BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Merek - Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Telkomsel Di Grapari Telkomsel Tebing Tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Merek

   Menurut Keller dalam buku Sadat (2009:18) menyatakan bahwa istilah

brand berasal dari kata brandr yang berarti “to brand”, yaitu aktivitas yang

  sering dilakukan para peternak sapi di Amerika dengan member tanda pada ternak-ternak mereka untuk memudahkan identifikasi kepemilikan sebelum dijual kepasar. Sedangkan menurut Afiff dalam buku Sadat (2009:18) menyatakan bahwa kata merek yang digunakan sebagai terjemahan kata brand berasal dari bahasa Belanda yang diadopsi dan digunakan secara luas dalam bahasa pemasaran.

  Dalam perkembangannya merek memiliki banyak defenisi. Menurut Keagan dalam buku Sadat (2009:18) mendefinisikan bahwa merek sebagai kumpulan citra dan pengalaman kompleks dalam benak pelanggan, yang mengkomunikasikan harapan mengenai manfaat yang akan diperoleh dari suatu Ferrinadewi (2008:137) berpendapat bahwa merek adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu. Menurut Kotler dan Keller (2009:258) menyatakan bahwa merek adalah produk atau jasa yang

  11 dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.

  Menurut Kotler dan Keller (2009:259) merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen, atau organisasi untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu. Konsumen dapa mengevaluasi produk yang sama secara berbeda tergantung pada bagaimana pemerekan produk tersebut. Mereka belajar tentang merek melalui pengalaman masa lalu dengan produk tersebut dan program pemasarannya, menemukan merek mana yang memuaskan kebutuhan mereka dan mana yang tidak.

2.1.1.1 Manfaat Merek

  Menurut Sadat (2009:21) merek-merek yang kuat akan memberikan jaminan kualitas dan nilai yang tinggi kepada pelanggan, yang akhirnya juga berdampak luas terhadap perusahaan. Perusahaan yang mampu membangun mereknya dengan baik akan mampu menangkal setiap serangan pesaing sehingga dapat terus mempertahankan pelanggannya. Melalui merek, perusahaan dapat memberikan berbagai sentuhan emosional atau eksperensial yang tidak dapat diperoleh pelanggan dan perusahaan:

Tabel 2.1 Manfaat Merek bagi Pelanggan dan Perusahaan

  

Pelanggan Perusahaan

a.

  a. Merek sebagai sinyal kualitas Magnet pelanggan

  b. Mempermudah proses/memandu b.

  Alat proteksi dai para imitator pembelian c.

  Memiliki segmen pelanggan yang

  c. Alat mengidentifikasi produk loyal

  d. Mengurangi risiko d.

  Membedakan produk pesaing

  e. Memberi nilai psikologis e.

  Mengurangi perbandingan harga

  f. Dapat mewakili kepribadian sehingga dapat dijual premium

  f. Memudahkan penawaran produk baru g.

  Bernilai financial tinggi h. Senjata dalam kompetisi

  Sumber: Sadat, (2009:21)

2.1.1.2 Elemen Merek

  Kotler dan Keller (2009:269) menyatakan elemen merek adalah alat pemberi nama dagang yang mengidentifikasikan dan mendiferensiasikan merek.

  Menurut Sadat (2009:49) menyatakan bahwa elemen dari identitas suatu merek terdiri dari nama, logo, warna, desain dan kemasan, slogan dan tagline, endorser merek, karakter, situs web dan URL. Kotler dan Keller (2009:269) menyatakan dalam memilih elemen merek, ada enam kriteria utama, yaitu : a.

  Dapat diingat Yaitu seberapa mudah elemen merek itu diingat dan dikenali. Nama-nama pendek adalah elemen merek yang mudah diingat.

  b.

  Berarti Yaitu elemen merek kredibel dan mengindikasikan kategori yang berhubungan dengannya. Elemen merek menyiratkan sesuatu tentang bahan produk atau tipe orang yang mungkin menggunakan merek.

  c.

  Dapat disukai Yaitu berkaitan dengan seberapa menarik estetika elemen merek. Dan elemen merek dapat disukai secara visual, verbal dan cara lain.

  d. Dapat ditransfer Yaitu elemen merek dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dalam kategori yang sama atau berbeda. Elemen merek menambah ekuitas merek melintasi batas geografis dan segmen pasar.

  e. Dapat disesuaikan Yaitu kemudahan elemen merek disesuaikan dan diperbarui.

  f. Dapat dilindungi secara kompetitif.

2.1.2 Citra Merek

  Menurut Keller dalam Ferrinadewi (2008:165) menyatakan bahwa citra merek atau brand image adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut. Rangkuti (2004:244) menyatakan citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhada citra merek. Citra merek atau

  

brand image adalah konsep yang diciptakan konsumen karena alasan subyektif

  dan emosi pribadi. Oleh karena itu dalam konsep ini persepsi konsumen menjadi lebih penting dari pada keadaan sesungguhnya, menurut Dobni dan Zinkhan dalam Ferrinadewi (2008:166).

  Menurut Susanto dalam Nugroho (2011:11) citra merek adalah apa yang dipersepsikan oleh konsumen mengenai sebuah merek. Pembangunan sebuah citra merek, terutama citra yang positif menjadi salah satu hal yang penting. Sebab tanpa citra kuat dan positif, sangatlah sulit bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang sudah ada, dan pada saat yang sama meminta mereka membayar harga yang tinggi.

  Simamora dalam Sulistian (2011:33) mengatakan citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka waktu panjang. Sehingga tidak mudah untuk membentuk citra, citra sekali terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan

  Menurut Keller dalam Ariadi ( 2010:42) bahwa pengukuran citra merek dapat dilakukan pada aspek sebuah merek, yaitu : strength, uniqueness, dan

  favourable . a. Strength Mengarah pada berbagai keunggulan-keunggulan yang dimiliki merek bersangkutan yang bersifat fisik, dan tidak ditemukan pada merek lainnya.

  Keunggulan merek ini mengacu pada atribut-atribut fisik atas merek bersangkutan sehingga bisa dianggang sebagai sebuah kelebihan dibandingkkan merek lainnya.

  b. Uniqueness Yaitu kemampuan untuk membedakan sebuah merek diantara merek- merek lainnya. Kesan ini muncul dari atribut produk, kesan unik berarti terdapat diferensiasi antara produk satu dengan produk lainnya. Termasuk dalam kelompok unik ini antara lain: variasi layanan, dan harga serta differensiasi.

  c. Favourable Mengarah pada kemampuan merek tersebut untuk mudah diingat oleh pelanggan. Termasuk dalam kelompok favourable ini antara lain : kemudahan merek untuk diucapkan, kemampuan mereka untuk tetap diingat pelanggan, maupun kesesuaian antara kesan mereka dibenak pelanggan dengan citra yang diinginkan perusahaan atas merek bersangkutan.

  Schiffman dan Kanuk dalam Sulistian (2011:33) menyebutkan faktor faktor pembentuk citra merek sebagai berikut:

  1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.

  2. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi.

  3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.

  4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani.

  5. Resiko, berkaitan dengan besar-kecilnya akibat atau untung-rugi yang mungkin dialami oleh konsumen.

  6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi-rendahnya atau banyak- sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang.

  7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu.

  Menurut Timmerman dalam Ratri (2007:50), citra merek sering terkonseptualisasi sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan dengan sebuah merek yang terdiri dari:

  1. Faktor fisik, karakteristik fisik dari merek tersebut, seperti desain kemasan, logo, nama merek, fungsi, dan kegunaan produk dari merek itu.

  2. Faktor psikologis, dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai, kepribadian yang dianggap oleh konsumen menggambarkan produk dari merek tersebut.

  Citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang orang pikirkan, rasakan terhadap suatu merek tertentu, sehingga dalam citra merek faktor psikologis lebih banyak berperan dibandingkan faktor fisik dari merek tersebut.

2.1.3 Kualitas Pelayanan

  Menurut Finch (2004:1) menyatakan pelayanan pelanggan berlaku selama masa kerja, dari pekerjaan yang pertama sampai yang terakhir. Pelayanan pelanggan adalah suatu pekerjaan yang paling cepat berkembang di dunia. Dan hamper setiap perusahaan memperkerjakan petugas pelayanan pelanggan, para petugas yang ahli dan berpengalaman akan dianggap sebagai contributor yang sangat berarti bagi keuntungan dan keberhasilan sebuah perusahaan

  Kualitas adalah kemampuan sebuah produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, Heizer dan Render (2009:300). Menurut the American

  

Sociaty of Quality Control dalam buku Kotler dan Keller (2009:143) menyatakan

  bahwa kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Menurut Nurmasari,Kumadji dan Kusumawati (2013:3) menyatakan bahwa kualitas pelayanan adalah memberikan kesempurnaan pelayanan untuk tercapainya keinginan atau harapan pelanggan.

  Sedangkan menurut Parasuraman, et al. dalam Purnama (2006:19) mengatakan bahwa kualitas layanan merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen dengan kualitas layanan yang diharapkan konsumen. Terdapat tiga tingkatan harapan konsumen terhadap kualitas layanan, yaitu : a.

  Desired service expectation Tingkatan layanan yang diharapkan akan diterima konsumen. Tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi/maksimal layanan yang diharapakan akan diterima konsumen.

  b.

  Predicted service expectation Tingkatan layanan yang diprakirakan akan diterima konsumen. Tingkatan ini dibawah desired expectation.

  c.

  Adequate service expectation Tingkatan layanan yang akan diterima konsumen. Tingkatan ini merupakan tingkatan terendah dibawah desired expectation dan Predicted

  expectation dan bersifat kompromis, setelah melihat proses layanan maupun situasi yang terjadi.

2.1.3.1 Dimensi Kualitas Layanan

  Kotler dan Keller (2009:52) mengidentifikasi lima dimensi dari kualitas layanan berdasarkan urutan pentingnya: Yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan andal dan akurat.

  b. Daya tanggap Yaitu kesediaan membantu pelanggan dan memberikan layanan tepat waktu. c. Jaminan Yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menunjukkan kepercayaan dan keyakinan.

  d. Empati Yaitu kondisi mempertahankan dan memberikan perhatian pribadi kepada pelanggan.

  e. Wujud Yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan bahan komunikasi.

  Sedangkan menurut Lupiyoadi (2001:60) menyatakan dimensi kualitas pelayanan, yaitu: a.

  Tangible atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan sipemberi jasa. Tangibles meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi) b.

  Reability atau keandalan yaitu kemampuan perusahaan utnuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi. c.

  Responsiveness atau kepenjelasan yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu alas an yang jelas menyebabkan persepsi yang negative dalam kualitas pelayanan.

  d.

  Assurance atau jaminan dan kepastian, yaitu pengetahuan, kesopanan santunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas

  (credibility) , keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).

  e.

  Empathy atau empati yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupa memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

   Menurut Olson dalam Musanto (2004:128) menyatakan bahwa loyalitas

  pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk/jasa yang dihasilkan badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang.

  Sedangkan menurut Lovelock , Wirtz dan Mussry (2010:77) menyatakan bahwa loyalitas adalah satu kata lama yang biasanya digunakan untuk menggambarkan kesetiaan dan kepatuhan terhadap negara, gerakan atau individu. Belakangan ini, loyalitas digunakan dalam konteks bisnis, untuk menggambarkan kesediaan pelanggan agar senantiasa menggunakan produk perusahaan dalam jangka panjang, apalagi jika menggunakannya secara eksklusif, dan merekomendasikan produk-produk perusahaan kepada teman dan rekannya.

  Pelanggan yang telah loyal memberikan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Griffin (2003:31) pelanggan yang loyal adalah orang yang : 1. Melakukan pembelian berulang secara teratur.

  2. Membeli antar lini produk dan jasa.

  3. Mereferensikan kepada orang lain.

  4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing.

  Lovelock, Wirtz dan Mussry juga menyatakan ada tiga tahapan strategi dalam roda loyalitas yang digunakan sebagai kerangka kerja terstruktur mengenai membangun loyalitas pelanggan yaitu :

  a. Perusahaan perlu membangun fondasi yang solid untuk menciptakan menarik pelanggan yang tepat, melakukan tingkatan jasa, dan menghantarkan tingkat kepuasan yang tinggi.

  b. Untuk benar-benar membangun loyalitas perusahaan perlu membangun ikatan erat dengan konsumennya baik dengan cara memperdalam hubungan melalui cross-selling dan bundling maupun menambah nilai bagi pelanggan melalui penghargaan bagi loyalitas dan ikatan hubungan yang lebih tinggi.

  c. Perusahaan perlu mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor-faktor yang menyebabkan “perpindahan pelanggan (churn)” yaitu hengkangnya pelanggan lama dan menggantinya dengan pelanggan baru. Roda loyalitas ditujukaan pada Gambar 2.1 berikut :

  3. Mengurangi faktor Loyalitas : perpindahan pelanggan : a.

  

1.

Membangun Fondasi

  Segmentasikan pasar agar

  a. Melakukan diagnostik churn dan sesuai dengan kebutuhan mengawasi pelanggan yang mulai pelanggan dan kemampuan kecewa. perusahaan.

  b. Mengatasi faktor-faktor pendorong churn b.

  Selektif : Mencari pelanggan yang utama: cocok dengan inti proporsi nilai. 1) Langkah retensi proaktif c. Kelola bisnis pelanggan melalui 2)

  Langkah retensi reaktif tingkatan jasa yang efektif.

  c. Melakukan penanganan keluhan dan

  d. Menghantarkan jasa proses pemulihan jasa yang efektif berkualitas.

  d. Meningkatkan biaya pengalihan

  

2. Menciptakan ikatan loyalitas

  

b. Memberikan penghargaan

  c. Memperdalam hubungan

  a. Membangun ikatan terhadap loyalitas : via : yang lebih tinggi : 1) 1) cross-selling

  Finansial 1) Sosial 2) 2) bundling

  

Nonfinansial

2) Kustomisasi 3)

  

Layanan dengan

3) Struktural

tingkatan yang

tinggi 4)

  

Pengakuan dan

apresiasi Sumber : Lovelock, Wirtz dan Mussry (2010:85)

Gambar 2.1 : Roda Loyalitas

2.1.4.1 Manfaat Loyalitas Pelanggan

  Lovelock, Wirtz dan Mussry (2010:77) menyatakan bahwa ada empat keuntungan yang dihasilkan dari pelanggan yang loyal :

  1. Pembelian yang bertambah Selama beberapa waktu, pelanggan bisnis sering kali tumbuh besar dan dengan demikian membelanjakan kuantitas yang lebih besar. Pelanggan individu juga menambah pembelian ketika anggota keluarga mereka bertambah atau ketika tingkat pendapatan mereka meningkat. Kedua jenis pelanggan tersebut mungkin akan bersedia untuk mengukuhkan pembelian mereka dengan penyedia jasa tunggal yang memberikan layanan berkualitas tinggi.

  2. Biaya operasional berkurang Saat pelanggan menjadi semakin berpengalaman, tuntutan mereka lebih sedikit terhadap penyedia jasa. Mereka juga tidak banyak melakukan kesalahan ketika terlibat dalam proses operasional, sehingga berkontribusi pada produktivitas yang lebih tinggi.

  3. Rekomendasi kepada pelanggan lain penjualan gratis, menghemat dana investasi perusahaan atas kegiatan- kegiatan tersebut.

  4. Premi harga Pelanggan baru seringkali diuntungka dari diskon promosi perkenalan; pelanggan lama cenderung membayar dengan harga biasa ketika mereka sangat puas dan tidak lagi peka terhadap harga. Terlebih lagi, pelanggan yang sudah mempercayai penyedia jasa mungkin bersedia membayar harga lebih tinggi pada musim-musim ramai atau untuk proses kerja yang lebih cepat.

  Griffin (2003:11) menyatakan bahwa imbalan dari loyalitas bersifat jangka-panjang dan kumulatif. Semakin lama loyalitas pelanggan, semakin besar laba yang dapat diperoleh perusahaan dari satu pelanggan. Loyalitas yang meningkat dapat menghemat biaya perusahaan sedikitnya di enam bidang :

  1. Biaya pemasaran menjadi berkurang (biaya pengambilalihan pelanggan lebih tinggi dari pada biaya mempertahankan pelanggan).

  2. Biaya transaksi menjadi lebih rendah, seperti negosiasi kontrak dan pemrosesan order.

  3. Biaya perputaran pelanggan menjadi berkurang (lebih sedikit pelanggan hilang yang harus digantikan).

  4. Keberhasilan cross-selling menjadi meningkat, menyebabkan pangsa pasar menjadi lebih besar.

  5. Pemberitaan dari mulut ke mulut menjadi lebih positif, dengan asumsi para

  6. Biaya kegagalan menjadi menurun seperti pengurangan pengerjaan ulang, klaim garansi, dan sebagainya.

  Menurut Griffin (2003:5) menyatakan bahwa konsep loyalitas pelanggan lebih banyak dikaitkan dengan perilaku dari pada sikap. Selain itu, loyalitas menunjukaan kondisi dari pada durasi waktu tertentu dan memasyarakatkan bahwa tindakan pembelian terjadi tidak kurang dari dua kali. Terdapat dua kondisi penting yang berhubungan dengan loyalitas yaitu : a. Retensi pelanggan Retensi pelanggan menjelaskan lamanya hubungan dengan pelanggan.

  Tingkat retensi pelanggan adalah persentase pelanggan yang telah memenuhi sejumlah pembelian ulang selama periode waktu yang terbatas.

  b. Total pangsa pasar pelanggan.

  Pangsa pelanggan suatu perusahaan menunjukkan persentase dari anggaran pelanggan yang dibelanjakan ke perusahaan tersebut. Bila pesaing menangkap persentase tertentu dari anggaran pelanggan, maka perusahaan telah kehilangan bagian, atau pangsa, pelanggan sebesar yang berhasil ditangkap oleh pesaing.

2.1.4.2 Jenis Loyalitas

  Menurut Griffin (2003:22) jenis loyalitas sangatlah penting bila perusahaan ingin mengembangkan loyalitasnya. Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul bila keterikatan dan pola pembelian ulang diklasifikasi-silang. Berikut ini merupakan jenis loyalitas :

  Tinggi Rendah Tinggi Loyalitas premium Loyalitas tersembunyi

  Rendah Loyalitas yang lemah Tanpa loyalitas

   Sumber : Griffin (2003:22)

Gambar 2.2 : Empat jenis loyalitas a.

  Tanpa loyalitas Keterikatan dengan suatu layanan dikombinasikan dengan tingkat pembelian yang berulang yang rendah menunjukaan tidak adanya loyalitas.

  b.

  Loyalitas yang lemah Keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian yang berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah. Pelanggan ini membeli karena terbiasa.

  c.

  Loyalitas tersembunyi Tingkat preferensi yang relatif tinggi digbung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi. Bila pelanggan memiliki loyalitas yang tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berulang.

  d.

  Loyalitas premium Loyalitas premium terjadi bila ada tingkat keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga tinggi. Pada tingkat preferensi

  K et er ik at an R el at if

  Perilaku Pembelian Ulang paling tinggi tersebut, orang bangga karena menemukan dan menggunakan produk atau jasa tertentu dan senang membagi pengetahuan mereka dengan rekan dan keluarga.

  2.2 Penilitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

  Penulis Judul Penelitian Teknik Hasil Penelitian Tahun Analisis

  S.Sianyang Pengaruh Kualitas Uji Bukti Fisik memiliki (2004) Pelayanan Terhadap Signifikansi pengaruh yang positif

  Loyalitas Pelanggan Parsial dan signifikan terhadap Karoseri Center II (Uji-T) loyalitas pelanggan dengan nilai t hitung 2,118

  > t table 1,645 dengan signifikansi 0,038 > 0,05

  Deddy Pengaruh Kualitas Uji Daya tanggap memiliki Azwarsyah Pelayanan Terhadap Signifikansi tidak memiliki pengaruh

  (2005) Loyalitas Pelanggan Parsial yang positif dengan Pada Stocklist Center (Uji-T) loyalitas pelanggan

  K-LINK Medan denga nilai t -3,093

  hitung dan t table 1,669.

  Suryani Pengaruh Kualitas Uji Citra merek memiliki (2010) Pelayanan dan Citra Signifikansi pengaruh yang

  Merek terhadap Parsial signifikan terhadap Kepuasan dan (Uji-T) loyalitas pelanggan

  Dampaknya Terhadap dengan nilai signifikansi Loyalitas (Studi 0,002 < 0,05

  Kasus Pada Nasabah Bank BNI’46 Cabang

  Uin Syarif Hidayatullah Ciputat)

  Mitha Pengaruh Kualitas Uji Keandalan tidak Destika Sari Pelayanan Terhadap Signifikansi berpengaruh signifikan

  (2014) Loyalitas Konsumen Parsial terhadap loyalitas Pada Café D’Puncak (Uji-T konsumen dengan nilai di Samarinda signifikansi 0,758 >

  0,05

2.3 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual dalam penulisan ini dapat digambarkan secara sistematis, sebagai berikut: Citra Merek (X )

  1 Keandalan (X 2 )

  Daya Tanggap (X )

3 Loyalitas Pelanggan (Y)

  Jaminan (X )

4 Empati (X )

  5 Bukti Fisik (X 6 )

Gambar 2.3 : Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

  Hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.

  Citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Telkomsel di GraPARI Telkomsel Tebing Tinggi.

  2. Keandalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Telkomsel di GraPARI Telkomsel Tebing Tinggi.

  3. Daya tanggap berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Telkomsel di GraPARI Telkomsel Tebing Tinggi.

  4. Jaminan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Telkomsel di GraPARI Telkomsel Tebing Tinggi.

  5. Empati berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Telkomsel di GraPARI Telkomsel Tebing Tinggi.

  6. Bukti fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Telkomsel di GraPARI Telkomsel Tebing Tinggi.

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Posisi Foramen Mentalis Pada Mahasiswa Suku Batak Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Di Fkg Usu

0 0 11

b) Pasal 305 KUHP - Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Penelantaran Anak Dari Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

1 1 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang - Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Penelantaran Anak Dari Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Ta

0 0 29

BAB II PENGATURAN MENGENAI BUKTI ELEKTRONIKSEBAGAI ALAT BUKTI YANG SAH DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Teori Pembuktian atau Sistem Pembuktian dalam Hukum Acara Pidana Indonesia Dilihat dari hukum pembuktian yang dianut oleh Indonesia sekarang, - Tinjauan

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Yuridis Mengenai Pembuktian Elektronik Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Kasus Tindak Pidana Pencucian Uang Dikaitkan Dengan UU No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 1 22

BAB V - Aspek Hukum Perjanjian Jual-Beli Kios Pasar Tradisional Meranti Baru (Studi Antara Tiurma Tampubolon dan Bernika Sitorus)

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN - Aspek Hukum Perjanjian Jual-Beli Kios Pasar Tradisional Meranti Baru (Studi Antara Tiurma Tampubolon dan Bernika Sitorus)

0 0 13

EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI BANDAR SIDORAS DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

1 2 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Daya Saing Daerah - Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Padangsidimpuan

1 2 13

Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Telkomsel Di Grapari Telkomsel Tebing Tinggi

0 0 14