Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

(1)

EKSPLORASI TUMBUHAN OBAT DAN PEMANFAATANNYA (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting,

Kabupaten Tapanuli Utara)

SKRIPSI

Oleh :

Eko Rumondang Marbun 101201134

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(2)

66

Judul Hasil : Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

Nama : Eko Rumondang Marbun NIM : 101201134

Program Studi : Kehutanan

Minat Studi : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Irawati Azhar, S.Hut., M. Si Riswan, S.Hut., M. Si

Ketua Anggota

Mengetahui

Siti Latifah, S.Hut., M. Si., Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan


(3)

i

EKO RUMONDANG MARBUN. Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara). Dibimbing oleh IRAWATI AZHAR dan RISWAN.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat, potensinya dan pemanfaatannya di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai Juni 2014 dengan cara pengambilan data, wawancara dengan masyarakat, dan pengambilan sampel di lapangan. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi metode jalur dan garis berpetak dengan peletakan unit contoh secara systematic sampling with random start.

Hasil penelitian diperoleh 43 jenis tumbuhan obat. Dari 43 jenis tumbuhan obat yang ditemukan, 36 jenis dimanfaatkan oleh masyarakat. Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun. Penelitian ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan obat di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting tergolong sedang.


(4)

ii ABSTRACT

EKO RUMONDANG MARBUN. Eksploration of Medicinal Plants and Utilization (Case Study: Batang Toru Forest Block West, Adiankoting District, North Tapanuli Regency). Suvervised by IRAWATI AZHAR and RISWAN.

The purpose of the research was to know about the kindly and potential of medicinal plants found in Batang Toru Forest Block West, Adiankoting district. The research was done in April to June 2014 by data collection, interviews with the public, and field sampling. Field sampling was conducted by using a combination of methods to track and laying checkered line sample units in systematic sampling with random start.

The research result showed 43 species of medicinal plants. From 43 species, 36 species are utilized by the community. Part of the plant most widely used are the leaf. The research showed that biodiversity of medicinal plants in Batang Toru Forest Block West, district Adiankoting was moderate.


(5)

iii

Penulis lahir di Samosir, Sumatera Utara pada tanggal 18 Mei 1992. Penulis adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Manginsar Marbun dan Marta Sinambela.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 173730 Simbolon, Kecamatan Palipi, Samosir pada tahun 2004, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Pembangunan Simbolon, Kecamatan Palipi pada tahun 2007, pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pangururan pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian.

Semasa kuliah penulis merupakan anggota pada organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU, dan Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK). Pada tahun 2013, penulis menjadi Asisten praktikum Sifat Fisis dan Mekanis Kayu, dan pada tahun 2014 menjadi asisten praktikum Teknologi Serat dan Komposit.

Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Pendidikan TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo pada tahun 2012. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 10 hari. Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Garut Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, pada tahun 2014 selama satu bulan. Penulis melakukan penelitian di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara dengan judul “Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten


(6)

iv

Tapanuli Utara)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan.


(7)

v

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari hambatan-hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikannya. Namun, dengan usaha dan kerja keras yang maksimal dan bantuan dari banyak pihak, akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 1. Ibu Irawati Azhar S.Hut., M.Si. dan bapak Riswan S.Hut., M.Si. selaku ketua

dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

2. Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis bapak Manginsar Marbun dan ibu Marta Sinambela yang telah memberi dukungan, semangat, dana, serta doa selama ini.

3. Kakak, abang dan adik terkasih Sulastri Marbun, S.Pd., Yen Marbun, S.Pd., Nomi Marbun, Delima Marbun, Lasro Mangiring Tua Marbun, Kartini Lucia Marbun, Guido Simbolon, S.Hut., Dian Simbolon, Zulkifli Sihombing, S.Pd, dan Sutikno Tamba yang telah meluangkan waktu untuk tetap memberi dukungan, semangat serta doa.


(8)

vi

4. Secara khusus untuk sekretatis desa Banuaji IV bapak Jotmer Sitompul dan Penatua Agama Banuaji IV bapak Hotben Siregar, masyarakat desa Banuaji IV, I dan Simate-mate

5. Rekan-rekan tim penelitian Donna Christy Pandiangan, Iyen Eriana Naibaho, Ijon Dearma Saragih

6. Kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.


(9)

vii

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Hutan Batang Toru ... 4

Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara ... 5

Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting ... 6

Pengertian Tumbuhan Obat dan Pengelompokannya ... 6

Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat ... 8

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 10

Alat dan Bahan ... 10

Prosedur Penelitian ... 11

Teknik Pengambilan Data ... 11

Penentuan Responden ... 11

Teknik Pengambilan Sampel ... 12

Analisis Data ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Tumbuhan Obat ... 15

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat ... 18

Pengetahuan Tumbuhan Obat ... 22

Pemanfaatan Tumbuhan Obat ... 22

Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan ... 26

Habitus (life-form)Tumbuhan Obat ... 27

Deskripsi Jenis Tumbuhan Obat ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 62


(10)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN ... 65


(11)

ix

No. Halaman

1. Petak Lokasi Penelitian ... 10

2. Petak Contoh Transek ... 12

3. Peta Titik Penyebaran Tumbuhan Obat ... 17

4. Proporsi Bagian Tumbuhan yang Digunakan ... 26

5. Persea gratissima (Alpukat) ... 28

6. Styrax benzoin (Kemenyan Durame) ... 30

7. Litsea cubeba Pers. (Antarasa) ... 30

8. Saurauia bracteosa DC. (Pirdot) ... 31

9. Psidium guajava (Jambu Biji) ... 32

10. Macaranga triloba Muell. Arg. (Balik-balik angin) ... 32

11. Ficus carica L. (Sidumon-dumon) ... 33

12. Parkia speciosa Hassk. (Petai) ... 34

13. Cassia sp. (Recce-recce) ... 34

14. Syzigium aromaticum (Cengkeh) ... 35

15. Alstonia scholaris (Pulai) ... 36

16. Artocarpus heterophyllus Lamk. (Nangka) ... 37

17. Eupatorium perfoliatum L. (Bunga-bunga paet) ... 37

18. Imperata cylindrical L. (Alang-alang) ... 38

19. Uncaria gambir (Gambir) ... 39

20. Sida rhombifolia L. (Sibagure) ... 40

21. Lophatherum gracile Brongn. (Rumput Bambu) ... 41

22. Ananas comocus (Nenas) ... 41

23. Homalomena cordata (Langge) ... 42

24. Sonchus arvensis L. (Duhut Begu) ... 43

25. Impatiens balsamina Linn. (Pacar Air) ... 44

26. Emilia sonchifolia [L]. DC. (Tempuh Wiyang) ... 44

27. Belamcanda chinensis [L]. DC. (Brojolintang) ... 45

28. Colacasia esculenta (Talas) ... 46

29. Nephentes sp. (Kantong Semar) ... 47

30. Etlingera elatior (Rias) ... 47

31. Hymenocalis littoralis Jacq. (Ompu-ompu) ... 48

32. Centella asiatica (L). Urb. (Appapaga Nalomak) ... 49

33. Curcuma domestica Val. (Kunyit) ... 50

34. Costus speciosus (Koenig) Sm. (Tabar-tabar) ... 50

35. Coleus amboinicus Lour. (Bangun-bangun) ... 51

36. Selaginella doederleinii Hieron. (Cakar Ayam) ... 52

37. Ageratum conyzoides L. (Bandotan) ... 53

38. Polygala paniculata (Sarindan leto) ... 53

39. Curculigo sp. (Sukkit Babi) ... 54

40. Melastoma malabathricum (Senduduk) ... 55

41. Melastoma sp. (Senduduk hutan) ... 55

42. Morinda lucida Benth. (Rintua) ... 56

43. Rhodomyrtus tomentosa (W.Ait) (Harimonting) ... 57


(12)

x

45. Urena lobata L. (Sappilulut) ... 58 46. Cibotium barometz (Tandiang Nahapuluhan) ... 59 47. Macrosolen flammeus Danser. (Sarindan) ... 60


(13)

xi

No. Halaman

1. Luas Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat ... 4

2. Komposisi Tumbuhan Obat di Hutan Batang Toru Blok Barat ... 15

3. Nilai INP dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Tingkat Semai ... 18

4. Nilai INP dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Tingkat Pancang .. 19

5. Nilai INP dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Tingkat Tiang ... 20

6. Nilai INP dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Tingkat Pohon ... 21

7. Jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat ... 23

8. Cara Penggunaan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Adiankoting ... 24


(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuisioner Penelitian Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya ... 65

2. Karakteristik Responden ... 68

3. Titik Koordinat Tumbuhan Obat ... 70


(15)

i

EKO RUMONDANG MARBUN. Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara). Dibimbing oleh IRAWATI AZHAR dan RISWAN.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat, potensinya dan pemanfaatannya di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai Juni 2014 dengan cara pengambilan data, wawancara dengan masyarakat, dan pengambilan sampel di lapangan. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi metode jalur dan garis berpetak dengan peletakan unit contoh secara systematic sampling with random start.

Hasil penelitian diperoleh 43 jenis tumbuhan obat. Dari 43 jenis tumbuhan obat yang ditemukan, 36 jenis dimanfaatkan oleh masyarakat. Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun. Penelitian ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan obat di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting tergolong sedang.


(16)

ii ABSTRACT

EKO RUMONDANG MARBUN. Eksploration of Medicinal Plants and Utilization (Case Study: Batang Toru Forest Block West, Adiankoting District, North Tapanuli Regency). Suvervised by IRAWATI AZHAR and RISWAN.

The purpose of the research was to know about the kindly and potential of medicinal plants found in Batang Toru Forest Block West, Adiankoting district. The research was done in April to June 2014 by data collection, interviews with the public, and field sampling. Field sampling was conducted by using a combination of methods to track and laying checkered line sample units in systematic sampling with random start.

The research result showed 43 species of medicinal plants. From 43 species, 36 species are utilized by the community. Part of the plant most widely used are the leaf. The research showed that biodiversity of medicinal plants in Batang Toru Forest Block West, district Adiankoting was moderate.


(17)

1

Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang masih mempunyai hutan tropis terbesar di dunia. Total areal tanah perhutanan di Indonesia diperkirakan kurang lebih 143,3 juta hektar atau hampir 75,4 % dari seluruh tanah yang mencapai 193,3 juta hektar. Hal ini menunjukkan secara alamiah hutan merupakan sumber alam yang sangat penting di Indonesia. Hutan-hutan tersebut mempunyai berbagai fungsi seperti penghasil produk-produk kayu maupun non kayu termasuk tanaman obat, hutan lindung yang melindungi persediaan air dan mencegah erosi tanah, sebagai cadangan alami, dan sebagai tempat rekreasi yang menyimpan keanekaragaman flora dan fauna (Kusumawati, dkk. 2003).

Sumber daya tumbuhan di hutan tropis Indonesia yang sangat kaya mendukung peluang pengembangan tanaman obat. Hal tersebut karena Indonesia memiliki 30.000 spesies tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat, dan baru 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional. Kondisi ini membuka peluang pengembangan selebar-lebarnya bagi tanaman obat dan penggalian potensi spesies-spesies tumbuhan berkhasiat obat yang belum termanfaatkan (Hapsoh dan Yaya, 2011).

Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga semakin banyak diminati oleh masyarakat karena telah terbukti bahwa obat yang berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan adanya efek samping jika dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia. Namun, yang


(18)

2

menjadi permasalahan bagi peminat obat tradisional adalah kurangnya pengetahuan dan informasi memadai mengenai berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang biasa digunakan sebagai ramuan obat-obatan tradisional dan bagaimana pemanfaatannya (Arief, 2001).

Dari data-data survey juga dapat diketahui bahwa penduduk pedesaan di Indonesia terlebih lagi yang terpencil di sekitar hutan, sering kali menggunakan tanaman-tanaman liar yang ada di hutan untuk pengobatan. Dari kenyataan seperti yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa masih banyak tanaman yang tumbuh di hutan tropis Indonesia yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai tanaman obat.

Hutan Batang Toru merupakan ekosistem yang sangat unik dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara administratif, kawasan hutan Batang Toru merupakan bagian dari tiga wilayah Kabupaten yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Kawasan HBTBB memiliki beberapa tipe ekosistem mulai dari ekosistem dataran rendah, perbukitan hingga pegunungan. Variasi habitat yang ada di kawasan ini merupakan ekosistem yang masih asli dan relatif utuh. Tingginya potensi keberadaan tumbuhan obat di Sumatera Utara belum semua terdata. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian eksplorasi tanaman-tanaman yang tumbuh liar yang berkhasiat sebagai tumbuhan obat di kawasan hutan yang berada di hutan Batang Toru, khususnya Kecamatan Adiankoting.


(19)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis, potensi, dan pemanfaatan tumbuhan obat yang terdapat di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, khususnya Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat maupun dinas terkait seperti Dinas Kehutanan tentang potensi hasil hutan non kayu khususnya tumbuhan obat di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.


(20)

4

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kondisi Umum Hutan Batang Toru

Kawasan hutan alam Batang Toru termasuk tipe hutan pegunungan rendah, hutan gambut pada ketinggian 900-1000 mdpl, hutan batu kapur, hutan berlumut (seperti di pegunungan tinggi) dan juga biasa ditemukan beberapa belang (rawa) di ketinggian 800 mdpl. Cakupan hutan Batang Toru meliputi Blok Hutan Batang Toru Barat dan Blok Hutan Sarulla Timur Provinsi Sumatra Utara, sebelah Selatan Danau Toba. Total habitat alami yang ada meliputi kira-kira 150.000 Ha (TFCA, 2010).

Kawasan hutan HBTBB berada antara 98046’48”-99017’24” Bujur Timur dan 1027’00”-1059’24” Lintang Utara. Kawasan seluas 103.009 Ha ini secara administrasi berada pada wilayah tiga kabupaten, yaitu Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah. Luas kawasan hutan tiap kabupaten dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Luas kawasan hutan Batang Toru Blok Barat

Kabupaten / Kota Luas (Ha)

Tapanuli Selatan 34,845

Tapanuli Tengah 16,820

Tapanuli Utara 51,344

Luas Keseluruhan 103,009

Sumber: Rachmadi, 2008

Kawasan hutan alam di HBTBB merupakan kawasan transisi biogeografis antara kawasan biogeografis Danau Toba Bagian Utara dan Danau Toba Bagian Selatan. Terjadinya kawasan transisi biogeografis ini kemungkinan disebabkan oleh kekuatan tektonik dan letusan Gunung Berapi Toba pada 150.000 tahun yang lalu. Kondisi transisi mengakibatkan kawasan ini memiliki keunikan dan keragaman hayati yang tinggi. Kawasan HBTBB memiliki beberapa tipe


(21)

ekosistem mulai dari ekosistem dataran rendah, perbukitan hingga pegunungan. Variasi habitat yang ada di kawasan ini merupakan ekosistem yang masih asli dan relatif utuh (Bason, 2008).

Keadaan topografi di kawasan hutan Batang Toru sangat curam. Berdasarkan peta kontur sebagian besar kelerengan berkisar > 40%, dan lebih curam lagi di Blok Timur Sarulla. Tanah di hutan Batang Toru termasuk yang peka terhadap erosi. Hutan Batang Toru menjadi areal yang penting untuk mencegah banjir, erosi dan longsor di daerah Tapanuli ini yang rentan terhadap datangnya bencana alam, termasuk gempa. Dengan ketinggian sekitar 400-1.803 m di atas permukaan laut, kawasan hutan Batang Toru merupakan hutan pegunungan dataran rendah dan dataran tinggi. Status hutan Batang Toru saat ini sekitar 68,7 % Hutan Produksi (93.628 ha), APL 12,7 % (17.341 ha) dan sebagian Hutan Lindung (Register) atau Suaka Alam 18,6 % (25.315 ha). Saat ini sedang sedang disiapkan usulan perubahan status untuk menjadikan hutan Batang Toru sebagai hutan lindung oleh kabupaten-kabupaten yang ada di Tapanuli (YEL, 2007).

Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara

Tapanuli Utara dalam Angka (2012) secara geografis Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada koordinat 1º20'00" - 2º41'00" Lintang Utara (LU) dan 98 05"-99 16" Bujur Timur (BT). Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara berbatasan dengan lima kabupaten tetangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Humbang Hasundutan


(22)

6

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan

Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting

Adiankoting dalam Angka (2012), secara geografis kecamatan Adiankoting terletak pada koordinat 98o50’21,37’’ BT – 01o58’40,02’’ Lintang Utara. Kecamatan Adiankoting terletak 400-1.300 mdpl dengan luas kecamatan 502, 90 Km2. Secara administratif kecamatan Adiankoting berbatasan dengan empat kecamatan tetangga. Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kacamatan Parmonangan • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu

Kecamatan Adiankoting terdiri atas 16 desa/kelurahan yaitu Pagaran Lambung I, II, III, IV, Sibalanga, Pagaran Pisang, Adiankoting, Dolok Nauli, Banuaji I, II, IV, Pansur Batu, Pardomuan Nauli, Siantar Naipospos, Pansur Batu I dan II (Adiankoting dalam Angka, 2012).

Pengertian Tumbuhan Obat dan Pengelompokannya

Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi: (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui dan dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; (2) Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif dan penggunaanya dapat


(23)

dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) Tumbuhan potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri (Zuhud, et al.,1994).

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya (akar, batang, kulit, daun, umbi, buah, biji dan getah) mempunyai khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisional. Di Indonesia terdapat sekitar 400 jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisional, 80 jenis diantaranya sudah dibudidayakan oleh petani (TN Baluran, 2006).

Menurut Oswald (1995), obat tradisional adalah ramuan dari tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat ataupun diperkirakan berkhasiat sebagai obat. Menurut Sulaksana dan Jayusman (2005), tanaman obat adalah suatu jenis tumbuhan atau tanaman yang sebagian atau seluruh bagian tanaman berkhasiat menghilangkan atau menyembuhkan suatu penyakit dan keluhan rasa sakit pada bagian atau organ tubuh manusia. Sedangkan menurut Sjabana dan Bahalwan (2002), obat tradisional adalah obat yang telah terbukti digunakan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun untuk memelihara kesehatan ataupun untuk mengatasi gangguan kesehatan mereka. Obat tradisional merupakan aset nasional yang sampai saat ini masih dimanfaatkan sebagai usaha pengobatan sendiri oleh masyarakat di seluruh pelosok Indonesia.

Tumbuhan obat tradisional di Indonesia mempunyai peran yang sangat penting terutama bagi masyarakat di daerah pedesaan yang fasilitas kesehatannya masih sangat terbatas. Nenek moyang kita mengenal obat-obatan tradisional yang


(24)

8

berasal dari tumbuhan di sekitar pekarangan rumah maupun yang tumbuh liar di semak belukar dan hutan-hutan. Masyarakat sekitar kawasan hutan memanfaatkan tumbuhan obat yang ada sebagai bahan baku obat-obatan berdasarkan pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat yang diwariskan secara turun-temurun (Hidayat dan Gusti, 2012).

Paradigma baru sektor kehutanan memandang hutan sebagai sistem sumberdaya yang bersifat multi fungsi, multi guna dan memuat multi kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Paradigma ini makin menyadarkan kita bahwa produk hasil hutan non-kayu merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan paling bersinambungan dengan kepentingan masyarakat sekitar hutan (APHI, 2002).

Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Indonesia memiliki sekitar 370 etnis yang hidup di dalam atau di sekitar kawasan hutan. Mereka umumnya memiliki pengetahuan tradisional dalam penggunaan tumbuhan berkhasiat obat untuk mengobati penyakit tertentu. Pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat ini merupakan dasar pengembangan obat fitofarmaka atau obat modern. Potensi khasiat obat dari tumbuhan tingkat tinggi yang ada di hutan dan kebun sangatlah besar. Industri obat tradisional dan fitofarmaka telah memanfaatkan berbagai spesies tumbuhan sebagai bahan baku obat, antara lain untuk antikuman, demam, pelancar air seni, antidiare, antimalaria, antitekanan darah tinggi dan sariawan (Supriadi, 2001).

Suku-suku bangsa di Indonesia telah banyak memanfaatkan tumbuhan obat untuk kepentingan pengobatan tradisional, termasuk pengetahuan mengenai


(25)

tumbuhan obat. Salah satu perbedaan dapat dilihat dari perbedaan ramuan yang digunakan untuk mengobati penyakit yang sama. Semakin beragam ramuan yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit tertentu, berarti peluang untuk menyembuhkan suatu penyakit menjadi semakin besar, karena suatu ramuan belum tentu cocok untuk masing-masing orang. Hal ini menunjukkan keragaman pengetahuan yang dimiliki suku-suku bangsa tersebut. Keragaman pengetahuan diatas merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang harus dipelihara untuk dikembangkan (Aliadi dan Roemantyo, 1994).


(26)

10

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting yang meliputi desa Banuaji I, Banuaji IV, Simate-mate dan Sitapongan, Kabupaten Tapanuli Utara dan Laboratorium Herbarium Medanense Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung pada bulan April 2014 sampai bulan Juni 2014. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian, GPS (Global Positioning System), kamera digital, alat tulis, meteran, kompas, parang, dan tali rafia. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buku


(27)

identifikasi tumbuhan obat, kuisioner, tally sheet, kantung plastik/stoples, plastik sampel, label identifikasi dan alkohol 70%.

Prosedur Penelitian

Teknik Pengambilan Data

Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data tentang analisis vegetasi tanaman obat di hutan Batang Toru Blok Barat adalah dengan teknik observasi yaitu survei langsung ke lapangan dan studi pustaka dengan menggunakan buku identifikasi tanaman obat.

Pengumpulan data yang dilakukan di lapangan sebagai berikut: a. Data primer

Data yang dikumpulkan langsung dari lapangan seperti habitus tanaman obat, jumlah jenis tanaman obat, pemanfaatan tanaman obat yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan.

b. Data sekunder

Pengambilan data sekunder meliputi data tentang keadaan umum daerah penelitian serta data yang diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya seperti instansi terkait baik lembaga pemerintahan maupun lembaga kemasyarakatan dan data yang sudah tersedia di instansi tertentu.

Penentuan Responden

Penentuan responden dibagi menjadi 2 bagian yaitu responden umum dan responden kunci. Responden umum pada penelitian ini adalah masyarakat yang mengetahui jenis-jenis dan memanfaatkan tumbuhan obat. Sedangkan responden kunci adalah kepala kampung, kepala suku, tokoh agama, ahli pengobatan


(28)

12

tradisional/ dukun, mantri dan tokoh masyarakat lainnya. Penentuan responden kunci dilakukan dengan menggunakan metode purpossive sampling yang disesuaikan dengan tujuan penelitian melalui wawancara dan kuisioner secara langsung kepada masyarakat. Menurut Arikunto (1998) dalam Harahap (2007), apabila jumlah penduduk ≤ 100 kepala keluarga maka diambil seluruh responden dan apabila jumlah penduduk > 100 kepala keluarga maka diambil 10-15 % dari jumlah kepala keluarga.

Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi metode jalur dan garis berpetak. Cara peletakan unit contohnya menggunakan cara systematic sampling with random start yang berarti penentuan petak awal yang dilakukan dengan cara random (acak), namun penentuan petak-petak berikutnya menggunakan cara sistematis (teratur). Pengambilan sampel dengan menggunakan kombinasi metode jalur dan garis berpetak dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Petak Contoh Transek


(29)

Keterangan:

a. Petak A: petak ukur untuk semai dengan ukuran 2 × 2 m b. Petak B: petak ukur untuk pancang dengan ukuran 5 × 5 m c. Petak C: petak ukur untuk tiang dengan ukuran 10 × 10 m d. Petak D: petak ukur untuk pohon dengan ukuran 20 × 20 m

Pengambilan sampel dilakukan dengan memakai intensitas sampling 1% yang sudah dianggap mewakili seluruh kawasan penelitian dan berpotensi sebagai tempat tumbuh tumbuhan obat. Luas Hutan Batang Toru Blok Barat Bagian Tapanuli Utara adalah 2000 Ha. Menurut Inventarisasi Hutan Menyeluruh dan Berkala (2007) menyatakan bahwa semua bentuk metode inventarisasi sistematik berjalur dengan intensitas sampling yang lebih tinggi dari 0,5% yang telah dan sedang dilaksanakan dapat diterima.

Analisis Data

Semua tanaman obat yang ditemui di lokasi, pertama-tama dilakukan pemotretan. Selanjutnya dicatat data penampakan fisik secara detail dan tempat ditemukannya jenis tanaman obat. Bila memungkinkan, objek langsung diidentifikasi di lapangan, dan jika tidak maka objek harus dikoleksi. Dalam proses pengkoleksian, tanaman obat diambil daun atau bagian tanaman yang lain seperti kulit, bunga, buah, kemudian dibungkus dengan kertas koran dimasukkan ke dalam kantung plastik, diberi label, dan diletakkan di dalam kantung plastik besar kemudian dilakukan herbarium pada tanaman obat tersebut kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi tanaman obat.

Perhitungan kerapatan dan persebaran spesies tumbuhan obat dilakukan dengan cara yang dikemukakan oleh Curtis (Muller-Dombois & Ellenber, 1974):

Σ individu Kerapatan (K) =


(30)

14

K suatu jenis

K. Relatif (KR) = x 100 %

K total seluruh jenis

Σ sub petak ditemukan suatu spesies Frekuensi (F) =

Σ seluruh sub petak contoh F suatu jenis

F. Relatif (FR) = x 100%

F total seluruh jenis

Luas bidang dasar suatu spesies Dominansi (D) =

Luas petak contoh D suatu jenis

D. Relatif (DR) = x 100%

D total seluruh jenis

INP = KR + FR + DR (untuk tingkat tiang dan pohon) INP = KR + FR (untuk tingkat semai dan pancang)

Keanekaragaman jenis suatu kawasan hutan dapat digambarkan dengan Indeks Shannon (Ludwig and Reynold, 1988) :

H’ = -∑ (pi) Ln (pi) Keterangan:

H’ = Indeks Keragaman Jenis pi = ni/N

ni = Nilai Penting Jenis ke-i

N = Jumlah Nilai Penting Semua Jenis Parameter index Shannon-Wiener: a. H’ < 1, keanekaragaman tergolong rendah b. H’ 1-3, keanekaragaman tergolong sedang c. H’> 3, keanekaragaman tergolong tinggi


(31)

15

Potensi Tumbuhan Obat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh 43 jenis tumbuhan obat yang tersebar di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kec. Adiankoting, Kab. Tapanuli Utara. Data ke-43 jenis tumbuhan obat tersebut, dibedakan dalam tingkatan semai, pancang, tiang dan pohon. Data jenis tumbuhan obat dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Komposisi tumbuhan obat di hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting

No Nama Lokal Nama Ilmiah Komposisi Tumbuhan Obat

Semai Pancang Tiang Pohon Total

1 Alang-alang Imperata cylindrica L. 200 200

2 Alpukat Persea gratissima 2 2 4

3 Antarasa Litsea cubeba Pers. 214 58 63 69 404

4 Appapaga nalomak Centella asiatica (L.) Urb. 61 61

5 Balik-balik angin Macaranga triloba Muell. Arg. 16 11 27

6 Bandotan Ageratum conyzoides L. 25 25

7 Bangun-bangun Coleus amboinicus Lour. 25 25

8 Brojolintang Belamcanda chinensis [L.] DC. 28 28

9 Bunga-bunga paet Eupatorium perfoliatum L. 359 359

10 Cakar ayam Selaginella doederleinii Hieron. 64 64

11 Cengkeh Syzigium aromaticum 1 1

12 Duhut begu Sonchus arvensis L. 65 65

13 Gambir Uncaria gambir 2 2

14 Haminjon Durame Styrax benzoin 181 238 213 359 701

15 Harimonting Rhodomyrtus tomentosa (W.Ait) 105 105

16 Jambu biji Psidium guajava 6 2 8

17 Kantong semar Nephentes sp. 41 41

18 Kunyit Curcuma domestica Val. 6 6

19 Langge Homalomena cordata Schott 248 248

20 Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk. 3 3

21 Nenas Ananas comocus 626 626

22 Ompu-ompu Hymenocalis littoralis Jacq. 7 7

23 Pacar air Impatiens balsamina Linn. 45 45

24 Petai Parkia speciosa Hassk. 2 3 1 6

25 Pirdot Saurauia bracteosa DC. 36 37 43 4 120


(32)

16

27 Recce-recce Cassia sp. 3 1 4

28 Rias Etlingera elatior 119 119

29 Rimbang Solanum ferrogium Jacq. 3 3

30 Rintua Morinda lucida Benth. 88 88

31 Rumput bambu Lophatherum gracile Brongn. 208 208

32 Sappilulut Urena lobata L. 73 73

33 Sarindan Macrosolen flammeus Danser. 296 296

34 Sarindan leto Polygala paniculata 15 15

35 Senduduk Melastoma malabathricum 263 263

36 Senduduk hutan Melastoma sp. 983 983

37 Sibagure Sida rhombifolia L. 17 17

38 Sidumon-dumon Ficus carica L. 11 6 9 26

39 Sukkit babi Curculigo sp. 835 835

40 Tabar-tabar Costus speciosus (Koenig) Sm. 2 2

41 Talas Colacasia esculenta 9 9

42 Tandiang nahapuluhan Cibotium barometz 667 667

43 Tempuh wiyang Emilia sonchifolia [L]. DC. 121 121

Total 6068 362 335 439 6914

Penelitian Pakpahan (2014) mengenai tumbuhan obat di Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan ditemukan 19 jenis tumbuhan obat. Apabila dibandingkan dengan jenis-jenis tumbuhan obat yang diperoleh di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, terdapat 5 jenis tumbuhan obat yang sama, yaitu Haminjon Durame atau Kemenyan (Styrax

benzoin), Senduduk (Melastoma malabathricum), Rias (Etlingera elatior),

Bunga-bunga paet (Eupatorium perfoliatum L.), Langge (Homalomena cordata Scott.). Penelitian Harahap (2007) mengenai pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) ditemukan 47 jenis tumbuhan obat. Apabila dibandingkan dengan jenis-jenis tumbuhan obat yang diperoleh di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, terdapat 6 jenis tumbuhan obat yang sama yaitu Talas (Colacasia esculenta), Kunyit (Curcuma domestica Val.), Pulai atau Goti (Alstonia scholaris), Sarindan


(33)

(Macrosolen flammeus Danser), Cengkeh (Syzigium aromaticum), dan Senduduk (Melastoma malabathricum).

Adanya jenis tumbuhan obat yang sama, yang ditemukan di hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting dan kedua lokasi penelitian tersebut disebabkan karena jenis tersebut tersebar di beberapa daerah yang memiliki kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya. Menurut Iskandar (2009), Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persebaran flora adalah iklim, tanah, dan biotik (pengaruh tumbuhan lain dan hewan). Peta titik penyebaran tumbuhan obat di Kecamatan Adiankoting dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Peta titik penyebaran tumbuhan obat

Komposisi tumbuhan obat yang paling banyak dijumpai adalah pada tingkat semai yaitu sebanyak 6068 dan jenis yang paling banyak ditemukan adalah Senduduk hutan (Melastoma sp.) yang merupakan jenis tumbuhan obat berupa perdu. Senduduk hutan (Melastoma sp.) yang ditemukan di lapangan yaitu tumbuh menyebar. Jenis yang paling sedikit ditemukan adalah Cengkeh


(34)

18

(Syzigium aromaticum) pada tingkat pohon, Gambir (Uncaria gambir) pada tingkat semai dan Tabar-tabar (Costus speciosus) pada tingkat semai.

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat

Berdasarkan hasil inventarisasi, diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan obat di kawasan hutan Hutan Batang Toru, Kecamatan Adiankoting yang tertinggi pada tingkat semai adalah Melastoma sp. dengan INP 27,616 dan terendah adalah Uncaria gambir, Costus speciosus (Koenig) Sm. dan

Alstonia scholaris dengan INP 0,005.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat semai di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting tergolong sedang yaitu 2, 901. Keanekaragaman jenis tumbuhan obat di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting dikategorikan sedang karena jumlah jenis tumbuhan obat yang ditemukan relatif banyak. Data mengenai Indeks Nilai Penting dan nilai keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat semai dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Nilai INP dan keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat semai

No Nama lokal Nama Ilmiah KR FR INP H'

1 Alang-alang Imperata cylindrica L. 3,296 0,329 3,625 0,073

2 Antarasa Litsea cubeba Pers. 3,527 5,708 9,235 0,142

3 Appapaga nalomak Centella asiatica (L.) Urb. 1,005 0,548 1,554 0,038 4 Balik-balik angin Macaranga triloba Muell. Arg. 0,264 0,219 0,483 0,015

5 Bandotan Ageratum conyzoides L. 0,412 0,329 0,741 0,021

6 Bangun-bangun Coleus amboinicus Lour. 0,412 0,109 0,522 0,016

7 Brojolintang Belamcanda chinensis [L.] DC. 0,461 0,658 1,12 0,029

8 Bunga-bunga paet Eupatorium perfoliatum L. 5,916 3,841 9,758 0,147 9 Cakar ayam Selaginella doederleinii Hieron. 1,055 4,281 5,336 0,097

10 Duhut begu Sonchus arvensis L. 1,071 1,097 2,169 0,049

11 Gambir Uncaria gambir 0,033 0,109 0,143 0,005

12 Haminjon Durame Styrax benzoin 2,983 11,416 14,399 0,189

13 Harimonting Rhodomyrtus tomentosa (W.Ait) 1,73 1,866 3,596 0,072


(35)

15 Kunyit Curcuma domestica Val. 0,099 0,109 0,209 0,007

16 Langge Homalomena cordata Schott 4,087 7,354 11,442 0,164

17 Nenas Ananas comocus 10,316 4,829 15,146 0,195

18 Ompu-ompu Hymenocalis littoralis Jacq. 0,115 0,219 0,335 0,011

19 Pacar air Impatiens balsamina Linn. 0,742 0,329 1,071 0,028

20 Pirdot Saurauia bracteosa DC. 0,593 1,646 2,24 0,05

21 Pulai Alstonia scholaris 0,016 0,109 0,126 0,005

22 Recce-recce Cassia sp. 0,049 0,109 0,159 0,006

23 Rias Etlingera elatior 1,961 1,866 3,827 0,076

24 Rimbang Solanum ferrogium Jacq. 0,049 0,329 0,379 0,012

25 Rintua Morinda lucida Benth. 1,45 2,854 4,304 0,083

26 Rumput bambu Lophatherum gracile Brongn. 3,428 0,658 4,086 0,079

27 Sappilulut Urena lobata L. 1,203 0,987 2,191 0,049

28 Saridan leto Polygala paniculata 0,247 0,329 0,577 0,017

29 Sarindan Macrosolen flammeus Danser. 4,878 5,488 10,367 0,153

30 Senduduk Melastoma malabathricum 4,334 3,293 7,627 0,125

31 Senduduk hutan Melastoma sp. 16,2 11,416 27,616 0,273

32 Sibagure Sida rhombifolia 0,28 0,329 0,609 0,018

33 Sidumon-dumon Ficus carica L. 0,181 0,768 0,95 0,025

34 Sukkit babi Curculigo sp. 13,761 11,635 25,396 0,262

35 Tabar-tabar Costus speciosus (Koenig) Sm. 0,033 0,109 0,143 0,005

36 Talas Colacasia esculenta 0,148 0,329 0,478 0,014

37 Tandiang nahapuluhan Cibotium barometz 10,992 12,403 23,396 0,251

38 Tempuh wiyang Emilia sonchifolia [L]. DC. 1,994 1,536 3,531 0,071

Total 100 100 200 2,901

Berdasarkan hasil inventarisasi, diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan obat di kawasan hutan Hutan Batang Toru, Kecamatan Adiankoting yang tertinggi pada tingkat pancang adalah Styrax benzoin yaitu 130,718 dan terendah adalah Cassia sp. yaitu 0,841.

Berdasarkan hasil analisis data, keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat pancang di kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting tergolong sedang yaitu 1,154. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ludwig and Reynold (1988), mengenai parameter index Shannon-Wiener bahwa apabila H’ 1-3, keanekaragaman jenisnya tergolong sedang. Data mengenai INP


(36)

20

dan keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat pancang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Nilai INP dan keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat pancang

No Nama lokal Nama Ilmiah KR FR INP H'

1 Antarasa Litsea cubeba Pers. 16,022 15,819 31,841 0,293

2 Balik-balik angin Macaranga triloba Muell. Arg. 3,039 1,13 4,169 0,081

3 Haminjon Durame Styrax benzoin 65,746 64,972 130,718 0,278

4 Jambu biji Psidium guajava 1,657 2,26 3,917 0,077

6 Petai Parkia speciosa Hassk. 0,552 1,13 1,682 0,04

7 Pirdot Saurauia bracteosa DC. 10,221 10,169 20,39 0,233

8 Pulai Alstonia scholaris 0,829 1,13 1,959 0,045

9 Recce-recce Cassia sp. 0,276 0,565 0,841 0,023

10 Sidumon-dumon Ficus carica L. 1,657 2,825 4,482 0,085

Total 100 100 200 1,154

Berdasarkan hasil inventarisasi, diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan obat di kawasan hutan Hutan Batang Toru, Kecamatan Adiankoting yang tertinggi pada tingkat tiang adalah Styrax benzoin yaitu 136,565 dan terendah Psidium guajava yaitu 12,542.

Berdasarkan hasil analisis data, keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat pancang di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting tergolong sedang yaitu sebesar 1,154. Data mengenai nilai INP dan keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat tiang dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Nilai INP dan keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat tiang

No Nama lokal Nama Ilmiah KR FR DR INP H'

1 Alpukat Persea gratissima 0,597 0,5 14,133 15,23 0,151

2 Antarasa Litsea cubeba Pers. 18,805 18 15,617 52,423 0,304

3 Haminjon Durame Styrax benzoin 63,582 57 17,983 138,565 0,356

4 Jambu biji Psidium guajava 0,597 1 10,944 12,542 0,132

6 Petai Parkia speciosa 0,895 1,5 15,286 17,682 0,166

7 Pirdot Saurauia bracteosa DC. 12,835 20 14,36 47,196 0,29

8 Sidumon-dumon Ficus carica L. 2,686 2 11,673 16,359 0,158


(37)

Berdasarkan hasil inventarisasi, diperoleh nilai Indeks Nilai Penting tumbuhan obat di kawasan hutan Hutan Batang Toru, Kecamatan Adiankoting yang tertinggi pada tingkat pohon adalah Styrax benzoin yaitu 178,945 dan terendah adalah Syzigium aromaticum dengan nilai INP yaitu 13,500.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada tingkat pohon memiliki indeks keragaman jenis sebesar 1,339. Keanekaragaman jenis tingkat pohon tergolong sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ludwig dan Reynold (1988), mengenai parameter index Shannon-Wiener bahwa apabila indeks keragaman 1-3 maka keanekaragamannya tergolong sedang. Data mengenai nilai INP dan keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat tiang dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Nilai INP dan keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat pohon

No Nama Lokal Nama Ilmiah KR FR DR INP H'

1 Alpukat Persea gratissima 0,455 0,534 13,664 14,654 0,147

2 Antarasa Litsea cubeba Pers. 15,717 16,577 15,12 47,415 0,291

3 Cengkeh Syzigium aromaticum 0,227 0,534 12,737 13,5 0,139

4 Haminjon Durame Styrax benzoin 81,776 79,144 18,023 178,945 0,308

5 Nangka Pterocarpus heterophyllus 0,683 1,069 14,402 16,155 0,157

6 Petai Parkia speciosa 0,227 0,534 13,227 13,99 0,142

7 Pirdot Saurauia bracteosa DC. 0,911 1,604 12,823 15,338 0,152

Total 100 100 100 300 1,339

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa jenis tumbuhan obat tingkat semai yang dapat tumbuh pada daerah ini lebih banyak dibandingkan tingkat pancang, tiang dan pohon. Jenis tumbuhan obat tingkat semai juga lebih beragam dibanding dengan tingkat vegetasi lainnya. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan obat tertinggi terdapat pada tingkat semai yaitu 2,901, sedangkan terendah terdapat pada tingkat pancang yaitu 1,154. Indeks keanekaragaman ini menunjukkan besarnya variasi jenis pada suatu tempat.


(38)

22

Tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan obat di kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting dari tingkat semai hingga tingkat pohon memiliki nilai indeks keragaman 1,154-2,901. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan obat tergolong sedang. Menurut Wirakusumah (2003) dalam Abdiyani (2008) menyatakan bahwa Semakin tinggi nilai keanekaragaman suatu kawasan menunjukkan semakin stabil komunitas di kawasan tersebut. Stabilitas komunitas yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya.

Pengetahuan Tumbuhan Obat

Hasil wawancara dan kuisioner dengan masyarakat (Lampiran 2) dapat diketahui bahwa masyarakat Adiankoting pada umumnya mengetahui jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit tertentu. Pengetahuan masyarakat tentang jenis tumbuhan obat yang digunakan diperoleh secara turun temurun, dimana tumbuhan obat tersebut dapat dicari di dalam kawasan hutan maupun di kebun atau pekarangan.

Untuk memperoleh tumbuhan obat dari hutan agak sulit, dimana jarak yang ditempuh untuk mencapai hutan cukup jauh. Tetapi menurut masyarakat Adiankoting, potensi tumbuhan obat di hutan cukup banyak.

Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat dimanfaatkan oleh masyarakat Adiankoting untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Masyarakat merasa bahwa penggunaan tumbuhan obat dari hutan sangat manjur. Namun, masyarakat juga tidak terlepas


(39)

dengan obat-obatan dari medis, dimana mereka merasa bahwa penggunaannya lebih praktis.,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tidak semua jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting dimanfaatkan oleh masyarakat Adiankoting. Dari ke-43 jenis tumbuhan obat tersebut, 36 jenis yang dimanfaatkan dan 7 jenis tumbuhan obat tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Jenis tumbuhan obat tersebut tidak dimanfaatkan oleh masyarakat karena masyarakat kurang mengetahui khasiat dari ke-7 tumbuhan obat tersebut. Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan maupun yang tidak dimafaatkan oleh masyarakat dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat

No Nama lokal Nama Ilmiah Pemanfaatan

Ya Tidak

1 Alang-alang Imperata cylindrica L.

2 Alpukat Persea gratissima

3 Antarasa Litsea cubeba Pers.

4 Appapaga nalomak Centella asiatica (L.) Urb.

5 Balik-balik angina Macaranga triloba Muell. Arg.

6 Bandotan Ageratum conyzoides L.

7 Bangun-bangun Coleus amboinicus Lour.

8 Brojolintang Belamcanda chinensis [L.] DC.

9 Bunga-bunga paet Eupatorium perfoliatum L.

10 Cakar ayam Selaginella doederleinii Hieron.

11 Cengkeh Syzigium aromaticum

12 Duhut begu Sonchus arvensis L.

13 Gambir Uncaria gambir

14 Haminjon Durame Styrax benzoin

15 Harimonting Rhodomyrtus tomentosa (W.Ait)

16 Jambu biji Psidium guajava

17 Kantong semar Nephentes sp.

18 Kunyit Curcuma domestica Val.

19 Langge Homalomena cordata Schott

20 Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk.

21 Nenas Ananas comocus


(40)

24

23 Pacar air Impatiens balsamina Linn.

24 Petai Parkia speciosa Hassk.

25 Pirdot Saurauia bracteosa DC.

26 Pulai Alstonia scholaris

27 Recce-recce Cassia sp.

28 Rias Etlingera elatior

29 Rimbang Solanum ferrogium Jacq.

30 Rintua Morinda lucida Benth.

31 Rumput bambu Lophatherum gracile Brongn.

32 Sappilulut Urena lobata L.

33 Sarindan Macrosolen flammeus Danser.

34 Sarindan leto Polygala paniculata

35 Senduduk Melastoma malabathricum

36 Senduduk hutan Melastoma sp.

37 Sibagure Sida rhombifolia

38 Sidumon-dumon Ficus carica L.

39 Sukkit babi Curculigo sp.

40 Tabar-tabar Costus speciosus (Koenig) Sm.

41 Talas Colacasia esculenta

42 Tandiang nahapuluhan Cibotium barometz

43 Tempuh wiyang Emilia sonchifolia [L]. DC.

Penggunaan tumbuhan sebagai pengobatan ada beberapa cara yaitu dikonsumsi secara langsung dan secara tidak langsung dengan perlakuan-perlakuan tertentu sebelum digunakan. Cara penggunaan tumbuhan obat oleh masyarakat Adiankoting dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Cara Penggunaan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Adiankoting

No Nama Lokal Nama Ilmiah Kegunaan

Bagian yang digunakan

Cara meramu 1 Alang-alang Imperata

cylindrica L. Obat sakit perut Akar

Dikeringkan, direbus, airnya diminum

2 Antarasa Litsea cubeba

Pers. Obat luka

Lendir

pada kulit Mengoleskan lendir pada luka 3 Appapaga

nalomak

Centella asiatica

(L.) Urb. Obat sakit perut Daun Dimakan langsung 4 Balik-balik

angin

Macaranga triloba

Muell. Arg. Obat demam Daun

Daun direndam dalam air hangat, dioleskan ke badan

5 Bangun-bangun

Coleus amboinicus

Lour.

Obat penambah

darah Daun

Daun diperas, airnya diminum. Sisa perasan dimasak, dimakan


(41)

6 Bunga-bunga paet

Eupatorium

perfoliatum L. Obat maag, luka

Daun, bunga

Obat maag, daun dan bunga direbus, diminum. Untuk luka, daun diremas, airnya dioleskan ke luka

7 Cengkeh Syzigium

aromaticum Obat sakit gigi Bunga

Bunga ditumbuk, dibuat ke gigi yang sakit

8 Duhut begu Sonchus arvensis

L. Obat sakit perut

Daun,

batang Direbus, airnya diminum 9 Gambir Uncaria gambir Disentri Daun Daun direbus+kunyit, air hasil

rebusan diminum 10 Harimonting Rhodomyrtus

tomentosa (W.Ait) Obat sakit perut Buah

Buah langsung dimakan sebanyak 3 biji

11 Jambu biji Psidium guajava Obat sakit perut Pucuk Pucuk+kunyit, diminum 12 Kantong semar Nephentes sp.

Obat untuk yang susah memiliki keturunan

Semua

bagian Diramu oleh dukun

13 Kunyit Curcuma

domestica Val. Obat sakit perut Rimpang

Rimpang diparut/diblender+air, air hasil perasan diminum

14 Langge Homalomena

cordata Schott

Obat

demam/kompres Daun

Daun yang hampir busuk dibuat dikening

15 Nangka

Artocarpus heterophyllus

Lamk.

Obat darah

tinggi Daun

Direbus 7 lembar daun, airnya diminum

16 Nenas Ananas comocus Obat sakit

kepala

Pelepah

daun muda Dimakan langsung 17 Ompu-ompu Hymenocalis

littoralis Jacq. Obat terkilir

Daun, umbi

Daun dan umbi diolesi minyak, dilayukan di atas api, ditempelkan ke bagian yang sakit

18 Pacar air Impatiens

balsamina Linn. Obat luka Daun Direbus, airnya dibuat mencuci luka

19 Petai Parkia speciosa

Hassk. Obat cacing Buah Dimakan langsung

20 Pirdot Saurauia

bracteosa DC.

Obat sakit perut, malaria, rematik

Daun, bunga, biji

Direbus, diminum untuk obat sakit perut. Pucuk diblender,

disaring+air+garam, dimasak, diminum

21 Pulai Alstonia scholaris Obat maag,

malaria

Batang yang kecil

Batang 7 potong, direbus, airnya diminum

22 Recce-recce Cassia sp. Obat sakit perut Daun,

bunga, biji Direbus, airnya diminum 23 Rias Etlingera elatior Obat demam Batang Batang direbus, airnya dimandikan 24 Rimbang Solanum ferrogium

Jacq.

Obat rabun,

darah tinggi Buah

Untuk mata rabun, buah langsung dimakan. Untuk darah tinggi, buah direbus, dimakan

25 Rintua Morinda lucida Benth.

Melancarkan

pencernaan Pucuk Direbus, airnya diminum 26 Sappilulut Urena lobata L. Obat sakit perut,

demam, campak Kulit akar

Ditumbuk kulit akar+kulit akar sibagure+beras+air minum, diperas, diminum untuk obat sakit perut dan demam, untuk campak dioleskan 27 Sarindan Macrosolen

flammeus Danser.

Obat sakit perut, darah tinggi

Semua

bagian Direbus, diminum

28 Senduduk Melastoma malabathricum Obat maag Kulit akar Kulit akar ditumbuk+beras+kemiri, direbus, diminum 29 Senduduk hutan Melastoma sp. Obat sakit perut Daun Daun direbus, diminum


(42)

26

30 Sibagure Sida rhombifolia Obat demam Kulit akar

Kulit akar ditumbuk+air+beras+ kemiri, diperas, air hasil perasan diminum

31

Sidumon-dumon Ficus carica L. Obat sakit perut Daun, buah Buah dan biji dimakan langsung 32 Sukkit babi Curculigo sp. Obat sakit perut,

obat campak Daun

Daun direbus, diminum untuk obat sakit perut. Daun dicuci, dioleskan ke badan yang terkena campak 33 Tabar-tabar Costus speciosus

(Koenig) Sm.

Obat kaki yang bengkak

Bagian dalam batang

Bagian dalam batang+kapur sirih, dibalutkan ke kaki yang bengkak

34 Talas Colacasia

esculenta Diabetes Umbi Umbi direbus, dimakan

35 Tandiang

nahapuluhan Cibotium barometz Obat bisul Daun muda

Daun muda dikikis, ditempelkan ke bisul

36 Tempuh wiyang

Emilia sonchifolia

[L]. DC. Obat kesurupan Daun Diramu oleh dukun

Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Adiankoting yang memiliki pengetahuan tentang tumbuhan obat, bagian tumbuhan yang dimanfaatkan antara lain daun, akar, batang, kulit, umbi, buah, bunga, biji dan pucuk. Bagian tersebut ada yang dapat langsung digunakan sebagai obat dan ada pula yang harus melalui proses pengolahan. Proporsi penggunaan tumbuhan yang digunakan untuk dijadikan sebagai obat dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Proporsi bagian tumbuhan yang digunakan

Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun yaitu sebesar 52,78 % dan bagian yang paling


(43)

sedikit adalah bagian kulit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harborne (1987)

dalam Sari (2012), menyatakan bahwa daun paling banyak digunakan karena pada

daun banyak terakumulasi senyawa metabolit sekunder yang paling penting sebagai bahan obat berupa tanin, alkaloid, minyak atsiri dan senyawa organik lainnya yang tersimpan di dalam vakuola maupun jaringan tambahan pada daun seperti trikoma. Dari segi keutuhan dan eksistensinya jumlah daun lebih banyak dibanding bagian organ lainnya sehingga apabila diambil dalam jumlah tertentu tidak terlalu berpengaruh terhadap tumbuhan tersebut. Kemudian dari segi efisiensi dan kepraktisannya daun merupakan bahan yang mudah diracik dan diolah untuk dijadikan sebagai bahan obat.

Habitus (life-form) Tumbuhan Obat

Hasil penelitian diperoleh bahwa semua jenis tumbuhan obat tersebar mulai dari pohon, semak, herba, perdu dan liana. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zuhud (2008) yang menyatakan bahwa bahwa dari segi habitatnya, spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di berbagai formasi hutan Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam 7 (tujuh) macam yaitu: habitat bambu, herba, liana, pemanjat, perdu, pohon dan semak. Penyebaran jenis tumbuhan obat di kawasan Hutan Batang Toru berdasarkan habitusnya disajikan pada tabel 9.

Tabel 9. Habitus jenis tumbuhan obat yang ditemukan di kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara

Habitus Spesies

Pohon Persea gratissima (Alpukat); Styrax benzoin (Haminjon Durame); Litsea cubeba Pers. (Antarasa); Saurauia bracteosa DC. (Pirdot), Psidium guajava (Jambu biji); Macaranga triloba Muell. Arg. (Balik-balik angin), Ficus carica L. (Sidumon-dumon), Parkia speciosa Hassk. (Petai), Cassia sp. (Recce-recce), Syzigium aromaticum (Cengkeh), Alstonia scholaris (Pulai), Artocarpus heterophyllus Lamk. (Nangka)

Semak Eupatorium perfoliatum L. (Bunga-bunga paet), Imperata cylindrica L. (Alang-alang), Uncaria gambir (Gambir), Sida rhombifolia L. (Sibagure)

Herba Lophatherum gracile Brongn. (Rumput bambu); Ananas comocus (Nenas); Homalomena cordata Schott (Langge); Sonchus arvensis L. (Duhut begu); Impatiens balsamina Linn. (Pacar air); Emilia sonchifolia [L]. DC. (Tempuh


(44)

28

wiyang); Belamcanda chinensis [L.] DC. (Brojolintang); Colacasia esculenta (Talas); Nephentes sp. (Kantong Semar); Etlingera elatior (Rias); Hymenocalis littoralis Jacq. (Ompu-ompu); Centella asiatica (L.) Urb. (Appapaga nalomak); Curcuma domestica Val. (Kunyit); Costus speciosus (Koenig) Sm. (Tabar-tabar); Coleus amboinicus Lour. (Bangun-bangun); Selaginella doederleinii Hieron. (Cakar Ayam); Ageratum conyzoides L. (Bandotan); Polygala paniculata (Sarindan leto)

Perdu Curculigo sp. (Sukkit babi); Melastoma malabathricum (Senduduk); Melastoma sp. (Senduduk hutan); Morinda lucida Benth. (Rintua); Rhodomyrtus tomentosa (W.Ait) (Harimonting); Solanum ferrogium Jacq. (Rimbang); Urena lobata L. (Sappilulut); Cibotium barometz (Tandiang Nahapuluhan)

Liana Macrosolen flammeus Danser. (Sarindan)

Deskripsi Jenis Tumbuhan Obat

A. Jenis Pohon

1. Persea gratissima (Alpukat)

Persea gratissima merupakan tumbuhan obat yang termasuk dalam

kelompok pohon (Gambar 5). Pohon buah ini tumbuh liar di hutan-hutan, tetapi banyak juga ditanam di kebun dan pekarangan yang lapisan tanahnya gembur, subur, dan tidak tergenang air. Alpukat memiliki tinggi 3-10 m, berakar tunggang, batang bulat, berkayu, bercabang banyak. Daun tunggal, tebal seperti kulit, dan letak berdesakan di ujung ranting.

Gambar 5. Persea gratissima

Masyarakat Adiankoting tidak memanfaatkan Persea gratissima sebagai obat, mereka hanya memanfaatkan buahnya untuk dimakan. Menurut Dalimartha


(45)

(2008), rasa daun Persea gratissima yang pahit, kelat, berkhasiat meluruhkan kencing (diuretik). Biji berhasiat antiradang dan menghilangkan nyeri (analgesik). Cara meramunya yaitu untuk diminum, direbus 3-6 lembar daun, 1 buah biji kering, atau ½ -1 daging buah.

2. Styrax benzoin (Haminjon Durame)

Styrax benzoin adalah jenis tumbuhan obat berupa pohon yang merupakan

anggota dari suku Styracaceae . Memiliki tinggi sekitar 8-15 m, batang bulat bercabang, warna coklat. Daun berbentuk jorong, letak berseling, ujung meruncing, permukaan atas licin dan bawah berbulu halus (Gambar 6). Batang kayu mengeluarkan getah. Getah Styrax benzoin mempunyai sifat fiksatif yang mengikat minyak atsiri sehingga tidak terlalu cepat menguap.

Masyarakat Adiankoting tidak memanfaatkan Styrax benzoin sebagai obat. Namun, menurut Pakpahan (2014) Masyarakat Sihombu memanfaatkan

Styrax benzoin sebagai obat untuk gatal-gatal. Bagian yang digunakan adalah

getahnya. Menurut Sari (2012), masyarakat di Suaka Margasatwa Siranggas, Kabupaten Pakpak Bharat, memanfaatkan Styrax benzoin digunakan sebagai obat panu. Bagian yang dimanfaatkan adalah daunnya. Cara penggunaannya adalah dengan menghaluskan bagian daun ditambah jahe dan kapur sirih, kemudian airnya disapukan ke kulit yang panuan.


(46)

30

Gambar 6. Styrax benzoin

3. Litsea cubeba Pers. (Antarasa)

Litsea cubeba Pers. adalah jenis tumbuhan obat berupa pohon yang

merupakan anggota dari suku Lauraceae. Bentuk daun oval, letak berseling, batang berwarna coklat (Gambar 7). Semua bagian Litsea cubeba Pers. seperti daun, batang, menghasilkan aroma yang khas.

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Litsea cubeba Pers. sebagai obat untuk luka. Bagian yang digunakan adalah lendir yang terdapat pada kulit. Cara meramunya adalah dengan mengoleskan lendir pada luka.


(47)

4. Saurauia bracteosa DC. (Pirdot)

Saurauia bracteosa DC adalah jenis tumbuhan obat berupa pohon yang

merupakan anggota dari suku Actinidiaceae. Tinggi tumbuhan ini mencapai 13 m. Daun tunggal, permukaan berbulu halus (Gambar 8). Letak bunga terminal.

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Saurauia bracteosa DC. sebagai obat sakit perut, malaria, dan rematik. Bagian yang digunakan adalah bagian pucuk yang yang terdiri dari daun, bunga, dan biji. Untuk obat sakit perut, cara meramunya yaitu dengan merebus bagian daun, bunga, biji, lalu air hasil rebusan diminum. Untuk obat malaria dan rematik, cara meramunya yaitu bagian pucuk diblender, kemudian disaring. Lalu hasil saringan ditambah air dan garam, kemudian dimasak hingga mendidih, lalu diminum setelah didinginkan.

Gambar 8. Saurauia bracteosa DC.

5. Psidium guajava (Jambu biji)

Psidium guajava adalah jenis tumbuhan obat berupa pohon. Batang

berwarna coklat, berkayu. Daun tunggal, letak berhadapan, warna hijau (Gambar 9). Bunga berwarna putih.


(48)

32

Gambar 9. Psidium guajava

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Psidium guajava sebagai obat sakit perut. Bagian yang digunakan adalah pucuknya. Cara meramunya yaitu dengan merebus pucuk Psidium guajava ditambah dengan Curcuma domestica (kunyit) dan umbi Acorus calamus (Salimbatuk/ jarango). Kemudian air hasil rebusan diminum.

6. Macaranga triloba Muell. Arg. (Balik-balik angin)

Macaranga triloba adalah jenis tumbuhan obat berupa pohon yang

merupakan anggota dari suku Euphorbiaceae. Permukaan batang berbulu halus, daun tunggal, ujung runcing (Gambar 10).


(49)

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Macaranga triloba Muell. Arg. sebagai obat demam. Bagian yang digunakan adalah daunnya. Cara meramunya yaitu daun direndam dalam air hangat, kemudian dioleskan ke badan.

7. Ficus carica L. (Sidumon-dumon)

Ficus carica L. adalah jenis tumbuhan obat berupa pohon. Tinggi batang

1-7 m, kulit kasar. Daun tunggal, menjari, berwarna hijau. Buah bulat, terletak pada batang (Gambar 11).

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Ficus carica L. sebagai obat untuk obat sakit perut. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun dan buah. Cara meramunya yaitu bagian daun dan buah dimakan langsung.

Gambar 11. Ficus carica L.

8. Parkia speciosa Hassk. (Petai)

Parkia speciosa Hassk. adalah jenis tumbuhan obat berupa pohon yang

merupakan anggota dari suku Fabaceae. Memiliki tinggi batang 4-7 m. Daun majemuk, berbentuk memanjang, tepi rata, pertulangan menjari, permukaan licin (Gambar 12). Buah terletak di ujung ranting, memiliki aroma bau yang khas.


(50)

34

Gambar 12. Parkia speciosa Hassk.

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Parkia speciosa Hassk. sebagai obat cacing. Bagian yang digunakan sebagai obat adalah bijinya. Cara meramunya adalah dengan memakan bijinya.

9. Cassia sp. (Recce-recce)

Cassia sp. adalah jenis tumbuhan obat yang berupa pohon. Tumbuh

hingga tinggi mencapai 6 m. Daun tunggal, letak berhadapan (Gambar 13). Bunga berwarna kuning, terletak di bagian ujung.

Gambar 13. Cassia sp.

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Cassia sp. sebagai obat untuk sakit perut. Bagian Cassia sp. yang digunakan sebagai obat adalah daun, bunga,


(51)

dan bijinya. Cara meramunya yaitu dengan merebus daun, bunga, dan biji lalu air hasil rebusan diminum.

10. Syzigium aromaticum (Cengkeh)

Syzigium aromaticum adalah jenis tumbuhan obat berupa pohon.

Cabang-cabang dari tumbuhan ini umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil. Daun berbentuk bulat telur dengan bagian pangkal dan ujung menyudut (Gambar 14). Pada saat masih muda, bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kehijau-hijauan, dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua.

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Syzigium aromaticum sebagai obat sakit gigi. Bagian yang digunakan adalah bagian bunganya. Cara meramunya adalah dengan menumbuk bunga Syzigium aromaticum sampai halus, lalu dibuat ke gigi yang sakit.

Gambar 14. Syzigium aromaticum

11. Alstonia scholaris (Pulai)

Alstonia scholaris adalah jenis tumbuhan obat berupa pohon yang


(52)

36

Alstonia scholaris dengan sebutan Goti. Tumbuh dengan tinggi batang mencapai

15 m. Daun tersusun melingkar berbentuk lonjong atau elips (Gambar 15).

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Alstonia scholaris sebagai obat untuk obat maag dan malaria. Bagian yang digunakan sebagai obat adalah bagian batang yang masih kecil. Cara meramu untuk obat maag maupun malaria yaitu batang Alstonia scholaris yang masih kecil dipotong hingga 7 potong, kemudian direbus, lalu air hasil rebusannya diminum.

Gambar 15. Alstonia scholaris

12. Artocarpus heterophyllus Lamk. (Nangka)

Artocarpus heterophyllus Lamk. adalah jenis tumbuhan obat berupa pohon

yang merupakan anggota dari suku Moraceae. Tumbuh dengan tinggi sekitar 8-15 m, bergetah. Daun tebal seperti kulit, letak berseling, berbentuk memanjang atau bulat telur sungsang, tepi rata, permukaan atas mengkilap, berwarna hijau tua (Gambar 16).

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Artocarpus heterophyllus Lamk. sebagai obat untuk penyakit darah tinggi. Bagian yang digunakan sebagai obat adalah bagian daunnya. Cara meramunya yaitu dengan merebus 7 lembar daun


(53)

Gambar 16. Artocarpus heterophyllus Lamk.

B. Jenis Semak

1. Eupatorium perfoliatum L. (Bunga-bunga paet)

Eupatorium perfoliatum L. termasuk anggota suku Asteraceae yang

merupakan jenis tumbuhan obat berupa semak dengan tinggi sekitar 1,5 m (Gambar 17). Daun majemuk, ujung runcing, tepi bergerigi, warna hijau. Bunga berwarna putih.

Gambar 17. Eupatorium perfoliatum L.

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Eupatorium perfoliatum L. sebagai obat sakit maag dan obat luka. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah


(54)

38

bagian daun dan bunga. Cara meramunya yaitu untuk obat sakit maag, daun dan bunga direbus kemudian airnya diminum. Sedangkan untuk obat luka, daun diremas hingga airnya keluar, lalu airnya dioleskan ke luka.

2. Imperata cylindrica L. (Alang-alang)

Imperata cylindrica L. adalah anggota dari suku Poaceae. Sejenis rumput

berdaun tajam memiliki tinggi 0,4-1,2 m, tunas panjang, dan ujung tunas runcing (Gambar 18).

Gambar 18. Imperata cylindrica L.

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Imperata cylindrica L. sebagai obat sakit perut. Bagian yang digunakan adalah akar. Cara meramunya yaitu akar dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direbus, lalu airnya diminum.

Menurut Hariana (2008), akar alang-alang baik dalam kondisi segar maupun kering dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa permasalahan kesehatan dan penyakit seperti hepatitis akut menular, kencing berdarah, kencing nanah, muntah darah, mimisan, peluruh kencing dan radang ginjal akut. Penggunaannya dengan membuat minuman alang-alang yang berbentuk seperti minuman teh.


(55)

3. Uncaria gambir (Gambir)

Uncaria gambir adalah jenis tumbuhan obat berupa semak yang

merupakan anggota dari suku Rubiaceae. Tumbuh memanjat dan menjalar, dengan permukaan batang yang licin (Gambar 19). Daun tunggal, letak berhadapan, berwarna hijau, ujung meruncing, permukaan atas dan bawah licin.

Gambar 19. Uncaria gambir

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Uncaria gambir sebagai obat disentri. Bagian yang digunakan untuk mengobati disentri adalah daunnya. Cara meramunya adalah dengan merebus daunnya, ditambah dengan kunyit. Kemudian hasil rebusan diminum. Hasil rebusan mengandung getah yang berasal dari daun yang direbus.

4. Sida rhombifolia L. (Sibagure)

Sida rhombifolia L. adalah jenis tumbuhan obat berupa semak yang

merupakan anggota dari suku Malvaceae. Memiliki tinggi mencapai 1 m, dengan batang bulat bercabang kecil berambut rapat (Gambar 20). Daun tunggal, lanset berukuran kecil, letak berseling. Bunga tunggal berwarna kuning cerah, keluar dari ketiak daun.


(56)

40

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Sida rhombifolia L. sebagai obat untuk sakit demam. Bagian yang digunakan adalah bagian kulit akarnya. Cara meramunya yaitu dengan menumbuk bagian kulit akar ditambah dengan air, beras dan kemiri, lalu diperas. Kemudian air hasil perasan diminum.

Gambar 20. Sida rhombifolia L.

C. Jenis Herba

1. Lophatherum gracile Brongn. (Rumput bambu)

Lophatherum gracile Brongn. termasuk anggota dari suku Poaceae yang

merupakan jenis tumbuhan obat berupa herba. Memiliki tinggi 40-100 cm, batang kecil, panjang dan naik ke atas, beralur memanjang (Gambar 21). Daun berbentuk lanset, pertulangan sejajar dan berwarna hijau. Tumbuh di tempat rindang yang tidak terlalu kering atau basah, seperti di bawah pohon besar dan di lereng bukit.

Masyarakat Adiankoting tidak memanfaatkan Lophatherum gracile Brongn. sebagai obat. Namun menurut Dalimartha (2008), rumput bambu dapat digunakan untuk mengobati rasa gelisah dan haus sewaktu demam, mimisan. Selain itu juga dapat mengobati sakit tenggorok, sariawan di mulut dan lidah, gusi bengkak, kencing panas dan nyeri, urine sedikit dan berwarna kuning, darah


(57)

tinggi, dan urine berdarah. Bagian yang digunakan adalah bagian batang dan daun muda, sebelum tangkai bunga muncul. Dijemur untuk penyimpanan.

Gambar 21. Lophatherum gracile Brongn.

2. Ananas comocus (Nenas)

Ananas comocus adalah jenis tumbuhan obat berupa herba. Banyak

ditemukan tumbuh liar di hutan. Tinggi 80 cm, batang beruas. Daun memanjang, tepi bergerigi tajam (Gambar 22). Buah muda berwarna hijau, apabila sudah matang berwarna kuning, letak terminal.


(58)

42

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Ananas comocus sebagai obat sakit kepala. Bagian yang digunakan adalah bagian pelepah daun yang masih muda, yang masih berwarna putih kekuningan, terletak pada bagian dalam dekat dengan batang. Cara meramunya yaitu bagian pelepah daun yang masih muda langsung dimakan.

3. Homalomena cordata Schott (Langge)

Homalomena cordata Schott adalah termasuk dalam kelompok herba.

Memiliki tinggi 50-100 cm, batangnya bulat dan tidak berkayu. Daun tunggal, helaian berbentuk jantung, ujung runcing, dan memiliki permukaan yang halus (Gambar 23).

Gambar 23. Homalomena cordata Schott.

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Homalomena cordata Schott. sebagai obat untuk demam atau alat kompres. Bagian yang digunakan adalah daun. Cara meramunya yaitu daun yang hampir busuk dibuat di kening untuk mengurangi panas.


(59)

4. Sonchus arvensis L. (Duhut begu)

Sonchus arvensis L. adalah tumbuhan obat berupa herba yang merupakan

anggota dari suku Asteraceae. Memiliki tinggi 20-50 cm, daun tunggal dengan bagian tepi bergerigi, warna bunga orange hingga kemerahan (Gambar 24). Umumnya tumbuh di tempat yang lembab.

Gambar 24. Sonchus arvensis L.

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Sonchus arvensis L. sebagai obat sakit perut. Bagian yang digunakan adalah daun dan batang. Cara meramunya yaitu bagian daun dan batang direbus, lalu airnya diminum.

5. Impatiens balsamina Linn. (Pacar air)

Impatiens balsamina Linn. merupakan jenis tumbuhan obat berupa herba

dengan tinggi mencapai 60 cm dan bercabang. Memiliki daun tunggal, berbentuk lanset, tepi bergerigi, warnanya hijau muda. Bunga warna ungu, keluar dari ketiak daun (Gambar 25).

Masyarakat Adiankoting memanfaatkan Impatiens balsamina Linn. sebagai obat untuk mencuci luka. Bagian yang digunakan sebagai obat adalah


(1)

Durame

T4-8 27 2

Tandiang nahapuluhan, Pirdot, Antarasa, Bunga-bunga paet, Senduduk hutan, Haminjon

Durame 98.96742500 1.92788500

T4-9 9 2 Senduduk hutan, Haminjon Durame 98.96760700 1.92785500 T4-10 9 Senduduk hutan, Tandiang nahapuluhan 98.96776500 1.92778400 T4-11 13 2 3 Rintua, Sarindan, Sappilulut, Haminjon Durame 98.96790600 1.92768100 T4-12 6 2 Senduduk hutan, Antarasa 98.96791300 1.92752400 T4-13 2 4 Antarasa, Haminjon Durame 98.96801000 1.92739000 T4-14 10 15 Senduduk hutan, Sukkit babi, Antarasa 98.96817800 1.92730900

T4-15 98.96833000 1.92720600

T4-16 4 Sukkit babi 98.96847900 1.92719600

T4-17 11 3 Sukkit babi, Bunga-bunga paet 98.96847900 1.92719600 T4-18 3 2 2 1 Haminjon Durame 98.96882400 1.92697900

T4-19 13 5

Senduduk hutan, Sukkit babi, Haminjon

Durame 98.96882400 1.92697900

T4-20 3 1 Pote, Haminjon Durame 98.96899300 1.92694600 T4-21 23 Senduduk hutan, Haminjon Durame 98.96918800 1.92696400 T4-22 19 3 1 Antarasa, Senduduk hutan, Haminjon Durame 98.96933300 1.92699100

T4-23 28 1 2 3

Antarasa, Senduduk hutan, Sukkit babi, Pirdot,

Haminjon Durame 98.96950500 1.92702100 T4-24 2 2 4 Antarasa, Haminjon Durame 98.96965400 1.92708300 T4-25 15 3 1 1 Senduduk hutan, Pirdot, Haminjon Durame 98.96973200 1.92709600

T4-26 26 1 4 4

Senduduk hutan, Sukkit babi, Antarasa,

Haminjon Durame 98.96994700 1.92709800

T4-27 3 Langge 98.97009000 1.92710700

T4-28 9 4 3 3 Antarasa, Senduduk hutan, Haminjon Durame 98.97023100 1.92707200 T4-29 5 6 Antarasa, Haminjon Durame 98.97036900 1.92710400 T4-30 4 7 1 2 Sukkit babi, Antarasa, Haminjon Durame 98.97048400 1.92708500

T4-31 16 4 2 5

Senduduk hutan, Antarasa, Sidumon-dumon,

Haminjon Durame 98.97058300 1.92709000 T4-32 6 4 4 3 Senduduk hutan, Antarasa, Haminjon Durame 98.97073800 1.92710700 T4-33 2 4 1 Antarasa, Haminjon Durame 98.97088500 1.92706400

T4-34 14 4 1

Senduduk hutan, Sukkit babi, Sidumon-dumon,

Antarasa, Haminjon Durame 98.97102900 1.92702500 T4-35 30 Senduduk hutan, Sukkit babi 98.97120900 1.92699900

T4-36 2 4 3 Antarasa 98.97138300 1.92699300

T4-37 1 5 7 1 Antarasa, Pirdot, Haminjon Durame 98.97160000 1.92695900 T4-38 31 3 2 Rias, Pirdot, Haminjon Durame 98.97175600 1.92692200 T4-39 15 3 2 Rias, Haminjon Durame 98.97192700 1.92686000

T4-40 35 1

Rias, Tabar-tabar, Pirdot, Tandiang

nahapuluhan 98.97208800 1.92677200

T4-41 27 2 2

Rias, Senduduk hutan, Nenas, Haminjon

Durame 98.97220800 1.92667700

T4-42 9 2 1 Nenas, Sidumon-dumon, Haminjon Durame 98.97239900 1.92666300 T4-43 4 1 3 2 Pirdot, Rias, Langge, Haminjon Durame 98.97256300 1.92665800 T4-44 25 1 Pote, Antarasa, Langge, Senduduk hutan 98.97273800 1.92663300 T4-45 1 2 1 Antarasa, Haminjon Durame 98.97290100 1.92658500 T4-46 6 1 3 1 Nenas, Antarasa, Haminjon Durame 98.97302700 1.92654900


(2)

T4-47 12 4 Senduduk hutan, Langge, Nenas, Antarasa 98.97319000 1.92652200

T4-48 98.97334500 1.92653300

T4-49 24 5 3

Bunga-bunga paet, Antarasa, Senduduk hutan,

Haminjon Durame 98.97351000 1.92656700 T4-50 17 2 Antarasa, Sukkit babi 98.97367700 1.92652800

T4-51 10 1 8 1

Pirdot, Sarindan, Sukkit babi, Antarasa,

Haminjon Durame 98.97383300 1.92649000

T4-52 13 1 2

Rintua, Nenas, Sukkit babi, Talas, Haminjon

Durame 98.97399900 1.92645500

T4-53 3 1 Haminjon Durame 98.97416800 1.92642100

T4-54 98.97450300 1.92632500

T4-55 9 Duhut begu 98.97450300 1.92632500

T4-56 6 2 Haminjon Durame 98.97466900 1.92631700 T4-57 11 Sarindan, Nenas 98.97485400 1.92632700 T4-58 100 Alang-alang 98.97503000 1.92632100

T4-59 1 Jambu biji 98.97515400 1.92631500

T4-60 7 Bunga-bunga paet 98.97531300 1.92636800

T4-61 39 1

Harimonting, Senduduk, Senduduk hutan,

Haminjon Durame 98.97544000 1.92640100 T4-62 22 Harimonting, Senduduk, Sarindan 98.97615100 1.92649000

T4-63 98.97615100 1.92649000

T4-64 98.97626900 1.92652200

T4-65 98.97637200 1.92653700

T4-66 1 Jambu biji 98.97649100 1.92651700

T4-67 3 Langge 98.97667600 1.92655400

T4-68 8 4 Harimonting, Haminjon Durame 98.97697500 1.92648100 T4-69 10 12 2 2 Antarasa, Haminjon Durame 98.97703200 1.92658300

T4-70 9 4 1

Tandiang nahapuluhan, Harimonting, Haminjon

Durame 98.97721800 1.92655200

T4-71 5 Haminjon Durame 98.97733700 1.92654300 T4-72 3 2 Rias, Haminjon Durame 98.97741300 1.92648300 T4-73 10 1 1 Rias, Haminjon Durame 98.97745100 1.92638300 T4-74 7 2 1 Senduduk hutan, Haminjon Durame 98.97761400 1.92637800 T4-75 10 2 Senduduk hutan, Nenas, Haminjon Durame 98.97776600 1.92631100

T4-76 16 1 1

Nenas, Rintua, Senduduk hutan, Haminjon

Durame 98.97790500 1.92622300

T4-77 20 2 3

Langge, Senduduk, Brojolintang, Haminjon

Durame 98.97806000 1.92619000

T4-78 7 2 2 2

Rintua, Tandiang nahapuluhan, Langge,

Haminjon Durame 98.97822700 1.92613500 T4-79 1 2 Haminjon Durame 98.97835100 1.92612200 T4-80 6 5 Rintua, Haminjon Durame 98.97835100 1.92612200 T4-81 10 2 2 Langge, Tempuh wiyang, Haminjon Durame 98.97850200 1.92610900

T4-82 5 2 2 2

Sukkit babi, Tandiang nahapuluhan, Haminjon

Durame 98.97867700 1.92615700

T4-83 10 5 3 4 Senduduk hutan, Haminjon Durame 98.97879800 1.92617800 T4-84 8 11 1 1 Rias, Antarasa, Haminjon Durame 98.97896800 1.92617800

T4-85 17 1 10

Bunga-bunga paet, Pirdot, Sarindan, Langge,

Haminjon Durame 98.97911100 1.92611700 T4-86 22 5 2 6 Sarindan, Bunga-bunga paet, Langge, Sukkit 98.97925500 1.92608600


(3)

babi, Haminjon Durame

T4-87 8 3 5 2 Nenas, Senduduk hutan, Haminjon Durame 98.97938900 1.92600300

T4-88 13 5 2

Sarindan, Harimonting, Brojolintang, Haminjon

Durame 98.97957000 1.92593100

5 T5-1 9 1 Sidumon-dumon, Rintua, Sarindan 98.92571100 1.91945500 T5-2 3 Rintua, Tandiang nahapuluhan 98.92591500 1.91942300 T5-3 6 3 Sarindan, Pirdot 98.92605700 1.91936500 T5-4 6 Rintua, Senduduk 98.92624300 1.91935000

T5-5 7 3 4 1

Senduduk hutan, Pirdot, Rintua, Tandiang

nahapuluhan, Haminjon Durame 98.92640200 1.91933800

T5-6 18

Rintua, Senduduk hutan, Tandiang

nahapuluhan, Langge 98.92658400 1.91935500 T5-7 3 Langge, Brojolintang 98.92674300 1.91934900 T5-8 13 Sukkit babi, Sarindan 98.92691700 1.91935300

T5-9 21 2

Sarindan, Sukkit babi, Langge,

Sidumon-dumon, Senduduk 98.92709100 1.91939500 T5-10 3 Tandiang nahapuluhan 98.92720900 1.91945600 T5-11 9 Rintua, Tandiang nahapuluhan 98.92737300 1.91947900 T5-12 7 Tandiang nahapuluhan 98.92750200 1.91952700 T5-13 9 1 1 Langge, Tandiang nahapuluhan, Pirdot 98.92763300 1.91955200

T5-14 98.92776200 1.91949900

T5-15 98.92784900 1.91962100

T5-16 98.92797300 1.91961600

T5-17 2 1 Pirdot 98.92799800 1.91962100

T5-18 98.92816100 1.91953200

T5-19 5 2 2

Tandiang nahapuluhan, Pirdot, Haminjon

Durame 98.92830800 1.91953100

T5-20 1 1 1 1 Haminjon Durame 98.92845000 1.91951500

T5-21 98.92856500 1.91944300

T5-22 98.92861200 1.91943500

T5-23 98.92873200 1.91940900

T5-24 7 Brojolintang, Pirdot, Tandiang nahapuluhan 98.92885000 1.91949900 T5-25 7 4 Tandiang nahapuluhan, Pirdot 98.92892800 1.91945700

T5-26 4 Sukkit babi 98.92903800 1.91938200

T5-27 7 Tandiang nahapuluhan 98.92924000 1.91939100 T5-28 3 6 2 Tandiang nahapuluhan, Haminjon Durame 98.92940300 1.91936300

T5-29 2 Sarindan 98.92947400 1.91933800

T5-30 27 1 Pirdot, Sarindan, Senduduk hutan 98.92962000 1.91930700 T5-31 11 4 2 Sidumon-dumon, Sarindan, Haminjon Durame 98.92968800 1.91917000 T5-32 12 3 Tandiang nahapuluhan, Haminjon Durame 98.92977900 1.91908700 T5-33 1 Haminjon Durame 98.92987300 1.91899600

T5-34 98.92995000 1.91886700

T5-35 98.93005400 1.91881200

T5-36 1 1 Haminjon Durame 98.93017800 1.91876700

T5-37 98.93029400 1.91870000

T5-38 98.93036000 1.91858800


(4)

T5-40 4 Tandiang nahapuluhan 98.93063200 1.91845500 T5-41 7 2 Sukkit babi, Haminjon Durame 98.93066500 1.91841500 T5-42 6 Tandiang nahapuluhan 98.93095700 1.91820200

T5-43 14 3 1

Tandiang nahapuluhan, Sarindan, Pirdot,

Haminjon Durame 98.93095700 1.91820200 T5-44 4 Tandiang nahapuluhan 98.93101400 1.91813000

T5-45 3 2 Antarasa 98.93108900 1.91801400

T5-46 4 1 Pirdot, Haminjon Durame 98.93115800 1.91789800

T5-47 13 1

Tandiang nahapuluhan, Sukkit babi, Haminjon

Durame 98.93123200 1.91783200

T5-48 9 Sukkit babi, Tandiang nahapuluhan 98.93132600 1.91773700 T5-49 5 2 2 Sarindan, Pirdot, Haminjon Durame 98.93145200 1.91766500 T5-50 7 Tandiang nahapuluhan 98.93158600 1.91760700 T5-51 7 1 Tandiang nahapuluhan, Sidumon-dumon 98.93168000 1.91752400 T5-52 13 Sarindan, Sukkit babi 98.93172000 1.91742100 T5-53 14 Senduduk hutan, Pirdot 98.93183000 1.91742600 T5-54 14 Senduduk hutan, Tandiang nahapuluhan 98.93192600 1.91735200

T5-55 9 2 1

Sukkit babi, Tandiang nahapuluhan, Haminjon

Durame 98.93192600 1.91735200

T5-56 15 1 2

Tandiang nahapuluhan, Senduduk hutan,

Haminjon Durame 98.93207900 1.91738100 T5-57 7 Pirdot, Sidumon-dumon 98.93213900 1.91729600 T5-58 13 Sukkit babi, Tandiang nahapuluhan 98.93227300 1.91720600

T5-59 6 2 3

Sidumon-dumon, Tandiang nahapuluhan,

Haminjon Durame 98.93237200 1.91715900 T5-60 9 1 1 Sukkit babi, Pirdot, Haminjon Durame 98.93248800 1.91713300 T5-61 13 Tandiang nahapuluhan, Sukkit babi 98.93256800 1.91707700 T5-62 5 1 Tandiang nahapuluhan, Haminjon Durame 98.93270500 1.91707400 T5-63 13 Tandiang nahapuluhan, Sarindan, Sukkit babi 98.93288800 1.91708900

T5-64 9 Sukkit babi 98.93298000 1.91712900

T5-65 12 Sukkit babi 98.93307700 1.91710300 T5-66 14 Tandiang nahapuluhan, Sukkit babi 98.93314000 1.91703000 T5-67 8 Tandiang nahapuluhan, Sukkit babi 98.93329000 1.91690700 T5-68 10 Sarindan, Tandiang nahapuluhan 98.93341000 1.91694900 T5-69 12 1 Sukkit babi, Sarindan, Haminjon Durame 98.93350700 1.91699200 T5-70 11 Tandiang nahapuluhan, Sukkit babi 98.93358200 1.91707500

T5-71 7 1

Senduduk hutan, Tandiang nahapuluhan,

Haminjon Durame 98.93363900 1.91718700

T5-72 20 1

Tandiang nahapuluhan, Sukkit babi, Senduduk

hutan, Haminjon Durame 98.93377500 1.91730800 T5-73 10 3 1 1 Senduduk hutan, Pote, Haminjon Durame 98.93375800 1.91737900 T5-74 17 2 Rintua, Senduduk hutan, Haminjon Durame 98.93386300 1.91749300

T5-75 7 Sarindan 98.93393200 1.91754200

T5-76 98.93396200 1.91762900

T5-77 98.93400900 1.91778000

T5-78 98.93401500 1.91792900

T5-79 98.93399100 1.91810100


(5)

T5-81 6 Rintua 98.93403800 1.91836600 T5-82 2 2 1 1 Sidumon-dumon, Haminjon Durame 98.93412000 1.91846700

T5-83 3 6 1

Pirdot, Tandiang nahapuluhan, Haminjon

Durame 98.93419500 1.91862100

T5-84 3 1 Tandiang nahapuluhan, Haminjon Durame 98.93437800 1.91870900 T5-85 4 2 Haminjon Durame 98.93446000 1.91876400

T5-86 2 Pirdot 98.93454300 1.91881000

T5-87 2 1 Sidumon-dumon 98.93465100 1.91888600

T5-88 98.93475600 1.91892600

T5-89 98.93479600 1.91892700

T5-90 98.93495300 1.91898600

T5-91 98.93514400 1.91904000

T5-92 2 Haminjon Durame 98.93493000 1.91898800 T5-93 1 1 Haminjon Durame 98.93535900 1.91908400

T5-94 98.93536200 1.91911500

T5-95 98.93561400 1.91917700

T5-96 11 1 3 Rintua, Senduduk hutan, Haminjon Durame 98.93572200 1.91919000 T5-97 8 Tandiang nahapuluhan, Senduduk hutan 98.93572200 1.91919000 T5-98 8 Sukkit babi, Senduduk hutan 98.93591000 1.91923000 T5-99 4 1 Tandiang nahapuluhan, Haminjon Durame 98.93605400 1.91917100

T5-100 17

Gambir, Tandiang, Sarindan, Sukkit babi,

Tandiang nahapuluhan 98.93620200 1.91913100

Total 6080 362 335 439 98.93627400 1.91895400

Plot


(6)