Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Kentang (Solanum tuberosum L.) Pada Tanah yang Diinokulasikan Nematoda (Meloidogynespp.) dan Pemberian Beberapa Bahan Organik

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang
penting di Indonesia. Ditinjau dari nilai gizinya, kentang merupakan salah satu
jenis umbi-umbian yang dapat dijadikan sebagai sumber gizi yang potensial. Zatzat gizi yang terdapat dalam umbi kentang antara lain karbohidrat, mineral, besi,
fosfor magnesium, natrium, kalsium dan potasium, protein serta vitamin terutama
vitamin C dan vitamin B1. Selain itu, kentang juga mengandung lemak dalam
jumlah yang relatif kecil, yaitu sebesar 1,0-1,5 persen (Smith dan Talburt, 1987).
Kentang terdiri dari beberapa jenis dan beragam varietas.Jenis-jenis
tersebut memiliki perbedaan bentuk, ukuran, warna kulit, daya simpan, komposisi
kimia, sifat pengolahan dan umur panen.Berdasarkan warna kulit dan daging
umbi, kentang terdiri dari tiga golongan yaitu kentang kuning, kentang putih, dan
kentang merah.Kentang kuning memiliki beberapa varietas yaitu varietas
Pattrones, Katella, Cosima, Cipanas, dan Granola.Kentang putih memiliki varietas
Donata, Radosa, dan Sebago.Varietas kentang merah yaitu Red Pontiac, Arka dan
Desiree.Jenis kentang yang paling digemari adalah kentang kuning yang memiliki
rasa yang enak, gurih, empuk, dan sedikit berair (Aini, 2012).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistika di kecamatan Berastagi pada
tahun 2015 produksi kentang pada tahun 2014 sebesar 2.333 ton dengan luas

panen 147 Hasedangkan pada tahun 2013 dengan luas panen 104 Ha mampu
menghasilkan produksi 2.754 ton. Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan
bahwa telah terjadi penurunan yang signifikan walaupun adanya penambahan luas
panen (Badan Pusat Statistika, 2015).

Universitas Sumatera Utara

2

Salah satu penyebab penurunan produksi tanaman adalah adanya
organisme pengganggu tanaman, salah satunya nematoda puru akar (Meloidogyne
spp.).Selain menyerang kentang nematoda puru akar juga menyerang tanaman
tomat, mentimun, wortel dan lain-lain (Sherf and Macnab, 1986).
Tanaman kentang yang terinfeksi nematoda akan menampakkan gejala
seperti pertumbuhan tanaman yang terhambat dan kerdil serta terdapat banyak
bintil pada umbi (Agrios 1996). Puru akar menyebabkan penyerapan unsur hara
dari tanah oleh tanaman menjadi terganggu, akibatnya tanaman menjadi merana
dan pada serangan lanjut akan menyebabkan tanaman layu kemudian mati
(Dropkin 1991). Gejala pada daun dapat diamati, yaitu pada daun berwarna
kuning lebih awal, daun berguguran dan berakhir pada terhentinya pertumbuhan

tunas. Kerugian yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. pada tanaman umbi dan
akar seperti kentang dan wortel bersifat kuantitatif dan kualitatif, sebab puru
yangditimbulkan nematoda akan mempengaruhi kualitas dari umbi yang
dihasilkan.
Perubahan karakter morfologi yang terjadi akibat serangan puru akar dapat
dijadikan sebagai karakter seleksi untuk ketahanan terhadap penyakit. Sebagai
langkah awal adalah dengan melakukan pendugaan parameter genetik terhadap
karakter morfologi tersebut, seperti varian genotipe, fenotipe, koefisien
keragaman maupun nilai heritabilitasnya.
Kerugian akibat infeksi Meloidogyne spp. terhadap tanaman kentang dapat
bersifat langsung maupun tidak langsung.Kerugian langsung berupa penurunan
kualitas maupun kuantitas umbi yang dihasilkan. Sedangkan kerugian tidak
langsung adanya interaksi Meloidogyne spp. dengan patogen lain seperti

Universitas Sumatera Utara

3

cendawan dan bakteri. Infeksi oleh Meloidogyne spp. menyebabkan tanaman lebih
rentan terhadap infeksi cendawan dan bakteri.Layu Fusarium pada beberapa

tanaman meningkat apabila tanaman tersebut juga terinfeksi oleh NPA (Agrios
2005).
Kehilangan hasil akibat infeksi Meloidogyne spp. bervariasi tergantung
pada varietas tanaman dan keadaan lingkungan, dan dapat mencapai 25% dari
produksi.Sedangkan kerugian ekonomi yang disebabkan infeksi nematoda ini
terhadap tanaman budidaya dapat mencapai 14% (Agrios 2005).Umbi yang
terinfeksi secara ekonomi tidak dikehendaki dan dapat menjadi sumber inokulum
penyebaran penyakit.
Berbagai usaha pengendalian telah dilakukan dalam upaya untuk menekan
kerapatan populasi nematoda di lapangan.Salah satunya dengan menggunakan
nematisida.Berbagai jenis nematisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan
Meloidogyne spp. seperti Carbofuran, Fenamilos, Furadan dan lain-lain.
Keefektifan nematisida tersebut bergantung pada dosis dan cara aplikasi
(Marwoto, 1994).
Pengendalian nematoda dengan menggunakan nematisida kimia masih
memegang peranan penting. Hal tersebut terjadi karena cara-cara pengendalian
lain belum mampu memberikan hasil yang memuaskan. Namun pengendalian
nematoda dengan nematisida dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan
dan organisme bukan sasaran. Hal ini disebabkan karena nematisida dapat beracun
bagi manusia dan hewan peliharaan. Selain itu nematisida dapat persisten di

dalam tanah, menyebabkan pencemaran terhadap air tanah, serta membunuh
organisme lain yang bukan sasaran termasuk musuh alami nematoda seperti

Universitas Sumatera Utara

4

jamur, bakteri dan mikroorganisme lain. Dalam upaya menjaga kelestarian
lingkungan, pengendalian nematoda diarahkan pada pengendalian secara hayati
seperti dengan menggunakan mikroorganisme antagonis (musuh alami), bahan
organik, pergiliran tanaman, dan tanaman yang berkhasiat sebagai pestisida
(Mustika, 1992).
Leguminosa dapat berfungsi sebagai amandemen tanahdan tanaman
penutup tanah untuk mengurangi populasi nematoda. Tanaman Kacang-kacangan
dapat menghasilkan bahan organik penting seperti Lektin, Rotenone, Tephrosin,
dan Deguelin yang digunakan sebagai pestisida. Penggunaan kacang-kacangan
sebagai amandemen organik untuk pengendalian hama mungkin belum menjadi
praktek luas kecuali di negara-negara berkembang,

namun praktek ini


kemungkinanmenjadi salah satu alternatif di masa depan karena phaseot metil
bromida berfungsi sebagai fumigan tanah. Kebanyakan spesies leguminosa mulai
diteliti untuk konstituen Nematicidal (Morris and Walker, 2002). Berdasarkan hal
tersebut dilakukan penelitian untuk melihat respon karakter morfologibeberapa
varietas kentang yang ditanam pada tanah yang diinokulasikan nematoda berikut
usaha meminimalisirnya dengan pemberian beberapa bahan organik.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respon karakter morfologi dan anatomibeberapa
varietas kentang pada tanah yang diinokulasikan nematoda dan diberi perlakuan
beberapa bahan organik.

Universitas Sumatera Utara

5

Hipotesis
− Ada perbedaan pertumbuhan dan produksipada beberapa varietas kentang
yang ditanam pada tanah yang diinokulasikan nematoda.
− Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi

tanaman kentang pada tanah yang diinokulasiakan nematoda.
− Ada interaksi antaravarietas dan pemberian bahan organik terhadap
pertumbuhan dan produksi tanamankentang di tanah yang diinokulasikan
nematoda.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara