Konsep Penelitian dalam Teknologi Inform

Konsep Penelitian dalam Teknologi Informasi
Mahyuddin K. M. Nasution
Departemen Matematika FMIPA USU dan Program Studi Ilmu Komputer USU,
mahyuddin@usu.ac.id

Al-Khawarizmi: Journal of Computer Science Volume 1, Issue
1: 33-40, March 2005.
Tulisan asal, penulis hanya menggunakan nama: ”Mahyuddin”.

Abstract—Penelitian dalam mengungkapkan ilmu, teori maupun
pengetahuan telah dimulai sejak awal manusia ingin mengenali sesuatu. Teknologi informasi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang memerlukan penelitian yang mendalam baik dari sudut
penciptaan maupun penggunannya. Beberapa karakteristik penelitian
dalam bidang teknologi informasi akan diturunkan berdasarkan pertimbangan kemanusiaan. Kata kunci – saintisme; kognitif; hipotesis;
kecerdasan buatan; deduksi.

I. P ENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan dalam keberadaannya, didahului oleh
munculnya manusia untuk menyatakan eksistensinya pertama
sekali. Manusia lahir sebagai makhluk yang memiliki kemampuan, hak istimewa, dan sampai batas tertentu, memiliki tugas menyelidiki segala hal secara mendalam. Manusia dalam menggunakan fikirannya, selalu saja mendapatkan
pilihan-pilihan, yang dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu akan menetapkan sesuatu, baik menurut pengalamannya
atau atas dasar saran orang lain [1]. Di samping itu, manusia

untuk menyempurnakan keberadaannya, haruslah juga mengenal dunia sekitarnya, lingkungannya, sampai pada tahap
tertentu dari pemikirannya ia akan mempersoalkan aturanaturan yang berlaku. Apa yang mengatur hubungan semua
peristiwa alam? Pertanyaan ini muncul agar manusia dapat
menjamin eksistensinya di dunia [2].
Setiap kali sesuatu harus dibicarakan, pembicaraan itu pastilah berkaitan dengan manusia, baik sebagai subjek ataupun
sebagai objek, melalui berbagai alasan yang membawa pembicaraan itu kepadanya. Begitu juga, jika yang dibicarakan
teknologi informasi yang menjadi karya manusia di dunia,
dan berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun. Di samping, setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban untuk
menghasilkan karya untuk disumbangkan kepada manusia
dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya, manusia juga
tidak saja berkemampuan untuk mengenali, tetapi haruslah
berafektivitas, berpartisipasi dengan yang lain dan melibatkan
diri dengan peristiwa-peristiea dunia. Dengan kata lain, apabila seseorang berbicara dan jarinya menunjuk kepada objek

atau peribadi yang lain, sebenarnya ia ingin melakukan lebih
daripada memaparkan saja. Peristiwa-peristiwa, kenyataankenyataan, atau fakta-fakta disandikan menjadi data, kemudian direkamkan dan diolah menjadi informasi, merupakan
petunjuk-petunjuk yang mengandung ajakan untuk melakukan
tugas atau meneliti untuk mengubah sesuatu keadaan melalui
keputusan-keputusan atau tindakan-tindakan.
Pada satu sisi, data dan informasi memerlukan media berupa

teknologi untuk mendapatkannya dan menyajikannya, dan
setiap teknologi tidak mudah untuk diciptakan, diperlukan
pemikiran dan waktu agar suatu teknologi lahir untuk membantu manusia, yaitu penelitian yang mendalam tentang sesuatu ilmu-pengetahuan yang melahirkan teknologi. Pada sisi
lain pula, setiap teknologi tampak rumit atau merepotkan sehingga kalau tidak karena manfaatnya orang enggan menggunakannya bahkan memahaminya. Oleh karena itu perlu diperhatikan bagaimana suatu konsep penelitian untuk melahirkan
suatu teknologi informasi, yang juga memperhatikan pengguna
dan lingkungannya.
Beberapa isu penelitian di bidang teknologi informasi
telah diungkapkan dan dibicarakan. Kajian ini dilakukan
berdasarkan lapisan-lapisan: tinjauan-tinjauan seperti praktisisme dan saintisme; heuristik: ilmu kognitif, ilmu keputusan,
metode formal, manusia, rekayasa perangkat lunak, dan ilmu
sistem; isu khusus: representasi formal, dan relevansi praktis
[3], [4].
II. K EPENTINGAN M ANUSIA
Andaikan manusia makhluk yang hanya boleh mengenal tanpa rasa, sebenarnya manusia hanya akan memantulkan dunia seperti cermin-cermin yang tidak sadar dan
tanpa mendapat kesan, tetapi karena dianugerahi kemampuankemampuan, manusia tidak boleh merasa puas dengan hanya
memandang alam semesta sahaja. Jadi manusia haruslah dapat
menyempurnakan diri dengan kemampuan yang ada, maka semua hal yang akan menarik perhatiannya, dan menggerakkan
fikiran dan hatinya. Apakah melalui informasi, manusia lebih
daripada sekedar mengungkapkan pengetahuan? Informasi
mempunyai kekuatan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa

dunia sehingga dapat diteorikan ke dalam suatu rumusan atau
paling tidak diungkapkan sebagai suatu konsep.
Data agar memiliki struktur untuk didapatkan, informasi
supaya mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan fakta,
ilmu agar berdaya untuk diterapkan, dan teknologi supaya
berkemampuan sebagai alat, haruslah usaha untuk mendapatkannya dengan penelitian dilakukan secara sistematis
berdasarkan makna kata: apa, yang mana, di mana, kapan,

oleh siapa, untuk siapa, milik siapa, dan bagaimana, yang
memadukan dalam suatu kata disebut metodologi. Integrasi
jawaban terhadap semua persoalan dengan kata tanya berawalkan tujuh huruf w (what, which, where, when, who,
whom, whose) dan satu huruf h (how), ditentukan dalam suatu
metodologi penelitian.
Istilah metodologi telah diartikan berbeda oleh banyak ahli
dan peneliti. Beberapa di antaranya menyamakan dengan kata
metode, yang mengakibatkan metodologi penelitian sinonim
dengan aktivitas-aktiitas yang diselenggarakan di dalam projek
penelitian: kajian-kajian, analisis, rancangan, dan pengembangan. Secara literal, penafsiran terhadap ini dari dulu selalu berkaitan dengan hakikat empiris, kepentingan kebutuhan
mekanisasi, dan keutamaan penjelasan secara matematika,
yang secara umum menyangkut pertanyaan-pertanyaan: Apa

yang dapat diketahui? Bagaimana itu diketahui? Jika terdapat
sesuatu hal, apakah subjek mengkontribusikan pengetahuannya? Apa kebenaran itu? Bagaiman mengenali kebenaran?
Adakah terdapat suatu pengetahuan priori, dan jika ada berasal
dari apa? Bagaimana pengetahuan dan tindakan berelasi?
Bagaimana pengetahuan dan bahasa berelasi?
Semua pertanyaan di atas pada hakikatnya bermuara dan
berawal dari kepentingan manusia terhadap sains, pengetahuan
dan teknologi. Jelasnya, setiap penelitian selalu berkaitan
dengan metodologi yang digunakan - preskripsi atau dapat
menerima cara memperlakukan ilmu. Berdasarkan perkembangan yang disusun dari penafsiran dari waktu ke waktu tidak
lebih berarti atau pantas setelah masa informasi dibutuhkan.
Evolusi dan revolusi selalu terjadi pada sebarang artifak yang
dibuat oleh manusia yang direntang dari teori-teori sampai
kepada objek-objek yang dapat dinyatakan sebagai teknologi.
Teknologi informasi secara umum berkaitan dengan berbagai hal yang menyangkut tentang komputer, baik perangkat
keras maupun perangkat lunak, dari benda-benda sampai
kepada manusia. Berbicara tentang teknologi informasi akan
memasuki suatu kawasan yang penuh dengan pernik-pernik
teknologi yang bersifat elektronik, seperti mesin ketik, prosesor, memori, pengeras suara, telepon, kabel, jaringan komputer, dan sebagainya.
III. KONSEP P ENELITIAN

Konsep merupakan satu ikatan makna atau ciri-ciri yang
dihubungkan dengan peristiwa, objek, keadaan, situasi, dan hal
yang serupa. Konsep bersumberkan kepada peminjaman dari
bidang lain atau bahasa lain, memberi makna baru untuk sesuatu yang sudah ada, dan mewujudkan label baru untuk konsep.
Dengan kata lain, konsep menjadi dasar bagi semua pemikiran
dan komunikasi: hipotesis, pengukuran, pengumpulan data,
perwujudan konsep baru untuk mengungkapkan suatu ide.
Oleh karena itu, keberhasilan penelitian bergantung kepada
bagaimana sesuatu dikonsepkan, dan pemahaman orang lain
tentang konsep yang digunakan. Misalnya, besar pendapatan
penduduk, kepribadian, dengan tingkat pemahaman terhadap
penggunaan teknologi informasi.
Suatu konsep akan membangun suatu teori melalui beberapa
penggabungan atau bangunan, dengan mana konstrak berupa

citra atau ide yang dilahirkan khusus untuk suatu penelitian
atau untuk tujuan pembangunan teori yang dimaksudkan. Oleh
karena itu, perlu diwaspadai bahwa ketidakpastian tentang
makna konsep selalu akan merusak penelitian. Pengoperasian
definisi merupakan pengertian yang diungkapkan dalam bentuk operasi atau ujian khusus. Pengoperasian ini memerlukan

rujukan secara emperik, misalnya kesepakatan tentang suatu
istilah yang berlaku secara umum, yaitu tentang apakah itu
komputer? Alasannya, konsep yang benar atau palsu dikaitkan
dengan suatu fenomena yang terserap, dan hal ini akan dianggap menjadi suatu kenyataan.
Kadangkala dalam mengungkapkan sesuatu diperlukan
peubah, yang digunakan sebagai sinonim kepada konstruk/konsep atau ciri yang dikaji pada peringkat emperik.
Peubah ialah simbol dengan mana nilai ditugaskan. Dengan
adanya peubah dan nilai-nilainya, menyebabkan sesuatu dapat
diukur, diduga, dan dimanipulasi. Apabila kenyataan dirumuskan untuk ujian emperik, perumusan haruslah dilakukan
secara hipotesis.
Berkaitan dengan peubah dan konsep, suatu teori adalah
rampatisasi yang dilakukan berkaitan dengan peubah dan
hubungan di antaranya, dengan mana hipotesis memainkan
peranan penting dalam pembangunan suatu teori. Oleh karena
itu teori dapat dinyatakan sebagai suatu himpunan konsep,
definisi, dan kenyataan yang tersusun secara sistematik yang
diutarakan untuk menerangkan dan meramalkan fenomena
atau fakta. Kadangkala suatu teori harus didahului oleh suatu
model, yang diartikan sebagai perwakilan bagi sistem yang
dibangun, yang digunakan untuk mengkaji aspek sistem tersebut atau sistem secara keseluruhan.

IV. C IRI T EKNOLOGI I NFORMASI
Seperti perkataan informasi, teknologi informasi harus
mampu menyampaikan jatidirinya kepada pengguna dengan
pantas, mudah, dan benar. Produk teknologi perlu mendapat
kesan ”akrab” agar dapat menjadi alat bantu yang efisien
dan efektif. Akrab berarti dua sisi, dengan pengguna maupun
dengan lingkungan.
Terdapat kesan, dari apa diperlihatkan oleh kehadiran
teknologi informasi setiap kali ke tengah-tengah masyarakat,
bahwa teknologi ini mengganggu kehidupan sosial masyarakat
baik dari sudut lingkungan maupun peribadi. Setiap orang akan
berlomba-lomba untuk mendapatkan teknologi terbaru tanpa
tahu arti dan manfaat bagi dirinya, sehingga kata efisien tidak
berlaku. Demikian juga dengan keadaan lingkungan, akibat
penciptaan teknologi terbaru selalu membawa dampak besar
bagi lingkungan hidup, misalnya penggunaan zat kimia yang
tidak dapat didaur ulang sebagai bagian dari teknologi informasi, sehingga kata efektif kadangkala tidak pantas dilekatkan
pada produk tersebut.
Perlu dinyatakan, bahwa penelitian dalam bidang teknologi
informasi, haruslah memperhatikan sisi-sisi yang berkaitan

dengan kehidupan manusia secara keseluruhan, yaitu di
dalam suatu sistem. Dengan kata lain, berdasarkan kepada
pengertian sistem, yang berarti sebagai sekumpulan komponen yang saling berinteraksi yang berfungsi bersama un-

tuk mencapai beberapa hasil berdasarkan aturan-aturan, perlu
diperhatikan pengertian-pengertian sejajar: immortality-infinity
(keabadian-ketakterhinggaan), change-probability (kebetulankemungkinan), atau quantity-number (kuantitas-bilangan).
Maksudnya bagaimanapun juga para ilmuan telah merumuskan
kategori kumpulan data dan pengolahannya untuk menghasilkan informasi ke sesuatu dalam bentuk: Andaikan terdapat dua himpunan X dan Y , suatu relasi
y = f(x), y ∈ Y ∧ x ∈ X

(1)

menghubungan peubah bebas x dengan peubah terikat y,
dikatakan determenistik berarti daerah hasil ditentukan dengan
pasti, walaupun dimungkinkan bahwa hubungan kedua peubah
ini dapat dilakukan secara linier ataupun tak linier. Kadangkala suatu kumpulan data tidak dapat dikenali dengan pasti
sifat dasarnya dan prosesnya, banyak peristiwa didunia terjadi
karena berdasarkan nilai peluang, misalnya peluang rusaknya
suatu komputer dua hari yang akan datang, akibatnya bersifat

stokastik. Pada teori ukuran, dapat dikatakan bahwa proses
stokastik {Xn ; n = 1, 2, . . .} disebut proses Bernoulli dengan
probabilitas sukses p berdasarkan [5]
1) X1 , X2, . . . adalah bebas, dan
2) P {Xn = 1} = p, P {Xn = 0} = q = 1−p untuk semua
n.
Banyak dijumpai pada pengamatan bahwa representasi informasi tidak sempurna: suatu fungsi dari domain A ∪ {e}
ke [0, 1] terjadi dengan {e} adalah unsur tambahan, fungsi
yang mewakili pembatasan luwes tentang nilai dari A, yang
berarti bahwa A = u tidak mungkin untuk objek x atau
diperkenankan untuk objek x. Dengan kata lain, suatu himpunan kabur (fuzzy) F di dalam semesta pembicaraan U
dicirikan oleh fungsi keanggotaan µF : U → [0, 1] dengan
mana untuk setiap menandakan tingkat keanggotaan dari u di
dalam himpunan kabur F [6]. Dari ketiga kategori ini, anggota
mod(Σ) adalah semua situasi riil, di mana pengetahuan Σ
dapat digunakan. Jika i ∈ M tetapi i 6∈ mod(Σ), maka i
adalah sesuatu yang mustahil atau sesuatu yang tidak pernah
didapat sehingga pengetahuan Σ tidak harus berlaku. Jadi
manusia tidak boleh lepas dari lingkungannya, dan mereka
membuat suatu kehidupan sebagai suatu sistem dengan tidak

sekedar memberikan nama kepada setiap objek yang ada tetapi
juga menyikapinya.
Suatu campuran singular dari teknologi-teknologi terpisah,
sebagai hasil karya banyak ilmuwan, dengan penerapan
tumpang tindih untuk memenuhi tuntutan pesan dan identitas
dikatakan oleh Aggnew sebagai multimedia [7]. Multimedia
ini dibangun dari teknologi infomasi secara bertingkat, yaitu
mencakup semua istilah yang berhubungan secara mendasar
dengan aplikasi komputer untuk pengolahan rekaman semua
jenis data. Didasarkan atas data adalah kenyataan dasar atau
satuan terkecil yang tidak boleh dipisahkan, dari mana informasi diperoleh melalui proses, maka informasi hendaklah
disampaikan sesuai dengan hak dan tanggungjawab [8], [9].
Hak dan tanggungjawab yang dipunyai oleh manusia adalah
azas keseimbangan dalam diri dan jiwa manusia. Supaya

azas keseimbangan dapat ditubuhkan dan diselenggarakan,
manusia memerlukan aturan P dan patwa yang mereka taati,
tetapi patwa dan aturan haruslah mempunyai kekuatan dan
kemampuan hukum. Dengan kata lain, besarnya mod(Σ)
dikatakan bernilai positif, hal ini menunjukkan kepandaian

yang beraneka ragam atau pengetahuan yang dapat digunakan (applicability of knowledge). Jika besarnya mod(Σ)
adalah negatif, maka ada yang mengatakan hal tersebut menunjukkan ketidakpastian sehingga kurang diminati, sehingga
aturan dikatakan tidak berjalan atau tidak berlaku. Jadi suatu
teknologi, sebagai pengetahuan dan memerlukan keahlian,
haruslah memperhatikan azas keseimbangan yang terdapat
pada diri manusia maupun lingkungannya.
Melalui peningkatan kemampuan manusia itu sendiri,
teknologi haruslah memiliki kemampuan ”akrab pengguna”
dalam makna keseimbangan sehingga manusia sebagai pengguna dan pembuat teknologi mampu menempatkan diri. Dalam
berbagai hal terlihat bahwa manusia kadangkala mampu
memiliki teknologi, tetapi tidak mampu mengenali dengan
baik apalagi memanfaatkan secara efisien suatu teknologi.
Kemampuan sentuhan yang harus ada pada suatu teknologi,
mengiringi azas keseimbangan, akan menempatkan teknologi
sebagai alat bantu yang berguna bagi setiap sisi kehidupan
manusia. Kemampuan ini didasari atas kecanggihan teknologi
dan kemampuan mengenali setiap perilaku lingkungannya
sendiri. Akan tetapi, kemampuan ini menjadi tergantung
kepadanya, sisi kemampuan kerja manusia seharusnya tergugah untuk dimanfaatkan atas dasar nilai sebagai manusia.
Manusia sebagai pemikir menggunakan otaknya yang diwakili oleh susunan saraf, yang mengatur kerja setiap bagian
lain dari tubuh manusia. Demikian juga, gambaran ini juga
diambil dan dirumuskan menjadi suatu konsep pengembangan
teknologi yang memiliki kemampuan menerima sentuhan dan
mengenali lingkungannya, melalui pengembangan jaringan
saraf buatan, yang dari sudut psikologi dikenali sebagai
persepektif kognitifnya.
Berdasarkan beberapa karakteristik di atas, penelitian
teknologi informasi memiliki ciri, yang dalam kesatuan manusia dan lingkungan melibatkan heuristik untuk melakukan
penelitian, yaitu semua metode untuk pemodelan dan menyelesaikan masalah dengan suatu cara khusus. Semua itu berguna
untuk menuju ke suatu penciptaan teori. Selain itu, haruslah
ada keyakinan bahwa penggunaan metode heuristik setara
dengan tinjauan dunia, yang meliputi tingkatan:
1) Perspektif ilmu kognitif diselenggarakan oleh wawasan
dari psikologi. Bekerja berdasarkan kasus beralasan
yang berasal dari perspektif ini.
2) Perspektif ilmu keputusan berusaha untuk memperbesar
defisiensi pembuat keputusan, sebagai bias-bias secara
psikologi. Suatu sistem yang terdiri dari manusia dan
alat kecerdasan buatan diharapkan menyelenggarakan
lebih baik dari pada pakar manusia.
3) Perspektif ilmu sistem berusaha untuk meninjau suatu
projek di dalam sistem yang lebih besar yang diharapkan
berfungsi. Tinjauan ini dapat memandu ke pengembangan sistem tertanam.

4) Perspektif rekayasa perangkat lunak berusaha untuk
menciptakan perangkat lunak untuk melakukan tugastugas khusus. Pemrograman yang jelas adalah contoh
utama dari heuristik ini.
Untuk mencapai penelitian yang berguna di dalam teknologi
informasi, berikut susunan reduksi yang dapat dilakukan
berkaitan dengan ciri teknologi itu sendiri:
1) Preperasi berkaitan dengan pelatihan, dan tinjauan literatur.
2) Pada tahap kedua, dimungkinkan untuk melakukan
pengamatan atau observasi, atau pengumpulan data.
3) Induksi, menentukan pernyataan masalah: hipotesis
utama, yang kemudian dapat direvisi berdasarkan beberapa pertimbangan yang ditemukan kemudian.
4) Deduksi: rampatan hipotesis kedua, yang kemudian dapat juga direvisi apabila ada pertimbangan lain.
5) Pengujian, data yang telah dikumpulkan hendaklah
dianalisis, yang secara tidak langsung melakukan
pengujian-pengujian untuk mengetahui perilaku data.
Apabila pengujian tidak sesuai dengan rumusan awal
sebagai alat yang digunakan, akan terjadi penolakan
untuk memperbaikai beberapa bagian dari induksi dan
deduksi.
6) Penerimaan, akan mengungkapkan penjelasan, prediksi
dan pengendalian.
V. P ENUTUP
Penelitian dalam bidang teknologi informasi memerlukan
pencirian terlebih dahulu terhadap teknologi informasi dan
bidang-bidang kajiannya. Asas ”akrab perngguna” mendapat
perhatian khusus dalam penelitian teknologi informasi karena
terkait dengan hal-hal lain, seperti azas keseimbangan, sentuhan, dan mengenali. Selain itu ciri penelitian dalam bidang
teknologi informasi dapat menerapkan beberapa tingkat perspektif, dan reduksi masalah yang telah dirumuskan.
R EFERENCES
[1] M. K. M. Nasution, ”Basis sains dan teknologi sebagai basis perekonomian”, Tabloid Mahasiswa Suara USU 24/XIII: 11, 2001.
[2] M. K. M. Nasution, ”Metodologi Heuristik”, Epsilon: Jurnal matematika
dan terapannya 5(1): 31-37, 2004.
[3] L. Adelman, ”Experiments, quasi-experiments, and case studies: a
review of empirical methods for evaluating decision support system”,
IEEE Transaction on Systems, Man, and Cybernetics 21(2): 293-301,
1991.
[4] P. R. Cohen, & A. E. Howe, ”How evaluation quides AI research”, Al
Magazine 9(4): 35-43, 1988.
[5] E. Cinlar, ”Introduction to stochastic processes”, Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1975.
[6] L. A. Zadeh, ”Fuzzy sets”, Inform. And Control 8: 338-353, 1965.
[7] P. W. Agnew, ”Distributed multimedia: technologies, applications and
apportunities in the digital industry”, Reading: Addison-Wesley, 1996.
[8] J. Li et. al., ”Securing distributed adaption”, Computer Networks 38(3):
347-371, 2002.
[9] R. B. Vaughn Jr., & J. E. Boggess III, ”Integration of computer security
into the software engineering and computer science programs”, The
Journal of Systems and Software 49: 149-153, 1999.