Dinamika Kebijakan Pembangunan di Daerah

Dinamika Kebijakan Pembangunan di Daerah
(Studi Kasus Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kabupaten Majalengka)

1

Fanny Dwipoyanthi2 dan Slamet Rosyad3
Magister Ilmu Administrasi Universitas Jenderal Soedirman
Abstrak
Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di wilayah kecamatan
Kertajati, Kabupaten Majalengka menuai masalah besar bagi warga Majalengka.
Sebab penetapan lokasi dianggap tidak tepat. Pembangunan tersebut diperkirakan
akan menggusur lahan subur seluas kurang lebih 1.800 ha. Lahan tersebut
merupakan lahan pertanian yang merupakan sumber penghidupan masyarakat
Kertajati. Hal ini dianggap tidak sesuai dengan peraturan pemerintah Republik
Indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan Presiden Republik
Indonesia mengenai penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan tanah,
perairan serta ruang udara di bandar udara umum pasal 9 harus didasarkan pada
penatagunaan tanah dan/atau perairan dan ruang udara yang menjamin keserasian
dan keseimbangan dengan kegiatan dalam bidang lain di kawasan letak Bandar
udara umum. Terdapat 3 hal yang dianggap sangat mendasar yang memperkuat
arus penolakan pembangunan BIJB, yaitu soal ketidak jelasan dan transparansi

pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap rencana pembangunan tersebut,
sehingga masyarakat tidak paham mengapa di daerahnya harus ada bandara dan
bagaimana nasib mereka setelah adanya bandara. Kedua, dipastikan pembangunan
BIJB yang akan menggunakan lahan di 11 desa di wilayah Kertajati ini akan
mempercepat proses pemiskinan masyarakat desa yang saat ini memang masih
tergolong miskin. Hal tersebut bisa dilihat dari kultur masyarakat setempat yang
masih kental dengan pola masyarakat agraris. Yang ketiga, saat ini Pemprov Jabar
lebih banyak menebar kebohongan terhadap warga baik menyangkut amdal, masa
depan warga maupun rencana besar dari bandara itu sendiri. Pembangunan
megaproyek BIJB ini perlahan-lahan akan menggilas kehidupan ribuan warga
Majalengka. Mereka hanya akan menjadi tumbal dari sebuah keinginan besar
yang tidak mempertimbangkan hak hidup masyarakatnya.
Kata Kunci: Kebijakan publik, Pembangunan Bandara International Jawa Barat,
kesejahteraan masyarakat lokal.

1

2

3


Telah dipresentasikan pada Simposium Nasional Asosiasi Ilmuwan Administrasi Negara
(SIMNAS ASIAN) ke-2 di Universitas Slamet Riyadi, Surakarta , pada tanggal 10 Pebruari 2012.
Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi dan Penerima Beasiswa Unggulan dari Biro
Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia
Staf Pengajar pada Program Magister Ilmu Administrasi Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

1

A. Pendahuluan
Pembangunan

nasional

memiliki

salah


satu

tujuan

menciptakan

kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat Indonesia seperti yang
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Kesejahteraan masyarakat
adalah tinjauan umum dalam setiap pembangunan, sedangkan kebijakan politik
yang dibuat adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Permasalahan
umum dari negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia adalah masalah
kemiskinan

yang

sifatnya

multidimensional.

Salah


satu

tujuan

dari

dilaksanakannya pembangunan adalah untuk mengurangi kemiskinan dan
memerangi kebodohan serta keterbelakangan bangsa. Pemerintah menciptakan
berbagai program dan proyek pembangunan yang bertujuan memberantas
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan serta meningkatkan kualitas manusia
Indonesia.
Penetapan otonomi daerah melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang otonomi daerah memberikan kewenangan daerah dalam mengurus rumah
tangganya sendiri termasuk di dalamnya upaya pemerintah daerah dalam
percepatan pembangunan wilayahnya sendiri. Kebijakan publik memiliki lingkup
yang luas dalam bidang pembangunan seperti kebijakan publik di bidang
pendidikan, pertanian, kesehatan, transportasi, pertahanan, dan sebagainya. Selain
itu, kebijakan publik dilihat dari hirarkinya atau tingkat yaitu kebijakan publik
dapat bersifat nasional, regional, maupun lokal, seperti Undang-undang, Peraturan

Pemerintah,

Peraturan

Pemerintah

Propinsi,

Peraturan

Pemerintah

Kabupaten/Kota dan keputusan Bupati/Walikota (Subarsono, 2005). Salah satu
upaya pemerintah daerah kabupaten Majalengka propinsi Jawa barat dalam
percepatan pembangunan daerahnya adalah melalui Pembangunan Bandara
2

Internasional Jawa Barat (BIJB) di wilayah kecamatan Kertajati, kabupaten
Majalengka.
Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di wilayah

kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka bertujuan untuk memberikan
kemudahan akses transportasi udara serta meningkatkan pendapatan asli daerah
Jawa Barat pada umumnya. Pembangunan bandara internasional Jawa Barat ini
merupakan program jangka panjang yang didasarkan pada peraturan pemerintah
Republik Indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan Presiden
Republik Indonesia mengenai penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan
tanah, perairan serta ruang udara di bandar udara umum.
Secara umum Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di
wilayah kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka ini merupakan suatu proyek
pembangunan yang dapat memberikan keuntungan lebih terhadap propinsi Jawa
Barat, tetapi di sisi lain pembangunan tersebut memberikan dampak terhadap
masyarakat kecamatan Kertajati kabupaten Majalengka propinsi Jawa Barat.
Perkembangan dari penetapan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 70
tahun 2001 tentang kebandarudaraan Presiden Republik Indonesia mengenai
penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan tanah, perairan serta ruang udara di
bandar udara umum dalam pembangunan bandara internasional Jawa Barat (BIJB)
di wilayah kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka ini menimbulkan
permasalahan tersendiri yaitu ditinjau dari aspek penetapan lokasi yang dianggap
tidak tepat dan tidak ada transparansi terhadap masyarakat. Pembangunan tersebut
diperkirakan akan menggusur lahan subur seluas kurang lebih 1.800 ha. Lahan

tersebut merupakan lahan pertanian yang merupakan sumber penghidupan
masyarakat Kertajati.
3

Sebagian besar masyarakat kecamatan Kertajati kabupaten Majalengka
masih mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama. Melalui
pembangunan bandara BIJB ini maka dampak ekonomi yang ditimbulkan pada
sektor pertanian kecamatan Kertajati akan sangat besar.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan
dikaji pada penelitian ini adalah “apakah pembangunan Bandara International
Jawa Barat di kecamatan Kertajati, kabupaten Majalengka sesuai dengan UU No.
70 Tahun 2001 dan bagaimana dampak permasalahan yang ditimbulkan dengan
penetapan pembangunan Bandara International Jawa Barat di kecamatan
Kertajati, kabupaten Majalengka.
C. Pembahasan
A. Kebijakan Publik
Kebijakan public adalah “whatever governments choose to do or
not to do” (Dye, 1981). Konsep tersebut mengandung makna bahwa


kebijakan publik adalah apa yang pemerintah pilih untuk dilakukan atau
tidak dilakukan. Setiap permasalahan yang ada pemerintah lah yang
memiliki wewenang untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam studi kebijakan publik terdapat dua pendekatan yaitu,
policy analysis yang mencakup decision making dan policy formation.

Pendekatan yang kedua, political public policy yang lebih menekankan
pada hasil kebijakan publik (Hughes, 1994). Penulisan ini difokuskan
terhadap pendekatan policy analysis yang menganalisis Peraturan
Pemerintah

Republik

Indonesia

nomor

70

tahun


2001

tentang

kebandarudaraan mengenai penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan
4

tanah, perairan serta ruang udara di bandar udara umum terhadap
pembangunan bandara international Jawa Barat di kecamatan Kertajati
kabupaten Majalengka. Pembangunan BIJB ini dianggap tidak senada
dengan pasal 9 ayat 2, yang berbunyi bahwa penetapan luas tanah dan/atau
perairan dan ruang udara harus didasarkan pada penatagunaan tanah

dan/atau perairan dan ruang udara yang menjamin keserasian dan
keseimbangan dengan kegiatan dalam bidang lain di kawasan letak Bandar
udara umum.
Anderson dalam bukunya, Public Policy Making (Anderson, 1979),
mengatakan


bahwa:

perumusan

kebijakan

melibatkan

proses

pengembangan usulan akan tindakan yang terkait dan dapat diterima
(biasa disebut dengan alternatif, proposal atau pilihan) untuk menangani
permasalahan publik. Pada umumnya sebuah proposal kebijakan biasanya
ditujukan untuk membawa perubahan mendasar terhadap kehidupan
masyarakat. Dalam membuat proposal tersebut terdapat kerangka kerja
kebijakan publik yang ditentukan oleh beberapa aspek sebagai berikut
(Subarsono, 2005):
a. Tujuan yang akan dicapai.
b. Preferensi nilai.
c. Sumberdaya.

d. Kemampuan actor.
e. Lingkungan.
f. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan
Dari

keseluruhan

aspek

tersebut,

pembangunan

bandara

international Jawa Barat tidak memperhatikan aspek lingkungan.
5

Majalengka adalah kabupaten terbelakang se-Jawa Barat. Infrastruktur di
Majalengka pun masih kurang, tidak adanya tempat yang akan berpotensi
untuk menjadi pusat wisatawan, tidak adanya pelayanan kesehatan
berstandard baik, tidak adanya pusat perbelanjaan yang bersifat one stop
shopping, tidak adanya public transportation dalam waktu 24jam

termasuk tidak adanya taksi dan kereta api, dan juga masih banyak
infrastuktur yang harus dibangun. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan
pembangunan megaproyek BIJB.
Penetapan lokasi BIJB ini berdasarkan study kelayakan dilakukan
dengan pengamatan di 421 titik, dan sembilan Bandar eksisting yang
menghasilkan tiga lokasi alternative calon bandara internasional.
Kemudian, berdasarkan hasil pengkajian teknis, lokasi BIJB ditetapkan di
Desa Palasah Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Kemudian
dikukuh

dan

diusulkan

melalui

Surat

Gubernur

Nomor

553.2/2271/Dalprog, tertanggal 29 Juli 2004 kepada Menteri Perhubungan
RI . Disusul Surat Gubernur No.553.2/2272/Dalprog/2004 ditujukan
kepada Menko Perekonomian selaku Ketua Badan Koordinasi Tata Ruang
Nasional (BKTRN).
Dari surat usual Gubernur tersebut, maka lahirlah penetapan lokasi
BIJB, melalui Keputusan Menteri perhubungan No. KM 34/2005
tertanggal 17 Mei 2005. Kemudian ditingkan kabupaten, Bupati
Majalengka menetapkannya melalui surat Keputusan Bupati majalengka
No. 16 tahun 2006. Setelah melalui langkah-langkah penetapan, maka
pihak Dinas Perhubungan Provinsi membuat Master Plan BIJB di
kabupaten Majalengka dengan Peraturan Menteri perhubungan No. KM 5
6

tahun 2007. Sedangkan mengenai amdal, pihak Dinas Perhubungan telah
pula melakukannya yaitu pada tahun 2006.
Bagaimanapun ketentuan yang telah di tetapkan sebelumnya,
pengambilan keputusan berada mutlak di tangan pemerintah dalam
menghadapi semua masalah. Kekuasaan yang dimiliki pemerintah harus
terkontrol dan dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat. Hal ini
senada dengan White (White, 1955, p. 495) yang mengemukan bahwa
“Power in a democratic society requires control, and the greater the
power the more for control”. Semakin besar kekuatan penguasa maka
harusnya semakin kuat pula kontrolnya untuk membuat kebijakan publik.
Kekuasaan penguasa harus dikendalikan dengan perlibatan
masyarakat didalamnya. Sesuai dengan perspektif New Public Service
yang menghendaki peran administrator publik untuk melibatkan
masyarakat dalam pemerintahan dan bertugas untuk melayani masyarakat
(Denhardt, 2004). Warga negara diposisikan sebagai pemilik pemerintahan
(owners of government) dan mampu bertindak secara bersama-sama
mencapai sesuatu yang lebih baik.
Menurut Staf Pengajar Administrasi Publik Universitas Brawijaya,
M.R Khairul Muluk, kepentingan publik tidak lagi dipandang sebagai
agregasi kepentingan pribadi melainkan sebagai hasil dialog dan
keterlibatan publik dalam mencari nilai bersama dan kepentingan bersama.
Administrator yang bertanggung jawab harus melibatkan masyarakat tidak
hanya dalam perencanaan tetapi juga pelaksanaan program guna mencapai
tujuan-tujuan masyarakat. Hal ini harus dilakukan tidak saja karena untuk
menciptakan pemerintahan yang lebih baik tetapi juga sesuai dengan nilai7

nilai demokrasi. Dengan demikian, pekerjaan administrator publik tidak
lagi mengarahkan atau memanipulasi insentif tetapi pelayanan kepada
masyarakat.
B. Pembangunan Bandara International Jawa Barat
Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara
mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang,
dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas
pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan, bandar udara
internasional yaitu bandar udara yang ditetapkan untuk melayani rute
penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri
berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau multilateral.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia mengatakan bandar udara memiliki peran sebagai:
a. Simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkan
sebagai titik lokasi bandar udara yang menjadi pertemuan beberapa
jaringan dan rute penerbangan sesuai hierarki bandar udara.
b. Pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataan
pembangunan,

pertumbuhan

dan

stabilitas

ekonomi

serta

keselarasan pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang
digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara
yang menjadi pintu masuk dan keluar kegiatan perekonomian.
c. Tempat kegiatan alih moda transportasi, dalam bentuk interkoneksi
antar moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan
peningkatan

kualitas

pelayanan

yang

terpadu

dan

berkesinambungan yang digambarkan sebagai tempat perpindahan
moda transportasi udara ke moda transportasi lain atau sebaliknya.
d. Pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau
pariwisata dalam menggerakkan dinamika pembangunan nasional,
serta

keterpaduan

dengan

sektor

pembangunan

lainnya,

8

digambarkan sebagai lokasi bandar udara yang memudahkan
transportasi udara pada wilayah di sekitarya.
e. Pembuka isolasi daerah, digambarkan dengan lokasi bandar udara
yang dapat membuka daerah terisolir karena kondisi geografis
dan/atau karena sulitnya moda transportasi lain.
f. Pengembangan daerah perbatasan, digambarkan dengan lokasi
bandar udara yang memperhatikan tingkat prioritas pengembangan
daerah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia di
kepulauan dan/atau di daratan.
g. Penanganan bencana, digambarkan dengan lokasi bandar udara
yang

memperhatikan

kemudahan

transportasi

udara

untuk

penanganan bencana alam pada wilayah sekitarnya.
h. Prasarana memperkokoh Wawasan Nusantara dan kedaulatan
negara, digambarkan dengan titik-titik lokasi bandar udara yang
dihubungkan dengan jaringan dan rute penerbangan yang
mempersatukan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pembangunan bandara International Jawa Barat yang harusnya
memiliki seluruh peran tersebut sebagai standard bandar udara yang layak.
Namun, pembangunan BIJB ini tidak memiliki peran dalam point kedua
yaitu mengenai pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan
pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan
sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara. Pembangunan BIJB
ini sangat tidak selaras dengan lokasi dan wilayah di sekitar Bandar udara
yang memiliki kehidupan pedesaan yang hanya menggantungkan
kehidupan pada sektor pertanian.
Pembangunan Bandara International Jawa Barat di kecamatan
Kertajati kabupaten Majalengka ini akan memakan 1800 ha. Studi
kelayakan bandara tersebut telah dilakukan sejak tahun 2004. Ijin lokasi
Penetapan Lokasi Bandar sudah dikeluarkan Departemen Perhubungan
sejak 17 Mei 2005. Bandara internasional Kertajati akan melayani
penumpang dan cargo dengan sistem double runway hingga 4.000 meter.
Fokus pembangunan diutamakan pada Run Way (3.000 meter) dan Taxi
9

Way (3.500 meter). Bandara ini akan dilengkapi pesawat jenis Boeing
737-400 hingga Airbus.
Lahan BIJB ini 90% adalah area persawahan yang masih produktif
dan subur. Majalengka pun terancam kehilangan ribuan ton gabah s ebab
lahan yang digunakan BIJB memproduksi 70 ton gabah/ hektar.
Pemerintah daerah Majalengka pun mau tidak mau harus medapatkan
beras dari luar Majalengka. Harga beras pun akan meningkat di pasaran.
Tentu saja ini sangat merugikan masyarakat majalengka.

C. Dampak Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Adanya pembangunan BIJB ini potensi terhadap peningkatan
pengangguran pada wilayah kecamatan Kertajati sangat besar karena
sebagian besar penduduknya yang memiliki mata pencaharian dari sektor
pertanian akan kehilangan mata pencaharian utama. Kultur masyarakat
setempat yang masih kental dengan pola masyarakat agraris akan sangat
angat sulit bagi masyarakat agraris untuk berpindah pola ke industri
ataupun ke pekerjaan lain. Apalagi dengan tingkat pendidikan rata-rata di
11 desa tersebut yang masih sangat rendah. Sehingga pesimis kalau kelak
masyarakat yang terusir akan ikut menikmati pembangunan bandara
tersebut.
Permasalahan dari bidang lingkungan juga akan memberikan
dampak terhadap rusaknya lahan hijau dan kemungkinan tingkat polusi
diakibatkan oleh pembangunan yang ditimbulkan dengan adanya
pembangunan BJBI ini. Hal ini juga memberikan dampak terhadap sosial
dan kultural masyarakat yang rata-rata memiliki tingkat pendidikan rendah
dan sosialisasi yang dilakukan pemerintah daerah setempat yang telah
memberikan

sosialisasi

dinilai

memiliki

kebohongan

tersendiri

dikarenakan banyaknya hal-hal yang tidak transparan.
Pembangunan bandara international di 11 desa di wilayah
Kertajati ini akan mempercepat proses pemiskinan masyarakat desa yang
saat ini memang masih tergolong miskin. Bahkan kecamatan Kertajati
adalah kecamatan termiskin di kabupaten Majalengka. Pemprov Jabar

10

lebih banyak menebar kebohongan terhadap warga baik menyangkut
amdal, masa depan warga maupun rencana besar dari bandara itu sendiri.

11

D. Penutup
Pembangunan BIJB merupakan suatu kebijakan pemerintah dalam upaya
peningkatan sarana transportasi udara serta peningkatan terhadap PAD
(Pendapatan Asli Daerah) propinsi jawa barat, tetapi jika melihat lebih dalam
terhadap permasalahan penetapan lokasi yang dijadikan untuk pembangunan BIJB
terlihat jelas bahwa pemerintah daerah tidak melaksanakan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan mengenai
penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan tanah, perairan serta ruang udara di
bandar udara umum. Pembangunan BIJB ini dianggap tidak sesuai dengan pasal 9
ayat 2, yang berbunyi bahwa penetapan luas tanah dan/atau perairan dan ruang udara
harus didasarkan pada penatagunaan tanah dan/atau perairan dan ruang udara
yang menjamin keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan dalam bidang lain
di kawasan letak Bandar udara umum.
Penetapan lokasi pembangunan bandara di Majalengka dianggap tidak
tepat. Sebab pemerintah tidak menyelaraskan antara pembangunan bandara
dengan kegiatan masyarakat Majalengka yang masih sangat bergantung pada
sektor pertanian. Pembangunan bandara ini merengut nasib ribuan rakyat di 11
desa. Beralih profesi tidaklah mudah bagi mereka, karena tingkat pendidikan
yang rendah. Sebagian warga yang telah terenggut lahannya, memilih jalan pintas
menjadi tenaga kerja Indonesia di negara lain. Tentu saja itu bukan hal yang
mereka inginkan, karena tidak jarang kepulangan tenaga kerja Indonesia hanya
tinggal sebuah nama dan derita pilu bagi keluarga.
Penetapan suatu kebijakan pemerintah perlu untuk melibatkan masyarakat
di dalamnya dan perlu untuk memberikan berbagai masukan serta tindakan

12

terhadap berbagai permasalahan yang ditimbulkan dalam penetapan kebijakan
guna mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.

13

REFERENCES
.

Anderson, J. E. (1979). Public Policy Making. New York: Holt, Rinehart and
Winston.
Denhardt, J. V. (2004). The New Public Service: Serving, Not Steering. New
York: M.E. Sharpe
Dye, T. R. (1981). Understanding public policy. New Jersey: Pretice-Hall.
Hughes, O. E. (1994). Public Management and Administration: An introduction.
New York: St.Martin's Press.
Muluk, M. K. New Public Service dan pemerintahan lokal partisipatif. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Subarsono, A. (2005). Analisis Kebijakan Publik: konsep, teori dan aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
White, L. D. (1955). An Introduction to the study of public administration. New
York: The Macmillan Company.

14