Gusti Indah Hayati PENGANTAR KESEHATAN K
TUGAS MATA KULIAH K3
PENGANTAR KESEHATAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT
KERJA DI LABORATORIUM
OLEH:
GUSTI INDAH HAYATI
H1D112015
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
1
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya jualah makalah yang berjudul “Pengantar Kesehatan Kerja dan
Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium” dapat terselesaikan tepat waktu dan
berjalan lancar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada
makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dan
konstruktif sangat diperlukan sekali oleh penulis agar nanti dapat bermanfaat
untuk kedepannya. Akhir kata, penulis hanya bisa berharap semoga makalah ini
dapat kita ambil manfaatnya baik untuk masa sekarang maupun dimasa yang akan
datang. Amin.
Banjarbaru, Maret 2016
Penulis
2
DAFTAR ISI
STRUKTUR.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Makalah................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Aspek K3..................................................................... 4
2.2 Dasar Hukum Pelaksanaan Sistem Manajemen K3............................. 5
2.4 Penyakit Akibat Kerja.......................................................................... 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi................................................................................................ 9
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan.............................................................................................. 12
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 17
5.2 Saran.................................................................................................. 17
BAB VI RINGKASAN DAN CONTOH SOAL
6.1 Ringkasan........................................................................................... 18
6.2 Contoh Soal........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
2
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Penyebab Penyakit Akibat Kerja.................................................... 6
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Diagram Alir Kegiatan........................................................... 9
Gambar 4.1 Skema Literatur..................................................................................11
4
DAFTAR SINGKATAN
APD
GATT
K3
MSDS
PAK
RI
SE
SK
UU
UV
WTO
= Alat Pelindung Diri
= General Agreement on Tariffs and Trade
= Kesehatan dan Keselamatan Kerja
= Material Safety Data Sheet
= Penyakit Akibar Kerja
= Republik Indonesia
= Surat Edaran
= Surat Keputusan
= Undang-Undang
= Ultra Violet
= World Trade Organization
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antara Negara
pada era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT tahun 2020 yang harus
dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk Indonesia (Saranaung dan Johan,
2013). Untuk mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, maka
telah ditetapkan visi Indonesia sehat 2010 dengan berdasar Departemen
Kesehatan RI tahun 2002 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan,
yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Sukriati, 2013). Masalah Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah
tetapi tanggung jawab dari semua pihak terutama pengusaha tenaga kerja dan
masyarakat (Respati dan Novrianti, 2014).
Penyelenggaraan program K3 merupakan salah satu bentuk perlindungan
kepada tenaga kerja yang bertujuan mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
serta melindungi tenaga kerja dari risiko yang membahayakan kesehatan dan
keselamatannya. Tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.23/1992 tentang kesehatan, bahwa
apabila tempat kerja tersebut memiliki risiko bahaya kesehatan dan atau
mempunyai pekerja paling sedikit 100 orang. Dalam penyelenggaraan program
K3 tidak terlepas dari peranan manajemen melalui pendekatan yang berbentuk
kebijakan pihak pengelola dalam penerapan K3 (Mauliku, 2011).
Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan suatu
aktivitas, termasuk di laboratorium. Apabila potensi bahaya tersebut tidak
dikendalikan dengan tepat, maka akan dapat menyebabkan sakit, cidera, dan
bahkan kecelakaan yang serius. Pada tahun 2012 disetiap harinya terdapat 9 orang
peserta Jamsostek yang meninggal akibat kecelakaan kerja, terdapat 103.000
kasus kecelakaan kerja pada tahun 2012 menurut Metronews.com, Jakarta, 28
1
Februari 2013 (Saranaung dan Johan, 2013). Kecelakaan kerja dapat terjadi di
setiap tipe laboratorium dan biasanya melibatkan tenaga kerja yang bekerja di
dalam bangunan dan peralatan laboratorium serta masyarakat sekitar. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka upaya untuk mencegah dan mengurangi resiko yang
mungkin timbul akibat proses pekerjaan perlu segera dilakukan, sehingga
kesehatan dan keselamatan kerja dapat tercapai (Fathimahhayati dkk, 2015).
Kecelakaan dalam kerja dapat disebebkan oleh kelelahan yang menurut Aisbet
(2007) dalam Nisa dan Tri merupakan masalah yang dapat mengancam kualitas
hidup, konsentrasi dapat menurun karena kelelahan pada saat bekerja yang
nantinya akan mengakibatkan kecelakaan kerja terjadi (Nisa dan Tri, 2013).
Keselamatan kerja di laboratorium perlu diinformasikan secara cukup (tidak
berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan
akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Dimana laboratorium
merupakan ruangan yang dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan
aktifitas yang berkaitan dengan fungsi-fungsi pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat (Anonim1, 2011). Hal tersebut perlu dijelaskan
berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan dan menjaga keselamatan
orang disekitarnya (Sunarto, 2010).
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan K3 berserta aspeknya?
2. Apa saja dasar hukum pelaksanaan sistem manajemen K3?
3. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Akibat Kerja?
1.3
Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dan aspek K3.
2. Mengetahui apa saja dasar hukum pelaksanaan sistem manajemen K3.
3. Mengetahui pengertian penyakit akibat kerja serta mengetahui berbagai
jenisnya dan penyakit yang akan ditimbulkannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1
Pengertian dan Aspek K3
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kondisi keharusan di dalam
mencegah terjadinya kecelakaan pada waktu bekerja. Kecelakaan dalam
lingkungan kerja merupakan gangguan yang dapat menghambat dan merugikan
ataupun mengganggu rencana dan proses kerja. Yahya (2003:4) dalam Sukriati
mengemukakan pengertian tentang kesehatan dan keselamatan kerja yaitu kata
kesehatan berasal dari kata sehat yang artinya tidak mengalami suatu penyakit.
Kerja adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan
sesuatu produk, jadi kesehatan kerja adalah suatu keadaan dimana kesehatan
kerja, lingkungan kerja dan hasil kerja yang dihasilkan kondisinya sehat (Sukriati,
2013).
Pengertian secara terperinci selanjutnya oleh Suma'mur (1994:1) dalam
Sukriati memberikan defenisi keselamatan kerja adalah keselamatan dengan
mesin-mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan dan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Berdasarkan penjelasan kesehatan dan keselamatan kerja tidak lain merupakan
upaya pencegahan kecelakaan dan pemberian perlindungan serta keselamatan bagi
orang-orang yang bekerja serta mengamankan peralatan yang dipergunakan dalam
pekerjaan, sehingga tercipta sebuah kenyamanan dan ketenangan dalam proses
pekerjaan (Sukriati, 2013). Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam
perusahaan tidak terlepas dari adanya masalah yang berkaitan dengan K3. Hal ini
merujuk pada perlindungan tenaga kerja dari bahaya, penyakit dan kecelakaan
akibat kerja maupun lingkungan kerja (Grahanintyas dkk, 2012).
Aspek kesehatan dan keselamatan kerja memiliki ruang lingkup yaitu
manusia sebagai subjek dan seluruh objek pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang pekerja. Dalam Pasal 2 Ayat 1 UU No 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja mengatur tempat kerja baik di darat, dalam tanah, di permukaan
air, maupun di udara yang berada dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia. Oleh karena itu, keselamatan kerja cakupannya sangat luas, hampir
menyentuh segala aspek dalam setiap usaha atau pekerjaan (Sukriati, 2013).
4
2.2
Dasar Hukum Pelaksanaan Sistem Manajemen K3
Berikut dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan sistem manajemen K3
antara lain:
a. UU No. 1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
b. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
c. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep-51/Men/1999 Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep-187/Men/1999 Tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
f. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
g. Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan APD.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.05/Men/1996 tentang Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
i. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja.
j. Keputusan Menteri Kesehatan No.876/Menkes/SK/IX/VIII/2001 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Lingkungan.
k. Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.1217/Menkes/SK/IX/2001
tentang
Pedoman Penanganan Dampak Radiasi.
l. Keputusan Menteri Kesehatan No.1405/MENKES/SK/IX/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
m. Keputusan Menteri kesehatan No.315/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan.
n. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.08/VII/2010 tentang
APD
(Anonim2, 2011).
2.3
Penyakit Akibat Kerja
5
Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja (Salawati, 2015). Faktor-faktor yang menjadi
penyebab PAK serta berisiko menjadi penyebab harus segera diketahui dan
dikendalikan dengan benar sehingga dampaknya akan dapat diminimalisir sekecil
mungkin (Ardani dkk, 2013). Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi
di tempat kerja, berikut beberapa jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab
dari penyakit yang ada di tempat kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis Penyebab Penyakit Akibat Kerja
No.
Jenis
Penyebab PAK
bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara,
1.
Golongan fisik
2.
Golongan kimiawi
3.
Golongan biologik
bakteri, virus, jamur, dan lain-lain
4.
5.
Golongan fisiologik/ergonomik
Golongan psikososial
desain tempat kerja dan beban kerja
stres, monotomi kerja serta tuntutan pekerjan
vibrasi, penerangan dan lain-lain
semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas,
larutan, kabut dan lain-lain
(Badraningsih dan Enny, 2015).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No. 22/1993 terdapat 31 jenis penyakit
akibat kerja yaitu sebagai berikut:
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
6
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya
yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan produk atau residu dari zat
tersebut.
7
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat
(Salawati, 2015).
Apabila tingkat keselamatan kerja tinggi, maka kecelakaan dapat
diminimakan, diantaranya kecelakaan yang menyebabkan sakit, cacat, dan
kematian. Sebaliknya, apabila keselamatan kerja rendah, maka hal tersebut akan
berpengaruh buruk terhadap kesehatan sehingga berakibat pada produktivitas
yang menurun (Ukhisia dkk, 2013). Kelengkapan kerja yang wajib digunakan
berupa alat pelindung diri (APD) dimana harus sesuai dengan bahaya dan resiko
kerja agar keselamatan pekerja, lingkungan dan orang disekitarnya terjaga (Brata,
2013).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada makalah ini metodologi yang digunakan yaitu studi literatur dari
jurnal yang berjudul ”Pengelolaan Laboratorium Kimia Pada SMA Negeri Di
Kota
Singaraja:
(Acuan
Pengembangan
8
Model
Panduan
Pengelolaan
Laboratorium Kimia Berbasis Kearifan Lokal Tri Sakti)” (Wiratma, 2014) dan
“Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan” (Salawati, 2015). Secara umum tahapan
diagram alir proses pada Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Skema Diagram Alir Kegiatan
Berdasarkan metodologi dengan studi literatur, maka jurnal-jurnal yang
digunakan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Standar Laboratorium Analis Kesehatan. Pendidikan Tenaga Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Badan PPSDM Kesehatan Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan (Anonim1, 2010).
2. Pedoman Umum K3 Laboratorium. Program Studi Teknik Fisika, FTI – ITB
(Anonim2, 2011).
3. Analisis Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Divisi Mill
Boiler (Studi Kasus di PT Laju Perdana Indah PG Pakis Baru, Pati). Program
Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro (Ardani dkk, 2013).
4. Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Kegiatan
Konservasi Di Laboratorium. Jurnal Saringan No. 2 (Brata, 2013).
9
5. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
(Badraningsih dan Enny, 2015).
6. Analisis Potensi Bahaya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) sebagai
Upaya Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium X.
Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi. Vol. 4 No. 1 (Fathimahhayati
dkk, 2015).
7. Analisa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Meningkatkan
Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Pabrik Teh Wonosari PTPN XII). JURNAL
TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 (Grahanintyas dkk, 2012).
8. Kajian Analisis Penerapan Sistem Manajemen K3RS Di Rumah Sakit
Immanuel Bandung. Jurnal Kesehatan Kartika. Hal. 35-47 (Mauliku, 2011).
9. Faktor Yang Memengaruhi Keluhan Kelelahan Pada Teknisi Gigi Di
Laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety
and Health. Vol. 2 No. 1 Hal. 61–66 (Nisa dan Tri, 2013).
10. Analisis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Paket Pekerjaan
Pembangunan Jalan Lingkar Luar Kota Palangka Raya. MEDIA ILMIAH
TEKNIK SIPIL. Vol. 3 No. 1 (Novrianti dan Rida, 2014).
11. Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol.
15 No. Hal. 91-95 (Salawati, 2015).
12. Analisis Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Pencegahan
Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Rs Prof. Dr V.L Ratumbuysang
Manado (Saranaung dan Johan, 2013).
13. Membina Perilaku Kerja Sehat Mahasiswa Dengan Menerapkan Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Laboratorium. Jurnal Kajian Perempuan
Bunga Wellu Vol. 7 No. 1 Hal. 53 – 61 (Sukriati, 2010).
14. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Laboratorium Kimia. Pendidikan Kimia
FMIPA UNY Yogyakarta. Hal 1-10 (Sunarto, 2010).
15. Analisis Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas
Karyawan Dengan Metode Partial Least Squares. Jurnal Teknologi Pertanian
Vol. 14 No. 2 Hal. 95-104 (Ukhisia dkk, 2013).
10
16. Pengelolaan Laboratorium Kimia Pada SMA Negeri Di Kota Singaraja:
(Acuan Pengembangan Model Panduan Pengelolaan Laboratorium Kimia
Berbasis Kearifan Lokal Tri Sakti). Jurnal Pendidikan Indonesia ISSN: 2303288X Vol. 3 No. 2 (Wiratma dan I Wayan, 2014).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut skema studi literatur jurnal makalah ini pada Gambar 4.1 berikut.
11
A
B
B
B
B
B
C
D
Studi Literatur
Jurnal
B
B
E
E
B
F
G
B
Gambar 4.1 Skema Literatur
Keterangan:
A
= Manajemen K3
B
= Penerapan K3 Laboratorium
C
= Faktor mempengaruhi keluhan kelelahan Laboratorium
D
= Standar Laboratorium
12
BE
E
= Penyakit Akibat Kerja
F
= Analisis resiko K3
G
= Analisis pengaruh K3
Berdasarkan studi literatur akan dibahas penerapan dan penyakit akibat kerja
di laboratorium. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Kimia Pada SMA Negeri Di
Kota
Singaraja:
(Acuan
Pengembangan
Model
Panduan
Pengelolaan
Laboratorium Kimia Berbasis Kearifan Lokal Tri Sakti) melakukan analisis
pengelolaan laboratorium kimia dengan beberapa aspek yaitu proses pengadaan
alat/bahan, proses penggunaan alat/bahan, proses pemeliharaan alat/bahan dan
proses pemusnahan alat/bahan yang telah rusak. Pengadaan alat dan bahan pada
laboratorium dilakukan dengan membuat analisis kebutuhan oleh laboran, kepala
laboratorium dan guru kimia. Penggunaan alat/bahan kimia yang ada di
laboratorium ditujukan kepada pembelajaran siswa dan sebagian kecil digunakan
oleh guru untuk penelitian. Siswa yang menggunakan alat atau bahan diharuskan
mengisi blanko catatan agar tetap terkoordinasi dengan baik. Alat yang telah
digunakan kemudian dicuci dan dirapikan ketempat semula. Pemeliharaan alat
atau bahan perlu dilakukan, pemeliharaan dilakukan oleh laboran, guru dan siswa.
Alat atau bahan yang tidak layak untuk digunakan dapat disimpan di suatu tempat
penyimpanan atau dilakukan pemusnahan. Terdapat teknik pemusnahan untuk alat
dan bahan, dimana jika alat yang rusak dapat dibuang di tempat sampah dan untuk
bahan kimia yang rusak dapat dibuang ke saluran pembuangan khusus.
Pada perencanaan pengadaan alat dan bahan kimia telah sesuai dimana data
keperluan alat dan bahan kimia dibuat oleh guru kimia, ketua laboratorium dan
laboran. Prinsip dari pengadaan alat atau bahan yang diharapkan yaitu sesuai
dengan kebutuhan, lancar dan tepat waktu. Dalam perencanaan alat dan bahan
kimia yang digunakan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Jenis percobaan yang dilakukan.
2. Pemahaman mengenai alat dan bahan yang akan dibeli.
3. Daya listrik yang tersedia.
4. Spesifikasi alat dan bahan yang dibeli.
5. Prosedur pembelian.
13
6. Pelaksaan pembelian.
Penyimpanan alat dan bahan kimia di laboratorium sangatlah penting
dengan memperhatikan ketepatan dan keamanan. Perlu adanya pemahaman
mengenai keamanan, keselamatan kerja dan lingkungan. Alat perlu dilakukan
pemeliharaan dengan beberapa teknik yaitu menyimpan di tempat yang aman,
menjaga kebersihan, menempatkan alat-alat berbentuk set secara khusus dan
menghindarkan pengaruh lingkungan yang dapat merusak. Sedangkan dalam
pemeliharaan bahan kimia diperhatikan sifat dari bahan tersebut. Pertama,
memperhatikan wujud dari bahan padat, cair atau gas dan meletakkannya sesuai
dengan wujudnya. Kedua, bahan yang perlu diletakkan di tempat khusus misalnya
ruang yang dingin berventilasi, wadah tertutup, jauh dari api, disimpan dalam
keadaan tegak berdiri dan sesuai dengan sifat-sifat bahan kimia. Terdapat sifatsifat bahan kimia yang perlu diperhatikan yaitu beracun, korosif, mudah terbakar,
mudah meledak, oksidator, reaktif terhadap air atau asam, gas bertekanan tinggi
dan sensitif terhadap matahari. Terdapat beberapa teknik pembuangan limbah
bahan kimia sebagai berikut:
1. Insenerasi yaitu metode pembuangan limbah dengan oven berputar pada suhu
tinggi.
2. Pada pipa drainase menuju septic tank dengan dialiri air seratus kali jumlah
limbah yang dibuang.
3. Pelepasan uap ke atmosfer dengan cerobong yang relatif tinggi.
4. Bahan yang tidak berbahaya bisa dikubur dalam tanah.
Pada jurnal Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada
Kegiatan Konservasi Di Laboratorium mengungkapkan keselamatan kerja
menjadi perhatian sebelum, selama dan setelah melakukan kegiatan praktikum.
Pedoman tentang keselamatan saat praktikum dirancang untuk mengidentifikasi
dan mengenali kemungkinan adanya keadaan bahaya. Dengan identifikasi dapat
diusahakan untuk menghilangkan potensi bahaya dan jika tidak memungkinkan
untuk dihilangkan kita dapat meminimalisir potensi bahaya tersebut.
Bekerja di laboratorium kimia senantiasa akan berhubungan dengan bahanbahan kimia. Berikut merupakan contoh berbagai bahan kimia yang berpengaruh
14
bagi kesehatan yaitu asphyxian, iritan, zat kimia neurotoksik, zat kimia
hepatotoksik, zat kimia nefrotoksik, zat kimia meracuni darah, zat kimia meracuni
sistem reproduksi, zat penyebab sensitasi kulit dan zat kimia bersifat
karsinogenik. Bahan kimia memiliki informasi yang ditulis secara lengkap dan
terperinci dalam Material Safety Data Sheet (MSDS). MSDS berisikan penjelasan
tingkat bahaya bahan dan tata cara menangani jika terjadi kecelakaan dalam
keadaan darurat. Penyimpanan bahan kimia perlu diperhatikan dimana banyak
terdapat bahan kimia yang mudah terbakar, korosif dan beracun. Prinsip dasar
dalam penyimpanan yang perlu diperhatikan yaitu kondisi ruang penyimpanan,
letak gudang, ventilasinya, terbebas dari sumber penyalaan, suhu ruangan serta
kelembaban ruangan. Saat melakukan kerja di laboratorium hendaknya
menggunakan perlengkapan keselamatan untuk menghindari resiko kecelakaan
kerja. Alat pelindung diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan
saat melakukan kerja di laboratorium. APD yang biasa digunakan saat di
laboratorium adalah pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah,
pelindung tangan, pelindung kaki, pelindung telinga dan jas laboratorium.
Penyakit akibat kerja dapat dicegah desini mungkin dengan adanya beberapa
konsep yaitu:
1. Meningkatkan kesehatan yang dapat dilakukan dengan mengonsumsi
makanan bergizi, lingkungan yang bersih, rekreasi dan pemeriksaan kesehatan
secara berkala.
2. Adanya perlindungan khusus seperti penggunaan APD, imunisasi dan sanitasi
lingkungan.
3. Melakukan diagnosis terhadap penyakit sedini mungkin.
4. Membatasi kemungkinan cacat bagi para pekerja.
5. Pemulihan kembali kesehatan dari pekerja yang cacat atau dalam proses
pemulihan kesehatan
(Salawati, 2015).
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini sebagai berikut:
1. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya pencegahan kecelakaan
dan pemberian perlindungan serta keselamatan bagi orang-orang yang bekerja
16
serta mengamankan peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan, sehingga
tercipta sebuah kenyamanan dan ketenangan dalam proses pekerjaan. Aspek
kesehatan dan keselamatan kerja memiliki ruang lingkup yaitu manusia
sebagai subjek dan seluruh objek pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang
pekerja.
2. Dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan sistem manajemen K3 yaitu
terdapat pada Undang-Undang, Keputusan Presiden, Peraturan dan Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Surat Edaran Dirjen Binawas.
3. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Perlunya pengawasan terhadap K3 saat pelaksanaan suatu kegiatan yang
memiliki bahaya dan resiko terutama di laboratorium.
2. Pelaksanaan system manajemen K3 harus didasari oleh berbagai hukum yang
terkait.
3. Kegiatan yang dilakukan seharusnya melaksanakan sistem K3 untuk
pencegahan terjadinya PAK.
BAB VI
RINGKASAN DAN CONTOH SOAL
6.1 Ringkasan
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antara Negara
pada era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT tahun 2020 yang harus
dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk Indonesia. Kesehatan dan
17
keselamatan kerja merupakan upaya pencegahan kecelakaan dan pemberian
perlindungan
serta
keselamatan
bagi
orang-orang
yang
bekerja
serta
mengamankan peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan, sehingga tercipta
sebuah kenyamanan dan ketenangan dalam proses pekerjaan. Penyelenggaraan
program K3 merupakan salah satu bentuk perlindungan kepada tenaga kerja yang
bertujuan mewujudkan produktivitas kerja yang optimal serta melindungi tenaga
kerja dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatannya. Tempat
kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No.23/1992 tentang kesehatan yang apabila tempat kerja tersebut
memiliki risiko bahaya kesehatan.
6.2 Contoh Soal
Berikut 5 contoh soal:
1. Apa yang dimaksud dengan K3?
Jawab:
K3 merupakan upaya pencegahan kecelakaan dan pemberian perlindungan
serta keselamatan bagi orang-orang yang bekerja serta mengamankan
peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan, sehingga tercipta sebuah
kenyamanan dan ketenangan dalam proses pekerjaan.
2. Sebutkan apa saja ruang lingkup dari aspek K3!
Jawab:
Aspek K3 memiliki ruang lingkup yaitu manusia sebagai subjek dan seluruh
objek pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang pekerja.
3. Apasaja cakupan dari keselamatan kerja?
Jawab:
Cakupannya sangat luas, hampir menyentuh segala aspek dalam setiap usaha
atau pekerjaan.
4. Apa yang dimaksud dengan PAK?
Jawab:
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja.
18
5. Sebutkan dan jelaskan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja
berdasarkan jenisnya!
Jawab :
Penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja berdasarkan jenisnya sebagai
berikut.
a. Golongan fisik yaitu bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi,
penerangan dan lain-lain.
b. Golongan kimiawi yaitu semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas,
larutan, kabut dan lain-lain.
c. Golongan biologik yaitu bakteri, virus, jamur, dan lain-lain.
d. Golongan fisiologik/ergonomik yaitu desain tempat kerja dan beban kerja.
e. Golongan psikososial yaitu stres, monotomi kerja serta tuntutan pekerjan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2010. Standar Laboratorium Analis Kesehatan. Pendidikan Tenaga
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Badan PPSDM Kesehatan Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Anonim2. 2011. Pedoman Umum K3 Laboratorium. Program Studi Teknik Fisika,
FTI – ITB.
Ardani, dkk. 2013. Analisis Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada
Pekerja Divisi Mill Boiler (Studi Kasus di PT Laju Perdana Indah PG
19
Pakis Baru, Pati). Program Studi Teknik Industri Universitas
Diponegoro.
Brata, Y. H. I. 2013. Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada
Kegiatan Konservasi Di Laboratorium. Jurnal Saringan No. 2.
Badraningsih L dan Enny Zuhny K. 2015. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Fathimahhayati, dkk. 2015. Analisis Potensi Bahaya dengan Metode Job Safety
Analysis (JSA) sebagai Upaya Penerapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Laboratorium X. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi.
Vol. 4 No. 1.
Grahanintyas, D dkk. 2012. Analisa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Pabrik Teh
Wonosari PTPN XII). JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1,
(2012) 1-6.
Mauliku N. E. 2011. Kajian Analisis Penerapan Sistem Manajemen K3RS Di
Rumah Sakit Immanuel Bandung. Jurnal Kesehatan Kartika. Hal. 35-47
Nisa, A. Z dan Tri Martiana. 2013. Faktor Yang Memengaruhi Keluhan Kelelahan
Pada Teknisi Gigi Di Laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health. Vol. 2 No. 1 Hal. 61–66.
Novrianti, R. R dan Rida Respati. 2014. Analisis Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) Pada Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan Lingkar Luar
Kota Palangka Raya. MEDIA ILMIAH TEKNIK SIPIL. Vol. 3 No. 1.
Salawati, Liza. 2015. Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala Vol. 15 No. Hal. 91-95.
Saranaung, S dan Johan Josephus, S. H. R. Ticoalu. 2013. Analisis Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Pencegahan Terjadinya
Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Rs Prof. Dr V.L Ratumbuysang
Manado.
20
Sukriati. 2010. Membina Perilaku Kerja Sehat Mahasiswa Dengan Menerapkan
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Laboratorium. Jurnal
Kajian Perempuan Bunga Wellu Vol. 7 No. 1 Hal. 53 – 61.
Sunarto. 2010. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Laboratorium Kimia.
Pendidikan Kimia FMIPA UNY Yogyakarta. Hal 1-10.
Ukhisia, B. G. dkk. 2013. Analisis Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Terhadap Produktivitas Karyawan Dengan Metode Partial Least
Squares. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 2 Hal. 95-104.
Wiratma, I. G. L dan I Wayan Subagia. 2014. Pengelolaan Laboratorium Kimia
Pada SMA Negeri Di Kota Singaraja: (Acuan Pengembangan Model
Panduan Pengelolaan Laboratorium Kimia Berbasis Kearifan Lokal Tri
Sakti). Jurnal Pendidikan Indonesia ISSN: 2303-288X Vol. 3 No. 2.
INDEKS
Aktivitas, 1, 4
Analisis, 5, 10, 11, 13
Aspek, 2, 4, 5, 13, 17, 18, 19
Biologik, 6, 8
Diagnosis, 13
Ekonomi, 1, 18
Fisik, 6, 8
21
Hukum, 2, 4, 5, 17
Imunisasi, 13
Indonesia, 1, 5, 10, 11, 18
Kecelakaan, 1, 2, 4, 8, 10, 17, 18
Kesehatan, 1, 2, 3, 18
Keselamatan, 1, 2, 4, 5, 8, 10, 11, 14, 15
Kmiawi, 6, 8
Korosif, 6, 12, 14, 15
Manajemen, 1, 2, 5, 10, 12, 14, 17
Menteri, 5, 6
Oksidator, 14
Pemerintah, 1, 5
Psikososial, 6
Racun, 6, 8, 9, 14, 15
Resiko, 2, 8, 13, 15
Sanitasi, 13
Waktu, 4, 13
Zat kimia, 15
22
PENGANTAR KESEHATAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT
KERJA DI LABORATORIUM
OLEH:
GUSTI INDAH HAYATI
H1D112015
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
1
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya jualah makalah yang berjudul “Pengantar Kesehatan Kerja dan
Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium” dapat terselesaikan tepat waktu dan
berjalan lancar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada
makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dan
konstruktif sangat diperlukan sekali oleh penulis agar nanti dapat bermanfaat
untuk kedepannya. Akhir kata, penulis hanya bisa berharap semoga makalah ini
dapat kita ambil manfaatnya baik untuk masa sekarang maupun dimasa yang akan
datang. Amin.
Banjarbaru, Maret 2016
Penulis
2
DAFTAR ISI
STRUKTUR.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Makalah................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Aspek K3..................................................................... 4
2.2 Dasar Hukum Pelaksanaan Sistem Manajemen K3............................. 5
2.4 Penyakit Akibat Kerja.......................................................................... 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi................................................................................................ 9
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan.............................................................................................. 12
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 17
5.2 Saran.................................................................................................. 17
BAB VI RINGKASAN DAN CONTOH SOAL
6.1 Ringkasan........................................................................................... 18
6.2 Contoh Soal........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
2
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Penyebab Penyakit Akibat Kerja.................................................... 6
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Diagram Alir Kegiatan........................................................... 9
Gambar 4.1 Skema Literatur..................................................................................11
4
DAFTAR SINGKATAN
APD
GATT
K3
MSDS
PAK
RI
SE
SK
UU
UV
WTO
= Alat Pelindung Diri
= General Agreement on Tariffs and Trade
= Kesehatan dan Keselamatan Kerja
= Material Safety Data Sheet
= Penyakit Akibar Kerja
= Republik Indonesia
= Surat Edaran
= Surat Keputusan
= Undang-Undang
= Ultra Violet
= World Trade Organization
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antara Negara
pada era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT tahun 2020 yang harus
dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk Indonesia (Saranaung dan Johan,
2013). Untuk mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, maka
telah ditetapkan visi Indonesia sehat 2010 dengan berdasar Departemen
Kesehatan RI tahun 2002 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan,
yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Sukriati, 2013). Masalah Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah
tetapi tanggung jawab dari semua pihak terutama pengusaha tenaga kerja dan
masyarakat (Respati dan Novrianti, 2014).
Penyelenggaraan program K3 merupakan salah satu bentuk perlindungan
kepada tenaga kerja yang bertujuan mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
serta melindungi tenaga kerja dari risiko yang membahayakan kesehatan dan
keselamatannya. Tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.23/1992 tentang kesehatan, bahwa
apabila tempat kerja tersebut memiliki risiko bahaya kesehatan dan atau
mempunyai pekerja paling sedikit 100 orang. Dalam penyelenggaraan program
K3 tidak terlepas dari peranan manajemen melalui pendekatan yang berbentuk
kebijakan pihak pengelola dalam penerapan K3 (Mauliku, 2011).
Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan suatu
aktivitas, termasuk di laboratorium. Apabila potensi bahaya tersebut tidak
dikendalikan dengan tepat, maka akan dapat menyebabkan sakit, cidera, dan
bahkan kecelakaan yang serius. Pada tahun 2012 disetiap harinya terdapat 9 orang
peserta Jamsostek yang meninggal akibat kecelakaan kerja, terdapat 103.000
kasus kecelakaan kerja pada tahun 2012 menurut Metronews.com, Jakarta, 28
1
Februari 2013 (Saranaung dan Johan, 2013). Kecelakaan kerja dapat terjadi di
setiap tipe laboratorium dan biasanya melibatkan tenaga kerja yang bekerja di
dalam bangunan dan peralatan laboratorium serta masyarakat sekitar. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka upaya untuk mencegah dan mengurangi resiko yang
mungkin timbul akibat proses pekerjaan perlu segera dilakukan, sehingga
kesehatan dan keselamatan kerja dapat tercapai (Fathimahhayati dkk, 2015).
Kecelakaan dalam kerja dapat disebebkan oleh kelelahan yang menurut Aisbet
(2007) dalam Nisa dan Tri merupakan masalah yang dapat mengancam kualitas
hidup, konsentrasi dapat menurun karena kelelahan pada saat bekerja yang
nantinya akan mengakibatkan kecelakaan kerja terjadi (Nisa dan Tri, 2013).
Keselamatan kerja di laboratorium perlu diinformasikan secara cukup (tidak
berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan
akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Dimana laboratorium
merupakan ruangan yang dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan
aktifitas yang berkaitan dengan fungsi-fungsi pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat (Anonim1, 2011). Hal tersebut perlu dijelaskan
berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan dan menjaga keselamatan
orang disekitarnya (Sunarto, 2010).
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan K3 berserta aspeknya?
2. Apa saja dasar hukum pelaksanaan sistem manajemen K3?
3. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Akibat Kerja?
1.3
Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dan aspek K3.
2. Mengetahui apa saja dasar hukum pelaksanaan sistem manajemen K3.
3. Mengetahui pengertian penyakit akibat kerja serta mengetahui berbagai
jenisnya dan penyakit yang akan ditimbulkannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1
Pengertian dan Aspek K3
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kondisi keharusan di dalam
mencegah terjadinya kecelakaan pada waktu bekerja. Kecelakaan dalam
lingkungan kerja merupakan gangguan yang dapat menghambat dan merugikan
ataupun mengganggu rencana dan proses kerja. Yahya (2003:4) dalam Sukriati
mengemukakan pengertian tentang kesehatan dan keselamatan kerja yaitu kata
kesehatan berasal dari kata sehat yang artinya tidak mengalami suatu penyakit.
Kerja adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan
sesuatu produk, jadi kesehatan kerja adalah suatu keadaan dimana kesehatan
kerja, lingkungan kerja dan hasil kerja yang dihasilkan kondisinya sehat (Sukriati,
2013).
Pengertian secara terperinci selanjutnya oleh Suma'mur (1994:1) dalam
Sukriati memberikan defenisi keselamatan kerja adalah keselamatan dengan
mesin-mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan dan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Berdasarkan penjelasan kesehatan dan keselamatan kerja tidak lain merupakan
upaya pencegahan kecelakaan dan pemberian perlindungan serta keselamatan bagi
orang-orang yang bekerja serta mengamankan peralatan yang dipergunakan dalam
pekerjaan, sehingga tercipta sebuah kenyamanan dan ketenangan dalam proses
pekerjaan (Sukriati, 2013). Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam
perusahaan tidak terlepas dari adanya masalah yang berkaitan dengan K3. Hal ini
merujuk pada perlindungan tenaga kerja dari bahaya, penyakit dan kecelakaan
akibat kerja maupun lingkungan kerja (Grahanintyas dkk, 2012).
Aspek kesehatan dan keselamatan kerja memiliki ruang lingkup yaitu
manusia sebagai subjek dan seluruh objek pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang pekerja. Dalam Pasal 2 Ayat 1 UU No 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja mengatur tempat kerja baik di darat, dalam tanah, di permukaan
air, maupun di udara yang berada dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia. Oleh karena itu, keselamatan kerja cakupannya sangat luas, hampir
menyentuh segala aspek dalam setiap usaha atau pekerjaan (Sukriati, 2013).
4
2.2
Dasar Hukum Pelaksanaan Sistem Manajemen K3
Berikut dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan sistem manajemen K3
antara lain:
a. UU No. 1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
b. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
c. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep-51/Men/1999 Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep-187/Men/1999 Tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
f. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
g. Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan APD.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.05/Men/1996 tentang Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
i. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja.
j. Keputusan Menteri Kesehatan No.876/Menkes/SK/IX/VIII/2001 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Lingkungan.
k. Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.1217/Menkes/SK/IX/2001
tentang
Pedoman Penanganan Dampak Radiasi.
l. Keputusan Menteri Kesehatan No.1405/MENKES/SK/IX/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
m. Keputusan Menteri kesehatan No.315/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan.
n. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.08/VII/2010 tentang
APD
(Anonim2, 2011).
2.3
Penyakit Akibat Kerja
5
Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja (Salawati, 2015). Faktor-faktor yang menjadi
penyebab PAK serta berisiko menjadi penyebab harus segera diketahui dan
dikendalikan dengan benar sehingga dampaknya akan dapat diminimalisir sekecil
mungkin (Ardani dkk, 2013). Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi
di tempat kerja, berikut beberapa jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab
dari penyakit yang ada di tempat kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis Penyebab Penyakit Akibat Kerja
No.
Jenis
Penyebab PAK
bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara,
1.
Golongan fisik
2.
Golongan kimiawi
3.
Golongan biologik
bakteri, virus, jamur, dan lain-lain
4.
5.
Golongan fisiologik/ergonomik
Golongan psikososial
desain tempat kerja dan beban kerja
stres, monotomi kerja serta tuntutan pekerjan
vibrasi, penerangan dan lain-lain
semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas,
larutan, kabut dan lain-lain
(Badraningsih dan Enny, 2015).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No. 22/1993 terdapat 31 jenis penyakit
akibat kerja yaitu sebagai berikut:
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
6
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya
yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan produk atau residu dari zat
tersebut.
7
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat
(Salawati, 2015).
Apabila tingkat keselamatan kerja tinggi, maka kecelakaan dapat
diminimakan, diantaranya kecelakaan yang menyebabkan sakit, cacat, dan
kematian. Sebaliknya, apabila keselamatan kerja rendah, maka hal tersebut akan
berpengaruh buruk terhadap kesehatan sehingga berakibat pada produktivitas
yang menurun (Ukhisia dkk, 2013). Kelengkapan kerja yang wajib digunakan
berupa alat pelindung diri (APD) dimana harus sesuai dengan bahaya dan resiko
kerja agar keselamatan pekerja, lingkungan dan orang disekitarnya terjaga (Brata,
2013).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada makalah ini metodologi yang digunakan yaitu studi literatur dari
jurnal yang berjudul ”Pengelolaan Laboratorium Kimia Pada SMA Negeri Di
Kota
Singaraja:
(Acuan
Pengembangan
8
Model
Panduan
Pengelolaan
Laboratorium Kimia Berbasis Kearifan Lokal Tri Sakti)” (Wiratma, 2014) dan
“Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan” (Salawati, 2015). Secara umum tahapan
diagram alir proses pada Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Skema Diagram Alir Kegiatan
Berdasarkan metodologi dengan studi literatur, maka jurnal-jurnal yang
digunakan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Standar Laboratorium Analis Kesehatan. Pendidikan Tenaga Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Badan PPSDM Kesehatan Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan (Anonim1, 2010).
2. Pedoman Umum K3 Laboratorium. Program Studi Teknik Fisika, FTI – ITB
(Anonim2, 2011).
3. Analisis Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Divisi Mill
Boiler (Studi Kasus di PT Laju Perdana Indah PG Pakis Baru, Pati). Program
Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro (Ardani dkk, 2013).
4. Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Kegiatan
Konservasi Di Laboratorium. Jurnal Saringan No. 2 (Brata, 2013).
9
5. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
(Badraningsih dan Enny, 2015).
6. Analisis Potensi Bahaya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) sebagai
Upaya Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium X.
Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi. Vol. 4 No. 1 (Fathimahhayati
dkk, 2015).
7. Analisa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Meningkatkan
Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Pabrik Teh Wonosari PTPN XII). JURNAL
TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 (Grahanintyas dkk, 2012).
8. Kajian Analisis Penerapan Sistem Manajemen K3RS Di Rumah Sakit
Immanuel Bandung. Jurnal Kesehatan Kartika. Hal. 35-47 (Mauliku, 2011).
9. Faktor Yang Memengaruhi Keluhan Kelelahan Pada Teknisi Gigi Di
Laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety
and Health. Vol. 2 No. 1 Hal. 61–66 (Nisa dan Tri, 2013).
10. Analisis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Paket Pekerjaan
Pembangunan Jalan Lingkar Luar Kota Palangka Raya. MEDIA ILMIAH
TEKNIK SIPIL. Vol. 3 No. 1 (Novrianti dan Rida, 2014).
11. Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol.
15 No. Hal. 91-95 (Salawati, 2015).
12. Analisis Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Pencegahan
Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Rs Prof. Dr V.L Ratumbuysang
Manado (Saranaung dan Johan, 2013).
13. Membina Perilaku Kerja Sehat Mahasiswa Dengan Menerapkan Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Laboratorium. Jurnal Kajian Perempuan
Bunga Wellu Vol. 7 No. 1 Hal. 53 – 61 (Sukriati, 2010).
14. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Laboratorium Kimia. Pendidikan Kimia
FMIPA UNY Yogyakarta. Hal 1-10 (Sunarto, 2010).
15. Analisis Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas
Karyawan Dengan Metode Partial Least Squares. Jurnal Teknologi Pertanian
Vol. 14 No. 2 Hal. 95-104 (Ukhisia dkk, 2013).
10
16. Pengelolaan Laboratorium Kimia Pada SMA Negeri Di Kota Singaraja:
(Acuan Pengembangan Model Panduan Pengelolaan Laboratorium Kimia
Berbasis Kearifan Lokal Tri Sakti). Jurnal Pendidikan Indonesia ISSN: 2303288X Vol. 3 No. 2 (Wiratma dan I Wayan, 2014).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut skema studi literatur jurnal makalah ini pada Gambar 4.1 berikut.
11
A
B
B
B
B
B
C
D
Studi Literatur
Jurnal
B
B
E
E
B
F
G
B
Gambar 4.1 Skema Literatur
Keterangan:
A
= Manajemen K3
B
= Penerapan K3 Laboratorium
C
= Faktor mempengaruhi keluhan kelelahan Laboratorium
D
= Standar Laboratorium
12
BE
E
= Penyakit Akibat Kerja
F
= Analisis resiko K3
G
= Analisis pengaruh K3
Berdasarkan studi literatur akan dibahas penerapan dan penyakit akibat kerja
di laboratorium. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Kimia Pada SMA Negeri Di
Kota
Singaraja:
(Acuan
Pengembangan
Model
Panduan
Pengelolaan
Laboratorium Kimia Berbasis Kearifan Lokal Tri Sakti) melakukan analisis
pengelolaan laboratorium kimia dengan beberapa aspek yaitu proses pengadaan
alat/bahan, proses penggunaan alat/bahan, proses pemeliharaan alat/bahan dan
proses pemusnahan alat/bahan yang telah rusak. Pengadaan alat dan bahan pada
laboratorium dilakukan dengan membuat analisis kebutuhan oleh laboran, kepala
laboratorium dan guru kimia. Penggunaan alat/bahan kimia yang ada di
laboratorium ditujukan kepada pembelajaran siswa dan sebagian kecil digunakan
oleh guru untuk penelitian. Siswa yang menggunakan alat atau bahan diharuskan
mengisi blanko catatan agar tetap terkoordinasi dengan baik. Alat yang telah
digunakan kemudian dicuci dan dirapikan ketempat semula. Pemeliharaan alat
atau bahan perlu dilakukan, pemeliharaan dilakukan oleh laboran, guru dan siswa.
Alat atau bahan yang tidak layak untuk digunakan dapat disimpan di suatu tempat
penyimpanan atau dilakukan pemusnahan. Terdapat teknik pemusnahan untuk alat
dan bahan, dimana jika alat yang rusak dapat dibuang di tempat sampah dan untuk
bahan kimia yang rusak dapat dibuang ke saluran pembuangan khusus.
Pada perencanaan pengadaan alat dan bahan kimia telah sesuai dimana data
keperluan alat dan bahan kimia dibuat oleh guru kimia, ketua laboratorium dan
laboran. Prinsip dari pengadaan alat atau bahan yang diharapkan yaitu sesuai
dengan kebutuhan, lancar dan tepat waktu. Dalam perencanaan alat dan bahan
kimia yang digunakan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Jenis percobaan yang dilakukan.
2. Pemahaman mengenai alat dan bahan yang akan dibeli.
3. Daya listrik yang tersedia.
4. Spesifikasi alat dan bahan yang dibeli.
5. Prosedur pembelian.
13
6. Pelaksaan pembelian.
Penyimpanan alat dan bahan kimia di laboratorium sangatlah penting
dengan memperhatikan ketepatan dan keamanan. Perlu adanya pemahaman
mengenai keamanan, keselamatan kerja dan lingkungan. Alat perlu dilakukan
pemeliharaan dengan beberapa teknik yaitu menyimpan di tempat yang aman,
menjaga kebersihan, menempatkan alat-alat berbentuk set secara khusus dan
menghindarkan pengaruh lingkungan yang dapat merusak. Sedangkan dalam
pemeliharaan bahan kimia diperhatikan sifat dari bahan tersebut. Pertama,
memperhatikan wujud dari bahan padat, cair atau gas dan meletakkannya sesuai
dengan wujudnya. Kedua, bahan yang perlu diletakkan di tempat khusus misalnya
ruang yang dingin berventilasi, wadah tertutup, jauh dari api, disimpan dalam
keadaan tegak berdiri dan sesuai dengan sifat-sifat bahan kimia. Terdapat sifatsifat bahan kimia yang perlu diperhatikan yaitu beracun, korosif, mudah terbakar,
mudah meledak, oksidator, reaktif terhadap air atau asam, gas bertekanan tinggi
dan sensitif terhadap matahari. Terdapat beberapa teknik pembuangan limbah
bahan kimia sebagai berikut:
1. Insenerasi yaitu metode pembuangan limbah dengan oven berputar pada suhu
tinggi.
2. Pada pipa drainase menuju septic tank dengan dialiri air seratus kali jumlah
limbah yang dibuang.
3. Pelepasan uap ke atmosfer dengan cerobong yang relatif tinggi.
4. Bahan yang tidak berbahaya bisa dikubur dalam tanah.
Pada jurnal Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada
Kegiatan Konservasi Di Laboratorium mengungkapkan keselamatan kerja
menjadi perhatian sebelum, selama dan setelah melakukan kegiatan praktikum.
Pedoman tentang keselamatan saat praktikum dirancang untuk mengidentifikasi
dan mengenali kemungkinan adanya keadaan bahaya. Dengan identifikasi dapat
diusahakan untuk menghilangkan potensi bahaya dan jika tidak memungkinkan
untuk dihilangkan kita dapat meminimalisir potensi bahaya tersebut.
Bekerja di laboratorium kimia senantiasa akan berhubungan dengan bahanbahan kimia. Berikut merupakan contoh berbagai bahan kimia yang berpengaruh
14
bagi kesehatan yaitu asphyxian, iritan, zat kimia neurotoksik, zat kimia
hepatotoksik, zat kimia nefrotoksik, zat kimia meracuni darah, zat kimia meracuni
sistem reproduksi, zat penyebab sensitasi kulit dan zat kimia bersifat
karsinogenik. Bahan kimia memiliki informasi yang ditulis secara lengkap dan
terperinci dalam Material Safety Data Sheet (MSDS). MSDS berisikan penjelasan
tingkat bahaya bahan dan tata cara menangani jika terjadi kecelakaan dalam
keadaan darurat. Penyimpanan bahan kimia perlu diperhatikan dimana banyak
terdapat bahan kimia yang mudah terbakar, korosif dan beracun. Prinsip dasar
dalam penyimpanan yang perlu diperhatikan yaitu kondisi ruang penyimpanan,
letak gudang, ventilasinya, terbebas dari sumber penyalaan, suhu ruangan serta
kelembaban ruangan. Saat melakukan kerja di laboratorium hendaknya
menggunakan perlengkapan keselamatan untuk menghindari resiko kecelakaan
kerja. Alat pelindung diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan
saat melakukan kerja di laboratorium. APD yang biasa digunakan saat di
laboratorium adalah pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah,
pelindung tangan, pelindung kaki, pelindung telinga dan jas laboratorium.
Penyakit akibat kerja dapat dicegah desini mungkin dengan adanya beberapa
konsep yaitu:
1. Meningkatkan kesehatan yang dapat dilakukan dengan mengonsumsi
makanan bergizi, lingkungan yang bersih, rekreasi dan pemeriksaan kesehatan
secara berkala.
2. Adanya perlindungan khusus seperti penggunaan APD, imunisasi dan sanitasi
lingkungan.
3. Melakukan diagnosis terhadap penyakit sedini mungkin.
4. Membatasi kemungkinan cacat bagi para pekerja.
5. Pemulihan kembali kesehatan dari pekerja yang cacat atau dalam proses
pemulihan kesehatan
(Salawati, 2015).
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini sebagai berikut:
1. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya pencegahan kecelakaan
dan pemberian perlindungan serta keselamatan bagi orang-orang yang bekerja
16
serta mengamankan peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan, sehingga
tercipta sebuah kenyamanan dan ketenangan dalam proses pekerjaan. Aspek
kesehatan dan keselamatan kerja memiliki ruang lingkup yaitu manusia
sebagai subjek dan seluruh objek pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang
pekerja.
2. Dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan sistem manajemen K3 yaitu
terdapat pada Undang-Undang, Keputusan Presiden, Peraturan dan Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Surat Edaran Dirjen Binawas.
3. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Perlunya pengawasan terhadap K3 saat pelaksanaan suatu kegiatan yang
memiliki bahaya dan resiko terutama di laboratorium.
2. Pelaksanaan system manajemen K3 harus didasari oleh berbagai hukum yang
terkait.
3. Kegiatan yang dilakukan seharusnya melaksanakan sistem K3 untuk
pencegahan terjadinya PAK.
BAB VI
RINGKASAN DAN CONTOH SOAL
6.1 Ringkasan
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antara Negara
pada era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT tahun 2020 yang harus
dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk Indonesia. Kesehatan dan
17
keselamatan kerja merupakan upaya pencegahan kecelakaan dan pemberian
perlindungan
serta
keselamatan
bagi
orang-orang
yang
bekerja
serta
mengamankan peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan, sehingga tercipta
sebuah kenyamanan dan ketenangan dalam proses pekerjaan. Penyelenggaraan
program K3 merupakan salah satu bentuk perlindungan kepada tenaga kerja yang
bertujuan mewujudkan produktivitas kerja yang optimal serta melindungi tenaga
kerja dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatannya. Tempat
kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No.23/1992 tentang kesehatan yang apabila tempat kerja tersebut
memiliki risiko bahaya kesehatan.
6.2 Contoh Soal
Berikut 5 contoh soal:
1. Apa yang dimaksud dengan K3?
Jawab:
K3 merupakan upaya pencegahan kecelakaan dan pemberian perlindungan
serta keselamatan bagi orang-orang yang bekerja serta mengamankan
peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan, sehingga tercipta sebuah
kenyamanan dan ketenangan dalam proses pekerjaan.
2. Sebutkan apa saja ruang lingkup dari aspek K3!
Jawab:
Aspek K3 memiliki ruang lingkup yaitu manusia sebagai subjek dan seluruh
objek pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang pekerja.
3. Apasaja cakupan dari keselamatan kerja?
Jawab:
Cakupannya sangat luas, hampir menyentuh segala aspek dalam setiap usaha
atau pekerjaan.
4. Apa yang dimaksud dengan PAK?
Jawab:
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja.
18
5. Sebutkan dan jelaskan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja
berdasarkan jenisnya!
Jawab :
Penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja berdasarkan jenisnya sebagai
berikut.
a. Golongan fisik yaitu bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi,
penerangan dan lain-lain.
b. Golongan kimiawi yaitu semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas,
larutan, kabut dan lain-lain.
c. Golongan biologik yaitu bakteri, virus, jamur, dan lain-lain.
d. Golongan fisiologik/ergonomik yaitu desain tempat kerja dan beban kerja.
e. Golongan psikososial yaitu stres, monotomi kerja serta tuntutan pekerjan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2010. Standar Laboratorium Analis Kesehatan. Pendidikan Tenaga
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Badan PPSDM Kesehatan Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Anonim2. 2011. Pedoman Umum K3 Laboratorium. Program Studi Teknik Fisika,
FTI – ITB.
Ardani, dkk. 2013. Analisis Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada
Pekerja Divisi Mill Boiler (Studi Kasus di PT Laju Perdana Indah PG
19
Pakis Baru, Pati). Program Studi Teknik Industri Universitas
Diponegoro.
Brata, Y. H. I. 2013. Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada
Kegiatan Konservasi Di Laboratorium. Jurnal Saringan No. 2.
Badraningsih L dan Enny Zuhny K. 2015. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Fathimahhayati, dkk. 2015. Analisis Potensi Bahaya dengan Metode Job Safety
Analysis (JSA) sebagai Upaya Penerapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Laboratorium X. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi.
Vol. 4 No. 1.
Grahanintyas, D dkk. 2012. Analisa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Pabrik Teh
Wonosari PTPN XII). JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1,
(2012) 1-6.
Mauliku N. E. 2011. Kajian Analisis Penerapan Sistem Manajemen K3RS Di
Rumah Sakit Immanuel Bandung. Jurnal Kesehatan Kartika. Hal. 35-47
Nisa, A. Z dan Tri Martiana. 2013. Faktor Yang Memengaruhi Keluhan Kelelahan
Pada Teknisi Gigi Di Laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health. Vol. 2 No. 1 Hal. 61–66.
Novrianti, R. R dan Rida Respati. 2014. Analisis Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) Pada Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan Lingkar Luar
Kota Palangka Raya. MEDIA ILMIAH TEKNIK SIPIL. Vol. 3 No. 1.
Salawati, Liza. 2015. Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala Vol. 15 No. Hal. 91-95.
Saranaung, S dan Johan Josephus, S. H. R. Ticoalu. 2013. Analisis Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Pencegahan Terjadinya
Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Rs Prof. Dr V.L Ratumbuysang
Manado.
20
Sukriati. 2010. Membina Perilaku Kerja Sehat Mahasiswa Dengan Menerapkan
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Laboratorium. Jurnal
Kajian Perempuan Bunga Wellu Vol. 7 No. 1 Hal. 53 – 61.
Sunarto. 2010. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Laboratorium Kimia.
Pendidikan Kimia FMIPA UNY Yogyakarta. Hal 1-10.
Ukhisia, B. G. dkk. 2013. Analisis Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Terhadap Produktivitas Karyawan Dengan Metode Partial Least
Squares. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 2 Hal. 95-104.
Wiratma, I. G. L dan I Wayan Subagia. 2014. Pengelolaan Laboratorium Kimia
Pada SMA Negeri Di Kota Singaraja: (Acuan Pengembangan Model
Panduan Pengelolaan Laboratorium Kimia Berbasis Kearifan Lokal Tri
Sakti). Jurnal Pendidikan Indonesia ISSN: 2303-288X Vol. 3 No. 2.
INDEKS
Aktivitas, 1, 4
Analisis, 5, 10, 11, 13
Aspek, 2, 4, 5, 13, 17, 18, 19
Biologik, 6, 8
Diagnosis, 13
Ekonomi, 1, 18
Fisik, 6, 8
21
Hukum, 2, 4, 5, 17
Imunisasi, 13
Indonesia, 1, 5, 10, 11, 18
Kecelakaan, 1, 2, 4, 8, 10, 17, 18
Kesehatan, 1, 2, 3, 18
Keselamatan, 1, 2, 4, 5, 8, 10, 11, 14, 15
Kmiawi, 6, 8
Korosif, 6, 12, 14, 15
Manajemen, 1, 2, 5, 10, 12, 14, 17
Menteri, 5, 6
Oksidator, 14
Pemerintah, 1, 5
Psikososial, 6
Racun, 6, 8, 9, 14, 15
Resiko, 2, 8, 13, 15
Sanitasi, 13
Waktu, 4, 13
Zat kimia, 15
22