this PDF file Kodifikasi dan Efektivitas Kebijakan Fiskal untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp | Haryanto | Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 1 PB

Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp

Joko Tri Haryanto 1 Berly Martawardaya 2

Abstract

  Industrial activity is known as one of the major contributors of greenhouse gas emissions (GHG). Sources of GHG emissions from the industrial sector include energy inputinput, the inputinput of non-energy, industrial processes and industrial waste. Thus, the industrial sector, listed as one of the important sectors in the National Action Plan (NAP) Reduction of GHG emissions. Implementation of mitigation actions in the industrial sector clearly requires appropriate regulatory framework. The right combination of policy and fi scal instruments needed to encourage industry players become actively involved in the national eff ort to reduce GHG emissions in Indonesia. The problem, the need for coordination regulations related eff orts to reduce GHG emissions in the industrial sector of each Ministry Institutions (K L) are associated in particular Ministry of Finance Regulation (PMK and the Regulation of the Minister of Industry (Permenindustri). For that study was conducted using the framework regulatory analysis for the creation of regulatory coordination between the PMK and Permenindustri. Through the codifi cation mechanism, expectedd to increase the eff ectiveness of fi scal policy to reduce GHG emissions in the industrial sector.

Keywords:

  GHG emission; mitigation; fi scal incentive.

Abstrak

  Kegiatan industri dikenal sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK). Sumber emisi GRK dari sektor industri meliputi input energi, masukan non-energi, proses industri dan limbah industri. Dengan demikian, sektor industri, tercatat sebagai salah satu sektor penting dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Penurunan Emisi GRK. Pelaksanaan aksi mitigasi di sektor industri jelas memerlukan kerangka peraturan yang tepat. Kombinasi yang tepat dari kebij akan dan instrumen fi skal yang diperlukan untuk mendorong pelaku industri menjadi aktif terlibat dalam upaya nasional untuk mengurangi emisi GRK di Indonesia. Permasalahannya, perlu adanya koordinasi peraturan yang terkait upaya penurunan emisi GRK sektor industri di masing- masing KementerianLembaga (KL) yang terkait khususnya Peraturan Menteri keuangan (PMK dan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenindustri). Untuk itulah penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kerangka analisis regulasi demi terciptanya koordinasi regulasi antara PMK dan Permenindustri. Melalui mekanisme kodifi kasi tersebut, diharapkan terjadi peningkatan efektivitas kebij akan fi skal untuk mengurangi emisi GRK di sektor industri.

  1 Peneliti Pusat Kebij akan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebij akan Fiskal, Kementerian Keuangan

  Email: djohar78gmail.com

  2 Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Email: bmartawardayagmail.com.

  Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal

  untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp

Kata Kunci:

  Emisi GRK; mitigasi; insentif fi skal.

  Pendahuluan

  Implementasi kegiatan mitigasi dalam

  Pemerintah Indonesia telah berkomitmen

  sektor industri memerlukan kerangka

  untuk menurunkan emisi gas rumah kaca kebijakan. Kombinasi kebijakan, program (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26 persen dan instrumen dibutuhkan untuk mendorong dengan pendanaan APBNAPBD serta sampai

  pelaku industri untuk terlibat aktif dalam

  41 persen dengan dukungan internasional. usaha nasional dalam menurunkanemisi GRK. Untuk mencapainya, telah disusun Rencana Instrumen ekonomi khususnya dapat menjadi Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah insentif dalam implementasi tersebut. PAKLIM, Kaca (RAN-GRK) yang akan ditindak lanjuti GIZ pada tahun 2011 telah melakukan studi dengan “Nationally Appropriate Mitigation untuk kompilasi instrumen ekonomi dan Actions” (NAMAs) berdasarkan United Nations

  mitigasi untuk industri. Studi tersebut telah

  Framework Convention on Climate Change

  menjabarkan contoh implementasi dan best

  (UNFCCC). NAMAs adalah kumpulan practice dari negara lain serta menganalisis kebijakan dan kegiatan yang dilaksanakan kondisi dan kebutuhan akan instrumen untuk mencapai komitmen penurunan emisi ekonomi di Indonesia. rumah kaca.

  Mengingat pentingnya persoalan tersebut,

  Kegiatan industri adalah salah satu studi ini bertujuan untuk melakukan kodifi kasi: kontributor utama emisi gas rumah kaca

  a) berbagai instrumen fi skal yang berlaku dan

  yang meliputi input energi dan non-energi,

  ditujukan pada sektor industri; b) penggunaan

  proses industri dan limbahsisa hasil industri.

  instrumen fi skal oleh industri; c) mekanisme

  Sektor industri, sebagaimana tercantum dalam

  sosialisasi yang umum digunakan; d) efektivitas

  RAN-GRK memiliki peranan penting dalam instrumen dalam mencapai dampak yang pencapaian target penurunan emisi GRK diinginkan dan dalam mengurangi emisi GRK. atau mitigasi perubahan iklim. Berdasarkan Studi ini diharapkan menjadi basis untuk studi Bank Dunia (2009), empat sektor yang studi selanjutnya tentang penurunan emisi gas merupakan emitt er terbesar adalah semen, besi

  rumah kaca pada sektor industri di Indonesia

  dan baja, tekstil serta pulp dan kertas.

  secara lebih mendalam.

  Walaupun tekstil juga merupakan salah

  satu emitor terbesar, tapi karakteristiknya Metodologi

  yang tersebar dan terdiri dari banyak pemilik

  Metode penelitian pada dasarnya

  merupakan hambatan tersendiri dalam merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan melakukan aksi-aksi penurunan emisi gas informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu . rumah kaca. Industri semen, baja serta pulp

  Metode penelitian yang digunakan dalam kajian

  dan kertas yang lebih terkonsentrasi menjadi ini lebih bersifat deskriptif kuantitatif dengan fokus dalam studi ini. Tiga sumber utama menggunakan analisis kodifi kasi regulasi untuk emisi gas adalah input energi, input non-energi,

  mendapatkan persepsi atas regulasi yang diatur.

  dan sisa hasil produksi. Pemahaman yang Hal ini akan dij adikan dasar di dalam melakukan lebih dalam mengenai produksi manufaktur rekomendasi ke depannya demi menghindari di ketiga sektor tersebut akan memberikan terjadinya overlapping regulasi. dasar yang lebih kuat dalam revisi regulasi dan

  Adapun jenis data yang digunakan

  struktur insentif.

  dalam studi ini sebagian besar merupakan

  Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015

  jenis data sekunder yang didapatkan dari beberapa instansi yang berwenang terhadap data-data tersebut. Data sekunder yang utama adalah data terkait Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri Keuangan (PMK), Peraturan Menteri Perindustrian (Permenindustri) serta beberapa pendukung yang didapatkan dari Kamar Dagang dan Industri Nasional (KADIN) serta Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk mendapatkan stakeholder’s sperception, di dalam studi ini juga dilakukan wawancara dan diskusi dengan pemangku kepentingan terkait dengan efektivitas serta kemudahan birokrasi dari masing-masing regulasi yang mengatur terkait sektor industri khususnya yang bersifat lintas KL.

  S e d a n g k a n m e t o d e a n a l i s i s ya n g digunakan digunakan dalam studi ini adalah metode statistik deskriptif dengan menggunakan berbagai alat analisis berupa tabel, gambar dan diagram untuk mendapatkan kesimpulan terkait dengan kodifikasi yang dimaksudkan . Analisis tabel ditujukan sebagai tool di dalam melakukan sintesis regulasi, sementara analisis gambar dan diagram lebih ditujukan bagi penjelasan uraian terkait kondisi masing-masing industri. Hasil dari kodifi kasi inilah nantinya yang akan menjadi dasar bagi penulis untuk memberikan kesimpulan serta rekomendasi kebij akan kepada seluruh stakeholders yang terkait.

Peraturan dan Instrumen Fiskal bagi Mitigasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Lingkungan

  Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya menyelenggarakan suatu proses pembangunan yang berperan bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan didasari oleh prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 ayat 4 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, termasuk pada tiga industri penghasil emisi terbesar yang telah dij elaskan

  pada bagian sebelumnya, yaitu baja, semen, serta pulp dan kertas. Komitmen pemerintah tersebut ditunjukkan melalui penyusunan undang-undang dan peraturan yang mengatur penyelenggaraan usaha di sektor-sektor tersebut, khususnya dalam bentuk penyusunan instrumen-instrumen fi skal untuk mendukung pembangunan berwawasan lingkungan di sektor tersebut terutama dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

  Berdasarkan telaah peneliti, berbagai peraturan dan instrumen fi skal bagi mitigasi perubahan iklim dan perlindungan lingkungan pada sektor baja, semen, serta pulp dan kertas tersebut dapat dikategorisasi sesuai dengan tahapan usaha pada setiap industri, yaitu sebagai berikut :

  a. Memulai usaha ( starting business)

  b. Input energi

  c. Input non-energi

  d. Operasi usaha

  e. Manajemen gaszat buang ( waste

  management)

Memulai usaha (starting business)

  Berdasarkan identifi kasi yang dilakukan terhadap undang-undang dan peraturan yang ada, saat ini tidak ada peraturaninstrumen yang spesifi k yang mengatur secara khusus suatu insentifdisinsentif bagi industri baja, semen serta pulp dan kertas pada tahapan memulai usaha khususnya dalam upaya mitigasi perubahan lingkungan. Peraturan terkait yang ada hanyalah untuk industri pionir yang memungkinkan industri baja untuk turut dapat memanfaatkannya. Deskripsi atas kedua peraturan tersebut disajikan pada Tabel 1.

  Kedua peraturan, yaitu PMK1302011 dan PM Perindustrian 932011 yang saling berkaitan tersebut, memberikan insentif instrumen pembebasan PPh Badan 5-10 tahun, di mana setelah masa tersebut dapat diperoleh pengurangan PPh Badan 50 persen selama dua tahun. Bagi industri baja, walau tidak disebutkan spesifik bertujuan untuk

  Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal

  untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp

  Tabel 1. Instrumen Fiskal Mitigasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Lingkungan-Tahap Memulai Usaha

  Insentif Fiskal

  Syarat Analisis Kesesuaian

  PMK

  Fasilitas Pembebasan Pembebasan

  Industri - (berpotensi) efektif

  Pengurangan PPh

  PPh Badan 5-10

  Pionir

  - Teknologi baru

  Badan

  tahun (setelahnya

  mendukung industri

  pengurangan PPh

  baja beroperasi

  Badan 50 persen

  dengan lebih efi sien,

  Baja

  selama 2 tahun)

  hemat energi dan

  PMPerindus- Fasilitas Pembebasan Pembebasan

  Industri

  ramah lingkungan,

  trian

  Pengurangan PPh

  PPh Badan 5-10

  Pionir

  dan mendukung

  No.932011

  Badan

  tahun, setelahnya,

  upaya mitigasi

  (Pelaksanaan

  pengurangan PPh

  perubahan iklim.

  PMK

  Badan 50 persen

  selama 2 tahun

  Semen

  Tidak tersedia

  Pulp

  Tidak tersedia

  Sumber: Data diolah mengurangi emisi karbon, pemberian instrumen

  Kedua perusahaan tersebut dinilai layak oleh

  fasilitas pembebasanpengurangan PPh Badan

  Tim Verifikasi Kementerian Perindustrian

  yang berlaku bagi pendirian perusahaan baru

  dan Kementerian Keuangan untuk mendapat

  yang memenuhi kriteria industri pionir, yaitu

  insentif Tax Holiday. Namun, karena proses

  dengan adanya persyaratan penggunaan pengambilan keputusan juga melibatkan teknologi baru, dinilai tepat dan dapat Kementerian Koordiantor Bidang Ekonomi berpotensi menjadi insentif yang efektif.

  dan Presiden, menyebabkan keputusan akhir

  Hal ini akan memberikan insentif yang diajukan pada bulan Maret 2012 masih munculnya perusahaan baru yang telah belum diputuskan sampai sekarang (Desember mengaplikasikan teknologi terkini, yang 2012). diharapkan juga menghasilkan emisi lebih

  Periode pemberian insentif Tax Holiday,

  rendah, yang memang telah tersedia dapat yang berkisar dari lima sampai sepuluh mendukung ketersediaan produk baja yang tahun dengan terbuka perpanjangan 50 dibutuhkan oleh berbagai industri hilir di persen pembebasan pajak untuk dua tahun, dalam negeri namun berproduksi pada tingkat

  belum berdasarkan kepada kriteria tertentu

  penggunaan energibahan material yang efi sien yang jelas dan tercantum dalam regulasi tapi sehingga tetap mendukung upaya mitigasi diserahkan ke diskresi Menteri Keuangan terhadap perubahan iklim.

  (Martawardaya dan Agriva, 2012). Mengingat

  Insentif fi skal yang diatur dalam PMK manfaat pajak yang sangat tinggi, banyak 1302011 dan PM Perindustrian 932011 tersebut

  perusahaan yang tertarik pada insentif ini.

  belum dapat dinilai dampak penerapannya. Hal

  Insentif Tax Holiday, yang sedang pada tahap

  ini dikarenakan sejak dikeluarkannya peraturan

  review dan revisi, memerlukan kriteria periode

  tersebut hingga saat ini, belum ada perusahaan

  yang lebih tegas, waktu pengurusan yang

  yang disetujui untuk menerima insentif pendek dan pencantuman kriteria lingkungan tersebut. Berdasarkan hasil diskusi dengan serta pengurangan emisi secara eksplisit. Perlu Kementerian Keuangan dan KADIN, sejauh dicatat bahwa kebij akan Tax Holiday di Thailand ini baru terdapat beberapa perusahaan yang pada tahun 2010 hanya diberikan pada usaha mengajukan untuk memperoleh Tax Holiday. terkait konservasialternatif energi, material

  Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015

  eco-friendly dan teknologi tinggi untuk periode

  pemberian insentif terkait input energi. Tetapi

  delapan tahun.

  secara umum terdapat lima peraturan terkait perlindungan lingkungan yang berlaku bagi

  Input energi

  seluruh industri perihal input energi, yaitu UU

  Berdasarkan identifi kasi yang dilakukan

  peraturan yang mengatur tentang penanaman

  terhadap undang-undang dan peraturan

  modal, konservasi energi, dan penggunaan

  yang ada, saat ini hanya terdapat satu

  bahan bakar nabati. Deskripsi atas peraturan-

  peraturan yang secara spesifik mengatur

  peraturan tersebut disajikan pada Tabel 2.

  pemberian insentif bagi industri tertentu, yaitu

  Peraturan yang mengatur tentang road map

  industri semen, di mana secara eksplisit telah

  Pengurangan Emisi CO 2 Industri Semen adalah

  mengatur insentif fi skal sebagai upaya mitigasi

  peraturan yang pertama dikeluarkan terkait

  perubahan iklim. Namun bagi industri baja

  pengurangan emisi CO 2 , di antara industri-

  serta pulp dan kertas, hingga saat ini belum

  industri lainnya. Pada industri semen, diketahui

  ada peraturan spesifi k yang mengatur tentang

  pembakaran energi yang mengandung karbon

  Tabel 2. Instrumen Fiskal Mitigasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Lingkungan-Tahap Input Energi

  Insentif Fiskal

  Syarat

  Analisis Efektivitas

  insentif fi skal

  Kegiatan

  - (berpotensi) efektif

  Perindus-

  Panduan

  alat untuk

  - Adanya insentif fi skal akan

  trian

  (road map)

  menurunkan emisi

  mendorong industri untuk

  Pengu-

  CO 2 di industri

  menurunkan emisi CO 2 , antara

  rangan

  semen, atau

  lain melalui penggunaan gas Emisi CO 2 buangbiofuel, melakukan

  Industri

  kegiatanproses produksi

  Semen

  yang hemat energi, dan

  Industri yang

  menyediakan alat yang hemat

  menerapkan

  energi.

  pemanfaatan gas

  - membutuhkan peraturan pelaksana tambahan untuk

  buang sebagai

  merinci jenis dan prosedur

  sumber energi (heat recovery)

  memperoleh insentif fi skal yang ditawarkan

  Semua

  UU 252007 Penanam- Pembebasan

  - Pionir

  - (berpotensi) efektif

  an Modal

  keringanan bea

  - menjaga

  - terkait input energi, industri

  masuk impor barang

  kelestarian

  baja, semen serta pulp dan

  modalmesinper-

  lingkungan

  kertas dapat memanfaatkan

  alatan (belum di

  hidup

  insentif fi skal berupa

  produksi di DN)

  pembebasankeringanan bea

  dan bahan baku

  masuk impor khususnya

  bahan penolong

  untuk penggunaan bahan

  Pembebasan

  bakubahan penolong yang

  penangguhan

  terkait dengan upaya menjaga

  PPN impor barang

  kelestarian lingkungan hidup,

  modalmesin

  termasuk dalam upaya mitigasi

  peralatan (belum

  perubahan iklim.

  diproduksi di DN)

  - membutuhkan peraturan pelaksana tambahan untuk

  Penyusutan

  merinci prosedur memperoleh

  amortisasi yang

  insentif fi skal yang ditawarkan

  dipercepat

  dan konsistensi peraturan yang

  Keringanan PBB

  telah ada

  Bersambung ke halaman 83

  Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal

  untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp

  Sambungan dari halaman 82

  PP 162012

  Rencana

  Pajak penghasilan:

  Penanaman modal

  (bds. UU

  Umum

  pengurangan

  yang mendorong

  Penanam-

  penghasilan neto

  upaya pelestarian

  an Modal

  terhadap jumlah

  lingkungan

  penanaman modal

  hidup termasuk

  Pembebasankeri-

  pencegahan

  nganan bea masuk

  pencemaran,

  impor barang

  pe-ralatan belum

  lingkungan,

  diproduksi di DN

  serta mendorong

  Pembebasankeri-

  perdagangan

  nganan bea masuk

  karbon (carbon

  bahan bakubahan

  trade)

  penolong Pembebasanpe- nangguhan PPN impor barang modalmesin peralatan belum diproduksi di DN Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat Keringanan PBB

  PP 702009 Konservasi

  1) Fasilitas

  1) Pengguna energi - (berpotensi) efektif

  Energi

  perpajakan untuk

  ≥ 6000 setara ton - Adanya insentif fi skal akan

  peralatan hemat

  minyaktahun,

  mendorong industri untuk

  energi

  dan

  menurunkan emisi CO 2 , antara

  2) Pengurangan

  2) Melaksanakan

  lain melalui penggunaan gas

  keringanan

  konservasi

  buangbiofuel, melakukan

  pembebasan pajak

  energi

  kegiatanproses produksi

  daerah untuk

  (manajemen

  yang hemat energi, dan

  peralatan hemat

  energi), dan

  menyediakan alat yang hemat

  energi

  energi.

  3) Fasilitas bea

  3) Menggunakan

  - terkait input energi, industri

  masuk untuk

  teknologi efi sien

  baja, semen, serta pulp dan

  peralatan hemat

  energi, atau

  kertas dapat memanfaatkan

  energi

  insentif fi skal berupa

  4) Dana suku

  4) Menghasil-kan

  pembebasankeringanan bea

  bunga rendah

  produk hemat

  masuk impor khususnya

  untuk investasi

  energi

  untuk penggunaan bahan

  konservasi energi

  bakubahan penolong yang terkait dengan upaya menjaga

  5) Audit energi

  kelestarian lingkungan hidup,

  dalam pola kemitraan yang

  termasuk dalam upaya mitigasi

  perubahan iklim.

  dibiayai oleh

  - membutuhkan peraturan

  pemerintah

  pelaksana tambahan untuk

  6) (denda)

  Pengguna energi

  merinci prosedur memperoleh

  ≥ 6000 setara

  insentif fi skal yang ditawarkan

  ton minyak tahundan tidak melaksanakan konservasi energi

  Bersambung ke halaman 84

  Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015

  Sambungan dari halaman 83

  UU 472009 APBN

  pajak ditanggung

  - (berpotensi) efektif

  Tahun 2010 pemerintah (DTP)

  - Adanya insentif fi skal akan

  atas: PPN Bahan

  mendorong industri untuk

  Bakar Nabati (BBN)

  menurunkan emisi CO 2 , antara

  Rp 1.000.000.000.000

  lain melalui penggunaan gas

  PMK

  PPN

  PPN Ditanggung

  Penyerahan Bahan

  buangbiofuelbahan bakar

  Ditang-

  Pemerintah, pagu:

  Bakar Nabati

  - membutuhkan peraturan

  Pemerintah

  pelaksana tambahan untuk

  Atas

  merinci jenis dan prosedur

  Penyerahan

  memperoleh insentif fi skal

  Bahan

  yang ditawarkan

  Bakar Nabati Di DN

  PMESDM

  Manajemen audit energi dalam

  Pengguna Sumber

  - (berpotensi efektif)

  Energi

  pola kemitraan

  EnergiEnergi ≥

  agar seluruh industri

  yang dibiayai oleh

  6.000 setara ton

  melaksanakan manajemen

  pemerintah

  minyaktahun,

  energi mendukung mitigasi

  melakukan

  perubahan iklim

  manajemen energi selama periode tiga tahun berturut-turut, menurunkan konsumsi energi spesifi k ≥ 2 persen tahun

  denda

  Pengguna sumber energi dan pengguna energi tidak melaksanakan manajemen energi

  Sumber: Data diolah

  menghasilkan CO 2 , sekitar 0,869 tons CO 2 kilns, preheater dan precalciners), mengadopsi

  per ton clinker, yang dihasilkan dalam proses

  teknologi baru dalam proses produksi

  calcination (0,525 tons), proses pembakaran

  (pyroprocessing, contohnya fl uidised bed systems),

  energi khususnya batubara (0.298 tons),

  dan pada jangka panjang menciptakan proses

  dan pembakaran energi pada pembangkit

  penelitian dan pengembangan (research and

  (power plant) . Produksi cement clinker dari batu

  development) untuk membangun konsep baru

  gamping (limestone) dan batu kapur (chalk)

  dalam proses produksi semen. Dampak positif

  digunakan dengan cara memanaskan limestone

  cara-cara yang diusulkan ini, industri semen

  hingga suhu di atas 950°C menjadi proses

  dapat mengurangi konsumsi energi sebesar 30

  utama yang membutuhkan energi.

  persen atau sekitar 3.407.650 Joulstonne dan Cara yang potensial untuk mengurangi mengurangi emisi CO 2 sebesar 13 persen atau

  konsumsi energi dan emisi CO 2 dalam produksi

  hingga 75.3 Mtyear (ClimateTechWiki, 2012).

  semen ialah melalui perbaikan kegiatanproses

  Namun diketahui bahwa 20-40 persen

  industri semen (pyroprocessing). Perbaikan

  dari total biaya produksi industri semen

  proses akan menghasilkan manajemen energi

  digunakan untuk pembiayaan penggunaan

  yang lebih baik, meningkatkan kualitas

  energi, sementara perusahaan pada industri

  peralatan yang diperlukan (contohnya wet

  semen memiliki keterbatasandana untuk

  Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal

  untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp

  melakukan perbaikan tersebut, sehingga pemerintah mengeluarkan sejumlah dana insentif fiskal dari pemerintah dapat untuk pembiayaan kemitraan tersebut. meningkatkan kemampuan perusahaan guna

  PM ESDM 142012 mengatur tentang

  melakukan perbaikan. Dengan demikian Manajemen Energi menawarkan insentif audit pemberian insentif fi skal sebagaimana yang energi dalam pola kemitraan yang dibiayai diatur dalam PM Perdagangan 122012 dinilai

  oleh pemerintah bagi pengguna sumber

  berpotensi efektif dapat membantu perusahaan

  energienergi ≥ 6000 setara ton minyak

  pada industri semen dalam menggunakan tahun dan melakukan manajemen energi input energi dan mendukung upaya mitigasi selama periode tiga tahun berturut-turut perubahan iklim.

  serta menurunkan konsumsi energi spesifi k

  Baik UU 252007 maupun PP 162012 ≥ 2 persentahun dan denda bagi pengguna –yang didasari oleh UU 252007, yang mengatur

  sumber energi dan pengguna energi yang

  tentang penanaman modal, serta PP 702009 tidak melaksanakan manajemen energi. yang mengatur tentang konservasi energi, Peraturan tersebut berpotensi mendukung maupun UU 472009 dan PMK 1562009 yang

  upaya mitigasi perubahan iklim. Sebagaimana

  mengatur tentang penggunaan bahan bakar telah disebutkan sebelumnya, efi siensi energi

  nabati, kesemuanya dapat dimanfaatkan sekaligus pengurangan emisi CO 2 dapat

  oleh seluruh industri. Insentif fiskal yang dilakukan melalui prosedur:

  ditawarkan oleh masing-masing peraturan a. Perubahan proses manufaktur dan produksi

  sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 2

  (termasuk pergantian alat produksi agar

  tersebut dinilai berpotensi efektif, karena

  dapat menggunakan energi secara lebih

  pada dasarnya untuk melakukan efisiensi

  efi sien).

  energi sekaligus pengurangan emisi CO 2 dapat

  b. Menyesuaikan komposisi kimia dari

  dilakukan melalui prosedur:

  semen

  a. Perubahan proses manufaktur dan produksi

  c. Mengganti bahan bakar fosil dengan

  (termasuk pergantian alat produksi agar

  biomass atau gas buang

  dapat menggunakan energi secara lebih efi sien).

  Sebagai gambaran terhadap diperlukannya

  b. Menyesuaikan komposisi kimia dari insentif bagi input energi antara lain dapat semen

  dipaparkan sebagai berikut. Bagi industri baja,

  c. Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber emisi utama berasal dari konsumsi biomass atau gas buang

  energi seperti penggunaan seperti bahan bakar diesel di penambangan dalam, penggunaan

  Namun efektifitas kebijakan-kebijakan gas alam untuk memanaskan taconite, dan tersebut belum dapat dievaluasi secara karena

  listrik untuk proses reduction iron plant (DRI),

  aturan yang ada masih belum didukung oleh pelletizer, caster, dan the electric arc furnaces peraturan pelaksana untuk memperoleh (EAFs). Pengurangan emisi tersebut tidak insentif fiskal yang ditawarkan. PP 702009 dimungkinkan dengan menggunakan teknologi menawarkan berbagai insentif fi skal, namun konvensional, namun dapat dicapai dengan baru terdapat aturan pelaksana mengenai penggunaan teknologi baru misalnya dengan insentif audit energi dalam pola kemitraan menggunakan hidrogen sebagai pengganti yang dibiayai oleh pemerintah dan disinsentif

  karbon untuk proses reduksi bij i besi.

  denda, yaitu pada PMESDM 142012 tentang

  Sementara bagi industri pulp diketahui

  Manajemen Energi. Insentif pola kemitraan ini

  bahwa pabrik pulp dan kertas modern sudah

  terhitung sebagai bagian insentif fi skal karena dapat mengurangi emisi karbon secara radikal

  Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015

  melalui kombinasi perubahan proses produksi

  berpotensi efektif menjadi berlaku efektif

  dan penggunaan alat purifikasi. Sementara

  dalam upaya mitigasi perubahan iklim, perlu

  itu, bagi industri semen, sebagian besar emisi

  disusun peraturan-peraturan pelaksana agar

  CO 2 yang dihasilkan oleh industri semen

  insentif fi skal yang ditawarkan dapat secara

  merupakan hasil reaksi kimia yang diperlukan

  aktif dimanfaatkan oleh pelaku usaha pada

  untuk mengkonversi bahan mentah dan

  industri baja, semen, dan pulp.

  bukanlah merupakan dampak energi yang

  Input Non-energi

  dibutuhkan untuk menghasilkan reaksi kimia

  Identifi kasi terhadap UU dan peraturan

  tersebut.

  yang ada menunjukkan bahwa pada tahap Dengan demikian pengurangan emisi CO 2 penggunaan input usaha non-energi, belum

  dapat dicapai dengan cara: (i) mengubah proses

  ada peraturan yang secara spesifi k mengatur

  produksi dan manufaktur dan (ii) menyesuaikan

  tentang insentif fi skal terkait upaya mitigasi

  komposisi kimia dari semen. Proses produksi

  perubahan iklim pada industri baja, semen,

  dan manufaktur dapat dilakukan melalui

  dan pulp. Namun terdapat masing-masing satu

  memperbaiki manajemen energi dan investasi

  buah peraturan yang secara spesifi k mengatur

  pada peralatanperlengkapan baru atau

  industri baja, semen dan pulp, serta terdapat

  upgrade. Perubahan formulasi kimia semen

  empat peraturan yang mengatur penanaman

  dapat dilakukan melalui penggunaan fuel yang

  modal di semua industri terkait input non-

  tidak mengandung CO 2 , seperti biomass. Namun

  energi.

  diakui, membangun standar industri yang baru

  Yang dimaksud dengan input non-energi

  bersifat kompleks serta membutuhkan waktu

  dapat berupa pembelian bahan bakubahan

  dan biaya.

  penolong non-energi, barang modal, mesin dan

  Maka akhirnya, agar kebij akan-kebij akan

  peralatan. Penjelasan atas peraturan-peraturan

  tersebut dapat berubah dikategorikan dari

  tersebut disajikan pada Tabel 3.

  Tabel 3. Instrumen Fiskal Mitigasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Lingkungan-Tahap Input Non-energi

  Sektor Peraturan

  Tentang

  Insentif Fiskal

  Syarat

  Analisis Efektivitas

  Baja

  PP 522011 Fasilitas

  Pengurangan penghasilan

  1) Pengolahan bij ih

  - Searah dengan kebij akan

  PPh Untuk

  neto: 30 persen dari

  besi, Besi dan

  pengembangan industri

  Penanaman Penanaman Modal,

  Baja Paduan: Alih

  baja sesuai dengan

  Modal

  dibebankan selama enam

  teknologi

  keunggulan daerah

  tahun, masing-masing

  - Tidak mengatur

  sebesar 5 persen tahun

  perlindungan terhadap

  Penyusutan dan amortisasi

  2) Besi baja

  lingkungan

  yang dipercepat untuk

  bentuk kasar:

  barang bangunan dan

  - Kalimantan,

  bukan bangunan

  Banten - Investasi > Rp

  400 M - TK> 100 orang 3) Baja Terintegrasi

  Proses Kontinyu: - Kalimantan, Banten - Investasi > Rp 1 T, - TK> 100 org

  Bersambung ke halaman 87

  Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal

  untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp

  Sambungan dari halaman 86

  Semen PM

  Peta

  insentif fi skal

  - Kegiatan

  - (berpotensi) efektif

  Perindus- Panduan

  alat untuk

  - Adanya insentif fi skal

  trian

  (Road Map)

  menurunkan

  akan mendorong industri

  Pengurangan

  emisi CO 2 di

  untuk melakukan

  Emisi CO 2 industri semen

  kegiatanproses produksi

  Industri

  yang hemat energi,

  Semen

  dan menyediakan alat yang hemat energi atau mengaplikasikan teknologi Carbon Capture Storage (CCS).

  - membutuhkan peraturan pelaksana tambahan untuk merinci jenis dan prosedur memperoleh insentif fi skal yang ditawarkan.

  Pulp

  PP 242010 Pengguna-

  Membayar Penerimaan

  Izin pinjam pakai

  - biaya yang dikeluarkan

  an Kawasan Negara Bukan Pajak

  ≤ 2 tahun (dapat

  untuk rehabilitasi

  Hutan

  Penggunaan Kawasan

  diperpanjang

  DAS bermanfaat bagi

  Hutan ditambah wajib

  berdasarkan

  perlidungan lingkungan

  rehabilitasi DAS dengan

  evaluasi) untuk

  dapat melindungi

  ratio sedikitnya 1:1.

  kawasan hutan pada

  kawasan hutan

  provinsi yang luas

  bagi upaya mitigasi

  kawasan hutannya >

  perubahan iklim

  30 persen dari luas

  - pembayaran PNPB

  daerah aliran sungai

  tidak secara langsung

  (DAS), pulau, dan

  disalurkan bagi

  atau provinsi

  perlindungan lingkungan

  Semua UU

  Penanaman Pembebasankeringanan

  Pionir, menjaga

  - (berpotensi) efektif

  Modal

  bea masuk impor barang

  kelestarian

  - insentif fi skal yang

  modalmesinperalatan

  lingkungan hidup

  ditawarkan mendorong

  (belum diproduksi di DN)

  industri untuk

  dan bahan bakubahan

  menurunkan emisi

  penolong

  CO 2 , antara lain melalui

  Pembebasan

  penggunaan gas buang

  penangguhan PPN

  biofuel, melakukan

  impor barang modal

  kegiatanproses produksi

  mesinperalatan (belum

  yang hemat energi, dan

  diproduksi di DN)

  menyediakan alat yang

  Penyusutan amortisasi

  hemat energi.

  yang dipercepat

  - Agar efektif

  Keringanan PBB

  membutuhkan peraturan pelaksana tambahan

  PP 452008 Pedoman

  Pengurangankeringanan Berwawasan

  untuk memperoleh

  (bds. UU

  Pemberian

  pembebasan pajak daerah lingkungan dan

  insentif fi skal yang

  Insentif dan dan atau retribusi daerah; berkelanjutan (atau

  ditawarkan (selain

  Kemudahan

  syarat lainnya tidak

  Penanaman

  berkaitan dengan

  biaya masuk) sekaligus memastikan tidak

  Modal di

  lingkungan)

  adanya peraturan yang

  Daerah

  tumpang tindih satu

  Pemberian dana stimulan;

  sama lainnya.

  Pemberian bantuan modal

  PP 162012 Rencana

  Pajak penghasilan:

  Penanaman modal

  (bds. UU

  Umum

  pengurangan penghasilan yang mendorong

  Penanaman neto terhadap jumlah

  upaya pelestarian

  Modal

  penanaman modal

  lingkungan hidup termasuk

  Bersambung ke halaman 88

  Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015

  Sambungan dari halaman 87

  Pembebasankeringanan

  pencegahan

  bea masuk impor barang

  belum diproduksi di DN

  bea masuk bahan baku

  serta mendorong

  bahan penolong

  perdagangan

  Pembebasanpenang-

  karbon (carbon trade)

  guhan PPN impor barang modalmesinperalatan belum diproduksi di DN Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat Keringanan PBB

  PMK

  Pembebasan Pembebasan bea masuk

  - Mesin belum

  Bea Masuk

  impor mesin selama empat

  diproduksi di DN

  (mengubah Atas Impor

  tahun.

  sudah diproduksi

  PMK

  Mesin Serta (Dapat diperpanjang

  namun belum

  Barang dan

  maksimal dua tahun jika

  memenuhi

  Bahan Untuk tambah kapasitas ≥30

  spesifi kasi

  Pemba-

  persen kapasitas terpasang

  jumlahnya belum

  ngunan

  atau sesuai surat

  mencukupi

  Pengem-

  penanaman modal.)

  mesin produksi

  Dalam

  DN ≥ 30 persen

  Rangka

  dari total nilai

  Sumber: Data diolah

  Pada industri baja, terdapat satu peraturan

  ton hingga tahun 2020 diestimasi dibutuhkan

  yang mengatur tentang insentif fiskal pada

  investasi sebesar Rp196.878.243.000,00. Sebagai

  tahap ini, yaitu PP 522011. Meskipun tidak

  contoh, investasi tersebut dapat digunakan

  secara spesifik mengatur perlindungan untuk membeli peralatan agar panas gas terhadap lingkungan, namun insentif fiskal

  buang dapat dimanfaatkan untuk billet pre-heat

  yang ditawarkan dalam peraturan ini berupa

  maupun pemasangan peralatan meter energi.

  fasilitas PPh untuk penanaman modal, dapat

  Selain itu, penyusunan PP 522011 itu

  dimanfaatkan oleh perusahaan pada industri baja

  pun searah dengan kebij akan pengembangan

  melalui pengalihan alokasi dana yang semula

  industri baja sesuai dengan keunggulan daerah

  digunakan untuk membayar PPh dapat dialihkan

  PM Perindustrian 122012 tentang Peta Panduan

  untuk mengganti bahan bakubahan penolong

  (road map) Pengurangan Emisi CO 2 Industri

  non-energi, barang modal, mesin, atau peralatan

  Semen menyebutkan bahwa strategi kebij akan

  agar dapat berproduksi secara lebih efisien

  menurunkan emisi CO 2 di industri semen antara

  dengan menggunakan teknologi terkini.

  lain melalui mekanisme insentif fiskal bagi

  Berdasarkan kajian yang telah dilakukan

  kegiatanalat untuk menurunkan emisi CO 2

  oleh Kementerian Perindustrian RI (2012)

  serta dukungan kebij akan pemberian insentif

  diketahui bahwa dalam rangka melakukan

  fi skal bagi yang menerapkan pemanfaatan gas

  total potensi penghematan energi pada industri

  buang sebagai sumber energi (heat recovery).

  baja sebesar 6.132.172,10 GJ dan penurunan

  Dipaparkan sebelumnya dalam peraturan

  total potensi emisi CO 2 sebesar 2.644.103,40

  tersebut, potensi pengurangan emisi CO 2

  Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal

  untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp

  di industri semen dapat dilakukan dengan

  Biaya yang dikeluarkan untuk rehabilitasi

  penggunaan energi alternatif, penggunaan DAS akan langsung bermanfaat terhadap bahan bakar alternatif, efi siensi energi, dan perlindungan lingkungan. Pembayaran PNBP penerapan teknologi penangkapan atau akan mendorong pengusaha beroperasi secara penyimpanan karbon (Carbon Capture Storage lebih efisien dengan upaya meminimalisasi (CCS)). Pemanfaatan bahan bakar alternatif biaya penggunaan input kayu dari luas hutan dan gas buang (heat recovery) dapat dilakukan

  tertentu. Insentif fiskal pembayaran PNBP

  dengan ketersediaan alat yang mendukung.

  dengan alasan tersebut dapat dinilai berpotensi

  Sebagai gambaran, Kementerian efektif dalam mendukung upaya perlindungan Perindustrian RI (2012) telah melakukan kajian

  lingkungan dan mitigasi perubahan iklim.

  dan mengestimasi dampak penggantian alat Namun agar lebih efektif dampaknya terhadap modifi kasi peralatan bagi industri semen, yaitu

  penurunan emisi CO 2 , perlu dipastikan

  dengan investasi (kumulatif) sebesar 436,6 juta

  agar dana PNPB disalurkan untuk kegiatan

  Euro dapat diturunkan emisi kualitatif per tahun

  rehabilitasi lingkungan, karena kewajiban

  sebesar 14,093 CO 2 ekuivalen (berdasarkan rehabilitasi untuk pengusaha hanyalah sebatas

  kondisi pada tahun 2010). Investasi tersebut pada wilayah DAS. antara lain dapat digunakan untuk mengganti

  Kewajiban rehabilitasi dibuat agar tidak

  peralatan sehingga dapat memanfaatkan gas terbatas pada daerah DAS. Dengan demikian buang (heat recovery) dalam proses pembuatan

  perlu dibuat mekanisme evaluasi pada awal

  klinker dalam rotary kiln. Maka insentif fi skal dan akhir masa penggunaan izin pinjam pakai yang disediakan tersebut diharapkan dapat kawasan hutan terhadap kerusakan hutan yang secara efektif mendorong pengurangan emisi diakibatkan dan kewajiban rehabilitasi yang

  CO 2 di industri semen.

  harus dilakukan. Selain itu, bagi industri pulp,

  Di dalam PP 242010 tentang salah satu sumber alternatif bahan baku lainnya penggunaan kawasan hutan diharapkan dapat diperoleh dari kertas bekas (daur ulang). dapat mempengaruhi keputusan produksi Bagi industri pulp dunia, hal ini sudah menjadi perusahaan pada industri pulp. Diketahui, alternatif utama, karena selain lebih ramah salah satu sumber bahan baku industri lingkungan juga berbiaya rendah (Lembaga pulp adalah virgin fi ber berbasis kayu segar Manajemen FEUI, 2011). yang diambil dari hutan. Kayu merupakan

  Namun berdasarkan hasil Focus Group

  sumber daya alam yang terbarukan (Lembaga

  Discussion (FGD) dengan melibatkan asosiasi

  Manajemen FEUI, 2011). Namun hanya pulp dan kertas Indonesia diketahui bahwa dengan pemanfaatan kayu yang diolah secara

  biaya rendah yang lazim diharapkan di negara

  ramah lingkungan dan berkelanjutanlah yang

  lain tidak dapat dicapai di Indonesia. Diperoleh

  dapat turut mendukung upaya pelestarian informasi bahwa bea masuk impor biaya masuk alam dan mitigasi perubahan iklim. Dengan kertas di Indonesia sangat tinggi sehingga adanya PP 242010 diharapkan industri pulp

  pengusaha tetap memilih memperoleh input

  dapat memanfaatkan hutan dengan tetap bahan baku dari virgin fi ber. Bea masuk impor memperhatikan daya dukung lingkungan. Bagi

  tinggi karena dibutuhkan waktu dan upaya

  perusahaan yang memperoleh izin penggunaan

  oleh pihak bea cukai untuk memastikan produk

  kawasan hutan harus membayar Penerimaan yang diimpor adalah produk yang aman. Negara Bukan Pajak (PNBP) Penggunaan

  Hal ini menjadi salah satu contoh masih

  Kawasan Hutan ditambah wajib rehabilitasi terdapatnya peraturan yang tumpang tindih, Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan rasio yaitu adanya peraturan yang menghambat sedikitnya 1:1.

  efektivitas peraturan yang telah dibuat

  Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015

  dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

  pemanfaatan insentif yang ada, yaitu PMK

  Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas

  762012 yang mengatur tentang Pembebasan

  Indonesia menyebutkan bahwa di luar negeri,

  Bea Masuk Atas Impor Mesin Serta Barang dan

  pemeriksaan terhadap limbah kertas dapat

  Bahan Untuk PembangunanPengembangan

  dilakukan dengan menggunakan suatu alat

  Industri dalam Rangka Penanaman Modal,

  tanpa membongkar isi kemasan secara fi sik

  yaitu berupa pengaturan insentif pembebasan

  yang memakan waktu dan biaya. Meskipun

  bea masuk impor mesin selama empat tahun, di

  alat tersebut membutuhkan biaya namun

  mana dapat diperpanjang maksimum hingga

  manfaatnya dapat digunakan secara optimal

  dua tahun jika tambah kapasitas ≥ 30 persen

  bagi perkembangan industri pulp yang ramah

  dari kapasitas terpasang atau sesuai surat

  lingkungan.

  penanaman modal.

  Adanya peraturan yang saling bertentang-

  Seluruh insentif fiskal yang telah an dampaknya terhadap pengurangan emisi CO 2 ditawarkan tersebut sangat berpotensi efektif

  (tumpang tindih) juga terdapat pada masalah

  dalam mendukung upaya mitigasi perubahan

  non-energi pada industri semen. Diketahui

  iklim, karena seperti yang telah disebutkan

  bahwa secara teknis, rasio klinker yang lebih

  sebelumnya, pada dasarnya untuk melakukan

  rendahakan menurunkan emisi CO 2 . Bahan efi siensi energi sekaligus pengurangan emisi

  pencampur yang dapat menggantikan klinker

  CO 2 dapat dilakukan melalui prosedur:

  ialah abu terbang (fly ash) dari pembangkit

  a) Perubahan proses manufaktur dan produksi

  listrik tenaga uap. Namun terdapat hambatan

  (termasuk pergantian alat produksi agar

  bagi penggunaan bahan pengganti klinker

  dapat menggunakan energi secara lebih

  karena terdapat peraturan lingkungan PMNLH

  efi sien).

  No. 18 Tahun 2009 yang menggolongkan abu

  b) Menyesuaikan komposisi kimia yang

  terbang sebagai limbah Bahan Berbahaya

  diperlukan

  dan Beracun (B3), sehingga menghambat

  c) Mengganti bahan bakar fosil dengan

  rantai pemasokan input produksi yang dapat

  biomass atau gas buang

  menurunkan emisi CO 2.

  Tentang peraturan lainnya pada Tabel

  Sebagai gambaran terhadap efek

  3.3 ialah terkait penanaman modal. Ketiga

  penggantian alatmodifikasi peralatan

  peraturan, yaitu UU 252007, PP 452008,

  bagi industri pulp, berdasarkan hasil

  dan PP 162012, menjelaskan penawaran

  kajian Kementerian Perindustrian (2012)

  berbagai insentif fiskal bagi input energi

  diketahui bahwa guna mencapai total potensi

  maupun input non-energi. Insentif fi skal yang

  penghematan energi sebesar 51.254.695 GJ dan

  ditawarkan yaitu pembebasankeringanan bea

  penurunan total potensi emisi CO 2 sebesar

  masuk impor barang modalmesinperalatan

  3.155.386 ton CO 2 hingga tahun 2020, diestimasi

  yang belum diproduksi di dalam negeri dan

  kebutuhan biaya investasi yang diperlukan

  bahan bakubahan penolong, pembebasan ialah sebesar Rp540.587.867.000,00. Sebagai penangguhan PPN impor barang modal contoh, investasi tersebut diperlukan untuk mesin peralatan, penyusutanamortisasi yang

  penggantian mesin diesel modern agar dapat

  dipercepat, keringanan PBB, pengurangan

  menggunakan bahan bakar biofuel sintesis dari

  keringananpembebasan pajak daerah dan atau

  proses gasifi kasi spent liquor.

  retribusi daerah, pemberian dana stimulan, dan

  Sementara itu, hasil estimasi kebutuhan

  pemberian bantuan modal.

  investasi untuk penurunan emisi kualitatif per

  Namun hanya satu peraturan pelaksana

  tahun dan potensi penghematan energi tertentu

  ya n g t e l a h d i b u a t u n t u k m e n d u k u n g pada industri baja dan semen ialah sebagaimana

  Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal

  untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp

  yang telah disampaikan sebelumnya. Akhirnya

  bagi industri pulp. Dari peraturan yang ada,

  karena peraturan pelaksana masih terbatas, hanya dua peraturan yang menyinggung secara insentif-insentif fiskal untuk penggantian spesifik tentang upaya mitigasi perubahan alat modifi kasi peralatan ataupun input non- iklim. Secara umum terdapat empat peraturan energi lainnya tersebut belum secara optimal terkait perlindungan lingkungan yang berlaku mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.

  bagi seluruh industri perihal operasi usaha, yaitu UUperaturan yang mengatur tentang

  Proses Industri

  perlindungan lingkungan hidup, manajemen

  Berdasarkan identifi kasi yang dilakukan

  energi, dan aturan tentang pajak ditanggung

  terhadap undang-undang dan peraturan yang

  pemerintah. Deskripsi atas peraturan-peraturan

  ada, saat ini hanya terdapat satu peraturan tersebut disajikan pada Tabel 4. yang secara spesifi k mengatur pelaksanaan

  B e r d a s a r k a n Pe r a t u r a n M e n t e r i

  usaha (operasi) bagi industri tertentu, yaitu Perindustrian No. 1212009, industri pulp yang

  Tabel 4. Instrumen Fiskal Mitigasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Lingkungan-Tahap Operasi

  Insentif Fiskal

  Syarat

  Analisis Efektivitas

  Pulp PM

  Peta Panduan

  Pemberian insentif,

  Perusahaan

  - (berpotensi efektif) agar

  Perindustrian (road map)

  berupa: kredit lunak,

  HPHTI

  industri kertas melakukan

  No. 1212009 Pengembangan keringanan pajak, dll

  melakukan

  upaya percepatan

  Klaster Industri

  percepatan

  penanaman mendukung

  Kertas

  penanaman

  mitigasi perubahan iklim

  Semua PP 282008

  Kebij akan

  Insentif Fiskal

  Menjaga

  - berperan sebagai aturan

  Industri

  kelestarian

  dasar tentang adanya

  Nasional

  lingkungan

  pemberian insentif fi skal

  hidup

  demi menjaga kelestarian lingkungan hidup

  - membutuhkan peraturan pelaksana tambahan untuk merinci jenis dan prosedur memperoleh insentif fi skal yang ditawarkan dan konsistensi peraturan yang telah ada

  - berperan sebagai aturan

  dan

  yaitu pajak, retribusi,

  kan fungsi

  dasar tentang adanya

  Pengelolaan

  dan subsidi lingkungan lingkungan

  pemberian insentif fi skal

  demi menjaga kelestarian

  Hidup

  lingkungan hidup, di mana Pemerintah (nasionaldaerah) wajib menyusun Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH), meliputi pelestarian fungsi atmosfer, termasuk upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, a.l dengan menerapkan instrumen ekonomi

  Bersambung ke halaman 92

  Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015

  Sambungan dari halaman 91

  denda ≤

  Tidak

  - berproduksi dalam

  Rp1.000.000.000,00

  melaksanakan

  batas baku emisi yang

  paksaan

  ditetapkan sangat efektif

  pemerintah

  menjaga secara agregat

  (melampaui

  tercapainya upaya mitigasi

  baku mutu

  perubahan iklim

  lingkungan

  - pemerintah pusat dan

  hidup: air,

  daerah perlu menyiapkan

  limbah, udara,

  aturan pelaksana agar

  emisi, dll)

  insentif dan disinsentif tersebut dapat diterapkan bagi pihak industri.

  UU 112011

  APBN Tahun

  Pajak ditanggung

  Berwawasan

  Peraturan ini tidak efektif

  pemerintah (DTP) atas: lingkungan dan dalam mendukung upaya Adaptasi dan Mitigasi berkelanjutan

  mitigasi perubahan iklim.

  Perubahan Iklim

  (atau syarat

  Penghapusan anggaran

  sebesar Rp0,00 (nihil),

  lainnya tidak

  ini menyebabkan insentif

  sebelumnya:

  berkaitan

  fi skal yang ada pada aturan

  (sebelumnya:

  dengan

  sebelumnya mengenai pajak

  - UU 22010 untuk

  lingkungan)

  ditanggung pemerintah

  Tahun 2010:

  tidak dapat dilaksanakan

  Rp900.000.000.000,00

  - UU 102010 untuk Tahun 2011: Rp500.000.000.000,00

  Sumber: Data diolah mendapat hak pengelolaan Hutan Tanaman

  kurang dari Rp1.000.000.000,00 bagi yang

  Industri (HTI) dapat memperoleh insentif

  tidak melaksanakan paksaan pemerintah

  berupa kredit lunak dan keringanan pajak jika

  (melampaui baku mutu lingkungan hidup: air,

  melakukan percepatan penanaman. Insentif

  limbah, udara, emisi, dll).

  ini jelas dapat mendukung upaya mitigasi

  Namun penjelasan spesifik mengenai

  perubahan ilkim dan konsisten dengan PP

  insentif audit energi dan disinsentif denda

  242010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.

  yang dikenakan belum diberikan, sehingga

  Namun, kedua peraturan tersebut belum

  pemanfaatan oleh pihak industri belum

  memberikan penjelasan atas prosedur pemberian

  dapat dilakukan. Hal tersebut mungkin

  insentif sehingga belum dapat dimanfaatkan

  dikarenakan UU tersebut berperan sebagai

  secara optimal oleh pihak swasta.

  aturan dasar tentang adanya pemberian insentif

  Di dalam PP 282008 tentang Kebij akan

  fi skal demi menjaga kelestarian lingkungan

  Industri Nasional telah menyebutkan pemberian

  hidup, di mana Pemerintah (nasionaldaerah)

  insentif fiskal bagi industri yang menjaga

  wajib menyusun Rencana Perlindungan dan

  kelestarian lingkungan hidup. Namun aturan

  Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH),

  tersebut belum secara spesifi k mendeskripsikan

  meliputi pelestarian fungsi atmosfer, termasuk

  jenis insentif fi skal apa saja yang ditawarkan

  upaya mitigasi dan adaptasi perubahan

  bagi industri. Demikian juga dengan UU

  iklim, yaitu antara lain dengan menerapkan

  322009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

  instrumen ekonomi yang sesuai.

  Lingkungan Hidup yang menawarkan insentif

  Khususnya terkait disinsentif denda,

  (disinsentif) yaitu pajak, retribusi, dan subsidi

  sesungguhnya disinsentif ini berpotensi efektif

  lingkungan hidup bagi pihak yang melestarikan

  demi menjaga produksi secara agregat berada

  fungsi lingkungan hidup, serta denda sebesar

  dalam dalam batas baku emisi yang ditetapkan.

  Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal

  untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp

  Dengan demikian, pemerintah pusat dan Emisi CO 2 Industri Semen menyebutkan

  daerah perlu menyiapkan aturan pelaksana bahwa strategi kebij akan menurunkan emisi

  agar insentif dan disinsentif tersebut dapat CO 2 pada industri semen antara lain melalui

  diterapkan bagi pihak industri. UU 112011 mekanisme insentif fi skal bagi kegiatanalat tentang APBN Tahun 2012 menyebutkan pajak

  untuk menurunkan emisi CO 2 dan dukungan

  ditanggung pemerintah (DTP) atas komponen

  kebijakan pemberian insentif fiskal bagi

  adaptasi dan mitigasi perubahan iklim industri yang menerapkan pemanfaatan gas diturunkan dari tahun sebelumnya menjadi buang sebagai sumber energi (heat recovery). Rp0,00 (nihil) karena dianggap merupakan Diketahui bahwa potensi pengurangan emisi sangat tidak efektif dalam mendukung upaya

  CO 2 di industri semen dapat dilakukan dengan

  mitigasi perubahan iklim. Penghapusan penggunaan energi alternatif, penggunaan anggaran ini menyebabkan insentif fiskal bahan bakar alternatif, efi siensi energi, dan yang telah ditawarkan pada aturan-aturan penerapan teknologi penangkapan atau lainnya mengenai perlindungan lingkungan penyimpanan karbon (Carbon Capture Storage dan mitigasi perubahan iklim, khususnya (CCS). mengenai penawaran insentif mengenai

  Dari antara kegiatan tersebut, terkait

  pajak ditanggung pemerintah tidak dapat limbah, pabrik semen dapat menggunakan dilaksanakan (contohnya pada UU 322009).

  limbah industri dan limbah domestik (sampah

  Sebagai akibatnya, target penurunan tersortir) sebagai bahan bakar alternatif, emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 26 persen termasuk limbah kayu dan limbah tembakau. (dengan upaya dalam negeri), atau lebih spesifi k Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar yaitu penurunan emisi dari bidang industri tersebut dapat mendukung perlindungan

  sebesar satu juta T CO 2 (26 persen) sampai tahun

  lingkungan. Selain itu, khususnya melalui

  2020 sesuai Perpres 612011, kian sulit dapat pelaksanaan teknologi CCS, pabrik semen dapat tercapai. Rendahnya penyerapan anggaran menyerap limbah karbon yang dihasilkan dalam untuk komponen DTP bagi adaptasi dan mitigasi

  proses produksi, atau dengan ketersediaan

  perubahan iklim pada suatu periode hendaknya

  alat yang mendukung, pabrik semen dapat

  direspons dengan mengupayakan berbagai menggunakan gas buang, misalnya dalam langkah-langkah peningkatan penyerapan oleh proses pembuatan klinker dalam rotary kiln. industri, dan bukan dengan penghapusan mata

  Sementara itu, PP 282008 tentang

  anggaran terkait.

  Kebijakan Industri Nasional hanya menyebutkan pemberian insentif fi skal bagi

  Manajemen LimbahGasZat Buang (Waste

  pihak yang menjaga kelestarian lingkungan

  Management)

  hidup, meskipun berarti termasuk di dalamnya

  Berdasarkan identifi kasi yang dilakukan

  pengolahan limbah. Namun untuk kedua

  terhadap undang-undang dan peraturan yang

  peraturan tersebut masih diperlukan peraturan

  ada, saat ini hanya terdapat satu peraturan yang

  pelaksana yang merinci jenis dan prosedur

  secara spesifi k mengatur manajemen limbah untuk memperoleh insentif fiskal yang bagi industri tertentu, yaitu bagi industri ditawarkan, khususnya terkait pengolahan semen. Serta terdapat satu peraturan terkait atau pemanfaatan limbah. manajemen limbah yang mengatur semua

  Demikianlah berbagai insentif fi skal yang

  industri. Deskripsi atas peraturan-peraturan telah ditawarkan pada berbagai peraturan tersebut disajikan pada Tabel 5.

  yang ada yang dikategorisasi berdasarkan

  Di dalam PM Perindustrian 122012 tahapan usaha yaitu memulai usaha (starting tentang Peta Panduan (road map) Pengurangan

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24