this PDF file Kodifikasi dan Efektivitas Kebijakan Fiskal untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp | Haryanto | Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 1 PB
Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp
Joko Tri Haryanto 1 Berly Martawardaya 2
Abstract
Industrial activity is known as one of the major contributors of greenhouse gas emissions (GHG). Sources of GHG emissions from the industrial sector include energy inputinput, the inputinput of non-energy, industrial processes and industrial waste. Thus, the industrial sector, listed as one of the important sectors in the National Action Plan (NAP) Reduction of GHG emissions. Implementation of mitigation actions in the industrial sector clearly requires appropriate regulatory framework. The right combination of policy and fi scal instruments needed to encourage industry players become actively involved in the national eff ort to reduce GHG emissions in Indonesia. The problem, the need for coordination regulations related eff orts to reduce GHG emissions in the industrial sector of each Ministry Institutions (K L) are associated in particular Ministry of Finance Regulation (PMK and the Regulation of the Minister of Industry (Permenindustri). For that study was conducted using the framework regulatory analysis for the creation of regulatory coordination between the PMK and Permenindustri. Through the codifi cation mechanism, expectedd to increase the eff ectiveness of fi scal policy to reduce GHG emissions in the industrial sector.
Keywords:
GHG emission; mitigation; fi scal incentive.
Abstrak
Kegiatan industri dikenal sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK). Sumber emisi GRK dari sektor industri meliputi input energi, masukan non-energi, proses industri dan limbah industri. Dengan demikian, sektor industri, tercatat sebagai salah satu sektor penting dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Penurunan Emisi GRK. Pelaksanaan aksi mitigasi di sektor industri jelas memerlukan kerangka peraturan yang tepat. Kombinasi yang tepat dari kebij akan dan instrumen fi skal yang diperlukan untuk mendorong pelaku industri menjadi aktif terlibat dalam upaya nasional untuk mengurangi emisi GRK di Indonesia. Permasalahannya, perlu adanya koordinasi peraturan yang terkait upaya penurunan emisi GRK sektor industri di masing- masing KementerianLembaga (KL) yang terkait khususnya Peraturan Menteri keuangan (PMK dan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenindustri). Untuk itulah penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kerangka analisis regulasi demi terciptanya koordinasi regulasi antara PMK dan Permenindustri. Melalui mekanisme kodifi kasi tersebut, diharapkan terjadi peningkatan efektivitas kebij akan fi skal untuk mengurangi emisi GRK di sektor industri.
1 Peneliti Pusat Kebij akan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebij akan Fiskal, Kementerian Keuangan
Email: djohar78gmail.com
2 Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Email: bmartawardayagmail.com.
Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal
untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp
Kata Kunci:
Emisi GRK; mitigasi; insentif fi skal.
Pendahuluan
Implementasi kegiatan mitigasi dalam
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen
sektor industri memerlukan kerangka
untuk menurunkan emisi gas rumah kaca kebijakan. Kombinasi kebijakan, program (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26 persen dan instrumen dibutuhkan untuk mendorong dengan pendanaan APBNAPBD serta sampai
pelaku industri untuk terlibat aktif dalam
41 persen dengan dukungan internasional. usaha nasional dalam menurunkanemisi GRK. Untuk mencapainya, telah disusun Rencana Instrumen ekonomi khususnya dapat menjadi Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah insentif dalam implementasi tersebut. PAKLIM, Kaca (RAN-GRK) yang akan ditindak lanjuti GIZ pada tahun 2011 telah melakukan studi dengan “Nationally Appropriate Mitigation untuk kompilasi instrumen ekonomi dan Actions” (NAMAs) berdasarkan United Nations
mitigasi untuk industri. Studi tersebut telah
Framework Convention on Climate Change
menjabarkan contoh implementasi dan best
(UNFCCC). NAMAs adalah kumpulan practice dari negara lain serta menganalisis kebijakan dan kegiatan yang dilaksanakan kondisi dan kebutuhan akan instrumen untuk mencapai komitmen penurunan emisi ekonomi di Indonesia. rumah kaca.
Mengingat pentingnya persoalan tersebut,
Kegiatan industri adalah salah satu studi ini bertujuan untuk melakukan kodifi kasi: kontributor utama emisi gas rumah kaca
a) berbagai instrumen fi skal yang berlaku dan
yang meliputi input energi dan non-energi,
ditujukan pada sektor industri; b) penggunaan
proses industri dan limbahsisa hasil industri.
instrumen fi skal oleh industri; c) mekanisme
Sektor industri, sebagaimana tercantum dalam
sosialisasi yang umum digunakan; d) efektivitas
RAN-GRK memiliki peranan penting dalam instrumen dalam mencapai dampak yang pencapaian target penurunan emisi GRK diinginkan dan dalam mengurangi emisi GRK. atau mitigasi perubahan iklim. Berdasarkan Studi ini diharapkan menjadi basis untuk studi Bank Dunia (2009), empat sektor yang studi selanjutnya tentang penurunan emisi gas merupakan emitt er terbesar adalah semen, besi
rumah kaca pada sektor industri di Indonesia
dan baja, tekstil serta pulp dan kertas.
secara lebih mendalam.
Walaupun tekstil juga merupakan salah
satu emitor terbesar, tapi karakteristiknya Metodologi
yang tersebar dan terdiri dari banyak pemilik
Metode penelitian pada dasarnya
merupakan hambatan tersendiri dalam merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan melakukan aksi-aksi penurunan emisi gas informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu . rumah kaca. Industri semen, baja serta pulp
Metode penelitian yang digunakan dalam kajian
dan kertas yang lebih terkonsentrasi menjadi ini lebih bersifat deskriptif kuantitatif dengan fokus dalam studi ini. Tiga sumber utama menggunakan analisis kodifi kasi regulasi untuk emisi gas adalah input energi, input non-energi,
mendapatkan persepsi atas regulasi yang diatur.
dan sisa hasil produksi. Pemahaman yang Hal ini akan dij adikan dasar di dalam melakukan lebih dalam mengenai produksi manufaktur rekomendasi ke depannya demi menghindari di ketiga sektor tersebut akan memberikan terjadinya overlapping regulasi. dasar yang lebih kuat dalam revisi regulasi dan
Adapun jenis data yang digunakan
struktur insentif.
dalam studi ini sebagian besar merupakan
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015
jenis data sekunder yang didapatkan dari beberapa instansi yang berwenang terhadap data-data tersebut. Data sekunder yang utama adalah data terkait Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri Keuangan (PMK), Peraturan Menteri Perindustrian (Permenindustri) serta beberapa pendukung yang didapatkan dari Kamar Dagang dan Industri Nasional (KADIN) serta Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk mendapatkan stakeholder’s sperception, di dalam studi ini juga dilakukan wawancara dan diskusi dengan pemangku kepentingan terkait dengan efektivitas serta kemudahan birokrasi dari masing-masing regulasi yang mengatur terkait sektor industri khususnya yang bersifat lintas KL.
S e d a n g k a n m e t o d e a n a l i s i s ya n g digunakan digunakan dalam studi ini adalah metode statistik deskriptif dengan menggunakan berbagai alat analisis berupa tabel, gambar dan diagram untuk mendapatkan kesimpulan terkait dengan kodifikasi yang dimaksudkan . Analisis tabel ditujukan sebagai tool di dalam melakukan sintesis regulasi, sementara analisis gambar dan diagram lebih ditujukan bagi penjelasan uraian terkait kondisi masing-masing industri. Hasil dari kodifi kasi inilah nantinya yang akan menjadi dasar bagi penulis untuk memberikan kesimpulan serta rekomendasi kebij akan kepada seluruh stakeholders yang terkait.
Peraturan dan Instrumen Fiskal bagi Mitigasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Lingkungan
Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya menyelenggarakan suatu proses pembangunan yang berperan bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan didasari oleh prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 ayat 4 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, termasuk pada tiga industri penghasil emisi terbesar yang telah dij elaskan
pada bagian sebelumnya, yaitu baja, semen, serta pulp dan kertas. Komitmen pemerintah tersebut ditunjukkan melalui penyusunan undang-undang dan peraturan yang mengatur penyelenggaraan usaha di sektor-sektor tersebut, khususnya dalam bentuk penyusunan instrumen-instrumen fi skal untuk mendukung pembangunan berwawasan lingkungan di sektor tersebut terutama dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Berdasarkan telaah peneliti, berbagai peraturan dan instrumen fi skal bagi mitigasi perubahan iklim dan perlindungan lingkungan pada sektor baja, semen, serta pulp dan kertas tersebut dapat dikategorisasi sesuai dengan tahapan usaha pada setiap industri, yaitu sebagai berikut :
a. Memulai usaha ( starting business)
b. Input energi
c. Input non-energi
d. Operasi usaha
e. Manajemen gaszat buang ( waste
management)
Memulai usaha (starting business)
Berdasarkan identifi kasi yang dilakukan terhadap undang-undang dan peraturan yang ada, saat ini tidak ada peraturaninstrumen yang spesifi k yang mengatur secara khusus suatu insentifdisinsentif bagi industri baja, semen serta pulp dan kertas pada tahapan memulai usaha khususnya dalam upaya mitigasi perubahan lingkungan. Peraturan terkait yang ada hanyalah untuk industri pionir yang memungkinkan industri baja untuk turut dapat memanfaatkannya. Deskripsi atas kedua peraturan tersebut disajikan pada Tabel 1.
Kedua peraturan, yaitu PMK1302011 dan PM Perindustrian 932011 yang saling berkaitan tersebut, memberikan insentif instrumen pembebasan PPh Badan 5-10 tahun, di mana setelah masa tersebut dapat diperoleh pengurangan PPh Badan 50 persen selama dua tahun. Bagi industri baja, walau tidak disebutkan spesifik bertujuan untuk
Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal
untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp
Tabel 1. Instrumen Fiskal Mitigasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Lingkungan-Tahap Memulai Usaha
Insentif Fiskal
Syarat Analisis Kesesuaian
PMK
Fasilitas Pembebasan Pembebasan
Industri - (berpotensi) efektif
Pengurangan PPh
PPh Badan 5-10
Pionir
- Teknologi baru
Badan
tahun (setelahnya
mendukung industri
pengurangan PPh
baja beroperasi
Badan 50 persen
dengan lebih efi sien,
Baja
selama 2 tahun)
hemat energi dan
PMPerindus- Fasilitas Pembebasan Pembebasan
Industri
ramah lingkungan,
trian
Pengurangan PPh
PPh Badan 5-10
Pionir
dan mendukung
No.932011
Badan
tahun, setelahnya,
upaya mitigasi
(Pelaksanaan
pengurangan PPh
perubahan iklim.
PMK
Badan 50 persen
selama 2 tahun
Semen
Tidak tersedia
Pulp
Tidak tersedia
Sumber: Data diolah mengurangi emisi karbon, pemberian instrumen
Kedua perusahaan tersebut dinilai layak oleh
fasilitas pembebasanpengurangan PPh Badan
Tim Verifikasi Kementerian Perindustrian
yang berlaku bagi pendirian perusahaan baru
dan Kementerian Keuangan untuk mendapat
yang memenuhi kriteria industri pionir, yaitu
insentif Tax Holiday. Namun, karena proses
dengan adanya persyaratan penggunaan pengambilan keputusan juga melibatkan teknologi baru, dinilai tepat dan dapat Kementerian Koordiantor Bidang Ekonomi berpotensi menjadi insentif yang efektif.
dan Presiden, menyebabkan keputusan akhir
Hal ini akan memberikan insentif yang diajukan pada bulan Maret 2012 masih munculnya perusahaan baru yang telah belum diputuskan sampai sekarang (Desember mengaplikasikan teknologi terkini, yang 2012). diharapkan juga menghasilkan emisi lebih
Periode pemberian insentif Tax Holiday,
rendah, yang memang telah tersedia dapat yang berkisar dari lima sampai sepuluh mendukung ketersediaan produk baja yang tahun dengan terbuka perpanjangan 50 dibutuhkan oleh berbagai industri hilir di persen pembebasan pajak untuk dua tahun, dalam negeri namun berproduksi pada tingkat
belum berdasarkan kepada kriteria tertentu
penggunaan energibahan material yang efi sien yang jelas dan tercantum dalam regulasi tapi sehingga tetap mendukung upaya mitigasi diserahkan ke diskresi Menteri Keuangan terhadap perubahan iklim.
(Martawardaya dan Agriva, 2012). Mengingat
Insentif fi skal yang diatur dalam PMK manfaat pajak yang sangat tinggi, banyak 1302011 dan PM Perindustrian 932011 tersebut
perusahaan yang tertarik pada insentif ini.
belum dapat dinilai dampak penerapannya. Hal
Insentif Tax Holiday, yang sedang pada tahap
ini dikarenakan sejak dikeluarkannya peraturan
review dan revisi, memerlukan kriteria periode
tersebut hingga saat ini, belum ada perusahaan
yang lebih tegas, waktu pengurusan yang
yang disetujui untuk menerima insentif pendek dan pencantuman kriteria lingkungan tersebut. Berdasarkan hasil diskusi dengan serta pengurangan emisi secara eksplisit. Perlu Kementerian Keuangan dan KADIN, sejauh dicatat bahwa kebij akan Tax Holiday di Thailand ini baru terdapat beberapa perusahaan yang pada tahun 2010 hanya diberikan pada usaha mengajukan untuk memperoleh Tax Holiday. terkait konservasialternatif energi, material
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015
eco-friendly dan teknologi tinggi untuk periode
pemberian insentif terkait input energi. Tetapi
delapan tahun.
secara umum terdapat lima peraturan terkait perlindungan lingkungan yang berlaku bagi
Input energi
seluruh industri perihal input energi, yaitu UU
Berdasarkan identifi kasi yang dilakukan
peraturan yang mengatur tentang penanaman
terhadap undang-undang dan peraturan
modal, konservasi energi, dan penggunaan
yang ada, saat ini hanya terdapat satu
bahan bakar nabati. Deskripsi atas peraturan-
peraturan yang secara spesifik mengatur
peraturan tersebut disajikan pada Tabel 2.
pemberian insentif bagi industri tertentu, yaitu
Peraturan yang mengatur tentang road map
industri semen, di mana secara eksplisit telah
Pengurangan Emisi CO 2 Industri Semen adalah
mengatur insentif fi skal sebagai upaya mitigasi
peraturan yang pertama dikeluarkan terkait
perubahan iklim. Namun bagi industri baja
pengurangan emisi CO 2 , di antara industri-
serta pulp dan kertas, hingga saat ini belum
industri lainnya. Pada industri semen, diketahui
ada peraturan spesifi k yang mengatur tentang
pembakaran energi yang mengandung karbon
Tabel 2. Instrumen Fiskal Mitigasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Lingkungan-Tahap Input Energi
Insentif Fiskal
Syarat
Analisis Efektivitas
insentif fi skal
Kegiatan
- (berpotensi) efektif
Perindus-
Panduan
alat untuk
- Adanya insentif fi skal akan
trian
(road map)
menurunkan emisi
mendorong industri untuk
Pengu-
CO 2 di industri
menurunkan emisi CO 2 , antara
rangan
semen, atau
lain melalui penggunaan gas Emisi CO 2 buangbiofuel, melakukan
Industri
kegiatanproses produksi
Semen
yang hemat energi, dan
Industri yang
menyediakan alat yang hemat
menerapkan
energi.
pemanfaatan gas
- membutuhkan peraturan pelaksana tambahan untuk
buang sebagai
merinci jenis dan prosedur
sumber energi (heat recovery)
memperoleh insentif fi skal yang ditawarkan
Semua
UU 252007 Penanam- Pembebasan
- Pionir
- (berpotensi) efektif
an Modal
keringanan bea
- menjaga
- terkait input energi, industri
masuk impor barang
kelestarian
baja, semen serta pulp dan
modalmesinper-
lingkungan
kertas dapat memanfaatkan
alatan (belum di
hidup
insentif fi skal berupa
produksi di DN)
pembebasankeringanan bea
dan bahan baku
masuk impor khususnya
bahan penolong
untuk penggunaan bahan
Pembebasan
bakubahan penolong yang
penangguhan
terkait dengan upaya menjaga
PPN impor barang
kelestarian lingkungan hidup,
modalmesin
termasuk dalam upaya mitigasi
peralatan (belum
perubahan iklim.
diproduksi di DN)
- membutuhkan peraturan pelaksana tambahan untuk
Penyusutan
merinci prosedur memperoleh
amortisasi yang
insentif fi skal yang ditawarkan
dipercepat
dan konsistensi peraturan yang
Keringanan PBB
telah ada
Bersambung ke halaman 83
Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal
untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp
Sambungan dari halaman 82
PP 162012
Rencana
Pajak penghasilan:
Penanaman modal
(bds. UU
Umum
pengurangan
yang mendorong
Penanam-
penghasilan neto
upaya pelestarian
an Modal
terhadap jumlah
lingkungan
penanaman modal
hidup termasuk
Pembebasankeri-
pencegahan
nganan bea masuk
pencemaran,
impor barang
pe-ralatan belum
lingkungan,
diproduksi di DN
serta mendorong
Pembebasankeri-
perdagangan
nganan bea masuk
karbon (carbon
bahan bakubahan
trade)
penolong Pembebasanpe- nangguhan PPN impor barang modalmesin peralatan belum diproduksi di DN Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat Keringanan PBB
PP 702009 Konservasi
1) Fasilitas
1) Pengguna energi - (berpotensi) efektif
Energi
perpajakan untuk
≥ 6000 setara ton - Adanya insentif fi skal akan
peralatan hemat
minyaktahun,
mendorong industri untuk
energi
dan
menurunkan emisi CO 2 , antara
2) Pengurangan
2) Melaksanakan
lain melalui penggunaan gas
keringanan
konservasi
buangbiofuel, melakukan
pembebasan pajak
energi
kegiatanproses produksi
daerah untuk
(manajemen
yang hemat energi, dan
peralatan hemat
energi), dan
menyediakan alat yang hemat
energi
energi.
3) Fasilitas bea
3) Menggunakan
- terkait input energi, industri
masuk untuk
teknologi efi sien
baja, semen, serta pulp dan
peralatan hemat
energi, atau
kertas dapat memanfaatkan
energi
insentif fi skal berupa
4) Dana suku
4) Menghasil-kan
pembebasankeringanan bea
bunga rendah
produk hemat
masuk impor khususnya
untuk investasi
energi
untuk penggunaan bahan
konservasi energi
bakubahan penolong yang terkait dengan upaya menjaga
5) Audit energi
kelestarian lingkungan hidup,
dalam pola kemitraan yang
termasuk dalam upaya mitigasi
perubahan iklim.
dibiayai oleh
- membutuhkan peraturan
pemerintah
pelaksana tambahan untuk
6) (denda)
Pengguna energi
merinci prosedur memperoleh
≥ 6000 setara
insentif fi skal yang ditawarkan
ton minyak tahundan tidak melaksanakan konservasi energi
Bersambung ke halaman 84
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015
Sambungan dari halaman 83
UU 472009 APBN
pajak ditanggung
- (berpotensi) efektif
Tahun 2010 pemerintah (DTP)
- Adanya insentif fi skal akan
atas: PPN Bahan
mendorong industri untuk
Bakar Nabati (BBN)
menurunkan emisi CO 2 , antara
Rp 1.000.000.000.000
lain melalui penggunaan gas
PMK
PPN
PPN Ditanggung
Penyerahan Bahan
buangbiofuelbahan bakar
Ditang-
Pemerintah, pagu:
Bakar Nabati
- membutuhkan peraturan
Pemerintah
pelaksana tambahan untuk
Atas
merinci jenis dan prosedur
Penyerahan
memperoleh insentif fi skal
Bahan
yang ditawarkan
Bakar Nabati Di DN
PMESDM
Manajemen audit energi dalam
Pengguna Sumber
- (berpotensi efektif)
Energi
pola kemitraan
EnergiEnergi ≥
agar seluruh industri
yang dibiayai oleh
6.000 setara ton
melaksanakan manajemen
pemerintah
minyaktahun,
energi mendukung mitigasi
melakukan
perubahan iklim
manajemen energi selama periode tiga tahun berturut-turut, menurunkan konsumsi energi spesifi k ≥ 2 persen tahun
denda
Pengguna sumber energi dan pengguna energi tidak melaksanakan manajemen energi
Sumber: Data diolah
menghasilkan CO 2 , sekitar 0,869 tons CO 2 kilns, preheater dan precalciners), mengadopsi
per ton clinker, yang dihasilkan dalam proses
teknologi baru dalam proses produksi
calcination (0,525 tons), proses pembakaran
(pyroprocessing, contohnya fl uidised bed systems),
energi khususnya batubara (0.298 tons),
dan pada jangka panjang menciptakan proses
dan pembakaran energi pada pembangkit
penelitian dan pengembangan (research and
(power plant) . Produksi cement clinker dari batu
development) untuk membangun konsep baru
gamping (limestone) dan batu kapur (chalk)
dalam proses produksi semen. Dampak positif
digunakan dengan cara memanaskan limestone
cara-cara yang diusulkan ini, industri semen
hingga suhu di atas 950°C menjadi proses
dapat mengurangi konsumsi energi sebesar 30
utama yang membutuhkan energi.
persen atau sekitar 3.407.650 Joulstonne dan Cara yang potensial untuk mengurangi mengurangi emisi CO 2 sebesar 13 persen atau
konsumsi energi dan emisi CO 2 dalam produksi
hingga 75.3 Mtyear (ClimateTechWiki, 2012).
semen ialah melalui perbaikan kegiatanproses
Namun diketahui bahwa 20-40 persen
industri semen (pyroprocessing). Perbaikan
dari total biaya produksi industri semen
proses akan menghasilkan manajemen energi
digunakan untuk pembiayaan penggunaan
yang lebih baik, meningkatkan kualitas
energi, sementara perusahaan pada industri
peralatan yang diperlukan (contohnya wet
semen memiliki keterbatasandana untuk
Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal
untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp
melakukan perbaikan tersebut, sehingga pemerintah mengeluarkan sejumlah dana insentif fiskal dari pemerintah dapat untuk pembiayaan kemitraan tersebut. meningkatkan kemampuan perusahaan guna
PM ESDM 142012 mengatur tentang
melakukan perbaikan. Dengan demikian Manajemen Energi menawarkan insentif audit pemberian insentif fi skal sebagaimana yang energi dalam pola kemitraan yang dibiayai diatur dalam PM Perdagangan 122012 dinilai
oleh pemerintah bagi pengguna sumber
berpotensi efektif dapat membantu perusahaan
energienergi ≥ 6000 setara ton minyak
pada industri semen dalam menggunakan tahun dan melakukan manajemen energi input energi dan mendukung upaya mitigasi selama periode tiga tahun berturut-turut perubahan iklim.
serta menurunkan konsumsi energi spesifi k
Baik UU 252007 maupun PP 162012 ≥ 2 persentahun dan denda bagi pengguna –yang didasari oleh UU 252007, yang mengatur
sumber energi dan pengguna energi yang
tentang penanaman modal, serta PP 702009 tidak melaksanakan manajemen energi. yang mengatur tentang konservasi energi, Peraturan tersebut berpotensi mendukung maupun UU 472009 dan PMK 1562009 yang
upaya mitigasi perubahan iklim. Sebagaimana
mengatur tentang penggunaan bahan bakar telah disebutkan sebelumnya, efi siensi energi
nabati, kesemuanya dapat dimanfaatkan sekaligus pengurangan emisi CO 2 dapat
oleh seluruh industri. Insentif fiskal yang dilakukan melalui prosedur:
ditawarkan oleh masing-masing peraturan a. Perubahan proses manufaktur dan produksi
sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 2
(termasuk pergantian alat produksi agar
tersebut dinilai berpotensi efektif, karena
dapat menggunakan energi secara lebih
pada dasarnya untuk melakukan efisiensi
efi sien).
energi sekaligus pengurangan emisi CO 2 dapat
b. Menyesuaikan komposisi kimia dari
dilakukan melalui prosedur:
semen
a. Perubahan proses manufaktur dan produksi
c. Mengganti bahan bakar fosil dengan
(termasuk pergantian alat produksi agar
biomass atau gas buang
dapat menggunakan energi secara lebih efi sien).
Sebagai gambaran terhadap diperlukannya
b. Menyesuaikan komposisi kimia dari insentif bagi input energi antara lain dapat semen
dipaparkan sebagai berikut. Bagi industri baja,
c. Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber emisi utama berasal dari konsumsi biomass atau gas buang
energi seperti penggunaan seperti bahan bakar diesel di penambangan dalam, penggunaan
Namun efektifitas kebijakan-kebijakan gas alam untuk memanaskan taconite, dan tersebut belum dapat dievaluasi secara karena
listrik untuk proses reduction iron plant (DRI),
aturan yang ada masih belum didukung oleh pelletizer, caster, dan the electric arc furnaces peraturan pelaksana untuk memperoleh (EAFs). Pengurangan emisi tersebut tidak insentif fiskal yang ditawarkan. PP 702009 dimungkinkan dengan menggunakan teknologi menawarkan berbagai insentif fi skal, namun konvensional, namun dapat dicapai dengan baru terdapat aturan pelaksana mengenai penggunaan teknologi baru misalnya dengan insentif audit energi dalam pola kemitraan menggunakan hidrogen sebagai pengganti yang dibiayai oleh pemerintah dan disinsentif
karbon untuk proses reduksi bij i besi.
denda, yaitu pada PMESDM 142012 tentang
Sementara bagi industri pulp diketahui
Manajemen Energi. Insentif pola kemitraan ini
bahwa pabrik pulp dan kertas modern sudah
terhitung sebagai bagian insentif fi skal karena dapat mengurangi emisi karbon secara radikal
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015
melalui kombinasi perubahan proses produksi
berpotensi efektif menjadi berlaku efektif
dan penggunaan alat purifikasi. Sementara
dalam upaya mitigasi perubahan iklim, perlu
itu, bagi industri semen, sebagian besar emisi
disusun peraturan-peraturan pelaksana agar
CO 2 yang dihasilkan oleh industri semen
insentif fi skal yang ditawarkan dapat secara
merupakan hasil reaksi kimia yang diperlukan
aktif dimanfaatkan oleh pelaku usaha pada
untuk mengkonversi bahan mentah dan
industri baja, semen, dan pulp.
bukanlah merupakan dampak energi yang
Input Non-energi
dibutuhkan untuk menghasilkan reaksi kimia
Identifi kasi terhadap UU dan peraturan
tersebut.
yang ada menunjukkan bahwa pada tahap Dengan demikian pengurangan emisi CO 2 penggunaan input usaha non-energi, belum
dapat dicapai dengan cara: (i) mengubah proses
ada peraturan yang secara spesifi k mengatur
produksi dan manufaktur dan (ii) menyesuaikan
tentang insentif fi skal terkait upaya mitigasi
komposisi kimia dari semen. Proses produksi
perubahan iklim pada industri baja, semen,
dan manufaktur dapat dilakukan melalui
dan pulp. Namun terdapat masing-masing satu
memperbaiki manajemen energi dan investasi
buah peraturan yang secara spesifi k mengatur
pada peralatanperlengkapan baru atau
industri baja, semen dan pulp, serta terdapat
upgrade. Perubahan formulasi kimia semen
empat peraturan yang mengatur penanaman
dapat dilakukan melalui penggunaan fuel yang
modal di semua industri terkait input non-
tidak mengandung CO 2 , seperti biomass. Namun
energi.
diakui, membangun standar industri yang baru
Yang dimaksud dengan input non-energi
bersifat kompleks serta membutuhkan waktu
dapat berupa pembelian bahan bakubahan
dan biaya.
penolong non-energi, barang modal, mesin dan
Maka akhirnya, agar kebij akan-kebij akan
peralatan. Penjelasan atas peraturan-peraturan
tersebut dapat berubah dikategorikan dari
tersebut disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Instrumen Fiskal Mitigasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Lingkungan-Tahap Input Non-energi
Sektor Peraturan
Tentang
Insentif Fiskal
Syarat
Analisis Efektivitas
Baja
PP 522011 Fasilitas
Pengurangan penghasilan
1) Pengolahan bij ih
- Searah dengan kebij akan
PPh Untuk
neto: 30 persen dari
besi, Besi dan
pengembangan industri
Penanaman Penanaman Modal,
Baja Paduan: Alih
baja sesuai dengan
Modal
dibebankan selama enam
teknologi
keunggulan daerah
tahun, masing-masing
- Tidak mengatur
sebesar 5 persen tahun
perlindungan terhadap
Penyusutan dan amortisasi
2) Besi baja
lingkungan
yang dipercepat untuk
bentuk kasar:
barang bangunan dan
- Kalimantan,
bukan bangunan
Banten - Investasi > Rp
400 M - TK> 100 orang 3) Baja Terintegrasi
Proses Kontinyu: - Kalimantan, Banten - Investasi > Rp 1 T, - TK> 100 org
Bersambung ke halaman 87
Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal
untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp
Sambungan dari halaman 86
Semen PM
Peta
insentif fi skal
- Kegiatan
- (berpotensi) efektif
Perindus- Panduan
alat untuk
- Adanya insentif fi skal
trian
(Road Map)
menurunkan
akan mendorong industri
Pengurangan
emisi CO 2 di
untuk melakukan
Emisi CO 2 industri semen
kegiatanproses produksi
Industri
yang hemat energi,
Semen
dan menyediakan alat yang hemat energi atau mengaplikasikan teknologi Carbon Capture Storage (CCS).
- membutuhkan peraturan pelaksana tambahan untuk merinci jenis dan prosedur memperoleh insentif fi skal yang ditawarkan.
Pulp
PP 242010 Pengguna-
Membayar Penerimaan
Izin pinjam pakai
- biaya yang dikeluarkan
an Kawasan Negara Bukan Pajak
≤ 2 tahun (dapat
untuk rehabilitasi
Hutan
Penggunaan Kawasan
diperpanjang
DAS bermanfaat bagi
Hutan ditambah wajib
berdasarkan
perlidungan lingkungan
rehabilitasi DAS dengan
evaluasi) untuk
dapat melindungi
ratio sedikitnya 1:1.
kawasan hutan pada
kawasan hutan
provinsi yang luas
bagi upaya mitigasi
kawasan hutannya >
perubahan iklim
30 persen dari luas
- pembayaran PNPB
daerah aliran sungai
tidak secara langsung
(DAS), pulau, dan
disalurkan bagi
atau provinsi
perlindungan lingkungan
Semua UU
Penanaman Pembebasankeringanan
Pionir, menjaga
- (berpotensi) efektif
Modal
bea masuk impor barang
kelestarian
- insentif fi skal yang
modalmesinperalatan
lingkungan hidup
ditawarkan mendorong
(belum diproduksi di DN)
industri untuk
dan bahan bakubahan
menurunkan emisi
penolong
CO 2 , antara lain melalui
Pembebasan
penggunaan gas buang
penangguhan PPN
biofuel, melakukan
impor barang modal
kegiatanproses produksi
mesinperalatan (belum
yang hemat energi, dan
diproduksi di DN)
menyediakan alat yang
Penyusutan amortisasi
hemat energi.
yang dipercepat
- Agar efektif
Keringanan PBB
membutuhkan peraturan pelaksana tambahan
PP 452008 Pedoman
Pengurangankeringanan Berwawasan
untuk memperoleh
(bds. UU
Pemberian
pembebasan pajak daerah lingkungan dan
insentif fi skal yang
Insentif dan dan atau retribusi daerah; berkelanjutan (atau
ditawarkan (selain
Kemudahan
syarat lainnya tidak
Penanaman
berkaitan dengan
biaya masuk) sekaligus memastikan tidak
Modal di
lingkungan)
adanya peraturan yang
Daerah
tumpang tindih satu
Pemberian dana stimulan;
sama lainnya.
Pemberian bantuan modal
PP 162012 Rencana
Pajak penghasilan:
Penanaman modal
(bds. UU
Umum
pengurangan penghasilan yang mendorong
Penanaman neto terhadap jumlah
upaya pelestarian
Modal
penanaman modal
lingkungan hidup termasuk
Bersambung ke halaman 88
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015
Sambungan dari halaman 87
Pembebasankeringanan
pencegahan
bea masuk impor barang
belum diproduksi di DN
bea masuk bahan baku
serta mendorong
bahan penolong
perdagangan
Pembebasanpenang-
karbon (carbon trade)
guhan PPN impor barang modalmesinperalatan belum diproduksi di DN Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat Keringanan PBB
PMK
Pembebasan Pembebasan bea masuk
- Mesin belum
Bea Masuk
impor mesin selama empat
diproduksi di DN
(mengubah Atas Impor
tahun.
sudah diproduksi
PMK
Mesin Serta (Dapat diperpanjang
namun belum
Barang dan
maksimal dua tahun jika
memenuhi
Bahan Untuk tambah kapasitas ≥30
spesifi kasi
Pemba-
persen kapasitas terpasang
jumlahnya belum
ngunan
atau sesuai surat
mencukupi
Pengem-
penanaman modal.)
mesin produksi
Dalam
DN ≥ 30 persen
Rangka
dari total nilai
Sumber: Data diolah
Pada industri baja, terdapat satu peraturan
ton hingga tahun 2020 diestimasi dibutuhkan
yang mengatur tentang insentif fiskal pada
investasi sebesar Rp196.878.243.000,00. Sebagai
tahap ini, yaitu PP 522011. Meskipun tidak
contoh, investasi tersebut dapat digunakan
secara spesifik mengatur perlindungan untuk membeli peralatan agar panas gas terhadap lingkungan, namun insentif fiskal
buang dapat dimanfaatkan untuk billet pre-heat
yang ditawarkan dalam peraturan ini berupa
maupun pemasangan peralatan meter energi.
fasilitas PPh untuk penanaman modal, dapat
Selain itu, penyusunan PP 522011 itu
dimanfaatkan oleh perusahaan pada industri baja
pun searah dengan kebij akan pengembangan
melalui pengalihan alokasi dana yang semula
industri baja sesuai dengan keunggulan daerah
digunakan untuk membayar PPh dapat dialihkan
PM Perindustrian 122012 tentang Peta Panduan
untuk mengganti bahan bakubahan penolong
(road map) Pengurangan Emisi CO 2 Industri
non-energi, barang modal, mesin, atau peralatan
Semen menyebutkan bahwa strategi kebij akan
agar dapat berproduksi secara lebih efisien
menurunkan emisi CO 2 di industri semen antara
dengan menggunakan teknologi terkini.
lain melalui mekanisme insentif fiskal bagi
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan
kegiatanalat untuk menurunkan emisi CO 2
oleh Kementerian Perindustrian RI (2012)
serta dukungan kebij akan pemberian insentif
diketahui bahwa dalam rangka melakukan
fi skal bagi yang menerapkan pemanfaatan gas
total potensi penghematan energi pada industri
buang sebagai sumber energi (heat recovery).
baja sebesar 6.132.172,10 GJ dan penurunan
Dipaparkan sebelumnya dalam peraturan
total potensi emisi CO 2 sebesar 2.644.103,40
tersebut, potensi pengurangan emisi CO 2
Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal
untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp
di industri semen dapat dilakukan dengan
Biaya yang dikeluarkan untuk rehabilitasi
penggunaan energi alternatif, penggunaan DAS akan langsung bermanfaat terhadap bahan bakar alternatif, efi siensi energi, dan perlindungan lingkungan. Pembayaran PNBP penerapan teknologi penangkapan atau akan mendorong pengusaha beroperasi secara penyimpanan karbon (Carbon Capture Storage lebih efisien dengan upaya meminimalisasi (CCS)). Pemanfaatan bahan bakar alternatif biaya penggunaan input kayu dari luas hutan dan gas buang (heat recovery) dapat dilakukan
tertentu. Insentif fiskal pembayaran PNBP
dengan ketersediaan alat yang mendukung.
dengan alasan tersebut dapat dinilai berpotensi
Sebagai gambaran, Kementerian efektif dalam mendukung upaya perlindungan Perindustrian RI (2012) telah melakukan kajian
lingkungan dan mitigasi perubahan iklim.
dan mengestimasi dampak penggantian alat Namun agar lebih efektif dampaknya terhadap modifi kasi peralatan bagi industri semen, yaitu
penurunan emisi CO 2 , perlu dipastikan
dengan investasi (kumulatif) sebesar 436,6 juta
agar dana PNPB disalurkan untuk kegiatan
Euro dapat diturunkan emisi kualitatif per tahun
rehabilitasi lingkungan, karena kewajiban
sebesar 14,093 CO 2 ekuivalen (berdasarkan rehabilitasi untuk pengusaha hanyalah sebatas
kondisi pada tahun 2010). Investasi tersebut pada wilayah DAS. antara lain dapat digunakan untuk mengganti
Kewajiban rehabilitasi dibuat agar tidak
peralatan sehingga dapat memanfaatkan gas terbatas pada daerah DAS. Dengan demikian buang (heat recovery) dalam proses pembuatan
perlu dibuat mekanisme evaluasi pada awal
klinker dalam rotary kiln. Maka insentif fi skal dan akhir masa penggunaan izin pinjam pakai yang disediakan tersebut diharapkan dapat kawasan hutan terhadap kerusakan hutan yang secara efektif mendorong pengurangan emisi diakibatkan dan kewajiban rehabilitasi yang
CO 2 di industri semen.
harus dilakukan. Selain itu, bagi industri pulp,
Di dalam PP 242010 tentang salah satu sumber alternatif bahan baku lainnya penggunaan kawasan hutan diharapkan dapat diperoleh dari kertas bekas (daur ulang). dapat mempengaruhi keputusan produksi Bagi industri pulp dunia, hal ini sudah menjadi perusahaan pada industri pulp. Diketahui, alternatif utama, karena selain lebih ramah salah satu sumber bahan baku industri lingkungan juga berbiaya rendah (Lembaga pulp adalah virgin fi ber berbasis kayu segar Manajemen FEUI, 2011). yang diambil dari hutan. Kayu merupakan
Namun berdasarkan hasil Focus Group
sumber daya alam yang terbarukan (Lembaga
Discussion (FGD) dengan melibatkan asosiasi
Manajemen FEUI, 2011). Namun hanya pulp dan kertas Indonesia diketahui bahwa dengan pemanfaatan kayu yang diolah secara
biaya rendah yang lazim diharapkan di negara
ramah lingkungan dan berkelanjutanlah yang
lain tidak dapat dicapai di Indonesia. Diperoleh
dapat turut mendukung upaya pelestarian informasi bahwa bea masuk impor biaya masuk alam dan mitigasi perubahan iklim. Dengan kertas di Indonesia sangat tinggi sehingga adanya PP 242010 diharapkan industri pulp
pengusaha tetap memilih memperoleh input
dapat memanfaatkan hutan dengan tetap bahan baku dari virgin fi ber. Bea masuk impor memperhatikan daya dukung lingkungan. Bagi
tinggi karena dibutuhkan waktu dan upaya
perusahaan yang memperoleh izin penggunaan
oleh pihak bea cukai untuk memastikan produk
kawasan hutan harus membayar Penerimaan yang diimpor adalah produk yang aman. Negara Bukan Pajak (PNBP) Penggunaan
Hal ini menjadi salah satu contoh masih
Kawasan Hutan ditambah wajib rehabilitasi terdapatnya peraturan yang tumpang tindih, Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan rasio yaitu adanya peraturan yang menghambat sedikitnya 1:1.
efektivitas peraturan yang telah dibuat
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015
dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
pemanfaatan insentif yang ada, yaitu PMK
Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas
762012 yang mengatur tentang Pembebasan
Indonesia menyebutkan bahwa di luar negeri,
Bea Masuk Atas Impor Mesin Serta Barang dan
pemeriksaan terhadap limbah kertas dapat
Bahan Untuk PembangunanPengembangan
dilakukan dengan menggunakan suatu alat
Industri dalam Rangka Penanaman Modal,
tanpa membongkar isi kemasan secara fi sik
yaitu berupa pengaturan insentif pembebasan
yang memakan waktu dan biaya. Meskipun
bea masuk impor mesin selama empat tahun, di
alat tersebut membutuhkan biaya namun
mana dapat diperpanjang maksimum hingga
manfaatnya dapat digunakan secara optimal
dua tahun jika tambah kapasitas ≥ 30 persen
bagi perkembangan industri pulp yang ramah
dari kapasitas terpasang atau sesuai surat
lingkungan.
penanaman modal.
Adanya peraturan yang saling bertentang-
Seluruh insentif fiskal yang telah an dampaknya terhadap pengurangan emisi CO 2 ditawarkan tersebut sangat berpotensi efektif
(tumpang tindih) juga terdapat pada masalah
dalam mendukung upaya mitigasi perubahan
non-energi pada industri semen. Diketahui
iklim, karena seperti yang telah disebutkan
bahwa secara teknis, rasio klinker yang lebih
sebelumnya, pada dasarnya untuk melakukan
rendahakan menurunkan emisi CO 2 . Bahan efi siensi energi sekaligus pengurangan emisi
pencampur yang dapat menggantikan klinker
CO 2 dapat dilakukan melalui prosedur:
ialah abu terbang (fly ash) dari pembangkit
a) Perubahan proses manufaktur dan produksi
listrik tenaga uap. Namun terdapat hambatan
(termasuk pergantian alat produksi agar
bagi penggunaan bahan pengganti klinker
dapat menggunakan energi secara lebih
karena terdapat peraturan lingkungan PMNLH
efi sien).
No. 18 Tahun 2009 yang menggolongkan abu
b) Menyesuaikan komposisi kimia yang
terbang sebagai limbah Bahan Berbahaya
diperlukan
dan Beracun (B3), sehingga menghambat
c) Mengganti bahan bakar fosil dengan
rantai pemasokan input produksi yang dapat
biomass atau gas buang
menurunkan emisi CO 2.
Tentang peraturan lainnya pada Tabel
Sebagai gambaran terhadap efek
3.3 ialah terkait penanaman modal. Ketiga
penggantian alatmodifikasi peralatan
peraturan, yaitu UU 252007, PP 452008,
bagi industri pulp, berdasarkan hasil
dan PP 162012, menjelaskan penawaran
kajian Kementerian Perindustrian (2012)
berbagai insentif fiskal bagi input energi
diketahui bahwa guna mencapai total potensi
maupun input non-energi. Insentif fi skal yang
penghematan energi sebesar 51.254.695 GJ dan
ditawarkan yaitu pembebasankeringanan bea
penurunan total potensi emisi CO 2 sebesar
masuk impor barang modalmesinperalatan
3.155.386 ton CO 2 hingga tahun 2020, diestimasi
yang belum diproduksi di dalam negeri dan
kebutuhan biaya investasi yang diperlukan
bahan bakubahan penolong, pembebasan ialah sebesar Rp540.587.867.000,00. Sebagai penangguhan PPN impor barang modal contoh, investasi tersebut diperlukan untuk mesin peralatan, penyusutanamortisasi yang
penggantian mesin diesel modern agar dapat
dipercepat, keringanan PBB, pengurangan
menggunakan bahan bakar biofuel sintesis dari
keringananpembebasan pajak daerah dan atau
proses gasifi kasi spent liquor.
retribusi daerah, pemberian dana stimulan, dan
Sementara itu, hasil estimasi kebutuhan
pemberian bantuan modal.
investasi untuk penurunan emisi kualitatif per
Namun hanya satu peraturan pelaksana
tahun dan potensi penghematan energi tertentu
ya n g t e l a h d i b u a t u n t u k m e n d u k u n g pada industri baja dan semen ialah sebagaimana
Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal
untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp
yang telah disampaikan sebelumnya. Akhirnya
bagi industri pulp. Dari peraturan yang ada,
karena peraturan pelaksana masih terbatas, hanya dua peraturan yang menyinggung secara insentif-insentif fiskal untuk penggantian spesifik tentang upaya mitigasi perubahan alat modifi kasi peralatan ataupun input non- iklim. Secara umum terdapat empat peraturan energi lainnya tersebut belum secara optimal terkait perlindungan lingkungan yang berlaku mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.
bagi seluruh industri perihal operasi usaha, yaitu UUperaturan yang mengatur tentang
Proses Industri
perlindungan lingkungan hidup, manajemen
Berdasarkan identifi kasi yang dilakukan
energi, dan aturan tentang pajak ditanggung
terhadap undang-undang dan peraturan yang
pemerintah. Deskripsi atas peraturan-peraturan
ada, saat ini hanya terdapat satu peraturan tersebut disajikan pada Tabel 4. yang secara spesifi k mengatur pelaksanaan
B e r d a s a r k a n Pe r a t u r a n M e n t e r i
usaha (operasi) bagi industri tertentu, yaitu Perindustrian No. 1212009, industri pulp yang
Tabel 4. Instrumen Fiskal Mitigasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Lingkungan-Tahap Operasi
Insentif Fiskal
Syarat
Analisis Efektivitas
Pulp PM
Peta Panduan
Pemberian insentif,
Perusahaan
- (berpotensi efektif) agar
Perindustrian (road map)
berupa: kredit lunak,
HPHTI
industri kertas melakukan
No. 1212009 Pengembangan keringanan pajak, dll
melakukan
upaya percepatan
Klaster Industri
percepatan
penanaman mendukung
Kertas
penanaman
mitigasi perubahan iklim
Semua PP 282008
Kebij akan
Insentif Fiskal
Menjaga
- berperan sebagai aturan
Industri
kelestarian
dasar tentang adanya
Nasional
lingkungan
pemberian insentif fi skal
hidup
demi menjaga kelestarian lingkungan hidup
- membutuhkan peraturan pelaksana tambahan untuk merinci jenis dan prosedur memperoleh insentif fi skal yang ditawarkan dan konsistensi peraturan yang telah ada
- berperan sebagai aturan
dan
yaitu pajak, retribusi,
kan fungsi
dasar tentang adanya
Pengelolaan
dan subsidi lingkungan lingkungan
pemberian insentif fi skal
demi menjaga kelestarian
Hidup
lingkungan hidup, di mana Pemerintah (nasionaldaerah) wajib menyusun Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH), meliputi pelestarian fungsi atmosfer, termasuk upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, a.l dengan menerapkan instrumen ekonomi
Bersambung ke halaman 92
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 1, Juli 2015
Sambungan dari halaman 91
denda ≤
Tidak
- berproduksi dalam
Rp1.000.000.000,00
melaksanakan
batas baku emisi yang
paksaan
ditetapkan sangat efektif
pemerintah
menjaga secara agregat
(melampaui
tercapainya upaya mitigasi
baku mutu
perubahan iklim
lingkungan
- pemerintah pusat dan
hidup: air,
daerah perlu menyiapkan
limbah, udara,
aturan pelaksana agar
emisi, dll)
insentif dan disinsentif tersebut dapat diterapkan bagi pihak industri.
UU 112011
APBN Tahun
Pajak ditanggung
Berwawasan
Peraturan ini tidak efektif
pemerintah (DTP) atas: lingkungan dan dalam mendukung upaya Adaptasi dan Mitigasi berkelanjutan
mitigasi perubahan iklim.
Perubahan Iklim
(atau syarat
Penghapusan anggaran
sebesar Rp0,00 (nihil),
lainnya tidak
ini menyebabkan insentif
sebelumnya:
berkaitan
fi skal yang ada pada aturan
(sebelumnya:
dengan
sebelumnya mengenai pajak
- UU 22010 untuk
lingkungan)
ditanggung pemerintah
Tahun 2010:
tidak dapat dilaksanakan
Rp900.000.000.000,00
- UU 102010 untuk Tahun 2011: Rp500.000.000.000,00
Sumber: Data diolah mendapat hak pengelolaan Hutan Tanaman
kurang dari Rp1.000.000.000,00 bagi yang
Industri (HTI) dapat memperoleh insentif
tidak melaksanakan paksaan pemerintah
berupa kredit lunak dan keringanan pajak jika
(melampaui baku mutu lingkungan hidup: air,
melakukan percepatan penanaman. Insentif
limbah, udara, emisi, dll).
ini jelas dapat mendukung upaya mitigasi
Namun penjelasan spesifik mengenai
perubahan ilkim dan konsisten dengan PP
insentif audit energi dan disinsentif denda
242010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.
yang dikenakan belum diberikan, sehingga
Namun, kedua peraturan tersebut belum
pemanfaatan oleh pihak industri belum
memberikan penjelasan atas prosedur pemberian
dapat dilakukan. Hal tersebut mungkin
insentif sehingga belum dapat dimanfaatkan
dikarenakan UU tersebut berperan sebagai
secara optimal oleh pihak swasta.
aturan dasar tentang adanya pemberian insentif
Di dalam PP 282008 tentang Kebij akan
fi skal demi menjaga kelestarian lingkungan
Industri Nasional telah menyebutkan pemberian
hidup, di mana Pemerintah (nasionaldaerah)
insentif fiskal bagi industri yang menjaga
wajib menyusun Rencana Perlindungan dan
kelestarian lingkungan hidup. Namun aturan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH),
tersebut belum secara spesifi k mendeskripsikan
meliputi pelestarian fungsi atmosfer, termasuk
jenis insentif fi skal apa saja yang ditawarkan
upaya mitigasi dan adaptasi perubahan
bagi industri. Demikian juga dengan UU
iklim, yaitu antara lain dengan menerapkan
322009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
instrumen ekonomi yang sesuai.
Lingkungan Hidup yang menawarkan insentif
Khususnya terkait disinsentif denda,
(disinsentif) yaitu pajak, retribusi, dan subsidi
sesungguhnya disinsentif ini berpotensi efektif
lingkungan hidup bagi pihak yang melestarikan
demi menjaga produksi secara agregat berada
fungsi lingkungan hidup, serta denda sebesar
dalam dalam batas baku emisi yang ditetapkan.
Joko Tri Haryanto, Berly Martawardaya, Kodifi kasi dan Efektivitas Kebij akan Fiskal
untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Semen, Baja dan Pulp
Dengan demikian, pemerintah pusat dan Emisi CO 2 Industri Semen menyebutkan
daerah perlu menyiapkan aturan pelaksana bahwa strategi kebij akan menurunkan emisi
agar insentif dan disinsentif tersebut dapat CO 2 pada industri semen antara lain melalui
diterapkan bagi pihak industri. UU 112011 mekanisme insentif fi skal bagi kegiatanalat tentang APBN Tahun 2012 menyebutkan pajak
untuk menurunkan emisi CO 2 dan dukungan
ditanggung pemerintah (DTP) atas komponen
kebijakan pemberian insentif fiskal bagi
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim industri yang menerapkan pemanfaatan gas diturunkan dari tahun sebelumnya menjadi buang sebagai sumber energi (heat recovery). Rp0,00 (nihil) karena dianggap merupakan Diketahui bahwa potensi pengurangan emisi sangat tidak efektif dalam mendukung upaya
CO 2 di industri semen dapat dilakukan dengan
mitigasi perubahan iklim. Penghapusan penggunaan energi alternatif, penggunaan anggaran ini menyebabkan insentif fiskal bahan bakar alternatif, efi siensi energi, dan yang telah ditawarkan pada aturan-aturan penerapan teknologi penangkapan atau lainnya mengenai perlindungan lingkungan penyimpanan karbon (Carbon Capture Storage dan mitigasi perubahan iklim, khususnya (CCS). mengenai penawaran insentif mengenai
Dari antara kegiatan tersebut, terkait
pajak ditanggung pemerintah tidak dapat limbah, pabrik semen dapat menggunakan dilaksanakan (contohnya pada UU 322009).
limbah industri dan limbah domestik (sampah
Sebagai akibatnya, target penurunan tersortir) sebagai bahan bakar alternatif, emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 26 persen termasuk limbah kayu dan limbah tembakau. (dengan upaya dalam negeri), atau lebih spesifi k Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar yaitu penurunan emisi dari bidang industri tersebut dapat mendukung perlindungan
sebesar satu juta T CO 2 (26 persen) sampai tahun
lingkungan. Selain itu, khususnya melalui
2020 sesuai Perpres 612011, kian sulit dapat pelaksanaan teknologi CCS, pabrik semen dapat tercapai. Rendahnya penyerapan anggaran menyerap limbah karbon yang dihasilkan dalam untuk komponen DTP bagi adaptasi dan mitigasi
proses produksi, atau dengan ketersediaan
perubahan iklim pada suatu periode hendaknya
alat yang mendukung, pabrik semen dapat
direspons dengan mengupayakan berbagai menggunakan gas buang, misalnya dalam langkah-langkah peningkatan penyerapan oleh proses pembuatan klinker dalam rotary kiln. industri, dan bukan dengan penghapusan mata
Sementara itu, PP 282008 tentang
anggaran terkait.
Kebijakan Industri Nasional hanya menyebutkan pemberian insentif fi skal bagi
Manajemen LimbahGasZat Buang (Waste
pihak yang menjaga kelestarian lingkungan
Management)
hidup, meskipun berarti termasuk di dalamnya
Berdasarkan identifi kasi yang dilakukan
pengolahan limbah. Namun untuk kedua
terhadap undang-undang dan peraturan yang
peraturan tersebut masih diperlukan peraturan
ada, saat ini hanya terdapat satu peraturan yang
pelaksana yang merinci jenis dan prosedur
secara spesifi k mengatur manajemen limbah untuk memperoleh insentif fiskal yang bagi industri tertentu, yaitu bagi industri ditawarkan, khususnya terkait pengolahan semen. Serta terdapat satu peraturan terkait atau pemanfaatan limbah. manajemen limbah yang mengatur semua
Demikianlah berbagai insentif fi skal yang
industri. Deskripsi atas peraturan-peraturan telah ditawarkan pada berbagai peraturan tersebut disajikan pada Tabel 5.
yang ada yang dikategorisasi berdasarkan
Di dalam PM Perindustrian 122012 tahapan usaha yaitu memulai usaha (starting tentang Peta Panduan (road map) Pengurangan