this PDF file ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN METODE RISK BASED BANK RATING | Hamolin | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN METODE
RISK BASED BANK RATING
(Studi Pada Bank Umum Konvensional Di Indonesia Periode 2014-2016)
Theresia Vania Hamolin
Nila Firdaus Nuzula
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Еmail: theresia.vania@hotmail.com
ABSTRACT
The banking sector is a vulnerable sector affected by both global and national economic conditions. As a
trusted institution, bank has to maintain their performance. The form of trust from the customers, can be
seen from the bank health level. In Indonesia assessment of bank health level was arranged in POJK
No.4/POJK.03/2016 by Indonesia Financial Service Authority (OJK) using Risk Based Bank Rating method.
This method consists four factors, such as risk profile, profitability, capital, and good corporate governance.
The research method used in this research is descriptive method with quantitative approach. This study used
secondary data obtained the official website of each bank that became the sample of this research. The
population using in this research is 42 commercial banks in Indonesia. And the samples is 28 commercial
banks in Indonesia that obtained through purposive sampling method.
Kеywords: RBBR, Bank Health Level
АBSTRАK

Sektor perbankan merukan sektor yang rentan terpengaruhi oleh keadaan perekonomian baik global maupun
nasional.harus tetap menjaga eksistensinya dalam menjadi lembaga kepercayaan. Kepercayaan dari
masyarakat yang menanamkan uangnya ke bank dapat dilihat dari tingkat kesehatan bank tersebut.Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum diatur dalam POJK No.4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Penilaian tingkat kesehatan bank ini menggunakan metode Risk Based Bank Rating
yang berbasis risiko. Metode ini terdiri dari empat faktor yaitu profil risiko, rentabilitas, permodalan, dan
Good Corporate Governance. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahpenelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
website resmi dari masing-masing bank yang menjadi sampel penelitian. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 42 bank umum konvensional di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian
berjumlah 28 bank umum konvensional di Indonesia yang diperoleh melalui metode pengambilan sampel
purposive sampling.
Kаtа Kunci: RBBR, Tingkat Kesehatan Bank

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

218

PЕNDАHULUАN

Sektor perbankan merupakan salah satu sektor
yang menjadi tombak perekonomian Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang perbankan, adalah “Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak”. Perkembangan sektor
perbankan di Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir mengalami perubahan yang cukup besar.
Krisis finansial Asia tahun 1997, perekonomian
Indonesia mengalami dampak yang cukup besar
terlebih pada sektor perbankan. Pergolakan nilai
tukar menggerakkan pemerintah untuk melakukan
pengetatan likuiditas. Selama krisis finansial
tahun 1997, terdapat pencabutan izin usaha atas
16 bank. Hal ini menimbulkan penurunan
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
Indonesia yang menyebabkan masyarakat
melakukan penarikan dana secara besar-besaran

dari bank.
Krisis ekonomi global yang terjadi tahun 2008
yang berawal dari Amerika Serikat juga
memberikan dampak yang cukup signifikan pada
perekonomian
dunia
termasuk
Indonesia.
Perbankan Indonesia mengalami dampaknya
secara tidak langsung. Salah satu kejadian yang
menjadi contoh dampak dari krisis ekonomi 2008
adalah kegagalan kliring yang dialami oleh Bank
Century karena kesulitan likuiditas menurut
Budiono, Gubernur Bank Indonesia pada tahun
2008 (https://nasional.kompas.com). Terjadinya
krisis keuangan global, mengakibatkan risiko
bisnis dalam berbagai sektor. Sektor perbankan
merupakan salah satu sektor yang sangat rentan
terhadap risiko yang dihadapi oleh krisis ekonomi
global suatu negara. Risiko ini mendorong adanya

penguatan dan penyehatan sektor perbankan untuk
memperkuat sistem finansial nasional dan global
yang kuat.
Sistem finansial nasional dan global yang
mengalami dampak atas risiko yang dihadapi saat
krisis ekonomi dapat terlihat dari kinerja
keuangannya. Kinerja perbankan Indonesia
terlebih kinerja bank umum konvensional
mengalami kenaikan dan penuruan selama 10
tahun terakhir. Berikut data yang menunjukkan
kinerja keuangan Bank Umum Konvensional dari
tahun 2006-2016:

Gambar 1. Kinerja Bank Umum Konvensional
Tahun 2006-2016
Sumber: Statistika Perbankan Indonesia (Data Diolah,
2017)

Secara umum kinerja perbankan 10 tahun
terakhir mengalami kenaikan dan penurunan.

Kinerja ROA dan NIM stabil selama 10 tahun
terakhir tidak ada perubahan yang signifikan tiap
tahunnya. Kinerja CAR, BOPO dan LDR
mengalami kenaikan dan penurunan selama 10
tahun terakhir.
Perbankan nasional yang terus terpengaruhi
oleh keadaan perekonomian global dan nasional
harus tetap menjaga eksistensinya dalam menjadi
lembaga
kepercayaan.
Kepercayaan
dari
masyarakat yang menanamkan uangnya ke bank
dapat dilihat dari tingkat kesehatan bank tersebut.
Tingkat kesehatan bank merupakan kepentingan
semua pihak (stakeholders). Perkembangan
industri perbankan telah memberikan andil dalam
perubahan
pendekatan
penilaian

secara
internasional yang mengarah pada pendekatan
pengawasan berdasarkan risiko. Peningkatan
eksposur risiko dan profil risiko serta penerapan
pendekatan pengawasan berdasarkan risiko
tersebut selanjutnya akan mempengaruhi penilaian
tingkat kesehatan bank.
Bank Indonesia telah menetapkan sistem
penilaian tingkat kesehatan bank berbasis risiko
yaitu dalam PBI No. 13/1/PBI/2011 tentang
penilaian tingkat kesehatan bank umum. Peraturan
ini menggantikan Penilaian CAMELS yang
dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004.
Metode yang digunakan dalam PBI No.
13/1/PBI/2011 untuk melakukan penilaian tingkat
kesehatan bank adalah menggunakan pendekatan
risiko (Risk Based Bank Rating). Metode Risk
Based Bank Rating memiliki cakupan penilaian
terhadap empat faktor yaitu profil risiko (risk


Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

219

profile), Good Corporate Governance (GCG),
rentabilitas (earnings) dan permodalan (capital).
Perubahan regulasi atas penilaian bank dari
metode CAMELS menjadi metode Risk Based
Bank Rating ini akan memperkuat praktik
manajemen resiko. Regulasi baru ini akan
memperkuat asesment profil resiko bank dengan
tingkat yang lebih terkonsolidasi. Hal ini
disebabkan sistem penilaian bank berbasis risiko
yang baru (Risk Based Bank Rating System) ini
mengadopsi pendekatan yang lebih analitikal dan
melihat
kedepan
dengan
tujuan

untuk
mengidentifikasi masalah-masalah secara lebih
dini (https://www.kemenkeu.go.id)
Sejak 31 Desember 2013 fungsi pengawasan
lembaga jasa keuangan perbankan yang
sebelumnya dipegang oleh Bank Indonesia
diambil alih oleh Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini
menyebabkan
beberapa
peraturan
yang
sebelumnnya diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia dikonversi menjadi Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan. Peraturan mengenai penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum juga demikian,
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011
tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dikonversi oleh OJK pada
tahun 2016 menjadi POJK No.4/POJK.03/2016
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum.
Menurut POJK No.4/POJK.03/2016 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
terdapat dua pihak yang melakukan penilaian
mengenai tingkat kesehatan bank, yaitu Otoritas
Jasa Keuangan sebagai pengawas lembaga
keuangan perbankan dan bank yang melakukan
self assessment atas tingkat kesehatan bank
mereka. Selain bank, Otoritas Jasa Keuangan
sebagai regulator yang melakukan fungsi
pengawasan lembaga jasa keuangan termasuk
perbankan wajib memberikan perhatian atas
kesehatan bank. Menimbang bahwa kesehatan
bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas
dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan
bank.
Rizkiyah (2017) dalam penelitiannya meneliti
mengenai perbandingan tingkat kesehatan bank
menggunakan metode RGEC (risk profile, GCG,
earning, dan capital). Penelitian ini dilakukan

pada Bank Syariah di Indonesia, Malaysia, United
Arab Emirates, dan Kuwait periode 2011-2015.
Penelitian ini hanya menggunakan tiga dari empat
faktor yang ada yaitu profil risiko (risk profile),
faktor rentabilitas (earnings), faktor permodalan
(capital) tanpa menggunakan faktor Good

Corporate Governance (GCG) dalam menentukan
tingkat kesehatan bank.
Widyaningrum (2014) dalam penelitiannya
juga pernah melakukan analisis tingkat kesehatan
bank menggunakan metode Risk Based Bank
Rating (RBBR). Penelitian ini dilakukan pada
bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dalam IHSG Sub Sektor Perbankan tahun 2012.
Penelitian ini hanya menggunakan dua faktor
dalam menentukan tingkat kesehatan bank yakni
faktor rentabilitas (earnings) dan faktor
permodalan (capital).
Penelitian

tingkat
kesehatan
bank
menggunakan metode Risk Based Bank Rating
masih tergolong jarang dilakukan. Adapun
penelitian tersebut hanya menggunakan dua atau
tiga faktor dari empat faktor yang ada dalam
penilaian tingkat kesehatan bank metode Risk
Based Bank Rating. Oleh sebab itu penelitian ini
akan menganalisis tingkat kesehatan bank atas
bank umum konvensional di Indonesia melalui
indikator keuangan yang ada di dalam laporan
keuangan dan pelaporan self assessment
pelaksanaan Good Corporate Governance.
Peneliti mengukur tingkat kesehatan dengan
menggunakan empat faktor yang ada dalam
metode Risk Based Bank Rating, yaitu profil
risiko (risk profile) dengan mengukur risiko kredit
menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL).
Faktor rentabilitas (earnings) menggunakan rasio
Return on Assets (ROA) dan Net Interest Margin
(NIM). Faktor permodalan (capital) menggunakan
Capital Adequacy Ratio (CAR). Faktor Good
Corporate Governance menggunakan hasil
penilaian self assessment bank tersebut.
Tahun 2014 merupakan tahun pengambil alihan
fungsi pengawasan perbankan dari Bank
Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Peneliti
tertarik untuk meneliti pada periode 2014 sampai
2016 untuk mengetahui tingkat kesehatan bank
umum konvensional pasca pengalihan fungsi
pengawasan tersebut. Sedangkan untuk pemilihan
bank umum konvensional dalam penelitian ini.
Berdasarkan Edwin Sembayang yang merupakan
pengamat perekonomian, masyarakat masih
cenderung
melirik
bank
konvensional
dibandingkan
bank
syariah.
(http://economy.okezone.com).
KАJIАN PUSTАKА
Risk Profile (Profil Risiko)
Profil risiko yang dijelaskan terlebih dahulu,
profil risiko perbankan terdiri dari delapan risiko.
Dalam penelitian ini, risiko yang akan digunakan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

220

hanya risiko kredit. Hal ini dikarenakan data yang
dipakai dalam penelitian merupakan data sekunder
yang diambil dari laporan keuangan bank dan
risiko lainnya menyangkut self assessmen tbank
yang tidak dipublikasikan.
Risiko kredit menurut Kasidi (2014:58)
“Risiko kredit adalah risiko yang berkaitan
dengan kemungkinanan kegagalan debitur untuk
melunasi hutangnya, baik pokok maupun
bunganya pada waktu yang telah ditentukan.”
Risiko kredit dapat diukur dengan menggunakan
rasio Non Performing Loan (NPL) atau rasio
tingkat kredit bermasalah. Tingginya NPL
menunujukkan ketidakmampuan bank dalam
proses penilaian sampai pencairan kredit sampai
dengan pencairan kredit kepada debitur. Kredit
bermasalah adalah pinjaman yang mengalami
kesulitan pelunasan akibat adanya faktor
kesenjangan dan atau karena faktor eksternal di
luar kemampuan kendali debitur. Rumus dari rasio
NPL adalah:
Kredit Bermasalah
x
%
Total Kredit
Sumber: Lampiran SEOJK No.14/SEOJK.03/2017
NPL =

Tabel 1 Klasifikasi Peringkat NPL
Peringkat
Nilai Komposit
Predikat
1
Sangat Baik
NPL
%
2
Baik
% NPL < %
3
Cukup Baik
% NPL < %
4
Kurang Baik
% NPL < %
5
Tidak Baik
NPL
%
Sumber: Kodifikasi Penilaian Bank Indonesia
Kelembagaan: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
(Data Diolah, 2017)

Permodalan (Capital)
Rasio yang digunakan untuk mengukur faktor
permodalan (capital) adalah Capital Adequancy
Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal. Capital
Adequancy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan
modal merupakan rasio perbandingan antara
modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko.
Sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Bank
of International Settlements (BIS), besarnya CAR
setiap bank minimal 8%. Sehingga Bank
Indonesia menetapkan, “Bank wajib penyediaan
modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang
menurut
risiko
(ATMR).”
(PBI
No.10/15/PBI/2008). Semakin besar CAR maka
semakin baik kemampuan modal bank dalam
membiayai aktiva bank yang mengandung resiko
dan begitu juga sebaliknya apabila semakin kecil
CAR maka akan semakin buruk kemampuan bank

dalam membiayai aktiva bank yang mengandung
risiko. Rumus dari CAR adalah:
CAR =

Modal
x
Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR

Sumber: Lampiran SEOJK No.14/SEOJK.03/2017

%

Tabel 2 Klasifikasi Peringkat CAR
Peringkat
Nilai Komposit
Predikat
1
Sangat Baik
CAR
%
2
Baik
% CAR < %
3
Cukup Baik
% CAR < %
4
Kurang Baik
% CAR < %
5
Tidak Baik
CAR
%
Sumber: Kodifikasi Penilaian Bank Indonesia
Kelembagaan: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
(Data Diolah, 2017)

Rentabilitas (Earning)
Penilaian faktor rentabilitas (earning)
menggunakan 2 (dua) rasio yaitu menggunakan
Return on Assets (ROA) dan Net Interest Margin
(NIM).
a. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan
pendapatan
(income)
dari
pengelolaan assetnya (Kasmir, 2015:329).
Semakin besar ROA suatu bank menandakan
semakin besar keuntungan yang didapat bank
tersebut dan semakin baik juga kemampuan bank
tersebut dalam mengelola asetnya menjadi
keuntungan. Rumus ROA adalah:
Laba Sebelum Pajak
x
%
Rata − Rata Total Aset
Sumber: Lampiran SEOJK No.14/SEOJK.03/2017
ROA =

Tabel 3 Klasifikasi Peringkat ROA
Peringkat
1
2
3
4
5

Nilai Komposit
ROA > , %
, % < ROA
, %
, % < ROA
, %
% < ROA
, %
ROA
%

Predikat
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik

Sumber: Kodifikasi Penilaian Bank Indonesia
Kelembagaan: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
(Data Diolah, 2017)

b. Net Interest Margin (NIM)
Menurut Darmawi (2012:224) Net Interest Margin
(NIM) adalah selisih antara semua penerimaan
bunga atas aset bank dan semua biaya bunga atas
dana yang diperoleh. NIM merupakan rasio yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja bank
dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih dari
aktiva produktifnya. Rumus NIM adalah:
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

221

Pendapatan Bunga Bersih
x
%
Rata − Rata Aktiva Produktif
Sumber: Lampiran SEOJK No.14/SEOJK.03/2017
NIM =

Tabel 4 Klasifikasi Peringkat NIM
Peringkat
Nilai Komposit
Predikat
1
Sangat
Baik
NIM > %
2
Baik
% < NIM
%
3
Cukup Baik
, % < NIM
%
4
Kurang
Baik
% < NIM
, %
5
Tidak Baik
NIM
%
Sumber: Kodifikasi Penilaian Bank Indonesia
Kelembagaan: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
(Data Diolah, 2017)

Good Corporate Governance (GCG)
Menurut
POJK
No.55/POJK.03/2016
mengenai Penerapan Tata Kelola bagi Bank
Umum, “bank diwajibkan secara berkala
melakukan self assessment terhadap kecukupan
pelaksaanaan dalam Tata Kelola dan menyusun
laporan pelaksanaan.” Dalam melakukan penilaian
faktor GCG, peneliti akan memakai hasil
penilaian self assessment dari bank. Dimana
penilaian GCG ini terdiri dari 11 (sebelas) unsur
Tabel 5 Bobot Penilaian GCG
No.
Faktor
Bobot
1.
Pelaksanaan Tugas dan Tanggung
10%
Jawab Direksi
2.
Pelaksanaan Tugas dan Tanggung
20%
Jawab Dewan Komisaris
3.
Kelengkapan dan Pelaksanaan
10%
Tugas Komite
4.
Penanganan Benturan
10%
Kepentingan
5.
Penerapan Fungsi Kepatuhan
5%
Bank
6.
Penerapan Fungsi Audit Intern
5%
7.
Penerapan Fungsi Audit Ekstern
5%
8.
Penerapan Manajemen Risiko
7,5%
Termasuk Sistem Pengendalian
Intern
9.
Penyediaan Dana Kepada Pihak
7,5%
Terkait (related party) dan
Penyediaan Dana Besar (large
exposure)
10. Transparansi Kondisi Keuangan
15%
dan Non Keuangan, Laporan
Pelaksanaan Tata Kelola dan
Pelaporan Internal
11. Rencana Strategis Bank
5%
100%
Total
Sumber: Lampiran SE OJK No.14/SEOJK.03/2017

Hasil akhir self assessment mengenai tata
kelola adalah peringkat tata kelola. Peringkat tata

kelola terdiri dari 5 peringkat dimana peringkat
tersebut menggambarkan penerapan tata kelola
bank secara umum.
MЕTODE PЕNЕLITIАN
Pеnеlitian ini mеrupakan mеtodе pеnеlitian
dеskriptif dеngan pеndеkatan kuantitatif. Adapun
focus penelitian sebagai berikut:
1. Penerapan
penilaian
kinerja
bank
menggunakan metode Risk Based Bank
Rating (RBBR) yang terdiri dari :
a. Faktor Risk Profile (profil risiko) yang
mengukur risiko kredit menggunakan rasio
Non Performing Loan (NPL).
b. Faktor rentabilitas (earnings) menggunakan
rasio Return on Assets (ROA) dan Net
Interest Margin (NIM).
c. Faktor permodalan (capital) menggunakan
Capital Adequacy Ratio (CAR).
d. Faktor
Good
Corporate
Governance
menggunakan hasil penilaian self assessment
bank tersebut.
2. Tingkat kesehatan bank umum konvensional
yang diteliti dengan metode Risk Based Bank
Rating (RBBR) selama periode 2014-2016.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam pеnеlitian ini adalah Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum
konvensional di Indonesia periode 2014-2016
yang berjumlah 42 bank. Pеngambilan sampеl
dalam pеnеlitian ini mеnggunakan tеknik
purposivе sampling.
HАSIL DАN PЕMBАHАSАN
Hasil Analisis Data
Tabel 6. Rekapitulasi Peringkat NPL, ROA, NIM,
CAR, dan GCG Tahun 2014-Tahun 2016,
Peringkat Komposit Kesehatan Bank Umum
Konvensional di Indonesia Tahun 2014-Tahun 2016
dan Rata-Rata Peringkat Komposit Kesehatan
Bank Umum Konvensional Selama 3 Tahun
Nama Bank

BRI Agro
Bank MNC
Internasional
Tbk
Bank Central
Asia Tbk
Bank Negara
Indonesia
Tbk
Bank
Nusantara
Parahyangan
Tbk

Tahun

NPL

ROA

NIM

CAR

GCG

Peringkat
Komposit

2014
2015
2016
2014
2015
2016
2014
2015
2016
2014
2015
2016

1
1
1
3
2
2
1
1
1
1
2
2

2
2
2
5
4
4
1
1
1
1
1
1

1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
3
2
1
1
1
2
2
2

PK 1
PK 1
PK 1
PK 3
PK 2
PK 2
PK 1
PK 1
PK 1
PK 1
PK 1
PK 1

2014

1

1

1

1

2

PK 2

2015

2

1

1

1

2

PK 1

2016

2

4

1

1

2

PK 2

RataRata
PK
PK 1

PK 2

PK 1

PK 1

PK 2

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

222

Nama Bank

Tahun

NPL

ROA

NIM

CAR

GCG

Peringkat
Komposit

Bank Rakyat
Indonesia
Tbk

2014
2015

1
1

1
1

1
1

1
1

1
1

PK 1
PK 1

2016
2014
2015
2016
2014
2015
2016
2014
2015

1
2
2
2
5
2
2
2
2

1
3
1
1
5
5
5
1
1

1
1
1
1
5
4
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
2
2
2
4
3
3
2
2

PK 1
PK 2
PK 1
PK 1
PK 4
PK 3
PK 2
PK 1
PK 1

2016

2

1

1

1

2

PK 1

2014
2015
2016
2014
2015

2
1
1
2
2

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

2
2
2
2
2

PK 2
PK 1
PK 1
PK 1
PK 1

2016

2

1

1

1

2

PK 1

2014
2015

1
1

3
3

1
1

1
1

2
2

PK 2
PK 2

2016

1

1

1

1

2

PK 1

2014
2015
2016
2014
2015
2016
2014
2015
2016

2
2
2
1
1
1
2
2
2

1
1
1
1
2
1
2
4
3

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
2
2
2
2
2
2

PK 1
PK 1
PK 1
PK 1
PK 1
PK 1
PK 2
PK 2
PK 2

2014
2015

1
2

3
3

1
1

1
1

2
2

PK 2
PK 2

2016

2

1

1

1

2

PK 1

2014
2015
2016
2014
2015
2016
2014

1
1
3
2
2
2
1

3
4
5
3
3
1
1

1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1

2
2
3
2
2
2
2

PK 2
PK 2
PK 3
PK 2
PK 2
PK 1
PK 1

2015

1

1

1

1

2

PK 1

2016

1

1

1

1

2

PK 1

2014
2015
2016
2014
2015
2016
2014
2015

2
2
2
2
2
2
1
2

3
4
4
4
3
3
3
4

3
3
4
1
5
4
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2

PK 2
PK 2
PK 3
PK 2
PK 3
PK 2
PK 2
PK 2

2016

2

4

1

1

2

PK 2

2014
2015

1
2

1
1

1
1

1
1

2
2

PK 1
PK 1

2016

2

1

1

1

2

PK 1

2014
2015

2
1

3
3

1
1

1
1

2
2

PK 2
PK 2

2016

2

3

1

1

2

PK 2

2014
2015

2
2

3
1

1
1

1
1

2
2

PK 2
PK 1

2016
2014
2015
2016
2014
2015
2016
2014
2015
2016

2
1
1
2
1
1
1
1
2
2

1
3
3
3
1
1
1
1
2
1

1
2
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

PK 1
PK 2
PK 2
PK 2
PK 1
PK 1
PK 1
PK 1
PK 2
PK 1

Bank
Tabungan
Negara Tbk
Bank J Trust
Indonesia
Tbk
Bank
Danamon
Indonesia
Tbk
Bank Jabar
Banten Tbk
Bank
Pembangunan
Daerah Jawa
Timur
Bank
Maspion
Indonesia
Tbk
Bank Mandiri
Tbk
Bank Bumi
Arta Tbk
Bank CIMB
Niaga Tbk
Bank
Maybank
Indonesia
Tbk
Bank Permata
Tbk
Bank Sinar
Mas Tbk
Bank
Tabungan
Pensiunan
Nasional Tbk
Bank Victoria
Internasional
Tbk
Bank Dinar
Indonesia
Tbk
Bank Artha
Graha
Internasional
Tbk
Bank
Mayapada
Internasional
Tbk
Bank China
Construction
Bank
Ind.
Tbk
Bank
Tbk

Mega

Bank
Mitraniaga
Tbk
Bank OCBC
NISP Tbk
Bank
Pan
Indonesia
Tbk

Sumber: Data Diolah (2018)
Keterangan Peringkat Komposit:
1 : Sangat Sehat
2 : Sehat
3 : Cukup Sehat
4 : Kurang Sehat
5 : Tidak Sehat

RataRata
PK
PK 1

PK 1

PK 3

PK 1

PK 1

PK 1

PK 2

PK 1

PK 1

PK 2

PK 2

PK 2

PK 2

PK 1

PK 2

PK 2

PK 2

PK 1

PK 2

PK 1

PK 2

PK 1

PK 1

Berdasarkan Tabel 6 secara umum hasil
rekapitulasi dari peringkat NPL, ROA, NIM,
CAR, dan GCG tahun 2014 – tahun 2016 dan
peringkat tingkat kesehatan bank dari Bank
Umum Konvensional di Indonesia tahun 20142016 menunjukkan bank memiliki predikat
“Sangat Sehat” dan “Sehat”. Terdapat 15 bank
yang memiliki peringkat tingkat kesehatan 1
dengan predikat “Sangat Sehat”, 14 bank yang
memiliki peringkat tingkat kesehatan 2 dengan
predikat “Sehat” dan 1 bank yang memiliki
peringkat tingkat kesehatan 1 dengan predikat
“Cukup Sehat”. Bank umum konvensional yang
diteliti secara umum memiliki peringkat yang baik
dalam setiap faktor yang diteliti, tetapi masih
ditemukan dalam rasio ROA beberapa bank
memiliki peringkat penilaian kategori “Cukup
Baik”, “Kurang Baik”, dan “Tidak Baik”. Hal
tersebut menyebabkan hasil peringkat tingkat
kesehatan bank umum tersebut menjadi turun di
peringkat 2 bahkan 3.
Keseluruhan bank umum konvensional yang
diteliti tergolong merupakan bank yang “Sehat”.
Berdasarkan hasil rekapitulasi, Bank Central Asia
Tbk dan Bank Rakyat Indonesia Tbk merupakan
bank yang tergolong “Sehat” dan memiliki
peringkat 1 dengan predikat “Sangat Baik” dalam
setiap faktor penilaian selama tahun 2014 sampai
dengan tahun 2016. Hal ini merupakan suatu
pencapaian yang sangat baik untuk Bank Central
Asia Tbk dan Bank Rakyat Indonesia Tbk,
kiranya pihak manajemen bank mampu
memepertankan dan meningkatkan kinerja bank
agar semakin baik lagi untuk tahun-tahun
kedepan.
Berdasarkan bank umum konvensional yang
diteliti, ditemukan satu bank yaitu Bank J Trust
Indonesia Tbk yang tergolong “Cukup Sehat”. Hal
ini disebabkan selama tahun 2014 sampai tahun
2016 bank memiliki peringkat 3 dengan predikat
yang “Kurang Baik” untuk rasio NPL, NIM, dan
penilaian GCG dan memiliki peringkat 5 dengan
predikat “Tidak Baik” untuk rasio ROA. Hal ini
menunjukkan bahwa Bank J Trust Indonesia Tbk
belum mampu memaksimalkan kinerjanya dan
mempertahankan tingkat kesehatan banknya.
Kiranya manajemen Bank J Trust Indonesia Tbk
dapat memberikan perhatian agar bank mampu
memperbaiki kinerja bank dan mampu mencapai
tingkat kesehatan bank yang lebih baik lagi. Hal
ini bertujuan agar bank dapat bersaing dengan
bank umum konvensional yang lain. Kinerja bank
yang tergambar dari tingkat kesehatan bank
merupakan sesuatu hal yang harus diperhatikan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

223

dan diketahui. Menurut Casu (2006:320)
Depositors, shareholders, regulators, manager,
direct competitors, credit-rating companies,
financial markets and other market participant
interested to knowing bank’s performance.
Seluruh stakeholder dan shareholder dari bank
perlu mengetahui kinerja bank yang tergambar
dari tingkat kesehatan bank. Menurut Adam
(2014:170) “Performance measurements play an
important role in understanding the determinants
of successful performance of firms, such as
banks.” Oleh sebab itu, berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesehatan bank peneliti merekomendasikan bank
yang sehat bagi nasabah dan investor.
Tabel 7. Rekomendasi Bank Umum Konvensional
yang Sehat untuk Nasabah dan Investor
Nama
Keterangan
Bank
Bank
Kondisi Bank secara umum sangat sehat
Central
sehingga
dinilai
sangat
mampu
Asia Tbk
menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis
dan faktor eksternal lain. Hal ini
tercermin
dari
peringkat
faktor
penilaian, antara lain profil risiko,
penerapan Tata Kelola, rentabilitas, dan
permodalan yang secara umum sangat
baik dengan peringkat 1 selama tahun
2014 sampai tahun 2016. Apabila
ditemukan kelemahan maka secara
umum kelemahan tersebut tidak
signifikan dan mampu dihadapi oleh
pihak manajemen bank dengan baik.
Bank
Kondisi Bank secara umum sangat sehat
Rakyat
sehingga
dinilai
sangat
mampu
Indonesia
menghadapi pengaruh negatif yang
Tbk
signifikan dari perubahan kondisi bisnis
dan faktor eksternal lain. Hal ini
tercermin
dari
peringkat
faktor
penilaian, antara lain profil risiko,
penerapan Tata Kelola, rentabilitas, dan
permodalan yang secara umum sangat
baik dengan peringkat 1 selama tahun
2014 sampai tahun 2016. Apabila
ditemukan kelemahan maka secara
umum kelemahan tersebut tidak
signifikan dan mampu dihadapi oleh
pihak manajemen bank dengan baik.
Sumber: Data Diolah (2017)

KЕSIMPULАN DАN SАRАN
Kеsimpulаn
1. Kondisi profil risiko (risk profile), Good
Corporate Governance (GCG), rentabilitas

(earnings), dan permodalan (capital) bank
umum konvensional:
a. Kondisi
profil
risiko
(risk
profile)
berdasarkan rasio NPL dari bank umum
konvensional di Indonesia tahun 2014 sampai
2016 mayoritas dalam kondisi yang baik.
Terdapat 11 bank yang memiliki peringkat 1
dengan predikat “Sangat Baik”, 16 bank yang
memiliki peringkat 2 dengan predikat “Baik”,
dan 1 bank yang memiliki peringkat 3 dengan
predikar “Cukup Baik”. Bank tersebut adalah
Bank J Trust Indonesia Tbk.
b. Kondisi penilaian self assessment GCG bank
umum konvensional di Indonesia tahun 2014
sampai tahun 2016 mayoritas dalam kondisi
yang baik. Terdapat 3 bank yang memiliki
peringkat tata kelola terintegrasi 1 atau
predikat “Sangat Baik” yaitu bank Bank
Central Asia Tbk, Bank Rakyat Indonesia
Tbk, dan Bank Mandiri Tbk. Terdapat 2 bank
yang memiliki peringkat tata kelola
terintegrasi 3 atau predikat “Cukup Baik”
yaitu Bank MNC Internasional Tbk dan Bank
J Trust Indonesia. Sedangkan untuk 23 bank
lainnya memiliki peringkat tata kelola
terintegrasi 2 atau predikat “Baik”.
c. Kondisi rentabilitas (earning) berdasarkan
rasio ROA dari bank umum konvensional di
Indonesia tahun 2014 sampai 2016 mayoritas
dalam kondisi yang sangat baik. Dari
keseluruhan terdapat 12 bank yang memiliki
peringkat 1 dengan “Sangat Baik”, 4 bank
yang memiliki peringkat 2 dengan predikat
“Baik”, 7 bank yang memiliki peringkat 3
dengan predikat “Cukup Baik”, 2 bank yang
memiliki peringkat 4 dengan predikat
“Kurang Baik”, dan 3 bank yang memiliki
peringkat 5 dengan predikat “Tidak Baik”.
Rasio ROA tertinggi dimiliki oleh Bank
Central Asia Tbk dan rasio ROA terendah
dimiliki oleh Bank J Trust Indonesia Tbk.
Kondisi rentabilitas (earning) berdasarkan
rasio NIM dari bank umum konvensional di
Indonesia tahun 2014 sampai 2016 dalam
keadaan sangat baik terlihat dari 25 bank
mendapatkan peringkat 1 dengan predikat
“Sangat Baik”. Hanya terdapat 3 bank yang
memiliki peringkat 3 dengan predikat “Cukup
Baik” yaitu Bank J Trust Indonesia Tbk,
Bank Victoria Internasional Tbk, dan Bank
Dinar Indonesia Tbk. Rasio NIM tertinggi
dimiliki oleh Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Tbk dan rasio NIM terendah

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

224

dimiliki oleh Bank Victoria Internasional
Tbk.
d. Kondisi permodalan (capital) berdasarkan
rasio CAR dari bank umum konvensional di
Indonesia tahun 2014 sampai 2016 mayoritas
dalam kondisi yang sangat baik. Hal ini
terlihat dari seluruh bank yang diteliti
memiliki peringkat 1 dengan predikat “Sangat
Baik”. Rasio CAR tertinggi dimiliki oleh
Bank Dinar Indonesia Tbk dan rasio CAR
terendah dimiliki oleh Bank Mayapada
Internasional Tbk.
2. Berdasarkan tingkat kesehatan bank umum
konvensional di Indonesia periode 2014
sampai 2016 dinilai dengan metode Risk
Based Bank Rating, menunjukkan bahwa
bank umum yang dapat direkomendasikan
oleh peneliti ada Bank Central Asia Tbk dan
Bank Rakyat Indonesia Tbk. Kedua bank
umum tersebut selama tahun 2014 sampai
dengan tahun 2016 selalu mendapatkan
peringkat 1 dengan predikat “Sangat Baik”
dalam setiap faktor penilaian dan merupakan
bank yang masuk ke dalam kategori “Sangat
Sehat”.
Sаrаn
1. Bagi pihak bank
a. Setiap bank umum konvensional di Indonesia
diharapkan mampu mempertahankan dan
meningkatkan kinerja perbankan yang
dimiliki. Hal ini merupakan sesuatu hal yang
penting diperhatikan oleh lembaga keuangan
terutama perbankan yang merupakan lembaga
pemegang kepercayaan masyarakat untuk
menghimpun dan menyalurkan dana mereka.
b. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
dengan
memperhatikan
cara
bank
menanggulangi dan meningkatkan peringkat
dari tiap faktor dalam penilaian tingkat
kesehatan bank menggunakan metode Risk
Based Bank Rating maka hal yang dapat
dilakukan oleh bank untuk menekan profil
risiko (risk profile) dengan rasio NPL adalah
pihak bank harus lebih lagi memonitor kredit
agar bisa mengambil langkah yang cepat
menghadapi risiko yang mungkin saja
dihadapi seperti suku bunga, nilai tukar, dan
faktor-faktor makro lainnya. Bank juga harus
berusaha memutar aset yang mereka miliki
dengan meningkatkan jumlah kredit yang
diberikan kepada pihak ketiga namun harus
tetap berada dalam koridor kehati-hatian.

c. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
dengan
memperhatikan
cara
bank
menanggulangi dan meningkatkan peringkat
dari tiap faktor dalam penilaian tingkat
kesehatan bank menggunakan metode Risk
Based Bank Rating maka hal yang dapat
dilakukan oleh bank untuk meningkatkan
rentabilitas (earnings) dengan rasio ROA
adalah
pihak
bank
harus
berusaha
meningkatkan laba yang akan didapat oleh
bank namun harus dengan keputusan yang
benar dengan meningkatkan aktiva yang
memiliki
kemungkinan
besar
dalam
menghasilkan laba. Sedangkan untuk
meningkatkan rasio NIM bank dapat
meningkatkan aset mana yang lebih
mendukung untuk mendapatkan pendapatan
bunga, penentuan aset produktif mana yang
memungkinkan pihak bank memperoleh laba
yang lebih. Pemilihan sektor pemberian kredit
juga harus lebih cermat lagi dengan
memperhatikan risiko yang berasal dari luar
bank seperti keadaan makro yang mungkin
saja berpengaruh pada sektor perbankan.
d. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
dengan
memperhatikan
cara
bank
menanggulangi dan meningkatkan peringkat
dari tiap faktor dalam penilaian tingkat
kesehatan bank menggunakan metode Risk
Based Bank Rating maka hal yang dapat
dilakukan oleh bank untuk meningkatkan
permodalan (capital) dengan rasio CAR
adalah bank harus tetap memperhatikan
keadaan risiko baik risiko operasional, pasar
dan kredit. Bank harus memperhatikan
minimum yang ditentukan oleh Bank
Indonesia atau OJK untuk CAR dari bank.
Kepekaan terhadap risiko akan membantu
bank menentukan berapa modal yang harus
ditambah untuk menghadapi risiko tersebut.
e. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
dengan
memperhatikan
cara
bank
menanggulangi dan meningkatkan peringkat
dari tiap faktor dalam penilaian tingkat
kesehatan bank menggunakan metode Risk
Based Bank Rating maka hal yang dapat
dilakukan oleh bank untuk meningkatkan
hasil penilaian self assessment GCG bank
adalah
dengan
memperbaiki
dan
meminimalkan segala kelemahan dari
Governance Structure dan eksekusinya di
dalam Governance Process sehingga mampu
menghasilkan Governance Outcome yang
baik.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

225

2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini masih
memiliki keterbatasan, yaitu peneliti hanya
menggunakan indikator-indikator dari tiap
unsur penilaian dalam metode Risk Based
Bank Rating yang dapat diolah hanya dari
data yang peneliti dapatkan yaitu data
sekunder. Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat
menggunakan
indikator-indikator
lainnya yang bukan hanya dari kinerja
keuangan atau hasil penilaian tata kelola
terintegrasi dari bank saja. Hal ini diharapkan
mampu memperluas wawasan bagi pembaca
mengenai tingkat kesehatan bank umum
konvensional dan mampu memperoleh hasil
penelitian yang lebih baik dan lebih
komprehensif
dibandingkan
penelitianpenelitian sebelumnya.
DАFTАR PUSTАKА
Bank Indonesia. 2012. Kodifikasi Peraturan Bank
Indonesia,
Kelembagaan
Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank. Jakarta:Pusat
Riset dan Edukasi Bank Sentral (PERS)
Casu. 2015. Banking: 2nd Edition. London:
Pearson United Kingdom
Darmawi, Herman. 2012. Manajemen Perbankan.
Jakarta: PT Bumi Aksara

Jurnal Administrasi Bisnis Universitas
Brawijaya Vol. 34 No. 1
Peraturan:
Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10
Tahun 1998 tentang Perbankan
Pedoman Standar Akuntansi Keuangan No.1
Revisi, 2009 tentang Penyajian Laporan
Keuangan
Peraturan
Bank
Indonesia.
NOMOR
13/30/DPNP/2011. Tahun 2011 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. NOMOR
4/POJK.03/2016. Tahun 2016 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. NOMOR
14/SEOJK.03/2017 tahun 2017 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. NOMOR
55/POJK.03/2016.
Tahun
2016.
Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum
Website:

Kasidi. 2010. Manajemen Risiko. Bogor: Ghalia
Indonesia

https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/ref
ormasi%20regulasi%20finansial%20g20.p
df diakses 16 September 2017

Kasmir. 2015. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi
Revisi 2014. Jakarta: PT Rajawali Pers

Statistika Perbankan Indonesia tahun 2016 diakses
melalui ojk.go.id pada 16 September 2017

______. 2015 Manajemen Perbankan.Edisi Revisi
2014. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

https://nasional.kompas.com/read/2008/11/13/163
80551/boediono.bank.century.kalah.kliring
diakses 11 November 2017

Jurnal:
Adam.

2014. “Evaluating the Financial
Performance of Banks Using Financial
Ratios-A Case Study of Erbil Bank for
Investment and Finance”. European
Journal of Accounting Auditing and
Finance Research. Vol.2, No. 6, pp. 162177

https://economy.okezone.com/read/2015/03/23/45
7/1122745/bank-konvensional-lebihdilirik-ketimbang-syariah diakses pada 21
Maret 2018

Widyaningrum.
2014.
“Analisis
Tingkat
Kesehatan Bank dengan Menggunakan
Metode Risk Based Bank Rating (RBBR)”.
Jurnal Administrasi Bisnis Universitas
Brawijaya Vol. 9 No. 2
Rizkiyah. 2017. Analisis Perbandingan Tingkat
Kesehatan Bank Berdasarkan Risk Profile,
Good Corporate Governance, Earnings,
dan Capital (RGEC) pada Bank Syariah.”.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

226