Potensi Dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak keanekaragaman jenis tanaman hutan yang
telah diketahui manfaatnya baik secara langsung (tangible) maupun manfaat tidak
langsung (intangible). Di Indonesia terdapat 30.000 – 40.000 jenis tumbuhan baik
kayu maupun bukan kayu. Semenjak maraknya pembukaan ekspor kayu, kondisi
hutan Indonesia semakin mencemaskan, dimana laju degradasi hutan meningkat
sementara upaya merehabilitasi masih tergolong rendah. Melihat kondisi
perkayuan Indonesia semakin menurun ada baiknya Indonesia mulai mengelolah
hasil hutan bukan kayu (HHBK) terutama jenis-jenis yang merupakan andalan
dari suatu wilayah setempat yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat
setempat. Beberapa jenis hasil hutan bukan kayu yang cukup berperan dalam
meningkatkan ekonomi masyarakat setempat yang dapat diperdagangkan didalam
dan diluar negeri antara lain rotan, bambu, kopal, resin/tanin, getah, kayu manis,
gaharu, dan lain-lain.
Pengelompokan hasil hutan bukan kayu (HHBK) meliputi 3 (tiga) bagian
antara lain: kelompok nabati, kelompok hewani, dan kelompok jasa lingkungan.
Salah satu ruang lingkup dari kelompok nabati adalah kelompok getah-getahan.
Getah tersebut dapat berupa getah gambir, getah kemenyan, dan getah pinus.
Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan
(Styrax spp) melalui proses penyadapan. Sebagai salah satu hasil hutan bukan
kayu getah kemenyan dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan.
Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut/2007 tentang Hasil
1
Universitas Sumatera Utara
2
Hutan Bukan Kayu, kemenyan ditetapkan sebagai salah satu hasil hutan bukan
kayu (HHBK) nabati yang masuk dalam kelompok resin.
Kemenyan atau gum benzoin di dalam perdagangan biasa disebut sebagai
“sumatra benzoin”. Kemenyan merupakan “balsamic resin” yang diperoleh dari
hasil pelunakan batang pohon Styrax benzoin Dryand atau Styrax paralleloneurus
Perkins, sedangkan yang dihasilkan dari Styrax tonkinensis (Pierre) atau
kemungkinan juga dari jenis-jenis lain dikenal dengan nama “siam benzoin”.
Styrax berasal dari bahasa Yunani kuno “storax” yaitu nama yang digunakan
untuk
gum/getah
yang
berbau
harum
atau
juga
untuk
pohon
yang
menghasilkannya. Sedangkan “benzoin” berasal dari bahasa Arab, yaitu “ben”
yang berarti harum dan “zoa” berarti getah jadi benzoin adalah getah yang berbau
harum (Widiyastuti et all, 1995 dalam Sinaga 2010).
Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur.
Secara geografis terletak antara 98o 53’-99o 26’ Bujur Timur dan 02o 03’ – 01o 27’
Lintang Utara. Secara administratif berada pada 3 kabupaten yaitu Kabupaten
Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalam daerah Tapanuli Utara
adalah seluas 89.260 Ha atau 67,3% dari luas hutan. Kawasan Hutan Batang Toru
ini memiliki keistimewaan dimana terdapat keanekaragaman hayati sangat tinggi
dan cukup luar biasa. Hutan Batang Toru adalah penyangga 10 Daerah Aliran
Sungai (DAS) dan sub‐DAS. Dalam survei vegetasi yang dilakukan beberapa
tahun yang lalu ditemukan langsung 11 jenis tanaman yang merupakan spesies
baru di dunia ilmiah. Hutan Batang Toru adalah habitat terakhir untuk populasi
orangutan Pongo abelii (YEL, 2007).
Universitas Sumatera Utara
3
Penelitian potensi kemenyan ini berada pada kawasan hutan Batang Toru
Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten
Tapanuli Utara. Kawasan
penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada
kawasan Batang Toru. Adiankoting Dalam Angka (2012) menyatakan bahwa
kecamatan Adiankoting memproduksi kemenyan dalam 1 tahun sekitar 524.07 ton
degan rata-rata produksi 250.99 kg/ha. Namun, belum ada penelitian tentang
potensi dan pemanfaatan kemenyan di kawasan Batang Toru Blok Barat,
Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui potensi dan pemanfaatan kemenyan
oleh masyarakat Hutan
Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli
Utara.
2.
Menginventarisasi dan mengetahui kelimpahan keanekaragaman jenis
kemenyan
di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting,
Kabupaten Tapanuli Utara.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi kelimpahan dan keanekaragaman kemenyan di Hutan
Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Memperkaya pengetahuan mengenai kemenyan di Sumatera Utara.
3. Dengan mengetahui pemanfaatan hasil kemenyan diharapkan masyarakat
tertarik untuk membudidayakan kemenyan dalam skala yang lebih luas.
Universitas Sumatera Utara
Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak keanekaragaman jenis tanaman hutan yang
telah diketahui manfaatnya baik secara langsung (tangible) maupun manfaat tidak
langsung (intangible). Di Indonesia terdapat 30.000 – 40.000 jenis tumbuhan baik
kayu maupun bukan kayu. Semenjak maraknya pembukaan ekspor kayu, kondisi
hutan Indonesia semakin mencemaskan, dimana laju degradasi hutan meningkat
sementara upaya merehabilitasi masih tergolong rendah. Melihat kondisi
perkayuan Indonesia semakin menurun ada baiknya Indonesia mulai mengelolah
hasil hutan bukan kayu (HHBK) terutama jenis-jenis yang merupakan andalan
dari suatu wilayah setempat yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat
setempat. Beberapa jenis hasil hutan bukan kayu yang cukup berperan dalam
meningkatkan ekonomi masyarakat setempat yang dapat diperdagangkan didalam
dan diluar negeri antara lain rotan, bambu, kopal, resin/tanin, getah, kayu manis,
gaharu, dan lain-lain.
Pengelompokan hasil hutan bukan kayu (HHBK) meliputi 3 (tiga) bagian
antara lain: kelompok nabati, kelompok hewani, dan kelompok jasa lingkungan.
Salah satu ruang lingkup dari kelompok nabati adalah kelompok getah-getahan.
Getah tersebut dapat berupa getah gambir, getah kemenyan, dan getah pinus.
Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan
(Styrax spp) melalui proses penyadapan. Sebagai salah satu hasil hutan bukan
kayu getah kemenyan dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan.
Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut/2007 tentang Hasil
1
Universitas Sumatera Utara
2
Hutan Bukan Kayu, kemenyan ditetapkan sebagai salah satu hasil hutan bukan
kayu (HHBK) nabati yang masuk dalam kelompok resin.
Kemenyan atau gum benzoin di dalam perdagangan biasa disebut sebagai
“sumatra benzoin”. Kemenyan merupakan “balsamic resin” yang diperoleh dari
hasil pelunakan batang pohon Styrax benzoin Dryand atau Styrax paralleloneurus
Perkins, sedangkan yang dihasilkan dari Styrax tonkinensis (Pierre) atau
kemungkinan juga dari jenis-jenis lain dikenal dengan nama “siam benzoin”.
Styrax berasal dari bahasa Yunani kuno “storax” yaitu nama yang digunakan
untuk
gum/getah
yang
berbau
harum
atau
juga
untuk
pohon
yang
menghasilkannya. Sedangkan “benzoin” berasal dari bahasa Arab, yaitu “ben”
yang berarti harum dan “zoa” berarti getah jadi benzoin adalah getah yang berbau
harum (Widiyastuti et all, 1995 dalam Sinaga 2010).
Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur.
Secara geografis terletak antara 98o 53’-99o 26’ Bujur Timur dan 02o 03’ – 01o 27’
Lintang Utara. Secara administratif berada pada 3 kabupaten yaitu Kabupaten
Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalam daerah Tapanuli Utara
adalah seluas 89.260 Ha atau 67,3% dari luas hutan. Kawasan Hutan Batang Toru
ini memiliki keistimewaan dimana terdapat keanekaragaman hayati sangat tinggi
dan cukup luar biasa. Hutan Batang Toru adalah penyangga 10 Daerah Aliran
Sungai (DAS) dan sub‐DAS. Dalam survei vegetasi yang dilakukan beberapa
tahun yang lalu ditemukan langsung 11 jenis tanaman yang merupakan spesies
baru di dunia ilmiah. Hutan Batang Toru adalah habitat terakhir untuk populasi
orangutan Pongo abelii (YEL, 2007).
Universitas Sumatera Utara
3
Penelitian potensi kemenyan ini berada pada kawasan hutan Batang Toru
Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten
Tapanuli Utara. Kawasan
penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada
kawasan Batang Toru. Adiankoting Dalam Angka (2012) menyatakan bahwa
kecamatan Adiankoting memproduksi kemenyan dalam 1 tahun sekitar 524.07 ton
degan rata-rata produksi 250.99 kg/ha. Namun, belum ada penelitian tentang
potensi dan pemanfaatan kemenyan di kawasan Batang Toru Blok Barat,
Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui potensi dan pemanfaatan kemenyan
oleh masyarakat Hutan
Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli
Utara.
2.
Menginventarisasi dan mengetahui kelimpahan keanekaragaman jenis
kemenyan
di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting,
Kabupaten Tapanuli Utara.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi kelimpahan dan keanekaragaman kemenyan di Hutan
Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Memperkaya pengetahuan mengenai kemenyan di Sumatera Utara.
3. Dengan mengetahui pemanfaatan hasil kemenyan diharapkan masyarakat
tertarik untuk membudidayakan kemenyan dalam skala yang lebih luas.
Universitas Sumatera Utara