Perkawinan dan Fertilisasi pada Ternak

Perkawinan dan Fertilisasi
A. Perkawinan dan Fertilisasi pada Ternak
Perkawinan merupakan bagian dari rentetan kegiatan dalam proses
reproduksi. Sistem perkawinan hewan adalah cabang ilmu hewan yang membahas
evaluasi dari nilai genetik ternak dalam negeri.Perkawinan adalah suatu usaha
untuk memasukkan sperma ke dalam alat kelamin betina.
Dalam penyediaan bibit perkawinan yang lazim digunakan pada ternak
ada dua, yaitu perkawinan alami dan perkawinan buatan dengan bantuan manusia.
Perkawinan alam hanya mungkin terjadi antara ternak jantan dengan ternak betina
yang berahi, dimana ternak betina mau menerima ternak jantan. Perkawinan alam
ini tidak diragukan keberhasilannya, karena semen yang diejakulasikan tanpa
pengenceran dan didesposisikan pada “portiovaginalis services” atau mulut servic.
Adapun perkawinan buatan yang sering dilakukan adalah dengan Inseminasi
Buatan. Inseminasi Buatan (IB) adalah pemasukan atau penyampaian sperma ke
dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia jadi
bukan secara alami (Toelihere, 1993).
Terlepas dari perkawinan, istilah fertilisasi berasal dari bahasa Latin
Fertilis yang berarti "subur". Fertilisasi adalah suatu proses pembuahan sel telur
(ovum) oleh sel mani (sperma) untuk menghasilkan zigot, yang kemudian
berkembang menjadi embrio atau janin suatu organisme (makhluk hidup). Proses
pembuahan ini umum terjadi pada hampir semua jenis organisme.

Fertilisasi terjadi di tuba fallopi. Saat fertilisasi berlangsung, hanya kepala
sperma yang mengandung inti sel yang masuk ke dalam dinding sel telur,
sedangkan ekornya tertinggal di luar.
Penggabungan sperma dan sel telur ini membentuk zigot. Zigot yang
terbentuk bergerak menuju uterus sambil membelah diri menjadi dua, empat,
delapan, dan seterusnya, pada saat embrio mencapai 32 sel dan memiliki bentuk
seperti buah arbei, disebut morula.
Selanjutnya, morula berkembang menjadi blastula. Lalu, sel-sel bagian
dalam membentuk bakal janin (embrioblas), dan sel-sel bagian luar membentuk
trofoblas yang akan membentuk plasenta. Pada hari keenam, embrio tiba di uterus,
Bioteknologi Reproduksi Ternak

Page 1

kemudian membenamkan diri ke dinding uterus yang lunak, tebal, dan lembut
serta mengandung sekret seperti air susu. Proses perlekatan embrio ke dinding sel
ini disebut implantasi. Embrio terus tumbuh dan berkembang membentuk manusia
yang seutuhnya, artinya kehamilan sedang berlangsung.

B. Jenis-Jenis Perkawinan dan Fertilisasi

Pada ternak, ada beberapa macam sitem perkawinan yang terjadi, yaitu :
Silang dalam (Inbreeding). Silang dalam adalah perkawinan antara dua individu
yang masih mempunyai hubungan keluarga. Dua individu dikatakan masih
mempunyai kaitan kekeluargaan, bila kedua individu tadi mempunyai satu atau
lebih moyang bersama (common ancertor), 6 sampai 8 generasi ke atas. Anak dari
hasil perkawinansilang dalam disebut individu yang tersilang dalam (inbreed
animl) (Hardjosubroto, 1994).
Silang luar (Outbreeding). Silang luar adalah sisitem yang paling banyak
digunakan dalam kelompok ternak bibit dari ternak besar di banyak negara di
dunia. Juga digunakan pada hampir semua kelompok ternak niaga bila telah
diputuskan untuk menggunakan satu bangsa tunggal dari pada suatu program
perkawinan silang (Warwick et al. 1990).
Persilangan galur (Linecrosing). Persilangan galur adalah perkawinan ternakternak dari dua galur inbreed dari bangsa yang sama. Persilangan galur inbreed
dari dua jenis yang berbeda kadang-kadang disebut perkawinan silang galur (Line
Cross Breeding) (Warwick et al., 1990).
Penggaluran (Line Breeding). Hardjosubroto (1994) menerangkan, penggaluran
adalah salah satu metode perkawinan silang dalam antara individu-individu
dengan salah satu moyang bersama dengan maksud agar hubungan antara individu
dengan moyang bersama terpelihara sedekat mungkin.
Perkawinan Silang (Crossbreeding). Perkawinan silang adalah perkawinan

ternak-ternak dari bangsa yang berbeda (Warwick et al., 1990). Tekhnisnya
Crossbreeding ini hanya berlaku untuk persilangan pertama pada bred asli, tetapi

Bioteknologi Reproduksi Ternak

Page 2

secara umum berlaku juga untuk sistem crisscrossing dari dua jenis atau rotasi
persilangan dari tiga atau lebih bibit dan untuk menyilangkan pejantan murni dari
satu ras untuk menaikan tingkatan betina dari ras yang yang lain (Warwick dan
Legates,1979).
Grading Up. Grading Up adalah perkawinan pejantan murni dari satu bangsa
dengan betina yang belum didiskripsikan atau belum diperbaiki dan dengan
keturunannya betina dari generasi ke generasi (Warwick et al., 1990). Kemudian
Hardjosubroto (1994) menerangkan bahwa, Grading up adalah sistem perkawinan
silang yang keturunanya selalu disilangkanbalikan (back crossing) dengan bangsa
pejantannyadengan maksud mengubah bangsa induk menjadi bangsa pejantan
nya.
Persilangan Spesies. Sejak dahulu ternak-ternak diklasifikasikan ke dalam
spesies yang berbeda sifat-sifatnya satu sama lain. Kebanyakan ternak yang

diklasifikasikan dalam spesies yang berbeda tidak dapat disilangkan. Tetapi
kadang-kadang persilangan mungkin terjadi antara spesies yang berkerabat dekat.
Hasil persilangan tersebut sebagian besar tidak dapat diramalkan (Warwick et al.,
1990).
Cara pengaturan perkawinan dapat dilakukan dengan pengaturan
sepenuhnya oleh manusia yang disebut “hand matting”, yaitu pemeliharaan sapi
jantan dan betina dipisah, apabila ada betina yang berahi baru diambilkan pejantan
untuk mengawininya, atau dilakukan Inseminasi Buatan (IB). Cara lain adalah
“pastura matting”, yaitu sapi-sapi jantan dan betina dewasa pada musim kawin
dilepas bersama-sama. Apabila terdapat sapi yang berahi, tanpa campur tangan
manusia atau pemilik akan terjadi perkawinan. Untuk melaksanakan perkawinan
perlu diperhatikan waktu yang setepat-tepatnya agar sapi betina dapat menjadi
bunting atau terjadi konsepsi. Saat optimum untuk terjadinya konsepsi pada ternak
sapi adalah pertengahan estrus sampai akhir estrus.
Adapun untuk fertilisasi ada dua jenis yaitu fertilisasi eksternal/in vitro (di
luar tubuh) dan fertilisasi internal/in vivo (di dalam tubuh).

Bioteknologi Reproduksi Ternak

Page 3


Fertilisasi eksternal: fertilisasi eksternal adalah proses pembuahan ovum oleh
sperma terjadi di luar tubuh organisme betinanya, seperti dialami oleh golongan
ikan dan katak. Organisme ini selalu mengeluarkan telur-telurnya dalam jumlah
banyak, untuk mengatasi banyak gangguan di sekelilingnya dari faktor alam
maupun binatang pemangsa.
Fertilisasi internal: fertilisasi internal adalah proses pembuahan ovum oleh
sperma terjadi di dalam tubuh organisme betinanya, sehingga lebih aman dari
gangguan faktor luar, tersimpan di dalam rahim organisme betinanya. Hanya saja
perkembangan ovum yang telah dibuahinya dapat bermacam-macam, misalnya
ada yang mengalami ovovipar (telur menetas menjadi bayi di luar tubuh
betinanya, seperti terjadi pada golongan serangga dan burung), ovovivipar (telur
menetas menjadi bayi sewaktu akan ke luar dari tubuh betinanya, seperti terjadi
pada golongan kadal), dan vivipar (melahirkan bayi atau anak, seperti terjadi pada
golongan hewan menyusui).
C. Keuntungan dan Kerugian Perkawinan dan Fertilisasi
Berikut ini adalah beberapa keunggulan dari fertilisasi in vitro :
 Mempercepat peningkatan populasi dan produksi ternak serat perbaikan mutu
genetis



Memanfaatkan Ovarium dari RPH



Perkembangan zigot dapat diamati



Pembuahan dapat dilakukan diluar tubuh ternak

D. Metode Pembuahan Fertilisasi In Vitro
Fertilisasi In Vitro dirintis oleh P.C Steptoe dan R.G Edwards (1997).
Merupakan suatu upaya peningkatan produksi didalam menyelamatkan bibit
unggul yang tidak dapat dilakukan dengan fertilisasi in vivo yaitu dengan suatu
teknik pembuahan dimana sel ovum dibuahi diluar tubuh.
Teknologi fertilisasi secara in vitro (FIV) pada ternak, khususnya sapi
merupakan salah satu usaha memanfaatkan limbah ovari dari induk sapi betina
yang dipotong di Rumah Potong Hewan. FIV ini diharapkan dapat memproduksi
embrio sapi dalam jumlah massal untuk dititipkan pada induk resipien, sehingga

Bioteknologi Reproduksi Ternak

Page 4

dapat diperoleh ternak dalam jumlah banyak untuk meningkatkan populasi ternak
di Indonesia (Kaiin et al., 2008).
In Vitro Fertilization (IVF) Merupakan metode pengamatan terhadap
terjadinya proses fertilisasi dengan cara membuat percobaan pembuahan di luar
tubuh. Menurut Supri Ondho (1998) secara garis besar percobaan IVF meliputi
serangkaian kegiatan berupa mengumpulkan ovarium, koleksi oosit, kapasitasi
spermatozoa, pembuahan dan perkembangan embrio. Berikut ini adalah tahapantahapan fertilisasi In Vitro :
1. Pengumpulan

ovarium

dari

Rumah

Pemotongan


Hewan

(RPH),

Pengumpulan ovarium dilaksanakan dengan cara mengambil ovarium dari
ternak yang dipotong. Setelah ovarium didapatkan, kemudian dimasukkan ke
dalam NaCl fisiologis 0,9% dan di bawa ke laboratorium.
2. Koleksi Oosit, proses koleksi oosit ini dapat dilakukan dengan tiga metode
yaitu aspirasi (menghisap), sayatan dan injeksi medium.
3. Maturasi Oosit, Fertilisasi, Kultur in Vitro
4. Pembekuan Embrio
5. Program Transfer Embrio
Oosit yang terkoleksi dan mempunyai kualitas sangat baik dan baik (A dan
B) kemudian dicuci dalam media maturasi TCM 199 (GIBCOTM) + 10 % fetal
calf Serum (FCS, GIBCOTM) dan ditambahkan hormon E2 (1μg/ ml), hCG
(10μg/ml) dan FSH (10μg/ml). Oosit tersebut dimasukkan ke dalam 50 μl spot
media maturasi yang sebelumnya telah diekuilibrasi di dalam inkubator CO2 5%,
temperatur 38 °C dan dikultur selama 22-24 jam (Margawati et al., 2000).
Sebelum dilakukan fertilisasi, sperma beku X atau Y sapi PO yang telah

dipisahkan dengan menggunakan kolom BSA 5-10% (Kaiin et al., 2003) dithawing dan masing-masing diperiksa motilitasnya. Motilitas sperma ≥ 40%
digunakan untuk memfertilisasi oosit secara in vitro. Sperma X atau Y yang telah
di-thawing kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi, ditambah media
semen washing solution (SWS) yang terdiri atas media Brackett Oliphant (BO)
yang mengandung kafein dan heparin, kemudian sperma disentrifugasi dengan
kecepatan 1800 rpm selama 5 menit pada temperatur 27°C. Supernatan dibuang,
kemudian endapan sperma (0,5 ml) ditambah dengan media semen dilution
Bioteknologi Reproduksi Ternak

Page 5

solution (SDS, yang terdiri atas media BO dan BSA 20 mg/ ml) sampai
konsentrasi 1 x 106 / ml. Spot berisi 100 μl SDS berisi sperma X atau Y dibuat di
dalam cawan petri, kemudian ditutup dengan mineral oil dan diinkubasi untuk
kapasitasi sperma selama 1 jam. Setelah itu dilakukan pencucian oosit yang telah
dimaturasi dengan menggunakan media oocyte washing solution (OWS, yang
terdiri atas media BO dan BSA 10 mg/ml). Oosit yang telah dicuci kemudian
ditempatkan ke dalam spot SDS + sperma (10 oosit/ spot) dan dikultur selama 6-7
jam dalam inkubator CO2 (Kaiin et al., 2004).
Oosit yang difertilisasi kemudian dicuci dengan media kultur CR1aa + 5%

FCS sambil dihilangkan sel-sel kumulusnya dengan menggunakan pipet. Zigot
kemudian dimasukkan ke dalam spot media kultur yang kemudian dimasukkan ke
dalam inkubator CO2 5%, temperature 38°C. Pengamatan perkembangan embrio
dari tahap 2 sel sampai morula/blastosis dilakukan setiap 24 jam selama 6-7 hari
(Margawati et al., 2000; Kaiin et al., 2004).
Embrio yang mencapai tahap morula atau blastosis dalam kultur in vitro
kemudian dicuci dalam media DPBS mengandung 20% FCS, kemudian
dipindahkan berturut-turut ke dalam media yang mengandung gliserol 3,3%; 6,7%
sampai 10% masing-masing selama 10 menit. Embrio dan gliserol dalam volume
sesedikit mungkin kemudian dimasukkan ke dalam straw bersama dengan kolomkolom media berisi sukrosa yang berfungsi sebagai media pencuci gliserol pada
saat thawing. Setelah itu, straw yang berisi embrio tersebut dibekukan dengan
menggunakan mesin programmable freezer ET-1 (FHK) dengan penurunan
temperatur secara bertahap 1oC/menit. Selanjutnya pada saat mencapai temperatur
- 30oC, straw dimasukkan dan disimpan dalam tangki nitrogen cair (temperatur
-196oC).
Seleksi induk sapi yang akan digunakan sebagai ternak resipien dilakukan
dengan memeriksa keadaan alat reproduksinya. Sapi dengan kondisi reproduksi
yang memenuhi syarat digunakan sebagai ternak resipien.
Setelah itu sapi diprogram dan disinkronisasi berahinya dengan
penyuntikan PGF2α (Prosolvin, Intervet) dengan dosis 2 ml/ ekor secara intra

muskular. Transfer embrio menggunakan embrio beku hasil FIV dengan sperma
hasil pemisahan dilakukan pada hari ke 6 setelah berahi pada induk resipien sapi

Bioteknologi Reproduksi Ternak

Page 6

Bali di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara dan resipien sapi FH di kandang
ternak Puslit Bioteknologi LIPI di Cibinong. Straw embrio beku di-thawing dalam
air hangat 37° C kemudian langsung ditransfer ke induk resipien dengan
menggunakan gun transfer.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Pengertian Fertilisasi (Pembuahan).
http://www.pengertianahli.com/2014/01/pengertian-fertilisasi-pembuahan.html
Muara, Eki. 2011. Perkawinan Ternak.

Rahman, Rizky. 2013. Sistem Perkawinan Out Breeding pada Ternak. http://

Bioteknologi Reproduksi Ternak

Page 7

Wibowo, Suseno Bayu. 2011.
In Vitro Fertilization (Fertilisasi In Vitro).
http://susenobayuwibowo.blogspot.com/2011/11/in-vitro-fertilization-fertilisasiin.html

Bioteknologi Reproduksi Ternak

Page 8

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24