Studi Perbandingan Pengaruh Perendaman Ekstrak Asam Jawa (Tamarindus Indica) dan Kitosan Bead Manik Terhadap Kadar Formalin Pada Tahu Chapter III V

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.

Bahan
-

Asetil Aseton

p.a (E.Merck)

-

Natrium Hidroksida

p.a (E.Merck)

-


Formalin

p.a (E.Merck)

-

Asam Asetat

p.a (E.Merck)

-

Amonium Asetat

p.a (E.Merck)

-

Asam Fosfat


p.a (E.Merck)

-

Kitosan

-

Asam Jawa

-

Akuades

3.2.

Alat
-

Spektrofotometer UV-Vis


Cary 300

-

Neraca Analitik

-

Hot Plate

-

Kondensor

Pyrex

-

Labu Destilasi


Pyrex

-

Termometer

-

Beaker Glass

Pyrex

-

Labu Takar

Pyrex

-


Gelas Ukur

Pyrex

-

Pipet Volume

Pyrex

-

Matt Pipet

Pyrex

-

Pipet Tetes


-

Spatula Kaca

(presisi±0,0001g)

Mettler

Universitas Sumatera Utara

3.3.

Prosedur Penelitian

3.3.1. Pembuatan Pereaksi Analisa Formalin
a. Larutan Asetat 2%(v/v)
Sebanyak 2 mL asam asetat glasial dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
kemudian diencerkan dengan akuades sampai garis tanda, dan dihomogenkan.


b. Larutan Natrium Hidroksida 2M (b/v)
Sebanyak 40 g Natrium Hidroksida pelet dimasukkan kedalam beaker glass.
Ditambahkan 500 mL akuades. Lalu diaduk sampai homogen sehingga diperoleh
larutan Natrium Hidroksida 2M.

c. Larutan Asam Fosfat 10%
Sebanyak 11,8 mL asam fosfat 85% dimasukkan kedalam labu takar 100 ml,
kemudian diencerkan dengan akuades sampai garis tanda, dan dihomogenkan.

d. Pereaksi Nash
Sebanyak 150

g ammonium asetat dilarutkan dengan akuades 500 mL

ditambahkan 3 mL asam asetat dan 2 mL asetil aseton dihomogenkan,
dimasukkan kedalam labu takar 1 L, kemudian diencerkan dengan akuades
sampai garis tanda labu takar 1 L (Herlich, 1990).

e. Larutan Formalin 5 mg/L
Sebanyak 50 mL larutan formalin 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 1000

mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda labu takar.

3.3.2 Pembuatan Zat Pereduksi Formalin
a. Kitosan Bead/Manik
Sebanyak 2 g kitosan dilarutkan kedalam larutan asetat 2% (b/v) dengan ratio
1:100 di dalam beaker glass, lalu diaduk sampai homogen sehingga diperoleh
larutan kitosan, kemudian diteteskan kedalam larutan natrium hidroksida 2M,
hingga terbentuk gel. Gel dicuci dengan akuades hingga netral dan dikeringkan
(Agusnar, 2006)

Universitas Sumatera Utara

b. Variasi Larutan Kitosan Bead/Manik 1, 2, 3, 4 dan 5 %
Sebanyak 1 g kitosan bead/manik dilarutkan dalam 100 mL asam asetat 2%,
dihomogenkan, sehingga menghasilkan larutan kitosan bead/manik 1 %.
Dilakukan prosedur yang sama untuk menghasilkan larutan kitosan bead/manik
yang lain masing-masing (2, 3, 4 dan 5 %).

c. Variasi Ekstrak Asam Jawa 1, 2, 3, 4, dan 5%
Sebanyak 1 g daging buah asam jawa dihaluskan, kemudian dilarutkan dengan

100 mL akuades maka didapat ekstrak asam jawa 1%. Dilakukan hal yang sama
untuk variasi ekstrak asam jawa yang lain ( 2, 3, 4 dan 5 %).

3.3.3 Pembuatan Larutan Standar
a. Larutan Standar Formalin 1000 mg/L
Sebanyak 2,7 mL larutan formalin 37% dimasukkan kedalam labu takar 1000 mL
lalu diencerkan dengan akuades sampai batas garis tanda.

b. Larutan Standar Formalin 100 mg/L
Sebanyak 25 mL larutan standar 1000 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 250
mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda labu takar dan
dihomogenkan.

c. Larutan Seri Standar Formalin 10 mg/L
Sebanyak 25 mL larutan standar 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 250
mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda labu takar dan
dihomogenkan.

d. Larutan Seri Standar Formalin 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L
Sebanyak 2 mL larutan standar formalin 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar

100 mL ditambahkan 10 mL pereaksi Nash dihomogenkan lalu diencerkan dengan
akuades sampai garis tanda. Larutan kemudian dipanaskan didalam penangas air
37±1 ºC selama 30 menit sampai terbentuk warna kuning yang mantap. Dilakukan
prosedur yang sama untuk larutan seri standar ( 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L ).

Universitas Sumatera Utara

e. Larutan Blanko
Sebanyak 10 mL akuades dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, ditambahkan
10 mL Pereaksi Nash, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda labu takar
dan dihomogenkan.

3.3.4 Pembuatan Kurva Standar
Diukur absorbansi larutan blanko dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang spesifik 412 nm. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali
dan dilakukan hal yang sama dengan larutan seri standar (0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan
1,0 mg/L).

3.3.5 Penentuan Kadar Formalin Pada Sampel
a. Perendaman Tahu dengan Larutan Formalin

Sebanyak 1.500 g sampel tahu, dimasukkan kedalam beaker glass 5000 mL
ditambahkan larutan formalin dengan konsentrasi 5 mg/L. Didiamkan selama 24
jam.

b. Perendaman Sampel dengan Larutan Ekstrak Asam Jawa
Sebanyak 100 g sampel tahu berformalin, dimasukkan kedalam beaker glass 250
mL, direndam dengan 100 mL larutan ekstrak asam jawa 1% selama 30 menit
dalam suhu ruangan. Dilakukan hal yang sama pada larutan yang lain ( 2, 3, 4
dan 5% ).

c. Perendaman Sampel dengan Larutan Kitosan Bead/Manik
Sebanyak 100 g sampel tahu berformalin, dimasukkan kedalam beaker glass 250
mL, direndam dengan 100 mL larutan kitosan bead/manik 1% selama 30 menit
dalam suhu ruangan. Dilakukan hal yang sama pada larutan yang lain ( 2, 3, 4 dan
5% ).

Universitas Sumatera Utara

d. Destilasi Formalin Dalam Sampel Setelah Perendaman Ekstrak Asam
Jawa
Sebanyak 100 g sampel tahu yang telah direndam ekstrak asam jawa 1%,
dihaluskan, dimasukkan kedalam labu destilasi 500 mL, ditambahkan 100 mL
akuades dan 5 mL asam fosfat 10%, lalu dikocok. Labu destilasi dihubungkan
dengan kondensor yang dipakai untuk destilasi. Kemudian didestilasi perlahanlahan dan diperoleh destilat. Diambil 10 mL destilat dimasukkan kedalam labu
takar 50 mL kemudian ditambahkan dengan 10 mL pereaksi Nash, dicukupkan
dengan akuades hingga garis tanda labu takar. Dipanaskan pada suhu 37±1 ºC
pada penangas air selama 30 menit. Diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 412 nm. Dilakukan hal yang sama untuk sampel tahu yang telah
direndam dengan variasi ekstrak asam jawa yang lain ( 2, 3, 4 dan 5% ) (Tarigan,
2008).

e. Destilasi Formalin Dalam Sampel Setelah Perendaman Larutan Kitosan
Bead/Manik
Sebanyak 100 g sampel tahu yang telah direndam larutan kitosan bead/Manik 1%,
dihaluskan, dimasukkan kedalam labu destilasi 500 mL, ditambahkan 100 mL
akuades dan 5 mL asam fosfat 10%, lalu dikocok. Labu destilasi dihubungkan
dengan kondensor yang dipakai untuk destilasi. Kemudian didestilasi perlahanlahan dan diperoleh destilat. Diambil 10 mL destilat dimasukkan kedalam labu
takar 50 mL kemudian ditambahkan dengan 10 mL pereaksi Nash, dicukupkan
dengan akuades hingga garis tanda labu takar. Dipanaskan pada suhu 37±1 ºC
pada penangas air selama 30 menit. Diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 412 nm. Dilakukan hal yang sama untuk sampel tahu yang telah
direndam dengan variasi larutan kitosan bead/Manik yang lain ( 2, 3, 4 dan 5% )
(Tarigan, 2008).

Universitas Sumatera Utara

3.4

Bagan Penelitian

3.4.1

Pembuatan Pereaksi Nash (Herlich, 1990)

Universitas Sumatera Utara

3.4.2 Pembuatan Kitosan Bead/Manik (Agusnar, 2006)

Universitas Sumatera Utara

3.4.3 Destilasi Formalin Dalam Sampel Setelah Perendaman Ekstrak Asam Jawa
(Tarigan, 2008)

Universitas Sumatera Utara

3.4.4 Destilasi Formalin Dalam Sampel Setelah Perendaman Larutan Kitosan
Bead/Manik (Tarigan, 2008)

Universitas Sumatera Utara

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1 Data Absorbansi Larutan Standar Formalin
Data absorbansi untuk larutan standar formalin dapat dilihat pada tabel 4.1
dibawah ini :
Tabel 4.1 Data Absorbansi Larutan Standar Formalin
No

Konsentrasi (mg/L)

Absorbansi Rata-rata

1

0

0,0001

2

0,2

0,0430

3

0,4

0,0857

4

0,6

0,1252

5

0,8

0,1673

6

1,0

0,2068

Kondisi alat spektrofotometer UV-Visible Cary 300 dapat dilihat pada tabel 4.2
dibawah ini:
Tabel 4.2 Kondisi Alat Spektrofotometer UV- Visible Cary 300
No

Parameter

Formalin

1

Monokromator

Czerny-Turner 0.278 m

2

Panjang Gelombang (nm)

412

3

Detektor

R928 PMT

4

Akurasi panjang gelombang (nm)

±0.2

5

Grating/Kisi

Blaze angle 8.6º at 240 nm

Universitas Sumatera Utara

4.1.1.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Kurva Kalibrasi
untuk Larutan Seri Standar Formalin

Data absorbansi yang diperoleh untuk suatu larutan seri standar formalin
diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh kurva kalibrasi

Absorbansi Larutan Standar Formalin

berupa garis linear seperti pada gambar 4.1 berikut ini:
0.25
y = 0.2066x + 0.0014
r = 0.9998

0.2
0.15
0.1
0.05
0
0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

Konsentrasi Larutan Standar Formalin

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Formalin

Persamaan garis regresi ini diturunkan dengan metode Least Square,
dimana konsentrasi dari larutan standar dinyatakan sebagai Xi dan absorbansi
dinyatakan sebagai Yi seperti pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Penentuan Konsentrasi
Formalin Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar
Formalin

0,0001

-0,5

-0,10458333

0,052291667

0,2500

�−̅

2

0,2 0,0430

-0,3

-0,06168333

0,018570500

0,0900

0,00380483

3

0,4 0,0857

-0,1

-0,01898333

0,001898333

0,0100

0,00036000

4

0,6 0,1252

0,1

0,020516667

0,002051667

0,0100

0,00042093

5

0,8 0,1673

0,3

0,062616667

0,018785000

0,0900

0,00392085

1

Xi

0

Yi

�−̅

�−̅

� −̅

No.

�−̅



�−̅



0,01093767

6

1

0,2068

0,5

0,102116667

0,051058333

0,2500

0,01042781



3

0,6281

0

0

0,144590000

0,7000

0,029872470

Universitas Sumatera Utara

Dari persamaan garis regresi dengan metode Least Square tersebut dapat
diperoleh nilai konsentrasi rata-rata ( ̅ dan nilai absorbansi rata-rata ( ̅ dengan

persamaan berikut :
̅=
̅=

∑ �
=


= ,

∑ �
,
=


= ,

Penurunan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan
garis :
=

Dimana a = slope

+

b = intercept
Harga Slope dan intercept dapat ditentukan dengan menggunakan metode least
square sebagai berikut :

=
=



�− ̅ �− ̅
,
=
̅
∑ �−
,

∑ �− ∑ �
,
=


= ,

− ,

.

= ,

Maka Persamaan Garis Regresi adalah :
Y = 0,2066X + 0,0014

4.1.1.2 Penentuan Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
� =



√∑

�− ̅

�− ̅

�− ̅

�− ̅

=

√ ,

,

,

= ,

Universitas Sumatera Utara

4.1.1.3 Persentase Penurunan Kadar Formalin Dalam Sampel Setelah
Direndam Dengan Variasi Konsentrasi Ekstrak Asam Jawa
(Penentuan Persen (%))
Persentase kadar formalin dalam sampel sebelum dan setelah direndam dengan
variasi ekstrak asam jawa ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:

% Penurunan =





� � ��� −�






� � ���

� � � ℎ�

x 100%

Dari data hasil pengukuran yang terdapat pada tabel 4.3 dan 4.4 maka penentuan
% penurunan untuk konsentrasi optimum dengan ekstrak asam jawa adalah:

% Penurunan =

,

,

−0,00

x 100%= 99,9089 %

Tabel 4.4 Data penurunan kadar formalin dan persentase penurunan berdasarkan
variasi konsentrasi ekstrak asam jawa
Konsentrasi (mg/L)
Variasi
konsentrasi Sebelum
(%)
Penambahan

Setelah
Penambahan

Konsentrasi
penurunan

Persentase
(%)

(mg/L)

Penurunan
Konsentrasi

1

5,2742

0,5349

4,7393

89,8581

2

5,2742

0,0529

5,2213

98,9970

3

5,2742

0,0203

5,2539

99,6151

4

5,2742

0,0165

5,2577

99,6871

5

5,2742

0,0048

5,2694

99,9089

Universitas Sumatera Utara

4.1.1.4 Persentase Penurunan Kadar Formalin Dalam Sampel Setelah
Direndam Dengan Variasi Larutan Kitosan Bead/Manik (Penentuan
Persen (%))
Persentase kadar formalin dalam sampel sebelum dan setelah direndam dengan
variasi larutan kitosan bead/manik ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut:
% Penurunan =





� � ��� −�






� � ���

� � � ℎ�

x 100%

Dari data hasil pengukuran yang terdapat pada tabel 4.3 dan 4.5 maka penentuan
% penurunan untuk konsentrasi optimum dengan larutan kitosan bead/manik
adalah:
% Penurunan =

,

,

−0,00

x 100%= 99,9279 %

Tabel 4.5. Data penurunan kadar formalin dan persentase penurunan berdasarkan
variasi konsentrasi larutan kitosan bead/manik
Konsentrasi (mg/L)
Variasi
konsentrasi Sebelum
(%)
Penambahan

Setelah
Penambahan

Konsentrasi
penurunan

Persentase
(%)

(mg/L)

Penurunan
Konsentrasi

1

5,2742

0,5271

4,7471

90,0060

2

5,2742

0,0169

5,2573

99,6795

3

5,2742

0,0058

5,2684

99,8900

4

5,2742

0,0053

5,2689

99,8995

5

5,2742

0,0038

5,2704

99,9279

Universitas Sumatera Utara

4.2

Reaksi-reaksi

4.2.1 Reaksi Pereaksi Nash dengan Formalin
Reaksi antara pereaksi Nash dengan formalin dapat dilihat pada gambar 4.2.1
dibawah ini :

Gambar 4.2 Reaksi Peraksi Nash dengan Formalin (Herlich,1990)

4.2.2 Reaksi Formalin dengan Protein
Reaksi formalin dengan protein (asam amino) akan membentuk ikatan methylene,
sehingga makanan berformalin menjadi lebih awet. Reaksi antara formalin dengan
protein dapat dilihat pada gambar 4.2.2 dibawah ini :

Gambar 4.3 Reaksi Formalin dengan protein

Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Reaksi Pemecahan Ikatan Methylene dengan Asam
Reaksi pemecahan ikatan methylene dengan asam dapat dilihat pada gambar 4.2.3
dibawah ini :

Gambar 4.4 Reaksi pemecahan ikatan formalin dan protein dengan asam
(Purawisastra, 2011).
4.3

Pembahasan

4.3.1 Analisa Kuantitatif Formalin Sebelum Dilakukan Perlakuan
Perendaman dengan Ekstrak Asam Jawa dan Larutan Kitosan
Bead/manik.
Sampel tahu yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tahu yang
direndam dengan larutan formalin pada konsentrasi 5 mg/L. Analisa kuantitatif
formalin sebelum dilakukan perlakuan perendaman dengan ekstrak asam jawa dan
larutan

kitosan

bead/manik

ditentukan

dengan

menggunakan

metode

Spektrofotometri UV-Visible. Pada proses preparasi sampel, dilakukan proses
ekstraksi sampel dengan cara metode destilasi menggunakan alat destilasi uap.
Metode destilasi uap dilakukan karena formalin merupakan senyawa yang
berbentuk gas dan bersifat sangat volatile atau mudah menguap dan juga memiliki
titik didih 960 C. Sampel tahu yang telah direndam formalin ditimbang sebanyak
100 gram kemudian dihancurkan pada lumpang. Sampel yang telah halus
dimasukkan kedalam labu destilasi, dengan ditambahkan 100 ml akuades dan 5 ml
H3PO4 10 %. Formalin yang terdapat dalam tahu akan terikat dengan protein
dalam tahu, maka penambahan H3PO4 10% ditujukan untuk menghancurkan atau
melepaskan ikatan antara formalin dengan protein sehingga formalin dapat
terpisah dengan proses destilasi uap. Setelah destilat diperoleh, sebanyak 10 ml
destilat dimasukkan kedalam labu takar 50 ml, kemudian ditambahkan pereaksi
Nash sebanyak 10 ml.

Universitas Sumatera Utara

Larutan formalin merupakan larutan yang tidak berwarna. Syarat senyawa
yang dapat diukur serapannya dengan alat Spektrofotomer UV-Visible adalah
senyawa organik yang dapat memberikan serapan yaitu senyawa yang memiliki
gugus kromofor. Gugus kromofor adalah gugus fungsional tidak jenuh yang
memberikan serapan pada daerah ultraviolet atau cahaya tampak. Oleh karena itu
pada proses pengukuran sampel direaksikan dengan pereaksi yang dapat
memberikan spektrum serapan berwarna dengan formalin yaitu pereaksi Nash
yang terdiri dari campuran ammonium asetat, asam asetat glasial dan asetil aseton.
Formalin dengan penambahan pereaksi Nash disertai dengan pemanasan selama
30 menit akan menghasilkan warna kuning yang mantap, sehingga dapat diukur
serapannya menggunakan Spektrofotometer UV-Visble pada panjang gelombang
412 nm. Setelah dilakukan pengukuran didapatkan hasil yaitu 5,2742 mg/L
kandungan formalin dalam sampel tahu. Terdapat perbedaan konsentrasi formalin
yang ditambahkan yaitu 5 mg/L tetapi yang diperoleh dari analisa sebesar 5,2742
mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tahu sudah mengandung formalin
sebesar 0,2742 mg/L.
4.3.2 Penentuan Konsentrasi Optimum Ekstrak Asam jawa Terhadap
Penurunan Kadar Formalin Pada sampel
Data persentase (%) penurunan konsentrasi formalin dalam sampel setelah
direndam dengan variasi konsentrasi ekstrak asam jawa yang diperoleh diplotkan
terhadap variasi konsentrasi ekstrak asam jawa sehingga diperoleh grafik
penurunan kadar formalin pada gambar 4.5 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Persentase (%) Penurunan Kadar
Formalin

102
100
98

99.6151

99.6871

99.9089

3

4

5

98.997

96
94
92
90
89.8581

88
0

1

2

6

Variasi Konsentrasi (%) Ekstrak Asam Jawa

Gambar 4.5 Grafik Persentase (%) Penurunan Kadar Formalin I
Konsentrasi optimum ekstrak asam jawa yang dapat menurunkan kadar formalin
dalam sampel adalah konsentrasi 5%. Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan
besarnya konsentrasi ekstrak asam jawa berbanding lurus dengan besarnya
penurunan kadar formalin dalam sampel tahu.
Hasil penelitian ini telah menunjukkan bukti bahwa perendaman ekstrak
asam jawa dapat menurunkan kadar formalin dalam tahu. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa pengolahan dapat mengurangi
formalin dalam bahan makanan. Ekstrak asam jawa sebagai sumber asam dalam
perendaman tahu berformalin telah mengkatalisis proses pelepasan ikatan
formalin dan protein. Pelepasan ikatan formalin dan protein dapat dikatalisis
senyawa asam dikemukakan pula oleh (Riawan, 1990) bahwa aldehid dapat
dipisahkan dalam suatu campuran dengan menggunakan asam. Dalam hal ini
formalin bebas yang telah dipisahkan dengan protein akan terikat dengan air yang
terdapat dalam larutan ekstrak asam jawa yang kemudian akan dibuang setelah
proses perendaman selama 30 menit telah selesai.

Universitas Sumatera Utara

4.3.3 Penentuan Konsentrasi Optimum Larutan Kitosan Bead/Manik
Terhadap Penurunan Kadar Formalin Pada sampel
Data persentase (%) penurunan konsentrasi formalin dalam sampel setelah
direndam dengan variasi konsentrasi larutan kitosan bead/manik yang diperoleh
diplotkan terhadap variasi konsentrasi larutan kitosan bead/manik sehingga
diperoleh grafik penurunan kadar formalin pada gambar 4.6 berikut ini:

Persentase (%) Penurunnan Kadar
Formalin

102
100
98

99.6795

99.89

99.8995

99.9279

2

3

4

5

96
94
92
90
90.006
88
0

1

6

Variasi Konsentrasi (%) Larutan Kitosan Bead/manik

Gambar 4.6 Grafik Persentase (%) Penurunan Kadar Formalin II
Konsentrasi optimum larutan kitosan bead/manik yang dapat menurunkan kadar
formalin dalam sampel adalah konsentrasi 5%. Dari data diatas dapat ditarik
kesimpulan besarnya konsentrasi larutan kitosan bead/manik berbanding lurus
dengan besarnya penurunan kadar formalin dalam sampel tahu.
Hasil penelitian ini telah menunjukkan bukti bahwa perendaman larutan
kitosan bead/manik dapat menurunkan kadar formalin dalam tahu. Asam asetat
2% yang digunakan untuk melarutkan kitosan bead/manik berfungsi memecahkan
ikatan methylene antara formalin dengan protein. Setelah itu formalin yang telah
bebas diikat oleh gugus aktif pada kitosan. Selain dapat mengurangi kadar
formalin kitosan yang terkandung dapat menambah jumlah protein dalam tahu.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan :

1.

Pengaruh perendaman berdasarkan variasi konsentrasi ekstrak asam jawa
(Tamarindus Indica) 1 - 5% dengan persentase penurunan kadar formalin
masing-masing 89,85; 98,99; 99,61; 99,68 dan 99,90%. Sedangkan
perendaman dengan larutan kitosan bead/manik dengan variasi konsentrasi
yang sama mengalami penurunan masing-masing 90; 99,67; 99,89; 99,89
dan 99,92%.

2.

Larutan kitosan bead/manik lebih efektif menurunkan kadar formalin
dalam tahu dibandingkan ekstrak asam jawa (Tamarindus Indica) dengan
persentase penurunan terbesar 99,92% sedangkan larutan ekstrak asam
jawa (Tamarindus Indica) 99,90%.

3.

Larutan ekstrak asam jawa (Tamarindus Indica) konsentrasi optimumnya
adalah 5% dengan penurunan kadar formalin mencapai 99,90% dan
larutan kitosan bead/manik konsentrasi optimumnya adalah 5% dengan
penurunan kadar formalin mencapai 99,92%.

5.2
1.

Saran
Disarankan penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan
mencari variasi waktu perendaman yang optimum.

2.

Disarankan penelitian selanjutnya dapat menentukan kadar protein dalam
sampel tahu sebelum dilakukan proses perendaman dan sesudah dilakukan
proses perendaman.

3.

Disarankan penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian yang sama
dengan sampel yang berbeda misalnya dengan ikan asin yang mengandung
protein hewani, bukan protein nabati seperti tahu.

Universitas Sumatera Utara