Kasus yang terjadi di Timur jauh seperti Cina contohnya

Dimana pun aturan patrimony rumah tangga bangsawan berkembng, tuhan-tuhan leluhur
dan pribadi numina dan genii, dari rumah tangga terkuat mengambil tempat mereka disamping
tuhan-tuhan domestik yang melekat di rumah tangga yang lebih rendah dan karenanya
memampukan kepala rumah tangga yang lebih tinggi memberikan sanksi religious selaku
penguasa. Kasus yang terjadi di Timur jauh seperti Cina contohnya, dimana kaisar sebagai imam
tinggi memonopoli semua pemujaan ruh-ruh di tingkat alam tertinggi, dan bukan mustahil peran
sacral genius para pemimpin masyarakat romawi yang dihasilkan dari penerimaan universal
terhadap pribadi kaisar menjadi pemujaan oleh masyarakat umum, diharapkan mampu
menghasilkan efek serupa. ketika perkembangan terjadi didalam arah persekutuan yang
didukung agama, muncullah tuhan khusus pengorgnisasian politis seperti yang di kasus Israel
disebut Yahweh. Bahwa dia adalah tuhan federasi yang menurut tradisi berupa alienasi orang
Yahudi dan Midian mengarah pada konsekuensi yang lebih fatalistik.
Hubungan Yahweh dengan masyarakat Israel yang sudah menerimanya berdasarkan
sumpah bersama-sama persekutuan politis dan tatanan sakral hubungan sosial mereka,
mengambil bentuk konvenan/ikat janji (berith) yaitu sebuah hubungan kontrak yang di
inisiatifkan Yahweh dan menuntut kepatuhan orang Israel. Dari sini lahirlah beragam ritual,
kanonisasi, dan kewajiban etis yang mengikt manusia sebagai pasangan kontrak tuhan. Namun
konvenan ini juga menuntut kesopanan manusia, meski dalam bentu-bentuk tertentu dinilai tepat
dan wajar ketika mendekati sebuah tuhan yang maha hadir, untuk mengingatkan pasangan ilahi
itu kewajiban-kewajibannya. Inilah akar pokok yang sangat membedakan agama orang Israel
sifat janji mutualistic yang kekuatan intensitasnya sulit dicari analognya. Disisi lain menjadi

fenomena universal bahwa pembentukan asosiasi politis selalu mengandung subordinasi tuhan
suku. Di wilayah Mediterinia contohnya, sinoesisme adalah sebuah pengorganisasian ulang, jika
bukan ciptaan baru malah dari sebuah komunitas pemujaan dibawah keilahian sispil. Pengusung
klasik fenomen penting tuhn lokal politis ini tentunya polis meski I bukn satu-satunya contoh.
Sebaliknya, setiap asosiasi politis yang permanen memiliki satu tuhan khusus yang menjamin
kesuksesan tindakan politis kelompok.
Ketika berkembang sepenuhnya, tuhan menjadi sangat eklusif bagi orang luar dan pada
prinsipnya ia menerima persembahan dan doa hanya dari anggota-anggota kelompoknya atau
minimal ia diharapkan bertindak demikian, dank arena tidak ada yang dapat memastikan tuhan
itu akan bertindak demikian atau tidak, penyingkapan metode yang dapat mempengaruhi secara
efektif tuhan ini biasanya dilarang keras. Orang asing, karena itu bukan hanya mereka yang
berbeda secara politis tapi juga religious. Secara umum, penaklukan politis dan militer juga
mengimplikasikan kekuatan tuhan yang satu terhadap tuhan lain milik kelompok yang
ditaklukkan. Tentunya tidak setiap tuhan kelompok merupakan tuhan lokal terjangkar semata
secara spasial ke pusat administrative kelompok. Lares dikeluarga romawi contohnya mengubah
tampilannya saat sebuah keluarga berindah tempat. Tuhan orang Israel disajikan dan dikisahkan
pengembaraan mereka dipadang gurun, sebagai tuhan yang ikut berjalan bersama mereka bahkan
berdiri didepan memimpin perjalanan.

Inilah yang terjadi pada kasus polis yang sama eklusifnya dengan komunitas-komunitas

lain seperti antara satu gereja ke gereja lain dan yang sama sekali menentang pembentukan
keimanan bersatu yang menjangkau semua kelompok. Perbedaan menyolok dengan kondisi
religiusitas kita sekarang yang dipahami dalam kerangka kelembagaan, polis sebagai hasil dari
partikularisme politis pada esensinya tetaplah asosiasi personal penyatuan pemujaan tuhan sipil.
Polis diorganisasikan lebih jauh secara internal menjadi asosiasi pemujaan pribadi dari tuhantuhan suku, klan dan rumah tangga. Munculnya tuhan-tuhan lokal yang sesungguhnya berkaitan
bukan hanya dengan tempat tinggal permenen namun juga kondisi-kondisi lain yang menandai
kerja sama lokal sebagai kelembagaan yang secara politis penting , normalny tuhan suatu
lokalitas dan asosiasi pemujaannya meraih perkembangan paling penuh dalam bentuk Negara
sebuah asosiasi politis yang terpisah dari hak-hak kerja sama apa pun bahkan independen dari
peradilan dan oknum penguasanya.
Dari sudut pandang sejarah ide, konsep asosiasi sebagai jaring penghubung pandangan
yang sepenuhnya patrimoni terkait perilaku komunal politis di satu sisi dan di sisi lain
pendekatan yang murni obyektif menuju asosiasi dan institusi yang berarah tujuan, yang
kasarnya bisa dibandingkan dengan organisasi kerja sama lokal. Bukan hanya masyarakatpolitis
tetapi juga asosiasi-asosiasi pekerjaan dan keahlian memiliki keilahian khusus dan orang-orang
sucinya sendiri, di sisi lain bahwa angkatan perang cina di abad 19 membawa kanonisasi tuhan
perangnya memperlihatkan bahwa militer dilihat juga sebagai pekerjaan unik diantara pekerjaanpekerjaan lain. Yang seperti ini jelas berbeda total dari konsep tuhan-tuhan perang masyarakat
Mediterania kuno dan masyarakat Medes yang selalu memiliki tuhan –tuhan nasional holistik.