Analisis Makna Syair Al-Hallaj Dalam Kitab "هو هو" ديوان الحلاّج Huwa-Huwa DῙwān Al-Ḥallāj

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karya sastra yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat sangat beragam
bentuknya, dapat berupa puisi, prosa, syair, novel, juga drama.Semua karya sastra
tersebut memerlukan kajian khusus─ seb agaimana pendapat Hill yang disebutkan
dalam Pradopo (2005:120) bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang
kompleks. Karena itu, untuk memahami sebuah karya sastra (sajak), haruslah
sajak itu dianalisis. Sajak dikenal juga dengan sebutan puisi, tepatnya sajak adalah
sebutan pada sastra lama, berkembang dan lebih terkenal dengan sebutan puisi di
zaman modern.
Puisi (syair) adalah karya sastra yang bersifat imajinatif. Bahasa
sastra bermakna konotatif karena di dalamnya banyak digunakan
makna kias dan makna lambang (majaz). Puisi lebih bermakna
konotatif (tersirat) karena bahasanya banyak memiliki
kemungkinan makna yang disebabkan karena pemadatan kekuatan
bahasa dalam puisi (syair) tersebut, baik pada struktur fisik maupun
struktur batinnya. Ada juga puisi yang menggunakan kata-kata
yang jelas tidak menggunakan makna kiasan atau puisi bermakna

denotatif (tersurat). (Waluyo dalam Muzakki, 2011:50)
Istilah puisi (syair) dalam bahasa Arab disebut dengan ‫ﺍﻟﺸﻌﺮ‬/asy-syi’ru/
'syair, pantun, pengetahuan'. Adapun penyair, orang yang ahli syair/pantun disebut
‫ﺍﻟ َﺸﺎﻋﺮ‬/asy-syā’iru/. (Yunus, 2009:199); Selanjutnya dikemukakan beberapa
pendapat ilmuan dan sastrawan Arab tentang syair.
Ma’ruf, dkk (2001:13) dalam bukunya Ilmu ’Aruḍ menerangkan bahwa
pengertian syair yaitu:

.‫اﻟﺸﻌﺮ ﻫﻮ ﻛﻼم ﻣﻨﻈﻮم ﻳﻘﻮم ﻋﻠﻰ وﺣﺪﰐ اﻟﻮزن واﻟﻘﺎﻓﻴﺔ‬
/asy-syi’ru huwa kalāmun manẓūmun yaqūmu ’alā waḥdatai al-waznu wa alqāfiyatu/ 'syair adalah perkataan yang teratur yang terdiri atas wazan dan qafiyah'.

Universitas Sumatera Utara

Syair menurut Husein dalam Muzakki (2011:46) adalah:

‫ﻟﻔﻤﻦﺟﺰاءﻳﺸﺒﻬﺒﻌﻀﻬﺎﺑﻌﻀﺎﻓﻴﺎلﻃﻮﻟﻮاﻟﻘﺼﺮو‬
‫ﻧﻔﻴﺖ أ‬
‫اﻟﺸﻌﺮﻫﻮاﻟﻜﻼﻣﺎﻟﺬﻳﻴﻌﺘﻤﺪﻟﻔﻈﻬﻌﻠﯩﺎﳌﻮﺳﻴﻘﻴﻮاﻟﻮز أ‬
.‫اﳊﺮﻛﺔ‬
/asy-syi’ru huwa al-kalāmu al-lażī ya’tamidu lafẓuhu ’alā al-mūsīqī wa alwaznifayata`allafu min ajzā`i yusyabbihu ba’ḍahā ba’ḍān fī at-ṭawili wa al-qaṣri

wa al-ḥarakati/ 'syair adalah kata-kata yang bersandar kepada lafaz dan wazan,
maka syair tersusun dari bagian-bagian yang serupa satu sama lainnya mengenai
panjang, pendek, dan harakatnya'.
Syi’ir dalam kesusasteraan Arab terbagi menjadi tiga,
yaitu al-syi’r al-malḥami, al-syi’r al-tamṡili dan al-syi’r al-ginâi.
Al-syi’r al-malḥami, adalah qashîdah yang berukuran sangat
panjang, yang menceritakan tentang para pahlawan yang
berkecimpung dalam persoalan-persoalan yang maha dahsyat serta
memikul pekerjaan di luar kebiasaan manusia namun selalu
bertanggung jawab. Pada dasarnya malhamah adalah kisah panjang
yang menggabungkan khayalan - khayalan dengan kenyataan.
Al-syi’r al-tamṡili, adalah qashidah yang ukurannya sangat terbatas
dan biasanya dibacakan oleh seseorang di atas panggung. Bangsa
Arab baru mengenal bentuk syair ini ketika Ahmad Syauqi
memperkenalkannya di atas panggung lewat karyanya berjudul
Laila Majnun. Al-syi’r al-ginâi, adalah bentuk puisi yang tidak
terlalu panjang dan pendek atau potongan-potongan. Biasanya
dipakai untuk nyanyian dan berlaku di semua negara. (Sofyan,
2004:25-26)
Berdasarkan uraian di atas ini pula dapat dipahami bahwa syair adalah

karya sastra yang bersifat imajinatif berdasarkan pengalaman, pikiran dan
perasaan penyair yang dituangkan melalui sebuah tulisan dengan kata-kata yang
indah, memiliki irama dan wazan. Penelitian ini menganalisis makna syair dari
salah seorang tokoh sufi yaitu Al-Hallaj, dalam salah satu karyanya berupa diwan

ّ ‫"ﻫﻮ ﻫﻮ" ﺩﻳﻮﺍﻥ ﺍﻟﺤ‬/huwa-huwa
(antologi) syair yang dikumpulkan dalam kitab ‫ﻼﺝ‬
dīwān al-ḥallāj/. Kajian ini dibatasi hanya pada Qasida pertama dari kumpulan
syair Al-Hallaj.
Objek pembahasan pada penelitian ini adalah Diwan Al Hallaj. Baalbaki
(1990:558) dalam Al-Maurid menyebutkan bahwa ‫ ﻣﺠﻤﻮﻋﺔ ﺷﻌﺮﻳﱢﺔ‬: ‫ﺩﻳﻮﺍﻥ‬/dīwān :
majmū’atun syi’riyyatun/'divan, collection of poems, poetical works' yakni diwan,

Universitas Sumatera Utara

kumpulan syair atau karya penyair. Adapun pengertian tentang diwan dapat
dicermati sebagaimana berikut ini:
Diwan atau kumpulan puisi disusun sejak abad ke IX oleh para
kritikus sastra Arab. Diwan seringkali disusun berdasarkan urutan
rima/sajak, kemudian digubah sesuai tradisi kesusatraan yang

dikumpulkan menjadi puisi-puisi lengkap dari penyair-penyair dan
dari suku-suku Arab. Diwan dari mistikus Ibnu Mansur Al Hallaj
(wafat 309/922) secara efektif sebenarnya mulai dikompilasi sejak
abad XI, pada saat itu Qushayri dan Hujwiri telah melakukannya
yaitu dengan upaya mempresentasikan dalam sebuah bentuk yang
tidak lazim yaitu dengan menonjolkan kekuatan bentuk sastra dari
“maqamat” atau “waktu” yang lahir kemudian. Massignon di
dalam bukunya menjelaskan diwan adalah kumpulan ucapan AlHallaj yang terlahir dalam keadaan penuh cahaya, mengungkapkan
pengalaman ekstase (keadaan diluar kesadaran diri), yang berasal
dari keadaan kebersatuan (hulul), disebabkan oleh pengaruh
keIlahian yang begitu kuat hingga akhirnya menghasilkan
kefanaan. (Massignon, 2001:25)
Nasution (1983:88) dalam bukunya Falsafat dan Mistisisme dalam Islam
menjelaskan bahwa hulul menurut keterangan Abu Nasr al-Tusi dalam al-Luma’
ialah paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia
tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan
yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan. Hulul merupakan salah satu ajaran tasawuf
yang dikembangkan oleh al-Hallaj.

ّ ‫"ﻫﻮ ﻫﻮ" ﺩﻳﻮﺍﻥ ﺍﻟﺤ‬/huwa-huwa

Setelah membaca dan mencermati Kitab ‫ﻼﺝ‬
dīwān al-ḥallāj/ yang menjadi objek penelitian, begitu banyak syair yang
diungkapkan di sana, baik syair yang panjang (syi’r al-malḥami) maupun pendek
(syi’r al-ginâi), sebagian syair dinamakan qasidah. Kitab tersebut berjumlah 45
halaman, berisi syair-syair Al Hallaj yang dikumpulkan oleh seorang orientalis
Perancis bernama Louis Massignon. Jumlah syair keseluruhan dalam kitab yaitu
126 syair. Syair tersebut terbagi dalam 2 bagian, yakni:
a. Bagian pertama (‫ )ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻷﻭﻝ‬memuat sajak–sajak autentik, terdiri atas
‫ﺍﻟﻘﺼﻴﺪﺓ‬/al-qaṣīdatu/'qasidah' (11), ‫ﻣﻘﻄﻌﺎﺕ‬/muqaṭa’ātan/'potongan-potongan
syair pendek' (69), dan ‫ﻳﺘﺎﻣﻰ‬/yatāma/'yatama' (7).

Universitas Sumatera Utara

b. Bagian kedua (‫ )ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ‬memuat sajak-sajak yang dikutip dari penyair
lain, yaitu terdiri atas: ‫ ﻗﺼﺎﺋﺪ ﻣﺴﺘﻌﺎﺭﺓ ﻣﻦ ﺷﻌﺮﺍء ﺳﺎﺑﻘﻴﻦ‬/qaṣā`idu musta’āratu
min syu’arā`i sābiqīn/'sajak-sajak yang dikutip dari penyair-penyair
sebelumnya' (8),
syu’arā`i

‫ ﻗﺼﺎﺋﺪ ﻣﺴﺘﻌﺎﺭﺓ ﻣﻦ ﺷﻌﺮﺍء ﻻﺣﻘﻴﻦ‬/qaṣā`idu musta’āratu min


lāḥiqīn/'sajak-sajak

yang

diambil

dari

penyair-penyair

sesudahnya dan sebagian bertemu dengannya/menemukan karya al-Hallaj'
(5),

‫ﻓﻲ ﻟﺴﺎﻥ ﺣﺎﻝ ﺍﻟﺤﻼّﺝ‬/fī lisāni ḥāli al-ḥallaj/'nukilan puisi lama yang

menggambarkan keadaan pribadi dan jiwa Al-Hallaj' (21), dan ‫ﻗﺼﺎﺋﺪ ﻣﻜ ّﺮﺳﺔ‬
‫ﻟﻤﻮﺕ ﺍﻟﺤﻼّﺝ‬/qaṣā`idu mukarrisatu limauti al-ḥallaj/'puisi-puisi dari penyairpenyair baru (yang mengabadikan kematian Hallaj)' (5).
Begitu banyaknya syair yang akan diteliti dari diwan Al-Hallaj ini, untuk
itu peneliti membuat batasan masalah dengan menganalisis satu judul saja dari


ّ ‫"ﻫﻮ ﻫﻮ" ﺩﻳﻮﺍﻥ ﺍﻟﺤ‬/huwa-huwa dīwān alkumpulan syair Al-Hallaj dari bukunya ‫ﻼﺝ‬
ḥallāj/, yakni syair pada bagian pertama (‫ )ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻷﻭﻝ‬yaitu ‫ ﺍﻟﻘﺼﻴﺪﺓ ﺍﻷﻭﻟﻰ‬/al-qaṣīdatu
al-`ūla/'qasida pertama'yang terdiri dari 19 baris. Peneliti memilih syair dalam
qasida pertama karena merupakan pembuka dari kitab tersebut kemudian
menerangkan keseluruhan isi buku dan menggambarkan ciri-ciri syair Al-Hallaj
sebagai ahli tasawuf yang mengungkapkan kecintaan dan kerinduannya kepada
Tuhan melalui syairnya, maka dapat dikatakan juga syair ini sebagai sebuah
prolog dari Diwan al-Hallaj.
Penelitian ini menggunakan teori Balaghah dari Ali Jarim dan Mustafa
Amin dalam buku al-Balaghatu al-Wadhihah, khususnya pada bahasan Ilmu
Ma’ani mengenai Ijaz, Iṭnab dan Musawah untuk menganalisis strukturnya
kemudian menginterpretasikan makna syair al-Hallaj tersebut. Sebagai penunjang
teori ini tentunya peneliti juga merujuk pada buku Balaghah dari pengarang
lainnya, yaitu buku Jawahirul Balaghah dari Ahmad Al-Hasyimi. Balaghah
dipilih karena merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan kepada
kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan
yang samar di antara macam-macam uslub (ungkapan). Peneliti juga berpendapat
bahwa balaghah merupakan teori yang tepat digunakan untuk membedah sastra


Universitas Sumatera Utara

Arab khusunya syair-syair Arab. Adapun terjemahan syair peneliti ambil dari
buku “Diwan Al-Hallaj” karya Louis Massignon dan merujuk juga pada kamuskamus Arab-Indonesia.

‫ وﳜﻄﺮ ﺑﺒﺎﻟﻚ ﻣﻌﲎ ﻣﻨﻬﺎ ﻻ ﻳﻌﺪو اﻟﺘﻌﺒﲑ ﻋﻨﻪ ﻃﺮﻳﻘﺎ‬،‫ﻛﻞ ﻣﺎ ﳚﻮل ﰲ اﻟﺼﺪر ﻣﻦ اﳌﻌﺎﱐ‬
:‫ﻣﻦ ﻃﺮﻗﺜﻼث‬
-‫ ﲝﻴﺚ ﻳﻜﻮن اﻟﻠﻔﻆ ﻣﺴﺎوﻳﺎ ﻷﺻﻞ ذﻟﻚ اﳌﻌﲎ‬،‫ إذا ﺟﺎء اﻟﺘﻌﺒﲑ ﻋﻠﻰ ﻗﺪر اﳌﻌﲎ‬-‫أوﻻ‬
‫ﻓﻬﺬاﻫﻮ"اﳌﺴﺎواة"؛‬
‫ ﻓﺬاك ﻫﻮ "اﻹﻃﻨﺎب"؛‬،‫ إذا زاد اﻟﺘﻌﺒﲑ ﻋﻠﻰ ﻗﺪر اﳌﻌﲎ ﻟﻔﺎﺋﺪة‬-‫ﺛﺎﻧﻴﺎ‬
(١٩٦٠:٢٢١ ،‫)اﳍﺎﴰﻲ‬."‫ ﻓﺬﻟﻚ ﻫﻮ "اﻹﳚﺎز‬،‫ إذا ﻧﻘﺺ اﻟﺘﻌﺒﲑ ﻋﻠﻰ ﻗﺪر اﳌﻌﲎ اﻟﻜﺜﲑ‬-‫ﺛﺎﻟﺜﺎ‬
/kullu mā yajūlū fī aṣ-ṣadri min al-ma’ānī, wa yakhṭaru bibālika ma’nā minhā lā
ya’udū at-ta’bīru ’anhu ṭarīqan min ṭaraqi ṡalaṡin: awwalan- iżā jā`a at-ta’bīra
’alā qadri al-ma’na, biḥaiṡu yakūnu al-lafẓi musāwiyan li`aṣali żalika al-ma’nāfahażā huwa “al-musāwātu”; ṡāniyan- iżā zāda at-ta’bīra ’alā qadri al-ma’na
lifā`idati, fażāka huwa “al-iṭnābu”; ṡāliṡan- iżā naqaṣa at-ta’bīra ’alā qadri alma’na al-kaṡīri, fażālika huwa “al-ījāzu”/'Segala makna yang berputar dalam
dada, dan terlintas satu makna daripadanya, maka menyatakan satu makna itu
tidak akan lepas dari salah satu dari tiga macam cara, yaitu:
1. Apabila pernyataan sesuai dengan kadar makna, yaitu sekiranya lafaz yang
diucapkan menyamai pokok makna, maka yang demikian itu dinamakan
“Musawah”;

2. Apabila pernyataan melebihi kadar makna, maka disebut “Iṭnab”;
3. Apabila pernyataan dikurangi dari kadar makna, maka yang demikian disebut
“Ijaz”'. (Al-Hasyimi, 1994:289)
Interpretasi atau penafsiran karya sastra merupakan penjelasan atau
penerangan karya sastra. Menafsirkan karya sastra berarti menangkap makna
karya sastra, tidak hanya menurut apa adanya, tetapi juga menerangkan apa yang
tersirat dengan mengemukakan pendapat sendiri. (Sigalingging, 2013:84)
Sigalingging (2013:85) juga menjelaskan bahwa bila dipandang dalam arti
luasnya, interpretasi dimaksudkan untuk membuat kejelasan atau makna karya
sastra yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Interpretasi dapat meliputi
eksplanasi (penjelasan) pada semua aspek karya sastra, baik dari segi bahasanya,

Universitas Sumatera Utara

isi atau tema dan amanatnya, maupun struktur yang membentuknya. Interpretasi
di sini ditujukan untuk menganalisis makna syair.
Hal di atas berkaitan erat dengan apa yang dikemukakan oleh Muzakki
berikut ini:
Menurut Muzakki (2011:51) struktur syair/puisi pada dasarnya
mempunyai dua unsur, yaitu: surface structure (struktur luar/fisik)

dan deep structure (struktur dalam/batin). Struktur luar puisi
berkaitan dengan bentuk, yang terdiri dari pilihan kata (diksi),
struktur bunyi, penempatan kata dalam kalimat, penyusunan
kalimat, penyusunan bait dan tipografi (irama). Sedangkan unsur
dalam berkaitan dengan isi, tema, pesan atau makna yang tersirat
dibalik struktur luar.
Jika ditinjau dari pembahasan secara umum, tidak terdapat struktur syair
secara khusus dalam menjelaskan syair Arab, berbeda dengan struktur puisi dalam
bahasa Indonesia. Jadi dalam hal ini peneliti memusatkan penelitian kepada
penyusunan kalimat yang termasuk dalam struktur luar sesuai dengan penjelasan
di atas, berpadanan dengan pembahasan sastra Arab yang merujuk kepada bentuk
ijaz, itnab dan musawah dalam teori Balaghah.
Peneliti memilih judul “Analisis Makna Syair Al-Hallaj Dalam Kitab

ّ ‫"ﻫﻮ ﻫﻮ" ﺩﻳﻮﺍﻥ ﺍﻟﺤ‬/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/” dikarenakan ketertarikan peneliti
‫ﻼﺝ‬
dengan karya syair Al-Hallaj yang mengungkapkan kekhasan spiritual, yang
begitu kental dengan unsur ketuhanan, spontan, tajam dan sekaligus teramat pelik
(menyangkut pengalaman mistik atau ekstase), sehingga peneliti tertarik kembali
untuk meneliti makna syair tersebut dengan menganalisis struktur syair dan

interpretasi maknanya.
Alasan lainnya yaitu pembahasan mengenai syair Al-Hallaj belum pernah
diteliti oleh para mahasiswa di departemen Sastra Arab Universitas Sumatera
Utara. Penelitian syair ini juga berkaitan dengan studi tentang ilmu Balaghah dan
Telaah Puisi Arab. Alasan-alasan inilah yang menambah ketertarikan peneliti
untuk memilih syair ini sebagai objek penelitian.

Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, masalah yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah:
‫"ﻫﻮ ﻫﻮ" ﺩﻳﻮﺍﻥ‬

1. Bagaimana struktur syair Al-Hallaj dalam kitab

‫ﺍﻟﺤﻼّﺝ‬/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/ pada ‫ ﺍﻟﻘﺼﻴﺪﺓ ﺍﻷﻭﻟﻰ‬/al-qaṣīdatu al`ūla/ 'qasida pertama'?
2. Bagaimana interpretasi makna dari syair Al-Hallaj dalam kitab "‫"ﻫﻮ ﻫﻮ‬
‫ﺩﻳﻮﺍﻥ ﺍﻟﺤﻼّﺝ‬/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/ pada‫ ﺍﻟﻘﺼﻴﺪﺓ ﺍﻷﻭﻟﻰ‬/al-qaṣīdatu al`ūla/'qasida pertama'?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengungkap struktur syair Al-Hallaj dalam

kitab

‫"ﻫﻮ ﻫﻮ" ﺩﻳﻮﺍﻥ‬

‫ﺍﻟﺤﻼّﺝ‬/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/ pada ‫ ﺍﻟﻘﺼﻴﺪﺓ ﺍﻷﻭﻟﻰ‬/al-qaṣīdatu al`ūla/ 'qasida pertama'.
2. Mengungkap interpretasi makna dari syair Al-Hallaj dalam kitab ‫"ﻫﻮ‬
‫ﻫﻮ" ﺩﻳﻮﺍﻥ ﺍﻟﺤﻼّﺝ‬/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/ pada

‫ ﺍﻟﻘﺼﻴﺪﺓ ﺍﻷﻭﻟﻰ‬/al-

qaṣīdatu al-`ūla/'qasida pertama'.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Menjadi sumber informasi bagi peneliti lain yang juga ingin membahas
syair Al-Hallaj, serta menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat
mengenai syair-syair Al-Hallaj.
2. Untuk menambah referensi khazanah keilmuan jurusan Sastra Arab
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, khususnya untuk
interpretasi makna syair dari karya sastra sufi.
3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi para pembaca atau penikmat karya
sastra dalam memahami serta memaknai secara lebih mendalam syair
dari seorang tokoh sufi yaitu Al-Hallaj, agar pesan yang ingin
disampaikannya melalui syair tersebut sampai kepada para pembaca.

Universitas Sumatera Utara

1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu
penelitian yang dilakukan dengan menelaah buku-buku rujukan di perpustakaan.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
yang bersifat deskriptif.
Sumber data yang diambil dalam penelitian ini berupa syair-syair
berbahasa Arab dalam sebuah kitab berjudul

‫"ﻫﻮ ﻫﻮ" ﺩﻳﻮﺍﻥ ﺍﻟﺤﻼّﺝ‬/huwa-huwa

dīwān al-ḥallāj/ karya seorang tokoh sufi fenomenal bernama Al-Hallaj, syairsyair tersebut dikumpulkan oleh seorang orientalis asing bernama Louis
Massignon dengan judul ‘Le Diwan D’ Al Hallaj’ yang berbahasa Perancis,
kemudian diterjemahkan kembali dalam bahasa Indonesia dengan judul ‘Diwan
Al-Hallaj’. Setelah diteliti ada beberapa bagian terjemahan ini yang harus
dicermati lebih dalam.
Penelitian ini menggunakan teori Balaghah dari Ali Jarim dan Mustafa
Amin dalam menganalisis makna syair Al-Hallaj, karena peneliti melihat bahwa
ilmu Balaghah merupakan teori yang tepat dalam membedah syair Arab
(khususnya syair al-Hallaj) sehingga didapatkan pemaknaan syair secara
menyeluruh.
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti adalah:
1. Mencari syair-syair Al- Hallaj, kemudian membaca berulang-ulang syair
tersebut, lalu menterjemahkannya untuk memahaminya secara keseluruhan.
2. Mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan syair tersebut berdasarkan butir
masalah.
3. Menganalisis makna syair sehingga terjalin kesatuan antar struktur yang saling
berkaitan. Hasil yang diperoleh berupa uraian penjelasan penelitian yang
bersifat deskriptif.
4. Menganalisis syair dilakukan dengan teknik catat. Syair – syair dikaji berdasarkan teori Balaghah kemudian mencatatnya sehingga dapat diketahui hasil
analisis syair tersebut.
5. Hasil analisis syair yang telah terkumpul kemudian disusun secara sistematis
dalam bentuk laporan ilmiah berupa skripsi.

Universitas Sumatera Utara