BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS - Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh Bank Bumn(Studi Pada Pt.Bank Xxx Medan)

TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS

  A.PENGERTIAN PERSEROAN TERBATAS DAN SYARAT PERSEROAN TERBATAS Secara normatif pengertian Perseroan Terbatas (PT) dijabarkan dalam

  pasal 1 butir 1 UUPT yang mengemukakan : “Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,didirikan berdasarkan perjanjian,melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditettapkan dalam

  

  undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya” Dari pengertian PT sebagaimana yang dijabarkan di atas dapat, dapat diketahui bahwa PT sebagaimana kumpulan modal. Artinya, dalam badan usaha

  PT yang utama adalah modal. Modal dibagi dalam bentuk saham.Oleh karena itu siapa yang menguasai saham paling banyak dalam suatu PT dialah yang

   menentukan dan ataupun lewat keputusan rapat umum pemegang saham.

  Ketentuan ini menambahkan bahwa perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal. Selain sebagai badan hukum perseroan, juga merupakan persekutuan modal. Selain sebagai badan hukum perseroan, juga merupakan tempat para pihak melakukan kerja sama, yaitu melakukan hubungan kontraktual. Kerja sama ini menciptakan badan hukum yang sengaja diciptakan,

  

  yaitu perseroan suatu “artifical person

  8 9 UU 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas 10 Sentosa Sembiring,2008, Hukum Dagang, PT Citra Aditya Bakti,Bandung.hal.50

Jamin,Ginting ,2007 Hukum Perseroan Terbatas (UU No.40 2007), PT Citra Aditya Bakti,

  dalam saham sedangkan istilah “terbatas” menunjuk pada batas tanggung jawab pemegang saham, yaitu sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki. Perseroan Terbatas adalah perusahaan persekutuan badan hukum. Hal ini ditegaskan dalam

  Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas bahwa : Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan

  

  hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditettapkan dalam undang-undang ini serta peraturan

  

  pelaksanaannya Landasan yuridis Perseroan Terbatas (PT) sebagai badan usaha diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

  Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 47556 (untuk selanjutnya disebut UUPT). Sebelum munculnya UUPT landasan yuridis keberadaan PT sebagai badan usaha mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Pengaturan PT dalam KUHD dijabarkan dalam Pasal 36-56. Untuk pembahasan selanjutnya tentang PT

   sebagai badan usaha difokuskan pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.

  Berdasarkan definisi perseroan yang telah dikemukakan diatas, maka sebagai perusahaan badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur yang diuraikan berikut ini : a. 11 Badan Hukum

Abdulkadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia,PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

  Hal 105 syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan kewajiban yang telah diuraikan sebelumnya, antara lain, memiliki harta kekayaan pendiri atau pengurusnya. Dalam KUHD tidak satu pasal pun yang menyatakan perseroan sebagai badan hukum.

  b.

  Persekutuan Modal Pengaturan terhadap ketentuan struktur modal perseroan tetap sama, yaitu terdiri atas modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor. Besarnya modal dasar dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas ditentukan paling sedikit Rp. 20.000.000,00 Namun, dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas modal dasar perseroan diubah jadi paling sedikit Rp 50.000.000,00, (Pasal 32 (1)). Mengenai kewajiban penyetoran modal dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas ditentukan 50% dari modal ditempatkan pada saat pendirian. Ketentuan tersebut dalam Undang-Undang 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dihapus

   sehingga seluruh modal yang tempat harus disetor penuh (Pasal 35).

  c.

  Didirikan Berdasarkan Perjanjian Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian. Artinya, harus ada sekurang-kurangnya dua orang yang berserpakat, mendirikan perseroan yang dibuktikan secara tertulis yang tersusun dalam bentuk anggaran dasar, kemudian dimuat dalam akta pendirian yang dibuat di muka notaris.

  Setiap pendirik wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. Ketentuan ini adalah asas dalam perseroan.

  d.

  Melakukan Kegiatan Usaha perekonomian (perindustrian, perdagangan, perjasaan dan pembiayaan) yan bertujuan untuk mendapat keuntungan dan atau laba. Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan. Supaya kegiatan usaha itu sah harus mendapat izin usaha dari pihak yang berwenang dan didaftarkan dalam daftar perusahaan menurut undang-undang yang berlaku.

  e.

  Memenuhi persyaratan undang-undang Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan undang-undang perseroan dan peraturan pelaksanaanya. Unsur ini menunjukan bahwa perseroan menganut sistem tertuttup (closed system). Pendirian perseroan Terbatas, terbagi atas dua syarat yaitu, syarat formal dan syarat materil. Yang dimaksud dengan syarat formal disini adalah untuk mendirikan badan usaha PT, harus memenuhi syarat formatlitas yang ditentukan dalam UUPT. Jelasnya dalam Pasal 7 ayat (1) UUPT dikemukakan :

  “Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia Untuk itu, jika suatu PT tidak didirikan dengan akta notaris, secara yuridis formal tidak sah. Hal lain yang menarik untuk dikaji lebih dalam dari apa yang dijelaskan dalam pasal ini, yakni pendirian PT, paling tidak harus ada dua orang. Hal ini tampaknya ada kaitannya dengan pengertian PT, seperti yang telah dikutip di atas, yakni suatu perjanjian. Sebagaimana diketahui untuk membuat suatu perjanjian harus ada dua pihak atau lebih saling mengikatkan diri.

   Oleh karena

  itu, sebagai konsekuensi logis pendirian PT sebagai suatu perjanjian harus ada paling tidak dua orang. Selanjutnya dalam Pasal 7 ayat (2) UUPT disebutkan :

   Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat

  perseroan didirikan oleh undang-undang bahwa perseroan sebagai badan hukum dibentuk berdasarkan perjanjian.

  Oleh karena itu, perseroan harus mempunyai lebih dari satu orang pemegang saham sebagai pendiri. Sebagai bukti bahwa telah mengambil bagian saham, nama pengambil saham dicatat dalam Daftar Buku Pemegang Saham. Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perseroaan Terbatas, perjanjian pendirian perseroan harus dibuat dengan akta otentik dimuka notaris mengingat perseroan terbatas adalah badan hukum. Akta otentik tersebut merupakan akta pendirian yang membuat anggaran dasar perseroan.

  Syarat Materil dalam pendirian PT adalah modal. Artinya, bagaimana wujud modal dalam PT, berapa harus ada modal jika ingin medirikan PT. Dalam UUPT masalah modal telah dijabarkan secara rinci. Jelasnya dalam pasal 31 UUPT dikemukaan :

  1) Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham

  2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menurtup kemungkinan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal mengatur perseroan terdiri atas saham tanpa nilai nominal

  Dari ketentuan diatas, dapat diketahui modal dalam PT dibagi dalam pecahan saham dengan nilai nominal tertentu. Sedangkan jumlah minimal modal yang harus ada jika mendirikan PT, dijelaskan dalam pasal 32 UUPT sebagai berikut :

  1) Modal dasar perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

  Undang-Undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menetukan jumlah minimum modal Perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

  3) Perubahan besarnya modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

  Selanjutnya, dalam Pasal 33 UPT , disebutkan : 1)

  Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh. 2)

  Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dibuktikan dengan buktikan dengan bukti penyetoran yang sah. 3)

  Penegeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap kali untuk menambah modal yang ditempatkan harus disetor penuh.

  Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham, tetapi tidak menutup kemungkinan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal mengatur modal perseroan terdiri atas saham tanpa nilai nominal (Pasal 31). Modal dasar perseroan paling sedikit berjumlah Rp 50.000.000,00 tetap dalam undang-undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minumum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar tersebut sehingga pengaturan minimum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar tersebut sehingga pengaturan minimum dalam Undang-Undang Perseroan ini.merupakan bagian modal yang harus dimiliki oleh para pendiri. Yang dimaksud dengan “kegiatan usaha tertentu”, antara lain, usaha perbankan, asuransi atau freight forwading. Perubahan besarnya modal dasar perekonomian (Pasal 32). Modal dasar (authorized capital atau equality) adalah jumlah saham maksimum yang dapat dikeluarkan oleh perseroan sehingga modal dasar terdiri atas sepuluh nominal saham.Modal dasar inilah yang sering dipaki sebagai kriteria agar suatu perseroan dapat digolongkan ke dalam kategori tertentu, yaitu apakah perseroan tersebut tergolong kedalam perusahaan kecil,

  

  menangah atau besar Modal yang ditempatkan (issued capital) dikeluarkan adalah saham yang telah diambil dan sebenarnya telah terjual, baik kepada para pendiri maupun pemegang saham perseroaan. Para pendiri telah menyanggupi untuk mengambil bagian sebesar atau sejumlah tertentu dari saham perseroan dan karena itu mempunyai kewajiban dana untuk membayar.

  Modal yang disetor (paid up capital) adalah saham yang telah dibayar penuh kepada perseroan yang menjadi pernyataan atau penyetoran saham riil yang telah dilakukan, baik oleh pendiri maupun para pemegang saham perseroan.

  Paling sedikit 25% dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 32, harus ditempatakan dan disetor penuh

  Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksud pada huruf a dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah. Yang dimaksud dengan “bukti penyetoran yang sah” antara lain. Bukti setoran pemegang saham kedalam rekening bank atas nama perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau secara neraca perseroan yang ditanda tangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris

  Pengeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap kali untuk menambah modal yang ditempatkan harus disetor penuh. Ketentuan ini mengangsur. B.ORGAN DALAM PERSEROAN TERBATAS DAN TANGGUNG JAWABNYA

  Berdasarkan Pasal 1 Butir 2 UUPT disebutkan : “Organ perseroan adalah rapat umum pemegang saham, direksi dan komisaris” Sebagai suatu badan hukum, pada prinsipnya perseroan terbatas dapat memiliki segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang- perorangan, dengan pengecualian hal-hal yang bersifat seperti yang diatur dalam buku pertama Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan sebagian dari buku kedua kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang kewarisan. Guna melaksanakan segala hak dan kewajiban yang dimilikinya tersebut. Ilmu hukum telah merumuskan fungsi dan tugas dari masing-masing organ perseroan tersebut,

  

  yang berbeda satu dengan yang lainnya . Organ-organ tersebut terdiri dari, yaitu : Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris.

  Direksi bekewajiban untuk mengelola jalannya perusahaan dengan sebaik mungkin. Dewan Komisaris bertugas untuk mengawasi jalnnya pengelolaan perseroan oleh Direksi, serta pada kesempatan tertentu turut membantu Direksi dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya Rapat Umum Pemegang Saham perseroan berfungsi untuk melaksanakan kontrol secara menyeluruh atas setiap pemenuhan kewajiban dari Direksi dan Dewan Komisaris perseroan atas aturan main yang telah ditetapkan. Selama masing-masing organ dapat berperan dengan baik, maka perseroan akan berjalan dengan baik dan para pemegang saham 16 perseroan akan terjamin kepentingannya dalam perseroan.

  

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja,2000, Seri Hukum Bisnis : Perseroan Terbatas, PT Raja umum pemegang saham (RUPS) adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan. Tepatnya dalam Pasal 1 butir 4 UUPT disebutkan :

  “Rapat umum pemegang saham, yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar” Kewenangan tersebut merupakan kewenangan eksklusif yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain telah ditetapkan dalam UUPT dan Anggaran dasar.

  Wewenang eksklusif yang ditetapkan dalam UUPT akan ada selama UUPT belum diubah. Sedangkan wewenang eksklusif dalam anggaran dasar yang disahkan disetujui Mentri Hukum dan HAM dapat diubah melalui perubahan Annggaran Dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan UUPT. Dalam forum

17 RUPS . Pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan

  perseroan dari direksi dan/atau dewan komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan. Ketentuan ini dimaksudkan berkenaan dengan hak pemegang saham untuk memperoleh keterangan berkaitan dengan hak pemegang saham untuk mendapatkan keterangan lainnya.

  Indonesia sebagaimana negara-negara yang menganut sisten hukum sipil (civil law system) menganut two-tiermanagementsystem dimana terdapat lembaga Direksi yang menjalankan manajemen perusahaan dan Dewan Komisaris yang bertugas mengawasi jalannya manajemen (pengurusan) perusahaan oleh direksi.

  Ini berbeda dengan negara-negara common law yang menegenal single-tier

   Direksi berada ditangan para pemegang saham.

  Badan pembentuk undang-undang, para kreditur perseroan dan pihak lainnya yang memiliki kepentingan. Sistem common law tersebut tidak meneganal lembaga Dewan Komisaris. Pembentuk undang-undang sama sekali tidak bermaksud untuk memberikan peringkat terhadap lembaga RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris dalam pengertian lembaga yang satu lebih superior dan lembaga yang lain yang karena inferior, namun penulis berpandangan bahwa defenisi organ perseroan dalam UUPT tersebut tetap menampilkan suatu “pemeringkatan” dimana RUPS tampil sebagai organ perseroan pertama dan utama.

  Alasan menempatkan RUPS sebagai organ perseroan yang utama tidak terlepas dari esensi pendirian suatu perseroan terbatas yang berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPT merupakan persekutuan modal dari para pendiri PT tersebut. Sebagian pendiri PT dan sekaligus pemegang saham PT yang telah memberikan kontribusi modal (kapital) awal (initial capital) untuk menjalankan kegiatan usaha, sudah seharusnya setiap keputusan yang menyangkut tujuan awal (original

  

objective ) para pendiri dalam mendirikan PT berada ditangan mereka melalui

  lembaga RUPS. Alasan lainnya adalah landasan pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris diangkat bukan dari rapat Direksi atau dewan Komisaris, namun diangkat dan diberhentikan oleh RUPS namun diangkat dan diberhentikan oleh RUPS dan ini memperlihatkan kekuasaan yang besar yang tidak dipunyai oleh organ PT yang lain yaitu Direksi dan Dewan Komisaris. UUPT dengan tepat menggambarkan kedudukan tersebut pada Pasal 1 angka 4

   18 UUPT.

  

Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia,2009, Organ Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta. Hal 1 diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, adapun beberapa kewenangan RUPS yang tercantum dalam UUPT, yaitu : 1.

  Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan perseroan yang belum didirikan sehingga perbuatan hukum calon pendiri tersebut mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum (Pasal 13 ayat (1) UUPT)

2. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan pendiri setelah pendirian

  PT namun sebelum PT memperoleh status badan hukum (Pasal 14 UUPT) 3. Menyetujui usulan perubahan anggaran dasar perseroan (Pasal 19-28

  UUPT) 4. Menyetujui penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak

  (Pasal 34 (3) UUPT) 5. Menyetujui hak tagih pemegang saham atau kreditor terhadap perseroan sebagai kompensasi penyetoran saham dalam permodalan perseroan (Pasal 35 UUPT) 6. Menyetujui maksud Perseroan untuk membeli kembali saham (buy

  back ) yang telah dikeluarkan (Pasal 38 UUPT) 7.

  Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan atas maksud perseroan untuk untuk membeli kembali saham (buy back) yang telah dikeluarkan kepada Dewan Komisaris (Pasal 39 UUPT) 8. Menyetujui penambahan modal perseroan yaitu modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor (Pasal 41 ayat (1) UUPT)

  9. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan pelaksanaan keputusan RUPS tentang penambahan modal perseroan kepada Dewan Komisaris (Pasal 41 ayat (2) UUPT)

  Menyetujui pengurangan modal perseroan, yaitu modal dasar, modal

  

  ditempatkan dan modal disetor (Pasal 44 UUPT) 11. Menyetujui pemindahan hak atas saham apabila sisyaratkan oleh anggaran dasar perseroan (Pasal 57 ayat (1) huruf b UUPT)

  12. Menyetujui rencana kerja tahunan yang disusun Direksi apabila diisyratkan oleh anggran dasar perseroan (Pasal 64 ayat (2) dan (3) UUPT) 13. Menolak untuk mengesahkan laporan keungan peseroan yang termask dalam kualifikasi perseroan yang bergerak di bidang pengerahan dana masyrakat atau perseroan yang mengeluarkan surat pengakuan utang atau perseroan terbuka atau perseroan yang mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha paling sedikit Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) atau perseroan yang laporan keuangannya wajib diaudit Akuntan Publik sebagaimana diisyratkan oleh peraturan perundang-undangan, yang mana Direksi perseroan tersebut ternyata tidak menyerahkan laporan keuangan perseroan tersebut kepada akuntan publik untuk diaudit (Pasa 68 ayat (1) dan (2) UUPT)

  14. Menyetujui laporan tahunan perseroan dan mengesahkan perhitungan tahunan perseroan (Pasal 69 ayat (1) UUPT)

  15. Menyetujui penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihaan untuk cadangan (Pasal 71 ayat (1) UUPT)

  16. Mengatur tata cara pengambilan dividen yang telah dimasukan ke dalam cadangan khusus (Pasal 73 ayat (2) UUPT)

  17. Menyetujui penggabungan (merger) , peleburan, pengambilan atau pemisahaan, pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit,

  (Pasal 89 auat (1) UUPT) 18. Menetapkan pembagian tugas dan wewenang pengurusan Perseroan diantara anggota Direksi (Pasal 92 ayat (5) UUPT)

  19. Menetapkan pembagian tugas dan wewenang pengurusan Perseroan di antara anggota Dewan Komisaris (Pasal 111 ayat (1) UUPT)

  20. Memberhentikan anggota Direksi ( Pasal 94 ayat (5) juncto Pasal 105 ayat (1) UUPT) dan anggota Dewan Komisaris (Pasal 115 ayat (5) dan

  Pasal 119 UUPT) 21. Menetapkan besaran gaji dan tunjangan anggota Direksi (Pasal 96 ayat (1) UUPT) dan besaran gaji atau honorarium dan tunjangan anggota Dewan Komisaris ( Pasal 113 UUPT) 22. Menetapkan pembatasan atau persyratan kewenangan Direksi (Pasal 98 ayat (3) UUPT)

  23. Menunjuk pihak di luar direksi dan dewan komisaris Perseroan untuk mewakili Perseroan dalam hal terdapat seluruh anggota direksi dan dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan ( conflict of

  

interest ) dengan perseroan (Pasal 99 ayat (2) huruf c UUPT)

24.

  Menyetujui maksud Direksi untuk mengalihkan kekayaan atau menjadikan jaminan utang kekayaan perseroaan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) dari kekayaan bersih Perseroaan (Pasal 102 ayat (1) UUPT)

25. Menyetujui atau menolak rencana/maksud Direksi untuk mengajukan

  

  permohonan pailit atas Perseroan (Pasal 104 ayat (1) UUPT) Mencabut atau menguatkan keputusan Dewan Komisaris yang memberhentikan sementara anggota Direksi (Pasal 106 ayat (6) UUPT) 27. Meminta laporan Dewan Komisaris tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau (Pasal 116 huruf c UUPT) 28. Memberikan kewenangkan kepada Dewan Komisaris untuk melakukan tindakan pengurusan Perseroan apabila Direksi tidak ada atau apabila seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan (Pasal 118 ayat (10 UUPT) 29. Mengaangkat Komisaris Independen (Pasal 120 ayat (2) UUPT) 30. Menyetujui rancangan penggabungan yang disusun Direksi dan sebelumnya telah mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris

  Perseroan (Pasal 123 ayat (3) UUPT) 31. Menyetujui pengambilalihan (Pasal 125 ayat (4) juncto pasal 126 ayat

  (2) dan pasal 127 ayat 127 (1) UUPT) dan rancangan pengambilaalihan (Pasal 128 ayat (1) UUPT)

  32. Menyetujui pembubaran Perseroan (Pasal 142 ayat (1) huruf a UUPT) 33.

  Menunjukan likuidator (Pasal 142 ayat (3) juncto Pasal 145 ayat (2) UUPT) 34. Menyetujui laporan pertanggung jawaban likuidator atas likuidasi

   Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT)

  Sebagai badan hukum, maka pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertnaggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya, Dengan demikian dalam perseroan, pemegang saham hanya kekayaan pribadinya. Inilah ciri dari perseroan terbatas. Walaupun demikian, dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab terbatas tersebut. Dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab terbatas tersebut, di dalam pasal 3 ayat (2) UUPT, yaitu :

  1. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi.

  2. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawn hukum yang dilakukan oleh perseroan ; atau

  3. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsuing secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup

   melunasi hutang perseroan .

  Pada pokoknya RUPS harus diselenggarakan ditempat perseroan berkedudukan atau tempat-tempat lain sebagaimana dimungkinkan dalam anggaran dasar perseroan, selama sepanjang tempat tersebut masih berada dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam tiap-tiap Rapat Umum Pemegang Saham, yang harus dilaksanakan minimum setahun sekali, setiap lembar saham dalam perseroan dengan nilai nominal terkecil yang ditentukan dalam anggaran dasar, kecuali untuk saham-saham yang diberikan perlakuan khusus, termasuk saham-saham tanpa suara, berhak mewakili/mengeluarkan satu suara dalam rapat.

  Pelaksanaan suara dari hak ini dalam Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilakukan sendiri oleh pemegang saham atau diwakilkan pada seorang pihak ketiga selaku kuasa pemegang saham, Namun demikian kuasa yang diberikan oleh pemegang saham kepada :

  Direksi

2. Komisaris, dan/atau

   3.

  Karyawan Perseroan RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya. Yangdimaksud dengan RUPS lainnya adalah RUPS yang diadakan selain dari RUPS tahunan., biasa dalam keadaan kegentingan yang memaksa dan diatur dalam anggaran dasar pemegang saham dapat melakukan RUPS luar bisa yang dilakukan pada saat tertentu berdasarkan ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar. RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat enam bulan setelah tahun buku terakhir.Dalam hal direksi atau dewan komisaris tidak melakukan panggilan RUPS dalam jangka waktu sebagaimana tersebut diatas, yaitu lima belas hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada pemohon melaukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut. Penetapan Ketua pengadilan negri menolak permohonan dalam hal pemohon tidak dapat membuktikan secara sumir bahwa persyratan telah dipenuhi dan pemohon mempunyai kepentingan yang

  

  wajar untuk diselenggarakannya RUPS RUPS dalam kedudukan sebagai salah satu organ PT memiliki peran yang sangat penting sejak kelaihiran PT terserbut sehingga bubarnya PT dimana UUPT memberikan begitu banyak hak dan kewenangan kepada lembaga RUPS ini. Namun demikian, adakalanya terjadi suatu keadaan dimana kepentingan PT tidak sejalan dengan kepentingan pemegang saham yang dibuktikan dari tidak terbentuknya kuorum RUPS yang persyaratakan anggaran dasar hingga RUPS 24 yang kedua dan UUPT memberikan jalan keluar dengan “meminjam tangan”

  Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja Op.cit, hlm 79 yang akan menetapkan kuorum RUPS yang ketiga. Kewenangan pengadilan ini memperlihatkan bahwa kewenangan RUPS ynag demikian banyak bukanlah merupakan kewenangan yang absolut.

   1.

  Melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus, fungsi pengawasan (supervisi) Komisaris merupakan organ dari PT yang tidak kalah pentingnya. Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan kepada direksi dalam menjalankan perseroan. Tepatnya dalam Pasal 1 butir 4 UUPT disebutkan :

  “Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi” Apabila defiinisi Dewan Komisaris tersebut diteliti secara seksama, maka akan terlihat adanya 2 (dua) tugas pokok Dewan Komisaris, yaitu :

   Pasal 1 angka 6 UUPT telah menegaskan tugas dewan komisaris yaitu

2. Memberikan penasihat, fungsi penasihat (advisory)

  melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggran dasar dan penjabaran dari fungsi pengawasan yang diemban dewan komisaris diatur dalam pasal 108 ayat (1) dan ayat (2) UUPT .

  Ayat (1) “Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi” Ayat (2) 26 Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Op.cit, hlm 26 dilakukan untuk kepentingan Perseroaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan” Dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dan memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat ini dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dangan maksud dan tujuan perseroan. Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih. Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan komisaris todak dapat bertindak sendiri-sendiri tetapi beerdasarkan keputusan dewan komisaris.

  Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan atau mengelola dana masyrakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyrakat atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota dewan komisaris (Pasal 108). Yang dimaksud “untuk kepentingan dan sesuai dengan melakukan tujuan perseroan” adalah bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Berbeda dari direksi yang memungkinkan setiap anggota direksi bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas direksi, setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas dewan komisaris, kecuali

  

berdasarkan keputusan dewan komisaris.

  Perseroan yang kegiatan usahanya menghimpun dan/atau mengelola dana masyrakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau perseroan terbuka memerlukan pengawasan dengan jumlah anggota dewan dapat diangkat menjadi anggota dewan komisaris adalah orang perserorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatannya pernah : 1.

  Dinyatakan pailit 2. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan pailit ; atau

3. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.

  Yag dikatakan dimaksud dengan “sektor keuangan” , antara lain, lembaga keuangan bank dan non bank, pasar modal dan sektor ain yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana masyrakat.

  Ketentuan persyratan sebagaimana dimaksud tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyratan tambahan

   berdasarkan peraturan perundang-undangan.

  Dalam anggaran dasar, dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada dewan komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Dalam hal anggaran dasar menetapkan persyratan pemberian persetujuan atau bantuan sebagaimana dimaksud tanpa persetujuan atau bantuan dewan komsaris perbuatan hukum tetap mengikat perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik (Pasal 117).

  Yang dimaksud dengan “memberi persetujuan” adalah memberikan persetujuan secara tertulis dari dewan komisaris. Yang dimaksud dengan “bantuan” adalah tindakan dewan komisaris mendampingi direksi dalam dewan komisaris kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang dimaksud ayat ini bukan merupakan tindakan pengurusan. Yang dimaksud dengan “perbuatan hukum tetap mengikat perseroan” adalah perbuatan hukum yang dilakukan tanpa persetujuan dewan komisaris sesuai dengan ketentuan anggran dasar tetap mengikat tetap mengikat perseroan, kecuali dapat dibuktikan pihak lainnya tidak beritikat baik. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ini dapat mengakibatkan tanggung jawab pribadi anggota direksi sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

  Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, dewan komisaris dapat melakukan tindakan kepengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. Dewan komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu yang tertentu melakukan tindakan pengurusan sebagaimana yang dimaksud berlaku ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap

  

  perseroan dan pihak ketiga (Pasal 118) Disamping fungsi pengawasan dan pemberian nasihat yang melekat pada organ perseroan yang bernama dewan komisaris, kepada dewan komisaris juga dapat memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Wewenang tersebut sangat jelas diatur dalam Pasal 117

   UUPT yang penulisan kutip sebagai berikut :

  “Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberiqan wewenang kepada Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu” Dewan komisaris wajib : 1. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya

30 Jamin Ginting,Oopcit, hal 137

  Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan tersebut dan perseroan lai; dan

  3. Yang Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang tealh dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS (Pasal 116) Risalah dewan komisaris memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat tersebut. Yang dimaksud dengan “salinannya” adalah salinan risalah rapat dewan komisaris karena asli risalah tesebuut dipelihara direksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 UUPT bahwa setiap perubahan dalam kepemilikan saham wajib juga dilaporkan.

  Indonesia yang menganut two-tiermanagement system mengatur lembaga Dewan Komisaris dalam UUPT yang bertugas mengawasi jalannya manajemen (kepengurusan) perusahaan. Selain fungsi pengawasan. Dewan Komisaris juga mengemban kewajiban untuk memberikan nasihat kepada Direksi, memberikan bantuan dan persetujuan terhadap perbuatan-perbuatan hukum tertentu yang akan dijalankan Direksi dan ambil alih perseroan dalam keadaan darurat. UUPT tidak secara langsung mengatur secara spesifik kualifikasi anggota dewan komisaris kecuali anggota dewan komisaris yang bernama Komisaris Independen yang jauh sebelumnya telah diatur dan dilembagakan dalam peraturan pasar modal, kiranya syarat kualifikasi Komisaris Independen yang diatur dalam peraturan pasar modal

   menjadi acuan dalam melakukan pemilihan (seleksi) anggota dewan komisaris.

  Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili anggaran dasar perseroan terbatas. Dalam Pasal 1 butir 5 UUPT di sebutkan :

   Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

  penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksuda dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar Dengan demikian, direksi PT adalah : 1. Wakil PT dalam dan diluar pengadilan 2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tujuan PT

   3.

  Wajib membuat daftar pemegang saham Tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan oleh direksi, hal ini dijelaskan dalam pasal 92-107 UUPT. Direksi perseroan terdiri atas 1 orang anggota direksi atau lebih. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyrakat atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 orang anggota direksi. Dalam hal ini direksi terdiri atas 2 anggota direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara anggota direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara anggota direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. Jika tidak ditetapkan RUPS tersebut, pembagian tugas dan wewenang anggota direksi ditetapkan berdasarkan

  

  keputusan direksi. Direksi sebagai organ perseroan yang melakukann pengurusan perseroan memagami dengan jeas kebutuhan pengurusan perseroan.

  Oleh karena itu, jika RUPS tidak menetapkan pembagian.

33 SentosaSembiring Op.cit, hlm. 50

  dilakukan oleh direksi sendiri (Pasal 92). Yang dapat diangkat menjadi anggota direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatannya pernah : 1.

  Dinyatakan pailit 2. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit atau\

  3. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Yang dimaksud dengan “sektor keuangan”, antara lain, lembaga keuangan, bank dan nonbank, pasar modal dan sektor lain yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana masyrakat

  Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Tidak ada suatu pembatasan mengenai keanggotaan direksi dalam perseroan. Tidak hanya warga negara Indonesia, melainkan juga warga negara asing yang memenuhi syarat yang ditetapkan (oleh departemen tenaga kerja) dapat menjadi anggota direksi perseroan undang-undang Perseroan Terbatas menisyaratkan bahwa anggota Direksi haruslah orang

  

perseroangan .Ini berarti dalam sistem hukum perseroan Indonesia tidak dikenal

  adanya pengurusan perseroan oleh badan hukum perseroan lainnya maupun oleh badan usaha lain, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Selanjutnya orang perserorangan tersebut adalah mereka yang cakap

   untuk bertindak dalam hukum, tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan.

  Maupun yang menjadi anngota direksi atau komisaris perseroan lain yang pernah dinyatakan bersalah telah menyebabkan pailitnya rsebut dan belum pernah dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal pengangkatannya. Setiap anggota direksi yang bersalah atau lalai dalam menjalankan kepengurusan perseroan akan bertanggung jawab secara penuh kekayaan. Meskipun masa jabatan keanggotaan masing-masing anggota direksi telah ditentukan dalam anggaran dasar perseroan, namun ketentuan tersebut tidaklah membatasi hak dari Rapat Umum Pemegang Saham untuk setiap saat memberhentikan salah satu atau lebih anggota direksi (Pasal 91) sebelum berakhirnya masa jabatan yang ditentukan dalam anggaran dasar.Selain “pemberhentian permanen” oleh Rapat Umum Pemegang Saham tersebut diatas, Undang-undang perseroan terbatas memungkinkan juga dilakukannya “skorsing” atau “pemberhentian sementara” anggota direksi, baik oleh Rapat Umun Pemegang Saham maupun oleh komisaris perseroan. Pemberitahuan mengenai pemberhentian sementara wajib disampaikan secara tertulis kepada anggota direksi yang bersangkutan. Dalam jangka waktu memberhentikan secara tetap tersebut atau secara formil anggota direksi

   tersebut.

  Direksi mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan hal anggota direksi terdiri atas lebih satu orang, yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Kewenangan direksi untuk mewakili perseroan sebagaimana dimaksud adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, anggaran dasar atau keputusan RUPS sebagaimana dimaksud tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang dan/atau anggaran dasar perseroan

  

  (Pasal 98) Undang-undang ini pada dasarnya menganut sistem perwakilan kolegial 36 yang berarti tiap-tiap anggota direksi berwenang mewakili perseroan. Namun, diwakili oleh anggota direksi tertentu.. Yang dimaksud “tidak boleh bertentangan dengan undang-undang”, misalnya, RUPS tidak berwenang memutuskan bahwa direksi didalam mengagumkan atau mengalihkan sebagaian besar aset perseroan cukup dengan persetujuan dewan komisaris atau persetujuan RUPS dengan kuorum kurang dari tiga perempat. Yang dimaksud “tidak boleh bertentangan dengan anggaran dasar”, misalnya, anggaran dasar menentukan bahwa untuk peminjaman uang diatas Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) direksi harus mendapatkan persetujuan dari dewan komisaris. Anggota direksi tidak berwenang mewakilili perseroan apabila : 1.

  Terjadi perkara dipengadilan antara perseroan dan anggota direksi yang bersangkutan

  2. Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan Dalam direksi tidak berwenang mewakili perseroan tersebut, yang berhak mewakili perseroan adalah :

  1. Anggota direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.

  2. Dewan komisaris dalam hal seluruh anggota direksi mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.

  3. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota direksi

  

  mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan (Pasal 99) Direksi wajib : 1. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah rapat direksi. Daftar pemegang saham dan daftar khusus sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50. Risalah RUPS dan diputuskan dalam setiap rapat.

  2. Membuat dokumen laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksdu dalam Undang-undang tentang dokumen perusahaan.

  3. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b dan dokumen perseroan lainnya. Yang dimaksud dengan “dokumen perseroan lainnya”, antara lain risalah rapat dewan komisaris dan perizinan perseroan.

  Anggota direksi wajib melporkan kepada perseroan mengenai saham yang dimilliki anggota direkisi yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. Anggota direksi yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dan menimbulkan kerugian bagi perseroan.

  Direksi wajib memninta persetujuan RUPS untuk

   1.

  Mengalihkan kekayaan perseroan atau : 2.

  Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan Yang merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroaan dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.

  Yang dimaksud dengan “kekayaan perseroan” adalah semua barang, baik bergerak maupun tidak bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud maupun tidak berwujud milik perseroan Yang dimaksud dengan “dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak” adalah satu transaksi atau lebih yang secara kumulatif mengakibatkan dilampauinya ambnag 50%. Penilaian lebih dari 50% kekayaan bersih didasarkan pada nilai buku sesuai neraca yang terakhir disahkan RUPS. Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada nama perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa (Pasal 103).

  Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya dengan tidak bertanggung jawab dan tidak beritikad baik. Dalam hal direksi terdiri atas dua anggota direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi. Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian perseroan apabila dapat membuktikan : 1.

  Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya 2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan

  3. Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian dan ; 4. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. Yang dimaksud dengan “mengambil tindakan untuk mencegah timbul dan berlanjutnya kerugian” termasuk juga langkah- langkah untuk memperoleh informasi mengenai tindakan pengurusan yang

   dapat mengakibatkan kerugian, antara lain, melalui forum rapat direksi .

  Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi karena kesalahan atau kelalaianya menimbulkan kerugian pada perseroan. Ketentuan anggota direksi tidak dapat diminta pertanggungjawaban tersebut, tidak mengajukan gugatan ata nama perseroan (Pasal 97). Dalam hal tindakan direski merugikan perseroan, pemegang saham yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapka ketentuan undang-undang perseroan terbatas , dapat mewakili perseroan untuk melakukan tuntutan atau gugatan terhadap direksi melalui pengadilan. Saat ini di dunia hukum perusahaan yang ada teori yang disebut dengan teori Business suatu doktrin yang menetapkan bahwa direksi suatu perusahaan

  Judgement Rule

  tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan pengambilan keputusan apabila tindakan direksi tersebut didasari itikad baik dan sifat hati-hati.

  Dengan prinsip ini, direksi mendapatkan perlindungan sehingga tidak perlu memperoleh justifikasi dari pemegang saham atau pengadilan atas keputusan mereka dalam pengelolaan perusahaan. Business Judgement Rule pada pokoknya megasumsikan bahwa dalam membuat suatu keputusan bisnis, direksi dari suatu perusahaan bertindak atas dasar informasi yang dimilikinya beritikad baik dan dengan keyakinan bahwa tindakan yang diambil adalah semata-mata

   untuk kepentingan perusahaan.

  Direksi tidak berwenang mengajukan permohonan pailit atas perseroan sendiri kepada pengadilan niaga sebelum memperolah persetujuan RUPS, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Permohonan pengajuan kepailitan dilakukan pada pengadilan niaga. Dalam hal kepailitan terjadi kepailitan dilakukan pada pengadilan niaga. Dalam hal kepailitan terjadi kepailitan terhadap perseroan karena kesalahan dan kelalaian direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban dalam kepailitan tersebut, setiap anggota direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh berlaku yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab tersebut berlaku juga bagi anggota direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota direksi dalam jangka waktu lima tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. Anggota direksi tidak bertanggung jawab atas kepailitan perseroan apa bila dapat membuktikan: a.

  Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan c. Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan

   d.

  Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan (PT) yang dalam menjalankan perannya tersebut semata-mata untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan kegiatan usaha Perseroan. Direksi merupakan satu-satunta organ PT yang mewakili Perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan. Tugas dan tanggung jawab melakukan pengurusan sehari-hari Perseroan (PT) untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan tersebut, Dalam sistem common law dikenal dengan prinsip fiduciary duties. Jadi, seorang direktur memiliki hubungan fidusia dengan atau kepada perseroan untuk bertindak dengan itikad baik (bonafide) untuk kemanfaatan atau keuntungan perseroan. Apabila anggota direksi terbukti bersalah atau lalai menjalankan tugasnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab tersebut yang menyebabkan Perseroan (PT) menderita kerugian, maka atas kerugian yang diderita perseroaan.

  C. TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) DAN DASAR HUKUMNYA

Dokumen yang terkait

Kesadaran Hukum Masyarakat Nias Dalam Rangka Pendaftaran Tanah (Studi Kasus Di Kabupaten Nias)

0 0 41

BAB II HUKUM PERJANJIAN SECARA UMUM A. Tinjauan Umum Perihal Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian - Hukum Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Property One Dan Pemilik Rumah/Tanah (Studi Pada Perusahaan Property One Medan Kota)

0 0 56

Hukum Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Property One Dan Pemilik Rumah/Tanah (Studi Pada Perusahaan Property One Medan Kota)

0 1 25

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANGTUA TERHADAP ANAK KANDUNGNYA A. Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) - Analisis Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Y

1 2 36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Yang Dilakukan Orangtua Terhadap Anak Kandungnya

1 2 31

Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Jaminan Berupa Hak Tanggungan Yang Mengalami Force Majeure Dalam Perjanjian Kredit

0 0 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian 1. Pengertian Umum Perjanjian - Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Jaminan Berupa Hak Tanggungan Yang Mengalami Force Majeure Dalam Perjanjian Kredit

0 0 25

i KATA PENGANTAR - Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Jaminan Berupa Hak Tanggungan Yang Mengalami Force Majeure Dalam Perjanjian Kredit

0 0 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN ASURANSI A. Pengertian Perusahaan Asuransi - Tinjauan Yuridis Terhadap Perusahaanasuransi Atas Jaminan Dalam Perjanjian Pemborongan (Studi Penelitian Pada Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan)

0 2 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Perusahaanasuransi Atas Jaminan Dalam Perjanjian Pemborongan (Studi Penelitian Pada Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan)

0 0 14