PROSES ADOPSI UNITED NATIONS CONVENTION

PROSES ADOPSI UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST
CORRUPTION TERKAIT REGULASI KORUPSI DI INDONESIA TAHUN
2009-2013
Intandri Swarga Ahinta Ikatami / 105120403111003
Prodi Hubungan Internasional
FISIP Universitas Brawijaya

ABSTRACT
Current problems of corruption in the global attention it is caused from the
magnitude of the impact of corruption to be borne by each country. Along with the
development of a more advanced age, the types of corruption are increasingly diverse
not only national in scope but internationally. Based on the urgency that the United
Nations (UN) to form the United Nations Convention Against Corruption (UNCAC)
as the first global efforts in eradicating corruption. The problem of corruption is in the
experience of developing countries, especially Indonesia.
Indonesia has ratified the United Nations Convention Against Corruption
(UNCAC) in 2006. As one of the countries participants of the UNCAC Indonesia has
the obligation and responsibility to adopt domestic policies into the UNCAC. To be
able to know the process of the adoption of the UNCAC in Indonesia it can be seen
from an operating system that is in the concept of international law which is a source
of international law, actor, jurisdiction, and court/institution.


Keywords: Convention, corruption, UNCAC ratification, international law,
international legal sources, actor, jurisdiction, court/institution

A. PENDAHULUAN
Permasalahan korupsi mulai
diangkat menjadi isu penting dalam
dunia
Internasional.
Hal
ini
dikarenakan korupsi memiliki dampak
yang sangat buruk tidak hanya bagi
negara-negara berkembang melainkan
masalah bagi negara-negara maju.
Secara tidak langsung dampak dari
korupsi bagi negara adalah

melemahkan sistem demokrasi dan
supremasi hukum. 1 Besarnya dampak

negatif yang ditimbulkan dari korupsi
maka pada saat ini korupsi merupakan
masalah krusial yang mengancam
perkembangan kemajuan suatu negara.

1

United Nation Convention
Corruption Treaties: Foreword, pdf

Against

Perubahan fokus internasional
terhadap isu korupsi awalnya dipicu
oleh beberapa tindak korupsi yang
dilakukan oleh para pemimpin negara.
Tindak korupsi yang dilakukan oleh
para pemimpin negara seringkali
menimbulkan
dampak

buruk
khususnya bagi negara berkembang.
Hal ini dikarenakan tindak kejahatan
korupsi yang dilakukan pemerintah
melebihi kekayaan negara yang telah
disalahgunakan untuk kepentingan
pribadi.2
Diawali dengan terungkapnya
beberapa kasus tindakan korupsi oleh
Transparency International yang
dilakukan oleh Presiden Filipina
Ferdinan Marcos pada tahun 1986
yang menyalahgunakan kekuasaannya
sebagai seorang presiden dengan
melakukan pencurian penerimaan
negara dan sebagian diinvestasikan
dalam
bentuk
emas
batangan.

Terhitung mulai awal Ferdinan Marcos
menjabat sebagai Presiden Filipina
pada tahun 1965 hingga 1986 Ferdinan
Marcos telah mengkorupsi kekayaan
negaranya sebesar US$5 miliar hingga
10 miliar. Dikarenakan besarnya
jumlah
kekayaan
negara
yang
dikorupsi oleh Ferdinan Marcos,
Guinnes
book
of
records
memasukkannya sebagai salah satu
pencuri kekayaan negara terbesar
sepanjang sejarah.3
Tindak korupsi yang dilakukan
oleh pemerintah tidak hanya dilakukan

oleh Ferdinan Marcos, Mobutu sese
2

Prof.Drs. Budi Winarno, MA,PhD.2011.”Isuisu global kontemporer”.Caps: Yogyakarta.
3
Beberapa Pemimpin Terkorup di Dunia,
oleh: Figur, Vol XXVII/TH.2008, Hal 22

seko yang merupakan presiden dari
Zaire telah mengkorupsi kekayaan
negaranya sebesar US$5 miliar. Selain
itu ada Presiden Nigeria yakni Sani
Abacha yang mengkorupsi sebesar
US$2 hingga 5 miliar, Presiden
Yugoslavia
Slobodan
yang
mengkorupsi sebesar US$1 miliar,
Presiden Haiti J-C Duvailer yang
melakukan korupsi sebesar US$300

hingga 800 juta, Presiden Peru Alberto
Fujimori sebesar US$600 juta,
Presiden Ukraina Pavlo Lazarenko
yang mengkorupsi sebesar US$114
hingga 200 juta, dan Presiden
Nikaragua Arnoldo Aleman yang
melakukan korupsi sebesar US$100
juta.4
Adapun
dampak
yang
ditimbulkan dari korupsi yang pertama
adalah the capture state, yang mana
korupsi menjadi penghambat dari
proses demokrasi dan dapat menjadi
penghambat
tercapainya
good
governance karena korupsi dapat
melemahkan

birokrasi
sebuah
pemerintahan suatu negara, dampak
korupsi berikutnya adalah pada sektor
perekonomian. Dalam segi ekonomi
negara akan merasakan secara
langsung dampak buruk dari korupsi
seperti perkembangan laju ekonomi
negara menjadi terhambat dalam upaya
memulihkan perekonomian negaranya
dan jika semua negara memiliki
tingkat korupsi yang tinggi maka dapat
mengganggu pemulihan perekonomian
global pasca krisis. Selanjutnya
dampak dari tindak korupsi yang
dilakukan para pejabat publik seperti
pemerintah berpengaruh terhadap
4

Ibid


kesejahteraan warganya. Akibat tindak
korupsi yang dilakukan oleh para
pejabat publik dapat menggagalkan
program pembangunan yang ditujukan
untuk mensejahterakan rakyatnya.
Besarnya dana yang dikeluarkan untuk
sebuah program pembangunan pada
kenyataannya tidak sesuai dengan
wujud dari program tersebut. 5
Berdasarkan dari beberapa
penjelasan diatas mengenai besarnya
dampak korupsi yang dilakukan oleh
pejabat publik diberbagai aspek
membuktikan jika korupsi merupakan
permasalahan
yang
sangat
menghambat bagi kemajuan negara.
Korupsi yang dilakukan oleh pejabat

publik negara dapat menghambat
proses demokrasi suatu negara, dalam
segi ekonomi korupsi dapat membuat
negara
terjebak
dalam
krisis,
sedangkan dalam segi kesejahteraan
warganegara
korupsi
dapat
menyengsarakan rakyat akibat dari
gagalnya program pembangunan yang
tidak dapat berjalan sesuai dengan
rencana.
Dalam
kaitannya
dengan
besarnya dampak negatif korupsi dan
permasalahan korupsi, maka dari itu

untuk dapat menanggapi permasalahan
korupsi pada saat ini yang masuk
dalam kategori isu kontemporer dipicu
dari tindak korupsi yang dilakukan
oleh pejabat publik, pada akhirnya
untuk pertama kali isu korupsi di
angkat kedalam ranah internasional
dengan mendapat perhatian dunia

5

Prof.Drs. Budi Winarno, MA,PhD.2011.”Isuisu global kontemporer”.Caps: Yogyakarta.

sebagai dari salah satu jenis crime
pada tahun 2000.6
Masuknya korupsi kedalam
ranah internasional dibuktikan dengan
dikeluarkannya resolusi pada tanggal 4
desember 2000 oleh majelis umum
PBB yang menyatakan perlunya

peraturan
dalam
menanggulangi
permasalahan korupsi dalam taraf
internasional. Sehingga pada akhirnya
berdasarkan
usulan
tersebut
didirikanlah sebuah panitia ad hoc
untuk melakukan negosiasi instrumen
against corruption di Wina markas
kantor Organisasi Internasional United
Nations Office On Drug and Crime
(UNODC).7
Naskah
Konvensi
UN
Convention
Against
Corruption
(UNCAC) telah dinegosiasikan selama
tujuh sesi oleh Komite Ad Hoc yang
diselenggarakan antara 21 Januari
2002 dan 1 Oktober 2003 dan pada
akhirnya setelah melewati negosiasi
yang cukup panjang UN Convention
Against Corruption (UNCAC) mulai
diberlakukan
oleh
organisasi
internasional UNODC pada tanggal 14
Desember 2005.8
UNCAC
disini
sebagai
perjanjian internasional yang berfungsi
untuk memperkuat hukum nasional
masing-masing negara dalam hal
pemberantasan korupsi.
6

Background of United Nation Convention
Against Corruption, diakses dari
http://www.unodc.org/unodc/en/treaties/CAC/i
ndex.html, pada tanggal 21 desember 2013
7
Background of United Nation Convention
Against Corruption, diakses dari
http://www.unodc.org/unodc/en/treaties/CAC/i
ndex.html, pada tanggal 21 desember 2013
8
Ibid

Dalam hal keikutsertaan negara
dalam konvensi yang dapat menjadi
anggota dari UNCAC tidak harus
berasal dari anggota organisasi
internasional UNODC itu sendiri,
melainkan negara-negara didunia
boleh ikut serta dalam konvensi ini.
Hingga saat ini, telah terdapat 169
negara yang telah meratifikasi UN
Convention
Against
Corruption
(UNCAC).9
Secara
langsung
konsekuensi bagi negara-negara yang
telah meratifikasi UNCAC yang
merupakan perjanjian internasional
terkait anti korupsi yang dikeluarkan
UNODC adalah dengan melaksanakan
pasal-pasal yang telah disepakati.
Seperti yang disebutkan dalam
United Nations Conference on The
Law of Treaties between States and
International
Organizations
or
between International Organizations
pasal dan 12 menyebutkan bahwa
dengan negara menandatangani sebuah
perjanjian maka negara sudah terikat
dengan perjanjian.10 Oleh karena itu
menjadi sebuah kewajiban negaranegara seperti Indonesia untuk
mengadopsi hasil dari UN Convention
Against Corruption ini.
Untuk permasalahan korupsi di
kawasan Asia Tenggara sendiri
khususnya Indonesia hingga saat ini

masih berada dalam tingkat korupsi
yang cukup tinggi diantara negaranegara dikawasan Asia Tenggara
lainnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil
survei yang telah dilaksanakan oleh
World Justice Project tahun 2011.
Dalam survey ini melibatkan lebih dari
66.000 responden dan 2.000 tenaga
ahli mengenai penegakan hukum dan
korupsi di 65 negara didunia
menyatakan
bahwa
Indonesia
mendapatkan skor korupsi 0,46 atau
berada pada urutan ke 47 dari 65
negara tersurvei. Untuk dikawasan
Asia Tenggara sendiri, Indonesia
merupakan negara dengan tingkat
korupsi yang paling tinggi yang mana
Vietnam berada satu peringkat di atas
Indonesia dengan skor 0,5 dan Negara
terbersih di Asia Tenggara adalah
Singapura, Malaysia dan Thailand.11
Sedangkan menurut transparency
international tahun 2012 dikawasan
Asia Tenggara peringkat Indonesia
tidak menunjukkan perubahan yang
signifikan. Indonesia masih berada
didalam jajaran terbawah jika dilihat
dari skor CPI-nya.12
Korupsi di Indonesia dapat
dikatakan telah
menjadi sebuah
kebudayaan yang telah berlangsung
lama. Apabila korupsi terus dibiarkan
dan tidak segera ditangani maka
Indonesia tidak hanya akan kehilangan

9

UNCAC: Signature and Ratification Status as
of 29 November 2013, diakses dari
http://www.unodc.org/unodc/en/treaties/CAC/
signatories.html, pada tanggal 21 desember
2013
10
United Nation.2005. Vienna Convention on
The Law of Treaties between States and
International Organizations or between
International Organization 1986. Oleh: United
Nations Publication, Sales No. E.94. V.5

11

RI Juara Korupsi Asia Tenggara. oleh:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/ce
tak/2011/06/15/149667/RI-Juara-KorupsiAsia-Tenggara, pada tanggal 21 Desember
2013
12
Corruption Perception Index 2012, oleh:
http://ti.or.id/index.php/publication/2012/12/1
2/corruption-perception-index-2012, pada
tanggal 21 desember 2013

kepercayaan masyarakatnya melainkan
hilangnya
kepercayaan
dunia
internasional.
Indonesia
telah
menandatangani UNCAC pada tanggal
18 desember 2003 dan meratifikasi
pada tanggal 19 september 2006.
Dengan adanya UN Convention
Against Corruption ini diharapkan
dapat memberikan kemudahan dalam
menanggulangi permasalahan korupsi
yang pada saat ini merupakan salah
satu permasalahan yang krusial dan
sedang ramai di perbincangkan oleh
media massa, para elit politik maupun
masyarakat umum. 13 Pada saat ini
permasalahan
mengenai
korupsi
pejabat publik dapat di saksikan setiap
harinya pada media elektronik seperti
televisi yang secara tidak langsung
membuktikan bahwa permasalahan
korupsi di Indonesia saat ini memang
sedang menjadi masalah utama.
Dengan telah di ratifikasinya
UNCAC oleh Indonesia tentunya
dalam segi adopsi dari aturan-aturan
yang telah diterapkan dalam UNCAC
setiap negara memiliki mekanisme
yang berbeda-beda tidak terkecuali
dengan Indonesia hal ini dapat dilihat
dari munculnya UU No 7 tahun 2006
mengenai
pengesahan
perjanjian
internasional UNCAC yang dilakukan
oleh Indonesia yang kemudian
memunculkan
kebijakan-kebijakan
baru terkait pemberantasan korupsi di
Indonesia.
Maka,
berdasarkan
latar
belakang masalah tersebut penulis
ingin menggambarkan bagaimana
13

United Nation Convention Against
Corruption(UNCAC) Treaties. Pdf

proses adopsi kebijakan terkait
pemberantasan korupsi yang dilakukan
oleh Indonesia setelah meratifikasi UN
Convention Against Corruption tahun
2009-2013.

B. METODE PENELITIAN
Untuk
dapat
menjelaskan
fenomena maka penulis menggunakan
konsep hukum internasional dalam
perspektif hubungan internasional
Charllote Ku dan Paul F. Dheil.
Charllote Ku dan Paul F.Dheil
menjelaskan bahwa terdapat dua
karakter yang berbeda didalam hukum
internasional yaitu sistem operasi dan
sistem normatif. Dalam pandangan
ahli konseptual hukum internasional
dianggap sebagai sistem operasi yang
dapat menetapkan prosedur umum dan
institusi. Maksudnya adalah hukum
internasional menyediakan kerangka
kerja untuk dapat menetapkan aturan
dan norma, parameter interaksi, dan
menyediakan prosedur maupun forum
untuk dapat menyelesaikan sebuah
permasalahan. Secara umum, sistem
operasi dapat memberikan klasifikasi
yang mana hukum internasional dibuat
dan di adopsi kedalam regulasi
domestik.14
Dalam sistem operasi terdapat
beberapa komponen utama untuk
menjelaskan
hukum internasional
sebagai sistem operasi yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:15
1. Operating system
a. Sumber hukum :

14

Charlotte
Ku
dan
Paul
F.Dhiel.
2003.“International Law: Classic and
Contemporary Readings.Liynne Rienner.hal
12
15
Ibid

Perjanjian
internasional
memainkan peranan penting dalam
mengatur hubungan antar negara
dalam dunia yang ditandai saling
ketergantungan pada era ini. Saat ini
hampir semua negara menjadi anggota
dalam perjanjian internasional.
Dalam
komponen
ini
menjelaskan sumber hukum dalam arti
formal yang mana sumber hukum
adalah sumber dari mana aktor
memperoleh maupun menemukan
ketentuan-ketentuan
yang
ada
didalam hukum internasional. Hal ini
dikarenakan untuk dapat menentukan
sesuatu yang dapat dikatakan menjadi
sumber hukum internasional tidaklah
mudah disebabkan karena sumber
hukum tidak memiliki wujud yang
nyata seperti lembaga. Oleh karena itu
untuk menentukan sumber hukum
mana yang akan dijelaskan maka yang
harus ditentukan adalah instrumen
yang memiliki kekuatan hukum yang
mengikat dan telah menjadi subyek
hukum internasional. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa macam sumber
hukum yang ada, apakah merupakan
perjanjian internasional, kebiasaan
internasional, atau prinsip hukum
internasional
sehingga
dapat
menimbulkan kewajiban hukum yang
ada bagi aktor, dan dapat diketahui
siapa aktor yang terikat maupun tidak
terikat dalam perjanjian tersebut.
b. Aktor :
Aktor memainkan peranan
penting bagi hukum internasional
dikarenakan akor yang menjamin
berlansungnya sebuah hukum. Hal

tersebut dikarenakan tanpa adanya
aktor maka hukum tidak dapat
berjalan. Maka dalam komponen ini
harus diidentifikasi terlebih dahulu
aktor yang memenuhi syarat untuk
melaksanakan
tanggungjawabnya
pasca meratifikasi hukum internasional
apakah negara, NGO ataukah MNC.
Selain
itu
untuk
mengetahui
kepentingan apa yang dibawa dalam
meratifikasi. Sistem operasi juga
menentukan bagaimana dan sejauh
mana para aktor tersebut menggunakan
hak dan kewajibannya.
c. Jurisdiksi :
Yurisdiksi
disini
berarti
kewenangan
negara
untuk
melaksanakan
hukum
nasional.
Maksudnya,
hak
suatu
negara
berdaulat
untuk
mengatur
dan
menyelesaikan permasalahan tertentu
dalam wilayahnya dengan caranya
sendiri yang dapat berupa langkahlangkah yang telah ditentukan dan
dilakukan oleh pemerintah dalam
negeri (legislatif, eksekutif). Dalam
poin ini akan mulai terlihat inti dari
proses bagaimana adopsi hukum
internasional menjadi hukum nasional.
Dalam komponen ini juga
menjelaskan bahwa hukum nasional
memiliki peranan penting dalam
mengatasi permasalahan yang terjadi
didalam wilayah domestiknya tanpa
campur tangan pihak diluar territorial.
Dalam komponen ini yurisdiksi dapat
digunakan untuk melihat sejauh mana
hukum internasional telah diterapkan
kedalam suatu negara.
d. Court atau Institution:
Komponen terakhir dalam
hukum internasional ini menjelaskan
bahwa untuk dapat menyelesaikan

permasalahan maka dibentuklah forum
dan aturan yang berfungsi untuk
mengontrol yang akan ditanggapi oleh
badan atau institusi yang berkaitan
dengan permasalahan yang sedang
dihadapi.
Di
tingkat
internasional,
pengembangan sistem operasi adalah
pembentukan pengadilan internasional
untuk menerapkan hukum. Pengadilan
yang dibentuk permanen memiliki
hakim yang tidak memihak merupakan
salah satu langkah penting dalam
sistem hukum sebagai sarana untuk
menyelesaikan
sengketa.
Seperti
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)
dan penyelesaian sengketa proses dan
Mahkamah
Pidana
Internasional
16
(ICC).
Secara keseluruhan hukum
internasional sebagai sistem operasi
untuk
menjelaskan
bagaimana
menetapkan prosedur umum untuk
melakukan hubungan internasional.
Sebagai sistem operasi hukum
internasional menyediakan kerangka
kerja dimana hukum internasional
dibuat dan sejauh mana diterpakan
kedalam lingkup domestic untuk
menyelesaikan suatu permasalahan.17
Meskipun keempat komponen tersebut
menjelaskan secara terpisah namun
keempat komponen tersebut dapat
dijadikan sebagai satu prosedur dari
proses adopsi UNCAC dalam regulasi
terkait korupsi di Indonesia yang mana
ketentuan ini telah di sebutkan dalam

16

Charlotte
Ku
dan
Paul
F.Dhiel.
2003.International
Law:
Classic
and
Contemporary Readings.Liynne Rienner.
17
Ibid

fungsi dari hukum internasional
sebagai sistem operasi.
Sedangkan, didalam karakter
kedua
dalam
sistem
normatif
menjelaskan bahwa fungsi hukum
adalah untuk menciptakan normanorma dari nilai-nilai atau kebijakan
tertentu sehingga negara akan dapat
merubah sikapnya dengan sendirinya
dan
menerapkan
perjanjian
internasional sebagai wujud dari
bentuk jika suatu negara telah tunduk
dalam hukum internasional.18

18

Charlotte Ku dan Paul F.Dhiel.
2003.International
Law:
Classic
and
Contemporary Readings.Liynne Rienner.

C. PEMBAHASAN/HASIL
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini UNCAC
merupakan
sumber
hukum
internasional yang merupakan hasil
perjanjian
yang
dinaungi
oleh
organisasi
internasional
dibidang
kejahatan internasional dan obatobatan terlarang yaitu United Nation
Office On Drug and Crime (UNODC)
yang
menjadi
subyek
hukum
internasional dan menjadi anggota dari
masyarakat internasional.19 UNCAC
sebagai sumber hukum internasional
UNODC di gunakan sebagai perjanjian
internasional yang menjadi sebuah
landasan dari upaya-upaya negara
dalam
melakukan pemberantasan
korupsi ditingkat domestik maupun
global.
Perjanjian
Internasional
UNCAC ini lebih menyoroti kepada
permasalahan korupsi yang dilakukan
oleh pejabat publik suatu negara
maupun pejabat asing yang melakukan
korupsi di negara lain. UNCAC
melihat bahwa korupsi merupakan
sebuah wabah yang sangat berbahaya
bagi negara dan masyarakat khususnya
didalam negara yang bersistem
demokrasi karena korupsi yang
dilakukan oleh pejabat publik negara
dapat memberikan efek buruk yang
sangat besar bagi beberapa aspek
seperti pelanggaran hak asasi manusia,
mengacaukan
program-program
pembangunan dengan mengalihkan

dana-dana yang bertujuan untuk
pembangunan, korupsi juga dapat
melemahkan pemerintahan sehingga
menyebabkan
kesenjangan,
mengurangi bantuan luar negeri dan
berpengaruh kepada beberapa aspek
lainnya.20
Adapun kewajiban negara
dalam meratifikasi UNCAC adalah
tidak hanya terbatas pada negara yang
menjadi anggota dari organisasi
UNODC yang mana UNODC sebagai
organisasi dibawah PBB
yang
menaungi UNCAC. Negara yang
meratifikasi UNCAC selanjutnya
wajib mengikuti ketentuan-ketentuan
yang telah tertera didalam pasal
UNCAC. Ketentuan tersebut secara
jelas telah di cantumkan dalam Bab I
mengenai ketentuan-ketentuan.
Indonesia merupakan
salah
satu negara yang telah meratifikasi
UNCAC dan juga merupakan anggota
dari organisasi UNODC. Namun
sebelum diratifikasinya UNCAC,
berdasarkan laporan anti corruption
clearing house (ACCH) sebenarnya
terdapat 25 pasal didalam UNCAC
yang sebelumnya telah ada didalam
beberapa
kebijakan
Indonesia.21
Sedangkan jika di bedah lagi secara
garis besar beberapa pasal UNCAC
yang menjadi landasan perubahan
kebijakan Indonesia terkait korupsi

20

Kofi A. Nan. Kata Pengantar UNCAC. Pdf
ACCH. Bab I: Pendahuluan, diakses dari
http://acch.kpk.go.id/documents/10157/27925/
GAP+Analysis+Indonesia+terhadap+UNCAC.
pdf, pada tanggal 2 febuari 2014
21

19

Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes.
2010. Pengantar Hukum Internasional. PT
Alumni: Bandung

tahun 2009-2013 pasca
adalah bab II dan bab III.

UNCAC

Indonesia sebagai aktor yang
telah meratifikasi UNCAC memiliki
hak yang mana juga hak tersebut telah
sesuai dengan ketentuan dalam pasalpasal didalam UNCAC. Indonesia
menyatakan reservation (pensyaratan)
terhadap Pasal 66 ayat (2) UNCAC
yang mengatur mengenai upaya
penyelesaian sengketa, seandainya jika
diperlukan, mengenai penjelasan dan
pelaksanaan
konvensi
UNCAC
melalui Mahkamah Internasional.
Keputusan ini diambil sebagai sebuah
pertimbangan bahwa Indonesia tidak
mau mengakui jurisdiksi yang
mengikat secara clematis (compulsory
jurisdiction)
dari
Mahkamah
Internasional.
Pensyaratan
yang
diajukan oleh Indonesia telah sesuai
dengan ketentuan internasional yang
berlaku.22 Persyartan yang diajukan
oleh Indonesia ini merupakan hak bagi
setiap
negara
berdaulat
dalam
perjanjian internasional.
Selain telah menggunakan hak
nya adapun kewajiban Indonesia untuk
menerapkan UNCAC kedalam ranah
domestik. Hal ini disebutkan dalam
Legislative
guide
for
the
implementation of the United Nations
Convention against Corruption Second
revised edition 2012 pada bab
22

Undang-Undang, diakses dari
http://www.dpr.go.id/id/undangundang/2006/7/penjelasan/PengesahanUnited-Natlons-Convention-AgainstCorruption,-2003-Konvensi-PerserikatanBangsa-Bangsa-Anti-Korupsi,-2003, pada
tanggal 10 April 2014

Structure of the United Nations
Convention against Corruption yang
menjelaskan mengenai tujuan dari
terbentuknya
konvensi
UNCAC,
kewajiban negara peserta, dan prinsip
perlindungan kedaulatan yang sangat
di utamakan dalam UNCAC.
Untuk mengadopsi perjanjian
internasional kedalam regulasi suatu
negara maka Indonesia sebagai negara
berdaulat
tentunya
memiliki
mekanisme yang berbeda.
Dalam prosesnya untuk dapat
menerapkan pasal-pasal UNCAC
kedalam
regulasi domestik maka
Indonesia harus membuat undangundang yang menyatakan
telah
diratifikasinya UNCAC di Indonesia
dengan alasan yang jelas. Sebagai
mana yang telah di atur dalam UU No.
24 Tahun 2000 mengenai perjanjian
internasional. Dalam prosesnya, adopsi
UNCAC kedalam regulasi korupsi
Indonesia ini di awali dengan
ditandatanganinya naskah perjanjian
internasional UNCAC pada tanggal 18
desember 2003 yang kemudian
diratifikasi pada tanggal 19 september
2006. 23
Menurut UU No. 24 Tahun
2000 dalam mekanisme hukum
internasional menjadi hukum nasional
terdapat dua macam cara yaitu dengan
undang-undang atau dengan keputusan
Presiden. 24

23

Ibid
UU Republik Indonesia No. 24 Tahun 2000
Tentang Perjanjian Internasional, diakses dari
24

Adapun Pengesahan perjanjian
internasional
dilakukan
melalui
undang-undang
jika
perjanjian
internasional mengenai :25
a. Masalah
politik,
perdamaian,
pertahanan, dan keamanan negara;
b. Perubahan wilayah atau penetapan
batas wilayah negara Republik
Indonesia;
c. Kedaulatan atau hak berdaulat negara;
d. Hak asasi manusia dan lingkungan
hidup;
e. Pembentukan kaidah hukum baru;
f. Pinjaman dan/atau hibah luar negeri.26
Perjanjian internasional yang
tidak di sahkan melalui UU merupakan
perjanjian yang tidak berkaitan dengan
ke enam permasalahan tersebut. Proses
adopsi dari UNCAC ini mulai di
laksanakan pada tanggal 20 maret
2006
oleh
parlemen
Republik
Indonesia melalui sidang pleno
mengesahkan UU. No. 7 tahun 2006
mengenai
pengesahan
ratifikasi
UNCAC 2003 yang dilaksanakan pada
rapat paripurna DPR RI.27 Hal ini
http://prokum.esdm.go.id/uu/2000/uu-242000.pdf , pada tanggal 1 Febuari 2014
25
UU Republik Indonesia No. 24 Tahun 2000
Tentang Perjanjian Internasional, diakses dari
http://prokum.esdm.go.id/uu/2000/uu-242000.pdf , pada tanggal 1 Febuari 2014
26
UU Republik Indonesia No. 24 Tahun 2000
Tentang Perjanjian Internasional, diakses dari
http://prokum.esdm.go.id/uu/2000/uu-242000.pdf , pada tanggal 1 Febuari 2014
27
Support to fight against corruption. 2013.
Kerangka Acuan Seminar Sehari Sensitisasi
Konvensi PBB Melawan Korupsi (UNCAC) ,
STRANAS PPK dan INPRES No. 1 Tahun
2013
di
Indonesia,
diakses
dari
http://www.ti.or.id/media/documents/2013/11/
06/t/o/tor_sensitisasi_uncac_jakarta.pdf, pada
tanggal 1 febuari 2014.





menunjukkan
bahwa
dalam
mekanismenya UNCAC di sahkan
melalui UU yang harus disetujui DPR
RI.
Urusan mengenai korupsi ini di
serahkan pada komisi III DPR RI yang
menangani masalah:28
Hukum,
Ham, dan
Keamanan.29
Secara lebih spesifik lagi dalam
mekanisme pengadopsian hukum
internasional ke dalam hukum nasional
di Indonesia terdapat beberapa rapat
paripurna yang harus dilakukan sampai
pada akhirnya ratifikasi UNCAC di
sahkan oleh Indonesia. Adapun
tahapan tersebut antara lain diawali
dengan di usulkan rancangnya UU
yang
berisi
mengenai
penjelasan/keterangan maupun naskah
akademis yang berasal dari Presiden
dan kemudian disampaikan secara
tertulis kepada pimpinan DPR melalui
surat pengantar Presiden
yang
selanjutnya di sampaikan dalam
bentuk tertulis kepada pimpinan DPR
dengan surat pengantar Presiden serta
Menteri yang mewakili presiden dalam
mengkaji RUU. 30
Dalam
rapat
paripurna
selanjutnya yang mana RUU diterima
oleh pimpinan DPR ditindak lanjuti
28

Komisi III, diakses dari
http://www.dpr.go.id/id/Komisi/Komisi-III,
pada tanggal 10 April 2014
29
Ibid
30
Pembuatan Undang-Undang, diakses dari
http://www.dpr.go.id/id/tentangdpr/pembuatan-undang-undang, pada tanggal
8 april 2014

dengan mempublikasikan kepada
seluruh anggota. Publikasi RUU
dilakukan oleh instansi yang membuat,
dan ditindaklanjuti dengan RUU
dibahas
dalam
tingkat
dua
pembicaraan DPR oleh Menteri yang
mewakili Presiden.31
Kemudian hasil dari adopsi
regulasi pasca ratifikasi UNCAC yaitu
UU No. 7 tahun 2006 di tugaskan
kepada lembaga milik negara yaitu
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
sebagai lembaga yang memiliki peran
penting dalam penerapan UNCAC.
Hal tersebut dikarenakan KPK
merupakan salah satu lembaga yang
berhubungan
langsung
dengan
pemberantasan korupsi. Pemilihan
Indonesia memberikan tugas dan
tanggung
jawab
kepada
KPK
berdasarkan UU No. 30 tahun 2000
yaitu KPK sebagai state auxiliary body
yaitu lembaga khusus menangani
korupsi. Selain itu latar belakang
dibentuknya KPK adalah sebagai salah
satu dari solusi untuk dapat menangani
dan meningkatkan pemberantasan
korupsi yang selama ini masih menjadi
permasalahan krusial bagi Indonesia.32
Namun, dalam
menyelesaikan
permasalahan tindak pidana korupsi,
KPK tetap melakukan kerjasama
dengan institusi dalam negeri.

31

Pembuatan Undang-Undang, diakses dari
http://www.dpr.go.id/id/tentangdpr/pembuatan-undang-undang, pada tanggal
8 april 2014
32
ACCH. Bab I: Pendahuluan, diakses dari
http://acch.kpk.go.id/documents/10157/27925/
GAP+Analysis+Indonesia+terhadap+UNCAC.
pdf, pada tanggal 2 febuari 2014

KPK Sebagai lembaga khusus
berperan penting sebagai bagian dari
keberhasilan adopsi regulasi korupsi
ini khususnya korupsi yang dilakukan
oleh para pejabat publik, maka dari itu
KPK memiliki tanggung jawab serta
kewajiban
untuk
melaksanakan
pelaksanaan UNCAC di Indonesia.33
Didalam sistem operasi konsep
hukum internasional, court/institution
merupakan prosedur terakhir yang
dapat menjelaskan mengenai adopsi
regulasi UNCAC yang dipengaruhi
dari faktor-faktor domestik. Dalam
komponen ini menjelaskan mengenai
upaya-upaya yang dilakukan oleh
negara-negara peserta UNCAC dalam
menyelesaikan
tindak
kejahatan
korupsi pada tingkat internasional
sebagai bentuk penerapan UNCAC.
Upaya-upaya tersebut berdasarkan
konsep hukum internasional Charllote
Ku dan Paul F.Dheil dapat berbentuk
forum dan aturan berfungsi untuk
mengontrol yang nantinya akan diadili
oleh lembaga pengadilan internasional
yang dibentuk secara permanen.
UNCAC hingga saat ini hanya
menggunakan International Court Of
Justice atau Mahkaman Internasional
dalam menyelesaikan sengketa dua
atau lebih negara peserta mengenai
penerapan konvensi yang tidak
tercapai
kesepakatan
dalam
perundingan yang telah ditentukan.
Hal tersebut diatur dalam pasal 66 ayat
dua mengenai penyelesaian sengketa.34
Namun dalam disini Indonesia tidak
33

Ibid
United Nation Convention Against
Corrupion (UNCAC) Treaties, pdf.
34

menginginkan adanya intervensi dari
ICJ terhadap permasalahan korupsi
jika suatu saat terjadi. Ketidak inginan
Indonesia merupakan hak bagi negara
yang mana negara dapat membatasi
dampak dari ICJ dengan membuat
persyaratan.35

35

Sam Blay.2003.Public International Law: An
Australian Perspective Second Edition. Oxford

D. KESIMPULAN
Dalam penelitian ini perjanjian
internasional UNCAC merupakan
sumber hukum internasional UNODC
yang menjadi pedoman bagi Indonesia
untuk melakukan adopsi kebijakan
korupsi
di
Indonesia.
Dengan
diratifikasinya
UNCAC
maka
Indonesia memiliki kewajiban untuk
merubah perilakunya khususnya dalam
bentuk regulasi korupsi. Adapun pasal
UNCAC yang dijadikan landasan
perubahan kebijakan korupsi Indonesia
mulai tahun 2009 hingga 2013 secara
eksplisit yaitu bab II dan bab III.
Dalam prosesnya, Indonesia
merupakan aktor dalam perjanjian
internasional yang telah meratifikasi.
Indonesia sebagai aktor memiliki
beberapa hak dan kewajiban yang
harus dilakukan terkait korupsi
sebagaimana telah disebutkan didalam
aturan UNCAC.
Dalam
yurisdiksi,
terlihat
perubahan dari hukum internasional
menjadi hukum domestik hal ini
terlihat pada pengesahan UNCAC oleh
badan legislatif Indonesia, meskipun
jauh sebelum Indonesia meratifikasi
UNCAC sebenarnya Indonesia telah
memiliki regulasi sendiri terkait
pemberantasan korupsi yang sejalan
dengan pasal-pasal di dalam UNCAC
sehingga dapat disimpulkan jika
Indonesia telah mengadopsi UNCAC

hampir 80%. Sedangkan perubahan
kebijakan yang dilakukan pasca
meratifikasi UNCAC mulai pada tahun
2009 hingga 2013 antara lain UU No
46 tentang pengadilan tindak pidana
korupsi, rencana aksi pencegahan dan
pemberantasan
korupsi
Instruksi
Presiden No 9 Tahun 2011, aksi
pencegahan
dan
pemberantasan
korupsi tahun 2012 Instruksi Presiden
No. 17 Tahun 2011, Peraturan
Presiden No. 5 Tahun 2012 mengenai
strategi nasional pencegahan dan
pemberantasan korupsi (STRANASPPK) jangka menengah dan jangka
panjang,
aksi
pencegahan
dan
pemberantasan korupsi tahun 2013
berdasarkan Instruksi Presiden No. 1
Tahun 2013, UU No 8 mengenai
pemberantasan
tindak
pidana
pencucian uang.
Dalam segi court/institution,
UNCAC hingga saat ini menggunakan
ICJ dan belum memiliki badan khusus
untuk mengatasi permasalahan korupsi
pada jalur internasional seperti
pengembalian aset, maka untuk
menyelesaikan masalah korupsi dijalur
internasional dibentuklah beberapa
forum internasional sebagai upayaupaya yang dilakukan oleh negaranegara peserta UNCAC. Selain itu
fungsi forum konferensi UNCAC
adalah sebagai alat untuk mengawasi
regulasi korupsi negara Indonesia
apabila terdapat kesalahan maka akan
dilakukan review.