ANALISIS DAMPAK DISKRIMINASI PEKERJA TER (1)
ANALISIS DAMPAK DISKRIMINASI PEKERJA TERHADAP PENDAPATAN
EKONOMI PEREMPUAN DISEKTOR INDUSTRI KOTA PALEMBANG
1
Luis Marnisah1, Endah Dewi Purnamasari2
Fakultas Ekonomi, Universitas Indo Global Mandiri
email: [email protected]
2
Fakultas Ekonomi Universita Indo Global Mandiri
email: [email protected]
ABSTRACT
This research aims at finding how far woker discriminations occur to the worker foward womwns
income. The method of research was using survey by selecting ang investigating samples which
taken from the population to find out the events and correlation aming the variables to find out
several evidences dealing with population. Explantion rsearch can test the hypoteses which here
been built by the researcher ang explain the effect of persund prejudies variabel, imperfect,
imformation, promotion toward the womwn income. Teh population of the research was all the
the workers in middle industry sector. The analysis of data which was gamed by using multiple
regression.these analyses included: validity test and reability test, classic assumption, multiple
regression analysis, hypoteses testing through t-test , F-test and the analysis of coefficient
determination. The analysis showed that there was regression equality: Y = bX1+ bX2+ bX3+ e. The
result of analysis showed the value of personal prejudice (X1) wass 0,008 and has impact toward
the income, the value of imperfeel, informating wass -0,030 and it has impact toward the income
and the the value of promotion wass 0,048 and it has impact toword the income ang 0,46 was
influenced by the variables together
Keyword:discrimination, income, industy
Latar Belakang
Negara berkembang pada umumnya
menghadapi banyak permasalahan di
bidang kependudukan, seperti tingginya
tingkat
kelahiran,
kemiskinan,
pengangguran,
pendidikan
dan
produktivitas. Di Indonesia salah satu
masalah yang dihadapi adalah banyaknya
tenaga kerja terutama yang belum
memperoleh kerja. Kelebihan tenaga kerja
disatu pihak adalah akibat langsung dari
adanya pergeseran struktur umur yang
tadinya belum masuk usia kerja, sekarang
sudah termasuk dalam usia kerja, hal ini
merupakan potensi sumber daya manusia
untuk pembangunan, di pihak lain
penciptaan kesempatan kerja masih lamban
dibandingkan dengan pesatnya laju
pertumbuhan angkatan kerja.
Keadaan yang tidak seimbang antara
pertumbuhan
angkatan
kerja
dan
kemampuan
untuk
menciptakan
kesempatan kerja akan menimbulkan akibat
buruk terhadap pembangunan suatu bangsa.
Sebab prestasi pembangunan suatu bangsa
bukan hanya di ukur dengan pertumbuhan
ekonomi semata, tetapi juga dapat
menciptakan kesempatan kerja yang luas,
mensejahterakan
masyarakat
dan
pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Indonesia masih dihadapkan oleh
masalah angkatan kerja yang sebagian besar
memiliki kualitas yang rendah akibat tingkat
pendidikan yang rendah. Hal lain yang perlu
mendapat perhatian adalah bahwa tingkat
partisipasi kerja yang tinggi di Indonesia
tidak sepenuhnya menunjang produktivitas
yang tinggi pula sehingga mereka mendapat
upah rendah.
1
Penduduk Kota Palembang yang
masuk dalam angkatan kerja pada tahun
2010 tercatat 259.422 orang perempuan,
411.413 orang laki-laki yang berusia 15
tahun keatas dengan rincian yaitu angkatan
kerja yang bekerja sebanyak 210.524
orang perempuan, 366.598 orang laki-laki;
angkatan kerja yang tidak bekerja 48.898
orang perempuan dan 44.815 orang lakilaki. Persentase angkatan kerja pada sektor
lapangan pekerjaan yaitu 1.74 orang
perempuan, 2.70 orang laki-laki pada
sektor pertanian; 7.79 orang perempuan,
11.50 orang laki-laki di sektor Industri;
37.18 orang perempuan, 24.00 orang lakilaki di sektor perdagangan; 37.42 orang
perempuan, 23.83 orang laki-laki di sektor
Jasa; 15.87 orang perempuan, 37.97 orang
laki-laki disektor lainnya (Sakernas; 2010)
Dari data di atas terlihat bahwa
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK)
wanita
telah
memberikan
perannya dalam berpartisipasi di pasar
kerja. Hal ini mengisyaratkan bahwa
semakin banyak wanita yang terampil dan
mampu mensejajarkan diri dengan lakilaki. Berarti bahwa wanita mempunyai hak
dan kewajiban yang sama dalam
menggerakkan
roda
pembangunan,
terutama dalam pasar tenaga kerja dan
kegiatan ekonomi lainnya.
Organization
for
Economic
Cooperation and Development (OECD )
memperhatikan masalah penghasilan di
mana pendapatan kaum perempuan masih
jauh tertinggal di banding laki-laki. Ratarata nilai penghasilan pekerja laki-laki di
sejumlah industri lebih besar 17,6%
dibandingkan perempuan. Kesenjangan
terbesar terjadi di Korea Selatan dan
Jepang, dimana penghasilan laki-laki diatas
30% lebih besar dibandingkan perempuan.
Kesenjangan terkecil terjadi di Belgia
dimana laki-laki mendapat penghasilan
9,3% lebih besar dibandingkan perempuan
http://www.seputarindonesia.com/read/201
3/04
Hasil temuan Pusat Studi Wanita
(Bernas; Agustus 1997) menjelaskan bahwa
kondisi pekerjaan pabrik di Indonesia pada
umumnya buruk. Mereka bukan hanya
menerima perlakuan tidak adil dalam hal
upah dan fasilitas kerja, tetapi juga tidak
memperoleh perlindungan yang seharusnya
sebagaimana diamanatkan dalam undang-
undang. Bergerak dari kondisi tersebut
bagaimanakah gambaran buruh perempuan
di
industri
manufaktur
berdasarkan
perspektif gender. hasil penelitian (Daulay;
2006) menemukan ketidakadilan gender di
pabrik diantaranya adalah jenis pekerjaan,
penyediaan fasilitas kerja yang berbeda,
perbedaan pemberian upah, jenjang karier,
pelecehan seksual.
Daya beli buruh perempuan di
Indonesia untuk membeli kebutuhan
makanan sehari-hari, kebutuhan akan beras
1 kg pada tahun 1994, buruh perempuan
harus bekerja selama 221 menit atau 3,5 jam
lebih. Sementara kalau kita bandingkan
dengan buruh Filipina dan Hongkong
mereka hanya memerlukan waktu 55 menit
saja atau tidak sampai satu jam bekerja. Hal
ini terlihat pula pada pembelian makanan
murah, buruh perempuan di Indonesia harus
bekerja selama 312 menit, sementara buruh
perempuan Tahiland hanya 23 menit. Hal
ini berarti buruh perempuan di Indonesia
harus bekerja lebih keras dari buruh
perempuan di Tahiland karena kalau mau
menyamakan dengan kondisi Tahiland
mereka harus bekerja hampir 17 kali lipat
dai buruh perempuan Thailand (Daulay;
2006; 3)
Hasil penelitian
Martini (2004)
menyatakan bahwa dalam satu rumah
tangga sekalipun bisa terjadi kepentingan
dan apresiasi yang tidak sama. Oleh karena
itu tidak dapat diasumsikan bahwa jika
sebuah program pembangunan berhasil
belum tentu dapat dinikmati hasilnya oleh
seluruh anggota keluarga dengan bobot
yang
sama.
Seyogyanya
saat
ini
pemarginalan perempuan sudah tidak
saatnya lagi, di saat bangsa ini sedang
berjuang
memulihkan
kondisi
perekonomian dalam meningkatkan posisi
tawar di tingkat dunia. Ketika kesetaraan
gender mulai dipahami, bahkan dikalangan
kaum laki-laki sekalipun, tidak sewajarnya
menempatkan
perempuan
diwilayah
domestik sebagai masyarakat kelas dua,
apalagi yang secara ekonomi turut serta
menopang ekonomi keluarga.
Laporan Bank Dunia, Poverty and
Gender in India (2006; 34) , mencatat bahwa
India merupakan salah satu dari sedikit
negara Asia di mana andil pekerja
perempuan dalam sektor formal menurun
dalam dasawarsa terakhir ini.
kerja yang keras atau tidak sehat. Akan
tetapi, upaya mengatur dan memperbaiki
kondisi di sektor informal, jika tidak
dilakukan dengan keterlibatan penuh
perempuan yang bersangkutan, bisa
berakibat buruk terhadap peluang yang
dapat di raih perempuan.
Wanita pekerja secara umum
diklasifikasikan sebagai bukan pencari
nafkah utama keluarga (secondary worker )
mempunyai motivasi yang berbeda-beda
berdasarkan jenjang sosial ekonomi
keluarga maupun tingkat pendidikan. Pada
masyarakat golongan bawah wanita
memasuki
pasar
kerja
merupakan
keharusan karena untuk menunjang
ekonomi keluarga. Sebaliknya wanita yang
berasal dari golongan ekonomi menengah
mempunyai alternatif pilihan antara bekerja
atau menganggur. Mereka memutuskan
untuk ikut berpartisipasi kerja apabila
lapangan pekerjaan yang tersedia sesuai
dengan ststus sosial ekonomi keluarga
maupun tingkat pendidikan. Lain lagi
halnya untuk wanita yang berasal dari
golongan sosial ekonomi atas, mungkin
motivasi mereka berpartisipasi dalam pasar
kerja tidak lagi pada penghasilan yang akan
diperoleh, tetapi sesuatu diluar faktor
ekonomi seperti memanfaatkan waktu atau
mencapai kepuasan untuk dirinya sendiri.
Selain
kemampuan
skil
dan
penguasaan teknologi, persoalan lain yang
dihadapi perempuan usaha mikro dan kecil
adalah:
Keterbatasan
dana/kurangnya
modal,
yang
disebabkan
adanya
keterbatasan akses kelembaga keuangan
karena
perbedaan
gender,
tingkat
pendidikan rendah, mempengaruhi pola
pikir berusaha, yang konvensional dan
cenderung tertutup, produktivitasnyapun
cenderung rendah, ketika tuntutan pasar
makin meluas, tidak siap mengantisipasi,
kebijakan pemerintah yang kurang
proporsional
untuk
perempuan,
keterbatasan/ kurangnya kesempatan dalam
membangun jaringan, termasuk jaringan
pasar karena sibuknya berproduksi yang
tidak dapat ditinggalkan setiap saat,
sehinga sulit meningkatkan kapasitasnya
(Syarif ; 2007).
Hal ini disebabkan karena dibalik
perbedaannya dengan laki laki, perempuan
memiliki kelebihan berupa: perempuan
memiliki semangat, ketekunan, ketelitian,
kepercayaan dan optimisme yang amat
tinggi, dapat mengurus banyak hal
sehingga cocok memulai dan memiliki
usaha kecil sendiri, bukan berarti tidak
dapat memimpin perusahaan besar,
kelebihan dalam menentukan dan mengerti
keiinginan
pelanggan,
menunjukkan
perhatian kepelanggan dan menjadi
pendengar yang lebih baik, oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi perempuan
pelaku ekonomi pada kotribusinya terhadap
keluarga di Sumatera Selatan terutama
keterkaitannya dengan kesetaraan gender
yang berlaku saat ini di lingkungan rumah
tangganya serta anggapan masyarakat
umum terhadap isu gender (ILO; 1999; 56).
Beberapa cerita tentang permasalahan
tenaga kerja wanita di Palembang yang
akan diungkap adalah: pembagian tugas
antar anggota keluarga terutama suami istri
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi,
pandangan perempuan terhadap kesetaraan
gender,
produktivitas
dan
efisiensi
perempuan pekerja industri, jasa dan
perdagangan, dan proporsinya, memberikan
kontribusi secara ekonomi, faktor yang
melatarbelakangi
perempuan
sebagai
pekerja industri, di kota Palembang.
Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya
diskriminasi pada pekerja di
sektor industri.
b. Faktor yang mana paling
signifikan berpengaruh terhadap
diskriminasi pekerja di sektor
industri.
c. Bagaimana dampak yang
ditimbulkan oleh diskriminasi
terhadap pendapatan pekerja di
sektor industri
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh variabel
prajudice terhadap pendapatan
ekonomi wanita di sektor
industri
b. Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh variabel
informasi tidak sempurna
terhadap pendapatan ekonomi
wanita di sektor industri
c. Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh variabel
promosi terhadap pendapatan
ekonomi wanita di sektor
industri
d. Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh variabel
prajudice, informasi tidak
sempurna dan promosi secara
bersama-sama terhadap
pendapatan ekonomi wanita di
sektor industri
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan
mudahmudahan dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri, maupun bagi para pembaca atau
pihak-pihak lain yang berkepentingan, dan
penelitian ini di fokuskan untuk industri
menengah yang berada di kota Palembang,
dan bagi pihak lain yang berkepentingan
dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan
Tinjauan Pustaka
Teori Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan pertemuan
antara permintaan akan tenaga kerja
(demand for labor) dan penawaran tenaga
kerja (supply of labor). Jika pada pasar
produk, perusahaan merupakan penawar
(supplier) produk dan rumah tangga
sebagai peminta (demander) produk maka
pada pasar tenaga kerja, perusahaan
bertindak sebagai peminta dan rumah
tangga sebagai penawar jasa tenaga kerja.
Meskipun demikian, tenaga kerja yang
ditawarkan dan diminta mempunyai ciri
yang unik yang berbeda dengan permintaan
dan penawaran produk, seperti yang
dinyatakan banyak ahli (McConnel,1999)
sebagai berikut:
The labor market is a rich and
complicated place. When a worker takes a
job he expects to earn a wage, but will
also care about rates of wage growth,
fringe benefits, levels of risk, retirement
practices, pensions, promotion and lay off
rules, seniority rights and grievance
procedures. In return the worker must
give up some time, but he is also asked to
upgrade his skills, train other workers,
provide effort and ideals, and defe to
authority in questions of how his time is
spent”
Adam Smith (1729-1790) bahwa
alokasi sumber daya manusia yang efektif
adalah pemula pertumbuhan ekonomi.
Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi
modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk
menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan
kata lain, alokasi sumber daya manusia
yang efektif merupakan syarat perlu
(necessary condition) bagi pertumbuhan
ekonomi.
Teori Harod-domar (1946) investasi
tidak hanya menciptakan permintaan, tapi
juga memperbesar kapasitas produksi.
Kapasitas produksi yang membesar
membutuhkan permintaan yang lebih
besar pula agar produksi tidak menurun.
Jika kapasitas yang membesar tidak
diikuti dengan permintaan yang besar,
surplus akan muncul dan disusul
penurunan jumlah produksi.
Salah satu masalah yang biasa
muncul dalam bidang angkatan kerja
ketidak seimbangan akan permintaan
tenaga kerja (demand for labor ) dan
penawaran tenaga kerja (supply of labor ),
pada
suatu
tingkat
upah.
Ketidakseimbangan tersebut penawaran
yang lebih besar dari permintaan terhadap
tenaga kerja (excess supply of labor ) atau
lebih besarnya permintaan dibanding
penawaran tenaga kerja (excess demand
for labor ) dalam pasar tenaga kerja.
Teori Diskriminasi Pasar Kerja
Diskriminasi
mengandung arti
konotasi yang bersifat merendahkan
terhadap individu atau kelompok tertentu
yang tidak hanya tidak sama tetapi juga
tidak fair.
Menurut Kaufman (2005; 450),
deskripsi deskriminasi berbeda antara
“Premarket discrimination”. Premarket
discrimination terjadi pada saat seseorang
belum memasuki pasar kerja. Diskriminasi
ini terjadi bila terdapat perlakuan “inferior ”
yaitu perlakuan yang bersifat merendahkan
terhadap
kaum
minoritas
untuk
mengenyam pendidikan, sebagai contoh,
suatu
keluarga
akan
membedakan
perlakuan untuk anak laki-laki dan anak
wanitanya dalam melanjutkan pendidikan.
Anak laki-laki akan disekolahkan setinggitingginya dengan harapan akan siap
bersaing bila memasuki pasar kerja,
sementara anak wanita hanya disekolahkan
dengan tingkat yang lebih rendah. Ada dua
teori tentang masalah ketenagakerjaan
(Mulyadi; 2006; 58)
Teori
Lewis
(1959)
yang
mengemukakan bahwa kelebihan pekerja
merupakan kesempatan bukan suatu
masalah. Kelebihan pekerja suatu sektor
akan
memberikan
andil
terhadap
pertumbuhan output dan penyediaan
pekerja di sektor lain. Dan adanya
kelebihan
penawaran
kerja
tidak
memberikan masalah pada pembangunan
ekonomi.
Teori Fai Renis (1961) menurutnya
ada tiga tahap pembangunan ekonomi
dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama,
para pengangguran semu dialihkan ke
sektor industri dengan upah institusional
yang sama. Kedua, tahap di mana pekerja
pertanian
menambah
output
tetapi
memproduksi lebih kecil dari upah
institusional yang mereka peroleh. Ketiga,
tahap
ditandai
awal
pertumbuhan
swasembada pada saat buruh pertanian
menghasilkan output lebih besar dari pada
upah institusional.
Teori Personal Prejudice
”Personal Prejudice” yang bersifat
subjektif. Prejudice diartikan sebagai
prasangka buruk atau tidak suka terhadap
seseorang
atau
sekelompok
orang.
Ketidaksukaan ini muncul karena sejumlah
penyebab, misalnya: penampilan, bahasa/
gaya bicara, kebiasaan yang tidak umum,
sehingga ada jarak dengan individu atau
kelompok tersebut, baik jarak secara fisik,
maupun secara sosial. Prasangka ini dapat
terjadi pada pemberi kerja maupun pekerja
itu sendiri. Prasangka yang berbeda akan
menghasilkan upah yang berbeda.
Implikasi dari “prejudice” untuk pola
pendapatan dan pekerja mayoritas dan
minoritas pertama kali diungkapkan oleh
Gary Becker (1971; 47). Becker
mengobservasi prejudice kearah pekerja
minoritas disebabkan oleh tiga sumber
kelompok mayoritas yairu pemberi kerja
(employer
discrimination ),
pekerja
(employer discrimination) itu sendiri dan
konsumen (costumer discrimonation).
Teori Informasi Tidak Sempurna
Diskriminasi terjadi karena tidak
sempurnanya informasi yang diterima pada
saat penerimaan pekerja yang tidak
sempurna dihadapi oleh perusahaan dalam
proses penyaringan yang akan terlihat dari
hasil menggunakan karakteristik pribadi
pekerja untuk merekrut mereka ke dalam
kelompok produktifitas individu yaitu
pendidikan, pengalaman kerja sebelumnya
atau nilai tes. Karateristik kelompok yaitu
ras, jenis kelamin atau kebangsaan.
Jika perusahaan akan merekrut
pegawai, maka perusahaan ingin iklan di
koran yang mengakibatkan banyaknya
pelamar kerja dari kelompok-kelompok ras
dan gender yang memiliki berbagai tingkat
pendidikan dan pengalaman kerja, maka
perusahaan akan menyaring pelamar
berdasarkan
karakteristik
yang
berkorelasi dengan setiap pekerja, tingkat
pendidikan yang berkinerja dalam rangka
proses penyaringan, yang diamati antara
lain adalah ras.
Teori Promosi
Training sebagai sumber potensi
diskriminasi adalah promosi atau kemajuan
dalam perusahaan. Beberapa faktor yang
menentukan probabilitas seorang pekerja
mendapatkan promosi yaitu struktur
pekerjaan
perusahaan.
Beberapa
perusahaan
teknologi
produksi
menimbulkan
tangga
pekerjaan
diperpanjang dan berkembang dengan baik
dipasar tenaga kerja internal (Kaufman;
467)
Promosi adalah sebuah jenis
transfer yang meliputi penugasan kembali
seorang pegawai pada sebuah posisi yang
kemungkinan besar diberikan pembayaran
yang lebih tinggi dan tanggungjawab, hak
dan kesempatan yang lebih besar. Demosi
kadang-kadang disebut transfer kebawah
adalah sebuah jenis transfer meliputi
pemotongan pembayaran hak dan
kesempatan.
Teori Pendapatan
Tujuan pembangunan ekonomi
yang harus dicapai adalah agar pendapatan
masyarakat meningkat dengan cara
memacu pertumbuhan sehingga hasil dari
pertumbuhan dapat didistribusikan secara
merata. Karena itu masalah distribusi
pendapatan menjadi masalah yang cukup
penting (Boediono; 1999; 1)
Kuncoro (2006; 155) menyatakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak
selalu
disertai
dengan
distribusi
pendapatan yang merata dan biasanya
terjadi trade off antara pertumbuhan
ekonomi dan distribusi pendapatan. Trade
off yang terjadi membawa implikasi yang
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi
yang rendah.
Namun Kuznets dalam Todaro
(2000; 207) berpendapat lain bahwa pada
tahap-tahap awal pertumbuhan, distribusi
pendapatan cenderung memburuk, namun
pada tahap-tahap berikutnya akan
membaik. Berdasarkan pendapat Kuznets
ini berarti kebijakan untuk mengejar
pertumbuhan ekonomi tinggi adalah
mutlak diperlukan. Pendapat Kuznets
dikenal dengan kurva U terbalik.
Umumnya distribusi pendapatan
dibedakan menjadi dua (Sagir; 2006; 5)
yakni distribusi pendapatan fungsional
(fungsional distribution of income) dan
distribusi pendapatan personal (personal
distribution
of income).
Distribusi
pendapatan fungsional adalah distribusi
pendapatan
berdasarkan
fungsi
kepemilikan faktor input, misalnya
sebagai pemilik modal atau pekerja;
sedangkan yang dimaksud dengan
distribusi pendapatan personal adalah
menyangkut distribusi pendapatan antara
perorangan atau antara kelompok rumah
tangga
dalam
masyarakat
tanpa
mempersoalkan sumber pendapatannya
apakah berasal dari upah, sewa atau
lainnya.
Ketidakmerataan
distribusi
pendapatan fungsional akan terjadi antara
para pekerja sebagai penerima upah
dengan para pemilik modal sebagai
penerima sewa modal. Sekelompok kecil
pemilik modal menerima distribusi yang
relatif besar dari total pendapatan,
sedangkan kelompok pekerja yang
jumlahnya mayoritas menerima bagian
yang relatif kecil. Pola distribusi
pendapatan yang demikian tentu tidak
diinginkan, karena tidak memenuhi rasa
keadilan di masyarakat (Hasibuan; 1996;
2)Ketidakmerataan distribusi pendapatan
personal terjadi antara seseorang dengan
orang lainnya atau antara kelompok rumah
tangga dengan rumah tangga lainnya tanpa
melihat fungsi masing-masing apakah
sebagai pekerja atau pemilik modal
(Hasibuan; 1996; 4). Kajian ini akan
memfokuskan pada distribusi pendapatan
personal.
Untuk
pemilihan
pada
kenyataannya berdasarkan selektifitas
jenis kelamin, migrasi banyak dilakukan
oleh laki-laki daripada perempuan. Hal ini
menurut (Shaw ; 2002; 14) disebabkan
laki-laki lebih mudah mencari pekerjaan
apapun tanpa harus terkait pada masalah
yang berkenaan dengan tradisi ataupun
budaya.
Metodologi Penelitian
Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota
Palembang,
dengan
pertimbangan
banyaknya industri yang terdapat di Kota
Palembang, industri-industri tersebut
berkategori kecil, menengah dan besar.
Pada penelitian ini industri yang akan
diteliti yaitu industri yang berkategori
menengah.
Industri-industri
tersebut
mempunyai pekerja laki-laki dan wanita,
sehingga peneliti ingin mengetahui sejauh
mana faktor diskriminasi terjadi pada
pekerja laki-laki dan wanita tersebut.
Lokasi penelitian adalah dengan
melakukan pemilihan sampel secara
sengaja (purposive) terhadap beberapa
kecamatan yang ada di Kota Palembang.
Banyak penduduk kota Palembang yang
bekerja sebagai pekerja di sektor
industri. Lokasi perusahaan yang akan
menjadi sampel pada penelitian ini
adalah Kecamatan Ilir Barat II,
Kecamatan Gandus, Kecamatan Seberang
Ulu I, Kecamatan Kertapati, Kecataman
Ilir Barat I, Kecamatan Bukit Kecil,
Kecamatan Ilir Timur I, Kecamatan
Kemuning, Kecamatan Ilir Timur II,
Kecamatan Kalidoni, Kecamatan Sako,
Kecamatan Sukarame, Kecamatan AlangAlang Lebar. Sedangkan Kecamatan
Seberang Ulu I, Kecamatan Plaju dan
Kecamatan Sematang Borang tidak akan
diambil sampelnya, karena di Kecamatan
tersebut tidak terdapat perusahaan
industri menengah.
Jenis Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan penelitian survey. Penelitian
survey menyelidiki populasi (semesta)
dengan menseleksi dan menyelidiki
sampel-sampel yang ditarik dari populasi
untuk menemukan peristiwa relatif,
distribusi, dan hubungan-hubungan antar
variabel-variabel (Kerlinger, 1973:410).
Babbie(1973:57) mengemukakan
bahwa rancangan penelitian survey
memiliki tiga tujuan umum, yaitu
deskripsi,
eksplanasi,
dan
eksplorasi.Tujuan deskriptif adalah untuk
melakukan
pembuktian
deskriptif
mengenai populasi, yakni menemukan
distribusi dari karakter-karakter atau
atribut-atribut tertentu. Tujuan deskriptif
secara khusus melibatkan penentuan
frekuensi kejadian sesuatu peristiwa atau
hubungan antara dua variabel, termasuk
melakukan prediksi spesifik (Churchill,
1983:57).
Tujuan eksplanasitif adalah untuk
melakukan
pembuktian-pembuktian
eksplanatori
mengenai
populasi,
sementara tujuan eksploratif adalah untuk
“mencari” atau menemukan ide-ide dan
wawasan wawasan terhadap sebuah topik
tertentu. Penelitian ini eksplanatasi yang
ditujukan untuk menguji hipotesis. Hal
ini berdasarkan pertimbangan bahwa
penelitian ekplanatasi dapat menguji
hipotesis yang telah dibangun oleh
peneliti dan menjelaskan pengaruh
variabel personal prejudice, informasi tak
sempurna, promosi, pasar tenaga kerja,
pelatihan dan pilihan pekerjaan terhadap
pendapatan pekerja disektor industri yang
berupa upah, gaji dan bonus di kota
Palembang
Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2009) populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh
pekerja perusahaan disektor industri
dengan kategori menengah yang terdapat
di Kota Palembang. Industri menengah
yang berada di Kota Palembang
berjumlah 52 industri yang tersebar di 13
kecamatan.
Berdasarkan keterangan diatas
maka jumlah populasi atau pekerja
industri di sektor menengah di kota
Palembang adalah 2.616 orang, penarikan
sampel dirancang dengan tahapan
sebagaimana dikemukakan oleh Zikmund
(1994: 359), yaitu: mendefinisikan
populasi, menseleksi sebuah sampel,
menentukan
metode
sampling,
menentukan prosedur untuk menyeleksi
uni-unit sampling, penentuan ukuran
sampel, menseleksi unit-unit sampling
aktual, melaksanakan pengumpulan data.
Tahap pertama dari
proses
penarikan sampel adalah mendefinisikan
populasi yang akan menjadi target
penelitian. Dalam penelitian ini populasi
target adalah perusahaan perusahaan
industri yang masuk kategori menengah
di Kota Palembang, tahap kedua adalah
penentuan jumlah sampel, yakni daftar
unsur-unsur
populasi
yang
akan
digunakan untuk penarikan sampel. Pada
tahapan ini dilakukan identifikasi
mengenai perusahaan-perusahaan industri
kategori menengah yang ada di Kota
Palembang. Sumber yang tersedia adalah
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Palembang (2010).
Tahap ketiga adalah penentuan
metode sampling, yakni penentuan
apakah sampel yang akan dipilih
merupakan sampling probabilitas atau
non-probabilitas dan penentuan metode
penarikan
sampel.
Penelitian
ini
menggunakan
metode
sampling
probabilitas dengan teknik stratifikasi
proporsional. Dalam penilitian ini,
perusahaan-perusahaan industri kategori
menengah umumnya telah distrata
menurut jenis industrinya, dikenal
sebagai
klasifikasi
industi
dan
teridentifikasi sebanyak 52 jenis. Tahap
keempat adalah penentuan unit sampling,
di sini yang menjadi unit sampling adalah
pekerja yang bekerja pada perusahaanperusahaan disektor industri yang
berkategori menengah. Dengan asumsi
bahwa perusahaan-perusahaan target
distruktur menggunakan pola produk
tunggal, maka unit sampling adalah sama
dengan unsur-unsur sampling, yakni
2.616 pekerja sampling.
Tahap kelima adalah analisa data
dengan program SPSS Versi 16.0.
Mempertimbangkan bahwa tidak ada
ukuran sampel yang benar maka
direkomendasikan
ukuran
sampel
merentang antara 100 hingga 200.
Pendekatan lainnya untuk menentukan
ukuran sampel adalah sebagai mana yang
dikonfigurasikan oleh Krejcie dan
Morgan (1970) mengenai ukuran sampel
yang diperlukan untuk ukuran-ukuran
populasi tertentu, dihitung dengan tingkat
kesalahan 5% (Sugiyono; 2002; 63).
Sebagai tuntunan untuk pemilihan ukuran
sampel, Gay (1996; 125) menyatakan:
untuk populasi kurang dari 100, maka
sampel adalah keseluruhan populasi; jika
populasi sekitar 500, maka dipilih sampel
50%; jika populasi sekitar 1.500, maka
sampel adalah 20%; jika populasi sekitar
5.000, ukuran populasi hampir tidak
relevan dan sebuah sampel berukuran
400 akan sangat memadai. Penentuan
ukuran sampel secara tradisional adalah
menggunakan pendekatan statistik, dan di
antara pendekatan yang populer adalah
pendekatan Yamane (1973; 227).
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Data
primer
diperoleh
dengan
menggunakan instrumen atau alat
kuesioner berisi sejumlah pertanyaan
tertulis
yang
terstruktur
untuk
memperoleh informasi dari responden.
b. Data skunder dalam penelitian ini
diperoleh dari mempelajari buku-buku
literatur,
penelitian-penelitian
sebelumnya,
laporan-laporan
dan
perusahaan yang menjadi objek
penelitian, data dari instansi yang
terkait (ada hubungannya dengan
industri yang diteliti)
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara : teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara berkomunikasi
secara langsung
b. Observasi : teknik ini dilakukan dengan
cara pengamatan terhadap tingkat laku
dan kegiatan dari responden tanpa
pengajukan pertanyaan apapun kepada
responden.
c. Kuesioner
(angket)
:
teknik
pengumpulan data dengan memberikan
atau menyebarkan daftar pertanyaan
kepada responden dengan harapan
mereka akan memberikan respon atas
daftar pertanyaan tersebut. Hal ini
berkaitan dengan data primer yang
dibutuhkan oleh peneliti.
Analisa Data
a. Metode Analisa Deskriptif
Analisis deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisa data
dengan Menurut cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umu atau generalisasi.
b. Metode Analisa Statistik Inferensial
Analisa inferensial bertujuan menguji
nilai hipotesis variabel. Analisis
terhadap
data
menggunakan
pendekatan dua tahap (two-step
approach), yakni pertama melakukan
analisis terhadap model pengukuran
(measurement model) dan kedua
adalah melakukan analisis terhadap
model struktural. Pengujian terhadap
model
struktural
menggunakan
fasilitas SPSS Versi 16.0.
Model Analisis
Model analisis yang digunakan
untuk menganalisis pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen
adalah model regresi linier berganda
(multiple linier regresiaon method).
Model analiasis statistik ini dipilih karena
dalam penelitian ini dirancang untuk
meneliti variabel independent yang
berpengaruh terhadap variabel dependent,
dengan menggunakan data time series
cross section (pooling data). Model
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menggambarkan apakah semua faktor
penjelas (independen) berpengaruh baik
bersama-sama maupun secara persial
terhadap variabel dependen. Model
tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3
Y = pendapatan pekerja wanita
X1 = faktor prajudice
mana
paling signifikan berpengaruh
terhadap diskriminasi pekerja di sektor
industri serta dampak yang ditimbulkan
oleh diskriminasi pada pekerja terhadap
pendapatan di sektor industri
Survey telah dilakukan terhadap
260 responden dari 2.600 tenaga kerja
laki-laki dan perempuan yang bekerja di
sektor industri menengah yang berada di
kota Palembang. Untuk melihat pengaruh
prajudice (X1), informasi tidak sempurna
(X2) dan promosi (X3) terhadap adanya
diskriminasi pendapatan antara tenaga
kerja laki-laki dan perempuan.
Pada penelitian ini data diperoleh
dengan pengisian kuesioner bersifat
kualitatif dengan menggunakan skoring.
Masing-masing variabel diajukan untuk
memilih jawaban : Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Cukup ( C ), Tidak Setuju
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS),
sedangkan skoring untuk masing-masing
jawaban tersebut adalah SS =5, S=2,
C=1, TS= 4 dan STS=5
Berdasarkan data hasil kuesioner
terlihat pada tabel yang dioleh dengan
SPSS versi 16,00 diperoleh besarnya
pengaruh
masing-masing
variabel
independent X1,X2,X3 terhadap variabel
dependent (Y) dengan hasil sebagai
berikut:
Pengujian variabel-variabel X
(variabel bebas) secara parsial (individu)
Pengujian variabel X1, X2, X3
dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut
X2 = faktor Informasi tidak sempurna
X3 = faktor Promosi
Hasil Pembahasan
Analisis
mengenai
hasil
pengolahan data dalam rangka menguji
hipotesis yang telah ditentukan, serta
pembahasan terhadap analisis data
tersebut secara rinci yaitu untuk
mengetahui
faktor
-faktor
yang
menyebabkan terjadinya diskriminasi
pada pekerja di sektor industri, faktor
yang menyebabkan diskriminasi yang
1. Uji Koefisien Determinan (R2)
dan Uji Korelasi (R)
a. Uji Koefisien Determinan.
Nilai R2 = 0,002 atau 0,2%
Hal ini berarti variabel bebas
berpengaruh terhadap
variabel terikat secara
simultan sebesar 0,2%.
b. Uji Korelasi.
Nilai R = 0,046 atau 4,6%
Hal ini berarti variabel bebas
dapat menjelaskan variabel
terikat secara simultan
sebesar 4,6%, sedangkan
variabel bebas lain yang
mempengaruhi variabel
terikat dan sedang tidak
diteliti dalam penelitian ini
sebesar 93,4%.
2. Membuat hipotesis
H0: b1 = 0
Artinya tidak ada pengaruh
antara variabel X1, X2, X3 dengan
variabel Y pendapatan ekonomi
tenaga kerja wanita disektor
industri
Ha : b1 ≠ 0
Artinya ada pengaruh antara
variabel X1, X2, X3 dengan
variabel Y pendapatan ekonomi
tenaga kerja wanita disektor
industri
Dari nilai F Hitung = 0,181 atau
nilai sig = 0,909, maka dapat
dikatakan
bahwa
dalam
penelitian ini H0 diterima, hal ini
berarti pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dinilai
sangat kecil.
3. Uji Regresi
Persamaan regresi
Y = 21,942 + 0,008X1 – 0,030X2
+ 0,048X3
a. Nilai konstanta sebesar =
21,942.
b. Nilai koefisien X1, jika
dinaikkan 1 point maka nilai
Y akan naik sebesar 0,008
point.
c. Nilai koefisien X2, jika
dinaikkan 1 point maka nilai
Y akan turun sebesar 0,030
point.
d. Nilai koefisien X3, jika
dinaikkan 1 point maka nilai
Y akan naik sebesar 0,048
poin.
4. Uji Variabel – variabel X yang
paling signifikan.
Dari hasil olah SPSS maka
didapat bahwa variabel X1
sebesar 0,006, varibel X2 sebesar
0,021 dan variabel X3 sebesar
0,041. Maka yang paling besar
berpengaruh adalah variabel X3
yaitu Promosi.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian sebagaimana pada bab-bab
diatas, maka berikutkesimpulan dari
penelitian ini sebagai berikut:
1. Faktor prajudice berpengaruh
positif terhadap pendapatan pekerja
wanita dimana faktor prajudice
naik satu point akan mempengaruhi
sebesar 0,008 atau 0,8% point
pendapatan wanita pekerja disektor
industri.
2. Faktor Informasi tidak sempurna
berpengaruh negatif
terhadap
pendapatan pekerja wanita dimana
faktor informasi tidak sempurna
naik satu point akan menurunkan
sebesar 0,030 atau 0,30% point
pendapatan wanita pekerja disektor
industri
3. Faktor promosi
berpengaruh
positif terhadap pendapatan pekerja
wanita dimana faktor promosi naik
satu point akan mempengaruhi
sebesar 0,048 atau 4,80% point
pendapatan wanita pekerja disektor
industri
4. Faktor prajudice, informasi tidak
sempurna dan promosi secara
bersama-sama
mempengaruhi
pendapatan wanita pekerja sebesar
0,002 atau sebesar 0,2%
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan
diatas
maka
sarankan
agar
perusahaan lebih memperhatikan
faktor prejudice dan promosi, karena
kedua
variabel
ini
sangat
berpengaruh terhadap pendapatan
wanita pekerja disektor industri yang
berkategori menengah.
DAFTAR PUSTAKA
Angel, L.Ruiz., 2009. Wage Gap
By Gender Puerto Rico
And Other Countries.
University of Puerto Rico.
A,A,I,N,Marhaeni. Perkembangan
Studi Perempuan, Kritik
dan Gagasan Sebuah
Perspektif untuk Studi
Gender Kedepan. Fakultas
Ekonomi Universitas
Udayana.
Biro Pusat Statistik. 2007.
Keadaan Angkatan Kerja
di Indonesia , Jakarta. BPS
Claudia Goldin. Gender Gap
http://www.econlib.org/libr
ary/Enc/Gender Gap
28/02/2011
Dowling Sophie. 2008. Analisis
Gender: Sebuah Panduan
Pengantar. Resource
Management in Asia
Facific Program Australian
National University.
Ferdinand, A.2006., Metode
Penelitian Manajemen:
Pedoman Penelitian Untuk
penulisan Skripsi, Tesis
dan Disertasi Ilmu
Manajemen, Badan
Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang.
Kantor
Perburuhan
International Jakarta.
International Labor Office Jenewa.
1999. Action Plan on
Gender Maintreaming and
Gender Equality (Rencana
Aksi Pengarusutamaan
Gender dan Kesetaraan
Gender)
Judith E Gray-Bowen, MiamiDade Country Public
Schools,Gender
Compensation
Discrimination: an
Exploration of Gender
Compensasi Gap and
Higher Education
Convention, Journal of
Business Studies
Quarterly, 2010 Vol 2
No.1. ppl 65-82
Khotimah Khusnul. 2009.
Diskriminasi Gender
Terhadap Perempuan
Dalam Sektor Pekerjaan.
Stain Purwokerto.
Harmona Daulay 2006. Buruh
Perempuan di Industri
Manufaktur Suatu Kajian
dan Analisis Gender . Fisip
USU
Organization for Economic
Cooperation and
Development (OECD).
http:/www.seputarindonesia.com/21/02/2011 19:36
Hillary M.Lips, 2003, The Gender
Pay Gap: Concrete
Indicator of Womens
Progress Towart Equality,
Analyse of Social Issue
and Public Policy, Vol 3
No.1, 2003, pp, 87-109
Pratiwi Linda, 2009, Marginalisasi
Perempuan Dalam Industri
dan Pengaruhnya
Terhadap
Kesejahteraan Keluarga Pekerja ,
Institut Pertanian Bogor.
Istijanto, 2008, Riset Sumber Daya
Manusia: Cara Praktis
Mendeteksi Dimensidimensi Kera Karyawan
PT, Gramedia Pustaka
Utama Jakarta
Syarif Muhammad. 2007.
Karakteristik Dinamis
Pekerja Sektor Industri:
Analisa produktivitas dan
Fungsi Upah Pekerja pada
Industri Udang Beku di
Kota Makasar .
The Council of Economic
Advisers. 1998. Explaining
Trens In The Gender Wage
Gap.
International Labor Office, Jakarta.
2005.
Strategi
Pengarusutamaan Gender .
Techno Hardware. Gaji Pekerja IT
Wanita Labih Rendah 28%
Ketimbang Pria
http://techno.Oke/21/2/201
3;
Yuping Z, Emily H, Meiyan W.
2008. Gender-Based
Employment and Income
Differences in Urban
China :
Wikipedia, Encyclopedia. MaleFemale Income Disparity
in The United States. Main
Article Gender Pay Gap.
Considering the Contributions of
Marriage and Parenthood,
The University of North
Carolina Press.
EKONOMI PEREMPUAN DISEKTOR INDUSTRI KOTA PALEMBANG
1
Luis Marnisah1, Endah Dewi Purnamasari2
Fakultas Ekonomi, Universitas Indo Global Mandiri
email: [email protected]
2
Fakultas Ekonomi Universita Indo Global Mandiri
email: [email protected]
ABSTRACT
This research aims at finding how far woker discriminations occur to the worker foward womwns
income. The method of research was using survey by selecting ang investigating samples which
taken from the population to find out the events and correlation aming the variables to find out
several evidences dealing with population. Explantion rsearch can test the hypoteses which here
been built by the researcher ang explain the effect of persund prejudies variabel, imperfect,
imformation, promotion toward the womwn income. Teh population of the research was all the
the workers in middle industry sector. The analysis of data which was gamed by using multiple
regression.these analyses included: validity test and reability test, classic assumption, multiple
regression analysis, hypoteses testing through t-test , F-test and the analysis of coefficient
determination. The analysis showed that there was regression equality: Y = bX1+ bX2+ bX3+ e. The
result of analysis showed the value of personal prejudice (X1) wass 0,008 and has impact toward
the income, the value of imperfeel, informating wass -0,030 and it has impact toward the income
and the the value of promotion wass 0,048 and it has impact toword the income ang 0,46 was
influenced by the variables together
Keyword:discrimination, income, industy
Latar Belakang
Negara berkembang pada umumnya
menghadapi banyak permasalahan di
bidang kependudukan, seperti tingginya
tingkat
kelahiran,
kemiskinan,
pengangguran,
pendidikan
dan
produktivitas. Di Indonesia salah satu
masalah yang dihadapi adalah banyaknya
tenaga kerja terutama yang belum
memperoleh kerja. Kelebihan tenaga kerja
disatu pihak adalah akibat langsung dari
adanya pergeseran struktur umur yang
tadinya belum masuk usia kerja, sekarang
sudah termasuk dalam usia kerja, hal ini
merupakan potensi sumber daya manusia
untuk pembangunan, di pihak lain
penciptaan kesempatan kerja masih lamban
dibandingkan dengan pesatnya laju
pertumbuhan angkatan kerja.
Keadaan yang tidak seimbang antara
pertumbuhan
angkatan
kerja
dan
kemampuan
untuk
menciptakan
kesempatan kerja akan menimbulkan akibat
buruk terhadap pembangunan suatu bangsa.
Sebab prestasi pembangunan suatu bangsa
bukan hanya di ukur dengan pertumbuhan
ekonomi semata, tetapi juga dapat
menciptakan kesempatan kerja yang luas,
mensejahterakan
masyarakat
dan
pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Indonesia masih dihadapkan oleh
masalah angkatan kerja yang sebagian besar
memiliki kualitas yang rendah akibat tingkat
pendidikan yang rendah. Hal lain yang perlu
mendapat perhatian adalah bahwa tingkat
partisipasi kerja yang tinggi di Indonesia
tidak sepenuhnya menunjang produktivitas
yang tinggi pula sehingga mereka mendapat
upah rendah.
1
Penduduk Kota Palembang yang
masuk dalam angkatan kerja pada tahun
2010 tercatat 259.422 orang perempuan,
411.413 orang laki-laki yang berusia 15
tahun keatas dengan rincian yaitu angkatan
kerja yang bekerja sebanyak 210.524
orang perempuan, 366.598 orang laki-laki;
angkatan kerja yang tidak bekerja 48.898
orang perempuan dan 44.815 orang lakilaki. Persentase angkatan kerja pada sektor
lapangan pekerjaan yaitu 1.74 orang
perempuan, 2.70 orang laki-laki pada
sektor pertanian; 7.79 orang perempuan,
11.50 orang laki-laki di sektor Industri;
37.18 orang perempuan, 24.00 orang lakilaki di sektor perdagangan; 37.42 orang
perempuan, 23.83 orang laki-laki di sektor
Jasa; 15.87 orang perempuan, 37.97 orang
laki-laki disektor lainnya (Sakernas; 2010)
Dari data di atas terlihat bahwa
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK)
wanita
telah
memberikan
perannya dalam berpartisipasi di pasar
kerja. Hal ini mengisyaratkan bahwa
semakin banyak wanita yang terampil dan
mampu mensejajarkan diri dengan lakilaki. Berarti bahwa wanita mempunyai hak
dan kewajiban yang sama dalam
menggerakkan
roda
pembangunan,
terutama dalam pasar tenaga kerja dan
kegiatan ekonomi lainnya.
Organization
for
Economic
Cooperation and Development (OECD )
memperhatikan masalah penghasilan di
mana pendapatan kaum perempuan masih
jauh tertinggal di banding laki-laki. Ratarata nilai penghasilan pekerja laki-laki di
sejumlah industri lebih besar 17,6%
dibandingkan perempuan. Kesenjangan
terbesar terjadi di Korea Selatan dan
Jepang, dimana penghasilan laki-laki diatas
30% lebih besar dibandingkan perempuan.
Kesenjangan terkecil terjadi di Belgia
dimana laki-laki mendapat penghasilan
9,3% lebih besar dibandingkan perempuan
http://www.seputarindonesia.com/read/201
3/04
Hasil temuan Pusat Studi Wanita
(Bernas; Agustus 1997) menjelaskan bahwa
kondisi pekerjaan pabrik di Indonesia pada
umumnya buruk. Mereka bukan hanya
menerima perlakuan tidak adil dalam hal
upah dan fasilitas kerja, tetapi juga tidak
memperoleh perlindungan yang seharusnya
sebagaimana diamanatkan dalam undang-
undang. Bergerak dari kondisi tersebut
bagaimanakah gambaran buruh perempuan
di
industri
manufaktur
berdasarkan
perspektif gender. hasil penelitian (Daulay;
2006) menemukan ketidakadilan gender di
pabrik diantaranya adalah jenis pekerjaan,
penyediaan fasilitas kerja yang berbeda,
perbedaan pemberian upah, jenjang karier,
pelecehan seksual.
Daya beli buruh perempuan di
Indonesia untuk membeli kebutuhan
makanan sehari-hari, kebutuhan akan beras
1 kg pada tahun 1994, buruh perempuan
harus bekerja selama 221 menit atau 3,5 jam
lebih. Sementara kalau kita bandingkan
dengan buruh Filipina dan Hongkong
mereka hanya memerlukan waktu 55 menit
saja atau tidak sampai satu jam bekerja. Hal
ini terlihat pula pada pembelian makanan
murah, buruh perempuan di Indonesia harus
bekerja selama 312 menit, sementara buruh
perempuan Tahiland hanya 23 menit. Hal
ini berarti buruh perempuan di Indonesia
harus bekerja lebih keras dari buruh
perempuan di Tahiland karena kalau mau
menyamakan dengan kondisi Tahiland
mereka harus bekerja hampir 17 kali lipat
dai buruh perempuan Thailand (Daulay;
2006; 3)
Hasil penelitian
Martini (2004)
menyatakan bahwa dalam satu rumah
tangga sekalipun bisa terjadi kepentingan
dan apresiasi yang tidak sama. Oleh karena
itu tidak dapat diasumsikan bahwa jika
sebuah program pembangunan berhasil
belum tentu dapat dinikmati hasilnya oleh
seluruh anggota keluarga dengan bobot
yang
sama.
Seyogyanya
saat
ini
pemarginalan perempuan sudah tidak
saatnya lagi, di saat bangsa ini sedang
berjuang
memulihkan
kondisi
perekonomian dalam meningkatkan posisi
tawar di tingkat dunia. Ketika kesetaraan
gender mulai dipahami, bahkan dikalangan
kaum laki-laki sekalipun, tidak sewajarnya
menempatkan
perempuan
diwilayah
domestik sebagai masyarakat kelas dua,
apalagi yang secara ekonomi turut serta
menopang ekonomi keluarga.
Laporan Bank Dunia, Poverty and
Gender in India (2006; 34) , mencatat bahwa
India merupakan salah satu dari sedikit
negara Asia di mana andil pekerja
perempuan dalam sektor formal menurun
dalam dasawarsa terakhir ini.
kerja yang keras atau tidak sehat. Akan
tetapi, upaya mengatur dan memperbaiki
kondisi di sektor informal, jika tidak
dilakukan dengan keterlibatan penuh
perempuan yang bersangkutan, bisa
berakibat buruk terhadap peluang yang
dapat di raih perempuan.
Wanita pekerja secara umum
diklasifikasikan sebagai bukan pencari
nafkah utama keluarga (secondary worker )
mempunyai motivasi yang berbeda-beda
berdasarkan jenjang sosial ekonomi
keluarga maupun tingkat pendidikan. Pada
masyarakat golongan bawah wanita
memasuki
pasar
kerja
merupakan
keharusan karena untuk menunjang
ekonomi keluarga. Sebaliknya wanita yang
berasal dari golongan ekonomi menengah
mempunyai alternatif pilihan antara bekerja
atau menganggur. Mereka memutuskan
untuk ikut berpartisipasi kerja apabila
lapangan pekerjaan yang tersedia sesuai
dengan ststus sosial ekonomi keluarga
maupun tingkat pendidikan. Lain lagi
halnya untuk wanita yang berasal dari
golongan sosial ekonomi atas, mungkin
motivasi mereka berpartisipasi dalam pasar
kerja tidak lagi pada penghasilan yang akan
diperoleh, tetapi sesuatu diluar faktor
ekonomi seperti memanfaatkan waktu atau
mencapai kepuasan untuk dirinya sendiri.
Selain
kemampuan
skil
dan
penguasaan teknologi, persoalan lain yang
dihadapi perempuan usaha mikro dan kecil
adalah:
Keterbatasan
dana/kurangnya
modal,
yang
disebabkan
adanya
keterbatasan akses kelembaga keuangan
karena
perbedaan
gender,
tingkat
pendidikan rendah, mempengaruhi pola
pikir berusaha, yang konvensional dan
cenderung tertutup, produktivitasnyapun
cenderung rendah, ketika tuntutan pasar
makin meluas, tidak siap mengantisipasi,
kebijakan pemerintah yang kurang
proporsional
untuk
perempuan,
keterbatasan/ kurangnya kesempatan dalam
membangun jaringan, termasuk jaringan
pasar karena sibuknya berproduksi yang
tidak dapat ditinggalkan setiap saat,
sehinga sulit meningkatkan kapasitasnya
(Syarif ; 2007).
Hal ini disebabkan karena dibalik
perbedaannya dengan laki laki, perempuan
memiliki kelebihan berupa: perempuan
memiliki semangat, ketekunan, ketelitian,
kepercayaan dan optimisme yang amat
tinggi, dapat mengurus banyak hal
sehingga cocok memulai dan memiliki
usaha kecil sendiri, bukan berarti tidak
dapat memimpin perusahaan besar,
kelebihan dalam menentukan dan mengerti
keiinginan
pelanggan,
menunjukkan
perhatian kepelanggan dan menjadi
pendengar yang lebih baik, oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi perempuan
pelaku ekonomi pada kotribusinya terhadap
keluarga di Sumatera Selatan terutama
keterkaitannya dengan kesetaraan gender
yang berlaku saat ini di lingkungan rumah
tangganya serta anggapan masyarakat
umum terhadap isu gender (ILO; 1999; 56).
Beberapa cerita tentang permasalahan
tenaga kerja wanita di Palembang yang
akan diungkap adalah: pembagian tugas
antar anggota keluarga terutama suami istri
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi,
pandangan perempuan terhadap kesetaraan
gender,
produktivitas
dan
efisiensi
perempuan pekerja industri, jasa dan
perdagangan, dan proporsinya, memberikan
kontribusi secara ekonomi, faktor yang
melatarbelakangi
perempuan
sebagai
pekerja industri, di kota Palembang.
Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya
diskriminasi pada pekerja di
sektor industri.
b. Faktor yang mana paling
signifikan berpengaruh terhadap
diskriminasi pekerja di sektor
industri.
c. Bagaimana dampak yang
ditimbulkan oleh diskriminasi
terhadap pendapatan pekerja di
sektor industri
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh variabel
prajudice terhadap pendapatan
ekonomi wanita di sektor
industri
b. Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh variabel
informasi tidak sempurna
terhadap pendapatan ekonomi
wanita di sektor industri
c. Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh variabel
promosi terhadap pendapatan
ekonomi wanita di sektor
industri
d. Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh variabel
prajudice, informasi tidak
sempurna dan promosi secara
bersama-sama terhadap
pendapatan ekonomi wanita di
sektor industri
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan
mudahmudahan dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri, maupun bagi para pembaca atau
pihak-pihak lain yang berkepentingan, dan
penelitian ini di fokuskan untuk industri
menengah yang berada di kota Palembang,
dan bagi pihak lain yang berkepentingan
dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan
Tinjauan Pustaka
Teori Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan pertemuan
antara permintaan akan tenaga kerja
(demand for labor) dan penawaran tenaga
kerja (supply of labor). Jika pada pasar
produk, perusahaan merupakan penawar
(supplier) produk dan rumah tangga
sebagai peminta (demander) produk maka
pada pasar tenaga kerja, perusahaan
bertindak sebagai peminta dan rumah
tangga sebagai penawar jasa tenaga kerja.
Meskipun demikian, tenaga kerja yang
ditawarkan dan diminta mempunyai ciri
yang unik yang berbeda dengan permintaan
dan penawaran produk, seperti yang
dinyatakan banyak ahli (McConnel,1999)
sebagai berikut:
The labor market is a rich and
complicated place. When a worker takes a
job he expects to earn a wage, but will
also care about rates of wage growth,
fringe benefits, levels of risk, retirement
practices, pensions, promotion and lay off
rules, seniority rights and grievance
procedures. In return the worker must
give up some time, but he is also asked to
upgrade his skills, train other workers,
provide effort and ideals, and defe to
authority in questions of how his time is
spent”
Adam Smith (1729-1790) bahwa
alokasi sumber daya manusia yang efektif
adalah pemula pertumbuhan ekonomi.
Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi
modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk
menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan
kata lain, alokasi sumber daya manusia
yang efektif merupakan syarat perlu
(necessary condition) bagi pertumbuhan
ekonomi.
Teori Harod-domar (1946) investasi
tidak hanya menciptakan permintaan, tapi
juga memperbesar kapasitas produksi.
Kapasitas produksi yang membesar
membutuhkan permintaan yang lebih
besar pula agar produksi tidak menurun.
Jika kapasitas yang membesar tidak
diikuti dengan permintaan yang besar,
surplus akan muncul dan disusul
penurunan jumlah produksi.
Salah satu masalah yang biasa
muncul dalam bidang angkatan kerja
ketidak seimbangan akan permintaan
tenaga kerja (demand for labor ) dan
penawaran tenaga kerja (supply of labor ),
pada
suatu
tingkat
upah.
Ketidakseimbangan tersebut penawaran
yang lebih besar dari permintaan terhadap
tenaga kerja (excess supply of labor ) atau
lebih besarnya permintaan dibanding
penawaran tenaga kerja (excess demand
for labor ) dalam pasar tenaga kerja.
Teori Diskriminasi Pasar Kerja
Diskriminasi
mengandung arti
konotasi yang bersifat merendahkan
terhadap individu atau kelompok tertentu
yang tidak hanya tidak sama tetapi juga
tidak fair.
Menurut Kaufman (2005; 450),
deskripsi deskriminasi berbeda antara
“Premarket discrimination”. Premarket
discrimination terjadi pada saat seseorang
belum memasuki pasar kerja. Diskriminasi
ini terjadi bila terdapat perlakuan “inferior ”
yaitu perlakuan yang bersifat merendahkan
terhadap
kaum
minoritas
untuk
mengenyam pendidikan, sebagai contoh,
suatu
keluarga
akan
membedakan
perlakuan untuk anak laki-laki dan anak
wanitanya dalam melanjutkan pendidikan.
Anak laki-laki akan disekolahkan setinggitingginya dengan harapan akan siap
bersaing bila memasuki pasar kerja,
sementara anak wanita hanya disekolahkan
dengan tingkat yang lebih rendah. Ada dua
teori tentang masalah ketenagakerjaan
(Mulyadi; 2006; 58)
Teori
Lewis
(1959)
yang
mengemukakan bahwa kelebihan pekerja
merupakan kesempatan bukan suatu
masalah. Kelebihan pekerja suatu sektor
akan
memberikan
andil
terhadap
pertumbuhan output dan penyediaan
pekerja di sektor lain. Dan adanya
kelebihan
penawaran
kerja
tidak
memberikan masalah pada pembangunan
ekonomi.
Teori Fai Renis (1961) menurutnya
ada tiga tahap pembangunan ekonomi
dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama,
para pengangguran semu dialihkan ke
sektor industri dengan upah institusional
yang sama. Kedua, tahap di mana pekerja
pertanian
menambah
output
tetapi
memproduksi lebih kecil dari upah
institusional yang mereka peroleh. Ketiga,
tahap
ditandai
awal
pertumbuhan
swasembada pada saat buruh pertanian
menghasilkan output lebih besar dari pada
upah institusional.
Teori Personal Prejudice
”Personal Prejudice” yang bersifat
subjektif. Prejudice diartikan sebagai
prasangka buruk atau tidak suka terhadap
seseorang
atau
sekelompok
orang.
Ketidaksukaan ini muncul karena sejumlah
penyebab, misalnya: penampilan, bahasa/
gaya bicara, kebiasaan yang tidak umum,
sehingga ada jarak dengan individu atau
kelompok tersebut, baik jarak secara fisik,
maupun secara sosial. Prasangka ini dapat
terjadi pada pemberi kerja maupun pekerja
itu sendiri. Prasangka yang berbeda akan
menghasilkan upah yang berbeda.
Implikasi dari “prejudice” untuk pola
pendapatan dan pekerja mayoritas dan
minoritas pertama kali diungkapkan oleh
Gary Becker (1971; 47). Becker
mengobservasi prejudice kearah pekerja
minoritas disebabkan oleh tiga sumber
kelompok mayoritas yairu pemberi kerja
(employer
discrimination ),
pekerja
(employer discrimination) itu sendiri dan
konsumen (costumer discrimonation).
Teori Informasi Tidak Sempurna
Diskriminasi terjadi karena tidak
sempurnanya informasi yang diterima pada
saat penerimaan pekerja yang tidak
sempurna dihadapi oleh perusahaan dalam
proses penyaringan yang akan terlihat dari
hasil menggunakan karakteristik pribadi
pekerja untuk merekrut mereka ke dalam
kelompok produktifitas individu yaitu
pendidikan, pengalaman kerja sebelumnya
atau nilai tes. Karateristik kelompok yaitu
ras, jenis kelamin atau kebangsaan.
Jika perusahaan akan merekrut
pegawai, maka perusahaan ingin iklan di
koran yang mengakibatkan banyaknya
pelamar kerja dari kelompok-kelompok ras
dan gender yang memiliki berbagai tingkat
pendidikan dan pengalaman kerja, maka
perusahaan akan menyaring pelamar
berdasarkan
karakteristik
yang
berkorelasi dengan setiap pekerja, tingkat
pendidikan yang berkinerja dalam rangka
proses penyaringan, yang diamati antara
lain adalah ras.
Teori Promosi
Training sebagai sumber potensi
diskriminasi adalah promosi atau kemajuan
dalam perusahaan. Beberapa faktor yang
menentukan probabilitas seorang pekerja
mendapatkan promosi yaitu struktur
pekerjaan
perusahaan.
Beberapa
perusahaan
teknologi
produksi
menimbulkan
tangga
pekerjaan
diperpanjang dan berkembang dengan baik
dipasar tenaga kerja internal (Kaufman;
467)
Promosi adalah sebuah jenis
transfer yang meliputi penugasan kembali
seorang pegawai pada sebuah posisi yang
kemungkinan besar diberikan pembayaran
yang lebih tinggi dan tanggungjawab, hak
dan kesempatan yang lebih besar. Demosi
kadang-kadang disebut transfer kebawah
adalah sebuah jenis transfer meliputi
pemotongan pembayaran hak dan
kesempatan.
Teori Pendapatan
Tujuan pembangunan ekonomi
yang harus dicapai adalah agar pendapatan
masyarakat meningkat dengan cara
memacu pertumbuhan sehingga hasil dari
pertumbuhan dapat didistribusikan secara
merata. Karena itu masalah distribusi
pendapatan menjadi masalah yang cukup
penting (Boediono; 1999; 1)
Kuncoro (2006; 155) menyatakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak
selalu
disertai
dengan
distribusi
pendapatan yang merata dan biasanya
terjadi trade off antara pertumbuhan
ekonomi dan distribusi pendapatan. Trade
off yang terjadi membawa implikasi yang
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi
yang rendah.
Namun Kuznets dalam Todaro
(2000; 207) berpendapat lain bahwa pada
tahap-tahap awal pertumbuhan, distribusi
pendapatan cenderung memburuk, namun
pada tahap-tahap berikutnya akan
membaik. Berdasarkan pendapat Kuznets
ini berarti kebijakan untuk mengejar
pertumbuhan ekonomi tinggi adalah
mutlak diperlukan. Pendapat Kuznets
dikenal dengan kurva U terbalik.
Umumnya distribusi pendapatan
dibedakan menjadi dua (Sagir; 2006; 5)
yakni distribusi pendapatan fungsional
(fungsional distribution of income) dan
distribusi pendapatan personal (personal
distribution
of income).
Distribusi
pendapatan fungsional adalah distribusi
pendapatan
berdasarkan
fungsi
kepemilikan faktor input, misalnya
sebagai pemilik modal atau pekerja;
sedangkan yang dimaksud dengan
distribusi pendapatan personal adalah
menyangkut distribusi pendapatan antara
perorangan atau antara kelompok rumah
tangga
dalam
masyarakat
tanpa
mempersoalkan sumber pendapatannya
apakah berasal dari upah, sewa atau
lainnya.
Ketidakmerataan
distribusi
pendapatan fungsional akan terjadi antara
para pekerja sebagai penerima upah
dengan para pemilik modal sebagai
penerima sewa modal. Sekelompok kecil
pemilik modal menerima distribusi yang
relatif besar dari total pendapatan,
sedangkan kelompok pekerja yang
jumlahnya mayoritas menerima bagian
yang relatif kecil. Pola distribusi
pendapatan yang demikian tentu tidak
diinginkan, karena tidak memenuhi rasa
keadilan di masyarakat (Hasibuan; 1996;
2)Ketidakmerataan distribusi pendapatan
personal terjadi antara seseorang dengan
orang lainnya atau antara kelompok rumah
tangga dengan rumah tangga lainnya tanpa
melihat fungsi masing-masing apakah
sebagai pekerja atau pemilik modal
(Hasibuan; 1996; 4). Kajian ini akan
memfokuskan pada distribusi pendapatan
personal.
Untuk
pemilihan
pada
kenyataannya berdasarkan selektifitas
jenis kelamin, migrasi banyak dilakukan
oleh laki-laki daripada perempuan. Hal ini
menurut (Shaw ; 2002; 14) disebabkan
laki-laki lebih mudah mencari pekerjaan
apapun tanpa harus terkait pada masalah
yang berkenaan dengan tradisi ataupun
budaya.
Metodologi Penelitian
Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota
Palembang,
dengan
pertimbangan
banyaknya industri yang terdapat di Kota
Palembang, industri-industri tersebut
berkategori kecil, menengah dan besar.
Pada penelitian ini industri yang akan
diteliti yaitu industri yang berkategori
menengah.
Industri-industri
tersebut
mempunyai pekerja laki-laki dan wanita,
sehingga peneliti ingin mengetahui sejauh
mana faktor diskriminasi terjadi pada
pekerja laki-laki dan wanita tersebut.
Lokasi penelitian adalah dengan
melakukan pemilihan sampel secara
sengaja (purposive) terhadap beberapa
kecamatan yang ada di Kota Palembang.
Banyak penduduk kota Palembang yang
bekerja sebagai pekerja di sektor
industri. Lokasi perusahaan yang akan
menjadi sampel pada penelitian ini
adalah Kecamatan Ilir Barat II,
Kecamatan Gandus, Kecamatan Seberang
Ulu I, Kecamatan Kertapati, Kecataman
Ilir Barat I, Kecamatan Bukit Kecil,
Kecamatan Ilir Timur I, Kecamatan
Kemuning, Kecamatan Ilir Timur II,
Kecamatan Kalidoni, Kecamatan Sako,
Kecamatan Sukarame, Kecamatan AlangAlang Lebar. Sedangkan Kecamatan
Seberang Ulu I, Kecamatan Plaju dan
Kecamatan Sematang Borang tidak akan
diambil sampelnya, karena di Kecamatan
tersebut tidak terdapat perusahaan
industri menengah.
Jenis Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan penelitian survey. Penelitian
survey menyelidiki populasi (semesta)
dengan menseleksi dan menyelidiki
sampel-sampel yang ditarik dari populasi
untuk menemukan peristiwa relatif,
distribusi, dan hubungan-hubungan antar
variabel-variabel (Kerlinger, 1973:410).
Babbie(1973:57) mengemukakan
bahwa rancangan penelitian survey
memiliki tiga tujuan umum, yaitu
deskripsi,
eksplanasi,
dan
eksplorasi.Tujuan deskriptif adalah untuk
melakukan
pembuktian
deskriptif
mengenai populasi, yakni menemukan
distribusi dari karakter-karakter atau
atribut-atribut tertentu. Tujuan deskriptif
secara khusus melibatkan penentuan
frekuensi kejadian sesuatu peristiwa atau
hubungan antara dua variabel, termasuk
melakukan prediksi spesifik (Churchill,
1983:57).
Tujuan eksplanasitif adalah untuk
melakukan
pembuktian-pembuktian
eksplanatori
mengenai
populasi,
sementara tujuan eksploratif adalah untuk
“mencari” atau menemukan ide-ide dan
wawasan wawasan terhadap sebuah topik
tertentu. Penelitian ini eksplanatasi yang
ditujukan untuk menguji hipotesis. Hal
ini berdasarkan pertimbangan bahwa
penelitian ekplanatasi dapat menguji
hipotesis yang telah dibangun oleh
peneliti dan menjelaskan pengaruh
variabel personal prejudice, informasi tak
sempurna, promosi, pasar tenaga kerja,
pelatihan dan pilihan pekerjaan terhadap
pendapatan pekerja disektor industri yang
berupa upah, gaji dan bonus di kota
Palembang
Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2009) populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh
pekerja perusahaan disektor industri
dengan kategori menengah yang terdapat
di Kota Palembang. Industri menengah
yang berada di Kota Palembang
berjumlah 52 industri yang tersebar di 13
kecamatan.
Berdasarkan keterangan diatas
maka jumlah populasi atau pekerja
industri di sektor menengah di kota
Palembang adalah 2.616 orang, penarikan
sampel dirancang dengan tahapan
sebagaimana dikemukakan oleh Zikmund
(1994: 359), yaitu: mendefinisikan
populasi, menseleksi sebuah sampel,
menentukan
metode
sampling,
menentukan prosedur untuk menyeleksi
uni-unit sampling, penentuan ukuran
sampel, menseleksi unit-unit sampling
aktual, melaksanakan pengumpulan data.
Tahap pertama dari
proses
penarikan sampel adalah mendefinisikan
populasi yang akan menjadi target
penelitian. Dalam penelitian ini populasi
target adalah perusahaan perusahaan
industri yang masuk kategori menengah
di Kota Palembang, tahap kedua adalah
penentuan jumlah sampel, yakni daftar
unsur-unsur
populasi
yang
akan
digunakan untuk penarikan sampel. Pada
tahapan ini dilakukan identifikasi
mengenai perusahaan-perusahaan industri
kategori menengah yang ada di Kota
Palembang. Sumber yang tersedia adalah
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Palembang (2010).
Tahap ketiga adalah penentuan
metode sampling, yakni penentuan
apakah sampel yang akan dipilih
merupakan sampling probabilitas atau
non-probabilitas dan penentuan metode
penarikan
sampel.
Penelitian
ini
menggunakan
metode
sampling
probabilitas dengan teknik stratifikasi
proporsional. Dalam penilitian ini,
perusahaan-perusahaan industri kategori
menengah umumnya telah distrata
menurut jenis industrinya, dikenal
sebagai
klasifikasi
industi
dan
teridentifikasi sebanyak 52 jenis. Tahap
keempat adalah penentuan unit sampling,
di sini yang menjadi unit sampling adalah
pekerja yang bekerja pada perusahaanperusahaan disektor industri yang
berkategori menengah. Dengan asumsi
bahwa perusahaan-perusahaan target
distruktur menggunakan pola produk
tunggal, maka unit sampling adalah sama
dengan unsur-unsur sampling, yakni
2.616 pekerja sampling.
Tahap kelima adalah analisa data
dengan program SPSS Versi 16.0.
Mempertimbangkan bahwa tidak ada
ukuran sampel yang benar maka
direkomendasikan
ukuran
sampel
merentang antara 100 hingga 200.
Pendekatan lainnya untuk menentukan
ukuran sampel adalah sebagai mana yang
dikonfigurasikan oleh Krejcie dan
Morgan (1970) mengenai ukuran sampel
yang diperlukan untuk ukuran-ukuran
populasi tertentu, dihitung dengan tingkat
kesalahan 5% (Sugiyono; 2002; 63).
Sebagai tuntunan untuk pemilihan ukuran
sampel, Gay (1996; 125) menyatakan:
untuk populasi kurang dari 100, maka
sampel adalah keseluruhan populasi; jika
populasi sekitar 500, maka dipilih sampel
50%; jika populasi sekitar 1.500, maka
sampel adalah 20%; jika populasi sekitar
5.000, ukuran populasi hampir tidak
relevan dan sebuah sampel berukuran
400 akan sangat memadai. Penentuan
ukuran sampel secara tradisional adalah
menggunakan pendekatan statistik, dan di
antara pendekatan yang populer adalah
pendekatan Yamane (1973; 227).
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Data
primer
diperoleh
dengan
menggunakan instrumen atau alat
kuesioner berisi sejumlah pertanyaan
tertulis
yang
terstruktur
untuk
memperoleh informasi dari responden.
b. Data skunder dalam penelitian ini
diperoleh dari mempelajari buku-buku
literatur,
penelitian-penelitian
sebelumnya,
laporan-laporan
dan
perusahaan yang menjadi objek
penelitian, data dari instansi yang
terkait (ada hubungannya dengan
industri yang diteliti)
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara : teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara berkomunikasi
secara langsung
b. Observasi : teknik ini dilakukan dengan
cara pengamatan terhadap tingkat laku
dan kegiatan dari responden tanpa
pengajukan pertanyaan apapun kepada
responden.
c. Kuesioner
(angket)
:
teknik
pengumpulan data dengan memberikan
atau menyebarkan daftar pertanyaan
kepada responden dengan harapan
mereka akan memberikan respon atas
daftar pertanyaan tersebut. Hal ini
berkaitan dengan data primer yang
dibutuhkan oleh peneliti.
Analisa Data
a. Metode Analisa Deskriptif
Analisis deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisa data
dengan Menurut cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umu atau generalisasi.
b. Metode Analisa Statistik Inferensial
Analisa inferensial bertujuan menguji
nilai hipotesis variabel. Analisis
terhadap
data
menggunakan
pendekatan dua tahap (two-step
approach), yakni pertama melakukan
analisis terhadap model pengukuran
(measurement model) dan kedua
adalah melakukan analisis terhadap
model struktural. Pengujian terhadap
model
struktural
menggunakan
fasilitas SPSS Versi 16.0.
Model Analisis
Model analisis yang digunakan
untuk menganalisis pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen
adalah model regresi linier berganda
(multiple linier regresiaon method).
Model analiasis statistik ini dipilih karena
dalam penelitian ini dirancang untuk
meneliti variabel independent yang
berpengaruh terhadap variabel dependent,
dengan menggunakan data time series
cross section (pooling data). Model
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menggambarkan apakah semua faktor
penjelas (independen) berpengaruh baik
bersama-sama maupun secara persial
terhadap variabel dependen. Model
tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3
Y = pendapatan pekerja wanita
X1 = faktor prajudice
mana
paling signifikan berpengaruh
terhadap diskriminasi pekerja di sektor
industri serta dampak yang ditimbulkan
oleh diskriminasi pada pekerja terhadap
pendapatan di sektor industri
Survey telah dilakukan terhadap
260 responden dari 2.600 tenaga kerja
laki-laki dan perempuan yang bekerja di
sektor industri menengah yang berada di
kota Palembang. Untuk melihat pengaruh
prajudice (X1), informasi tidak sempurna
(X2) dan promosi (X3) terhadap adanya
diskriminasi pendapatan antara tenaga
kerja laki-laki dan perempuan.
Pada penelitian ini data diperoleh
dengan pengisian kuesioner bersifat
kualitatif dengan menggunakan skoring.
Masing-masing variabel diajukan untuk
memilih jawaban : Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Cukup ( C ), Tidak Setuju
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS),
sedangkan skoring untuk masing-masing
jawaban tersebut adalah SS =5, S=2,
C=1, TS= 4 dan STS=5
Berdasarkan data hasil kuesioner
terlihat pada tabel yang dioleh dengan
SPSS versi 16,00 diperoleh besarnya
pengaruh
masing-masing
variabel
independent X1,X2,X3 terhadap variabel
dependent (Y) dengan hasil sebagai
berikut:
Pengujian variabel-variabel X
(variabel bebas) secara parsial (individu)
Pengujian variabel X1, X2, X3
dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut
X2 = faktor Informasi tidak sempurna
X3 = faktor Promosi
Hasil Pembahasan
Analisis
mengenai
hasil
pengolahan data dalam rangka menguji
hipotesis yang telah ditentukan, serta
pembahasan terhadap analisis data
tersebut secara rinci yaitu untuk
mengetahui
faktor
-faktor
yang
menyebabkan terjadinya diskriminasi
pada pekerja di sektor industri, faktor
yang menyebabkan diskriminasi yang
1. Uji Koefisien Determinan (R2)
dan Uji Korelasi (R)
a. Uji Koefisien Determinan.
Nilai R2 = 0,002 atau 0,2%
Hal ini berarti variabel bebas
berpengaruh terhadap
variabel terikat secara
simultan sebesar 0,2%.
b. Uji Korelasi.
Nilai R = 0,046 atau 4,6%
Hal ini berarti variabel bebas
dapat menjelaskan variabel
terikat secara simultan
sebesar 4,6%, sedangkan
variabel bebas lain yang
mempengaruhi variabel
terikat dan sedang tidak
diteliti dalam penelitian ini
sebesar 93,4%.
2. Membuat hipotesis
H0: b1 = 0
Artinya tidak ada pengaruh
antara variabel X1, X2, X3 dengan
variabel Y pendapatan ekonomi
tenaga kerja wanita disektor
industri
Ha : b1 ≠ 0
Artinya ada pengaruh antara
variabel X1, X2, X3 dengan
variabel Y pendapatan ekonomi
tenaga kerja wanita disektor
industri
Dari nilai F Hitung = 0,181 atau
nilai sig = 0,909, maka dapat
dikatakan
bahwa
dalam
penelitian ini H0 diterima, hal ini
berarti pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dinilai
sangat kecil.
3. Uji Regresi
Persamaan regresi
Y = 21,942 + 0,008X1 – 0,030X2
+ 0,048X3
a. Nilai konstanta sebesar =
21,942.
b. Nilai koefisien X1, jika
dinaikkan 1 point maka nilai
Y akan naik sebesar 0,008
point.
c. Nilai koefisien X2, jika
dinaikkan 1 point maka nilai
Y akan turun sebesar 0,030
point.
d. Nilai koefisien X3, jika
dinaikkan 1 point maka nilai
Y akan naik sebesar 0,048
poin.
4. Uji Variabel – variabel X yang
paling signifikan.
Dari hasil olah SPSS maka
didapat bahwa variabel X1
sebesar 0,006, varibel X2 sebesar
0,021 dan variabel X3 sebesar
0,041. Maka yang paling besar
berpengaruh adalah variabel X3
yaitu Promosi.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian sebagaimana pada bab-bab
diatas, maka berikutkesimpulan dari
penelitian ini sebagai berikut:
1. Faktor prajudice berpengaruh
positif terhadap pendapatan pekerja
wanita dimana faktor prajudice
naik satu point akan mempengaruhi
sebesar 0,008 atau 0,8% point
pendapatan wanita pekerja disektor
industri.
2. Faktor Informasi tidak sempurna
berpengaruh negatif
terhadap
pendapatan pekerja wanita dimana
faktor informasi tidak sempurna
naik satu point akan menurunkan
sebesar 0,030 atau 0,30% point
pendapatan wanita pekerja disektor
industri
3. Faktor promosi
berpengaruh
positif terhadap pendapatan pekerja
wanita dimana faktor promosi naik
satu point akan mempengaruhi
sebesar 0,048 atau 4,80% point
pendapatan wanita pekerja disektor
industri
4. Faktor prajudice, informasi tidak
sempurna dan promosi secara
bersama-sama
mempengaruhi
pendapatan wanita pekerja sebesar
0,002 atau sebesar 0,2%
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan
diatas
maka
sarankan
agar
perusahaan lebih memperhatikan
faktor prejudice dan promosi, karena
kedua
variabel
ini
sangat
berpengaruh terhadap pendapatan
wanita pekerja disektor industri yang
berkategori menengah.
DAFTAR PUSTAKA
Angel, L.Ruiz., 2009. Wage Gap
By Gender Puerto Rico
And Other Countries.
University of Puerto Rico.
A,A,I,N,Marhaeni. Perkembangan
Studi Perempuan, Kritik
dan Gagasan Sebuah
Perspektif untuk Studi
Gender Kedepan. Fakultas
Ekonomi Universitas
Udayana.
Biro Pusat Statistik. 2007.
Keadaan Angkatan Kerja
di Indonesia , Jakarta. BPS
Claudia Goldin. Gender Gap
http://www.econlib.org/libr
ary/Enc/Gender Gap
28/02/2011
Dowling Sophie. 2008. Analisis
Gender: Sebuah Panduan
Pengantar. Resource
Management in Asia
Facific Program Australian
National University.
Ferdinand, A.2006., Metode
Penelitian Manajemen:
Pedoman Penelitian Untuk
penulisan Skripsi, Tesis
dan Disertasi Ilmu
Manajemen, Badan
Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang.
Kantor
Perburuhan
International Jakarta.
International Labor Office Jenewa.
1999. Action Plan on
Gender Maintreaming and
Gender Equality (Rencana
Aksi Pengarusutamaan
Gender dan Kesetaraan
Gender)
Judith E Gray-Bowen, MiamiDade Country Public
Schools,Gender
Compensation
Discrimination: an
Exploration of Gender
Compensasi Gap and
Higher Education
Convention, Journal of
Business Studies
Quarterly, 2010 Vol 2
No.1. ppl 65-82
Khotimah Khusnul. 2009.
Diskriminasi Gender
Terhadap Perempuan
Dalam Sektor Pekerjaan.
Stain Purwokerto.
Harmona Daulay 2006. Buruh
Perempuan di Industri
Manufaktur Suatu Kajian
dan Analisis Gender . Fisip
USU
Organization for Economic
Cooperation and
Development (OECD).
http:/www.seputarindonesia.com/21/02/2011 19:36
Hillary M.Lips, 2003, The Gender
Pay Gap: Concrete
Indicator of Womens
Progress Towart Equality,
Analyse of Social Issue
and Public Policy, Vol 3
No.1, 2003, pp, 87-109
Pratiwi Linda, 2009, Marginalisasi
Perempuan Dalam Industri
dan Pengaruhnya
Terhadap
Kesejahteraan Keluarga Pekerja ,
Institut Pertanian Bogor.
Istijanto, 2008, Riset Sumber Daya
Manusia: Cara Praktis
Mendeteksi Dimensidimensi Kera Karyawan
PT, Gramedia Pustaka
Utama Jakarta
Syarif Muhammad. 2007.
Karakteristik Dinamis
Pekerja Sektor Industri:
Analisa produktivitas dan
Fungsi Upah Pekerja pada
Industri Udang Beku di
Kota Makasar .
The Council of Economic
Advisers. 1998. Explaining
Trens In The Gender Wage
Gap.
International Labor Office, Jakarta.
2005.
Strategi
Pengarusutamaan Gender .
Techno Hardware. Gaji Pekerja IT
Wanita Labih Rendah 28%
Ketimbang Pria
http://techno.Oke/21/2/201
3;
Yuping Z, Emily H, Meiyan W.
2008. Gender-Based
Employment and Income
Differences in Urban
China :
Wikipedia, Encyclopedia. MaleFemale Income Disparity
in The United States. Main
Article Gender Pay Gap.
Considering the Contributions of
Marriage and Parenthood,
The University of North
Carolina Press.