T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persidangan Kematian Mirna Salihin dalam Bingkai Media Online: detik.comompas.com

LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian Kompas.com

122

Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin Penelitian Detik.com

123

Lampiran 3 : Surat Keterangan Hasil Penelitian Kompas.com

124

Lampiran 4 : Jawaban Hasil Wawancara dengan Narasumber Kompas.com

Hari, Tanggal

: Kamis, 13 April 2017

Pukul


: 16.30 – 17.30

Tempat
Jl. Palmera

: Gedung Kompas Gramedia Palmera Selatan Unit IV,
Selatan No. 22-28.

Pewawancara

: Resthi Cahya Mardani

Narasumber

: Bapak Johanes Heru (Mas Embong)

Dengan hormat, izinkan saya memperkenalkan diri saya:
Nama

: Resthi Cahya Mardani


NIM

: 362013079

Status

: Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi

(FISKOM)
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa
Tengah.
Program studi : Ilmu Komunikasi

Bersama surat ini, saya bermaksud mengajukan beberapa pertanyaan untuk
mendapatkan data pendukung dari penelitian skripsi saya yang berjudul
―Persidangan kematian Mirna Salihin Dalam Bingkai Media Online‖
Dan berikut ini saya paparkan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa kebijakan redaksi Kompas.com menayangkan kasus kopi bersianida
dengan terdakwa Jessica Kumola Wongso?



Karena rame dan menjadi perhatian publik. Itu happening banget
dimedia sosial. Yaitu rame orang membicarakan dimedia sosial
segala sesuatu yang menjadi pembicaraan masyarakat mempunyai
nilai berita yang harus diikuti karena masyarakat pingin tau maka
kemudian kita mengikuti rangkaian kasusnya dari awal sampai
selesainya.

2. Apa alasan redaksi menjadikan berita tersebut sebagai Headline dalam
waktu yang cukup lama?

125



Karena pembacanya tinggi. Jadi kalau di online itu ada mesin yang
memantau keterbaterbacaanya saat ini namanya google analitik.
Google analitik itu secara realtime memantau apa yang saat ini
dibaca orang, semakin rame semakin tinggi berita dibaca artinya

semakin orang ingin tau tentang berita itu. Makanya kalo ada berita
dibaca lama dihalaman di Kompas.com itu karena keterbacaannya
tinggi banget. Dan jadi pusat perhatian

3. Bagaimana perolehan rating di Kompas.com saat berita kasus kopi
bersianida dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso pada edisi Juli 2016?


Saya nggak hafal. Juli 2016 nggak hapal.yang saya tau berita-berita
Jessica itu ditunggu orang. Dan setiap kali ada berita itu. Langsung
keterbacaannya tinggi. Angkanya berapa nggak tau persis. Itu
mesti ngecek. Kalo kalian perhatikan Kompas TV live running dari
mulai persidangan sampai tengah malam itu isinya Cuma Jessica.
Karena yang nonton banyak banget. Kompas TV isinya Cuma itu
doang dimarahin orang emang begitu.

4. Bagaimana respon para pembaca yang terlihat lewat komentar-komentar
terkait pemberitaan tersebut?



Aku mana tau, dan itu macem-macem.

5. Berdasarkan asumsi peneliti, pada edisi Juli 2016 Kompas.com cenderung
memberikan porsi pemberitaan yang lebih besar terhadap korban, Wayan
Mirna Salihin. Apakah itu benar? Jika benar, apa alasannya?


Di online itu berita banyak kali ditemukan. Berbeda dengan cetak.
Kalao cetak itu diatur proporsinya sekian halaman itu berita ini dan
itu nggak berlaku di online kalo kemungkinan bahwa berita Wayan
Mirna lagi rame ya karena yang banyak beritanya adalah Wayan
Mirna dan tidak dilatar belakangi dengan asumsi tertentu itu benarbenar tidak ada berdasarkan real apa yang terjadi dilapangan. Jadi
cara berpikirnya begini. Cetak, asumsi itu bisa dipakai karena
seberapa persen kamu memberikan halaman buat A,B karena ada
beberapa yang terbatas untuk disusun proporsinya. Kalo di online

126

kan ndak ada halaman berapa proporsinya. Di online apa yang ada
dilapangan itu yang running.

6. Berdasarkan pengamatan saya sebagai peneliti, ada beberapa artikel yang
saya gunakan sebagai bahan penelitian yakni edisi Juli 2016, khusus edisi
tanggal 11 – 29 Juli 2016 tidak termuat di portal Kompas.com. Apakah di
tanggal tersebut, redaksi memang sengaja tidak memuat berita tentang
kasus kopi bersianida atau sengaja dihapus dari portal?


Tidak ada satupun berita yang dhapus oleh Kompas.com kalo gak
ada mungkin wartawannya kelewatan atau barang kalo angel yang
diambil mungkin krlihatan berbeda. Jadi ndak ada yang dihapus
sehari itu beritnya ratusan. Kadang-kadang kita ndak sempat
membandingkan berita yang ini ada, yang sana belum ada. Kita
focus apa yang running saat itu. Kadang kita ada tempat lain ndak
ada. Karena pengambilannya yang berbeda.

7. Jika ternyata pihak redaksi memiliki edisi tanggal 11 – 29 Juli 2016
tersebut, izinkan saya untuk mendapatkannya.


Berarti mungkin ndak ada beritanya hari itu. Kontak sama mbak

Dea saja.

Demikian beberapa pertanyaan yang saya ajukan. Mohon kiranya pihak redaksi
Kompas.com bisa memberikan jawaban yang komprehensif untuk membantu
dalam penyelesaian penelitian skripsi saya. Atas bantuan dan perhatiannya saya
ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

(Resthi Cahya Mardani)

127

Lampiran 5 : Jawaban Hasil Wawancara Detik.com

Jawaban hasil wawancara Detik.com di jawab melalui email, sehingga tidak
ada pertemuan dengan narasumber.
Kepada YTH
Bapak Nanang/ Redaktur Pelaksana Detik.com
di Jakarta


Dengan hormat, izinkan saya memperkenalkan diri saya:
Nama

: Resthi Cahya Mardani

NIM

: 362013079

Status

: MahasiswaFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM)
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa
Tengah.

Program studi : Ilmu Komunikasi

Bersama surat ini, saya bermaksud mengajukan beberapa pertanyaan untuk
mendapatkan data pendukung dari penelitian skripsi saya yang berjudul

―PersidanganKematianMirnaSalihinDalamBingkai Media Online”
Dan berikut ini saya paparkan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
8. Apa kebijakan redaksi detik.com menayangkan kasus kopi bersianida
dengan terdakwa Jessica Kumola Wongso?


Detikcom melihat kasus Jessica Kumola Wongso (JKW)
merupakan kasus menarik dari segi hukum sekaligus mendapat
perhatian luas masyarakat. Tentunya detikcom sebagai media
memiliki kewajiban untuk memberitakan kasus ini

9. Apa alasan redaksimenjadikan beritatersebut sebagai Headline dalam
waktu yang cukup lama?


Semua berita di detikcom bisa saja menjadi headline karena berita
yang selalu update. Media online tidak dibatasi dengan halaman
sehingga semua berita baru bisa saja menjadi headline dan terus
berganti dengan berita baru lainnya


128

10. Bagaimana perolehan rating di detik.com saat beritakasus kopi bersianida
dengan terdakwa Jessica KumalaWongsopadaedisiJuli 2016?


Media online termasuk detikcom tidak mengenal rating yang
mewakili penonton. Karena berbasis data real di media online
dikenal dengan pageviews (PV) dan unique visitor (UV). Tentunya
berita JKW menarik minat pembaca kami dan PV kami sejauh ini
stabil menanjak

11. Bagaimana respon para pembaca yang terlihat lewat komentar-komentar
terkait pemberitaan tersebut?


Respon pembaca beragam. Sebagai media online yang memberi
ruang pembaca untuk mengekspresikan pendapatkan. Ada pro dan
kontra didalamnya yang bisa dilihat terbuka di website kami.


12. Berdasarkan asumsi peneliti, pada edisi Juli 2016 Detik.com cenderung
memberikan porsi pemberitaan yang lebih besar terhadap terdakwa,
Jessica KumalaWongso. Apakah itu benar? Jika benar, apa alasannya?


JKW sebagai subyek hukum tentunya mendapat perhatian dan
porsi yang lebih tinggi dalam pemberitaan. Tapi bukan berarti kami
berpihak kepada JKW.

13. Berdasarkan pengamatan saya sebagai peneliti, ada beberapa artikel yang
sayagunakansebagai bahan penelitianyakni edisi Juli 2016, khusus edisi
tanggal 11 – 29 Juli 2016 tidak termuat di portal Detik.com. Apakahdi
tanggal tersebut, redaksi memang sengaja tidak memuat berita tentang
kasus kopi bersianida atau sengaja dihapus dari portal?


detikcom sepenuhnya mengacu kepada ketentuan dewan pers
berupa

―Pedoman

pemberitaan

http://www.detik.com/dapur/pedoman-media

media
disebutkan

siber‖
bahwa

―Berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena
alasan penyensoran dari pihak luar redaksi‖. Tidak ada berita kasus
JKW yang dicabut oleh detikcom. Berita yang sudah tayang masih
bisa diakses oleh pembaca detikcom melalui menu pencarian
https://www.detik.com/search/

129

14. Jika ternyata pihak redaksi memiliki edisi tanggal 11 – 29 Juli 2016
tersebut, izinkan saya untuk mendapatkannya.


Seperti dijelaskan diatas

Demikian beberapa pertanyaan yang saya ajukan. Mohon kiranya pihak redaksi
Detik.com bisa memberikan jawaban yang komprehensif untuk membantu dalam
penyelesaian penelitian skripsi saya. Atas bantuan dan perhatiannya saya ucapkan
terima kasih.

Hormat kami,
(Resthi Cahya Mardani)

130

Lampiran 6 : Dokumentasi Foto dengan narasumber Kompas.com Bapak

Johanes Heru

131

Lampiran 7 : Proses Penelitian dengan Detik.com dan Kompas.com

132

133

134

Lampiran 8 : Artikle Berita Kompas.com

Sidang Jessica, Saksi dari Jaksa Akan Dihadirkan
Senin, 11 Juli 2016 | 16:49 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Terdakwa Jessica Kumala
Wongso memasuki ruang sidang sebelum menjalani sidang saksi kasus
pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa
(12/7/2016). Jessica diduga menaruh zat sianida ke dalam kopi yang diminum
Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari 2016 lalu.
JAKARTA, KOMPAS.com - Sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin
dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso akan kembali digelar di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016).
Sidang dilanjutkan setelah Majelis Hakim menolak seluruh eksepsi dari kuasa
hukum Jessica pada sidang sebelumnya. Selasa (28/6/2016).
"Besok (sidang Jessica). (Agenda) saksi dari Jaksa," kata Kepala Humas PN
Jakarta Pusat, Jamaludin Samosir, saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Senin
(11/7/2016).
Samosir tak menyebutkan siapa saksi yang akan dihadirkan oleh jaksa penuntut
umum (JPU).
JPU memberikan dakwaan tunggal terhadap Jessica Kumala Wongso yakni Pasal
340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana. Namun, kuasa hukum Jessica
membantah semua dakwaan jaksa.
Jessica didakwa melakukan pembunuhan berencana kepada teman kuliahnya,
Wayan Mirna Salihin di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, 6 Januari
2016.

135

Jaksa Hadirkan Tiga Saksi di Sidang Jessica
Selasa, 12 Juli 2016 | 10:36 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Terdakwa Jessica Kumala
Wongso memasuki ruang sidang sebelum menjalani sidang saksi kasus
pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa
(12/7/2016). Jessica diduga menaruh zat sianida ke dalam kopi yang diminum
Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.
JAKARTA, KOMPAS.com - Jaksa penuntut umum (JPU) akan menghadirkan
tiga saksi dalam persidangan kasus pembunuhan dengan terdakwa Jessica Kumala
Wongso. Persidangan akan digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa
(12/7/2016). "Iya hari ini akan membawa tiga orang saksi," kata JPU, Sandy, di
ruang persidangan, Jakarta Pusat.
Namun, Sandy tak memberikan keterangan siapa saja yang akan dihadirkan. Ia
meminta untuk menunggu saat persidangan dimulai.
"Nanti lihat saja," kata Sandy.
Hingga pukul 10.20 WIB, persidangan belum juga dimulai. Padahal, baik JPU dan
kuasa hukum sudah hadir di ruang persidangan.
Yudi Wibowo Sukinto, pengacara Jessica Kumala Wongso, sebelumnya
menyebut JPU akan menghadirkan keluarga Wayan Mirna Salihin pada
persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016).
"Jaksa mungkin menghadirkan Darmawan Salihin, suaminya Arief Sumarko dan
saudaranya, Sandy Salihin," kata Yudi saat dihubungi Kompas.com di Jakarta,
Senin.

136

Kesaksian Keluarga Mirna dalam Persidangan Kasus yang Menjerat Jessica
Rabu, 13 Juli 2016 | 08:16 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Ayah Wayan Mirna Salihin,
Darmawan Salihin saat menjadi saksi dalam sidang kasus pembunuhan anaknya
dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
Selasa (12/7/2016). Jessica diduga menaruh zat sianida ke dalam kopi yang
diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.
JAKARTA, KOMPAS.com — Tiga anggota keluarga Wayan Mirna Salihin
bersaksi dalam persidangan kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Mirna
dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso, terdakwa pembunuhan Mirna, di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016).
Tiga orang itu adalah ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin; suami Mirna, Arief
Sumarko; dan saudara kembar Mirna, Made Sandy Salihin. Pihak yang pertama
bersaksi adalah Darmawan.
Dengan gaya khasnya, Darmawan menyampaikan kesaksiannya soal kematian
Mirna dalam persidangan.
Kesaksian Darmawan
Kesaksian Darmawan berawal dari ceritanya ketika mengetahui bahwa Mirna
mengalami kejang-kejang usai minum es kopi vietnam di Kafe Olivier, Grand
Indonesia, Rabu (6/1/2016).
(Baca juga: Jessica Jelaskan Makna Pelukannya kepada Ibu Mirna)
Ia berupaya menyelamatkan Mirna begitu tiba di Rumah Sakit Abdi Waluyo,
Menteng, Jakarta.
Berbagai usaha dilakukan Darmawan, mulai dari memberikan napas buatan
hingga memompa perut Mirna.
Namun, nyawa Mirna tak tertolong. Darmawan kemudian meminta dokter untuk
mengambil cairan dari perut Mirna.

137

Tiga sampel cairan tersebut akan digunakan sebagai bahan penunjang investigasi
ilmiah atas kematian Mirna.
Selain menceritakan kematian Mirna, Darmawan membeberkan tingkah laku
Jessica selama berada di rumah sakit.
Menurut dia, gerak-gerik Jessica ketika itu tampak mencurigakan. Jessica, kata
dia, sempat mengaku asma, tetapi masih lancar beraktivitas.
"Tiba-tiba dia lompat. Terus dia kesandung. Kan pintu ada rel. Nah, di situ," ujar
Darmawan.
Keanehan lainnya, lanjut Darmawan, adalah ketika Jessica keliling mendengarkan
orang berbicara di rumah sakit. Jessica pun menghilang setelah berkeliling.
Selain itu, menurut Darmawan, Jessica tampak berbicara dengan tenang selama ia
dan Mirna berada di rumah sakit.
Tidak terpancar kesedihan seperti yang tampak dari wajah Hani yang juga berada
di rumah sakit ketika itu.
(Baca juga: Besok, Jaksa Akan Hadirkan Hani di Sidang Jessica)
Kesaksian suami Mirna
Kesaksian suami Mirna berawal ketika ia menerima kabar bahwa Mirna kejangkejang seusai minum kopi di Olivier.
Arief menerima kabar tersebut dari Hani Juwita Boon, kawan Mirna, yang juga
ikut minum kopi di kafe tersebut.
Arief pun bergegas ke Kafe Olivier untuk menjemput Mirna dan membawanya ke
RS Abdi Waluyo bersama Jessica serta Hani.
Selain itu, Arief menyampaikan kesaksiannya ketika mengikuti pertemuan dengan
Mirna dan Jessica pada 8 Desember 2015 di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

138

Detik-detik Mirna Minum Kopi Bersianida yang Terungkap Melalui Kamera
CCTV
Kamis, 14 Juli 2016 | 08:49 WIB

Kahfi Dirga Cahya Jessica Kumala Wongso (baju cokelat berdiri) dalam rekaman
closed circuit television (CCTV) tampak menggaruk tangan saat melihat Wayan
Mirna Salihin kejang-kejang di Cafe Olivier, Rabu (6/1/2016).
JAKARTA, KOMPAS.com — Rekaman kamera closed circuit telivision
(CCTV) mengungkap menit-menit Wayan Mirna Salihin meminum es kopi
vietnam bersianida di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016).
Rekaman itu diputar dalam persidangan kasus dugaan pembunuhan Mirna dengan
terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu
(13/7/2016).
Rekaman kamera CCTV itu diputar saat Hani alias Boon Juwita, teman minum
kopi Mirna, menyampaikan kesaksiannya dalam persidangan.
Berikut rangkuman menit-menit saat Mirna minum kopi bersianida:
17.12 WIB: Mirna yang memakai baju biru bermotif bunga dan Hani yang
berbaju biru mendatangi Kafe Olivier.
Keduanya sempat melihat menu dan berbicara dengan pegawai kafe. Mereka
memutuskan untuk memesan setelah bertemu Jessica yang lebih dulu datang.
17.18 WIB: Mirna dan Hani bertemu dengan Jessica. Hani tampak lebih dulu
memeluk Jessica, baru kemudian Mirna yang memeluk Jessica. Senyuman
merekah di pipi ketiga orang tersebut.
Mirna kemudian masuk melalui sisi kanan meja dan duduk di antara Hani (kanan)
dan Jessica (kiri).
Mirna terlihat langsung mengaduk kopi yang sudah ada di depannya. Tak lama
kemudian, Mirna bereaksi. Tangannya mengibas-ngibas di dekat mulut.

139

17.19 WIB: Jessica berdiri dan menghampiri pelayan. Hani terlihat panik.
Sementara itu, Mirna terlihat tak bisa diam. Jessica kembali datang dan Hani
melihat menu. Tak lama kemudian, Mirna menyenderkan kepalanya. Seorang
pelayan pun menghampiri meja mereka.
17.21WIB: Empat pegawai kafe datang. Ada yang membawa air putih dengan
nampan, ada juga yang mengangkat gelas kopi Mirna.
17.23 WIB: Jessica tampak berdiri dan melihat Mirna. Hani pun berdiri melihat
para pegawai Olivier mengurus Mirna.
17.24 WIB: Kursi roda dibawa oleh dua pegawai Kafe Olivier ke meja Mirna.
Jessica tampak menggaruk tangannya. Posisi Jessica berada di depan meja. Saat
itu, pegawai Kafe Olivier sedang sibuk membantu Mirna yang mengalami kejangkejang.
Usai pegawai Kafe Olivier memindahkan meja, Jessica menjauh. Kedua tangan
Jessica masih terlihat seperti menggaruk dan hanya melihat pegawai Kafe Olivier
menolong Mirna.
17.25 WIB: Jessica kemudian mengambil tas berwarna coklat di atas meja.
Tangannya pun berhenti menggaruk. Hani sibuk menelepon seseorang. Saat
memberikan kesaksian di pengadilan, Hani mengaku sibuk menelepon Arief
Sumarko, suami Mirna.
17.26 WIB: Hani tampak masih menelepon seseorang. Sementara itu, Jessica
masih diam ketika pegawai Kafe Olivier mengurus Mirna.
17.27 WIB: Jessica tampak mengangkat Mirna dengan dibantu staf Kafe Olivier.
Mereka hendak membawa Mirna ke klinik di Grand Indonesia.Rekaman kamera
CCTV yang diperlihakan jaksa penuntut umum pada persidangan Rabu
(13/7/2016) belum semua.Jaksa baru menampilkan rekaman yang berkaitan
dengan keterangan saksi saat itu, Hani alias Boon Juwita."Rekaman lainnya akan
diputar sesuai dengan saksi yang berkaitan," kata Jaksa Ardito kepada
Kompas.com di Jakarta, Rabu.
Edi Darmawan Salihin, ayah dari Wayan Mirna Salihin, mengungkapkan bahwa
rekaman yang diputar hari ini baru setara sekitar lima persen.
Rekaman peristiwa lainnya akan diputar dalam persidangan selanjutnya. Adapun
Jessica didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap teman kuliahnya,
Wayan Mirna Salihin, di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, 6 Januari
2016.

140

JPU Akan Hadirkan Saksi dari Pihak Kafe Olivier dalam Sidang Jessica
Selanjutnya
Selasa, 19 Juli 2016 | 12:22 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Terdakwa Jessica Kumala
Wongso mengikuti sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016). Jessica diduga menaruh zat
sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia,
Januari lalu.
JAKARTA, KOMPAS.com — Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dijadwalkan
menggelar sidang lanjutan kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Wayan
Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso pada Rabu (20/7/2016).
Dalam sidang lanjutan tersebut, jaksa penuntut umum (JPU) diagendakan untuk
menghadirkan tiga saksi yang merupakan pegawai Kafe Olivier.
"Besok sidang lanjutan pukul 09.00, agendanya pemeriksaan saksi. Saksi yang
kemarin kan ada empat, tetapi kan baru satu Si Hani, nanti yang tiga lagi pegawai
Kafe Olivier," ujar salah seorang kuasa hukum Jessica, Hidayat Bostam, ketika
dihubungi, Selasa (19/7/2016). Bostam menambahkan, selain menghadirkan tiga
pegawai Olivier, dalam sidang besok, JPU akan kembali memutarkan rekaman
kamera closed circuit television (CCTV) yang menjadi salah satu alat bukti. "Iya
itu kan jadi alat bukti jaksa. Harus dihadirkan ke hadapan majelis hakim. Dia
harus buka (rekaman) CCTV-nya," ucap dia.
Bostam pun mengaku tidak ada persiapan khusus untuk menghadapi persidangan
besok. Menurut dia, tim kuasa hukum Jessica sudah siap menghadapi persidangan
itu. "Ya lihat besok. Enggak ada persiapan. Bicara siap enggak siap memang
harus sidang. Ya kita datang aja , kan memang besok itu lanjutan pemeriksaan
saksi," kata Bostam. Adapun Jessica didakwa melakukan pembunuhan berencana
terhadap teman kuliahnya, Wayan Mirna Salihin, di Kafe Olivier, Grand
Indonesia, Jakarta Pusat, 6 Januari 2016.
JPU mendakwa Jessica dengan dakwaan tunggal, yakni Pasal 340 KUHP tentang
Pembunuhan Berencana.

141

Sidang Jessica Ditunda, Tiga Pegawai Kafe Olivier Akan Bersaksi Lagi
Rabu, 20 Juli 2016 | 17:08 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Terdakwa Jessica Kumala
Wongso mengikuti sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016). Jessica didakwa dengan
dugaan menaruh zat mengandung sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di
Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.
JAKARTA, KOMPAS.com - Sidang terdakwa pembunuhan, Jessica Kumala
Wongso ditunda, Rabu (20/7/2016). Sidang hari ini baru mendengarkan tiga orang
saksi dari pegawai Kafe Olivier, yakni Aprilia Cindy, Marlom Alex Napitupulu
dan Agus Triyono. Ketua Majelis Hakim, Kisworo mengungkapkan, persidangan
akan dilanjutkan Kamis (21/7/2016) besok. "Sidang ditunda hingga besok," kata
Kisworo di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu.
Majelis hakim pun memerintahkan agar jaksa penuntut umum (JPU)
menghadirkan saksi-saksi lainnya. Rencananya, akan ada tiga orang dari pegawai
Kafe Olivier yang akan menjadi saksi. Tiga orang tersebut yakni, Yohanes sebagai
pelayan, Jukiyah sebagai pelayan dan Rangga sebagai barista.
Mirna meninggal setelah meminum kopi Vietnam yang dipesan oleh Jessica
Kumala Wongso di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016). Jessica
menjadi terdakwa kasus tersebut.
JPU memberikan dakwaan tunggal terhadap Jessica yakni Pasal 340 KUHP
tentang Pembunuhan Berencana.

142

Poin-poin Kesaksian Pegawai Olivier dalam Sidang Kasus Jessica
Kamis, 21 Juli 2016 | 08:08 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Terdakwa Jessica Kumala
Wongso mengikuti sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016). Jessica didakwa dengan
dugaan menaruh zat mengandung sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di
Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.
JAKARTA, KOMPAS.com - Jaksa penuntut umum (JPU) menghadirkan tiga
pegawai Kafe Olivier sebagai saksi dalam persidangan kasus dugaan pembunuhan
berencana dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, Rabu (20/7/2016).
Tiga pegawai itu adalah Aprilia Cindy Cornelia sebagai resepsionis, Marlon Alex
Napitupulu sebagai pelayan, dan Agus Triyono yang juga pelayan.
Dalam persidangan itu, Cindy yang pertama kali menyampaikan keterangannya.
Ia mengaku melayani Jessica saat pertama kali terdakwa datang ke Kafe Olivier.
Saat itu, Jessica datang pada Rabu (6/1/2016) sekitar pukul 15.30 WIB. Jessica
awalnya memesan tempat untuk empat orang di area dilarang merokok.
Jessica, kata Cindy, sempat masuk ke dalam, tepatnya di daerah lorong kafe untuk
melihat situasi sekitar.
Kemudian ia kembali lagi kepada Cindy. Jessica diketahui tak langsung menuju
tempat duduk.
Saat itu, Jessica mengatakan kepada Cindy bahwa ia akan kembali lagi pukul
16.00 WIB. Sebab, teman-teman Jessica ketika itu belum datang.
Kemudian pukul 16.14 WIB, Jessica kembali datang. Cindy pun langsung
mengantarkan Jessica ke area no smoking di meja berkapasitas empat orang.
Di Kafe Olivier, terdapat banyak meja berkapasitas empat orang. Namun, ada
perbedaan bangku pada meja-meja tersebut. Ada yang dilengkapi bangku kayu,
ada juga yang dilengkapi sofa.

143

Meja nomor 54
Pada hari itu, Cindy mengarahkan Jessica untuk memilih bangku jenis sofa.
Terdapat tiga meja berkapasitas empat orang dengan bangku sofa di Kafe Olivier,
yakni meja 53, 54 dan 55. "Table 53 dan 55 ada orangnya," kata Cindy di PN
Jakpus, Rabu (20/7/2016).
Hakim Kisworo kembali bertanya kepada Cindy apakah Jessica sengaja memilih
meja nomor 54 atau tidak.
Cindy pun menjawab bahwa Jessica memilih meja tersebut karena hanya meja
nomor 54 yang kosong dan sesuai pesanan Jessica. "Iya (tak bisa milih)," kata
Cindy.
Setelah itu, Cindy memberikan daftar menu kepada Jessica. Cindy pun mengaku
tak tahu menahu lagi apa yang terjadi di meja tersebut.
Sebab, ia mengaku tidak bertanggungjawab lagi setelah mengantarkan menu
kepada pengunjung.
Penasihat hukum Jessica, Otto Hasibuan, mempertegas apakah Cindy mengetahui
ada gerakan Jessica yang memasukkan sesuatu atau sianida ke dalam minuman
yang dipesannya atau tidak.
Cindy pun menjawab tak tahu. Sebab, saat itu ia tak melihat yang dilakukan
Jessica di meja.
Jessica langsung bayar
Selanjutnya, jaksa menghadirkan Marlon di ruang persidangan untuk bersaksi.
Marlon adalah pelayan yang mengantarkan dua minuman coktail kepada Jessica.
Ia mengaku mengantarkan coktail setelah bartender selesai membuat coktail
pesanan Jessica. Marlon mengantar langsung minuman itu ke meja Jessica.
Saat menaruh coktail di meja, Marlon mengaku melihat es kopi vietnam yang
dipesan Jessica untuk Mirna. Selain itu, ia melihat tiga paper bag di atas meja.
Namun Marlon tak tahu pasti isi paper bag tersebut. Marlon juga mengaku
melihat sedotan sudah ada di dalam gelas es kopi mirna.
Sedotan tersebut masih utuh dengan pembungkus di bagian ujungnya. Tak lama
kemudian, Jessica meminta kepada Marlon untuk membayar lunas pesanan.

144

Marlon sedikit heran. "Dia (Jessica) minta close bill, saya tanya, 'Kenapa
langsung bayar Kak? kan minumannya belum jadi'. 'Saya (Jessica) mau traktir
teman-teman saya'," kata Marlon.
Berdasarkan keterangan saksi sebelumnya, di kafe itu, Jessica akan bertemu
dengan ketiga temannya, yakni Wayan Mirna Salihin, Hani alis Boon Juwita, dan
Vera.
Jessica pun diantar Marlon ke kasir untuk membayar pesanan. Namun, menurut
Marlon, pembayaran langsung oleh tamu sangat jarang terjadi di Kafe Olivier.
"Bukan standarnya sih. Dia yang meminta untuk close bill. Kalau untuk close bill
itu jarang dan mungkin tidak pernah," sambung Marlon.
Tamu, lanjut Marlon, bila ingin mentraktir teman, biasanya hanya membayar dana
pertama (DP). Bila sudah selesai, maka tamu akan melunasi pembayaran.
Pada akhir kesaksian, penasihat hukum kembali menegaskan kepada Marlon,
apakah ia melihat gerakan Jessica menaruh sianida dalam kopi Mirna atau tidak.
Marlon pun menjawab tidak. Sebab, ia mengaku tak memerhatikan Jessica selain
saat bertugas menaruh dua coktail di meja Jessica.
Keterangan Marlon dilanjutkan dengan kesaksian pelayan lainnya, yakni Agus
Triyono.
Adapun Agus merupakan penyaji es kopi vietnam di meja Jessica. Penyajian kopi
pun langsung di meja, tepat di depan pelanggan.
Dari kesaksian Agus, setelah menyajikan kopi, ia pergi dan tak melihat Jessica
lagi. Ia pun tak tahu menahu soal sianida dalam kopi Mirna itu.
Namun, ia mengaku sempat melihat keanehan dalam kopi Mirna.
"Saya habis istirahat, jam 17.30-an, saya kerja lagi keliling lihatin meja-meja. Pas
lewat table 54, saya sempat lihat ada minuman yang aneh, terus bercanda ke
teman saya, Rosi, 'Itu Ibunya minum jamu kunyit?' Saya bilang itu sambil
bercanda. Enggak lama, Ibu itu kolaps," kata Agus.
Ibu yang dimaksud Agus adalah Mirna. Saat Mirna tampak kolaps, kata dia, para
pelayan kafe kaget dan langsung melakukan pertolongan.
Belum 50 persen
Lantas, bila tak ada yang tahu soal sianida, bagaimana jaksa membuktikan bahwa
Jessica yang menaruh racun di gelas Mirna tersebut?

145

JPU, Ardito Muwardi, mengatakan bahwa fakta yang terungkap dalam
persidangan Rabu itu kurang dari 50 persen.
Oleh karena itu, ia meminta media mengikuti persidangan secara runtun. Jaksa
pun belum menampilkan rekaman kamera CCTV soal gelagat Jessica yang diduga
ketika itu menaruh sianida ke gelas kopi.
"Nanti silakan teman-teman ikuti. Ini harus diikutin runtut. Kami akan simpulkan
dalam surat tuntutan. Hakim akan simpulkan dalam surat putusan. Teman-teman
media bisa sampaikan ke publik," tegas Ardito.
Mirna meninggal setelah meminum kopi Vietnam yang dipesan oleh Jessica
Kumala Wongso di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016). Jessica
menjadi terdakwa kasus tersebut.
Ia didakwa dengan dakwaan tunggal, yakni Pasal 340 KUHP tentang
Pembunuhan Berencana.

146

Pengacara Jessica Minta JPU Beri Tahu Saksi Siapa yang Akan Dihadirkan
di Pengadilan
Akhdi Martin Pratama
Kompas.com - 26/07/2016, 18:48 WIB

Terdakwa Jessica Kumala Wongso mengikuti sidang saksi kasus pembunuhan
Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016).
Jessica didakwa dengan dugaan menaruh zat mengandung sianida ke dalam kopi
yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari
lalu.(KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG)
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjadwalkan
sidang lanjutan kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna
Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso pada Rabu (27/7/2016) besok.
Dalam sidang lanjutan itu, jaksa penuntut umum (JPU) diagendakan untuk
menghadirkan dua saksi yang merupakan pegawai kafe Olivier. Salah satu kuasa
hukum, Jessica, Hidayat Bostam mengaku sudah mempersiapkan pertanyaan yang
akan diajukan kepada para saksi tersebut. "Kami siap sedia untuk persidangan ini.
Besok acara keterangan saksi pukul 09.00 WIB. Persiapan kami hanya siap
mengadiri persidangan dan siap bertanya kepada saksi," ujar Bostam saat
dihubungi, Selasa. Bostam meminta agar setiap saksi yang dihadirkan JPU
diberitahukan terlebih dahulu. Hal tersebut agar tidak terkesan ditutup-tutupi.
"Jika JPU menghadirkan saksi, harusnya jaksa sudah memberikan siapa saksisaksinya. Jadi kesan itu tidak ditutup-tutupi. Kami kan tanya itu," ucapnya.
Bostam menambahkan kemungkinan saksi yang akan dihadirkan JPU adalah
pegawai kafe Olivier. Namun menurutnya, akan ada dua saksi tambahan lagi yang
akan dihadirkan."Harusnya kan tinggal dua orang lagi. Dia menambahkan dua
saksi lagi. Tolong dijelaskan namanya, siapa saksi dibacakan dan diberitahukan
kepada kami. Agar kami baca BAP," kata Bostam. Mirna meninggal setelah
meminum kopi vietnam yang dipesan oleh Jessica Kumala Wongso di kafe
Olivier, Grand Indonesia, pada 6 Januari 2016).
JPU mendakwa Jessica dengan tuduhan telah melakukan pembunuhan berencana
dalam kasus itu.

147

Pegawai Kafe Olivier Akan Bersaksi di Sidang Jessica Hari Ini
Rabu, 27 Juli 2016 | 09:10 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Sidang lanjutan kasus pembunuhan terhadap
Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso akan kembali
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Rabu (27/7/2016) ini.
Salah satu kuasa hukum Jessica, Hidayat Bostam, mengatakan, agenda sidang hari
ini akan mendengarkan keterangan saksi. Kemungkinan saksi yang akan
dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) adalah pegawai Kafe Olivier.
Meski begitu, Bostam mengatakan jaksa belum memberi tahu setiap saksi yang
akan dihadirkan hari ini.
"Jika JPU menghadirkan saksi, harusnya jaksa sudah memberikan siapa saksisaksinya. Jadi kesan itu tidak ditutup-tutupi. Kami kan tanya itu," kata Bostam,
Selasa (26/7/2016).
Pada sidang pekan lalu, jaksa juga telah menghadirkan saksi-saksi yang
merupakan pegawai Kafe Olivier.
Mirna meninggal setelah meminum es kopi vietnam yang dipesan oleh Jessica di
Kafe Olivier, Grand Indonesia, pada 6 Januari 2016. JPU mendakwa Jessica
dengan tuduhan telah melakukan pembunuhan berencana dalam kasus itu. (Baca:
Poin-poin Kesaksian Pegawai Olivier dalam Sidang Kasus Jessica)

148

Kuasa Hukum Jessica Sebut Tidak Ada Sianida yang Diperiksa dari Tubuh
Mirna
Kamis, 28 Juli 2016 | 06:46 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Hakim anggota
memperlihatkan gambar kopi dalam sidang saksi kasus pembunuhan Wayan
Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016). Jessica
merupakan terdakwa kasus pembunuhan Mirna dengan dugaan menaruh zat
sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia,
Januari lalu.
JAKARTA, KOMPAS.com - Kuasa hukum Jessica Kumala Wongso, Otto
Hasibuan, menyatakan polisi tidak pernah memeriksa sianida yang masuk ke
dalam tubuh Wayan Mirna Salihin. Dia menyatakan polisi hanya memeriksa
sianida yang berada di dalam sisa es kopi yang diminum Mirna.
"Satu hal yang kalian harus tahu, tidak ada pemeriksaan tentang sianida yang
berasal dari tubuh korban. Yang diperiksa hanyalah dari gelas. Kan kalo orang
mati mestinya yang diperiksa apa? Yang di dalam tubuhnya kan?" ujar Otto di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2016) malam.Otto menyebut, dia
mengetahui hal tersebut karena tertulis dalam berita acara pemeriksaan (BAP).
"Nah makanya kalian periksa loh berita acaranya. Jadi, tidak ada sianida yang
diperiksa dalam tubuh," kata dia.
Selain itu, Otto juga meragukan bahwa kopi yang diperiksa di laboratorium
kriminal (labkrim) adalah es kopi vietnam yang diminum oleh Mirna. Sebab,
volume es kopi vietnam tersebut berbeda. "Ditemukan di situ 0,20 sianida, tapi
matinya kan didosisnya 171. Akhirnya penyidik menyimpulkan dari gelas.
Artinya, yang diperiksa itu yang di gelas. Baru dia (polisi) tafsir oh yang masuk
itu 0,20 ml yang disedot. Makanya itu saya buktikan tadi sebenarnya enggak
cocok," ucap Otto.
Sebelumnya, Otto sempat mempersoalkan kopi yang menjadi barang bukti itu di
dalam persidangan. Dia keberatan terhadap perbedaan keterangan dalam BAP dan
kondisi kardus berisi kopi itu.

149

Di dalam BAP tertulis bahwa kardus tersebut disegel. Namun, saat ditunjukan di
dalam sidang, segel itu sudah dilepas karena jaksa mengecek kesesuaian semua
barang bukti dan Jessica pada penyerahan tahap 2 yang diberikan penyidik.
Mirna meninggal setelah meminum es kopi vietnam yang dipesan oleh Jessica
Kumala Wongso di Kafe Olivier, Grand Indonesia, pada 6 Januari 2016. JPU
mendakwa Jessica dengan tuduhan telah melakukan pembunuhan berencana
dalam kasus itu. (Baca: Hasil Forensik Ungkap Ada 298 Miligram Sianida di Es
Kopi Vietnam Mirna)

150

Kejati DKI Bantah Berkas Jessica P21 karena Dipaksakan
Jumat, 29 Juli 2016 | 15:41 WIB

Nursita Sari Saksi Sari, terdakwa Jessica Kumala Wongso, kuasa hukum Jessica,
dan jaksa melihat warna sisa es kopi vietnam yang ditunjukan majelis hakim di
persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (28/7/2016)
JAKARTA, KOMPAS.com - Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta membantah berkas
perkara kematian Wayan Mirna Salihin dengan tersangka Jessica Kumala Wongso
dinyatakan lengkap atau P21 karena terpaksa.
Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejati DKI Jakarta Waluyo Yahya mengatakan,
jika semua unsur telah terpenuhi maka Kejati harus menyatakan berkas itu P21.
"Enggak ada istilah dipaksakan. Memenuhi unsur kami P21," ujar Waluyo ketika
dihubungi, Jumat (29/7/2016).
Pengacara Jessica, Otto Hasibuan, kemarin meragukan cara kerja jaksa dalam
menangani perkara itu. Otto keberatan dengan barang bukti yang dihadirkan jaksa
penuntut umum (JPU) di persidangan karena berbeda catatan tentang dengan
barang bukti yang tercantum di dalam BAP.
Dia menilai, JPU tidak bisa membedakan mana wadah gelas maupun botol yang
berisi kopi bersianida dan mana yang berisi kopi pembanding.
Menanggapi hal itu, Waluyo menilai bahwa jaksa tidak mungkin tak cermat untuk
memeriksa barang bukti yang dihadirkan di sidang kemarin.
"Menurut saya enggak masalah, itu kan nanti gamblang. Minuman itu, dari kafe
diserahkan ke polisi. Dimasukkan ke botol supaya jangan tumpah."
"Intinya, perbedaan antara gelas dan botol saja, intinya itu. Kemudian gunanya
pembanding adalah untuk membanding antara dicampur sianida dan yang tidak,"
ucapnya.Jessica menjadi terdakwa dalam kasus kematian Mirna. Dia dituduh telah
melakukan pembunuhan berencana dengan memasukkan racun sianida kevdalam
gelas es kopi vietnam yang dibelikannya untuk Mirna di Olivier, Grand Indonesia,
pada 6 Januari 2016

151

Lampiran 9 : Artikel Berita Detik.com

Jessica Bantah Ingin Mencium Jenazah Mirna di RS Abdi Waluyo
Selasa 12 Jul 2016, 19:37 WIB
Nathania Riris Michico – detikNews

Jessica Kumala Wongso (Foto: Ari Saputra)
Jakarta - Dalam kesaksian di persidangan, Made Sendy Salihin mengatakan
bahwa Jessica Kumala Wongso sempat meminta izin untuk mencium jenazah
Mirna saat masih berada di RS Abdi Waluyo pada 6 Januari 2016. Namun
kesaksian itu dibantah Jessica.
"Mengenai perkataan yang tentang Mirna udah tenang dan saya minta izin nyium
itu enggak benar," ujar Jessica saat memberikan bantahannya di PN Jakarta Pusat,
Jl Bungur Raya, Kemayoran, Senin (12/7/2016).
Dia juga memberikan alasan kenapa dirinya tak hadir saat pemakaman Mirna. Dia
mengaku merasa risih karena sempat ditanyai sejumlah hal termasuk tentang
kehidupan pribadinya oleh seorang kerabat Mirna.
"Pada saat saya di rumah duka saya duduk. Ada Sendy, ada seorang wanita yang
mengaku tante Mirna dan bertanya banyak soal kehidupan saya dan ngomong
kalau ada temannya yang menaruh racun di kopi Mirna dan menyuruh saya
menulis kronologi kejadian," jelas Jessica.
"Dan di situ perasaan saya enggak enak, makanya saya enggak datang ke
pemakaman," sambungnya.
Dalam kesaksian sebelumnya, Sendy mengatakan Jessica sempat mengirimkan
link berita media online kepada Sendy yang menyatakan minuman di es kopi
vietnam mengandung racun. Jessica memaparkan alasannya mengirimkan link
berita.
"Tentang link yang saya kirim, seingat saya media sudah ngangkat berita tersebut,
makanya saya kirim link tersebut dan saya ngirim hanya karena saya bertanyatanya ada apa dengan kopi dan ada apa dengan Mirna," kata Jessica.

152

Ini Kronologi Rekaman CCTV di Kafe Olivier yang Dibuka di Persidangan
Rabu 13 Jul 2016, 17:52 WIB
Wisnu Prasetiyo – detikNews

CCTV kafe olivier/ Foto: Wisnu/detikcom
Jakarta - Jaksa penuntut umum (JPU) memutar rekaman CCTV dalam
persidangan kasus pembunuhan dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus). Rekaman itu memutar pertemuan
antara Jessica, Mirna dan Hany.
Berikut kronologis adegan-adegan dalam rekaman CCTV tersebut yang diputar
dalam persidangan, di PN Jakpus, Jl Bungur Besar Raya, Kemayoran, Rabu
(13/7/2016).
6 Januari 2016
Pukul 17.16 WIB
Hani dan Mirna datang bersama ke Kafe Olivier, Jakarta Pusat sebelum bertemu
terdakwa Jessica mereka berdua sempat memilih kue dan memesannya.
Pukul 17.18 WIB
Hani dan Mirna langsung mendatangi Jessica di meja 54. Lalu Hani berlari-lari
kecil kemudian kami memeluk Jessica.
Pukul 17.19 WIB
Tampak terlihat di CCTV Mirna ingin duduk disebelah terdakwa namun dia
menutupi, dan akhirnya Mirna melewati Hani. Lalu Mirna duduk disamping Hani,
dia lewat kiri karena di sebelah kanan ada Jessica.

153

Pukul 17.22 WIB
Tak berapa lama kemudian, tampak Mirna mengaduk-aduk kopi tersebut dan
langsung menyeruputnya. Setelah itu Mirna tampak mengibas-ngibas mulutnya
tampak tidak enak.
Pukul 17.23 WIB
Tak berapa lama kemudian, Mirna meminta Hani mengambilkan air mineral
karena merasa mulutnya tidak enak. Jessica langsung panggil pelayan untuk
meminta air putih. "Saya dan Mirna langsung milih menu lagi agar mulutnya
manis," jelas Hani.
Pukul 17.25 WIB
Mirna terlihat menyender di sofa. Mirna langsung menyender dan mulutnya
langsung berbusa. Hani pun langsung memanggil satpam. Ketika kejadian
tersebut, Jessica yang memakai baju cokelat hanya diam. Lalu pelayan datang dan
Jessica keluar dari bangku. Hani pun nampak menelpon suami Mirna Arief
Soemarko"Saya langsung ngehubungi suami Mirna dan banyak orang yang bilang
berdoa terus mba," jelas Hani.
Di CCTV terlihat ketika banyak orang panik dengan Mirna, Jessica tampak
melihat sekeling-keling dan menggaruk-garuk tangannya, kemudian menaruh
tasnya di Meja.
Hani, Jessica dan Arief kemudian membawa Mirna ke klinik di Grand Indonesia.
Lalu kemudian Hani membawa Mirna dengan menggunakan kursi roda ke klinik
dengan kondisi Mirna yang sudah tidak sadar. Jaksa menyebut rekaman yang
dibuka hari ini baru sekitar 5 persen dari total barang bukti yang tercatat dalam
Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Pekan depan, jaksa akan memutar seluruh
rekaman tersebut untuk membuktikan Jessica bersalah di kasus ini

154

Hakim Panggil Hani untuk Dikonfrontir dengan Pelayan Kafe Soal Kopi
Rabu 20 Jul 2016, 16:32 WIB
Rina Atriana – detikNews

(Foto: Ari Saputra/detikcom)
Saksi pelayanan kafe olivier diambil sumpah saat akan memberikan keterangan di
sidang Jessica
Jakarta - Sahabat Wayan Mirna Salihin, Boon Juwita alias Hani, dihadirkan
kembali ke ruang sidang. Hani dihadirkan untuk dikonfrontir dengan pelayan Kafe
Olivier.
Pelayan Kafe Olivier, Agus Triono, menjelaskan bagaimana dia menuangkan air
panas ke dalam gelas berisi kopi di hadapan Jessica. Menurut Agus, saat
menuangkan air panas tidak ada yang aneh dengan es kopi Vietnam yang
disajikan.
"Tidak ada yang aneh, baunya kopi. Normal saja," ucap Agus saat bersaksi dalam
sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat,
Rabu (20/7/2016).
Agus tidak melihat Mirna meminum kopi itu. Namun saat Mirna pingsan, Agus
yang ikut mengerumuni Mirna sempat melihat kopi yang diseduhnya tadi sudah
berubah warna seperti kunyit. Agus lalu membereskan kopi yang ada di atas meja
dan membawa kopi tersebut ke bar di belakang.
"(Saat itu) aromanya sudah beda. Biasanya baunya sepertinya kopi susu. Ini bau
pokoknya, Pak. Tidak ada lagi rasa bau kopi," ucap Agus. " Jadi akibat minuman
kopi itulah Mirna kejang-kejang?" tanya hakim. "Saya tidak lihat dia minumnya,"
jawab Agus.
"Jadi kopi berkurang?" tanya hakim lagi.
"Kalau berkurang atau tidak saya tidak tahu. Pokoknya masih banyak. Sudah
begitu saja, Pak," jawab Agus.
Hakim lalu memanggil Hani yang pada minggu lalu menjadi saksi. Hakim ingin
memastikan apakah Mirna meminum kopi tersebut.

155

"Hani ada? Buat dikronfontir sebentar untuk memastikan dia meminum," pinta
hakim.
Hani yang saat itu sedang menonton sidang di barisan pengunjung kemudian maju
dan duduk di kursi saksi di samping Agus. Hani membenarkan Mirna meminum
kopi tersebut.
"Iya, minum aja gitu. Tidak terlalu perhatikan (berapa banyak), ya minum aja
gitu," kata Hani

156

Sidang Lanjutan Jessica Digelar Hari Ini, Jaksa Akan Hadirkan 4 Orang
Saksi
Kamis 21 Jul 2016, 06:43 WIB
Rina Atriana – detikNews

Jessica Kumala Wongso (Foto: Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Sidang lanjutan pembunuhan Wayan Mirna Salihin akan kembali
digelar pada hari ini. Jaksa penuntut umum rencananya akan menghadirkan 4
orang saksi.
"Besok (hari ini-red) akan ada 4 orang saksi yang akan dipanggil," tutur jaksa
penuntut umum Ardito usai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN
Jakpus), Rabu (20/7/2016) kemarin.
Dari informasi yang dihimpun, keempat saksi tersebut masih dari Kafe Olivier.
Ardito menyebut bahwa beberapa temuan tentang sedotan juga akan dijelaskan
oleh saksi yang akan hadir hari ini.
Selain itu, Ardito juga sempat menyinggung tentang rekaman CCTV yang belum
semua dibuka di persidangan. Dia pun mengaku akan membeberkan hal tersebut
pada hari ini.
Sebelumnya, pihak terdakwa Jessica Kumala Wongso masih terus bertahan bahwa
tidak ada bukti kuat yang merujuk pada Jessica sebagai pelaku pembunuhan
Mirna. Namun jaksa penuntut umum berpendapat bahwa ada bukti-bukti lain yang
belum diungkap seperti rekaman CCTV ketika Jessica menuangkan sesuatu ke
kopi yang diminum Mirna.
"Apakah ada yang lebih jelas yang menunjukkan Jessica menaruh sesuatu di kopi
Mirna?" tanya wartawan usai persidangan.
"Ada," jawab Ardito singkat.
Ardito menyadari bahwa publik telah dibuat penasaran sampai sejauh ini.
"Penasaran kan? Makanya ikuti terus," tutur Ardito.

157

Bisakah Sedotan Kopi Singkap Misteri Kasus Tewasnya Mirna?
Jumat 22 Jul 2016, 08:41 WIB
Aditya Fajar Indrawan – detikNews

Foto: Muhammad Abdurrosyid-Ilustrator: Andhika Akbarayansyah/detikcom
Jakarta - Sedotan di Es Kopi Vietnam yang tersaji untuk Wayan Mirna Salihin
menjadi sorotan. Sedotan ini berpotensi menyingkap tabir misteri kasus tewasnya
Mirna, benarkah?
Berdasarkan dakwaan jaksa dan kesaksian sidang di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, Jalan Bungur Besar Raya, Jakpus, Kamis (21/7) kemarin, Jessica-lah yang
memasukkan sedotan ke sajian kopi untuk Mirna. Artinya, Mirna menerima kopi
dalam keadaan sedotan sudah tercelup.
Entah kenapa Jessica memasukkan sedotan, dan bukan membiarkan Mirna saja
yang membuka bungkus sedotan dan mencelupkannya ke kopi. Soal misteri
sedotan ini, kuasa hukum Jessica yakni Otto Hasibuan justru meminta agar
persidangan menguak segala seluk-beluk detil ini. Otto mempertanyakan tidak
lengkapnya barang bukti seperti sedotan yang diduga dimasukkan oleh Jessica
kedalam minuman Wayan Mirna Salihin.
"Dalam persidangan ini ada beberapa poin barang bukti yang seharusnya
dimunculkan tapi tidak pernah ada. Misalnya kopi yang digunakan sebagai
pembanding di dalam berita acara ada, tapi di persidangan tidak ada, bisa jadi di
situ ada yang ada sianidanya," ucap Otto saat dihubungi detikcom, Kamis
(21/7/2016).
"Justru itu keanehannya ada satu yang melihat (gelas Mirna ada sedotan) dan ada
yang enggak melihat. Pembuktian itukan enggak boleh ada dugaan-dugaan, apa
benar sedotannya ada sidik jari Jessica atau tidak. Kalau betul, kita minta mana
sedotannya," jelas Otto. Dirinya menambahkan bukti seperti sedotan dan lainnya
bisa mengungkap kebenaran yang terjadi. Namun hal itu pun bisa disandingkan
dengan bukti rekaman CCTV. "Kalau benar ada, mana itu sedotannya kenapa
tidak dimunculkan? Itu penting karena ada tuduhan sedotan itu dimasukkan ke
dalam gelas oleh Jessica, kan bisa diperiksa apa ada sidik jari atau tidaknya," kata
Otto.

158

Kasir Kafe Olivier: Tidak Pernah Ada yang Closed Bill Sebelum Pesanan
Diantar
Rabu 27 Jul 2016, 10:33 WIB
Rina Atriana – detikNews

Foto: Ari Saputra/detikcom
Jakarta - Jessica Kumala Wongso membayar (closed bill) saat pesanannya di
Kafe Olivier belum dibuat. Kasir Kafe Olivier, Jukiah, menyebut hal tersebut
belum pernah terjadi sebelumnya di Kafe Olivier selama ia bekerja di sana.
"Lazimkah suatu pesnaan belum diantar ke meja, tiba-tiba sudah dilakukan
pembayaran?" tanya hakim Binsar Gultom dalam persidangan di Pengadilan
Negeri Jakpus, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2016).
"Saya tidak pernah melihatnya seperti itu. Enggak pernah," jawab Jukiah yang
telah bekerja di Kafe Olivier selama setahun.
Jukiah mengatakan, kalau pun ada, biasanya yang akan membayar menaruh 'card'
sebagai jaminan. Ditanya apakah ia curiga dengan Jessica yang melakukan closed
bill sebelum pesanan dibuat, Jukiah mengatakan tak menaruh curiga apapun.
"Tidak ada," jawab Jukiah.
Mengenai kejadian Mirna tewas diduga karena meminum kopi bersianida, Jukiah
mengaku tak tahu menahu karena saat itu ia telah istirahat.
"Tidak tahu. Pada saat billing jam 16.30 WIB saya istirahat di luar kafe," tutur
Jukiah.

159

Kuasa Hukum Jessica Terus Persoalkan Bukti Botol Sisa Kopi Mirna
Kamis 28 Jul 2016, 17:05 WIB
Rina Atriana – detikNews

Rekonstruksi penyajian kopi dalam persidangan pembunuhan Mirna (Foto:
Rachman Haryanto)
Jakarta - Kuasa hukum Jessica Kumala Wongso mempertanyakan adakah berita
acara saat polisi membuka tutup botol berisi es kopi Mirna dan menuangnya ke
gelas. Jaksa menjawab, tidak ada.
"Saya ingin tanya jaksa melalui majelis hakim apakah ada berita acara
penuangan?" tanya kuasa hukum Jessica, Otto Hasibuan, dalam persidangan di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Kamis
(28/7/2016).
"Bagaimana jaksa penuntut umum?" tanya hakim.
"Sepertinya dalam berkas perkara tidak ada," jawab jaksa penuntut umum Ardito.
Pertanyaan Otto ini berawal saat ia menanyai Manager Bar, Devi Siagian,
mengenai proses dibawanya barang bukti es kopi Vietnam dari Olivier ke Polsek.
Devi mengatakan saat itu kopi dituang oleh petugas di Polsek.
"Waktu itu dituang, ada berita acara penuangan dari gelas ke botol?" tanya Otto.
"Saya tidak ingat," jawab Devi.
Perdebatan panjang pun terjadi antara kuasa hukum Jessica dan jaksa penuntut
umum. Otto mencecar soal kopi pembanding yang dihadirkan dalam persidangan.
Saat itu, majelis hakim, jaksa dan kuasa hukum Jessica berpikir bahwa botol yang
berisi kopi di pengadilan adalah kopi yang mengandung Sianida.
"Waktu itu inilah barang bukti," kata Otto sambil mengangkat botol yang berisi
kandungan kopi yang berwarna cokelat
"Kami tidak tahu barang bukti ini adalah minuman pembanding," ucap Ardito.
Hakim Binsar pun menengahi perdebatan tersebut. Ia mengatakan bahwa majelis
hakim pun awalnya berpikir bahwa kopi dalm botol tersebut adalah kopi
bersianida. Nanti setelah kesaksian Devi, barulah diketahui bahwa kopi bersianida
dituang di botol lainnya dengan jumlah yang lebih sedikit.
"Setelah datang saksi, kami khususnya saya baru mengetahui inilah yang

160

pembanding yang tidak ada sianidanya. Yang satunya yang bersianida," ucap
Binsar.
Terkait hal ini, Jaksa menyebut akan menghadiran petugas di polsek tersebut
untuk menjadi saksi di persidangan.
"Yang bersangkutan nanti akan dihadirkan sebagai saksi," tutur Ardito

161