PERAN SATPOL PP DALAM PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN, PENGAWASAN, PENERTIBAN, DAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL (STUDI DI KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS) -

PERAN SATPOL PP DALAM PELAKSANAAN PERATURAN
DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG
PENGENDALIAN, PENGAWASAN, PENERTIBAN, DAN
PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL (STUDI DI
KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS)

SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 untuk
Mencapai Gelar Sarjana

oleh
Teguh Satyo Pambudi
3312412012

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

ii


iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Knowledge Speak, but wisdom listen”
(Jimmi Hendrix)
“Kegilaan adalah melakukan hal yang sama secara terus menerus dan
mengharapkan hasil yang berbeda”
(Albert Einstein)
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT, saya persembahkan karya ini
teruntuk:
1. Ayahanda Samsudin dan Ibunda Sutini
serta Eyang Dawi sebagai motivasi
perjuangan hidup termasuk juga

berjuang untuk menuntut ilmu, yang
selalu menyayangiku, dan selalu
memanjatkan
doanya
untuk
kesuksesanku
2. Adik kesayangan, Ramadhana Satria
dan Ramadhanu Satria yang selalu
menjadi motivasi lebih dalam menuntut
ilmu
3. Saudara – saudara dan keluarga besar
Eyang Dawinah
4. Teman – teman Wijil Sulistiono, Sandy
Agung, Untung LJ, Didi Bastian,
Pambayu Galih, Dwi Sepri, Rio Puja,
Ikhtiar Gayuh, Aryo Anom, Dian OA,
Alfi, Eli, Yesika, Neni, Dika,
Maradhika F, David Song, Aldila
Gondes, Arif Gendon, Ali Duslam,
Yusriyyah BM, Dika WB, Romadhoni

S, Catur Teguh, Kholis AR, Kos Al
fatehah, Kos Hatrick, Gama Satria,
AFTERNINE Band, Music House, yang

vi

telah menjadi sahabat, kakak, dan
motivator dikala saya menjalani masa
studi ini yang selalu memberi semangat,
nasehat, dan canda tawa
5. Teman–teman
ILMU
POLITIK
Angkatan 2012 yang sama-sama
berjuang menyelesaikan studi ini
6. Almamaterku

vii

SARI

Teguh Satyo Pambudi, 2016. Peran Satpol PP Dalam Pelaksanaan Peraturan
Daerah Nomor 15 Tahun 2014 di Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas
Skripsi, Jurusan Politik dan Kewarganegaraan. Fakultas ilmu Sosisal. Universitas
Negeri Semarang. Drs. Ngabiyanto, M.Si, dan Drs. Sunarto, S.H.,M.Si.
Kata kunci : Satuan Polisi Pamong Praja, Perda Nomor 15 Tahun 2014
Kabupaten Banyumas
Minuman beralkohol adalah satu dari sekian banyak faktor yang dapat
memicu terjadinya perilaku negatif. Perilaku negatif muncul akibat konsumsi
minuman beralkohol yang berlebihan sehingga menyebabkan hilangnya kontrol
diri atau disebut mabuk dan pada akhirnya dapat meimbulkan tindakan-tindakan
pelanggaran yang dapat meresahkan masyarakat. Satpol PP sebagai aparat yang
diberi wewenang untuk menegakkan Perda tentang minuman beralkohol
diharapkan mampu untuk menanggulangi efek negatif permasalahan minuman
beralkohol.
Permasalahan pada penelitian ini adalah 1) Bagaimana peran Satpol PP dalam
pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014 tentang pengendalian,
pengawasan dan penertiban peredaran minuman beralkohol di Kecamatan
Wangon Kabupaten Banyumas, 2) Bagaimana penegakan hukum Peraturan
Daerah Nomor 15 Tahun 2014 tentang pengendalian, pengawasan dan penertiban
peredaran minuman beralkohol yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja, 3)

Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat dan solusi dalam penegakan
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014 tentang pengendalian, pengawasan dan
penertiban peredaran minuman beralkohol di Kecamatan Wangon Kabupaten
Banyumas
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data penelitian ini
adalah Satpol PP, pemilik/penjual minuman beralkohol, dan masyarakat umum.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah
analisis interaktif fungsional yang terdiri dari empat kegiatan adalah 1)
pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Peran Satpol PP dalam pelaksanaan
Perda Nomor 15 Tahun 2014 Kabupaten Banyumas adalah pengendalian,
pengawasan, penertiban, serta penyebaran produk hukum atau sosialisasi Perda,
kegiatan tersebut telah dilaksanakan dengan cukup baik, yakni dengan adanya: (1)
operasi dalwastib yaitu operasi pengendalian, pengawasan dan penertiban dengan
melakukan patroli di objek-objek yang dianggap vital, (2) sosialisasi Perda yaitu
sosialisasi yang melibatkan dinas-dinas terkait diseluruh wilayah Kabupaten
Banyumas 2) kegiatan penegakan hukum yang dilakukan Satpol PP telah sesuai
dengan undang-undang yang berlaku yaitu Satpol PP berperan sebagai tempat
pengaduan masyarakat, sebagai penyelidik serta penyidik kasus, sebagai petugas

yang melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, serta

viii

sebagai pihak yang berhak melakukan pelimpahan kasus hukum kepada kejaksaan
3) kendala yang dialami Satpol PP dalam upaya penegakan Perda Nomor 15
Tahun 2014 berasal dari; (1) Kendala internal berupa; kurangnya personil dan
sarana prasarana yang belum maksimal dalam mendukung kegiatan Satpol PP dan
(2) kendala eksternal berupa; banyaknya pelanggar yang tetap melakukan
pelanggaran walaupun sebelumnya telah dilakukan pemberian sanksi berupa
penutupan atau lainnya serta telah dilakukan pembinaan.
Melalui penelitian ini disarankan: 1) Dilakukan pengagendaan khusus
mengenai sosialisasi Perda sebagai kegiatan rutin yang dilaksanakan Satpol PP 2)
Perlunya penambahan jumlah personil terutama yang berada dan ditempatkan di
tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Banyumas, serta pengadaan sarana prasarana
untuk mendukung kinerja Satpol PP.

ix

PRAKATA

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul: “Peran Satuan Polisi PP Dalam Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pengendalian, Pengawasan, dan
Penertiban Peredaran Minuman Beralkohol (Studi di Kecamatan Wangon
Kabupaten Banyumas”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Studi Strata Satu (S1) pada Jurusan Politik dan Kewarganegaraan di Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

2.

Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang


3.

Drs. Slamet Sumarto, M.Pd., Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan

4.

Drs. Ngabiyanto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, nasehat, wejangan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini

5.

Drs. Sunarto, S.H., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, nasehat, wejangan dan masukan dalam penyusunan
skripsi ini

x

6.


Dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan yang telah memberi ilmu,
pengetahuan, dan wawasan sebagai bekal yang bermanfaat di masa depan

7.

Satpol PP Kabupaten Banyumas yang telah memberikan informasi dan
kelancaran dalam penelitian ini

8.

Warga masyarakat yang telah memberikan informasi dalam penelitian ini

9.

Ayahanda Samsudin dan Ibunda Sutini serta Eyang Dawi sebagai motivasi
perjuangan hidup termasuk juga berjuang untuk menuntut ilmu, yang selalu
menyayangiku, dan selalu memanjatkan doanya untuk kesuksesanku

10. Adik kesayangan, Ramadhana Satria dan Ramadhanu Satria yang selalu
menjadi motivasi lebih dalam menuntut ilmu

11. Saudara-saudara dan keluarga besar Eyang Dawi
12. Teman-teman Wijil Sulistiono, Sandy Agung Nugroho, Untung Laksono
Jadhi, Didi Bastian, Pambayu Galih Saputra, Dwi Sepri Muanang, Rio Puja
Laksono, Ikhtiar Gayuh Hutomo, Aryo Anom Al Juri, Dian Oktavian
Anggraeni, Alfi, Eli Priyanti, Yesika, Neni, Dika, Maradhika Fauzi, David
Song, Aldila Gondes, Arif Gendon, Ali Duslam, Yusriyyah Baidha Muadzah,
Dika Wishu Binanto, Romadhoni Satria, Catur Teguh, Kholis Ali R, Bapak
Arba’i, Ibu Misbah, Kos Hatrick, Kos Al fatehah, Gama Satria, AFTERNINE
Band, Music House, yang telah menjadi sahabat, kakak, dan motivator dikala
saya menjalani masa studi ini yang selalu memberi semangat, nasehat, dan
canda tawa
13. Teman-teman ILMU POLITIK Angkatan 2012 yang bersama-sama berjuang
menyelesaikan studi ini

xi

14. Almamaterku

Semarang,


2016

Penyusun

xii

DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .......................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................
iii
PERNYATAAN .........................................................................................
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ...............................................................
v
SARI ...........................................................................................................
vii
PRAKATA ..................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ........................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ..................................................................
5
1.3
Tujuan Penelitian ...................................................................
5
1.4
Manfaat Penelitian .. ...............................................................
6
1.5
Batasan Istilah ........................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
2.1
Deskripsi Teoritis ...................................................................
8
2.1.1 Satuan Polisi Pamong Praja ...................................................
8
2.1.2 Sejarah Polisi Pamong Praja ..................................................
9
2.1.3 Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja .....................
10
2.1.4 Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014 ..............................
12
2.1.5 Hukum ...................................................................................
14
2.1.5.1 Hukum Pidana .......................................................................
14
2.1.5.2 Penegakan Hukum ................................................................
15
2.1.5.3 Prosedur Penegakan Hukum .................................................
16
2.1.6 Penegakan Hukum Peraturan Daerah ....................................
18
2.1.7 Minuman Beralkohol dan Dampak yang Ditimbulkan ...........
20
2.2
Kerangka Berpikir .................................................................
22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian ............................................................
23
3.2
Lokasi Penelitian ..................................................................
23
3.3
Sumber Data Penelitian .........................................................
24
3.4
Fokus Penelitian ...................................................................
25
3.5
Metode Pengumpulan Data ...................................................
25
3.6
Uji Validitas Data .................................................................
28
3.7
Metode Analisis Data ...........................................................
29

xiii

3.8
Prosedur Penelitian ...............................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................
4.2
Hasil Penelitian ......................................................................
4.2.1 Status Satpol PP dalam Penegakan Perda No.15 Th. 2014.....
4.2.2 Peran Satpol PP dalam Pelaksanaan Perda No.15 Th.2014 ..
4.2.2.1 Operasi Pengendalian, Pengawasan, dan Penertiban ............
4.2.2.2 Penyebarluasan Produk Hukum ...........................................
4.2.3 Penegakan Hukum Peraturan Daerah Nomor 15 Th. 2014 ..
4.2.4 Kendala yang Dialami Satpol PP...........................................
4.2.4.1 Kendala Internal.....................................................................
4.2.4.2 Kendala Eksternal .................................................................
4.3
Pembahasan ..........................................................................
4.3.1 Tindakan Preventif Satpol PP ................................................
4.3.2 Penindakan dan Penegakan yang Dilakukan Satpol PP .......
4.3.3 Tindakan Represif .................................................................
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan ...........................................................................
5.2
Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN

30
32
36
36
37
39
41
43
50
51
54
55
57
58
61
65
66
68

xiv

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

4.1

Kegiatan Pengendalian, Pengawasan dan Penertiban Satpol PP .......

41

4.2

Pemilik atau Penanggungjawab Tempat Usaha .................................

44

4.3

Peran, Program, Pelaksanaan Kegiatan Satpol PP Kab. Banyumas ..

47

xv

DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1
3.1
4.1
4.2
4.3

Halaman

Kerangka Berpikir ............................................................................
Analisis Data (Miles dan Hubberman) .............................................
Bagan Struktur Organisasi Satpol PP Kabupaten Banyumas ...........
Bagan Struktur Organisasi Kecamatan Wangon ...............................
Ruko Penjual Minuman Beralkohol....................................................

20
28
32
33
60

xvi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang
Lampiran 2. Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4. Surat Pernyataan Narasumber
Lampiran 5. Rangkuman Wawancara
Lampiran 6.Tabel Display Hasil Penelitian
Lampiran 7. Tabel Hasil Observasi
Lampiran 8. Berita Acara Hasil Operasi Satpol PP Kabupaten Banyumas

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Minuman mengandung etinol alkohol atau yang sering disebut sebagai
minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung bahan psikoaktif yang
memiliki efek-efek tertentu apabila diminum atau masuk ke dalam tubuh.
Minuman beralkohol telah populer di berbagai belahan dunia sejak jaman para
nabi. Disebutkan bahwa minuman beralkohol (Khamr) adalah minuman yang
memabukkan yang banyak diminum oleh orang – orang pada jaman jahiliyah
(jaman kebodohan). Tidak kalah dengan hal tersebut minuman beralkohol
berkembang pesat di zaman modern. Dunia modern mengenal berbagai macam
minuman beralkohol baik yang berasal dari olahan tradisional maupun yang
berasal dari olahan pabrik modern. Namun terlepas dari berbagai aspek mengenai
minuman beralkohol, masyarakat dunia mulai menyadari akan efek negatif yang
dapat ditimbulkan akibat meminum minuman yang mengandung etinol ini.
Minuman beralkohol adalah satu dari sekian banyak faktor yang dapat
memicu terjadinya perilaku negatif. Perilaku negatif muncul akibat konsumsi
minuman beralkohol yang berlebihan sehingga menyebabkan hilangnya kontrol
diri atau disebut mabuk dan pada akhirnya dapat meimbulkan tindakan-tindakan
pelanggaran yang dapat meresahkan masyarakat. Di Indonesia minuman
beralkohol diawasi peredarannya oleh negara, terutama minuman impor, yaitu
jenis minuman beralkohol seperti, anggur, bir brendi, tuak, vodka, wiski dan lainlain. Sering dijumpai pemberitaan, baik di media cetak maupun media elektronik

1

2

mengenai dampak negatif dari mengkonsumsi minuman keras ditambah lagi
dengan munculnya minuman keras oplosan yang banyak dijumpai di kios-kios
pinggir jalan.
Banyak orang yang mengkonsumsi minuman keras kemudian harus berurusan
dengan pihak kepolisian oleh karena tidak terkendalinya manusia ketika mereka
telah mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan. Masyarakat awam pun
pasti tahu bahwa ketika mengkonsumsi minuman beralkohol tanpa batas, maka
manusia menjadi tak terkendali dan senantiasa berbuat semaunya saja, banyak
kasus-kasus hukum yang terjadi akibat dari minuman keras.
Persoalan ini semakin meluas ketika dampak negatif tersebut tak hanya
merugikan sang pelaku, tapi juga merugikan banyak orang. Contoh kasus adalah
pada pengendara yang mabuk, konsentrasi adalah hal mutlak yang harus
diperhatikan saat berkendara. Konsentrasi yang buruk apalagi disebabkan oleh
suatu keadaan dalam hal ini mabuk dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi pada pengendara yang mabuk dan juga pengendara lain
disekitarnya.

Yang

mengherankan

adalah

masih

banyak

orang

yang

memperjuangkan minuman keras agar bebas diproduksi, diperjualbelikan,
didistribusikan dan dikonsumsi oleh siapa saja asalkan mampu membelinya atau
bahkan mendapatkannya secara cuma-cuma, padahal ada begitu banyak efek
negatif dari minuman keras yang secara sadar diketahui oleh hampir semua orang.
Penyebab utamanya tidak lain adalah karena uang.
Bisnis minuman keras adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Minuman
keras dapat membuat orang menjadi kecanduan sehingga harus terus menerus

3

mengkonsumsi minuman keras secara rutin agar tidak merasa sakit secara fisik
maupun mental. Mirip seperti rokok dan narkoba, semakin banyak yang menjadi
konsumen, maka produsen miras beserta kroni-kroninya akan mendulang
keuntungan yang sangat besar dari bisnis tersebut.
Pemerintah melalui Peraturan Presiden No.74 Tahun 2013 yang mengatur
mengenai Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol mencoba untuk
mengatur kembali pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran,
dan penjualan minuman beralkohol sehingga dapat memberikan perlindungan
serta menjaga kesehatan, ketertiban dan ketentraman masyarakat dari dampak
buruk terhadap penyalahgunaan minuman beralkohol.
Merujuk dari Perpres No.74 Tahun 2013 tersebut,

Pemerintah Daerah

Kabupaten Banyumas melalui Peraturan Daerah No.15 Tahun 2014 mengeluarkan
peraturan mengenai Pengendalian, Pengawasan, dan Penertiban Peredaran
Minuman Beralkohol. Dalam Peraturan Daerah tersebut diatur mengenai
penggolongan dan jenis minuman beralkohol, peredaran dan produksi minuman
beralkohol,

penjualan,

perizinan

usaha

perdagangan,

retribusi

daerah,

pengendalian pengawasan dan penertiban peredaran minuman beralkohol,
pelaporan, pelarangan, sanksi administrasi, penyidikan, ketentuan pidana,
ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.
Dalam rangka menciptakan sistem pemerintahan yang baik atau good
governance, semua lini pemerintahan haruslah bergerak selaras termasuk dalam
hal ini adalah pemerintah daerah beserta seluruh aspek yang ada didalamnya.
Salah satu lembaga yang sangat berperan dalam mendukung terciptanya prinsip

4

pemerintahan yang baik di lingkungan Pemerintahan Daerah adalah Satuan Polisi
Pamong Praja.
Satuan Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret
1950 dengan moto Praja Wibawa, untuk mewadahi sebagian ketugasan
pemerintah daerah. Ketugasan ini sebenarnya telah dilaksanakan pemerintah sejak
zaman kolonial. Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah proklamasi
kemerdekaan dimana diawali dengan kondisi yang tidak stabil dan mengancam
NKRI, dibentuklah Detasemen Polisi sebagai Penjaga Keamanan Kapanewon di
Yogjakarta sesuai dengan Surat Perintah Jawatan Praja di Daerah Istimewa
Yogyakarta untuk menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat. Pada tanggal
10 November 1948, lembaga ini berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong
Praja. Dan selanjutnya berubah menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah
melewati beberapa perubahan.
Sebagai perangkat pemerintah daerah, kontribusi satuan Polisi Pamong Praja
sangat diperlukan guna mendukung suksesnya pelaksanaan Otonomi Daerah
dalam rangka penegakan peraturan daerah untuk menciptakan pemerintahan yang
baik. Dengan demikian aparat Polisi Pamong Praja merupakan garis depan dalam
hal menjamin kepastian pelaksanaan peraturan daerah dan upaya menegakkannya
ditengah-tengah masyarakat, sekaligus membantu dalam menindak segala bentuk
penyelewengan dan penegakan hukum dalam konteks daerah.
Melihat pentingnya peran satuan polisi pamong praja sebagai perangkat
pemerintah daerah, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai peran
nyata satuan polisi pamong praja di Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas

5

dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014 tentang
Pengendalian, Pengawasan, dan Penertiban Peredaran Minuman Beralkohol.
1.2 Rumusan Masalah
1.

Bagaimana peran Satpol PP dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 15
Tahun 2014 tentang Pengendalian, Pengawasan dan Penertiban Peredaran
Minuman Beralkohol di Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas?

2.

Bagaimana penegakan hukum Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014
tentang Pengendalian, Pengawasan dan Penertiban Peredaran Minuman
Beralkohol yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja?

3.

Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat dan solusi dalam penegakan
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014 di Kecamatan Wangon Kabupaten
Banyumas?

1.3 Tujuan Penelitian
1.

Mengetahui peran satpol PP dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 15
Tahun 2014 tentang Pengendalian, Pengawasan dan Penertiban Peredaran
Minuman Beralkohol di Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas.

2.

Mengetahui bagaimana penegakan hukum Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun
2014 tentang Pengendalian, Pengawasan dan Penertiban Peredaran Minuman
Beralkohol yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja.

3.

Mengetahui faktor penghambat dan juga solusi dalam pelaksanaan Peraturan
Daerah Nomor 15 Tahun 2014 Kabupaten Banyumas.

6

1.4 Manfaat Penelitian
1.

Bagi Peneliti
a.

Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini memberikan deskripsi tentang peranan Satuan
Polisi Pamong Praja dalam mengimplementasikan peraturan daerah tentang
Minuman Beralkohol Di Kecamatan Wangon.
b.

Manfaat Praktis

Penelitian bisa menjadi informasi mengenai peranan Satuan Polisi Pamong
Praja di Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas, terutama yang berkaitan
dengan persoalan minuman beralkohol.
2.

Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai peran satpol PP dalam penegakan peraturan daerah di Kecamatan
Wangon Kabupaten Banyumas.

1.5 Batasan Istilah
Ruang lingkup permasalahan perlu dipertegas agar penelitian lebih terarah,
maka istilah-istilah dalam judul penelitian ini perlu diberi batasan.
1.

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Satpol PP adalah perangkat daerah yang membantu tugas kepala daerah

dalam rangka menegakkan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat (pasal 148 ayat (1) UU No. 32 tahun 2004).

7

2.

Pelaksanaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelaksanaan adalah proses, cara,

perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya).
3.

Peraturan Daerah
Peraturan daerah (perda) dalam Pasal 1 angka 8 Undang-undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang pembentukan undang undang adalah Peraturan Undangundang yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.
4.

Minuman Beralkohol
Menurut Peraturan Presiden No.74 Tahun 2013 pada pasal 1 ayat 1 Minuman

Beralkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH)
yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan
cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi.
5.

Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas
Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas adalah salah satu Kecamatan di

wilayah Kabupaten Banyumas Jawa Tengah dan digunakan sebagai lokasi
dilaksanakannya penelitian ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Deskripsi Teoritis
2.1.1 Satuan Polisi Pamong Praja
Satuan Polisi Pamong Praja atau yang disingkat Satpol PP adalah “Perangkat
daerah yang membantu tugas kepala daerah dalam menegakkan Perda dan
penyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, yang dikepalai
oleh kepala daerah” (pasal 148 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah) kepala daerah dalam hal ini Bupati Kabupaten Banyumas.
Keberadaan Polisi Pamong Praja dalam jajaran pemerintahan daerah
mempunyai arti khusus yang cukup menonjol, karena tugas-tugasnya membantu
kepala daerah dalam pembinaan ketentraman dan ketertiban serta penegakan
peraturan daerah sehingga berdampak pada upaya peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Pada hakekatnya, seorang anggota Satpol PP adalah seorang polisi, yang oleh
karenanya dapat (dan bahkan harus) dibilangkan sebagai bagian dari aparat
penegak hukum. Dikatakan demikian, karena Satpol PP dibentuk untuk membantu
kepala daerah dalam menegakkan peraturan daerah (Perda). Sebagaimana
diketahui, Perda menurut Pasal 1 angka 8 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, “Peraturan daerah Kabupaten/Kota
adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota”.

8

9

2.1.2

Sejarah Polisi Pamong Praja

Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950 moto
Praja Wibawa, untuk mewadahi sebagian ketugasan pemerintah daerah.
Sebenarnya ketugasan ini telah dilaksanakan pemerintah sejak zaman kolonial.
Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah proklamasi kemerdekaan
dimana diawali dengan kondisi yang tidak stabil dan mengancam NKRI,
dibentuklah Detasemen Polisi sebagai Penjaga Keamanan Kapanewon di
Yogjakarta sesuai dengan Surat Perintah Jawatan Praja di Daerah Istimewa
Yogyakarta untuk menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat. Pada tanggal
10 November 1948, lembaga ini berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong
Praja.
Di Jawa dan Madura Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk tanggal 3 Maret
1950. Inilah awal mula terbentuknya Satpol PP. dan oleh sebab itu, setiap tanggal
3 Maret ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan
diperingati setiap tahun. Pada Tahun 1960, dimulai pembentukan Kesatuan Polisi
Pamong Praja di luar Jawa dan Madura, dengan dukungan para petinggi
militer/Angkatan Perang. Tahun 1962 namanya berubah menjadi Kesatuan Pagar
Baya untuk membedakan dari korps Kepolisian Negara seperti dimaksud dalam
UU No 13/1961 tentang Pokok-pokok Kepolisian.
Tahun 1963 berubah nama lagi menjadi Kesatuan Pagar Praja. Istilah Satpol
PP mulai terkenal sejak pemberlakuan UU No. 5/1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah. Pada Pasal 86 (1) disebutkan, Satpol PP merupakan
perangkat wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi. Saat ini UU 5/1974

10

tidak berlaku lagi, digantikan UU No. 22/1999 dan direvisi menjadi UU No.
32/2004 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi kembali menjadi
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 255 ayat (1)
disebutkan bahwa, Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk untuk menegakkan perda
dan perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman, serta
menyelenggarakan pelindungan masyarakat. (http://satpolpp.banyumaskab.go.id)
2.1.3 Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja
Fungsi Satpol PP sebagai aparat penegak Perda dinyatakan dalam Pasal 1
butir 8, Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Satuan Polisi Pamong Praja. Kedua pasal tersebut pada intinya menyatakan
eksistensi Satpol PP sebagai bagian perangkat daerah dibentuk untuk membantu
kepala daerah menegakkan perda dan menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketertiban masyarakat. Pasal 3, dan 4 PP Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan
Polisi Pamong Praja pula menegaskan tugas Satpol PP menegakkan Perda dan
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
Satuan Polisi Pamong Praja atau yang disingkat Satpol PP adalah “Perangkat
daerah yang membantu tugas kepala daerah dalam menegakkan Perda dan
penyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, yang dikepalai
oleh kepala daerah” (pasal 148 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah) kepala daerah dalam hal ini Bupati Kabupaten Banyumas.
Selain tugas Pokok, Satpol PP mempunyai tugas lainnya yang disebutkan
dalam Peraturan Bupati Banyumas Nomor 42 Tahun 2011 tentang Penjabaran
Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banyumas.

11

1.

Fungsi Satpol PP :

a.

Penyusunan program dan pelaksanaan penegakkan Peraturan Daerah,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta
perlindungan masyarakat;

b.

Pelaksanaan kebijakan penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati;

c.

Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat di Daerah;

d.

Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat;

e.

Pelaksanaan koordinasi penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Daerah, dan atau aparatur lainnya;

f.

Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur atau badan hukum agar mematuhi
dan mentaati Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati;

g.

Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Bupati.
Dari pengertian di atas, Satpol PP mempunyai tugas membantu kepala daerah

dalam

hal

ini

Bupati

Kabupaten

Banyumas

dalam

menyelenggarakan

pemerintahan daerah di bidang ketentraman dan ketertiban serta penegakan
peraturan daerah. Sehingga peran Satpol PP sebagai aktor implementasi adalah
dalam rangka penegakan peraturan daerah dan mewujudkan ketertiban dan
ketentraman.
Dalam menjalankan tugasnya, Satpol PP menggunakan dua metode yakni
metode preventif (pencegahan) dan represif (penindakan), pada metode preventif,

12

Polisi Pamong Praja mengupayakan sosialisasi ataupun penyuluhan kepada
masyarakat tentang isi peraturanan daerah. Upaya ini dimaksudkan agar
masyarakat dapat memahami aturan-aturan yang diatur dalam peraturan daerah.
Metode represif lebih cenderung ke arah penindakan yang dilakukan Satpol PP
terhadap pelanggaran Perda.
Satpol PP mempunyai misi strategis dalam membantu kepala daerah yaitu
untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram, tertib, dan teratur sehingga
penyelenggaraan Pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat
dapat melakukan kegiatan dengan aman.
2.1.4

Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014

Tidak terkendalinya ketertiban umum dilandasi oleh banyak faktor dan salah
satu hal yang dianggap sebagai pemicu tidak terkendalinya ketertiban umum
adalah minuman beralkohol. Minuman Beralkohol adalah minuman yang
mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau
fermentasi tanpa destilasi (Peraturan Presiden No.74 Tahun 2013). Minuman
beralkohol mengandung bahan psikoaktif yang memiliki efek-efek tertentu
apabila diminum atau masuk ke dalam tubuh.
Dari latar belakang tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Banyumas melalui
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 15 Tahun 2014 tentang
Pengendalian, Pengawasan, dan Penertiban Peredaran Minuman Beralkohol
merancang aturan tentang minuman yang dianggap sebagai salah satu faktor
terpecahnya ketertiban umum.

13

Dalam Peraturan Daerah tersebut diatur mengenai penggolongan dan jenis
minuman beralkohol, peredaran dan produksi minuman beralkohol, penjualan,
perizinan usaha perdagangan, retribusi daerah, pengendalian pengawasan dan
penertiban peredaran minuman beralkohol, pelaporan, pelarangan, sanksi
administrasi, penyidikan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan, dan ketentuan
penutup.
Diundangkan pada tanggal 10 September 2014 dan terdiri dari 35 pasal
peraturan daerah tersebut diatas dirancang dengan maksud untuk menghindarkan
bahaya penyalahgunaan minuman Beralkohol di kalangan masyarakat di daerah
karena telah menjadi tekad pemerintah daerah bahwa walaupun minuman
beralkohol termasuk komoditi perdagangan bebas namun perlu dibatasi dan
disertai dengan perizinan.
Sehubungan dengan hal tersebut, peranan badan atau lembaga pemerintahan
sangat besar untuk secara persuasif mampu memberikan dorongan kepada
anggota-anggota masyarakat agar mematuhi dan melaksanakan setiap peraturan
atau kebijakan yang telah diundangkan. Maka Satpol PP selain berfungsi sebagai
penyelenggara ketentraman dan ketertiban umum, juga berfungsi sebagai penegak
peraturan daerah yang dimaksudkan untuk menegakkan supremasi hukum.
Penegakan menunjuk pada orang, pelaku, atau lembaga. Dengan demikian,
penegak peraturan daerah bisa diartikan sebagai aparat atau instansi yang bertugas
mewakili pemerintah daerah setempat untuk memelihara atau mempertahankan
pelaksanaan peraturan daerah.

14

2.1.5

Hukum

Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedahkaedah dalam suatu kehidupan bersama. Sudikno (1991:38)
Hukum sebagai kumpulan peraturan/kaedah mempunyai isi yang bersifat
umum dan normatif, umum karena berlaku bagi semua orang, normatif karena
menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh, serta
menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah.
Sudikno (1991:39)
2.1.5.1 Hukum Pidana
Hukum pidana menurut Mezger adalah aturan hukum yang mengikatkan
kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang
berupa pidana. Sudarto (1990:9)
Yang dimaksud pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada
orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Sudarto
(1990:9)
Menurut Sudarsono (2001:209), Hukum pidana adalah hukum yang mengatur
tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan umum dan perbuatan
tersebut diancam dengan pidana yang merupakan suatu penderitaan.
Tujuan hukum pidana menurut R. Abdoel Djamali (1990:171) :
1.

Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan yang
tidak baik

2.

Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak baik
menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan lingkungannya.

15

Di Indonesia sendiri hukum pidana dibagi menjadi dua yaitu hukum pidana
materiil dan hukum pidana formil. Menurut Sudarto (1990:9) hukum pidana
materiil memuat atuaran-aturan yang menetapkan dan merumuskan perbuatanperbuatan yang dapat dipidana, aturan-aturan yang memuat syarat-syarat untuk
menjatuhkan pidana dan ketentuan mengenai pidana (KUHP), sedangkan hukum
pidana formil adalah hukum yang mengatur bagaimana negara dengan alat-alat
perlengkapannya mengenakan hak-hak mengenakan pidana (KUHAP).
2.1.5.2 Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah upaya menciptakan kedamaian dan ketentraman
masyarakat. Penegakan hukum yang dilakukan oleh negara dalam hal ini melalui
kekuasaan daerah yaitu satpol PP merupakan sesuatu yang tidak dapat diganggu
gugat oleh siapapun. Prinsip penegakan hukum adalah dilandasi oleh negara yang
berdaulat, maka hanya negara itu sendiri yang bergerak menghukum seseorang
yang mencoba mengganggu ketertiban dalam masyarakat. Negaralah yang
menciptakan hukum sehingga segala sesuatu harus tunduk kepada negara. Negara
disini dianggap sebagai suatu keutuhan yang menciptakan peraturan-peraturan
hukum, dalam kaitan dengan hukuman, hukum ciptaan negara adalah hukum
pidana. Lili dan Ira Rasjidi (2001:86)
Teori lain menyebutkan bahwa otoritas negara yang bersifat monopoli
tersebut pada hakikatnya adalah kehendak manusia atau masyarakat itu sendiri
dimana masyarakat mengingkan adanya kedamaian dan ketentraman sehingga
mereka berjanji akan menaati segala ketentuan yang dibuat negara dan dilain
pihak bersedia pula untuk memperoleh hukuman jika dipandang tingkah lakunya

16

akan berakibat pada terganggunya ketertiban dalam masyarakat. Lili dan Ira
Rasjidi (2001:85)
Prosedur penegakan hukum yang dilakukan negara melalui alat-alat
perlengkapannya telah diatur dalam UU Nomor 8 Taun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (KUHAP).
2.1.5.3 Prosedur Penegakan Hukum
Prosedur penegakan hukum Indonesia telah diatur dalam UU Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Tahapan upaya hukum terdiri dari
Laporan/pengaduan/tertangkap tangan, penyelidikan, penyidikan, penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaan, bantuan hukum, prapenuntutan dan
penuntutan,

praperadila,

dan

sidang

pengadilan.

(http://www.visimediapustaka.com/hukum-praktis/464-inilah-tahapan-proseshukum-kasus-pidana-umum)
1.

Laporan/pengaduan/tertangkap tangan
Setiap orang yang mengalami/melihat/menyaksikan/menjadi korban peristiwa

tindak pidana bisa melaporkan atau membuat pengaduan kepada pejabat yang
berwenang untuk menindak menurut hukum;
2.

Penyelidikan
Menurut pasal 1 ayat 5 KUHAP, “Penyelidikan adalah serangkaian tindakan

penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.;

17

3.

Penyidikan
Menurut pasal 1 ayat 2 KUHAP, “Penyidikan adalah serangkaian tindakan

penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
4.

Penangkapan
Menurut pasal 1 ayat (20) KUHAP, “Penangkapan adalah suatu tindakan

penyidik berupa pengekagan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa
apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan
atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini”;
5.

Penahanan
Menurut pasal 1 ayat (21) KUHAP, “Penahanan adalah penempatan

tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau
hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini”;
6.

Penggeledahan
Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan

rumah atau pakaian, atau badan menurut cara yang ditentukan dalam undangundang;
7.

Penyitaan
Menurut Pasal 1 ayat (16) KUHAP, “Penyitaan adalah serangkaian tindakan

penyidik untuk mengambil alih dan/atau menyimpan dibawah penguasaannya

18

benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan”;
8.

Bantuan Hukum
Guna kepentingan pembelaan, seorang tersangka atau terdakwa berhak

menerima bantuan hukum, walaupun dia benar sebagai pelaku tindak pidana;
9.

Prapenuntutan dan penuntutan
Penuntutan adala kegiatan untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan

negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undangundang ini dengan permintaan supaya diperiksa atau diputus oleh hakim di sidang
pengadilan;
10. Praperadilan
Menurut Pasal 1 ayat (10) KUHAP, “Praperadilan adalah wewenang
pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yag diatur dalam
undang-undang”.
Praperadilan dalam KUHAP ditempatkan pada bab X bagian kesatu, salah
satu bagian ruang lingkup wewenang mengadili bagi pengadilan negeri. Yahya H
(1988:515)
11. Sidang Pengadilan
Setelah pelimpahan dokumen oleh jaksa penuntut umum, perkara akan masuk
tahap sidang pengadilan.
2.1.6

Penegakan Hukum Peraturan Daerah

Menurut Pasal 1 angka 8 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, “Peraturan daerah Kabupaten/Kota adalah

19

peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota”.
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pengendalian, Pengawasan,
dan Penertiban Peredaran Minuman Beralkohol merupakan peraturan daerah
Kabupaten Banyumas pengganti dari Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2001
tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol yang dibuat dengan
landasan untuk menghindarkan bahaya penyalahgunaan minuman beralkohol
dikalangan masyarakat daerah dimana penyalahgunaan minuman beralkohol
seringkali membawa dampak buruk bagi individu itu sendiri maupun bagi
lingkungan yang dikhawatirkan jika dibiarkan secara terus menerus dapat
mengancam ketertiban dan ketentraman umum.
Selain petugas Kepolisian Republik Indonesia, pegawai negeri sipil yang
diberi wewenang untuk mengawal pelaksanaan Peraturan Daerah adalah Satpol
PP. Satpol PP adalah perangkat daerah yang mempunyai wewenang untuk
mengawal pelaksanaan Perda. Menurut pasal 148 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, “Satpol PP adalah perangkat daerah yang
membantu tugas kepala daerah dalam rangka menegakkan Perda dan
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat”. Tugas dan
wewenang Satpol PP Kabupaten Banyumas diatur dalam Perbup No.42 Tahun
2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP.
Ketentuan dan prosedur pengendalian, pengawasan serta penertiban
peredaran minuman beralkohol diatur pada Bab VI Perda Nomor 15 Tahun 2014

20

tentang Pengendalian, Pengawasan dan Penertiban Peredaran Minuman
Beralkohol.
2.1.7

Minuman Beralkohol dan Dampak yang Ditimbulkan

Banyak orang yang mengkonsumsi minuman keras kemudian harus berurusan
dengan pihak kepolisian oleh karena tidak terkendalinya manusia ketika mereka
telah mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan. Masyarakat awam pun
pasti tahu bahwa ketika mengkonsumsi minuman beralkohol tanpa batas, maka
manusia menjadi tak terkendali dan senantiasa berbuat semaunya saja, banyak
kasus-kasus hukum yang terjadi akibat dari minuman keras.
Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol
disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali
diperkenalkan oleh Magnus Huss, seorang pejabat bidang kesehatan masyarakat
di Swedia. Kecanduan alkohol merupakan gangguan yang kompleks dan sering
dipandang dari perspektif biopsychosocial. (Naskah Publikasi Gambaran Persepsi
Peminum Alkohol Tentang Dampak Kesehatan Pada Peminum Alkohol di Dukuh
Mendungan)
Data WHO memperkirakan saat ini jumlah pecandu alkohol diseluruh dunia
mencapai 64 juta orang , dengan angka ketergangtungan yang beragam di setiap
negara. Di Amerika misalnya, terdapat lebih dari 15 juta orang yang mengalami
ketergantungan alcohol dengan 25% diantara nya adalah pecandu dari kalangan
wanita. Di Indonesia, Badan Narkotika Nasional (BNN) memperkirakan ada 3,2
juta orang (1,5% dari total populasi) di Indonesia mempunyai riwayat
menggunakan NAPZA di antaranya 4,6% adalah perilaku minum alkohol.

21

(Naskah Publikasi Gambaran Persepsi Peminum Alkohol Tentang Dampak
Kesehatan Pada Peminum Alkohol di Dukuh Mendungan)
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol atau juga
yang sering disebut sebagai minuman keras. Minuman beralkohol dapat
menyerang tingkat kesadaran orang yang mengkonsuminya akibatnya orang yang
mengkonsumsi akan mengalami penurunan tingkat kesadaran (mabuk).
Masyarakat kita sebenarnya telah mengetahui tentang bahaya dari minuman
keras atau minuman beralkohol ini. Salah satunya adalah menimbulkan kecanduan
yang luar biasa, dikarenakan minuman keras atau minuman beralkohol ini
mengandung zat aditif, yaitu zat yang jika masuk ke tubuh manusia walaupun
dengan jumlah sedikit akan menimbulkan efek kecanduan yang luar biasa.Dan
masyarakat juga telah mengerti bahwa sebenarnya minuman keras ini dapat
merusak syaraf secara perlahan.
Persoalan ini semakin meluas ketika dampak negatif tersebut tak hanya
merugikan sang pelaku, tapi juga merugikan banyak orang. Contoh kasus adalah
pada pengendara yang mabuk, konsentrasi adalah hal mutlak yang harus
diperhatikan saat berkendara. Konsentrasi yang buruk apalagi disebabkan oleh
suatu keadaan dalam hal ini mabuk dapat mengakibatkan hal - hal yang tidak
diinginkan terjadi pada pengendara yang mabuk dan juga pengendara lain
disekitarnya.
2.2 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah kerangka berpikir yang bersifat teoritis atau
konseptual mengenai masalah yang akan diteliti. Kerangka berpikir tersebut

22

menggambarkan hubungan antara konsep-konsep atau variable-variabel yang akan
diteliti. Berawal dari status Satpol PP dalam penegakan Perda Nomor 15 Tahun
20014 tentang Pengendalian Pengawasan Penertiban dan Peredaran Minuman
Beralkohol di Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Kemudian dilanjutkan
dengan peran Satpol PP menurut Undang-undang atau peraturan pemerintah
lainnya. Dilanjutkan dengan upaya penegakan hukum Peraturan daerah yang
dilakukan oleh Satpol PP. Selanjutnya hambatan apa yang dihadapi Satpol PP
serta upaya apa yang harus dan telah dilakukan untuk mengatasi hambatan
tersebut dan menciptakan peredaran minuman beralkohol yang terkendali di
Banyumas. Berikut skema kerangka berpikir pada penelitian ini:

Status Satpol PP

Peran Satpol PP

Solusi
mengatasi

Kegiatan Satpol PP

Hambatan

Peredaran Minuman Beralkohol yang terkendali di Banyumas

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.

Dalam upaya pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014 tentang
pengendalian, pengawasan dan penertiban peredaran minuman beralkohol
peran Satpol PP Kabupaten Banyumas adalah dengan melakukan operasi
PEKAT dan juga melaksanakan penyebarluasan produk hukum atau
sosialisasi Perda. Pelaksanaan opersi Pekat dilaksanakan rutin dan mencakup
seluruh wilayah Kabupaten Banyumas dan terutama adalah objek-objek vital
yang berada di wilayah Kabupaten Banyumas. Kegiatan penyebarluasan
produk hukum atau sosialisasi oleh Satpol PP Kabupaten Banyumas
sebenarnya belum dilaksanakan sepenuhnya oleh Satpol PP dikarenakan
Satpol PP sendiri tidak mempunyai agenda khusus untuk melaksanakan
sosialisasi Perda. Sosialisasi Perda disini merupakan kegiatan bersama yang
dilakukan oleh dinas-dinas terkait diseluruh wilayah Kabupaten Banyumas,
termasuk didalamnya Satpol PP yang berwenang sebagai pengawal Perda;

2.

Penegakan hukum Peraturan Daerah oleh Satpol PP Kabupaten Banyumas
telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan undang-undang yang
berlaku. Satpol PP berperan sebagai tempat pengaduan, sebagai penyelidik
dan penyidik kasus, sebagai petugas yang melakukan penangkapan,

65

66

penahanan, penggeledahan, penyitaan, serta sebagai pihak yang melakukan
pelimpahan kasus hukum kepada kejaksaan;
3.

Kendala-kendala yang dihadapi Satpol PP Kabupaten Banyumas dalam
upayanya menegakkan Perda Nomor 15 tahun 2014 berasal dari kendala
internal dan kendala eksternal. Kendala internal yang dialami Satpol PP
adalah; kurangnya personil, dan sarana prasarana yang belum maksimal
dalam mendukung kegiatan Satpol PP. Kendala eksternal yang dialami Satpol
PP adalah banyaknya pelanggar yang tetap melakukan pelanggaran meskipun
sebelumnya telah dilakukan pemberian sanksi berupa penutupan atau lainnya
dan juga pembinaan.

5.2 SARAN
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, saran peneliti adalah sebagai
berikut:
1.

Perlu adanya pengagendaan khusus mengenai sosialiasi Perda sebagai
kegiatan rutin yang harus dilaksanakan oleh Satpol PP Kabupaten Banyumas.
Selain itu untuk memberikan kesadaran lebih terhadap masyarakat mungkin
akan lebih baik jika sosialisasi Perda tidak hanya dilakukan secara formal,
namun bisa juga melalui media-media seperti

pengadaan baliho atau

spanduk-spanduk mengenai bahaya minuman beralkohol serta sanksi-sanksi
yang akan diberikan berkaitan dengan pelanggaran peraturan tentang
minuman beralkohol;
2.

Perlunya penambahan jumlah personil terutama yang berada dan ditempatkan
di tiap-tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas, serta perlunya

67

pengadaan sarana prasarana yang lebih baik untuk mendukung kinerja Satpol
PP.

DAFTAR PUSTAKA

Abdoel D. 1990. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Rajawali Pres
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kualitatif (Ed.). Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Inilah Tahapan Proses Hukum Kasus Pidana Umum Online at
http://www.visimediapustaka.com/hukum-praktis/464-inilah-tahapan-proseshukum-kasus-pidana-umum (accesed 12/08/16)
M. Yahya. 1988. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta:
Garuda Metropolitan Pres
Moleong, L.J.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 Kab. Banyumas Online at
http://jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KAB_BANYUMAS_15_2011.pdf
(accesed 13/02/16)
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014 Kab. Banyumas Online at
http://jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KAB_BANYUMAS_15_2014.pdf
(accesed 13/02/16)
Prosedur
Penegakan
Hukum
http://www.visimediapustaka.com/hukum

Online

at

praktis/464-inilah-tahapan-proses-hukum-kasus-pidana-umum
(accesed 15/08/16)
Rasjidi Lili dan Rasjidi Ira. 2001. Dasar-dasar Filsafat Hukum dan Teori Hukum.
Bandung :Citra Aditya Bhakti
Redaksi Sinar Grafika. 2011. KUHAP dan KUHP. Jakarta: Sinar Grafika

69

Saputro FA. 2013. Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam
Mengimplementasikan Peraturan Daerah Tentang Pedagang Kaki Lima
DiSurakarta. Skripsi FIS Universitas Negeri Semarang. Semarang: Tidak
diterbitkan
Satuan Polisi Pamong Praja. 2016. Sejarah - Dasar Hukum
Pembentukan.http://satpolpp.banyumaskab.go.id/page/2262/sejarah-dasarhukum-pembentukan#.V3BXOvmSxhw (accesed 12/02/16)
Sudikno M. 1991. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar) (3th Ed). Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta
Sudarsono. 2001. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Ardi Mahasatya
Sudarto. 1990. Hukum Pidana 1. Semarang: Yayasan Sudarto
Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Triyono.2014. Naskah Publikasi Gambara Persepsi Peminum Alkohol Tentang
Dampak Kesehatan Pada Peminum Alkohol Di Dukuh Mendungan. Online at
http://eprints.ums.ac.id/32252/14/2.%20NASKAH%20PUBLIKASI%20PDF.
pdf (20/08/2016)
UU Nomor 74 Tahun 2013 Online at
http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/Perpres%20No.%207
4%20Tahun%202013.pdf
(accesed
13/02/1