Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Sca
250
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
Penerapan Metode Penemuan Terbimbing melalui Pemberian Bantuan
(Scaffolding) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar
Mata Pelajaran Matematika
Ika Rahmawati
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya
Ikarahma999@gmail.com
Abstrak Bahasa Indonesia
Pelaksanaan penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah yang dihadapi
oleh siswa kelas V SD Negeri Sukun 2 Malang. Mereka merasa kesulitan dalam
memahami materi matematika khususnya materi bangun datar. Beberapa siswa pun
menyampaikan keluhan bahwa siswa yang kurang mampu dalam proses pemahaman
materi tidak memperoleh kesempatan untuk mendapatkan bantuan baik dari guru
maupun teman yang memiliki kemampuan lebih. Oleh karena itu diperlukan usaha yang
serius dalam membangun pemahaman siswa terhadap materi sifat-sifat bangun datar.
Usaha yang dapat dilakukan guru untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan
menggunakan LKS dan bahan manipulatif dengan metode penemuan terbimbing melalui
pemberian bantuan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sukun 2 Malang dengan
subjek penelitian adalah siswa kelas VA SD Negeri Sukun 2 Malang. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing melalui
pemberian bantuan dapat membangun pemahaman materi sifat-sifat bangun datar siswa
kelas VA SD Negeri Sukun 2 Malang.
Kata Kunci: pemberian bantuan, scaffolding, sifat-sifat bangun datar.
Abstrak Bahasa Inggris
The problems faced by fifth graders at SD Negeri Sukun 2 Malang in terms of
understanding mathematical materials particularly concerning plain figure
characteristics material. Several students complain that those students who is lacking in
understanding matters don’t have enough opportunity to gain help from their highability friends. It is necessary to initiate a serious effort in building student’s
understanding toward plain figure characteristics materials. Efforts that could be done
by teacher in solving this problem would be by using LKS and manipulative material
with the method of guiding discovery through giving assistance.This study was
conducted in SD Negeri Sukun 2 Malang with study’s subject were students of VA grade
in SD Negeri Sukun 2 Malang. From the result of this study it is obtained that learning
using the method of guiding discovery through giving assistance would be able in
building understanding of plain figure characteristics material among VA grade
students of SD Negeri Sukun 2 Malang
Keywords: giving assistance, scaffolding, plane figure’s characteristics.
yang menempati posisi penting untuk
Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu
dipelajari karena geometri digunakan
bidang studi yang diajarkan pada siswa
oleh setiap orang dalam kehidupan
dalam
sehari-hari.
pendidikan
di
sekolah,
dan
geometri merupakan cabang matematika
Kennedy
(2008)
mengemukakan bahwa geometri dapat
251
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
membantu kita merepresentasikan dan
memberikan hasil jangka pendek yang
mendeskripsikan beberapa hal yang kita
bagus dalam tes tradisional, tetapi akibat
temui
juga
jangka panjangnya, sebagian besar siswa
berpikir
tidak dapat mengerjakan matematika
dalam
hidup,
menawarkan
suatu
geometri
aspek
matematis yang terhubung pada dunia
bahka
bilangan. Berdasarkan KTSP 2006 untuk
merupakan hal yang menyeramkan.
Standar
Kompetensi
Geometri
menganggap
matematika
Metode ceramah yang diberikan
dan
Pengukuran kelas V semester 2, yaitu
guru
Memahami
sifat-sifat
dan
sehingga beberapa siswa yang merasa
hubungan
antar
dengan
jenuh pun cenderung tidak meperhatikan
kompetensi dasar Mengidentifikasi sifat-
pejelasan guru dan sibuk sendiri dengan
sifat bangun datar merupakan materi
kegiatan yang dilakukannya di meja
yang harus dipahami oleh siswa melalui
siswa. Pembelajaran dua arah dengan
pengalaman secara langsung dan tidak
kapasitas
hanya sekedar menghafalkan apa yang
seharusnya lebih diterapkan, hal ini akan
telah guru jelaskan di depan kelas.
memberikan kesempatan kepada siswa
bangun
bangun
Pada umumnya kondisi belajar
untuk
pun
terkesan
guru
membosankan,
sebagai
mengembangkan
fasilitator
kemampuan
mengajar yang diciptakan dan disediakan
dalam dirinya. Selain itu kesempatan
guru
interaksi dengan sesama siswa juga akan
untuk
matematika
keperluan
dalam
pembelajaran
proses
belajar
lebih mengembangkan kemampuan siswa
mengajar masih tradisional. Pembelajaran
dalam mengkomunikasikan ide mengenai
matematika hanya diterapkan dengan
materi yang dibahas.
metode ceramah, sehingga siswa hanya
Pembelajaran
matematika
pasif mendengarkan penjelasan guru,
hendaknya dirancang sedemikian rupa
maka siswa masih banyak yang ramai,
sehingga siswa merasa nyaman mengikuti
bercanda dengan temannya dan tidak
kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan
terpusat
gurunya.
pembelajaran hendaknya siswa diajak
Bahkan guru cenderung memberikan
untuk berinteraksi dengan seluruh peserta
latihan (drill) kepada siswa. Van De
belajar yang ada dalam kelas. Interaksi ini
walle
bahwa
harus berlangsung secara berkesinam-
pengulangan latihan terhadap bagian-
bungan sehingga guru tidak terlalu
bagian matematika bukanlah merupakan
mendominasi
hal yang baik dan tidak akan pernah
yang
menghasilkan pemahaman. Latihan bisa
matematika, aktivitas siswa tidak cukup
pada
(2008)
penjelasan
menyatakan
kegiatan
berlangsung.
pembelajaran
Dalam
belajar
252
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
hanya mendengarkan dan mencatat apa
maka lebih ke arah pembelajaran inquiri
yang diterangkan guru, tetapi siswa harus
(student centered). Model pembelajaran
berpartisipasi aktif misalnya bertanya,
satu arah ini merupakan kasus ekstrim
mengemukakan ide, dan maju ke depan
yang tentu tidak cocok untuk kebanyakan
kelas. Jika siswa aktif dalam kegiatan
peserta didik. Maka diperlukan batasan
tersebut kemungkinan besar mereka akan
seberapa jauh “dukungan pembelajar”
dapat
dan seberapa jauh “kebebasan peserta
mengambil
makna
dari
pengalaman-pengalaman
dialaminya
tersebut.
Sebaliknya
yang
didik”
dalam
jika
Metode
proses
pembelajaran.
pembelajaran
penemuan
siswa kurang aktif, maka siswa tidak
terbimbing melalui pemberian bantuan
akan
adalah salah satu solusi yang dapat
mendapat
pengalaman
dari
belajarnya.
digunakan dalam permasalahan ini.
Metode pembelajaran penemuan
Walle (2008) juga menyatakan
bahwa
beberapa
yang
paling
terbimbing melalui pemberian bantuan
matematika
adalah
adalah memberikan bantuan kepada siswa
bahwa matematika dapat dipahami atau
selama tahap awal pembelajaran dan
masuk akal. Setiap hari siswa harus
kemudian mengurangi bantuan tersebut
mendapatkan
bahwa
dan memberikan kesempatan kepada
matematika masuk akal. Para siswa harus
siswa untuk mengambil alih tanggung
percaya bahwa siswa mampu memahami
jawab yang semakin besar setelah mereka
matematika.
mampu mengerjakan sendiri. Mengajar
mendasar
hal
dalam
pengalaman
Para
guru
harus
menghentikan cara mengajar dengan
matematika
member tahu segalanya kepada siswa dan
membimbing
harus mulai member kesempatan kepada
matematika siswa.
Pada
hakikatnya
aktivitas
adalah
belajar
Dalam kenyataan di lapangan,
siswa untuk memahami matematika yang
sedang mereka pelajari.
pada
secara tersirat, Metode pembelajaran
umumnya,
model
penemuan terbimbing melalui pemberian
pembelajaran matematika dapat dilihat
bantuan sudah diterapkan oleh Guru kelas
pada
antara
V SD Negeri Sukun 2 Kota Malang,
Jika
namun masih dirasa kurang tepat, karena
pembelajar lebih banyak berperan maka
pemberian bantuan yang dilakukan oleh
pembelajaran lebih pada metode ceramah
teman sejawat tidak dilakukan oleh teman
atau
sejawat
hubungan
pembelajar
dan
ekspositari
interaksi
peserta
(teacher
didik.
centered),
sedang bila peserta didik lebih dominan
yang
lebih
berkompeten,
melainkan oleh teman sejawat yang
253
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
ditunjuk sesuai giliran tempat duduk,
konsep sifat-sifat bangun datar dengan
sedangkan kenyataannya tempat duduk
penelitian
mereka atau teman sebangku mereka
metode penemuan terbimbing melalui
adalah
pemberian
teman
yang
berkemampuan
menggunakan
bantuans
penerapan
ebagai
upaya
homogen, sehingga proses scaffolding
meningkatkan pemahaman matematika
yang diharapkan tidak benar-benar terjadi
siswa kelas V SD Negeri Sukun 2
sesuai dengan harapan.
Malang.
Sesuai
dengan
apa
yang
disampaikan oleh Guru Kelas V SD
Metode
Negeri Sukun 2 Kota Malang, yaitu siswa
kelas V di sekolah tersebut cenderung
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
menganggap materi bangun datar adalah
Dipilihnya
jenis
penelitian
materi yang sulit bagi mereka, ketika
tindakan kelas dalam penelitian ini adalah
mereka melihat gambar bangun datar di
karena tujuan penelitian ini sesuai dengan
buku materi Matematika atau bahkan di
karakteristik
beberapa soal matematika, mayoritas dari
memperbaiki
mereka akan spontan mengeluh dan tidak
pembelajaran perkalian bilangan dengan
tertarik untuk menyelaminya. Akibatnya
penerapan strategi interaksi. Penelitian ini
ketika siswa diberi beberapa pertanyaan
berangkat
atau pemahaman soal berkaitan dengan
dihadapi
bangun datar, sebagian besar dari siswa
pembelajaran untuk memahami materi
tidak dapat memahami dan mengerti akan
matematika.
PTK,
yaitu
ingin
kualitas
dari
proses
permasalahan
oleh
siswa
dalam
yang
proses
soal dan wacana bangun datar yang
Model penelitian tindakan kelas
dimaksud. Sebagian dari mereka juga
yang digunakan adalah model Hendrick.
mengganggap materi bangun datar tidak
Berdasarkan model Proses Penelitian
akan ada manfaatnya dalam kehidupan
Tindakan
sehari-hari, sehingga ketertarikan mereka
2009),
dalam mempelajari materi bangun datar
adalah sebagai berikut:
Kelas
maka
Hendrick
(Mertler,
tahap-tahap
penelitian
sangat rendah.
Refleksi Awal
Mulai
Aksi Awal
Evaluasi Awal
Berdasarkan masalah dan gambaran
umum di lapangan maka peneliti akan
Evaluasi
Lanjutan I
Aksi
Lanjutan I
Refleksi
Lanjutan I
melakukan penelitian terhadap siswa
kelas V SD Negeri Sukun 2 Malang
dalam upaya membangun pemahaman
Refleksi
Lanjutan II
Aksi
Lanjutan II
Evaluasi
Lanjutan II
Selesai
254
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
Gambar 1. Diagram Alir Tahap-tahap
penelitian
dan
Penelitian dimulai dari kegiatan
pratindakan yang terdiri dari refleksi awal
aksi awal dan evaluasi awal, dilanjutkan
dengan pelaksanaan siklus I yang terdiri
dari refleksi lanjutan I, aksi lanjutan I dan
evaluasi I serta pelaksanaan siklus II yang
terdiri dari refleksi lanjutan I, aksi
lanjutan II dan evaluasi lanjutan II.
awal,
mengadakan
menggali
dimana
peneliti
observasi
untuk
dan
mengeksplorasi
masalah yang dihadapi oleh siswa.
hasil
observasi,
merancang
suatu
peneliti
solusi
untuk
mengatasi permasalahan siswa.
suatu strategi yang sesuai untuk
diaplikasikan ke lapangan dengan
kondisi
permasalahan
yang
ditemukan
peneliti
pada
tahap
Peneliti
mulai
awal.
merancang
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran, Lembar Kerja untuk
siswa, Lembar tes untuk siswa,
Lembar observasi untuk guru
guna
mengetahui
kevalidan
rancangan
berupa
perangkat
dan
instrumen
pembelajaran
dari
hasil
penelitian yang telah disusun.
4. Refleksi lanjutan I
Pada tahap refleksi lanjutan I ini
dan instrumen penelitian yang telah
divalidasi
oleh
validator,
yang
selanjutnya akan dapat digunakan
dalam pelaksanaan penelitian.
5. Aksi lanjutan I
Dalam tahap aksi lanjutan I peneliti
akan melaksanakan tindakan I dengan
tahap
menggunakan perangkat
pembela-
jaran dan instrumen penelitian yang
telah divalidasi dan direvisi.
6. Evaluasi lanjutan I
Pada
titik
tahap
mengevaluasi
ini
peneliti
keefektifan
strategi
yang telah digunakan pada tindakan I
(aksi
lanjutan
I)
dan
meninjau
kembali pelaksanaan pembelajaran
dengan
3. Evaluasi awal
memperhatikan
hasil
observasi yang telah dilakukan, guna
ini,
peneliti
mulai
mengevaluasi hasil rancangan yang
telah
ahli
dirancang oleh peneliti dan dengan
Pada tahap ini peneliti merancang
Pada
validator
kepada
menggunakan strategi yang telah
2. Aksi awal
observasi
beberapa
penelitian
hasil validasi perangkat pembelajaran
Tahap refleksi awal di sini berupa
Dari
instrumen
peneliti melaksanakan revisi dari
1. Refleksi awal
observasi
memvalidasi perangkat pembelajaran
disusun
yaitu
dengan
sebagai
referensi
atau
gambaran
dalam meningkatkan kualitas untuk
pelaksanaan tindakan II.
255
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
observasi aktivitas guru dan siswa, hasil
tes awal, tes akhir pembelajaran dan tes
7. Refleksi lanjutan II
hasil belajar siswa, dan wawacara.
Pada tahap refleksi lanjutan II ini
peneliti melaksanakan revisi atau
Hasil dan pembahasan
perbaikan dari hasil pembelajaran
yang
telah
tindakan
I,
dilaksanakan
dengan
pada
Dari
bahwa
hasil
penelitian
pembelajaran
diperoleh
dengan
metode
menyusun
penemuan terbimbing melalui pemberian
rancangan strategi selanjutnya yang
bantuan dapat membangun pemahaman
akan diaplikasikan dalam tahap aksi
materi sifat-sifat bangun datar siswa kelas
lanjutan II (tindakan II).
VA
8. Aksi lanjutan II
SD
Negeri
Pembelajaran
Sukun
dengan
2
Malang.
menggunakan
Dalam tahap aksi lanjutan II peneliti
metode penemuan terbimbing melalui
akan
pemberian bantuan yang dapat membantu
melaksanakan
tindakan
II
dengan menggunakan strategi yang
siswa
telah dirancang oleh peneliti dan
pemahaman materi sifat-sifat bangun
dengan
perangkat
datar memiliki beberapa langkah sebagai
instrumen
berikut: (1) scaffolding 1 yang meliputi
penelitian yang telah disusun oleh
pengamatan fenomena dunia nyata dan
peneliti.
presentasi interaktif; (2) scaffolding 2
menggunakan
pembelajaran
dan
9. Evaluasi lanjutan II
Pada
titik
tahap
mengevaluasi
yang
ini
keefektifan
dalam
meliputi
proses
aktivitas
membangun
memproses
peneliti
pembelajaran, pengalaman dunia nyata
strategi
yang kontekstual, pelatihan menemukan
yang telah digunakan pada tindakan
(sendiri,
II (aksi lanjutan II) dan meninjau
menggunakan LKS, aktivitas dukungan
kembali pelaksanaan pembelajaran
kawan, pelatihan hasil pembelajaran dan
dengan
hasil
aktivitas pemecahan masalah; serta (3)
observasi yang telah dilakukan, dan
scaffolding 3 yang meliputi aktivitas
dilanjutkan dengan menuliskan hasil
penguatan, umpan balik dan pelatihan
laporan penelitia tindakan kelas yang
terus menerus. Penelitian ini terdiri dari 2
telah dilaksanakan.
tindakan. Berdasarkan hasil tes belajar 1
memperhatikan
berkelompok)
dengan
Prosedur pengumpulan data dalam
pada tindakan 1, diperoleh 13 dari 42
penelitian ini berupa validasi perangkat
siswa masih memperoleh nilai kurang
pembelajaran dan instrumen penelitian,
dari 65. Berdasarkan hasil tes belajar 2
256
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
pada tindakan 2, diperoleh 10 dari 42
manipulatif
siswa yang memperoleh nilai kurang dari
persegi,
65. Namun, pada tes hasil belajar 3,
trapesium dan lingkaran, kawat berbentuk
diperoleh 2 dari 42 siswa memperoleh
jajar genjang dan belah ketupat, serta
nilai kurang dari 65, dan 1 siswa
layang-layang
(2)
LKS
yang
memperoleh nilai 69.
mengarahkan
siswa
untuk
dapat
Dalam
penelitian
ini
peneliti
bertindak sebagai guru dalam penelitian
ini,
dengan
pelaksanaan
tujuan
agar
pembelajaran
berupa
persegi
kertas
berbentuk
panjang,
segitiga,
menemukan sendiri bagaimana sifat-sifat
yang dimiliki oleh bangun datar.
proses
Pembelajaran dengan menggunakan
dapat
metode penemuan terbimbing melalui
berlangsung sesuai dengan rancangan
pemberian
peneliti. Pembelajaran materi sifat-sifat
dalam proses membangun pemahaman
bangun
dengan
materi sifat-sifat bangun datar. Dengan
metode penemuan terbimbing melalui
pemberian bantuan di awal (scaffolding
pemberian bantuan menggunakan bahan
1) berupa pengamatan dunia nyata dan
manipulatif yang dapat diutak-atik siswa
presentasi aktif antara siswa dan guru,
dengan
dimana guru memberikan pertanyaan
datar
dilaksanakan
tujuan
agar
siswa
dapat
bantuan
membantu
siswa
menemukan sendiri bagaimana sifat-sifat
arahan
yang dimiliki oleh bangun datar. Hal ini
pemahaman awal siswa terkait dengan
sesuai dengan pernyataan Walle (2008)
bangun datar dan memberikan pertanyaan
yaitu
bahan
yang berkaitan dengan dunia nyata
manipulatif untuk ide-ide matematika
seperti benda-benda di sekitar siswa yang
membantu
berbentuk
model-model
siswa
atau
mengungkap
dan
yang
mengarah
persegi,
persegi
kepada
panjang,
memperbincangkan ide-ide matematika.
segitiga, jajar genjang, trapesium, belah
Benda-benda fisik atau bahan manipulatif
ketupat, layang-layang dan lingkaran.
untuk merepresentasikan konsep-konsep
Dilanjutkan dengan membantu siswa
yang terdapat pada materi matematika
dalam menginteraksikan dan menyerap
merupakan alat yang penting untuk
pengetahuan
dan
membantu siswa belajar matematika.
(Scaffolding
2)
Pembelajaran
materi
sifat-sifat
digunakan
siswa
keterampilan
dengan
dalam
LKS
baru
yang
menemukan
bangun datar dengan metode penemuan
sendiri sifat-sifat yang dimiliki oleh
terbimbing melalui pemberian bantuan,
bangun datar, dimana hal ini merupakan
dimana
situasi
pengalaman nyata yang kontekstual dan
melalui:
(1)
kelas
dikembangkan
penggunaan
bahan
257
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
dapat
membantu
siswa
dalam
serta
dalam
menengahi
permasalahan yang ada di antara mereka.
membangun pemahaman materi.
Selanjutnya, proses pembelajaran
ini dapat membuat siswa
scaffolding
turut
Sehingga, guru pun ikut membantu secara
langsung dan mengarahkan siswa.
menjadi tak lagi sungkan bertanya kepada
Hal ini sesuai dengan pendapat
guru dan meminta bantuan teman sejawat
Vygotsky dalam Walle (2008) dimana
yang
merasa
Vygotsky memfokuskan pada interaksi
kesulitan dalam pemahaman materi dan
sosial sebagai komponen penting dalam
mengerjakan LKS. Ketika siswa telah
pengembangan pengetahuan. Vygotsky
memahami materi, maka dilanjutkan
percaya bahwa proses berfikir berada di
dengan membantu siswa memperluas
antara orang-orang di dalam lingkungan
pengetahuan dan keterampilan baru agar
sosial dan dari lingkungan inilah siswa
selalu teringat (Scaffolding 3) dengan
dapat memperoleh ide-ide. Transfer ide
aktivitas
inilah yang dinamakan interaksi.
lebih
mampu
ketika
penguatan
yaitu
seperti
memberikan tes akhir pembelajaran dan
Interaksi ini terdapat dalam ZPD
memberikan pelatihan terus menerus
(Zone of Proximal Development) setiap
dengan memberikan soal-soal.
siswa. ZPD bukan ruang fisik, namun
Pembelajaran
dengan
metode
merupakan ruang simbolik yang dibuat
penemuan terbimbing melalui pemberian
melalui interaksi para siswa dengan yang
bantuan
lainnya
menunjukkan
hasil
positif
yang
berpengetahuan
lebih
terhadap siswa, baik dalam sikap belajar
banyak atau yang lebih berkompeten. Hal
siswa yang awalnya tidak ada interaksi
ini juga tampak ketika RKZ memberikan
sama sekali baik dengan guru dan teman
bantuan secara langsung kepada KV
sejawat membuat siswa menjadi tak
ketika
sungkan untuk menjalin komunikasi dan
menggambar segitiga pada pertemuan
interaksi dengan guru dan teman sejawat
kedua. Bantuan oleh teman sejawat yang
yang mau memberikan bantuan kepada
lebih mampu juga terlihat ketika RF dan
siswa
kesulitan.
RS memberikan bantuan pada teman-
Aktivitas ini tampak ketika kelompok
teman yang masih merasa kesulitan
Biru memiliki perbedaan pendapat ketika
dengan menjelaskan di papan tulis seperti
menyebutkan beberapa benda berbentuk
yang tampak pada dialog 12 dan dialog
persegi. Terlihat pada dialog 4, ketika
13.
yang
mengalami
ODY, RS dan MRS beradu pendapat, RS
mengambil inisiatif untuk mengajak guru
KV
merasa
Pemberian
kesulitan
bantuan
di
dalam
awal
pembelajaran untuk memahami apa yang
258
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
hendak dilakukan siswa atau tugas siswa
dengan LKS dengan tujuan menemukan
sangat membantu mengarahkan siswa
sendiri sifat-sifat bangun datar.
belajar sesuai dengan pemahaman siswa,
sehingga dengan belajar menemukan
Pemberian
bantuan
yang
tepat
sendiri sifat-sifat bangun datar membuat
sesuai dengan pemikiran atau cara yang
belajar siswa menjadi lebih bermakna.
dimiliki siswa yang mengalami kesulitan
Aktivitas
atau
ini
tampak
ketika
guru
melakukan
kesalahan
dapat
mengarahkan siswa dan bersama-sama
memberikan kesempatan kepada siswa
memahami
yang
dalam memahami sifat-sifat bangun datar
terdapat pada LKS sebelum pelaksanaan
dengan kemampuan siswa sendiri dalam
Pengalaman
dilanjutkan
menemukan sifat-sifat bangun datar. Hal
dengan siswa mulai aktif mengutak-atik
ini membawa pengaruh yang cukup baik,
bahan
yaitu
langkah-langkah
Siswa
manipulatif
yang
dan
menemukan
siswa
menjadi
berani
untuk
sendiri siat-sifat yang dimiliki bangun
mengemukakan pendapat atau pemikiran
datar.
siswa sendiri dan tidak merasa takut
Hal ini sesuai dengan pendapat
dalam melakukan suatu kegiatan di dalam
Walle (2008) yang menyatakan bahwa
kelas. Hal ini tampak ketika PST
siswa
mengemukakan
mengkonstruksi
sendiri
pendapatnya
ketika
pengetahuan siswa ke dalam pemahaman
sebagian besar siswa merasa kesulitan
mereka, guru tidak dapat mengirimkan
dalam
ide kepada siswa yang pasif. Agar siswa
terdapat pada LKS Latihan 7 nomor 4
dapat
(terlihat
membuat
ide-ide
baru
dan
memecahkan
pada
masalah
dialog
17),
yang
PST
menghubungkannya dengan jaringan ide
menyampaikan idenya ke depan kelas
siswa atau yang dinamakan memahami,
dan dituliskan di papan tulis, guru
maka siswa harus dilibatkan berfikir.
sebagai
Ide tidak dapat dituangkan ke
dalam
diri
siswa
mediator
menjadi
jembatan
antara ide pemikiran PST dan ide
sebagaimana
pemikiran siswa yang lain. Hal ini sesuai
menuangkan air ke dalam bejana kosong.
dengan pernyataan Walle (2008) bahwa
Sehingga dalam hal ini siswa diharapkan
ide-ide yang berada di dalam kelas, di
turut aktif guna mendapatkan pemahaman
dalam buku atau bahkan yang dimiliki
dan membuat belajar siswa menjadi lebih
oleh guru berbeda dengan apa yang
bermakna. Hal ini terlihat ketika guru
dimiliki atau yang dikonstruksi oleh
melibatkan siswa sepenuhnya bekerja
siswa.
259
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
Ide-ide
yang
diformulasikan
dengan baik yang datang dari luar siswa
dinamakan
konsep-konsep
ide
atau
pemikiran
yang
telah
diformulasikan oleh orang lain.
ilmiah,
Belajar
matematika
merupakan
sedangkan ide-ide yang dikembangkan
memahami ide-ide atau pemikiran dari
oleh siswa dinamakan konsep spontan.
komunitas matematika, dalam hal ini
Kepercayaan harus dibangun dengan
adalah pemikiran kelompok. Ide-ide atau
pemahaman bahwa melakukan kesalahan
pemikiran haris dipahami bersama-sama
adalah bukan masalah. Siswa harus
di dalam kelas. Setiap siswa harus
menyadari
adalah
menghargai ide-ide atau pemikiran dari
kesempatan untuk berkembang. Semua
temannya dan mencoba menilai dan
siswa harus percaya bahwa ide-ide siswa
menghargainya. Menghargai ide-ide atau
akan sampai pada kesimpulan benar atau
pemikiran orang lain sangat penting
salah. Tanpa kepercayaan ini, tidak akan
dalam diskusi, hal ini terjadi ketika siswa
pernah terjadi pertukaran ide. Pertukaran
berdiskusi bersama kelompok dan ketika
ide
salah
inilah
bahwa
kesalahan
yang ada
dalam
proses
satu
wakil
dari
kelompok
hasil
diskusi
pemberia bantuan yang tepat sesuai
mempresentasikan
dengan pemikiran atau cara yang dimiliki
kelompok ke depan kelas.
siswa ketika siswa mengalami kesulitan
atau melakukan kesalahan.
Representasi dari bahan manipulatif
berupa kertas yang berbentuk persegi,
Belajar dengan kelompok membuat
persegi
panjang,
trapesium,
dan
siswa saling membantu satu sama lain
lingkaran, kawat yang berbentuk jajar
dan dapat meningkatkan motivasi belajar
genjang dan belah ketupat serta layang-
sehingga siswa senang belajar karena
layang yang digunakan siswa dalam
siswa tidak bekerja sendiri melainkan
proses
melibatkan lingkungan sekitar sehingga
scaffolding ini memberikan kesempatan
membuat pelajaran matematika menjadi
siswa dapat mengutak-atik sendiri bahan
menarik, menyenangkan, dan membuat
manipulatif guna memahami bagaimana
siswa mau belajar matematika. Hal ini
sifat-sifat yang dimiliki bangun-bangun
sesuai dengan pendapat Walle (2008)
datar tersebut dengan menemukannya
bahwa siswa dapat memiliki ide-ide atau
sendiri.
pemikiran
mereka
sendiri
pembelajaran
dengan
strategi
dan
Hal ini sesuai dengan pendapat
membaginya dengan yang lain. Secara
Kennedy (2008) dimana siswa Sekolah
serupa mereka juga perlu memahami
Dasar masih berada pada tahap 0, 1 dan 2
bahwa mereka dapat juga belajar dari ide-
dalam pemahaman geometri. Pada ketiga
260
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
tahap ini siswa masih bekerja secara
yang efektif merupakan kegiatan yang
visualisasi dan benda konkret dalam
terpusat pada siswa. Dalam hal ini di
mengenal dan memberi nama bangun
dalam kelas yang bersifat konstruktivis,
datar, mendeskripsikan bagaimana sifat-
tekanan diberikan kepada pembelajaran
sifat
bangun
datar
dan
bukan pengajaran.
mengklasifikasikan
bangun
datar
Siswa
berdasarka
sifat-sifatnya.
Jadi
siswa
melalui
diberikan
LKS,
peran
tugas
belajar
guru
adalah
masih bekerja dalam tahap benda konkret
melibatkan
untuk dapat memudahkan siswa dalam
pembelajaran dengan membuat suasana
memahami bagaimana sifat-sifat yang
kelas agar siswa mengeksplorasi dan
dimiliki oleh bangun datar.
memahami melalui LKS dan bahan
Siswa terlihat sangat tertarik ketika
siswa
manipulatif
dalam
yang
proses
diberikan.
Pada
siswa bekerja dengan benda konkret, hal
pertemuan pertama, terlihat siswa masih
ini tampak ketika siswa sangat antusias
kaku dan belum terbiasa dengan proses
melihat guru membawa kawat, beberapa
pembelajaran dengan menggunakan LKS
dari siswa menanyakan dengan rasa ingin
dan bahan manipulatif, namun untuk
tahu akan dibuat menjadi apakah kawat
pertemuan selanjutnya, siswa tampak
tersebut
pada
sudah terbiasa dan menikmati proses
pelaksanaan
pembelajaran yang diberikan guru dengan
seperti
pertemuan
pengalaman
yang
terlihat
kedua
siswa
IV
materi
jajar
genjang. Hal serupa juga tampak ketika
strategi scaffolding menggunakan LKS
dan bahan manipulatif.
siswa sangat bersemangat saat guru
Kendala
umum
yang
dihadapi
memberikan instruksi untuk membawa
dalam proses pembelajaran materi sifat-
layang-layang pada pertemuan keempat
sifat
pelaksanaan
scaffolding
ini
terbiasanya
siswa
pengalaman
siswa
VII
materi layang-layang.
bangun
datar
dengan
lebih kepada
mengalami
strategi
belum
proses
Penggunaan sarana belajar seperti
pembelajaran dimana siswa memiliki
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan beberapa
kesempatan untuk menerima bantuan
bahan
membantu
baik dari guru ataupun teman sejawat
siswa dalam memahami sifat-sifat bangun
yang lebih mampu. Hal ini terjadi karena
datar
sendiri
kebiasaan siswa yang selalu berkumpul
bagaimana sifat-sifat yang dimiliki oleh
dengan siswa yang memiliki kemampuan
bangun datar. Hal ini sesuai dengan
sama membuat siswa tidak pernah saling
pendapat Walle (2008) bahwa pengajaran
memberikan
manipulatif
dengan
sangat
menemukan
bantuan
atau
bahkan
261
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
bertukar pikiran. Bahkan ketika proses
terbimbing melalui pemberian bantuan
kerja kelompok berlangsung, sebagian
(scaffolding)
dari siswa pun terlihat pasif dan enggan
lancar.
untuk bertanya atau berdiskusi dengan
teman sekelompoknya.
dapat
berjalan
dengan
Pelaksanaan pembelajaran dengan
metode penemuan terbimbing melalui
Kebiasaan guru yang tidak pernah
pemberian bantuan terhadap materi sifat-
memberikan bantuan secara langsung,
sifat bangun terlaksana dengan baik,
bahkan
memberikan
perubahan sikap siswa nampak dalam
materi di depan kelas, dan langsung
proses pembelajaran ini, dibandingkan
memberi
untuk
sebelum proses pembelajaran dengan
mengerjakan soal-soal dalam buku paket
metode tersebut, serta dapat membantu
tanpa memberi petunjuk atau arahan
membangun pemahaman siswa terhadap
sebelumnya membuat siswa menjadi
materi sifat-sifat bangun datar dengan
takut untuk menyampaikan pendapat atau
siswa menemukan sendiri bagaimana
bahkan bertanya kepada guru. Hal ini
sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun
dihadapi peneliti dengan memberikan
datar,
pendekatan dan motivasi kepada siswa,
diberikan di saat yang tepat dan dalam
bahwa
jumlah
hanya
sekedar
instruksi
siswa
dengan
menggunakan
metode
pembelajaran
penemuan
dimana
menjadi
yang
pemberian
tepat
seorang
bantuan
sehingga
yang
bebas
siswa
pada
terbimbing melalui pemberian bantuan
pengaturan mereka sendiri, dilanjutkan
(scaffolding), siswa akan lebih dapat
dengan kolaborasi dengan siswa yang
memahami materi yang disampaikan oleh
lebih mampu yang dapat membantu siswa
guru, karena siswa diberi kesempatan
yang mengalami kesulitan belajar.
untuk mendapatkan bantuan baik dari
Pemahaman siswa terhadap materi
guru maupun teman sejawat yang lebih
sifat-sifat bangun datar setelah proses
mampu.
pembelajaran dengan metode penemuan
Pembentukan suasana kelas dengan
terbimbing melalui pemberian bantuan
mengelompokkan siswa yang memiliki
jika dilihat dari skor yang diperoleh siswa
kemampuan heterogen merupakan salah
dari tes hasil beajar juga dapat dikatakan
satu solusi dalam menangani masalah
baik, dimana pada tes hasil belajar 1
atau kendala ini, karena pengelompokkan
terdapat 13 siswa yang memiliki nilai
siswa
kemampuan
kurang dari 65, pada tes hasil belajar 2
heterogen akan dapat membantu proses
terdapat 10 siswa yang memiliki nilai
pembelajaran dengan metode penemuan
kurang dari 65, dan pada tes hasil belajar
dengan
memiliki
262
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
3 terdapat 2 orang yang memiliki nilai
guru, dimana guru memberikan
kurang dari 65 serta 1 orang yang
pertanyaan
memiliki nilai 69.
mengarah kepada pemahaman
Peneliti juga melakukan wawancara
terhadap
4
siswa,
awal siswa terkait dengan bangun
datar dan memberikan pertanyaan
siswa
yang berkaitan dengan dunia
berkemampuan sedang, dan 1 siswa
nyata seperti benda-benda di
berkemampuan rendah untuk mengetahui
sekitar siswa.
tinggi,
1
yang
siswa
berkemampuan
yaitu
arahan
2
sejauh mana pemahaman siswa terhadap
b. Membantu
siswa
dalam
materi setelah pembelajaran dan dapat
menginteraksikan dan menyerap
disimpulkan
sudah
dapat
pengetahuan dan keterampilan
sifat-sifat
bangun
baru (Scaffolding 2) dengan LKS
datar, dimana siswa sangat terbantu
yang digunakan siswa dalam
dalam memahami sifat-sifat bangun datar
menemukan
melalui proses pelaksanaan pembelajaran
yang dimiliki oleh bangun datar,
dengan menggunakan metode penemuan
dimana
terbimbing melalui pemberian bantuan.
pengalaman
memahami
siswa
materi
sendiri
hal
ini
sifat-sifat
merupakan
nyata
yang
kontekstual dan dapat membantu
siswa
Simpulan dan saran
Memperhatikan rumusan masalah,
paparan data dan temuan penelitian serta
dalam
membangun
pemahaman materi.
c. Membantu
siswa
memperluas
pembahasan hasil penelitian, disimpulkan
pengetahuan dan keterampilan
bahwa:
baru
1. Pembelajaran dengan menggunakan
(Scaffolding 3) dengan aktivitas
metode
penemuan
terbimbing
agar
penguatan
yaitu
melalui pemberian bantuan dapat
memberikan
membantu
sifat-sifat
seperti
akhir
proses
pembelajaran dan memberikan
pemahaman
materi
pelatihan terus menerus dengan
bangun
datar
dengan
memberikan soal-soal.
beberapa langkah sebagai berikut:
Pembelajaran
a. Pemberian
awal
penemuan
berupa
pemberian
(scaffolding
tes
teringat
dalam
siswa
membangun
selalu
bantuan
1)
di
dengan
metode
terbimbing
melalui
bantuan
menunjukkan
pengamatan dunia nyata dan
hasil positif terhadap siswa, baik
presentasi aktif antara siswa dan
dalam sikap belajar siswa yang
263
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
awalnya tidak ada interaksi sama
pembelajaran
sekali baik dengan guru dan teman
penemuan
sejawat membuat siswa menjadi tak
pemberian bantuan dapat dikatakan
sungkan untuk menjalin komunikasi
baik. Dengan hasil tes belajar yang
dan interaksi dengan guru dan teman
dimiliki siswa dimana pada tes hasil
sejawat
belajar 1 terdapat 13 siswa yang
yang
bantuan
mau
kepada
memberikan
siswa
yang
dengan
metode
terbimbing
melalui
memiliki nilai kurang dari 65, pada
mengalami kesulitan.
tes hasil belajar 2 terdapat 10 siswa
Pelaksanaan pembelajaran dengan
yang memiliki nilai kurang dari 65,
metode
terbimbing
dan pada tes hasil belajar 3 terdapat 2
melalui pemberian bantuan terhadap
orang yang memiliki nilai kurang
materi sifat-sifat bangun terlaksana
dari 65 serta 1 orang yang memiliki
dengan baik, perubahan sikap siswa
nilai 69. Dari hasil wawancara
nampak dalam proses pembelajaran
terhadap 4 siswa, yaitu 1 siswa
ini, dibandingkan sebelum proses
berkemampuan
pembelajaran
penemuan
penemuan
pemberian
tinggi,
2
siswa
dengan
metode
berkemampuan sedang, dan 1 siswa
terbimbing
melalui
berkemampuan
bantuan.
Serta
dapat
disimpulkan
rendah,
siswa
sudah
dapat
dapat
membatu membangun pemahaman
memahami materi sifat-sifat bangun
siswa
sifat-sifat
datar, dimana siswa sangat terbantu
siswa
dalam memahami sifat-sifat bangun
menemukan sendiri bagaimana sifat-
datar melalui proses pelaksanaan
sifat yang dimiliki oleh bangun datar,
pembelajaran dengan menggunakan
dimana pemberian bantuan diberikan
metode
di saat yang tepat dan dalam jumlah
melalui pemberian bantuan.
bangun
terhadap
datar
materi
dengan
penemuan
terbimbing
yang tepat sehingga siswa menjadi
seorang yang bebas pada pengaturan
Berdasarkan hasil penelitian dan
mereka sendiri, dilanjutkan dengan
temuan
kolaborasi dengan siswa yang lebih
kepada guru untuk menggunakan metode
mampu yang dapat membantu siswa
penemuan terbimbing melalui pemberian
yang mengalami kesulitan belajar.
bantuandalam pembelajaran di sekolah
dengan
2. Pemahaman siswa terhadap materi
sifat-sifat bangun datar setelah proses
penelitian,
maka
disarankan
memperhatikan beberapa
sebagai berikut:
hal
264
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
a. Dari aspek manajemen disarankan
satu,
sehingga
proses
transfer
untuk menerapkan metode penemuan
pemikiran dan proses saling berbagi
terbimbing
serta
melalui
bantuan
pemberian
(scaffolding)dalam
pembelajaran matematika, terlebih
saling
membantu
dapat
terlaksana.
d. Dari aspek proses hendaknya dalam
dikarenakan kondisi sosial siswa
proses
yang membutuhkan bantuan baik dari
memperhatikan
guru maupun teman sejawat yang
tempat
lebih mampu.
untuk membuat kondisi tempat duduk
b. Dari
aspek
membiasakan
guru
hendaknya
berinteraksi
dengan
pembelajaran,
duduk
guru
kembali
siswa,
posisi
disarankan
menjadi lebih heterogen, sehingga
proses
pembelajaran
sekaligus
siswa selama proses pembelajaran
penyampaian informasi bias lebih
berlangsung,
maksimal.
proses
pembelajaran
yang hanya terpusat kepada guru
e. Dari
aspek
sarana
disarankan
mengakibatkan sulit berkembangnya
penggunaan sarana belajar seperti
pemikiran siswa dan menumbuhkan
bahan
rasa takut dalam diri siswa untuk
pembelajaran matematika hendaknya
mengungkapkan pendapat, serta tak
dibiasakan selalu digunakan, karena
sungkan dalam memberi bantuan di
siswa SD masih dalam tahap dimana
saat
mereka belajar dengan menggunakan
yang
tepat
ketika
siswa
mengalami kesulitan dalam belajar.
c. Dari aspek siswa hendaknya siswa
juga
diberi
kesempatan
untuk
manipulatif
benda
dalam
konkret
untuk
merepresentasikan
ide-ide
matematika.
berinteraksi dengan teman sejawat
f. Dari aspek pengembangan hendaknya
bahkan dengan yang berkemampuan
dapat melakukan penelitian lebih
lebih untuk dapat saling berbagi dan
lanjut tentang proses pembelajaran
saling memberi bantuan dalam proses
dengan
belajar. Kebiasaan duduk berkumpul
penemuan
dengan teman yang berkemampuan
pemberian
bantuan
(scaffolding)
homogen hendaknya dihindari dan
diharapkan
dapat
melakukan
diatasi
mengkondisikan
penelitian lebih mendalam terkait
suasana kelas denga tempat duduk
dengan bagaimana penerapan atau
dimana
langkah-langkah metode penemuan
dengan
siswa
berkemampuan
heterogen dapat berkumpul menjadi
terbimbing
menggunakan
metode
terbimbing
melalui
melalui
pemberian
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
bantuan (scaffolding) yang dapat
diterapkan
dalam
pembelajaran
matematika.
Daftar Pustaka
Billstein, Rick. 2007. A Problem Solving
Approach to Mathematics for
Elementary School Teachers. New
York: Pearson.
Heruman. 2010. Model Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar .
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kennedy, Leonard M. 2008. Guiding
Children’s
Learning
of
Mathematics. California: Thomson
Wadsworth.
Mertler, Craig A. 2009. Action Research
Teachers as Researchers in the
Classroom Second Edition. Los
Angeles: SAGE Publications, Inc.
Miles, M.B. & Huberman, M.A. 1992.
Quality Data Analysis. Terjemahan
oleh Tjetjep Rohidi. Jakarta: UI
Press.
NCTM. 2000. Principles and Standards
for School Mathematics. United
States of America: The National
Council of Mathemetics, Inc.
Pannen, Paulina. 2001. Konstruktivisme
dalam
Pembelajaran.
Jakarta:
PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Qohar, Abdul. 2009. Penggunaan
Reciprocal
Teaching
untuk
Mengembangkan
Pemahaman
Matematis (dalam Hasrattudin
(editor).
2009.
Prosiding
Konferensi Nasional Pendidikan
Matematika
III).
Medan:
Universitas Negeri Medan.
265
Santrock, John. W. 2007. Perkembangan
Anak. Jakarta: Erlangga.
Suherman, Erman, Ar. 2003. Strategi
Pembelajaran
Matematika
Kontemporer .
Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Van De Walle, John. 2008. Matematika
Sekolah Dasar dan Menengah
Pengembangan
Pengajaran.
Jakarta: Erlangga.
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
Penerapan Metode Penemuan Terbimbing melalui Pemberian Bantuan
(Scaffolding) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar
Mata Pelajaran Matematika
Ika Rahmawati
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya
Ikarahma999@gmail.com
Abstrak Bahasa Indonesia
Pelaksanaan penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah yang dihadapi
oleh siswa kelas V SD Negeri Sukun 2 Malang. Mereka merasa kesulitan dalam
memahami materi matematika khususnya materi bangun datar. Beberapa siswa pun
menyampaikan keluhan bahwa siswa yang kurang mampu dalam proses pemahaman
materi tidak memperoleh kesempatan untuk mendapatkan bantuan baik dari guru
maupun teman yang memiliki kemampuan lebih. Oleh karena itu diperlukan usaha yang
serius dalam membangun pemahaman siswa terhadap materi sifat-sifat bangun datar.
Usaha yang dapat dilakukan guru untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan
menggunakan LKS dan bahan manipulatif dengan metode penemuan terbimbing melalui
pemberian bantuan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sukun 2 Malang dengan
subjek penelitian adalah siswa kelas VA SD Negeri Sukun 2 Malang. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing melalui
pemberian bantuan dapat membangun pemahaman materi sifat-sifat bangun datar siswa
kelas VA SD Negeri Sukun 2 Malang.
Kata Kunci: pemberian bantuan, scaffolding, sifat-sifat bangun datar.
Abstrak Bahasa Inggris
The problems faced by fifth graders at SD Negeri Sukun 2 Malang in terms of
understanding mathematical materials particularly concerning plain figure
characteristics material. Several students complain that those students who is lacking in
understanding matters don’t have enough opportunity to gain help from their highability friends. It is necessary to initiate a serious effort in building student’s
understanding toward plain figure characteristics materials. Efforts that could be done
by teacher in solving this problem would be by using LKS and manipulative material
with the method of guiding discovery through giving assistance.This study was
conducted in SD Negeri Sukun 2 Malang with study’s subject were students of VA grade
in SD Negeri Sukun 2 Malang. From the result of this study it is obtained that learning
using the method of guiding discovery through giving assistance would be able in
building understanding of plain figure characteristics material among VA grade
students of SD Negeri Sukun 2 Malang
Keywords: giving assistance, scaffolding, plane figure’s characteristics.
yang menempati posisi penting untuk
Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu
dipelajari karena geometri digunakan
bidang studi yang diajarkan pada siswa
oleh setiap orang dalam kehidupan
dalam
sehari-hari.
pendidikan
di
sekolah,
dan
geometri merupakan cabang matematika
Kennedy
(2008)
mengemukakan bahwa geometri dapat
251
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
membantu kita merepresentasikan dan
memberikan hasil jangka pendek yang
mendeskripsikan beberapa hal yang kita
bagus dalam tes tradisional, tetapi akibat
temui
juga
jangka panjangnya, sebagian besar siswa
berpikir
tidak dapat mengerjakan matematika
dalam
hidup,
menawarkan
suatu
geometri
aspek
matematis yang terhubung pada dunia
bahka
bilangan. Berdasarkan KTSP 2006 untuk
merupakan hal yang menyeramkan.
Standar
Kompetensi
Geometri
menganggap
matematika
Metode ceramah yang diberikan
dan
Pengukuran kelas V semester 2, yaitu
guru
Memahami
sifat-sifat
dan
sehingga beberapa siswa yang merasa
hubungan
antar
dengan
jenuh pun cenderung tidak meperhatikan
kompetensi dasar Mengidentifikasi sifat-
pejelasan guru dan sibuk sendiri dengan
sifat bangun datar merupakan materi
kegiatan yang dilakukannya di meja
yang harus dipahami oleh siswa melalui
siswa. Pembelajaran dua arah dengan
pengalaman secara langsung dan tidak
kapasitas
hanya sekedar menghafalkan apa yang
seharusnya lebih diterapkan, hal ini akan
telah guru jelaskan di depan kelas.
memberikan kesempatan kepada siswa
bangun
bangun
Pada umumnya kondisi belajar
untuk
pun
terkesan
guru
membosankan,
sebagai
mengembangkan
fasilitator
kemampuan
mengajar yang diciptakan dan disediakan
dalam dirinya. Selain itu kesempatan
guru
interaksi dengan sesama siswa juga akan
untuk
matematika
keperluan
dalam
pembelajaran
proses
belajar
lebih mengembangkan kemampuan siswa
mengajar masih tradisional. Pembelajaran
dalam mengkomunikasikan ide mengenai
matematika hanya diterapkan dengan
materi yang dibahas.
metode ceramah, sehingga siswa hanya
Pembelajaran
matematika
pasif mendengarkan penjelasan guru,
hendaknya dirancang sedemikian rupa
maka siswa masih banyak yang ramai,
sehingga siswa merasa nyaman mengikuti
bercanda dengan temannya dan tidak
kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan
terpusat
gurunya.
pembelajaran hendaknya siswa diajak
Bahkan guru cenderung memberikan
untuk berinteraksi dengan seluruh peserta
latihan (drill) kepada siswa. Van De
belajar yang ada dalam kelas. Interaksi ini
walle
bahwa
harus berlangsung secara berkesinam-
pengulangan latihan terhadap bagian-
bungan sehingga guru tidak terlalu
bagian matematika bukanlah merupakan
mendominasi
hal yang baik dan tidak akan pernah
yang
menghasilkan pemahaman. Latihan bisa
matematika, aktivitas siswa tidak cukup
pada
(2008)
penjelasan
menyatakan
kegiatan
berlangsung.
pembelajaran
Dalam
belajar
252
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
hanya mendengarkan dan mencatat apa
maka lebih ke arah pembelajaran inquiri
yang diterangkan guru, tetapi siswa harus
(student centered). Model pembelajaran
berpartisipasi aktif misalnya bertanya,
satu arah ini merupakan kasus ekstrim
mengemukakan ide, dan maju ke depan
yang tentu tidak cocok untuk kebanyakan
kelas. Jika siswa aktif dalam kegiatan
peserta didik. Maka diperlukan batasan
tersebut kemungkinan besar mereka akan
seberapa jauh “dukungan pembelajar”
dapat
dan seberapa jauh “kebebasan peserta
mengambil
makna
dari
pengalaman-pengalaman
dialaminya
tersebut.
Sebaliknya
yang
didik”
dalam
jika
Metode
proses
pembelajaran.
pembelajaran
penemuan
siswa kurang aktif, maka siswa tidak
terbimbing melalui pemberian bantuan
akan
adalah salah satu solusi yang dapat
mendapat
pengalaman
dari
belajarnya.
digunakan dalam permasalahan ini.
Metode pembelajaran penemuan
Walle (2008) juga menyatakan
bahwa
beberapa
yang
paling
terbimbing melalui pemberian bantuan
matematika
adalah
adalah memberikan bantuan kepada siswa
bahwa matematika dapat dipahami atau
selama tahap awal pembelajaran dan
masuk akal. Setiap hari siswa harus
kemudian mengurangi bantuan tersebut
mendapatkan
bahwa
dan memberikan kesempatan kepada
matematika masuk akal. Para siswa harus
siswa untuk mengambil alih tanggung
percaya bahwa siswa mampu memahami
jawab yang semakin besar setelah mereka
matematika.
mampu mengerjakan sendiri. Mengajar
mendasar
hal
dalam
pengalaman
Para
guru
harus
menghentikan cara mengajar dengan
matematika
member tahu segalanya kepada siswa dan
membimbing
harus mulai member kesempatan kepada
matematika siswa.
Pada
hakikatnya
aktivitas
adalah
belajar
Dalam kenyataan di lapangan,
siswa untuk memahami matematika yang
sedang mereka pelajari.
pada
secara tersirat, Metode pembelajaran
umumnya,
model
penemuan terbimbing melalui pemberian
pembelajaran matematika dapat dilihat
bantuan sudah diterapkan oleh Guru kelas
pada
antara
V SD Negeri Sukun 2 Kota Malang,
Jika
namun masih dirasa kurang tepat, karena
pembelajar lebih banyak berperan maka
pemberian bantuan yang dilakukan oleh
pembelajaran lebih pada metode ceramah
teman sejawat tidak dilakukan oleh teman
atau
sejawat
hubungan
pembelajar
dan
ekspositari
interaksi
peserta
(teacher
didik.
centered),
sedang bila peserta didik lebih dominan
yang
lebih
berkompeten,
melainkan oleh teman sejawat yang
253
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
ditunjuk sesuai giliran tempat duduk,
konsep sifat-sifat bangun datar dengan
sedangkan kenyataannya tempat duduk
penelitian
mereka atau teman sebangku mereka
metode penemuan terbimbing melalui
adalah
pemberian
teman
yang
berkemampuan
menggunakan
bantuans
penerapan
ebagai
upaya
homogen, sehingga proses scaffolding
meningkatkan pemahaman matematika
yang diharapkan tidak benar-benar terjadi
siswa kelas V SD Negeri Sukun 2
sesuai dengan harapan.
Malang.
Sesuai
dengan
apa
yang
disampaikan oleh Guru Kelas V SD
Metode
Negeri Sukun 2 Kota Malang, yaitu siswa
kelas V di sekolah tersebut cenderung
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
menganggap materi bangun datar adalah
Dipilihnya
jenis
penelitian
materi yang sulit bagi mereka, ketika
tindakan kelas dalam penelitian ini adalah
mereka melihat gambar bangun datar di
karena tujuan penelitian ini sesuai dengan
buku materi Matematika atau bahkan di
karakteristik
beberapa soal matematika, mayoritas dari
memperbaiki
mereka akan spontan mengeluh dan tidak
pembelajaran perkalian bilangan dengan
tertarik untuk menyelaminya. Akibatnya
penerapan strategi interaksi. Penelitian ini
ketika siswa diberi beberapa pertanyaan
berangkat
atau pemahaman soal berkaitan dengan
dihadapi
bangun datar, sebagian besar dari siswa
pembelajaran untuk memahami materi
tidak dapat memahami dan mengerti akan
matematika.
PTK,
yaitu
ingin
kualitas
dari
proses
permasalahan
oleh
siswa
dalam
yang
proses
soal dan wacana bangun datar yang
Model penelitian tindakan kelas
dimaksud. Sebagian dari mereka juga
yang digunakan adalah model Hendrick.
mengganggap materi bangun datar tidak
Berdasarkan model Proses Penelitian
akan ada manfaatnya dalam kehidupan
Tindakan
sehari-hari, sehingga ketertarikan mereka
2009),
dalam mempelajari materi bangun datar
adalah sebagai berikut:
Kelas
maka
Hendrick
(Mertler,
tahap-tahap
penelitian
sangat rendah.
Refleksi Awal
Mulai
Aksi Awal
Evaluasi Awal
Berdasarkan masalah dan gambaran
umum di lapangan maka peneliti akan
Evaluasi
Lanjutan I
Aksi
Lanjutan I
Refleksi
Lanjutan I
melakukan penelitian terhadap siswa
kelas V SD Negeri Sukun 2 Malang
dalam upaya membangun pemahaman
Refleksi
Lanjutan II
Aksi
Lanjutan II
Evaluasi
Lanjutan II
Selesai
254
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
Gambar 1. Diagram Alir Tahap-tahap
penelitian
dan
Penelitian dimulai dari kegiatan
pratindakan yang terdiri dari refleksi awal
aksi awal dan evaluasi awal, dilanjutkan
dengan pelaksanaan siklus I yang terdiri
dari refleksi lanjutan I, aksi lanjutan I dan
evaluasi I serta pelaksanaan siklus II yang
terdiri dari refleksi lanjutan I, aksi
lanjutan II dan evaluasi lanjutan II.
awal,
mengadakan
menggali
dimana
peneliti
observasi
untuk
dan
mengeksplorasi
masalah yang dihadapi oleh siswa.
hasil
observasi,
merancang
suatu
peneliti
solusi
untuk
mengatasi permasalahan siswa.
suatu strategi yang sesuai untuk
diaplikasikan ke lapangan dengan
kondisi
permasalahan
yang
ditemukan
peneliti
pada
tahap
Peneliti
mulai
awal.
merancang
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran, Lembar Kerja untuk
siswa, Lembar tes untuk siswa,
Lembar observasi untuk guru
guna
mengetahui
kevalidan
rancangan
berupa
perangkat
dan
instrumen
pembelajaran
dari
hasil
penelitian yang telah disusun.
4. Refleksi lanjutan I
Pada tahap refleksi lanjutan I ini
dan instrumen penelitian yang telah
divalidasi
oleh
validator,
yang
selanjutnya akan dapat digunakan
dalam pelaksanaan penelitian.
5. Aksi lanjutan I
Dalam tahap aksi lanjutan I peneliti
akan melaksanakan tindakan I dengan
tahap
menggunakan perangkat
pembela-
jaran dan instrumen penelitian yang
telah divalidasi dan direvisi.
6. Evaluasi lanjutan I
Pada
titik
tahap
mengevaluasi
ini
peneliti
keefektifan
strategi
yang telah digunakan pada tindakan I
(aksi
lanjutan
I)
dan
meninjau
kembali pelaksanaan pembelajaran
dengan
3. Evaluasi awal
memperhatikan
hasil
observasi yang telah dilakukan, guna
ini,
peneliti
mulai
mengevaluasi hasil rancangan yang
telah
ahli
dirancang oleh peneliti dan dengan
Pada tahap ini peneliti merancang
Pada
validator
kepada
menggunakan strategi yang telah
2. Aksi awal
observasi
beberapa
penelitian
hasil validasi perangkat pembelajaran
Tahap refleksi awal di sini berupa
Dari
instrumen
peneliti melaksanakan revisi dari
1. Refleksi awal
observasi
memvalidasi perangkat pembelajaran
disusun
yaitu
dengan
sebagai
referensi
atau
gambaran
dalam meningkatkan kualitas untuk
pelaksanaan tindakan II.
255
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
observasi aktivitas guru dan siswa, hasil
tes awal, tes akhir pembelajaran dan tes
7. Refleksi lanjutan II
hasil belajar siswa, dan wawacara.
Pada tahap refleksi lanjutan II ini
peneliti melaksanakan revisi atau
Hasil dan pembahasan
perbaikan dari hasil pembelajaran
yang
telah
tindakan
I,
dilaksanakan
dengan
pada
Dari
bahwa
hasil
penelitian
pembelajaran
diperoleh
dengan
metode
menyusun
penemuan terbimbing melalui pemberian
rancangan strategi selanjutnya yang
bantuan dapat membangun pemahaman
akan diaplikasikan dalam tahap aksi
materi sifat-sifat bangun datar siswa kelas
lanjutan II (tindakan II).
VA
8. Aksi lanjutan II
SD
Negeri
Pembelajaran
Sukun
dengan
2
Malang.
menggunakan
Dalam tahap aksi lanjutan II peneliti
metode penemuan terbimbing melalui
akan
pemberian bantuan yang dapat membantu
melaksanakan
tindakan
II
dengan menggunakan strategi yang
siswa
telah dirancang oleh peneliti dan
pemahaman materi sifat-sifat bangun
dengan
perangkat
datar memiliki beberapa langkah sebagai
instrumen
berikut: (1) scaffolding 1 yang meliputi
penelitian yang telah disusun oleh
pengamatan fenomena dunia nyata dan
peneliti.
presentasi interaktif; (2) scaffolding 2
menggunakan
pembelajaran
dan
9. Evaluasi lanjutan II
Pada
titik
tahap
mengevaluasi
yang
ini
keefektifan
dalam
meliputi
proses
aktivitas
membangun
memproses
peneliti
pembelajaran, pengalaman dunia nyata
strategi
yang kontekstual, pelatihan menemukan
yang telah digunakan pada tindakan
(sendiri,
II (aksi lanjutan II) dan meninjau
menggunakan LKS, aktivitas dukungan
kembali pelaksanaan pembelajaran
kawan, pelatihan hasil pembelajaran dan
dengan
hasil
aktivitas pemecahan masalah; serta (3)
observasi yang telah dilakukan, dan
scaffolding 3 yang meliputi aktivitas
dilanjutkan dengan menuliskan hasil
penguatan, umpan balik dan pelatihan
laporan penelitia tindakan kelas yang
terus menerus. Penelitian ini terdiri dari 2
telah dilaksanakan.
tindakan. Berdasarkan hasil tes belajar 1
memperhatikan
berkelompok)
dengan
Prosedur pengumpulan data dalam
pada tindakan 1, diperoleh 13 dari 42
penelitian ini berupa validasi perangkat
siswa masih memperoleh nilai kurang
pembelajaran dan instrumen penelitian,
dari 65. Berdasarkan hasil tes belajar 2
256
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
pada tindakan 2, diperoleh 10 dari 42
manipulatif
siswa yang memperoleh nilai kurang dari
persegi,
65. Namun, pada tes hasil belajar 3,
trapesium dan lingkaran, kawat berbentuk
diperoleh 2 dari 42 siswa memperoleh
jajar genjang dan belah ketupat, serta
nilai kurang dari 65, dan 1 siswa
layang-layang
(2)
LKS
yang
memperoleh nilai 69.
mengarahkan
siswa
untuk
dapat
Dalam
penelitian
ini
peneliti
bertindak sebagai guru dalam penelitian
ini,
dengan
pelaksanaan
tujuan
agar
pembelajaran
berupa
persegi
kertas
berbentuk
panjang,
segitiga,
menemukan sendiri bagaimana sifat-sifat
yang dimiliki oleh bangun datar.
proses
Pembelajaran dengan menggunakan
dapat
metode penemuan terbimbing melalui
berlangsung sesuai dengan rancangan
pemberian
peneliti. Pembelajaran materi sifat-sifat
dalam proses membangun pemahaman
bangun
dengan
materi sifat-sifat bangun datar. Dengan
metode penemuan terbimbing melalui
pemberian bantuan di awal (scaffolding
pemberian bantuan menggunakan bahan
1) berupa pengamatan dunia nyata dan
manipulatif yang dapat diutak-atik siswa
presentasi aktif antara siswa dan guru,
dengan
dimana guru memberikan pertanyaan
datar
dilaksanakan
tujuan
agar
siswa
dapat
bantuan
membantu
siswa
menemukan sendiri bagaimana sifat-sifat
arahan
yang dimiliki oleh bangun datar. Hal ini
pemahaman awal siswa terkait dengan
sesuai dengan pernyataan Walle (2008)
bangun datar dan memberikan pertanyaan
yaitu
bahan
yang berkaitan dengan dunia nyata
manipulatif untuk ide-ide matematika
seperti benda-benda di sekitar siswa yang
membantu
berbentuk
model-model
siswa
atau
mengungkap
dan
yang
mengarah
persegi,
persegi
kepada
panjang,
memperbincangkan ide-ide matematika.
segitiga, jajar genjang, trapesium, belah
Benda-benda fisik atau bahan manipulatif
ketupat, layang-layang dan lingkaran.
untuk merepresentasikan konsep-konsep
Dilanjutkan dengan membantu siswa
yang terdapat pada materi matematika
dalam menginteraksikan dan menyerap
merupakan alat yang penting untuk
pengetahuan
dan
membantu siswa belajar matematika.
(Scaffolding
2)
Pembelajaran
materi
sifat-sifat
digunakan
siswa
keterampilan
dengan
dalam
LKS
baru
yang
menemukan
bangun datar dengan metode penemuan
sendiri sifat-sifat yang dimiliki oleh
terbimbing melalui pemberian bantuan,
bangun datar, dimana hal ini merupakan
dimana
situasi
pengalaman nyata yang kontekstual dan
melalui:
(1)
kelas
dikembangkan
penggunaan
bahan
257
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
dapat
membantu
siswa
dalam
serta
dalam
menengahi
permasalahan yang ada di antara mereka.
membangun pemahaman materi.
Selanjutnya, proses pembelajaran
ini dapat membuat siswa
scaffolding
turut
Sehingga, guru pun ikut membantu secara
langsung dan mengarahkan siswa.
menjadi tak lagi sungkan bertanya kepada
Hal ini sesuai dengan pendapat
guru dan meminta bantuan teman sejawat
Vygotsky dalam Walle (2008) dimana
yang
merasa
Vygotsky memfokuskan pada interaksi
kesulitan dalam pemahaman materi dan
sosial sebagai komponen penting dalam
mengerjakan LKS. Ketika siswa telah
pengembangan pengetahuan. Vygotsky
memahami materi, maka dilanjutkan
percaya bahwa proses berfikir berada di
dengan membantu siswa memperluas
antara orang-orang di dalam lingkungan
pengetahuan dan keterampilan baru agar
sosial dan dari lingkungan inilah siswa
selalu teringat (Scaffolding 3) dengan
dapat memperoleh ide-ide. Transfer ide
aktivitas
inilah yang dinamakan interaksi.
lebih
mampu
ketika
penguatan
yaitu
seperti
memberikan tes akhir pembelajaran dan
Interaksi ini terdapat dalam ZPD
memberikan pelatihan terus menerus
(Zone of Proximal Development) setiap
dengan memberikan soal-soal.
siswa. ZPD bukan ruang fisik, namun
Pembelajaran
dengan
metode
merupakan ruang simbolik yang dibuat
penemuan terbimbing melalui pemberian
melalui interaksi para siswa dengan yang
bantuan
lainnya
menunjukkan
hasil
positif
yang
berpengetahuan
lebih
terhadap siswa, baik dalam sikap belajar
banyak atau yang lebih berkompeten. Hal
siswa yang awalnya tidak ada interaksi
ini juga tampak ketika RKZ memberikan
sama sekali baik dengan guru dan teman
bantuan secara langsung kepada KV
sejawat membuat siswa menjadi tak
ketika
sungkan untuk menjalin komunikasi dan
menggambar segitiga pada pertemuan
interaksi dengan guru dan teman sejawat
kedua. Bantuan oleh teman sejawat yang
yang mau memberikan bantuan kepada
lebih mampu juga terlihat ketika RF dan
siswa
kesulitan.
RS memberikan bantuan pada teman-
Aktivitas ini tampak ketika kelompok
teman yang masih merasa kesulitan
Biru memiliki perbedaan pendapat ketika
dengan menjelaskan di papan tulis seperti
menyebutkan beberapa benda berbentuk
yang tampak pada dialog 12 dan dialog
persegi. Terlihat pada dialog 4, ketika
13.
yang
mengalami
ODY, RS dan MRS beradu pendapat, RS
mengambil inisiatif untuk mengajak guru
KV
merasa
Pemberian
kesulitan
bantuan
di
dalam
awal
pembelajaran untuk memahami apa yang
258
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
hendak dilakukan siswa atau tugas siswa
dengan LKS dengan tujuan menemukan
sangat membantu mengarahkan siswa
sendiri sifat-sifat bangun datar.
belajar sesuai dengan pemahaman siswa,
sehingga dengan belajar menemukan
Pemberian
bantuan
yang
tepat
sendiri sifat-sifat bangun datar membuat
sesuai dengan pemikiran atau cara yang
belajar siswa menjadi lebih bermakna.
dimiliki siswa yang mengalami kesulitan
Aktivitas
atau
ini
tampak
ketika
guru
melakukan
kesalahan
dapat
mengarahkan siswa dan bersama-sama
memberikan kesempatan kepada siswa
memahami
yang
dalam memahami sifat-sifat bangun datar
terdapat pada LKS sebelum pelaksanaan
dengan kemampuan siswa sendiri dalam
Pengalaman
dilanjutkan
menemukan sifat-sifat bangun datar. Hal
dengan siswa mulai aktif mengutak-atik
ini membawa pengaruh yang cukup baik,
bahan
yaitu
langkah-langkah
Siswa
manipulatif
yang
dan
menemukan
siswa
menjadi
berani
untuk
sendiri siat-sifat yang dimiliki bangun
mengemukakan pendapat atau pemikiran
datar.
siswa sendiri dan tidak merasa takut
Hal ini sesuai dengan pendapat
dalam melakukan suatu kegiatan di dalam
Walle (2008) yang menyatakan bahwa
kelas. Hal ini tampak ketika PST
siswa
mengemukakan
mengkonstruksi
sendiri
pendapatnya
ketika
pengetahuan siswa ke dalam pemahaman
sebagian besar siswa merasa kesulitan
mereka, guru tidak dapat mengirimkan
dalam
ide kepada siswa yang pasif. Agar siswa
terdapat pada LKS Latihan 7 nomor 4
dapat
(terlihat
membuat
ide-ide
baru
dan
memecahkan
pada
masalah
dialog
17),
yang
PST
menghubungkannya dengan jaringan ide
menyampaikan idenya ke depan kelas
siswa atau yang dinamakan memahami,
dan dituliskan di papan tulis, guru
maka siswa harus dilibatkan berfikir.
sebagai
Ide tidak dapat dituangkan ke
dalam
diri
siswa
mediator
menjadi
jembatan
antara ide pemikiran PST dan ide
sebagaimana
pemikiran siswa yang lain. Hal ini sesuai
menuangkan air ke dalam bejana kosong.
dengan pernyataan Walle (2008) bahwa
Sehingga dalam hal ini siswa diharapkan
ide-ide yang berada di dalam kelas, di
turut aktif guna mendapatkan pemahaman
dalam buku atau bahkan yang dimiliki
dan membuat belajar siswa menjadi lebih
oleh guru berbeda dengan apa yang
bermakna. Hal ini terlihat ketika guru
dimiliki atau yang dikonstruksi oleh
melibatkan siswa sepenuhnya bekerja
siswa.
259
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
Ide-ide
yang
diformulasikan
dengan baik yang datang dari luar siswa
dinamakan
konsep-konsep
ide
atau
pemikiran
yang
telah
diformulasikan oleh orang lain.
ilmiah,
Belajar
matematika
merupakan
sedangkan ide-ide yang dikembangkan
memahami ide-ide atau pemikiran dari
oleh siswa dinamakan konsep spontan.
komunitas matematika, dalam hal ini
Kepercayaan harus dibangun dengan
adalah pemikiran kelompok. Ide-ide atau
pemahaman bahwa melakukan kesalahan
pemikiran haris dipahami bersama-sama
adalah bukan masalah. Siswa harus
di dalam kelas. Setiap siswa harus
menyadari
adalah
menghargai ide-ide atau pemikiran dari
kesempatan untuk berkembang. Semua
temannya dan mencoba menilai dan
siswa harus percaya bahwa ide-ide siswa
menghargainya. Menghargai ide-ide atau
akan sampai pada kesimpulan benar atau
pemikiran orang lain sangat penting
salah. Tanpa kepercayaan ini, tidak akan
dalam diskusi, hal ini terjadi ketika siswa
pernah terjadi pertukaran ide. Pertukaran
berdiskusi bersama kelompok dan ketika
ide
salah
inilah
bahwa
kesalahan
yang ada
dalam
proses
satu
wakil
dari
kelompok
hasil
diskusi
pemberia bantuan yang tepat sesuai
mempresentasikan
dengan pemikiran atau cara yang dimiliki
kelompok ke depan kelas.
siswa ketika siswa mengalami kesulitan
atau melakukan kesalahan.
Representasi dari bahan manipulatif
berupa kertas yang berbentuk persegi,
Belajar dengan kelompok membuat
persegi
panjang,
trapesium,
dan
siswa saling membantu satu sama lain
lingkaran, kawat yang berbentuk jajar
dan dapat meningkatkan motivasi belajar
genjang dan belah ketupat serta layang-
sehingga siswa senang belajar karena
layang yang digunakan siswa dalam
siswa tidak bekerja sendiri melainkan
proses
melibatkan lingkungan sekitar sehingga
scaffolding ini memberikan kesempatan
membuat pelajaran matematika menjadi
siswa dapat mengutak-atik sendiri bahan
menarik, menyenangkan, dan membuat
manipulatif guna memahami bagaimana
siswa mau belajar matematika. Hal ini
sifat-sifat yang dimiliki bangun-bangun
sesuai dengan pendapat Walle (2008)
datar tersebut dengan menemukannya
bahwa siswa dapat memiliki ide-ide atau
sendiri.
pemikiran
mereka
sendiri
pembelajaran
dengan
strategi
dan
Hal ini sesuai dengan pendapat
membaginya dengan yang lain. Secara
Kennedy (2008) dimana siswa Sekolah
serupa mereka juga perlu memahami
Dasar masih berada pada tahap 0, 1 dan 2
bahwa mereka dapat juga belajar dari ide-
dalam pemahaman geometri. Pada ketiga
260
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
tahap ini siswa masih bekerja secara
yang efektif merupakan kegiatan yang
visualisasi dan benda konkret dalam
terpusat pada siswa. Dalam hal ini di
mengenal dan memberi nama bangun
dalam kelas yang bersifat konstruktivis,
datar, mendeskripsikan bagaimana sifat-
tekanan diberikan kepada pembelajaran
sifat
bangun
datar
dan
bukan pengajaran.
mengklasifikasikan
bangun
datar
Siswa
berdasarka
sifat-sifatnya.
Jadi
siswa
melalui
diberikan
LKS,
peran
tugas
belajar
guru
adalah
masih bekerja dalam tahap benda konkret
melibatkan
untuk dapat memudahkan siswa dalam
pembelajaran dengan membuat suasana
memahami bagaimana sifat-sifat yang
kelas agar siswa mengeksplorasi dan
dimiliki oleh bangun datar.
memahami melalui LKS dan bahan
Siswa terlihat sangat tertarik ketika
siswa
manipulatif
dalam
yang
proses
diberikan.
Pada
siswa bekerja dengan benda konkret, hal
pertemuan pertama, terlihat siswa masih
ini tampak ketika siswa sangat antusias
kaku dan belum terbiasa dengan proses
melihat guru membawa kawat, beberapa
pembelajaran dengan menggunakan LKS
dari siswa menanyakan dengan rasa ingin
dan bahan manipulatif, namun untuk
tahu akan dibuat menjadi apakah kawat
pertemuan selanjutnya, siswa tampak
tersebut
pada
sudah terbiasa dan menikmati proses
pelaksanaan
pembelajaran yang diberikan guru dengan
seperti
pertemuan
pengalaman
yang
terlihat
kedua
siswa
IV
materi
jajar
genjang. Hal serupa juga tampak ketika
strategi scaffolding menggunakan LKS
dan bahan manipulatif.
siswa sangat bersemangat saat guru
Kendala
umum
yang
dihadapi
memberikan instruksi untuk membawa
dalam proses pembelajaran materi sifat-
layang-layang pada pertemuan keempat
sifat
pelaksanaan
scaffolding
ini
terbiasanya
siswa
pengalaman
siswa
VII
materi layang-layang.
bangun
datar
dengan
lebih kepada
mengalami
strategi
belum
proses
Penggunaan sarana belajar seperti
pembelajaran dimana siswa memiliki
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan beberapa
kesempatan untuk menerima bantuan
bahan
membantu
baik dari guru ataupun teman sejawat
siswa dalam memahami sifat-sifat bangun
yang lebih mampu. Hal ini terjadi karena
datar
sendiri
kebiasaan siswa yang selalu berkumpul
bagaimana sifat-sifat yang dimiliki oleh
dengan siswa yang memiliki kemampuan
bangun datar. Hal ini sesuai dengan
sama membuat siswa tidak pernah saling
pendapat Walle (2008) bahwa pengajaran
memberikan
manipulatif
dengan
sangat
menemukan
bantuan
atau
bahkan
261
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
bertukar pikiran. Bahkan ketika proses
terbimbing melalui pemberian bantuan
kerja kelompok berlangsung, sebagian
(scaffolding)
dari siswa pun terlihat pasif dan enggan
lancar.
untuk bertanya atau berdiskusi dengan
teman sekelompoknya.
dapat
berjalan
dengan
Pelaksanaan pembelajaran dengan
metode penemuan terbimbing melalui
Kebiasaan guru yang tidak pernah
pemberian bantuan terhadap materi sifat-
memberikan bantuan secara langsung,
sifat bangun terlaksana dengan baik,
bahkan
memberikan
perubahan sikap siswa nampak dalam
materi di depan kelas, dan langsung
proses pembelajaran ini, dibandingkan
memberi
untuk
sebelum proses pembelajaran dengan
mengerjakan soal-soal dalam buku paket
metode tersebut, serta dapat membantu
tanpa memberi petunjuk atau arahan
membangun pemahaman siswa terhadap
sebelumnya membuat siswa menjadi
materi sifat-sifat bangun datar dengan
takut untuk menyampaikan pendapat atau
siswa menemukan sendiri bagaimana
bahkan bertanya kepada guru. Hal ini
sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun
dihadapi peneliti dengan memberikan
datar,
pendekatan dan motivasi kepada siswa,
diberikan di saat yang tepat dan dalam
bahwa
jumlah
hanya
sekedar
instruksi
siswa
dengan
menggunakan
metode
pembelajaran
penemuan
dimana
menjadi
yang
pemberian
tepat
seorang
bantuan
sehingga
yang
bebas
siswa
pada
terbimbing melalui pemberian bantuan
pengaturan mereka sendiri, dilanjutkan
(scaffolding), siswa akan lebih dapat
dengan kolaborasi dengan siswa yang
memahami materi yang disampaikan oleh
lebih mampu yang dapat membantu siswa
guru, karena siswa diberi kesempatan
yang mengalami kesulitan belajar.
untuk mendapatkan bantuan baik dari
Pemahaman siswa terhadap materi
guru maupun teman sejawat yang lebih
sifat-sifat bangun datar setelah proses
mampu.
pembelajaran dengan metode penemuan
Pembentukan suasana kelas dengan
terbimbing melalui pemberian bantuan
mengelompokkan siswa yang memiliki
jika dilihat dari skor yang diperoleh siswa
kemampuan heterogen merupakan salah
dari tes hasil beajar juga dapat dikatakan
satu solusi dalam menangani masalah
baik, dimana pada tes hasil belajar 1
atau kendala ini, karena pengelompokkan
terdapat 13 siswa yang memiliki nilai
siswa
kemampuan
kurang dari 65, pada tes hasil belajar 2
heterogen akan dapat membantu proses
terdapat 10 siswa yang memiliki nilai
pembelajaran dengan metode penemuan
kurang dari 65, dan pada tes hasil belajar
dengan
memiliki
262
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
3 terdapat 2 orang yang memiliki nilai
guru, dimana guru memberikan
kurang dari 65 serta 1 orang yang
pertanyaan
memiliki nilai 69.
mengarah kepada pemahaman
Peneliti juga melakukan wawancara
terhadap
4
siswa,
awal siswa terkait dengan bangun
datar dan memberikan pertanyaan
siswa
yang berkaitan dengan dunia
berkemampuan sedang, dan 1 siswa
nyata seperti benda-benda di
berkemampuan rendah untuk mengetahui
sekitar siswa.
tinggi,
1
yang
siswa
berkemampuan
yaitu
arahan
2
sejauh mana pemahaman siswa terhadap
b. Membantu
siswa
dalam
materi setelah pembelajaran dan dapat
menginteraksikan dan menyerap
disimpulkan
sudah
dapat
pengetahuan dan keterampilan
sifat-sifat
bangun
baru (Scaffolding 2) dengan LKS
datar, dimana siswa sangat terbantu
yang digunakan siswa dalam
dalam memahami sifat-sifat bangun datar
menemukan
melalui proses pelaksanaan pembelajaran
yang dimiliki oleh bangun datar,
dengan menggunakan metode penemuan
dimana
terbimbing melalui pemberian bantuan.
pengalaman
memahami
siswa
materi
sendiri
hal
ini
sifat-sifat
merupakan
nyata
yang
kontekstual dan dapat membantu
siswa
Simpulan dan saran
Memperhatikan rumusan masalah,
paparan data dan temuan penelitian serta
dalam
membangun
pemahaman materi.
c. Membantu
siswa
memperluas
pembahasan hasil penelitian, disimpulkan
pengetahuan dan keterampilan
bahwa:
baru
1. Pembelajaran dengan menggunakan
(Scaffolding 3) dengan aktivitas
metode
penemuan
terbimbing
agar
penguatan
yaitu
melalui pemberian bantuan dapat
memberikan
membantu
sifat-sifat
seperti
akhir
proses
pembelajaran dan memberikan
pemahaman
materi
pelatihan terus menerus dengan
bangun
datar
dengan
memberikan soal-soal.
beberapa langkah sebagai berikut:
Pembelajaran
a. Pemberian
awal
penemuan
berupa
pemberian
(scaffolding
tes
teringat
dalam
siswa
membangun
selalu
bantuan
1)
di
dengan
metode
terbimbing
melalui
bantuan
menunjukkan
pengamatan dunia nyata dan
hasil positif terhadap siswa, baik
presentasi aktif antara siswa dan
dalam sikap belajar siswa yang
263
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
awalnya tidak ada interaksi sama
pembelajaran
sekali baik dengan guru dan teman
penemuan
sejawat membuat siswa menjadi tak
pemberian bantuan dapat dikatakan
sungkan untuk menjalin komunikasi
baik. Dengan hasil tes belajar yang
dan interaksi dengan guru dan teman
dimiliki siswa dimana pada tes hasil
sejawat
belajar 1 terdapat 13 siswa yang
yang
bantuan
mau
kepada
memberikan
siswa
yang
dengan
metode
terbimbing
melalui
memiliki nilai kurang dari 65, pada
mengalami kesulitan.
tes hasil belajar 2 terdapat 10 siswa
Pelaksanaan pembelajaran dengan
yang memiliki nilai kurang dari 65,
metode
terbimbing
dan pada tes hasil belajar 3 terdapat 2
melalui pemberian bantuan terhadap
orang yang memiliki nilai kurang
materi sifat-sifat bangun terlaksana
dari 65 serta 1 orang yang memiliki
dengan baik, perubahan sikap siswa
nilai 69. Dari hasil wawancara
nampak dalam proses pembelajaran
terhadap 4 siswa, yaitu 1 siswa
ini, dibandingkan sebelum proses
berkemampuan
pembelajaran
penemuan
penemuan
pemberian
tinggi,
2
siswa
dengan
metode
berkemampuan sedang, dan 1 siswa
terbimbing
melalui
berkemampuan
bantuan.
Serta
dapat
disimpulkan
rendah,
siswa
sudah
dapat
dapat
membatu membangun pemahaman
memahami materi sifat-sifat bangun
siswa
sifat-sifat
datar, dimana siswa sangat terbantu
siswa
dalam memahami sifat-sifat bangun
menemukan sendiri bagaimana sifat-
datar melalui proses pelaksanaan
sifat yang dimiliki oleh bangun datar,
pembelajaran dengan menggunakan
dimana pemberian bantuan diberikan
metode
di saat yang tepat dan dalam jumlah
melalui pemberian bantuan.
bangun
terhadap
datar
materi
dengan
penemuan
terbimbing
yang tepat sehingga siswa menjadi
seorang yang bebas pada pengaturan
Berdasarkan hasil penelitian dan
mereka sendiri, dilanjutkan dengan
temuan
kolaborasi dengan siswa yang lebih
kepada guru untuk menggunakan metode
mampu yang dapat membantu siswa
penemuan terbimbing melalui pemberian
yang mengalami kesulitan belajar.
bantuandalam pembelajaran di sekolah
dengan
2. Pemahaman siswa terhadap materi
sifat-sifat bangun datar setelah proses
penelitian,
maka
disarankan
memperhatikan beberapa
sebagai berikut:
hal
264
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
a. Dari aspek manajemen disarankan
satu,
sehingga
proses
transfer
untuk menerapkan metode penemuan
pemikiran dan proses saling berbagi
terbimbing
serta
melalui
bantuan
pemberian
(scaffolding)dalam
pembelajaran matematika, terlebih
saling
membantu
dapat
terlaksana.
d. Dari aspek proses hendaknya dalam
dikarenakan kondisi sosial siswa
proses
yang membutuhkan bantuan baik dari
memperhatikan
guru maupun teman sejawat yang
tempat
lebih mampu.
untuk membuat kondisi tempat duduk
b. Dari
aspek
membiasakan
guru
hendaknya
berinteraksi
dengan
pembelajaran,
duduk
guru
kembali
siswa,
posisi
disarankan
menjadi lebih heterogen, sehingga
proses
pembelajaran
sekaligus
siswa selama proses pembelajaran
penyampaian informasi bias lebih
berlangsung,
maksimal.
proses
pembelajaran
yang hanya terpusat kepada guru
e. Dari
aspek
sarana
disarankan
mengakibatkan sulit berkembangnya
penggunaan sarana belajar seperti
pemikiran siswa dan menumbuhkan
bahan
rasa takut dalam diri siswa untuk
pembelajaran matematika hendaknya
mengungkapkan pendapat, serta tak
dibiasakan selalu digunakan, karena
sungkan dalam memberi bantuan di
siswa SD masih dalam tahap dimana
saat
mereka belajar dengan menggunakan
yang
tepat
ketika
siswa
mengalami kesulitan dalam belajar.
c. Dari aspek siswa hendaknya siswa
juga
diberi
kesempatan
untuk
manipulatif
benda
dalam
konkret
untuk
merepresentasikan
ide-ide
matematika.
berinteraksi dengan teman sejawat
f. Dari aspek pengembangan hendaknya
bahkan dengan yang berkemampuan
dapat melakukan penelitian lebih
lebih untuk dapat saling berbagi dan
lanjut tentang proses pembelajaran
saling memberi bantuan dalam proses
dengan
belajar. Kebiasaan duduk berkumpul
penemuan
dengan teman yang berkemampuan
pemberian
bantuan
(scaffolding)
homogen hendaknya dihindari dan
diharapkan
dapat
melakukan
diatasi
mengkondisikan
penelitian lebih mendalam terkait
suasana kelas denga tempat duduk
dengan bagaimana penerapan atau
dimana
langkah-langkah metode penemuan
dengan
siswa
berkemampuan
heterogen dapat berkumpul menjadi
terbimbing
menggunakan
metode
terbimbing
melalui
melalui
pemberian
Pendas, Vol.07, No.03, 2014, 211-306
bantuan (scaffolding) yang dapat
diterapkan
dalam
pembelajaran
matematika.
Daftar Pustaka
Billstein, Rick. 2007. A Problem Solving
Approach to Mathematics for
Elementary School Teachers. New
York: Pearson.
Heruman. 2010. Model Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar .
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kennedy, Leonard M. 2008. Guiding
Children’s
Learning
of
Mathematics. California: Thomson
Wadsworth.
Mertler, Craig A. 2009. Action Research
Teachers as Researchers in the
Classroom Second Edition. Los
Angeles: SAGE Publications, Inc.
Miles, M.B. & Huberman, M.A. 1992.
Quality Data Analysis. Terjemahan
oleh Tjetjep Rohidi. Jakarta: UI
Press.
NCTM. 2000. Principles and Standards
for School Mathematics. United
States of America: The National
Council of Mathemetics, Inc.
Pannen, Paulina. 2001. Konstruktivisme
dalam
Pembelajaran.
Jakarta:
PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Qohar, Abdul. 2009. Penggunaan
Reciprocal
Teaching
untuk
Mengembangkan
Pemahaman
Matematis (dalam Hasrattudin
(editor).
2009.
Prosiding
Konferensi Nasional Pendidikan
Matematika
III).
Medan:
Universitas Negeri Medan.
265
Santrock, John. W. 2007. Perkembangan
Anak. Jakarta: Erlangga.
Suherman, Erman, Ar. 2003. Strategi
Pembelajaran
Matematika
Kontemporer .
Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Van De Walle, John. 2008. Matematika
Sekolah Dasar dan Menengah
Pengembangan
Pengajaran.
Jakarta: Erlangga.