Chapter I Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan perbankan kini telah menjadi hal yang kian penting dalam
kehidupan masyarakat, dalam setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat kini tidak
lagi terpisah dengan kebutuhannya akan kegiatan perbankan. Seiring dengan
meningkatnya kebutuhan akan kegiatan perbankan dalam masyarakat maka Bank
turut mengalami peningkatan keuntungan, maka Bank itu pula dituntut agar
berupaya meningkatkan pelayanannya terhadap masyarakat.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan
bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup tentang kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Sementara itu, mengenai defenisi bank itu
sendiri dinyatakan Pasal 1 angka 2 sebagai berikut : “Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Rumusan mengenai pengertian bank yang lain, dapat juga ditemui dalam
kamus istilah hukum Fockema Andrea yang mengatakan bahwa bank adalah suatu

lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan
memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubung dengan adanya cek
1

2

yang hanya dapat diberikan kepada bankir sebagai tertarik, maka bank dalam arti
luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur
menyediakan uang untuk pihak ketiga. 4
Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai financial
intermediary (perantara dalam hal keuangan) dengan usaha utama menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu
lintas pembayaran. Dua fungsi itu tidak bisa dipisahkan. Sebagai badan usaha,
bank akan selalau berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari
usaha yang dijalankannya. 5
Bank dan masyarakat menjalin suatu hubungan simbiosis yang saling
menguntungkan, dimana hubungan tersebut telah menjadi suatu hubungan yang
mengakibatkan saling ketergantungan. Masyarakat tanpa Bank akan lumpuh,
begitu pula Bank tanpa masyarakat akan mati. Kebutuhan masyarakat akan
kegiatan Perbankan sedemikian tingginya, sehingga Bank turut menyemarakannya

dengan tingginya persaingan dalam dunia perbankan yang menyebabkan berbagai
upaya dan usaha dilakukan oleh pihak Bank sebagai strategi agar menjadi daya
tarik bagi masyarakat agar berminat menjadi nasabahnya. Dengan tingginya
persaingan antar bank maka pemerintah merasa perlu dibentuk suatu upaya
perlindungan terhadap nasabah bank dengan dibentuknya Undang-Undang No 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, hal ini dirasa perlu agar bisa

4

Fockema Andrea dalam Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2005, hal. 8
5
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia,Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001, hal. 9

3

meminimalisir kerugian dan hal yang tidak dinginkan lainnya yang mungkin
dialami oleh nasabah bank.
Lembaga sejenis Otoritas Jasa Keuangan yang dibentuk secara terpisah dari

bank pusat telah dibentuk oleh beberapa Negara seperti di Australia adalah The
Australian Prudential Regulation Authority (APRA), Kanada adalah Office of the
Superintendent of financial Institutions (OSFI), Jerman adalah Bundesanstalt fur
Finanzdienstleistungsaufsicht (BaFin), dan lain-lain. Dalam perkembangan
perlindungan terhadap nasabah bank, maka dibentuklah Otoritas Jasa Keuangan
berdasarkan lembaga sejenis yang ada pada negara lain sebagai referensi dalam
upaya pembentukan konsep Otoritas Jasa Keuangan. 6
Sesuai dengan amanat undang-undang, pembentukan Otoritas Jasa
Keuangan harus dilakukan dengan mendasarkan pada salah satu dari lima bentuk
pendekatan, yaitu institutional (kelembagaan), functional (fungsional), integrated
(terpadu), twin peak (dua lembaga), dan an exception (pengecualian). Kelima
bentuk struktur pengawasan yang ada dan telah diterima secara luas (worldwide)
meskipun tidak ada contoh Negara yang menerapkan sama persis sesuai dengan
pendekatan tersebut. Setiap pendekatan tersebut distrukturisasi berdasarkan
keunikan sejarah, politik, budaya, perkembangan ekonomi, dan struktur bisnis
lokal dalam suatu Negara. 7
Fungsi pengawasan perbankan yang tadinya merupakan tugas dari Bank
Indonesia, telah beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan yang didirikan
berdasarkan Undang-Undang No 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
6


Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014,

hal. 310
7

Op.Cit,, hal. 5

4

Sesuai dengan tujuan berdirinya Otoritas Jasa Keuangan, maka semua
pengawasan dan pengaturan bank akan dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Sebagai lembaga yang berdiri secara independen, Otoritas Jasa Keuangan
diharapkan mampu menangani permasalahan-permasalahan dalam skala kecil
sehingga Bank Indonesia dapat mengoptimalkan perannya pada aspek makro,
yakni industry secara keseluruhan untuk mengurangi resiko krisis keuangan.
Sesuai dengan dibentuknya Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan tidak
hanya bertugas mengurus dan mengawasi lembaga keuangan, akan tetapi juga
memperhatikan konsumen dan masyarakat sebagai pengguna lembaga keuangan
yaitu dengan melakukan perlindungan terhadap konsumen. Bentuk perlindungan

tersebut dapat berupa:
1. Kewenangan

Otoritas

Jasa

Keuangan

untuk

melakukan

tindakan

pencegahan terhadap kerugian konsumen.
2. Otoritas Jasa Keuangan menyediakan layanan pengaduan bagi konsumen
yang merasa dirugikan.
3. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan pembelaan hukum.
Lingkup konsumen dan masyarakat dalam Undang-Undang Otoritas Jasa

Keuangan tentu ialah nasabah bank, baik nasabah yang berkedudukan sebagai
debitur maupun nasabah bank yang berkedudukan sebagai kreditur.
Pasal 3 dan 4 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa fungsi utama
perbankan Indonesia yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana dari
masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional kearah
peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam melakukan usahanya tersebut, bank

5

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau dalam bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu. Bank juga menyalurkan dana dari masyarakat dengan
cara memberikan kredit dalam bentuk usaha kredit perbankan. Konsekuensi dari
usaha bank tersebut lahirlah hubungan-hubungan antara pelaku ekonomi dengan
pihak perbankan.
Dengan demikian sebagai penyeimbang atas segala persaingan antar bank
yang semakin gencar yang mana tidak dapat dipungkiri akan adanya kemungkinan
persaingan yang tidak sehat. Maka perlulah Otoritas Jasa Keuangan memiliki
kewenangan yang istimewa, yakni Otoritas Jasa Keuangan memiliki otoritas
untuk melakukan pembelaan hukum seperti mengajukan tuntutan ganti rugi yang

dialami oleh konsumen.
Persaingan antar bank kian ketat, berbagai macam cara digunakan oleh bank
untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil mungkin
merupakan prinsip dasar dalam perekonomian. Akan tetapi bila dilihat dari sudut
pandang yang lain prinsip seperti itu adalah merupakan wujud dari kapitalisme.
Apabila prinsip kapitalisme tersebut dibiarkan berkembang maka ketidak adilan
pun turut berkembang. Dimana pihak yang kokoh akan semakin kokoh dan pihak
yang lemah tetap lemah. Wujud nyata dari bentuk kapitalisme terebut dapat dilihat
dari maraknya usaha memperdaya nasabah oleh pihak Bank terutama pada
perjanjian baku. Dimana nasabah sebagai pihak yang lemah tidak memiliki hak
yang sebanding dengan kewajiban dan/atau tuntutan pihak Bank yang begitu
banyak dan rumit.

6

Berdasarkan paparan di atas, ketentuan yang ada dan perkembangan yang
terjadi dalam praktek, serta adanya beberapa masalah yang muncul di dunia
hukum perbankan, diantaranya apa peran Otoritas Jasa Keuangan dalam
perlindungan Nasabah Bank, lingkup perlindungan nasabah, perlindungan terkait
dengan perjanjian baku pada Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini menimbulkan rasa

keingintahuan penulis dan menyusunnya di dalam skripsi yang berjudul
“Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah adanya
Otoritas Jasa Keuangan dalam Perbankan Studi OJK Kantor Regional V
Sumatera, Medan.”

B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan-permasalahan yang penulis angkat dalam skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam Perlindungan Nasabah
Bank?
2. Bagaimana Lingkup Perlindungan Nasabah Bank atas Jasa-Jasa Bank oleh
Otoritas Jasa Keuangan?
3. Bagaimana Perlindungan Nasabah Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan terkait
dengan Perjanjian Baku?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam Perlindungan
Nasabah Bank

7


2. Untuk mengetahui Lingkup Perlindungan Nasabah

Bank atas Jasa-Jasa

Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan
3. Untuk mengetahui bentuk Perlindungan Nasabah Bank oleh Otoritas Jasa
Keuangan terkait dengan Perjanjian Baku.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam melakukan penelitian dapat memberikan sejumlah
manfaat yang berguna adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, pembahasan terhadap masalah ini dapat memberikan
pemahaman dan pandangan-pandangan baru mengenai perlindungan
nasabah bank dan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi
para pembaca mengenai hak-haknya dalam kegiatan perbankan baik
sebelum timbulnya masalah (pencegahan) dan juga setelah adanya masalah
(penanggulangan).
2. Manfaat Praktis

Secara praktis, pembahasan permasalahan ini diharapkan hasilnya dapat
bermanfaat bagi penulis dan masyarakat. Selain itu juga dapat memberikan
sumbangan yuridis yang berkaitan dengan perlindungan nasabah bank
setelah adanya Otoritas Jasa Keuangan.

8

E. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya, serta
dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk
kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang
timbul di dalam gejala yang bersangkutan 8.
Untuk memperoleh kebenaran yang dapat dipercaya keabsahannya, suatu
penelitian harus menggunakan suatu metode yang tepat dengan tujuan yang
hendak dicapai sebelumnya. Metodologi pada hakikatnya memberikan pedoman,
tentang cara-cara seorang mempelajari, menganalisa dan memahami lingkunganlingkungan yang dihadapinya 9.
1. Jenis Penelitian
Untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini penulis

menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.

Pendekatan

yuridis normatif adalah pendekatan masalah dengan melihat, menelaah dan
menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas
hukum yang berupa konsepsi, peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin
hukum dan sistem hukum yang berkaitan. Jenis pendekatan ini menekankan pada
diperolehnya keterangan berupa naskah hukum yang berkaitan dengan objek yang
diteliti. Sedangkan pendekatan yuridis empiris yaitu cara prosedur yang
dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data
8

9

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press , Jakarta, 2008, hal. 43.
Ibid., hal. 6.

9

sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan
penelitian terhadap data primer di lapangan 10.
Metode yuridis empiris dalam penulisan skripsi ini, yaitu dari hasil
pengumpulan dan penemuan data maupun informasi melalui studi pada Otoritas
Jasa Keuangan Kantor Regional V, Medan. Metode penelitian yuridis empiris
dilakukan dengan wawancara kepada Bapak Saryo selaku Kepala Sub Bagian
Pengawas Bank. 11
2. Metode Pengumpulan Data
Oleh karena itu penulis memilih menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
a. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Metode yang digunakan adalah dengan cara memperoleh data tersedia di
perpustakaan yang pernah ditulis sebelumnya di mana ada hubungannya
dengan masalah yang ingin dipecahkan 12.
b. Metode Penelitian Lapangan (Field Research)
Dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan yakni melakukan
wawancara kepada Bapak Saryo selaku Kepala Sub Bagian Pengawas Bank,
Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional V, Medan.
3. Sumber Data
Sumber data penelitian ini didapatkan melalui data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh penulis dengan melakukan studi lapangan, yaitu
teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara (interview).
10

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra aditya bakti, Bandung,
2004, hal. 112.
11
Tanggal 23-3-2003
12
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafido Persada, Jakarta, 2007,
hal.38.

10

kepada Bapak Saryo selaku Kepala Sub Bagian Pengawas Bank, Otoritas Jasa
Keuangan Kantor Regional V, Medan. Data sekunder, adalah data yang diperoleh
penulis yang sebelumnya telah diolah orang lain. Data sekunder terdiri dari:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri
dari kaidah dasar. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu Kitab Undang – Undang Hukum Perdata ( KUH Perdata ),
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer melalui hasil penelitian hukum, hasil
karangan ilmiah dari kalangan hukum, dan artikel baik dari media cetak
ataupun media massa yang berkaitan dengan pokok bahasan 13.
4. Analisa data
Analisis data adalah tahap yang sangat penting dan menentukan dalam
setiap penelitian. Dalam tahap ini penulis harus melakukan pemilahan data-data
yang telah diperoleh. Penganalisisan data pada hakikatnya merupakan kegiatan
untuk mengadakan sistematisasi bahan-bahan hukum tertulis untuk memudahkan
pekerjaan analisis dan konstruksi 14.
Data pada skripsi ini dianalisis secara kualitatif. Analisis data kualitatif
adalah

proses

kegiatan

yang

meliputi,

mencatat,

mengorganisasikan,

mengelompokkan dan mensintesiskan data selanjutnya memaknai setiap kategori
13

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 13
14
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal. 251-252

11

data, mencari dan menemukan pola, hubungan-hubungan, dan memaparkan
temuan-temuan dalam bentuk deskripsi naratif yang bisa dimengerti dan dipahami
oleh orang lain. Analisis data kualitatif merupakan metode untuk mendapatkan
data yang mendalam dan suatu data yang mengandung makna dan dilakukan pada
obyek yang alamiah 15.

F. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, dibuat sistematika secara
teratur dalam bagian-bagian yang semuanya saling berhubungan satu sama
lainnya. Sistematika atau gambaran isi tersebut dibagi dalam beberapa bab dan
diantara bab dan diantara bab-bab ini terdiri pula atas sub-bab.
Adapun sistematika atau gambaran isi tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pembukaan yang berisikan latar belakang,
permasalahan, tujuan

penulisan, manfaat penelitian, metode

penulisan, sistematika penelitian, keaslian penulisan.
BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN NASABAH BANK
Bab ini menguraikan tentang asas, fungsi, dan tujuan perbankan,
pengertian dan jasa-jasa bank, pengertian dan penggolongan nasabah,
hubungan bank dan nasabah, hak dan kewajiban nasabah bank.

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang pembentukan otoritas jasa
keuangan, konsep dasar pembentukan otoritas jasa keuangan,

15

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta, 2009, hal. 13.

12

independensi otoritas jasa keuangan, fungsi, tugas, dan wewenang
otoritas jasa keuangan dalam perbankan.
BAB IV

PERLINDUNGAN
OTORITAS

NASABAH

BANK

SETELAH

ADANYA

JASA KEUANGAN DALAM PERBANKAN Studi

Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional V Sumatera, Medan
Bab ini menguraikan tentang peran otoritas jasa keuangan dalam
perlindungan nasabah bank, lingkup perlindungan nasabah bank atas
jasa-jasa bank oleh otoritas jasa keuangan, perlindungan nasabah bank
oleh otoritas jasa keuangan terkait dengan perjanjian baku.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari skipsi ini yang berisikan
kesimpulan dan saran yang berisikan kesimpulan dan saran yang
menjadi pokok-pokok pikiran penulisan berdasarkan atas uraianuraian yang telah dikemukakan dalam skripsi ini sebelumnya.

G. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan
Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan dalam Perbankan, Studi
Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional V Sumatera, Medan” yang diajukan ini
adalah dalam rangka memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum.
Penulisan Skripsi mengenai perlindungan konsumen ataupun perlindungan
nasabah bank telah ada yang membahas sebelumnya, akan tetapi penulis
kemudian tertarik untuk membahas mengenai perlindungan konsumen ataupun

13

perlindungan nasabah bank atas dasar lahirnya otoritas jasa keuangan yang
kemudian mengeluarkan peraturan mengenai perlindungan kepada nasabah bank
berupa kewenangan untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap kerugian
konsumen, menyediakan layanan pengaduan bagi konsumen yang merasa
dirugikan, kewenangan untuk melakukan pembelaan hukum serta bantuan
penyelesaian sengketa alternatif atas sengketa yang terjadi antara bank dan
nasabah bank.
Dalam proses pengajuan skripsi ini, penulis harus mendaftarkan judul
skripsi ke perpustakaan Fakultas Hukum USU dan dinyatakan telah diperiksa
dengan pernyataan tidak ada judul yang sama. Dengan demikian, penulis yakin
bahwa skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah
Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan dalam Perbankan, Studi OJK
Kantor Regional V Sumatera, Medan” adalah tulisan asli penulis dan belum
pernah dibahas sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Adapun skripsi-skripsi yang mirip adalah sebagai berikut
1. Ove Lastriany Silalahi, Perlindungan Dana Nasabah Bank Oleh Lembaga
Penjamin Simpanan (Studi Pada PT. Bank Panin. Tbk Cabang
Pekanbaru), 2008.
2. Melli Meilany, Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau
dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, 2009.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24