korelasi tingkat pendidikan orang tua da (3)

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan secara berturut-turut mengenai laporan hasil
penelitian yang telah dilakukan meliputi deskripsi data, pengujian persyaratan
analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian terdiri dari dua variabel bebas yaitu Tingkat
Pendidikan Orang Tua (X1) dan Pola Asuh (X2) dan variabel terikat yaitu
Kemandirian Anak (Y), untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh variabel
bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini, maka pada bagian ini akan
disajikan deskripsi data dari masing-masing variabel berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan. Pada deskripsi data berikut ini disajikan informasi data
meliputi mean, median, modus dan standard deviation masing-masing variabel.
Deskripsi data masing-masing variabel secara rinci dapat dilihat dalam uraian
berikut ini:
1.

Tingkat Pendidikan Orang Tua
Berdasarkan data – data variabel tingkat pendidikan orang tua yang

diperoleh dari angket dengan 3 butir pertanyaan atau pernyataan dan jumlah

responden 85 orang tua, dari 85 responden tersebut terdiri dari berbagai tingkat
pendidikan dari SD sampai S2. Orang tua yang berpendidikan SD berjumlah 25
orang tua atau sebesar 29,41%, orang tua yang berpendidikan SMP berjumah
18 orang tua atau sebesar 7,05%, orang tua yang berpendidikan SMA
84

berjumlah 21 orang tua atau sebesar 24,70%, orang tua yang berpendidikan S1
berjumlah 16 orang tua atau sebesar 18,82% dan orang tua yang berpendidikan
S2 berjumlah 5 orang tua atau sebesar 5,88%. Dari segi pendidikan nonformal
orang tua yang tidak pernah mengikuti pendidikan nonformal berjumlah 44
orang tua atau 52,94%, orang tua yang mengikuti organisasi masyarakat
bejumlah 6 orang atau 7,05%, orang tua yang mengikuti majlis taklim
berjumlah 26 orang tua atau sebesar 30,58%, dan yang mengikuti kursus
berjumlah 9 orang tua atau sebesar 10,58%. Dari data tersebut besarnya skor
nilai maksimum adalah 11 dan nilai minimum adalah 4. Hasil analisis
menggunakan SPSS versi 21 menunjukkan harga mean sebesar 5,78, median
sebesar 6,00, modus sebesar 6 dan standar deviasi sebesar 1,304. Untuk
mengetahui jumlah kelas interval digunakan rumus struges (struges rule), yaitu
jumlah kelas = 1+ 3,3 log n (Sudjana, 2005 : 47), maka dapat diketahui jumlah
kelas interval adalah 7. Rentang data sebesar 11 – 4 = 7. Dengan diketahuinya

rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval masing-masing
kelompok yaitu .
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

85

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Orang Tua
No

Interval

1

3,1-4

2

4,1-5

3


5,1-6

4

6,1-7

5

7,1-8

6

8,1-9

7

9,1-10

Frecuency

11

Percent
12,9

25

29,4

35

41,2

7

8,2

3

3,5


2

2,4

1

1,2

8

10,1-11
1
Total
85
Sumber : Data Primer yang diolah

1,2
100,0


Berdasarkan distribusi frekuensi data Tingkat Pendidikan Orang Tua di atas
dapat digambarkan histogram sebagai berikut:

Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Orang Tua
86

Identifikasi kecenderungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan
kecenderungan mean ideal adalah 1/2 ( 12+3) = 7,5 dan standar deviasi adalah 1/6
( 12-3) = 1,5, maka dari perhitungan di atas dapat disimpulkan dalam 3 kelas yang
terdapat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut :
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Tingkat Pendidikan Orang Tua
No
1
2
3

Interval
Frecuency
3-5
36

6-9
47
10-11
2
Total
85
Sumber : Data Primer yang Sudah diolah

Percent
42,3
55,3
2,4
100

Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi

Berdasarkan tabel 8, frekuensi Tingkat Pendidikan Orang Tua pada

kategori tinggi sebanyak 2 Orang Tua ( 2,4%). Frekuensi Tingkat Pendidikan
Orang Tua pada kategori sedang sebanyak 47 Orang Tua ( 55,3)%. Frekuensi
Tingkat Pendidikan Orang Tua pada kategori rendah 36 Orang Tua ( 42,3%).
Berdasarkan

distribusi

frekuensi

kecenderungan

data

Tingkat

Pendidikan Orang Tua di atas dapat digambarkan histrogram sebagai berikut:

87

Frecuency


Interval
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

3-5

6-9

10-11


Ga

mbar 3. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Tingkat Pendidikan Orang Tua

2.

Pola Asuh
Berdasarkan data – data variabel pola asuh yang diperoleh dari angket

dengan 39 butir pertanyaan atau pernyataan terkait pola asuh secara
keseluruhan sedangkan untuk pola asuh otoriter mempunyai 19 butir
pernyataan, pola asuh demokrasi mempunyai 9 butir pernyataan dan pola asuh
permisif mempunyai 11 butir pernyataan.
a. Pola Asuh Otoriter
Berdasarkan data – data variabel pola asuh otoriter yang diperoleh
dari angket dengan 19 butir pernyataan atau pertanyaan dengan responden
sebanyak 85. Besarnya skor maksimum adalah 75 dan nilai minimum adalah
29. Hasil analisis menggunakan SPSS versi 21 menunjukkan harga mean
sebesar 46,04, median sebesar 41,00, modus sebesar 36, dan standar deviasi
sebesar 12,623. Untuk mengetahui jumlah kelas interval digunakan rumus


88

struges (struges rule), yaitu jumlah kelas = 1+ 3,3 log n (Sudjana, 2005 : 47),
maka dapat diketahui jumlah kelas interval adalah 7. Rentang data sebesar 75 –
29 = 46. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh panjang
kelas interval masing-masing kelompok yiatu = 46/7 = 7.
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Otoriter
No

Interval

1

29-35

2

36-42

3

43-49

4

50-56

5

57-63

6

64-70

7

71-77

Frecuency
19

Percent
22,5

27

31,7

10

11,8

12

14,3

5

5,9

8

9

4

4,8

85

100

Total
Sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarkan distribusi frekuensi data Pola Asuh otoriter di atas dapat
digambarkan histogram sebagai berikut:

89

Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh Otoriter
Identifikasi kecenderungan pola asuh otoriter yang diberikan untuk anak
dengan kecenderungan mean ideal adalah 1/2 (76+19 ) = 47,5 dan standar
devisiasi adalah 1/6 (76-19) = 9,5, maka dari perhitungan di atas dapat
disimpulkan dalam 3 kelas yang terdapat pada tabel distribusi kecenderungan
sebagai berikut :
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh Otoriter
No
1
2
3

Interval
Freuency
29-37
28
38-57
40
58-77
17
Total
85
Sumber : Data Primer yang Sudah diolah

90

Percent
33,1
46,7
20,2
100

Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi

Berdasarkan tabel 10, frekuensi pola asuh otoriter pada kategori tinggi
sebanyak 17 orang tua ( 20,2 %). Frekuensi pola asuh pada kategori sedang
sebanyak 40 orang tua (46,7%), dan frekuensi pola asuh pada kategori rendah
sebanyak 28 orang tua (33,1%).
Berdasarkan distribusi frekuensi kecenderungan data Pola Asuh
Otoriter Orang Tua di atas dapat digambarkan histrogram sebagai berikut:

Interval
45
40
35

Freuency

30
25
20
15
10
5
0

29-37

38-57

58-77

Gambar 5. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh Otoriter
b. Pola Asuh Permisif
Berdasarkan data – data variabel pola asuh permisif yang diperoleh
dari angket dengan 11 butir pernyataan atau pertanyaan dengan responden
sebanyak 85. Besarnya skor maksimum adalah 44 dan nilai minimum adalah
12. Hasil analisis menggunakan SPSS versi 21 menunjukkan harga mean
sebesar 25,35, median sebesar 24,00, modus sebesar 20, dan standar deviasi
91

sebesar 7,626. Untuk mengetahui jumlah kelas interval digunakan rumus
struges (struges rule), yaitu jumlah kelas = 1+ 3,3 log n (Sudjana, 2005 : 47),
maka dapat diketahui jumlah kelas interval adalah 7. Rentang data sebesar 44 –
12 = 32. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh panjang
kelas interval masing-masing kelompok yiatu = 32/7 = 5.
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Permisif
No

Interval

1

12-16

2

17-21

3

22-26

4

27-31

5

32-36

6

37-41

7

42-46

Frecuency
4

Percent
4,8

32

37,6

21

24,8

10

11,9

8

9,2

5

5,9

5

4,9

85

100

Total
Sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarkan distribusi frekuensi data Pola Asuh otoriter di atas dapat
digambarkan histogram sebagai berikut:

92

Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh Permisif
Identifikasi kecenderungan pola asuh permisif yang diberikan untuk anak
dengan kecenderungan mean ideal adalah 1/2 (44+11 ) = 27,5 dan standar
devisiasi adalah 1/6 (44-11) = 5,5,

maka dari perhitungan di atas dapat

disimpulkan dalam 3 kelas yang terdapat pada tabel distribusi kecenderungan
sebagai berikut :
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh Permisif
No
1
2
3

Interval
Freuency
12-21
36
22-33
36
34-44
13
Total
85
Sumber : Data Primer yang Sudah diolah

Percent
42,4
42,6
15
100

Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi

Berdasarkan tabel 12, frekuensi pola asuh permisif pada kategori tinggi
sebanyak 13 orang tua ( 15 %). Frekuensi pola asuh pada kategori sedang

93

sebanyak 36 orang tua (42,6%), dan frekuensi pola asuh pada kategori rendah
sebanyak 36 orang tua (42,4%).
Berdasarkan distribusi frekuensi kecenderungan data Pola Asuh
Permisif Orang Tua di atas dapat digambarkan histrogram sebagai berikut:

Interval
40
35

Frecuency

30
25
20
15
10
5
0

Des-21

22-33

34-44

Gambar 7. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh Permisif

c. Pola Asuh Demokrasi
Berdasarkan

data – data variabel

pola asuh demokrasi yang

diperoleh dari angket dengan 9 butir pernyataan atau pertanyaan dengan
responden sebanyak 85. Besarnya skor maksimum

adalah 36

dan nilai

minimum adalah 14. Hasil analisis menggunakan SPSS versi 21 menunjukkan
harga mean sebesar 23,998, median sebesar 23,00, modus sebesar 21, dan
standar deviasi sebesar 5,640. Untuk mengetahui jumlah kelas interval
digunakan rumus struges (struges rule), yaitu jumlah kelas = 1+ 3,3 log n
(Sudjana, 2005 : 47), maka dapat diketahui jumlah kelas interval adalah 7.

94

Rentang data sebesar 36 – 14 = 22. Dengan diketahuinya rentang data maka
dapat diperoleh panjang kelas interval masing-masing kelompok yiatu = 22/7
= 4.
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Demokrasi
No

Interval

1

14-17

2

18-21

3

22-25

4

26-29

5

30-33

6

34-37

7

38-41

Frecuency
7

Percent
8,3

29

34,1

19

22,3

13

15,3

7

8,3

10

11,7

-

-

85

100

Total
Sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarkan distribusi frekuensi data Pola Asuh otoriter di atas dapat
digambarkan histogram sebagai berikut:

95

Gambar 8. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh Demokrasi
Identifikasi kecenderungan pola asuh demokrasi yang diberikan untuk anak
dengan kecenderungan mean ideal adalah 1/2 (36+9 ) = 22,5 dan standar
devisiasi adalah 1/6 (36-9) = 4,5,

maka dari perhitungan di atas dapat

disimpulkan dalam 3 kelas yang terdapat pada tabel distribusi kecenderungan
sebagai berikut :
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh Demokrasi
No
1
2
3

Interval
Freuency
14-17
7
18-27
59
28-41
19
Total
85
Sumber : Data Primer yang Sudah diolah

Percent
8,3
69,3
22,4
100

Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi

Berdasarkan tabel 14, frekuensi pola asuh demokrasi pada kategori tinggi
sebanyak 19 orang tua ( 22,4 %). Frekuensi pola asuh pada kategori sedang

96

sebanyak 59 orang tua (69,3%), dan frekuensi pola asuh pada kategori rendah
sebanyak 7 orang tua (8,3%).
Berdasarkan distribusi frekuensi kecenderungan data Pola Asuh
Demokrasi Orang Tua di atas dapat digambarkan histrogram sebagai berikut:

interval
70
60

Frwuency

50
40
30
20
10
0

14-17

18-27

28-41

Gambar 9. Histogram Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh
Demokrasi

d. Pola Asuh
Berdasarkan data – data variabel pola asuh yang diperoleh dari
angket dengan 39 butir pertanyaan atau pernyataan terkait pola asuh secara
keseluruhan, besarnya skor nilai maksimum adalah 155 dan nilai minimum
adalah 62. Hasil analisis menggunakan SPSS versi 21 menunjukkan harga
mean sebesar 95,36, median sebesar 85,00, modus sebesar 84,00 dan standar
deviasi sebesar 24,615. Untuk mengetahui jumlah kelas interval digunakan
rumus struges (struges rule), yaitu jumlah kelas = 1+ 3,3 log n (Sudjana, 2005 :
47), maka dapat diketahui jumlah kelas interval adalah 7. Rentang data sebesar
97

155 – 62 = 93. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh
panjang kelas interval masing-masing kelompok yiatu = 93/7 = 13.
Berdasarkan

perhitungan

tersebut dapat dikelompokkan sebagai

berikut:
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Pola Asuh
No

Interval

Frecuency

Percent

1

61-73

12

14,3

2

74-86

33

39,1

3

87-99

13

15,5

4

100-112

7

8,4

5

113-125

5

6

6

126-138

7

8,4

7

139-151

6

7,1

152-164
2
Total
85
Sumber : Data Primer yang diolah

1,2
100

8

Cumulative
Percent
43,6
407,1
502,3
364,7
400
520
283,5
100,0

Berdasarkan distribusi frekuensi data Pola Asuh pada tabel 16 dapat
digambarkan histogram sebagai berikut:

98

Gambar 10. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh
Identifikasi kecenderungan pola asuh orang tua yang diberikan untuk anak
dengan kecenderungan mean ideal adalah 1/2 (156+39 ) = 97,5 dan standar
devisiasi adalah 1/6 (156-39) = 19,5, maka Dari perhitungan di atas dapat
disimpulkan dalam 3 kelas yang terdapat pada tabel distribusi kecenderungan
sebagai berikut :
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh
No

Interval

Freuency

Percent

1
2
3

61-77
20
78-117
48
118-155
17
Total
85
Sumber : Data Primer yang Sudah diolah

23,8
57,1
19,1
100

Comulative
Percent
101,2
1452,9
100,0

Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi

Berdasarkan tabel 16, frekuensi pola asuh pada kategori tinggi
sebanyak 17 orang tua ( 19,1 %). Frekuensi pola asuh pada kategori sedang
99

sebanyak 48 orang tua (57,1)%. Frekuensi pola asuh pada kategori rendah 20
orang tua ( 23,8%).
Berdasarkan distribusi frekuensi kecenderungan data Pola Asuh Orang
Tua di atas dapat digambarkan histrogram sebagai berikut:

interval
60

Freuency

50
40
30
20
10
0

61-77

78-117

118-155

Gambar 11. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh
3.

Kemandirian Anak
Berdasarkan data – data variabel kemandirian anak yang

diperoleh dari angket dengan 43 butir pertanyaan atau pernyataan dan jumlah
responden 85 orang tua, besarnya skor nilai maksimum adalah 150 dan nilai
minimum adalah 48. Hasil analisis menggunakan SPSS versi 21 menunjukkan
harga mean sebesar 99,75 median sebesar 97,00, modus sebesar 97 dan standar
deviasi sebesar 20,192. Untuk mengetahui jumlah kelas interval digunakan
rumus struges (struges rule), yaitu jumlah kelas = 1+ 3,3 log n (Sudjana, 2005 :
47), maka dapat diketahui jumlah kelas interval adalah 7. Rentang data sebesar
100

150 – 48 = 102. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh
panjang kelas interval masing-masing kelompok yaitu = 102/7 = 15. Dengan
diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval masingmasing kelompok yaitu .
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak
No

Interval

Frecuency

1

48-62

2

2

63-77

8

3

78-92

22

4

93-107

23

5

108-122

21

6

123-137

5

7

138-152

4

Percent
2,4
9,6
26,1
27,3
24,9
6
3,7

Total
85
Sumber : Data Primer yang diolah

Cumulative
Percent
3,6
44,7
283,5
580,2
870,6
280
100,0

100

Berdasarkan distribusi frekuensi data Pola Asuh di atas dapat digambarkan
histogram sebagai berikut:

101

Gambar 12. Histogram Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak
Identifikasi kecenderungan kemandirian anak dengan kecenderungan mean
ideal adalah 1/2 ( 172+43) = 107,5 dan standar devisiasi adalah 1/6 ( 172-43) =
21,5, maka Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan dalam 3 kelas yang
terdapat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut :
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Kemandirian Anak
N
o
1
2
3

Interval

Freuency

Percent

48-85
17
20,4
86-129
61
72,3
130-150
7
7,2
Total
85
100
Sumber : Data Primer yang Sudah diolah

Comulative
Percent
145,9
1728,5
100,0

Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi

Berdasarkan tabel 18, frekuensi kemandirian anak pada kategori
tinggi sebanyak 7 siswa ( 7,2%). Frekuensi kemandirian anak pada kategori
sedang sebanyak 61 siswa ( 72,3)%. Frekuensi kemandirian anak pada kategori
rendah 17 siswa ( 20,4%).
102

Berdasarkan distribusi frekuensi kecenderungan data kemandirian
anak di atas dapat digambarkan histrogram sebagai berikut:

interval
70
60

Freuency

50
40
30
20
10
0

48-91

92-138

139-150

Gambar 13. Histogram Distribusi Frekuensi Kecenderungan Kemandirian
Anak
B. Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan uji
multikolonieritas.
1.

Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian
yang akan dianalisis memiliki distribusi normal atau tidak. Alat uji yang
digunakan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan
dilakukan menggunakan program SPSS 21,0. Kriteria pengambilan
keputusan adalah jika KD lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal
dan sebaliknya jika KD kurang dari 0,05 maka datanya berdistribusi tidak
normal. Adapun hasil pengujian uji normalitas pada variabel Tingkat
103

Pendidikan Orang Tua dan Pola Asuh dengan Kemandirian Anak dalam
Keluarga sebagai berikut :
Tabel 19. Ringkasan Hasil Uji Normalitas
Tabel Statistica

KolmogorovSmirnov

TINGKAT
KEMANDIRIAN
PENDIDIKAN
POLA ASUH
ANAK
ORANG TUA
2,464
2,043
0,877

Asymp. Sig
,000
Sumber : Data Primer yang diolah

,000

,425

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai nilai K D
dari masing-masing data penelitian yang meliputi data variabel Tingkat
Pendidikan Orang tua dan Pola Asuh terhadap Kemandirian Anak
terdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk pengujian statistik
parametrik.
2.

Uji Linieritas
Uji linieritas hubungan dapat diketahui dengan menggunakan uji F.
Dalam

SPSS untuk menguji linearitas menggunakan deviastion from

linearity dari uji F linear. Hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen linear apabila nilai signifikansi Fhitung lebih besar dari
0,05. Hasil uji linearitas hubungan adalah sebagai berikut:

104

Tabel 20. Ringkasan Hasil Uji Linearitas
Hubungan
X1 dengan Y
X2 dengan Y

Fhitung
Deviation of
Linearity
0,617
2,394

Sig
0,402
0,001

Kesimpulan
Linear
Tidak linear

Sumber :

Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 20, nilai signifikansi hubungan antara variabel
X1 dengan variabel dependen lebih besar dari 0,005 sehingga dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara variabel X1 dengan variabel
dependen linier akan tetapi nilai signifikansi hubungan antara variabel X2
dengan variabel dependen lebih kecil dari 0,005 sehingga dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara variabel X2 dengan variabel
dependen tidak linear.
3.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya multikolinearitas antar variabel bebas. Hasil uji multikolinearitas
antar variabel bebas menunjukkan bahwa interkorelasi antar variabel bebas
sebesar 1,004. Interkorelasi antar variabel bebas tidak ada yang melebihi
10 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel 21. Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
X1 – X2

VIF
1,004

Sumber : Data Primer yang diolah

105

Keterangan
Tidak Terjadi
Multikolonieritas

C. Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang
dirumuskan, oleh sebab itu jawaban sementara ini harus diuji kebenarannya secara
empirik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik analisis regresi sederhana dengan satu prediktor untuk hipotesis pertama,
dan kedua. Pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan teknik regresi ganda
dengan dua prediktor. Penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama menyatakan bahwa “Tidak berpengaruh secara
signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Kemandirian Anak
dalam Keluarga”. Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis dengan regresi
sederhana satu prediktor :
Tabel 22. Ringkasan Hasil Regresi X1 terhadap Y
Variabel
Koefisien
X1
1,445
Konstanta
91,405
rx1y
0,093
2
r x1y
0,009
thitung
0,854
ttabel
1,989
Sumber : Data Primer yang diolah
a. Persamaan Garis Regresi

106

Berdasarkan tabel 22 maka persamaan garis regresi dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = 91,405 + 1,445X1
Karena tidak ada pengaruh antara variabel independen yaitu tingkat
pendidikan orang tua terhadap variabel dependen yaitu kemandirian anak
maka nilai X adalah 0.
b. Koefisien Determinasi ( r2x1y)
Koefisien Determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi.
Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari kemandirian anak
(Y) yang diterangkan oleh variabel independennya. Berdasarkan hasil
analisis data dengan menggunakan program SPSS versi 21 menunjukkan
koefisien korelasi rx1y sebesar 0,093 dan koefisien determinasi r2x1y sebesar
0,09. Nilai tersebut bisa diartikan tidak ada pengaruh antara kedua variabel,
sedangkan pada koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 0,09 yang bisa
diartikan bahwa variabel bebas X1 yaitu tingkat pendidikan orang tua hanya
mempunyai konstribusi pengaruh sebesar 9 % terhadap variabel Y yaitu
kemandirian anak dan 91 % lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di
luar variabel X1 atau tingkat pendidikan orang tua.
c. Pengujian Signifikansi dengan Uji t
Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi regresi
tingkat pendidikan orang tua (X1), terhadap kemandirian anak dalam
keluarga. Berdasarkan hasil analisis data koefisien korelasi (rx1y) sebesar
0,093 dan koefisien determinasi (r2x1y) sebesar 0,09, dapat dinyatakan tidak
terdapat pengaruh positif antara X1 terhadap Y. Uji signifikansi
menggunakan uji t, kriteria yang digunakan jika t hitung lebih besar dari ttabel
maka signifikan dan sebaliknya jika thitung lebih kecil dari ttabel maka tidak

107

signifikan. Berdasar hasil uji diperoleh nilai thitung sebesar 0,854. Jika
dibandingkan dengan nilai ttabel 1,989 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai
thitung < ttabel sehingga tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan orang tua terhadap
kemandirian anak dalam keluarga.
2. Pengujian Hipotesi Kedua
Hipotesis kedua menyatakan bahwa “terdapat pengaruh positif pola
asuh terhadap kemandirian anak dalam keluarga “. Di bawah ini adalah hasil
pengujian hipotesis masing dari beberapa jenis pola asuh dengan rgresi
sederhana satu prediktor.
Tabel 23. Ringkasan Hasil Regresi X2 terhadap Y

Variabel

X2 (pola
asuh
otoriter
81,267

Koefisien
X2 (pola
asuh
demokrasi)
67,776

X2 (pola
asuh
permisif
84,141

0,139

0,054

1,334

0,233

3,637
1,989

2,179
1,989

Konstanta
koefisien
0,083
determinasi
Koefisien
0,251
korelasi
thitung
2,363
ttabel
1,989
Sumber : Data Primer yang diolah

X2
77,367
0,082
0,286
2,721
1,989

a. Pola Asuh Otoriter
a) Persamaan Garis Regresi
Berdasarkan tabel 23 maka persamaan garis regresi dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

108

Y = 81,267 + 0,402X2
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X2
sebesar 0,402 yang berarti, apabila Pola Asuh otoriter (X2) meningkat 1
point maka Kemandirian Anak dalam keluarga (Y)

akan meningkat

sebesar 0,402 point.
b) Koefisien Determinasi .
Koefisien Determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis
regresi. Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari
kemandirian anak (Y) yang diterangkan oleh variabel independennya.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS
versi 21 menunjukkan koefisien korelasi rx2y (pola asuh otoriter) sebesar
0,251 dan koefisien determinasi r2x1y (pola asuh otoriter) sebesar 0,063.
Nilai tersebut berarti 6,3 % perubahan pada variabel kemandirian anak
(Y) dapat diterangkan oleh variabel pola asuh otoriter (X 2) , sedangkan
93,7 % dijelaskan oleh variabel yang lain.
c) Pengujian Signifikansi dengan Uji t
Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi
regresi pola asuh otoriter (X2), terhadap kemandirian anak dalam
keluarga. Berdasarkan hasil analisis data koefisien korelasi (r x2y) pola
asuh otoriter sebesar 0,251 dan koefisien determinasi (r2x2y) pola asuh
otoriter sebesar 0,063, dapat dinyatakan terdapat pengaruh positif antara
X2 pola asuh otoriter terhadap Y. Uji signifikansi menggunakan uji t,
109

kriteria yang digunakan jika thitung lebih besar dari ttabel maka signifikan
dan sebaliknya jika thitung lebih kecil dari ttabel maka tidak signifikan.
Berdasar hasil uji diperoleh nilai thitung sebesar 2,363. Jika dibandingkan
dengan nilai ttabel 1,989 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai t hitung > ttabel
sehingga signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan pola asuh otoriter terhadap kemandirian anak dalam keluarga.
b. Pola Asuh Permisif
a) Persamaan Garis Regresi
Berdasarkan tabel 24 maka persamaan garis regresi dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = 84,141 + 0,616X2
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X2 (pola
asuh permisif) sebesar 0,616 yang berarti, apabila Pola Asuh Permisif
(X2) meningkat 1 point maka Kemandirian anak dalam keluarga (Y)
akan meningkat sebesar 0,616 point
b) Koefisien Determinasi .
Koefisien Determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis
regresi. Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari
kemandirian anak (Y) yang diterangkan oleh variabel independennya.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS
versi 21 menunjukkan koefisien korelasi rx2y (pola asuh permisif) sebesar
0,233 dan koefisien determinasi r2x1y (pola asuh permisif) sebesar 0,054.
110

Nilai tersebut berarti 5,4 % perubahan pada variabel kemandirian anak
(Y) dapat diterangkan oleh variabel pola asuh permisif (X 2) , sedangkan
94,6 % dijelaskan oleh variabel yang lain.
c) Pengujian Signifikansi dengan Uji t
Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi
regresi pola asuh permisif (X2), terhadap kemandirian anak dalam
keluarga. Berdasarkan hasil analisis data koefisien korelasi (r x2y) pola
asuh permisif sebesar 0,233 dan koefisien determinasi (r2x2y) pola asuh
permisif sebesar 0,054, dapat dinyatakan terdapat pengaruh positif antara
X2 pola asuh permisif terhadap Y. Uji signifikansi menggunakan uji t,
kriteria yang digunakan jika thitung lebih besar dari ttabel maka signifikan
dan sebaliknya jika thitung lebih kecil dari ttabel maka tidak signifikan.
Berdasar hasil uji diperoleh nilai thitung sebesar 2,179. Jika dibandingkan
dengan nilai ttabel 1,989 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai t hitung > ttabel
sehingga signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan pola asuh permisif terhadap kemandirian anak dalam keluarga.
c. Pola Asuh Demokrasi
a) Persamaan Garis Regresi
Berdasarkan tabel 23 maka persamaan garis regresi dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = 67,776 + 1,334X2

111

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien

X2

sebesar 1,334 yang berarti, apabila Pola Asuh Demokrasi (X 2) meningkat
1 point maka Kemandirian Anak dalam keluarga (Y) akan meningkat
sebesar 1,334 point.
b) Koefisien Determinasi .
Koefisien Determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis
regresi. Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari
kemandirian anak (Y) yang diterangkan oleh variabel independennya.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS
versi 21 menunjukkan koefisien korelasi rx2y (pola asuh demokrasi)
sebesar 0,373 dan koefisien determinasi r2x1y (pola asuh demokrasi)
sebesar 0,139. Nilai tersebut berarti 13,9 % perubahan pada variabel
kemandirian anak (Y) dapat diterangkan oleh variabel

pola asuh

demokrasi (X2) , sedangkan 86,1 % dijelaskan oleh variabel yang lain.
c) Pengujian Signifikansi dengan Uji t
Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi
regresi pola asuh demokrasi (X2), terhadap kemandirian anak dalam
keluarga. Berdasarkan hasil analisis data koefisien korelasi (r x2y) pola
asuh demokrasi sebesar 0,373 dan koefisien determinasi (r2x2y) pola asuh
otoriter sebesar 0,139, dapat dinyatakan terdapat pengaruh positif antara
X2 pola asuh demokrasi terhadap Y. Uji signifikansi menggunakan uji t,
kriteria yang digunakan jika thitung lebih besar dari ttabel maka signifikan
112

dan sebaliknya jika thitung lebih kecil dari ttabel maka tidak signifikan.
Berdasar hasil uji diperoleh nilai thitung sebesar 3,657. Jika dibandingkan
dengan nilai ttabel 1,989 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai t hitung > ttabel
sehingga signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan tingkat pola asuh demokrasi terhadap kemandirian anak dalam
keluarga.
d. Pola Asuh Secara Keseluruhan
a) Persamaan Garis Regresi
Berdasarkan tabel 23 maka persamaan garis regresi dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = 77,367 + 0,235X2
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien

X2

sebesar 0,235 yang berarti, apabila Pola Asuh (X 2) meningkat 1 point
maka Kemandirian Anak dalam keluarga (Y) akan menuingkat sebesar
0,235 point.

113

b) Koefisien Determinasi .
Koefisien Determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis
regresi. Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari
kemandirian anak (Y) yang diterangkan oleh variabel independennya.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS
versi 21 menunjukkan koefisien korelasi rx2y sebesar 0,286 dan koefisien
determinasi r2x1y sebesar 0,082. Nilai tersebut berarti 8,2 % perubahan
pada variabel kemandirian anak (Y) dapat diterangkan oleh variabel pola
asuh (X2) , sedangkan 91,8 % dijelaskan oleh variabel yang lain.
c) Pengujian Signifikansi dengan Uji t
Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi
regresi pola asuh (X2), terhadap kemandirian anak dalam keluarga.
Berdasarkan hasil analisis data koefisien korelasi (rx2y) sebesar 0,286 dan
koefisien determinasi (r2x2y) sebesar 0,082, dapat dinyatakan terdapat
pengaruh positif antara X2 terhadap Y. Uji signifikansi menggunakan uji
t, kriteria yang digunakan jika thitung lebih besar dari ttabel maka signifikan
dan sebaliknya jika thitung lebih kecil dari ttabel maka tidak signifikan.
Berdasar hasil uji diperoleh nilai thitung sebesar 2,721. Jika dibandingkan
dengan nilai ttabel 1,989 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai t hitung > ttabel
sehingga signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan tingkat pola asuh terhadap kemandirian anak dalam keluarga.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
114

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa “ Terdapat pengaruh positif
Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Anak
dalam Keluarga” . Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan regresi
ganda.
Tabel 24. Ringkasan Hasil Regresi Ganda
Variabel
Koefisien
X1
1,744
X2
0,241
Konstanta
66,715
Rx(1,2)
0,307
2
R x(1,2)
0,094
Fhitung
4,279
Ftabel
1,444
Sumber : Data Primer yang diolah
a. Persamaan Garis Regresi
Berdasarkan tabel 24, maka persamaan garis regresi dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagi berikut:
Y = 66,715 + 1,744X1 + 0,241X2
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X 1 sebesar
1,744 yang berarti, apabila tingkat pendidikan orang tua (X 1) meningkat 1
point maka kemandirian anak dalam keluarga (Y) akan meningkat sebesar
1,744 point dengan asumsi X2 tetap.
Koefisien X2 sebesar 0,241yang berarti apabila pola asuh orang tua
(X2) meningkat 1 point maka kemandirian anak dalam keluarga (Y) akan
meningkat sebesar 0,241 point dengan asumsi X2 tetap.
b. Koefisien Determinasi (R2x(1,2))
Koefisien determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi.
Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari kemandirian anak
dalam keluarga (Y) yang diterangkan oleh variabel independennya.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS versi
115

21 menunjukkan

koefisien korelasi Rx(1,2) sebesar 0,307 dan koefisien

determinasi R2x(1,2) sebesar 0,094. Nilai tersebut berarti 9,4% perubahan pada
variabel kemandirian anak dapat dijelaskan oleh variabel tingkat pendidikan
dan pola asuh orang tua, sedangkan sisanya 90,6 % dijelaskan oleh variabel
yang lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
c. Pengujian Signifikansi dengan Uji F
Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi
regresi antara tingkat pendidikan dan pol asuh orang tua secara bersamasama terhadap kemanidrian anak dalam keluarga. Berdasarkan analisis yang
diuji koefisien korelasi Rx(1,2) sebesar 0,307, dan koefisien determinasi R2x(1,2)
sebesar 0,094 dapat dinyatakan terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang
tua dan pola asuh secara bersama-sama terhadap kemandirian anak dalam
keluarga. Uji signifikansi menggunakan uji F, kriteria yang digunakan jika
Fhitung lebih besar atau sama dengan dari Ftabel maka signifikan dan sebaliknya
jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka tidak signifikan. Berdasar hasil uji
diperoleh nilai Fhitung sebesar 4,279. Jika dibandingkan dengan nilai Ftabel
sebesar 1,444 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai F hitung > Ftabel sehingga
signifikan. Hal ini berarti bahwa “ terdapat pengaruh yang signifikan tingkat
pendidikan dan pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak dalam
keluarga”.
4. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui besarnya Sumbangan
Efektif (SE) dan Sumbangan Relatif (SR) masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 25. Ringkasan Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif
Variabel
X1
X2

SR (%)
1,22
0,136
116

SE (%)
2,384
0,40

Sumber : Data yang diolah
Hasil analisis yang tercantum dalam tabel 15 dapat diketahui
bahwa tingkat pendidikan orang tua memberikan sumbangan relatif sebesar
1,22% dan pola asuh memberikan sumbangan relatif sebesar 0,13. Sumbangan
efektif masing-masing variabel adalah 2,384% untuk tingkat pendidikan orang
tua dan 0,40% untuk variabel pola asuh. Secara bersama-sama variabel tingkat
pendidikan orang tua dan pola asuh memberikan sumbangan efektif sebesar
9,4% terhadap kemandirian anak dan sebesar 90,6% diberikan oleh variabelvariabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

pengaruh

tingkat

pendidikan orang tua (X1) dan pola asuh (X2) terhadap kemandirian anak dalam
keluarga (Y). Hasil penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

X1

rx1y = 0,093
r2x1y = 0,009

Rx(1,2) = 0,307

=+

Y

2

R x(1,2) = 0,094

rx2y= 0,286
X2

r2x2y = 0,082

Gambar 14. Ringkasan Hasil Penelitian

117

Berdasarkan gambar 14 maka diketahui pembahasan tentang hasil
penelitian sebagai berikut :
1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Kemandirian Anak dalam
Keluarga
Hasil uji regresi sederhana ( rx1y) menunjukkan bahwa koefisien
korelasi (rx1y) adalah sebesar 0,093sedang koefisien determinasi (r2x1y) adalah
sebesar 0,009 atau besarnya sumbangan pengaruhnya X1 terhadap Y tersebut
adalah 0,009 atau sebesar 0,09 % selanjutnya dilakukan uji keberartian terhadap
koefisien regresi dengan menggunakan statistik uji t pada taraf signifikan 5%.
Dari hasil perhitungan diperoleh harga t hitung = 0,854 dan ttabel = 1,989. Harga thitung
lebih kecil dari ttabel , berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
tidak ada pengaruh positif dan signifikan tingkat pendidikan orang tua terhadap
kemandirian anak dalam keluarga.
Hasil penelitian yang disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan orang tua tidak berpengaruh terhadap kemandirian anak dalam
keluarga, karena orang tua yang berpendidikan tinggipun belum tentu para orang
tua tersebut mampu membentuk sikap kemandirian pada anak dalam keluarga dan
belum tentu juga orang tua yang berpendidikan rendah tidak bisa mengajari atau
mendidik anaknya untuk menjadi orang yang tidak mandiri, dan orang tua yang
berpendidikan tinggi juga belum tentu bisa menggunakan pola asuh yang sesuai
dengan keadaan anaknya. Kemandirian anak tidak dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan orang tua akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yaitu

118

faktor internal dan faktor eksternal yang bisa membentuk kemandirian anak dalam
keluarga dan tingkat pendidikan orang tua tidak termasuk dalam faktor-faktor
tersebut. Hal ini sama dengan pendapatnya soetjiningsih bahwa kemandirian anak
usia prasekolah dipengaruh oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal, faktor internal yaitu faktor yang ada di dalam diri anak tersebut seperti
emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan dengan kemampuan
mengontrol emosi dan tidak terganggunya tidak terganggunya kebutuhan emosi
anak dan orang tua. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar dari anak
tersebut seperti lingkungan, rasa cinta dan kasih sayang, pola asuh orang tua
dalam keluarga, dan pengalaman dalam kehidupan.
2. Pengaruh Pola Asuh terhadap Kemandirian Anak dalam Keluarga
Hasil uji regresi sederhana ( rx2y) menunjukkan bahwa koefisien
korelasi (rx2y) adalah sebesar 0,286 sedang koefisien determinasi (r2x2y) adalah
sebesar 0,082 atau besarnya sumbangan pengaruhnya X1 terhadap Y tersebut
adalah 0,082 atau sebesar 8,2 % selanjutnya dilakukan uji keberartian terhadap
koefisien regresi dengan menggunakan statistik uji t pada taraf signifikan 5%.
Dari hasil perhitungan diperoleh harga t hitung = 2,721 dan ttabel = 1,989. Harga thitung
lebih besar dari ttabel , berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif dan signifikan pola asuh orang tua

terhadap

kemandirian anak dalam keluarga.
Hasil penelitian yang disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa pola
asuh orang tua berpengaruh terhadap kemandirian anak dalam keluarga, yaitu

119

apabila orang tua memberikan pola asuh yang tepat dan sesuai dengan keadaan
anak dan umur anak maka hal tersebut akan menciptakan sikap anak yang sesuai
dengan yang diinginkan oleh orang tua salah satunya yaitu sikap mandiri anak.
Hal ini sesuai dengan deskripsi teori dari Novan Ardy bahwa pembentukam
karakter kemandirian tidak lepas dari peran orang tua dan pengasuhan yang baik
yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Serta sesuai dengan deskripsi teori
dari Prasetyo dan Sutoyo bahwa pengasuhan yang diberikan orang tua juga turut
membentuk kemandirian seseorang, toleransi yang berlebihan dan pemeliharaan
yang berlebihan dan orang tua yang terlalu keras kepada anak menghambat
pencapaian kemandiriannya. Penelitian yang dilakukan oleh Heni Purwaningsih
ini bertujuan untuk mengetahui ada apa tidaknya hubungan antara perhatian orang
tua dan konsep diri dengan kemandirian belajar pada siswa SMU Karangmojo
Gunung Kidul. Penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan
antara perhatian orang tua dan konsep diri dengan kemandirian belajar pada siswa
di SMA Karangmojo Gunungkidul tahun ajaran 1995/1996.

3. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Pola Asuh terhadap Kemandirian
Anak dalam Keluarga
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh terhadap kemandirian anak
dalam keluarga. Hasil uji regresi ganda dua prediktor menunjukkan bahwa
koefisien korelasi ganda (Rx(1,2)) adalah 0,307 dan koefisien determinasi 0,094,

120

selanjutnya dilakukan ujinkeberartian yang dilakukan terhadap koefisien regresi
dengan menggunakan uji F pada taraf signifikansi 5%. Hasil perhitungan yang
diperoleh Fhitung = 4,279 dan Ftabel = 1,444 sehingga Fhitung lebih besar dari Ftabel . Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan tingkat
pendidikan orang tua dan pola asuh terhadap kemandirian anak dalam keluarga.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin baik tingkat
pendidikan orang tua dan pola asuh yang diberikan orang tua maka semakin baik
pula kemandirian anak dalam keluarga dan sebaliknya semakin buruk tingkat
pendidikan orang tua dan pola asuh yang diberikan orang tua maka semakin
rendah pula sikap kemandirian anak dalam keluarga. Hasil penelitian ini sesuai
dengan deskripsi teori dari Soetjiningsih bahwa orang tua akan memberikan
informasi yang baik jika orang tua tersebut mempunyai pendidikan karena dengan
pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar
terutama tentang mendidik anak agar anak menjadi mandiri. Hal ini juga sesuai
dengan deskripsi teori dari Mac Coby dan Mc Loby bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu sosial ekonomi, lingkungan
pendidikan, nilai-nilai agama yang dianut oleh orang tua, kepribadian, dan jumlah
anak, yang dibahas disini faktor pendidikan karena pendidikan latar belakang
pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik pendidikan
formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan
orang tua kepada anaknya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh oleh Nika Mei Wulansari ini mempunyai tujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan sikap sosial
121

pada siswa kelas V SD di Kecamatan Karangmojo Gunung Kidul. Penelitian
menunjukan hubungan yang positif antara pola asuh orang tua terhadap
pembentukan sikap sosial siswa kelas V SD se-kecamatan Karangmojo Kabupaten
Gunung Kidul.
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda dapat diketahui pula
sumbangan secara bersama-sama tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh
terhadap kemandirian anak dalam keluarga sebesar 30,7% serta sisanya 69,3%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar kedua variabel penelitian.

122

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat pendidikan orang tua tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini ditunjukkan pada hasil
harga thitung = 0,854 dan ttabel = 1,989. Harga thitung lebih kecil dari ttabel .
2. Pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini ditunjukkan pada hasil harga
harga thitung = 2,721 dan ttabel = 1,989. Harga thitung lebih besar dari ttabel .
3. Tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini ditunjukkan
pada hasil harga diperoleh Fhitung = 4,279 dan Ftabel = 1,444 sehingga Fhitung
lebih besar dari Ftabel .
B. Saran
Dari hasil penelitian di atas maka pola asuh ternyata memberikan
pengaruh dalam pembentukkan sikap kemandirian pada anak di dalam keluarga,
maka disarankan :
1. Bagi Orang Tua
Orang tua diharapkan dapat memberikan pola asuh yang tepat yang
disesuaikan dengan usia, dan kondisi dari anak-anak baik kondisi fisik
maupun psikis dari masing-masing anak. Karena tiap anak memiliki kondisi
yang berbeda baik dari segi fisik maupun psikis.
2. Bagi Guru
Bagi guru bisa diharapkan dapat membuat program parenting untuk para
orang tua murid terkait pendidikan untuk orang tua supaya para orang tua
123

lebih mengerti dan memahami bagaimana menjadi orang tua yang baik
untuk anak-anak di rumah dan guru bisa membuat

kegiatan-kegiatan

disetiap pembelajaran sehari-hari disekolah untuk menanamkan sikap
mandiri di sekolah membantu anak untuk melakukan semuanya secara
mandiri disesuaikan dengan umur anak didik tersebut.

124