pada bentuk dasar yang berfitur semantik [+kendaraan] akan
melahirkan makna ‘mengendarai’,’naik’ atau ‘menumpang’. Misalnya pada
besepeda, berkereta, berkuda dan berbemo. (Chaer : 2003)
Bahasa

Arab

terkenal

dengan

kekayaan

kosakatanya.


Kekayaan

kosakatanya ini antara lain disebabkan adanya bentuk tunggal, dual, jamak serta
didapati jenis maskulin dan feminim. Diantara kajian yang dilakukan para ahli
dalam menyatukan persepsi tentang bahasa ini adalah menyatukan kesamaan
pembentukan kata dalam kalimat yang ditinjau dari aspek morfologis. Salah satu
aspeknya adalah afiksasi atau pengimbuhan yang dilekatkan pada kata dasar.
Pengimbuhan pada kata dasar ini mampu memberikan makna yang beragam
sehingga

dapat

memperkaya

kosa-kata

dalam

suatu


bahasa.

Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Chaer,
1994 : 29).
Afiksasi adalah Imbuhan atau bentuk terikat yang apabila ditambahkan
pada kata dasar atau bentuk dasar dapat merubah makna gramatikal (KBBI, 1995 :
10). Penambahan morfem asi, afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks
pada akar atau kata dasar,seperti morfem ber pada kata bertiga, morfem er pada
kata gerigi , dan morfen an pada kata ancaman. Pembahasan mengenai afiks dapat

10
Universitas Sumatera Utara

di temukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun demikian,
pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan
berbeda-beda.
2.2.2 Afiksasi Bahasa Arab

Menurut Nāşif (1994 : 8) dalam Rasyid (2009 : 2). Dalam bahasa Arab
afiks dapat diistilahkan dengan ‫ ﺣﺮف اﻟﺰﻳﺎدة‬/harf-l-ziyādah/, yaitu huruf-huruf

tambahan yang masuk dalam sebuah kalimat bahasa Arab sehingga dari
penambahan tersebut akan muncul berbagai makna yang berbeda. Kata ‫ﺣﺴﻦ‬
/ḥasan/, ‫ ﺧﲑ‬/khair/, dan ‫ ﻃﻴﺐ‬/ṭayyib/ dilihat dari kelas kata merupakan isim sifat
(adjektiva), berikut ini jenis-jenis afiksasi dari bentuk dasar isim adjektiva.
1.

Prefiks (as-sābiq) (--‫ ) ﺃ‬/a--/ :

Menurut Hamalāwī (1953 : 81) dalam Rasyid (2009 : 5) Prefiks (as-sābiq)
(--‫ )ﺃ‬/a--/ ini berlaku pada

‫ اﺳﻢ ﺗﻔﻀﻴﻞ‬/ism tafdhīl/ yang menunjukkan

perbandingan dua benda dimana salah satu dari yang dibandingkan itu
memiliki kelebihan.
Contoh: Hamzah + (Adj) = N

‫ أ‬+ ‫أﻛﱪ =ﻛﺒﲑ‬
Prefiks hamzah + /kabīrun/’ besar’ = /akbaru/’ yang lebih besar’
Penambahan morfem hamzah di awal kalimat ‫ ﻛﺒﲑ‬/kabīrun/’ besar’ menjadi


‫ أﻛﱪ‬/akbaru/’ yang memiliki makna sangat besar’.
Contoh makna gramatikal afiksasi dalam Alquran yang sementara ini
peneliti temukan diantaranya:

11
Universitas Sumatera Utara

    
    
  
/ṣibgata allahi wa man aḥsanu mina allahi ṣibgatan wa nahnu lahū
‘ābadūna/ “Sibghah Allah.” Siapa yang lebih baik sibghah-nya daripada Allah?
Dan kepada-Nya kami menyembah. “(Qs, Al Baqarah : 138)
Pada ayat Alquran di atas terdapat kata ‫ ﺣﺴﻦ‬/ḥasan/ yang mengalami
proses gramatikal afiksasi. Proses afiksasi disini adalah penambahan prefiks alif
pada bentuk dasar ‫ ﺣﺴﻦ‬/ḥasan/ sehingga menjadi

‫ أﺣﺴﻦ‬/aḥsanu/ bermakna


gramatikal ‘lebih baik’.







/Wainnahum ‘indanā laminal muśţafainal akhyāri/. “ Dan sungguh, di sisi
Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS, Shād : 47)
Pada ayat Alquran di atas terdapat kata ‫ ﺧﲑ‬/khair/, yang mengalami proses
gramatikal afiksasi. Proses afiksasi disini adalah prefiks alif pada bentuk dasar ‫ﺧﲑ‬
/khair/ sehingga menjadi

‫ ْاﻷَ ْﺧﻴَﺎر‬/akhyār/ bermakna gramatikal ‘paling baik’.

Dari kedua ayat tersebut terdapat perbedaan bahwa kata ‫ أﺣﺴﻦ‬/aḥsanu/ di
artikan “lebih baik” atau dengan kata lain menyatakan perbandingan dua,
sementara kata ‫ ْاﻷَ ْﺧﻴَﺎر‬/akhyār/ diartikan “paling baik” atau dengan kata lain
menyatakan “paling” dan memang didalam alquran kata-kata ‫ ْاﻷَ ْﺧﻴَﺎر‬/akhyār/

tidak ada diartikan lebih baik namun hanya di artikan “paling baik” saja dapat
dilihat nanti analisis berikutnya di bab III. Sementara peneliti tidak menemukan
kata tayyib yang mengalami proses afiksasi prefiks (as-sābiq) (--‫ )ﺃ‬/a--/ ini.

12
Universitas Sumatera Utara

2.

Infiks ( az-ziyādah) (--‫ﺍ‬--) /--ā--/:

Infiks ( az-ziyādah) (--‫ﺍ‬--) /--ā--/ berlaku pada ism yang termasuk dalam

kategori ‫ ﺻﻔﺔ اﳌﺎﺎﺑﺔ‬/şifah musyabbahah/ yang terdiri dari beberapa wazan.
Salah satu dari wazan dari şifah musyabbahah ini ada yang mendapat
tambahan huruf (az-ziyādah) (--‫ﺍ‬--) /--ā--/.
Contoh :
(Adj)+Alif + = N

‫ ا = ﺟﺒـﺎن‬+ ‫ ﺟﱭ‬/jabana/ ‘takut’ + infiks

(--‫ﺍ‬--) /--ā--/: = /jabānun/ ‘penakut’

penambahan morfem alif di tengah kalimat ‫ ﺟﱭ‬/jabana/’ takut’ menjadi ‫ﺟﺒـﺎن‬
/jabānun/ yang memiliki makna penakut.
Contoh Dalam Qs. Ar-Rahmān : 70 terdapat kata ‫ ﺣﺴﻦ‬/ḥasan/ yang mendapat
infiks ( az-ziyādah) (--‫ﺍ‬--) /--ā--/

   
/fihinna khairātun ḥisānun/“di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang
baik- baik lagi cantik-cantik” (Qs. Ar-Rahmān : 70 )

   
  
/muttaki`īna ‘alā rafrafin khuḍrin wa ‘abqariyyin ḥisānin/“mereka bertelekan
pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.”

Kata ‫ ﺣﺴﺎن‬/ḥasān/ dalam ayat Alquran di atas mendapat pengaruh sintaksis
dengan bentuk ‫ ِﺣﺴﺎَ ٍن‬/ḥisānin/ dan diterjemahkan dengan cantik-cantik (Qs. Ar-

13
Universitas Sumatera Utara

Rahmān: 70) bermakna gramatikal menunjukkan makna jamak dan pada Qs. ArRahmān: 76 diterjemahkan dengan yang indah

bermakna gramatikal

menunjukkan makna menerangkan sifat yang baik. Untuk sementara peneliti tidak
menemukan kata ‫ ﺧﲑ‬/khair/, dan ‫ ﻃﻴﺐ‬/ṭayyib/ yang mengalami prosese afiksasi
Infiks ( az-ziyādah) (--‫ﺍ‬--) /--ā--/ ini.
3.

Sufiks (al-lāḥiqah) (‫ ﺍﻥ‬--) /--āni/

Menurut Yāsīn (1996 : 47) dalam Rasyid (2009 : 5) konfiks ini
ditambahkan pada bentuk dasar nomina (ism) tunggal, maka tambahan alif dan
nun tersebut akan menjadi dual (‫ ﻣﺜﲎ‬/ muśannā), yaitu ism (nomina)yang
menunjukkan dua. Proses afiksasinya dilakukan di akhir ism tunggal tersebut.
Contoh:

‫ ن = ﻛﺘﺎﺑﺎن‬-‫ ا‬+ ‫ﻛﺘﺎب‬
/kitābun/’ sebuah buku’ + Sufiks (‫ ﺍﻥ‬--) /--āni/ = /kitābāni/’ dua buah buku’
Penambahan morfem alif dan nun pada akhir kalimat ‫ ﻛﺘﺎب‬/kitābun/’buku’
menjadi ‫ ﻛﺘﺎﺑﺎن‬/kitābāni/’ yang mengandung makna dua buah buku.’ Peneliti tidak
menemukan contohnya pada kata dalam Alquran Kata ‫ ﺣﺴﻦ‬/ḥasan/, ‫ ﺧﲑ‬/khair/,
dan ‫ ﻃﻴﺐ‬/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi ini.
4.

Sufiks (al-lāḥiqah) (‫ﻭﻥ‬--) /--ūna/

Menurut Yāsīn (1996 : 47-48) dalam Rasyid (2009 : 5) dalam bahasa Arab
pembentukan jamak ada tiga, pertama
jamak laki-laki’, kedua,

‫ ﲨﻊ ﻣﺬﻛﺮاﻟﺴﺎﱂ‬/jama’mużakkar-l- sālim/’

‫ ﲨﻊ ﻣﺆﻧﺚ اﻟﺴﺎﱂ‬/jama’ muannaś –l-sālim/’ jamak

14
Universitas Sumatera Utara

perempuan’, ketiga, ‫ ﲨﻊ ﺗﻜﺴﲑ‬/jama’ taksīr/. Adapun jamak mużakkar–l-sālim
adalah jamak yang menunjukkan jamak untuk laki-laki dengan menambahkan
(‫ﻭﻥ‬--) /--ūna/ pada akhir ism (nomina) tunggalnya.

Contoh:

‫ ن = ﺻﺎﺋﻤـﻮن‬-‫ و‬+ ‫ﺻﺎﺋـﻢ‬
/şāimun/’seorang laki-laki yang berpuasa’ + Sufiks (‫ﻭﻥ‬--) /--ūna/= /şāimūna/
‘beberapa laki-laki yang berpuasa’. Penambahan morfem waw dan nun pada
kalimat ‫ ﺻﺎﺋـﻢ‬/şāimun/’seorang laki-laki yang berpuasa’ menjadi ‫ ﺻﺎﺋﻤـﻮن‬/şāimūna/
beberapa orang laki-laki yang berpuasa.
Contoh dalam Qs. An-Nūr: 26 terdapat kata ‫ ﻃﻴﺐ‬/ṭayyib/ yang mendapat sufiks
(al-lāḥiqah) (‫ﻭﻥ‬--) /--ūna/









 
   




  
/alkhabīṡātu lilkhabīṡīna wa al-khabīṡūna lil khabīṡāti, wa aṭ-ṭayyibātu
liṭṭayyibātu liṭṭayyibīna wa aṭ-ṭayyibūna liṭṭayyibāti, `ulā`ika mubarra`ūna
mimma yaqūlūna, lahum magfiiratun warizqun karīmun/ “wanita-wanita yang keji
adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita
yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik
dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka
(yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh
itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)”
Kata ‫ ﻁﻴﺒﻮﻥ‬/ṭayyibūna/ dalam ayat Alquran di atas diterjemahkan dengan
laki-laki yang baik (Qs. An-Nūr: 26) bermakna gramatikal makna pelaku yang

15
Universitas Sumatera Utara

menunjukkan jamak. Sedangkan peneliti tidak menemukan kata ‫ ﺣﺴﻦ‬/ḥasan/,

‫ ﺧﲑ‬/khair/ dalam Alquran mengalami proses afiksasi Sufiks (al-lāḥiqah) (‫ﻭﻥ‬--) /-ūna/,
5.

Sufiks (al-lāḥiqah) (‫ﻳﻦ‬--) /--aini/, /--īna/.

Menurut Yāsīn (1996 : 50) dalam Rasyid (2009 : 5) proses afiksasi ya’ dan
nun ini belaku juga pada ism (nomina) yang menunjukkan mušannā dalam status
nasab dan kasrah (posisi tempat ‘irab yang mewajibkan baris kasrah atau fathah.
Selain pada mušannā , konfiks ya dan nun juga berlaku pada ‫ ﲨﻊ ﻣﺬﻛﺮ ﺳﺎﱂ‬/jamak
mużakkar sālim/ yang berada dalam status nasab dan kasrah seperti pada
mušannā. Namun bedanya kalau pada mušannā sebelum huruf ya’ berbaris fathah
sedangkan pada ‫ ﲨﻊ ﻣﺬﻛﺮ ﺳﺎﱂ‬/jamak mużakkar sālim/ sebelum huruf ya’ berbaris
kasrah.
Contoh :

‫ي– ن = ﻛﺎﺗﺒَﻴـﻦ‬+ ‫ﻛﺎﺗﺐ‬
/kātibun/’ seorang penulis laki-laki’ + konfiks ya’dan nun = / katibaini/’dua orang
penulis laki-laki’ Penambahan morfem ya’dan nun pada kalimat ‫ ﻛﺎﺗﺐ‬/kātibun/’
seorang penulis laki-laki’ menjadi ‫ ﻛﺎﺗﺒَﻴـﻦ‬/katibaini/ yang mengandung makna dua
orang penulis laki-laki.
Contoh dalam Qs. At-Taubah : 5 terdapat kata ‫ ﺣﺴﻦ‬/ḥasan/ dan dalam Qs. AnNūr: 26 terdapat kata ‫ ﻃﻴﺐ‬/ṭayyib/ yang mendapat Sufiks (al-lāḥiqah) (‫ﻳﻦ‬--) /--aini/.

    
   

16
Universitas Sumatera Utara

/qul hal tarabbaṣūna binā illā iḥdā al- ḥusnayaini.../Katakanlah: "tidak ada yang
kamu tunggu-tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan...( Qs. AtTaubah : 5)









 
   




  
/alkhabīṡātu lilkhabīṡīna wa al-khabīṡūna lil khabīṡāti, wa aṭ-ṭayyibātu
liṭṭayyibīna wa aṭ-ṭayyibūna liṭṭayyibāti, `ulā`ika mubarra`ūna mimma yaqūlūna,
lahum magfiiratun warizqun karīmun/ “wanita-wanita yang keji adalah untuk
laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji
(pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan lakilaki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu).
bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (Qs. An-Nūr: 26)
Dari contoh di atas kata ‫ ﺣﺴﻦ‬/ḥasan/ mengalami proses afiksasi menjadi
bentuk mušannā yang artinya “dua kebaikan” sementara kata ‫ ﻃﻴﺐ‬/ṭayyib/
menjadi bentuk

‫ ﲨﻊ ﻣﺬﻛﺮ ﺳﺎﱂ‬/jamak mużakkar sālim/ yang diartikan “laki-laki

yang baik”. Dan peneliti tidak menemukan kata ‫ ﺧﲑ‬/khair/ dalam Alquran yang
mengalami proses afiksasi ini.
6.

Sufiks (al-lāḥiqah) (‫ﺍﺕ‬--) /--āti/.

Menurut Qabsy (1979 : 45) dalam Rasyid (2009 : 6) sufiks (‫ﺍﺕ‬--) /--āti/
berlaku pada jamak

‫ ﲨﻊ ﻣﺆﻧﺚ اﻟﺴﺎﱂ‬/jama’ muannaś –l-sālim/ yaitu dengan

menambahkan afiks di akhir dari ism (nomina) tunggal.

17
Universitas Sumatera Utara

Contoh Dalam Qs. Hūd: 114 terdapat kata ‫ ﺣﺴﻦ‬/ḥasan/, Qs. Al-Baqarah : 148
terdapat kata ‫ ﺧﲑ‬/khair/, dan dalam Qs. Al-Baqarah: 57 terdapat kata ‫ ﻃﻴﺐ‬/ṭayyib/
yang mengalami proses sufiks (al-lāḥiqah) (‫ﺍﺕ‬--) /--āti/:







   



  

/Aqimi aṣṣalāta tara fī an-nahāri wa zulafan minallaili, inna al-ḥasanāti yużhibna
as-sayyi`āti, żālika żikrāliżżākirīna/ dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua
tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang
ingat.(Qs. Hūd: 114)




  
 ...  
/wa likulli wijhatun huwa muwallīhā fastabiqū alkhairāt/“dan bagi tiap-tiap
umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlombalombalah (dalam membuat) kebaikan.” (Qs. Al-Baqarah : 148)




















 
/
waẓallalnā 'alaykumu alghamāma
wa-anzalnā 'alaykumu almanna
wa
alssalwā kulū min ṭayyibāti mā razaqnākum wamāzhalamuunā walākin kānuu
anfusahum yaẓlimuuna / “dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami
turunkan kepadamu "manna" dan "salwa"makanlah dari makanan yang baik-

18
Universitas Sumatera Utara

baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka Menganiaya kami;
akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri”. (Qs. Al-Baqarah:
57)
Dari 3 contoh di atas semuanya menunjukkan jamak karena berbentuk ‫ﲨﻊ‬

‫ ﻣﺆﻧﺚ اﻟﺴﺎﱂ‬/jama’ muannaś –l-sālim/. Namun dari segi penggunaannya terdapat
perbedaan seperti kata ‫ ﺣﺴﻦ‬/ḥasan/

diartikan “perbuatan-perbuatan” yang baik

lebih nampak pada prosesnya, dan kata ‫ ﺧﲑ‬/khair/ diartikan “kebaikan” lebih
kepada hasil. Misalnya seperti pernyataan ini “Dengan kita melakukan perbuatanperbuatan yang baik maka yang dihasilkan adalah kebaikan”. Kebaikan jadi disini
lebih kepada hasilnya atau suatu keadaan yang baik. Sementara kata ‫ ﻃﻴﺐ‬/ṭayyib/
tampak jelas perbedaannya dimana kata ‫ ﻃﻴﺐ‬/ṭayyib/ diartikan “makanan-makanan
yang baik” dia lebih kepada sifat suatu benda atau sifat makanan.
Peneliti menggunakan teori (Chaer : 2003) Makna gramatikal afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada bentuk dasar. Dalam bahasa indonesia
afiksasi merupakan satu proses penting dalam pembentukan dan penyampaian
makna. Jenis afiks dan makna gramatikal yang dihasilkan cukup banyak dan
beragam. Satu hal yang jelas makna afiks yang dihasilkan mempunyai kaitan
dengan fitur semantik bentuk dasarnya.
untuk istilah dan teori afiksasi arab peneliti mengambil teori (Rasyid
:2009). Dalam bahasa Arab afiks dapat diistilahkan dengan

‫ﺣﺮﻑ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‬/harf-l-

ziyādah/, yaitu huruf-huruf tambahan yang masuk dalam sebuah kalimat bahasa
Arab sehingga dari penambahan tersebut akan muncul berbagai makna yang
berbeda. jenis-jenis afiksasi dari bentuk adjektiva yaitu : Prefiks (as-sābiq) (--‫)ﺃ‬
/a--/, infiks ( az-ziyādah) (--‫ﺍ‬--) /--ā--/, sufiks ( al-lāḥiqah) (‫ ﺍﻥ‬--) /--āni/ sufiks (allāḥiqah) (‫ﻭﻥ‬--) /--ūna/, sufiks (al-lāḥiqah) (‫ﻳﻦ‬--) /--aini/, /--īna/, sufiks (al-lāḥiqah)
(‫ﺍﺕ‬--) /--āti/

19
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hukum Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Property One Dan Pemilik Rumah/Tanah (Studi Pada Perusahaan Property One Medan Kota)

0 1 25

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANGTUA TERHADAP ANAK KANDUNGNYA A. Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) - Analisis Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Y

1 2 36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Yang Dilakukan Orangtua Terhadap Anak Kandungnya

1 2 31

Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Jaminan Berupa Hak Tanggungan Yang Mengalami Force Majeure Dalam Perjanjian Kredit

0 0 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian 1. Pengertian Umum Perjanjian - Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Jaminan Berupa Hak Tanggungan Yang Mengalami Force Majeure Dalam Perjanjian Kredit

0 0 25

i KATA PENGANTAR - Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Jaminan Berupa Hak Tanggungan Yang Mengalami Force Majeure Dalam Perjanjian Kredit

0 0 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN ASURANSI A. Pengertian Perusahaan Asuransi - Tinjauan Yuridis Terhadap Perusahaanasuransi Atas Jaminan Dalam Perjanjian Pemborongan (Studi Penelitian Pada Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan)

0 2 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Perusahaanasuransi Atas Jaminan Dalam Perjanjian Pemborongan (Studi Penelitian Pada Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan)

0 0 14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS - Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh Bank Bumn(Studi Pada Pt.Bank Xxx Medan)

0 1 40

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh Bank Bumn(Studi Pada Pt.Bank Xxx Medan)

0 0 12