Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan n-Heksana Kulit Buah Keben (Barringtonia asiatica L. Kurz) Chapter III V
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
-
Rotari Evaporator
Heidolph WB 2000
-
Gelas ukur
Pyrex
-
Gelas beaker
Pyrex
-
Gelas erlenmeyer
Pyrex
-
Tabung reaksi
Pyrex
-
Corong kaca
-
Corong pisah
-
Pipet tetes
-
Spatulla
-
Penangas air
-
Botol vial
-
Batang pengaduk
-
Aluminium foil
-
Kapas
-
Cotton bud
-
Rak tabung reaksi
-
Blender
-
Lemari pendingin
Toshiba
-
Pipet mikro
Eppendorf
-
Jarum ose
-
Cawan petri
-
Inkubator
-
Kertas cakram
-
Bunsen
-
Jangka sorong
-
Autoklaf
Fiber Scientific
Yamata SN 20
Universitas Sumatera Utara
22
-
Pinset
-
Kuvet
-
Labu takar
-
Neraca analitis
Mettler AE 200
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
-
Buah keben
-
Metanol
-
Etil asetat
-
n-heksana
-
Aquadest
-
FeCl3 5%
-
CeSO 1% dalam H2SO4 10%
-
Pereaksi Wagner
-
Pereaksi Maeyer
-
Pereaksi Bouchardat
-
Pereaksi Dragendorf
-
Dimethyl sulfoxide (DMSO)
-
Nutrient Broth (NB)
-
Nutrient Agar (NA)
-
Mueller Hinton Agar (MHA)
-
Biakan Staphylococcus aureus
-
Biakan Escherichia coli
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1
Penyediaan Sampel
Sampel yang diteliti adalah kulit buah keben yang diperoleh di daerah
jalan Bioteknologi Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kulit buah keben dihaluskan dengan blender sampai diperoleh serbuk kulit
buah keben sebanyak 350 g.
Universitas Sumatera Utara
23
3.3.2
Skrining Fitokimia Kulit Buah Keben
Dipotong kecil-kecil kulit buah keben segar sebanyak 50 gram, kemudian
dipanaskan pada waterbath hingga diperoleh ekstraknya. Ekstrak yang
diperoleh dilakukan uji skrining dengan beberapa tahap uji sebagai
berikut:
3.3.2.1 Uji Tanin
Ekstrak Metanol kulit buah keben dimasukkan dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan FeCl3 5%, jika terbentuk larutan berwarna hitam
maka positif mengandung tannin.
3.3.2.2 Uji Terpenoida
Ekstrak metanol kulit buah keben diteteskan pada plate klomatorgrafi
lapis tipis ditambahkan CeSO4 1% Kemudian panaskan, jika terbentuk
warna merah kecoklatan maka positif mengandung terpenoida.
3.3.2.3 Uji Alkaloida
Ektrak metanol kulit buah keben dimasukkan dalam 3 tabung reaksi.
Tabung I ditetesi pereaksi Bouchardat, jika terbentuk endapan coklat maka
positif mengandung alkaloida. Tabung II ditetesi pereaksi Meyer, jika
terbentuk endapan putih, maka positif mengandung alkaloida. Tabung III
ditetesi pereaksi Dragendorf, jika terbentuk endapan jingga, maka positf
mengandung alkaloida.
3.3.2.4 Uji Saponin
Ekstrak metanol kulit buah keben dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 10 ml aquadest, kemudian dikocok kuat-kuat. Jika terbentuk
busa maka positif mengandung saponin.
3.3.2.5 Uji Flavonoida
Ekstrak metanol kulit buah keben dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan etil asetat dan peraksi FeCl 3, jika terbentuk larutan warna
hitam maka positif mengandung flavonoida.
Universitas Sumatera Utara
24
3.3.3
Ekstraksi Kulit Buah Keben
Serbuk kulit buah keben ditimbang sebanyak 350 g, kemudian dimaserasi
dengan metanol sebanyak ± 4 L sampai semua sampel terendam dan
dibiarkan selama 24 jam. Maserat disaring dan diperoleh ekstrak metanol
kulit buah keben. Ekstrak metanol kulit buah keben di pekatkan diatas
penangas air sehingga diperoleh ekstrak padat metanol. Ekstrak padat
metanol yang diperoleh kemudian dilarutkan dengan etil asetat hingga
terbentuk endapan
dan ekstrak etil asetat. Endapan dipisahkan (tidak
dilanjutkan) dan diuji pada pereaksi untuk identifikasi senyawa tanin
positif, dilanjutkan dengan uji antibakteri terhadap bakteri S. aureus, dan
E. coli.
Ekstrak etil asetat dipekatkan dengan menggunakan penangas air
sehingga diperoleh ekstrak padat etil asetat, ekstrak padat yang diperoleh
diuapkan hingga semua etil asetat menguap. Ekstrak padat tersebut
dilarutkan dengan metanol dan dipartisi dengan n-heksana hingga
terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah yaitu etil asetat dan lapisan atas
yaitu n-heksana. Partisi dilakukan kembali secara berulang-ulang
menggunakan pelarut n-heksana sampai lapisan n-heksana bening dan
ekstrak etil asetat yang diperoleh memberikan hasil uji yang positif pada
pereaksi untuk identifikasi senyawa flavonoid.
Ekstrak etil asetat dan n-heksana dipekatkan kembali dengan penangas
air hingga diperoleh ekstrak padat etil asetat dan ekstrak padat n-heksana.
Ekstrak padat etil asetat dan n-heksana dilanjutkan dengan uji antibakteri
terhadap bakteri S. aureus dan E. coli.
3.3.4
Uji Antibakteri Ekstrak Etil Asetat, Metanol, dan n-Heksana Kulit
Buah Keben
3.3.4.1 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
Sebanyak 7 g nutrien agar dimasukkan dalam erlenmeyer lalu dilarutkan
dalam 250 ml aquadest dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih.
Lalu disterilkan di autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
Universitas Sumatera Utara
25
3.3.4.2 Pembuatan Media Agar Miring dan Stok Kultur Bakteri
Kedalam tabung reaksi yang steril dimasukkan 3 ml media nutrient agar
steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi
miring membentuk sudut 30-450. Biakkan bakteri staphylococcus aureus
dari strain utama diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasi pada
permukaan media nutrient agar miring denggan cara menggores,
kemudian diinkubasi pada suhu 35 0C selama 18-24 jam. Hal sama juga
dilakukan pada biakan bakteri Escherichia coli.
3.3.4.3 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)
Sebanyak 10,2 g serbuk mueller hinton agar dimasukkan dalam
erlenmeyer lalu dilarutkan dalam 300 ml aquadest dan dipanaskan hingga
semua larut dan mendidih. Lalu disterilkan di autoklaf pada suhu 121 0C
selama 15 menit.
3.3.4.4 Pembuatan Inokulum Bakteri
Sebanyak 3,25 g nutrient broth (NB) dilarutkan dengan 250 ml aquadest
dalam erlenmeyer dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih,
kemudian disterilkan diautoklaf 1210C selama 15 menit dan didinginkan.
Lalu koloni bakteri Staphylococcus aureus diambil dari stok kultur
menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan kedalam 10 ml
media nutrient broth steril dalam tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu
35oC selama ± 3 jam, lalu dibandingkan kekeruhannya dengan kekeruhan
standar Mc Farland. Hal yang sama juga dilakukan untuk koloni bakteri
Escherichia coli.
3.3.4.5 Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan
n-Heksana Kulit Buah Keben
Ekstrak metanol, etil asetat, dan n-Heksan ditimbang 500 mg kemudian
dilarutkan dengan 1 ml DMSO, konsentrasi ekstrak sama dengan 500
mg/ml. kemudian dari konsentrasi 500 mg/ml dengan rumus pengenceran
V1 . C1 = V2 . C2 dihitung untuk konsentrasi 400 mg/l, 300 mg/ml, 200
mg/ml dan 100 mg/ml. perlakuan yang sama dilakukan untuk ekstrak etil
asetat dan n-heksana
Universitas Sumatera Utara
26
3.3.4.6 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat, Metanol, dan nHeksana Kulit Buah Keben
Dimasukkan media Mueller Hinton Agar (MHA) kedalam cawan petri steril
dengan suhu 45-500C kemudian dibiarkan sampai memadat. Diambil cotton
bad steril, lalu dicelupkan kedalam inokulum bakteri, kemudian digoreskan ke
media MHA yang telah memadat. Dimasukkan kertas cakram yang telah
direndam dengan ekstrak etil asetat, metanol, dan n-heksan kulit buah keben
dengan berbagai variasi konsentrasi kedalam cawan petri yang telah berisi
bakteri, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 0C selama 18-24
jam. Selanjutnya diukur diameter zona hambat disekitar kertas cakram dengan
jangka sorong. Dilakukan dengan cara yang sama terhadap bakteri E. Coli
Universitas Sumatera Utara
27
3.4
Bagan Penelitian
3.4.1
Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Buah Keben
Ekstrak Metanol Kulit Buah Keben
dimasukkan kedalam tabung reaksi secukupnya
ditambahkan pereaksi untuk masing-masing uji
Alkaloid
Flavonoid
Tabung I+
pereaksi
Meyer
ditambahkan
FeCl3
Saponin
Tanin
Terpenoid
ditotolkan
pada plat
KLT
ditambahkan
FeCl3 5%
disemprotkan
dengan
CeSO4
Tabung II+
pereaksi
Dragendoff
ditambahkan
aquadest
dikocok
kuat-kuat
Tabung III +
pereaksi
Bouchardart
Alkaloid
negatif
Flavonoid
positif
Terpenoid
positif
Tanin
Positif
Saponin
negatif
Universitas Sumatera Utara
28
3.4.2
Ekstraksi Metanol, Etil Asetat, dan n-Heksana Kulit Buah Keben
350 gr Serbuk Kulit Buah Keben
dimaserasi dengan metanol sebanyak 4 L
didiamkan selama ± 24 jam
disaring
Residu
Larutan Metanol
diskrining fitokimia
dipekatkan dengan rotari evaporator
Ekstrak Padat
Metanol
ditambahkan dengan etil asetat
disaring
Larutan
Etil Asetat
diuapkan dengan penangas air
Ekstrak Padat
Etil Asetat
Yang Tidak Larut Dalam Etil Asetat
(Ekstrak Padat Metanol)
diuapkan dengan
penangas air
diuji aktivitas antibakteri
Hasil
dilarutkan dengan metanol
dipartisi dengan n-Heksan
Larutan Metanol Yang Mengandung
Ekstrak Etil Asetat
Larutan n-Heksan
diuapkan dengan
penangas air
diuapkan dengan penangas air
Ekstrak Padat
Etil Asetat
Ekstrak Padat
n-Heksan
diuji aktivitas
antibakteri
diuji aktivitas antibakteri
Hasil
Hasil
Universitas Sumatera Utara
29
3.4.3
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan
n-Heksana Pada Kulit Buah Keben
3.4.3.1 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)
10,2 g Media Mueller Hinton
Agar (MHA)
dilarutkan dengan 300 ml aquadest dalam erlenmeyer
dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210c selama 15
menit
Media Mueller Hinton Agar
(MHA) Steril
3.4.3.2 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA), Media Agar Miring dan Stok
Kultur Bakteri
7 g Media Nutrient Agar (NA)
dilarutkan dengan 250 ml aquadest dalam erlenmeyer
dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
Media Nutrient Agar
(NA) Steril
dituangkan sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi
dibiarkan pada temperatur kamar sampai memadat pada
posisi miring membentuk sudu 30-450C
diambil biakan bakteri S.aureus dari Strain utama dengan
jarumose lalu digoreskan pada media nutrient agar yang
telah memadat
diinkubasi pada suhu 350C selama 18-24 jam
Stok Kultur Bakteri Staphylococcus aureus
Dilakukan hal yang sama untuk bakteri Escherichia coli
Universitas Sumatera Utara
30
3.4.3.3 Penyiapan Inokulum Bakteri
3,25 g Media Nutrient Broth (NB)
dilarutkan dengan 250 ml aquadest kedalam erlenmeyer
dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan memdidih
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
Media Nutrient Broth (NB) Steril
dimasukkan sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi
diambil koloni bakteri S. aureus dari stok kultur bakteri
dengan jarum ose
disuspensikan kedalam Nutrient Broth (NB)
diinkubasi pada suhu 350C selama 3 jam
dibandingkan kekeruhannya dengan kekeruhan Mc farland
(108 CFU/ml)
Inokulum Bakteri Sthaphylococcus
aureus
Dilakukan hal yang sama untuk bakteri Escherichia coli
Universitas Sumatera Utara
31
3.4.3.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan
n-heksan Pada Kulit Buah Keben
Inokulum Bakteri
dimasukkan media MHA kedalam cawan petri steril dengan
suhu 45-500C
dibiarkan sampai memadat
diambil cotton bad steril, lalu dicelupkan kedalam inokulum
bakteri
digoreskan ke media MHA yang telah memadat
dimasukkan kertas cakram yang telah direndam dengan
ekstrak metanol, etil asetat, dan n-Heksan kulit buah keben
dengan berbagai konsentrasi kedalam cawan petri yang telah
berisi bakteri
diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 350C
diukur diameter zona bening disekitar cakram dengan jangka
sorong
Hasil
Universitas Sumatera Utara
32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Buah Keben
Ekstrak metanol kulit buah keben yang diperoleh diuji skrining fitokimia untuk
mengetahui adanya golongan senyawa alkaloida, flavonoida, tanin, saponin dan
terpenoida yang ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Buah Keben
Parameter
No
1
Alkaloida
Pereaksi
Hasil
Dragendorf
-
Bouchardat
-
Meyer
-
Wagner
-
2
Flavonoida
FeCl3
+
3
Terpenoida
CeSO41%
+
4
Saponin
Aquadest
-
5
Tanin
FeCl3 5%
+
Keterangan :
-
= Reaksi Negatif
+ = Reaksi Positif
Universitas Sumatera Utara
33
4.1.2
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan nHeksana pada Kulit Buah Keben
Uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana kulit
buah keben menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri yaitu
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran diameter zona bening yang
terbentuk, yaitu berupa wilayah bening disekeliling kertas cakram yang
mengandung ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana kulit buah keben yang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 4.1 Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus Ekstrak Metanol
Gamabar 4.2 Zona hambat bakteri Escherichia coli Ekstrak Metanol
Universitas Sumatera Utara
34
Gambar 4.3 Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus Ekstrak Etil Asetat
Gambar 4.4 Zona hambat bakteri Escherichia coli Ekstrak Etil Asetat
Universitas Sumatera Utara
35
Gambar 4.5 Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus Ekstrak n-Heksana
Gambar 4.6 Zona hambat bakteri Escherichia coli Ekstrak n-Heksana
Universitas Sumatera Utara
36
Hasil pengukuran diameter zona bening aktivitas antibakteri ekstrak
metanol, etil asetat, dan n-heksana kulit buah keben terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
ini:
Tabel 4.2.Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Keben
Diameter Zona Hambat (mm)
Konsentrasi
Ekstrak Metanol
Ekstrak Etil Asetat
Estrak n-Heksana
mg/ml
E. coli
S. aureus
E. coli
S. aureus
E.coli
S.aureus
blanko
-
-
-
-
-
-
100
6,00
6,34
6,81
9,14
6,00
6,05
200
6,84
6,90
7,27
11,03
6,09
6,19
300
7,20
7,58
8,12
11,80
6,22
6,50
400
8,33
9,25
9,38
12,24
7,11
7,26
500
10,63
13,30
11,37
16,42
7,32
7,45
Keterangan :
Blanko
= Kertas cakram direndam dengan DMSO
4.2
Pembahasan
4.2.1
Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Buah Keben
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dari suatu penelitian
yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang
terkandung dalam tumbuhan (Kristansti, dkk, 2008). Berdasarkan hasil skrining
fitokimia golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak metanol kulit buah
keben adalah terpenoida, flavonoida, dan tanin.
Berdasarkan Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia ekstrak metanol kulit buah
keben mengandung golongan senyawa terpenoida, flavonoida, dan tanin yang
dapat ditarik dalam pelarut metanol, hal ini disebabkan karena metanol memiliki
gugus polar (-OH) dan gugus non polar (-CH3) sehingga dapat menarik analitanalit yang bersifat polar dan non polar.
Universitas Sumatera Utara
37
Uji flavonoida pada ekstrak metanol kulit buah keben dengan penambahan
FeCl3. Pada pengujian flavonoida dari ekstrak metanol kulit buah keben
menyebabkan perubahan warna menjadi kuning kemerahan sehingga positif
mengandung flavinoida. Flavonoida mempunyai tipe yang beragam dan terdapat
dalam bentuk bebas (aglikon) maupun terikat sebagai glikosida. Aglikon
polimetoksi bersifat non polar, aglikon polihidroksi bersifat semi polar, sedangkan
glikosida flavonoiad bersifat polar yaitu mengandung sejumlah gugus hidroksil
dan gula, sebab itu golongan flavonoida dapat tertarik dalam pelarut metanol yang
bersifat universal (Harborne, 1987).
Saponin mengandung gugus glikosida, Glikosida adalah suatu kompleks
antara gula pereduksi (glikon) dan bukan gula (aglikon). Glikon bersifat mudah
larut dalam air. Selain itu saponin adalah senyawa aktif permukaan kuat yang
menimbulkan busa jika dikocok dengan air. Timbulnya busa menunjukkan adanya
glikosida yang terhidrolisis dalam air menjadi glukosa dan senyawa lain (aglikon)
(Robinson, 1995).
Pengujian terpenoida didasarkan pada kemampuan senyawa untuk
membentuk warna dengan penambahan CeSO4 1% dalam H2SO4 10% . Hasil
yang diperoleh menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya warna merah
kecoklatan yang menunjukkan adanya kandungan terpenoida (Sangi et al, 2008).
Pengujian tanin didasarkan pada kemampuan senyawa untuk membentuk
warna dengan pemambahan FeCl35%. Pada penambahan ini golongan tanin
terhidrolisis akan menghasilkan warna hitam. Perubahan warna ini terjadi ketika
penambahan FeCl3 yang bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada
pada senyawa tanin (Sangi et al, 2008).
4.2.2 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan nHeksana pada Kulit Buah Keben
Berdasarkan Clinical and Laboratory Standars Institute (2012) menyatakan
bahwa batas daerah hambatan bakteri yaitu dengan diameter zona hambat ≥ 20
memiliki zona hambatan yang sangat efektif, antara 15 sampai 19 mm memiliki
zona hambatan efektif, ≤ 14 memiliki zona hambatan kurang efektif.
Universitas Sumatera Utara
38
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa ekstrak etil asetat kulit buah
keben menunjukkan diameter zona hambat yang lebih efektif terhadap bakteri
gram positif Staphylococcus aureus pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter
zona hambat bakteri 16,42 mm dibandingkan dengan bakteri gram negatif
Escherichia coli pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter zona hambat
bakteri 11,37 mm. Dan juga dapat di lihat bahwa semakin besar konsentrasi
ekstrak maka semakin besar pula diameter daya hambat yang dibentuknya,
sehingga diketahui bahwa keduanya memiliki hubungan yang berbanding lurus
Diameter Zona Bening
(mm)
satu sama lain, dan dapat digambarkan dibawah ini :
12
10
8
6
4
2
0
0
100
200
300
400
500
600
Konsentrasi (mg/ml)
Ekstrak Metanol
Ekstrak Etil Asetat
Ekstrak n-Heksana
Gambar 4.7 Grafik Diameter Zona Bening bakteri Escherichia coli pada
Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan n-Heksana
Diameter Zona Bening
(mm)
20
15
10
5
0
0
100
200
300
400
500
600
Konsentrasi (mg/ml)
ekstrak metanol
ekstrak etil asetat
ekstrak n-heksana
Gambar 4.8 Grafik Diameter Zona Bening bakteri Staphylococcus aureus
pada Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan n-Heksana
Universitas Sumatera Utara
39
Hasil uji aktivitas antibakteri pada ekstrak metanol kulit buah keben dapat
menghambat petumbuhan bakteri lebih baik dengan zona hambat yang efektif
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada konsentrasi
500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 13,30 dan 10,63 mm.
Pada ekstrak etil asetat kulit buah keben menunjukkan zona hambat yang efektif
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada konsentrasi
500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 16,42 dan 11,37 mm.
Dan pada ekstrak n-heksana kulit buah keben menunjukkan zona hambat yang
efektif terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada
konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 7,45 dan
7,32 mm.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol, etil asetat, dan
n-heksana kulit buah keben lebih mudah menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif Staphylococcus aureus dibandingkan dengan bakteri gram negatif
Escherichia coli. Hal ini disebabkan oleh perbedaan komposisi dan struktur
dinding sel pada bakteri gram positif dan gram negatif. Struktur dinding sel
bakteri gram positif berlapis tunggal dengan kandungan lipid yang rendah (1-4%),
sedangkan bakteri gram negatif memiliki kandungan lipid tinggi yaitu 11-12%
dan membran terluar terdiri dari 3 lapisan yaitu lipopolisakarida, lipoprotein, dan
pospolipid (Fardiaz, 1992).
Hal ini sesuai dengan hasil uji skrining fitokimia yang menunjukkan bahwa
ekstrak metanol kulit buah keben mengandung senyawa berupa flavonoida,
terpenoida dan tanin. Adanya senyawa tanin dan flavonoid yang merupakan
senyawa fenol menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah keben memiliki aktivitas
antibakteri (Robinson, 1995). Senyawa fenol bekerja dengan cara mendenaturasi
sel protein sehingga sel protein pada bakteri menjadi kehilangan aktivitas
biologinya. Akibat terganggunnya fungsi permeabilitas sel bakteri maka bakteri
mengalami lisis (pemecahan sel) yang mengakibatkan pada kematian sel bakteri
(Harborne, 1987).
Universitas Sumatera Utara
40
Sedangkan senyawa golongan terpenoida pada ekstrak metanol kulit buah
keben dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara merusak membran sel
bakteri, membran sel bakteri bertindak sebagai pelindung dan mengontrol
pertukaran zat dengan lingkungannya (Jawetz et al, 2001).
Universitas Sumatera Utara
42
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil skrining fitokimia golongan senyawa yang terkandung
dalam ekstrak metanol kulit buah keben adalah terpenoida, flavonida, dan
tanin.
2. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat kulit
buah keben memberikan diameter zona hambat yang lebih baik terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada konsentrasi 500
mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 16,42 dan 11,37 mm,
sedangkan pada ekstrak metanol dengan diameter zona hambat masingmasing 13,30 dan 10,63 mm, dan pada ekstrak n-heksana dengan diameter
zona hambat masing-masing 7,45 mm dan 7,32 mm.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji antibakteri kulit buah
keben (Barringtonia asiatica L. Kurz) dengan beberapa jenis bakteri pathogen
lainnya dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda pula.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
-
Rotari Evaporator
Heidolph WB 2000
-
Gelas ukur
Pyrex
-
Gelas beaker
Pyrex
-
Gelas erlenmeyer
Pyrex
-
Tabung reaksi
Pyrex
-
Corong kaca
-
Corong pisah
-
Pipet tetes
-
Spatulla
-
Penangas air
-
Botol vial
-
Batang pengaduk
-
Aluminium foil
-
Kapas
-
Cotton bud
-
Rak tabung reaksi
-
Blender
-
Lemari pendingin
Toshiba
-
Pipet mikro
Eppendorf
-
Jarum ose
-
Cawan petri
-
Inkubator
-
Kertas cakram
-
Bunsen
-
Jangka sorong
-
Autoklaf
Fiber Scientific
Yamata SN 20
Universitas Sumatera Utara
22
-
Pinset
-
Kuvet
-
Labu takar
-
Neraca analitis
Mettler AE 200
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
-
Buah keben
-
Metanol
-
Etil asetat
-
n-heksana
-
Aquadest
-
FeCl3 5%
-
CeSO 1% dalam H2SO4 10%
-
Pereaksi Wagner
-
Pereaksi Maeyer
-
Pereaksi Bouchardat
-
Pereaksi Dragendorf
-
Dimethyl sulfoxide (DMSO)
-
Nutrient Broth (NB)
-
Nutrient Agar (NA)
-
Mueller Hinton Agar (MHA)
-
Biakan Staphylococcus aureus
-
Biakan Escherichia coli
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1
Penyediaan Sampel
Sampel yang diteliti adalah kulit buah keben yang diperoleh di daerah
jalan Bioteknologi Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kulit buah keben dihaluskan dengan blender sampai diperoleh serbuk kulit
buah keben sebanyak 350 g.
Universitas Sumatera Utara
23
3.3.2
Skrining Fitokimia Kulit Buah Keben
Dipotong kecil-kecil kulit buah keben segar sebanyak 50 gram, kemudian
dipanaskan pada waterbath hingga diperoleh ekstraknya. Ekstrak yang
diperoleh dilakukan uji skrining dengan beberapa tahap uji sebagai
berikut:
3.3.2.1 Uji Tanin
Ekstrak Metanol kulit buah keben dimasukkan dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan FeCl3 5%, jika terbentuk larutan berwarna hitam
maka positif mengandung tannin.
3.3.2.2 Uji Terpenoida
Ekstrak metanol kulit buah keben diteteskan pada plate klomatorgrafi
lapis tipis ditambahkan CeSO4 1% Kemudian panaskan, jika terbentuk
warna merah kecoklatan maka positif mengandung terpenoida.
3.3.2.3 Uji Alkaloida
Ektrak metanol kulit buah keben dimasukkan dalam 3 tabung reaksi.
Tabung I ditetesi pereaksi Bouchardat, jika terbentuk endapan coklat maka
positif mengandung alkaloida. Tabung II ditetesi pereaksi Meyer, jika
terbentuk endapan putih, maka positif mengandung alkaloida. Tabung III
ditetesi pereaksi Dragendorf, jika terbentuk endapan jingga, maka positf
mengandung alkaloida.
3.3.2.4 Uji Saponin
Ekstrak metanol kulit buah keben dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 10 ml aquadest, kemudian dikocok kuat-kuat. Jika terbentuk
busa maka positif mengandung saponin.
3.3.2.5 Uji Flavonoida
Ekstrak metanol kulit buah keben dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan etil asetat dan peraksi FeCl 3, jika terbentuk larutan warna
hitam maka positif mengandung flavonoida.
Universitas Sumatera Utara
24
3.3.3
Ekstraksi Kulit Buah Keben
Serbuk kulit buah keben ditimbang sebanyak 350 g, kemudian dimaserasi
dengan metanol sebanyak ± 4 L sampai semua sampel terendam dan
dibiarkan selama 24 jam. Maserat disaring dan diperoleh ekstrak metanol
kulit buah keben. Ekstrak metanol kulit buah keben di pekatkan diatas
penangas air sehingga diperoleh ekstrak padat metanol. Ekstrak padat
metanol yang diperoleh kemudian dilarutkan dengan etil asetat hingga
terbentuk endapan
dan ekstrak etil asetat. Endapan dipisahkan (tidak
dilanjutkan) dan diuji pada pereaksi untuk identifikasi senyawa tanin
positif, dilanjutkan dengan uji antibakteri terhadap bakteri S. aureus, dan
E. coli.
Ekstrak etil asetat dipekatkan dengan menggunakan penangas air
sehingga diperoleh ekstrak padat etil asetat, ekstrak padat yang diperoleh
diuapkan hingga semua etil asetat menguap. Ekstrak padat tersebut
dilarutkan dengan metanol dan dipartisi dengan n-heksana hingga
terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah yaitu etil asetat dan lapisan atas
yaitu n-heksana. Partisi dilakukan kembali secara berulang-ulang
menggunakan pelarut n-heksana sampai lapisan n-heksana bening dan
ekstrak etil asetat yang diperoleh memberikan hasil uji yang positif pada
pereaksi untuk identifikasi senyawa flavonoid.
Ekstrak etil asetat dan n-heksana dipekatkan kembali dengan penangas
air hingga diperoleh ekstrak padat etil asetat dan ekstrak padat n-heksana.
Ekstrak padat etil asetat dan n-heksana dilanjutkan dengan uji antibakteri
terhadap bakteri S. aureus dan E. coli.
3.3.4
Uji Antibakteri Ekstrak Etil Asetat, Metanol, dan n-Heksana Kulit
Buah Keben
3.3.4.1 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
Sebanyak 7 g nutrien agar dimasukkan dalam erlenmeyer lalu dilarutkan
dalam 250 ml aquadest dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih.
Lalu disterilkan di autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
Universitas Sumatera Utara
25
3.3.4.2 Pembuatan Media Agar Miring dan Stok Kultur Bakteri
Kedalam tabung reaksi yang steril dimasukkan 3 ml media nutrient agar
steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi
miring membentuk sudut 30-450. Biakkan bakteri staphylococcus aureus
dari strain utama diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasi pada
permukaan media nutrient agar miring denggan cara menggores,
kemudian diinkubasi pada suhu 35 0C selama 18-24 jam. Hal sama juga
dilakukan pada biakan bakteri Escherichia coli.
3.3.4.3 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)
Sebanyak 10,2 g serbuk mueller hinton agar dimasukkan dalam
erlenmeyer lalu dilarutkan dalam 300 ml aquadest dan dipanaskan hingga
semua larut dan mendidih. Lalu disterilkan di autoklaf pada suhu 121 0C
selama 15 menit.
3.3.4.4 Pembuatan Inokulum Bakteri
Sebanyak 3,25 g nutrient broth (NB) dilarutkan dengan 250 ml aquadest
dalam erlenmeyer dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih,
kemudian disterilkan diautoklaf 1210C selama 15 menit dan didinginkan.
Lalu koloni bakteri Staphylococcus aureus diambil dari stok kultur
menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan kedalam 10 ml
media nutrient broth steril dalam tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu
35oC selama ± 3 jam, lalu dibandingkan kekeruhannya dengan kekeruhan
standar Mc Farland. Hal yang sama juga dilakukan untuk koloni bakteri
Escherichia coli.
3.3.4.5 Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan
n-Heksana Kulit Buah Keben
Ekstrak metanol, etil asetat, dan n-Heksan ditimbang 500 mg kemudian
dilarutkan dengan 1 ml DMSO, konsentrasi ekstrak sama dengan 500
mg/ml. kemudian dari konsentrasi 500 mg/ml dengan rumus pengenceran
V1 . C1 = V2 . C2 dihitung untuk konsentrasi 400 mg/l, 300 mg/ml, 200
mg/ml dan 100 mg/ml. perlakuan yang sama dilakukan untuk ekstrak etil
asetat dan n-heksana
Universitas Sumatera Utara
26
3.3.4.6 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat, Metanol, dan nHeksana Kulit Buah Keben
Dimasukkan media Mueller Hinton Agar (MHA) kedalam cawan petri steril
dengan suhu 45-500C kemudian dibiarkan sampai memadat. Diambil cotton
bad steril, lalu dicelupkan kedalam inokulum bakteri, kemudian digoreskan ke
media MHA yang telah memadat. Dimasukkan kertas cakram yang telah
direndam dengan ekstrak etil asetat, metanol, dan n-heksan kulit buah keben
dengan berbagai variasi konsentrasi kedalam cawan petri yang telah berisi
bakteri, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 0C selama 18-24
jam. Selanjutnya diukur diameter zona hambat disekitar kertas cakram dengan
jangka sorong. Dilakukan dengan cara yang sama terhadap bakteri E. Coli
Universitas Sumatera Utara
27
3.4
Bagan Penelitian
3.4.1
Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Buah Keben
Ekstrak Metanol Kulit Buah Keben
dimasukkan kedalam tabung reaksi secukupnya
ditambahkan pereaksi untuk masing-masing uji
Alkaloid
Flavonoid
Tabung I+
pereaksi
Meyer
ditambahkan
FeCl3
Saponin
Tanin
Terpenoid
ditotolkan
pada plat
KLT
ditambahkan
FeCl3 5%
disemprotkan
dengan
CeSO4
Tabung II+
pereaksi
Dragendoff
ditambahkan
aquadest
dikocok
kuat-kuat
Tabung III +
pereaksi
Bouchardart
Alkaloid
negatif
Flavonoid
positif
Terpenoid
positif
Tanin
Positif
Saponin
negatif
Universitas Sumatera Utara
28
3.4.2
Ekstraksi Metanol, Etil Asetat, dan n-Heksana Kulit Buah Keben
350 gr Serbuk Kulit Buah Keben
dimaserasi dengan metanol sebanyak 4 L
didiamkan selama ± 24 jam
disaring
Residu
Larutan Metanol
diskrining fitokimia
dipekatkan dengan rotari evaporator
Ekstrak Padat
Metanol
ditambahkan dengan etil asetat
disaring
Larutan
Etil Asetat
diuapkan dengan penangas air
Ekstrak Padat
Etil Asetat
Yang Tidak Larut Dalam Etil Asetat
(Ekstrak Padat Metanol)
diuapkan dengan
penangas air
diuji aktivitas antibakteri
Hasil
dilarutkan dengan metanol
dipartisi dengan n-Heksan
Larutan Metanol Yang Mengandung
Ekstrak Etil Asetat
Larutan n-Heksan
diuapkan dengan
penangas air
diuapkan dengan penangas air
Ekstrak Padat
Etil Asetat
Ekstrak Padat
n-Heksan
diuji aktivitas
antibakteri
diuji aktivitas antibakteri
Hasil
Hasil
Universitas Sumatera Utara
29
3.4.3
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan
n-Heksana Pada Kulit Buah Keben
3.4.3.1 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)
10,2 g Media Mueller Hinton
Agar (MHA)
dilarutkan dengan 300 ml aquadest dalam erlenmeyer
dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210c selama 15
menit
Media Mueller Hinton Agar
(MHA) Steril
3.4.3.2 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA), Media Agar Miring dan Stok
Kultur Bakteri
7 g Media Nutrient Agar (NA)
dilarutkan dengan 250 ml aquadest dalam erlenmeyer
dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
Media Nutrient Agar
(NA) Steril
dituangkan sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi
dibiarkan pada temperatur kamar sampai memadat pada
posisi miring membentuk sudu 30-450C
diambil biakan bakteri S.aureus dari Strain utama dengan
jarumose lalu digoreskan pada media nutrient agar yang
telah memadat
diinkubasi pada suhu 350C selama 18-24 jam
Stok Kultur Bakteri Staphylococcus aureus
Dilakukan hal yang sama untuk bakteri Escherichia coli
Universitas Sumatera Utara
30
3.4.3.3 Penyiapan Inokulum Bakteri
3,25 g Media Nutrient Broth (NB)
dilarutkan dengan 250 ml aquadest kedalam erlenmeyer
dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan memdidih
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
Media Nutrient Broth (NB) Steril
dimasukkan sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi
diambil koloni bakteri S. aureus dari stok kultur bakteri
dengan jarum ose
disuspensikan kedalam Nutrient Broth (NB)
diinkubasi pada suhu 350C selama 3 jam
dibandingkan kekeruhannya dengan kekeruhan Mc farland
(108 CFU/ml)
Inokulum Bakteri Sthaphylococcus
aureus
Dilakukan hal yang sama untuk bakteri Escherichia coli
Universitas Sumatera Utara
31
3.4.3.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan
n-heksan Pada Kulit Buah Keben
Inokulum Bakteri
dimasukkan media MHA kedalam cawan petri steril dengan
suhu 45-500C
dibiarkan sampai memadat
diambil cotton bad steril, lalu dicelupkan kedalam inokulum
bakteri
digoreskan ke media MHA yang telah memadat
dimasukkan kertas cakram yang telah direndam dengan
ekstrak metanol, etil asetat, dan n-Heksan kulit buah keben
dengan berbagai konsentrasi kedalam cawan petri yang telah
berisi bakteri
diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 350C
diukur diameter zona bening disekitar cakram dengan jangka
sorong
Hasil
Universitas Sumatera Utara
32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Buah Keben
Ekstrak metanol kulit buah keben yang diperoleh diuji skrining fitokimia untuk
mengetahui adanya golongan senyawa alkaloida, flavonoida, tanin, saponin dan
terpenoida yang ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Buah Keben
Parameter
No
1
Alkaloida
Pereaksi
Hasil
Dragendorf
-
Bouchardat
-
Meyer
-
Wagner
-
2
Flavonoida
FeCl3
+
3
Terpenoida
CeSO41%
+
4
Saponin
Aquadest
-
5
Tanin
FeCl3 5%
+
Keterangan :
-
= Reaksi Negatif
+ = Reaksi Positif
Universitas Sumatera Utara
33
4.1.2
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan nHeksana pada Kulit Buah Keben
Uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana kulit
buah keben menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri yaitu
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran diameter zona bening yang
terbentuk, yaitu berupa wilayah bening disekeliling kertas cakram yang
mengandung ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana kulit buah keben yang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 4.1 Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus Ekstrak Metanol
Gamabar 4.2 Zona hambat bakteri Escherichia coli Ekstrak Metanol
Universitas Sumatera Utara
34
Gambar 4.3 Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus Ekstrak Etil Asetat
Gambar 4.4 Zona hambat bakteri Escherichia coli Ekstrak Etil Asetat
Universitas Sumatera Utara
35
Gambar 4.5 Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus Ekstrak n-Heksana
Gambar 4.6 Zona hambat bakteri Escherichia coli Ekstrak n-Heksana
Universitas Sumatera Utara
36
Hasil pengukuran diameter zona bening aktivitas antibakteri ekstrak
metanol, etil asetat, dan n-heksana kulit buah keben terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
ini:
Tabel 4.2.Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Keben
Diameter Zona Hambat (mm)
Konsentrasi
Ekstrak Metanol
Ekstrak Etil Asetat
Estrak n-Heksana
mg/ml
E. coli
S. aureus
E. coli
S. aureus
E.coli
S.aureus
blanko
-
-
-
-
-
-
100
6,00
6,34
6,81
9,14
6,00
6,05
200
6,84
6,90
7,27
11,03
6,09
6,19
300
7,20
7,58
8,12
11,80
6,22
6,50
400
8,33
9,25
9,38
12,24
7,11
7,26
500
10,63
13,30
11,37
16,42
7,32
7,45
Keterangan :
Blanko
= Kertas cakram direndam dengan DMSO
4.2
Pembahasan
4.2.1
Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Buah Keben
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dari suatu penelitian
yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang
terkandung dalam tumbuhan (Kristansti, dkk, 2008). Berdasarkan hasil skrining
fitokimia golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak metanol kulit buah
keben adalah terpenoida, flavonoida, dan tanin.
Berdasarkan Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia ekstrak metanol kulit buah
keben mengandung golongan senyawa terpenoida, flavonoida, dan tanin yang
dapat ditarik dalam pelarut metanol, hal ini disebabkan karena metanol memiliki
gugus polar (-OH) dan gugus non polar (-CH3) sehingga dapat menarik analitanalit yang bersifat polar dan non polar.
Universitas Sumatera Utara
37
Uji flavonoida pada ekstrak metanol kulit buah keben dengan penambahan
FeCl3. Pada pengujian flavonoida dari ekstrak metanol kulit buah keben
menyebabkan perubahan warna menjadi kuning kemerahan sehingga positif
mengandung flavinoida. Flavonoida mempunyai tipe yang beragam dan terdapat
dalam bentuk bebas (aglikon) maupun terikat sebagai glikosida. Aglikon
polimetoksi bersifat non polar, aglikon polihidroksi bersifat semi polar, sedangkan
glikosida flavonoiad bersifat polar yaitu mengandung sejumlah gugus hidroksil
dan gula, sebab itu golongan flavonoida dapat tertarik dalam pelarut metanol yang
bersifat universal (Harborne, 1987).
Saponin mengandung gugus glikosida, Glikosida adalah suatu kompleks
antara gula pereduksi (glikon) dan bukan gula (aglikon). Glikon bersifat mudah
larut dalam air. Selain itu saponin adalah senyawa aktif permukaan kuat yang
menimbulkan busa jika dikocok dengan air. Timbulnya busa menunjukkan adanya
glikosida yang terhidrolisis dalam air menjadi glukosa dan senyawa lain (aglikon)
(Robinson, 1995).
Pengujian terpenoida didasarkan pada kemampuan senyawa untuk
membentuk warna dengan penambahan CeSO4 1% dalam H2SO4 10% . Hasil
yang diperoleh menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya warna merah
kecoklatan yang menunjukkan adanya kandungan terpenoida (Sangi et al, 2008).
Pengujian tanin didasarkan pada kemampuan senyawa untuk membentuk
warna dengan pemambahan FeCl35%. Pada penambahan ini golongan tanin
terhidrolisis akan menghasilkan warna hitam. Perubahan warna ini terjadi ketika
penambahan FeCl3 yang bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada
pada senyawa tanin (Sangi et al, 2008).
4.2.2 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan nHeksana pada Kulit Buah Keben
Berdasarkan Clinical and Laboratory Standars Institute (2012) menyatakan
bahwa batas daerah hambatan bakteri yaitu dengan diameter zona hambat ≥ 20
memiliki zona hambatan yang sangat efektif, antara 15 sampai 19 mm memiliki
zona hambatan efektif, ≤ 14 memiliki zona hambatan kurang efektif.
Universitas Sumatera Utara
38
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa ekstrak etil asetat kulit buah
keben menunjukkan diameter zona hambat yang lebih efektif terhadap bakteri
gram positif Staphylococcus aureus pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter
zona hambat bakteri 16,42 mm dibandingkan dengan bakteri gram negatif
Escherichia coli pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter zona hambat
bakteri 11,37 mm. Dan juga dapat di lihat bahwa semakin besar konsentrasi
ekstrak maka semakin besar pula diameter daya hambat yang dibentuknya,
sehingga diketahui bahwa keduanya memiliki hubungan yang berbanding lurus
Diameter Zona Bening
(mm)
satu sama lain, dan dapat digambarkan dibawah ini :
12
10
8
6
4
2
0
0
100
200
300
400
500
600
Konsentrasi (mg/ml)
Ekstrak Metanol
Ekstrak Etil Asetat
Ekstrak n-Heksana
Gambar 4.7 Grafik Diameter Zona Bening bakteri Escherichia coli pada
Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan n-Heksana
Diameter Zona Bening
(mm)
20
15
10
5
0
0
100
200
300
400
500
600
Konsentrasi (mg/ml)
ekstrak metanol
ekstrak etil asetat
ekstrak n-heksana
Gambar 4.8 Grafik Diameter Zona Bening bakteri Staphylococcus aureus
pada Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan n-Heksana
Universitas Sumatera Utara
39
Hasil uji aktivitas antibakteri pada ekstrak metanol kulit buah keben dapat
menghambat petumbuhan bakteri lebih baik dengan zona hambat yang efektif
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada konsentrasi
500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 13,30 dan 10,63 mm.
Pada ekstrak etil asetat kulit buah keben menunjukkan zona hambat yang efektif
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada konsentrasi
500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 16,42 dan 11,37 mm.
Dan pada ekstrak n-heksana kulit buah keben menunjukkan zona hambat yang
efektif terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada
konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 7,45 dan
7,32 mm.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol, etil asetat, dan
n-heksana kulit buah keben lebih mudah menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif Staphylococcus aureus dibandingkan dengan bakteri gram negatif
Escherichia coli. Hal ini disebabkan oleh perbedaan komposisi dan struktur
dinding sel pada bakteri gram positif dan gram negatif. Struktur dinding sel
bakteri gram positif berlapis tunggal dengan kandungan lipid yang rendah (1-4%),
sedangkan bakteri gram negatif memiliki kandungan lipid tinggi yaitu 11-12%
dan membran terluar terdiri dari 3 lapisan yaitu lipopolisakarida, lipoprotein, dan
pospolipid (Fardiaz, 1992).
Hal ini sesuai dengan hasil uji skrining fitokimia yang menunjukkan bahwa
ekstrak metanol kulit buah keben mengandung senyawa berupa flavonoida,
terpenoida dan tanin. Adanya senyawa tanin dan flavonoid yang merupakan
senyawa fenol menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah keben memiliki aktivitas
antibakteri (Robinson, 1995). Senyawa fenol bekerja dengan cara mendenaturasi
sel protein sehingga sel protein pada bakteri menjadi kehilangan aktivitas
biologinya. Akibat terganggunnya fungsi permeabilitas sel bakteri maka bakteri
mengalami lisis (pemecahan sel) yang mengakibatkan pada kematian sel bakteri
(Harborne, 1987).
Universitas Sumatera Utara
40
Sedangkan senyawa golongan terpenoida pada ekstrak metanol kulit buah
keben dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara merusak membran sel
bakteri, membran sel bakteri bertindak sebagai pelindung dan mengontrol
pertukaran zat dengan lingkungannya (Jawetz et al, 2001).
Universitas Sumatera Utara
42
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil skrining fitokimia golongan senyawa yang terkandung
dalam ekstrak metanol kulit buah keben adalah terpenoida, flavonida, dan
tanin.
2. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat kulit
buah keben memberikan diameter zona hambat yang lebih baik terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada konsentrasi 500
mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 16,42 dan 11,37 mm,
sedangkan pada ekstrak metanol dengan diameter zona hambat masingmasing 13,30 dan 10,63 mm, dan pada ekstrak n-heksana dengan diameter
zona hambat masing-masing 7,45 mm dan 7,32 mm.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji antibakteri kulit buah
keben (Barringtonia asiatica L. Kurz) dengan beberapa jenis bakteri pathogen
lainnya dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda pula.
Universitas Sumatera Utara