Perbedaan Efektivitas Berkumur Minyak Kelapa menggunakan Metode Oil Pulling dengan Chlorhexidine 0,12% terhadap Gingivitis pada Mahasiswa FKG USU

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Dental
Plak dental adalah substansi yang berstruktur lunak, berwarna kuning ke abuabuan dan melekat erat pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga
mulut seperti restorasi lepasan dan cekat. Plak terbentuk dari campuran antara bahanbahan saliva seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limfosit dan sisasisa makanan serta bakteri.5,18
Pembentukan komunitas biofilm dimulai dengan interaksi bakteri dengan gigi,
yang kemudian dilanjutkan oleh interaksi fisikal dan fisiologis antara berbagai spesies
yang ada dalam massa mikroba.5 Populasi mikroba dalam plak sekitar 72-102 juta/mg
setelah 24 jam dan meningkat menjadi 80-132 juta/mg setelah 3 hari.19 Bakteri yang
menjadi pelopor dalam proses pembentukan plak antara lain Neisseria dan
Streptococci yang didominasi oleh Streptococcus sanguis, Streptococcus oralis dan
Streptococcus mitis. Ketiga Streptococcus tersebut termasuk dalam golongan
Streptococcus alpha.18
Plak dental diklasifikasi atas plak supragingiva dan plak subgingiva
berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi. Plak supragingiva berada pada koronal
dan tepi gingiva. Plak subgingiva adalah plak yang lokasinya berada di apikal dari
tepi gingiva, diantara gigi dengan jaringan yang mendindingi sulkus gingiva. Secara
morfologis, plak supragingiva dapat dibedakan dengan plak subgingiva dimana plak

supragingiva berkaitan dengan gigi dan plak subgingiva berkaitan dengan jaringan.5

2.1.1 Komposisi Plak Dental
Komposisi plak gigi bervariasi dari waktu ke waktu. Pelikel yang tersusun
dari berbagai molekul yang berasal dari penjamu akan melapisi permukaan enamel
dalam beberapa menit setelah pembersihan gigi, lapisan pelikel ini merupakan
sumber reseptor yang akan dikenali oleh bakteri pembentuk koloni awal plak dan tiap

Universitas Sumatera Utara

6

reseptor akan dikenali oleh organisme spesies tertentu dalam rongga mulut.20,21
Bakteri pertama yang melekat pada permukaan gigi adalah Streptococcus oralis,
Streptococcus Sanguinius, Neisseria dan Haemophilus sp serta Actinomyces
naeslundii. Bakteri ini terisolasi dari permukaan gigi dalam waktu 60 menit setelah
pembersihan gigi.20
Komunitas bakteri subgingiva memiliki keragaman spesies yang paling besar
dan merupakan kumpulan organisme patogenik yang paling banyak menyebabkan
kerusakan jaringan periodontal sedangkan flora plak supragingiva bersifat anaerob

dan umumnya berbentuk batang berpigmen seperti Prevotella sp. dan Fusobacterium
sp. yang semakin bertambah apabila akumulasi plak meningkat dan climax
community. 20,21
Salah satu bakteri utama dan paling interaktif dari semua bakteri yang terdapat
dalam plak gigi adalah Fusobacterium nucleatum. Bakteri ini membentuk koloni
dengan bakteri lain yang bertindak sebagai nukleus dalam pembentukan plak.20
Fusobacterium

nucleatum

bersama

bakteri

T.denticola

dan

P.gingivalis


berkoagregasi dengan bakteri pembentuk koloni awal maupun lanjut, dimana
Fusobacterium nucleatum berperan sebagai jembatan penghubung antara bakteri
pembentuk koloni awal dan lanjut. 21

2.1.2 Mekanisme Pembentukan Plak Dental
Proses pembentukan plak bermula dengan pembentukan satu lapisan tipis
pada permukaan gigi yang disebut pelikel atau acquired pellicle. Pada 0-4 jam
terbentuk kolonisasi bakteri pada pelikel tersebut. Spesies bakteri yang menjadi
pionir pada tahap ini adalah Streptococcus oralis, Streptococcus mitis, Streptococcus
sanguis, Actinomyces dan bakteri Gram negatif. Pada 4 hingga 24 jam seterusnya
terjadi perkembangbiakan bakteri dan terbentuk microcolonies. Pada 1 hingga 14 hari
plak yang didominasi oleh Streptococcus menjadi plak yang didominasi oleh
Actinomyces. Hal ini dinamakan microbial succession. Kemudian terjadi kolonisasi
sekunder akibat interaksi antara bakteri dalam pelikel dengan bakteri lain yang

Universitas Sumatera Utara

7

terdapat pada rongga mulut, yang menyebabkan meningkatnya diversitas spesies

bakteri dimana pada akhirnya terjadi maturasi plak pada gigi .8

2.2 Gingivitis
Gingivitis merupakan suatu peradangan pada gingiva. Pada pemeriksaan
klinis terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva, pembengkakan dengan
tingkat yang bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan
perubahan bentuk gingiva.22
Gingivitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu lesi gingiva yang bukan diinduksi
plak dan gingivitis diinduksi plak. Lesi gingiva yang bukan diinduksi plak terjadi
apabila terjadi respon inflamasi terhadap beberapa bakteri spesifik, virus, jamur,
manifestasi penyakit sistemik, reaksi alergi, lesi traumatik, dan reaksi terhadap benda
asing. Gingivitis diinduksi plak merupakan gingivitis yang terjadi tanpa atau dengan
kontribusi faktor lokal lain. The 1999 International Workshop for the Classification
of Periodontal Disease and Conditions mengklasifikasikan penyakit gingiva menjadi
4 yaitu: 23
1.

Gingivitis yang berhubungan hanya dengan plak dental
a) Dengan atau tanpa faktor lokal


2.

Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh keadaan sistemik
a) Adanya perubahan endokrin yang berkaitan dengan masa puber,

siklus menstruasi, kehamilan dan Diabetes Mellitus (DM)
b) Adanya perubahan diskrasia darah yang berkaitan dengan leukimia
dan lain-lain
3.

Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh medikasi
a) Pembesaran gingiva dipengaruhi oleh obat

4.

Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi
a) Gingivitis berkaitan dengan defisiensi ascorbic acid

Universitas Sumatera Utara


8

2.2.1 Patogenesis Gingivitis
Inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan
menyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi. Hal ini disebabkan akumulasi plak
dalam jumlah sangat besar di daerah interdental. Secara histopatologi gingivitis
sampai periodontitis terjadi dalam beberapa tahap dimulai dengan tahap inisial, tahap
dini, dan tahap mantap.24

2.2.1.1 Tahap Inisial
Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil
disebelah apikal dari epitelium jungsional. Pembuluh darah ini mulai terputus dan
kolagen perivaskuler mulai menghilang, digantikan dengan beberapa sel inflamasi,
sel plasma dan limfosit terutama limfosit T, cairan jaringan serta protein serum.
Secara klinis, respon awal gingiva terhadap bakteri plak ini tidak kelihatan.
Namun, secara mikroskopik, beberapa ciri klasik inflamasi akut dapat dilihat pada
jaringan ikat dibawah epitel jungsional yakni pelebaran pembuluh darah kapiler dan
vena, perlekatan neutrofil terhadap dinding pembuluh yang terjadi dalam 1 minggu
dan terkadang lebih cepat 2 hari setelah plak terakumulasi, kemudian leukosit PMN
meninggalkan pembuluh darah kapiler dengan bermigrasi melewati dinding

pembuluh darah.
Pada tahap awal perubahan juga dapat terdeteksi dalam epitel jungsional dan
jaringan ikat, karena limfosit terakumulasi dan terjadi peningkatan pada migrasi
leukosit serta akumulasi sampai pada sulkus gingiva sehingga terjadi peningkatan
cairan sulkus gingiva.22,24

2.2.1.2 Tahap Dini
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan
berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi
Polymorphonuclear Neutrophils (PMN). Perubahan yang terjadi baik pada epitelium

Universitas Sumatera Utara

9

jungsional maupun pada epitelium krevikular merupakan tanda dari pemisahan sel
dan beberapa proliferasi dari sel basal.22,24

2.2.1.3 Tahap Mantap
Pada tahapan lanjut dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang

lebih parah, dimana perubahan mikroskopik terus berlanjut. Pada tahap ini sel-sel
plasma terlihat lebih mendominasi, dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap ini
sel mast dan limfosit masih dapat ditemukan. Secara klinis gingiva berwarna merah,
bengkak, dan mudah berdarah.22,24

2.3 Gambaran Klinis Gingivitis
2.3.1 Perdarahan gingiva
Perdarahan saat probing merupakan tanda yang paling awal muncul untuk
diagnosis gingivitis sebelum tanda – tanda lain. Selain itu, perdarahan saat probing
lebih objektif untuk menegakkan diagnosis. Faktor etiologi pendarahan saat probing
terbagi pada dua yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Perdarahan gingiva terjadi
karena faktor lokal seperti retensi plak dan kalkulus pada gigi. Perdarahan juga
dipengaruhi oleh trauma mekanik seperti menyikat gigi, impaksi makanan, atau
dengan menggigit makanan yang keras seperti apel. Makanan yang panas dan
mengandung bahan kimia juga dapat meningkatkan kemudahan gingiva untuk
berdarah. Perdarahan gingiva karena faktor sistemik dapat disebabkan oleh pelbagai
penyakit sistemik seperti penyakit hemoragik termasuk defisiensi vitamin C,
defisiensi

vitamin


K,

platelet

disorder

(thrombocytopenic

purpura),

hypoprothrombinemia, dan lain lain. Konsumsi obat obatan juga dapat memengaruhi
perdarahan gingiva.22 Gambar 1 menunjukkan perdarahan waktu probing.4

Universitas Sumatera Utara

10

Gambar 1. Perdarahan waktu probing. A. Gingivitis ringan,
prob diletakkan pada sulkus gingiva.

B. Perdarahan terjadi seteleh beberapa detik.4

2.3.2 Perubahan Warna Gingiva
Gingiva normal berwarna pink koral yang dimunculkan oleh vaskularisasi dan
dimodifikasi dengan lapisan epithel. Pada saat gingiva berwarna merah berarti ada
peningkatan vaskularisasi atau terjadi penipisan lapisan keratin epitel, sebaliknya jika
warnanya pucat, berarti terjadi penurunan vaskularisasi atau penebalan lapisan keratin
epitel. Pada inflamasi kronis warna yang dimunculkan adalah merah atau merah
kebiruan. Warna merah berasal dari peningkatan vaskularisasi dan penipisan lapisan
keratin, sedangkan warna kebiruan berasal dari vena. Perubahan warna berawal dari
papila interdental, menuju marginal gingiva dan sampai ke attached gingiva.22

2.3.3 Perubahan Konsistensi Gingiva
Kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada konsistensi
gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada kondisi gingivitis kronis terjadi perubahan
destruktif atau edema dan reparatif atau fibrous secara bersamaan serta konsistensi
gingiva ditentukan berdasarkan kondisi yang dominan.22

2.3.4 Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva
Tekstur permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa disebut

sebagai stippling. Tekstur permukaan gingiva ketika terjadi peradangan kronis adalah
halus, mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh atropi epitel.22

Universitas Sumatera Utara

11

2.3.5 Perubahan Kontur Gingiva
Pada jaringan yang terinflamasi, gingiva bebas yang awalnya datar mengalami
pembengkakan dikarenakan edema jaringan pada leher gigi. Selain itu, papilla
interdental dapat berubah bentuk menjadi bulbous atau blunted.22

2.3.6 Perubahan Posisi Gingiva
Biasanya gingiva normal berlekatan pada cementoenamel junction. Perubahan
posisi margin gingiva ke arah koronal dapat menjadi salah satu tanda klinis
gingivitis.22

2.4 Obat kumur
Pemakaian obat kumur bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
karena berfungsi sebagai antiseptik.6 Obat kumur bermanfaat sebagai penyegar mulut
dan pernafasan, membersihkan, penghilang bau mulut dan sebagai pengobatan untuk
perawatan penyakit pada mukosa atau gingiva, pencegah karies gigi, penghambatan
pembentukan plak dan gingivitis. Kelebihan dari pemakaian obat kumur adalah dapat
menjangkau daerah yang paling sulit dibersihkan dengan sikat gigi.

25

Obat kumur

memiliki efek mekanik yang didapat dari gerakan kumur. Saat berkumur, otot-otot
pipi akan digerakkan sehingga bahan kumur tersebut secara mekanis melepaskan
partikel-partikel debris yang banyak mengandung bakteri. 18
Obat kumur yang ideal harus dapat mengeliminasi mikroorganisme patogen,
mencegah perkembangan resistensi bakteri, aman terhadap jaringan mulut pada
konsentrasi yang direkomendasikan, mengurangi pembentukan plak dan gingivitis
secara signifikan, tidak mempunyai stain, rasa yang dapat berubah, dan tidak
mempunyai efek yang merugikan gigi.8,24
Berdasarkan bahan aktifnya, obat kumur dapat dikelompokkan menjadi
Bisguanide Antiseptic, Quaternary Ammonium Compounds, Detergents, Essential
Oil, Phenols, Metal Salts, Enzymes, Oxygenating Agents, Flourides, Amino Alcohol,
Iodine, Chlorine Compounds, Natural Products dan lain-lain.6,25

Universitas Sumatera Utara

12

2.4.1 Chlorhexidine
Chlorhexidine dikembangkan oleh Imperial Chemical Industry, Inggris pada
tahun 1940-an dan dipasarkan pada tahun 1954 sebagai antiseptik untuk luka kulit.
Daya penghambatan plak pertama kali diselidik oleh Schroeder pada tahun 1969,
tetapi studi definitif dilakukan oleh Loe dan Schiott pada tahun 1970.26 Chlorhexidine
merupakan antiseptik golongan bisguanida yang bersifat bakterisid dan menyerang
bakteri-bakteri Gram positif, Gram negatif, bakteri ragi, jamur, protozoa, alga dan
virus.

24

Chlorhexidine tersedia dalam tiga bentuk yaitu, diglukonat yang paling

sering digunakan dan larut dalam air, asetat yang larut dalam air, dan garam
hidroklorida yang dapat larut dalam air yang sedikit. Bila dibandingkan dengan obat
kumur lain, Chlorhexidine ternyata lebih efektif untuk menurunkan terjadinya
akumulasi plak.26 Selain itu, terbukti Chlorhexidine dapat mengurangi perlekatan
Phorphyromonas gingivalis pada sel-sel epitel. Chlorhexidine lebih efektif
menghambat pembentukan plak pada gigi yang bersih dari mengurangkan plak yang
sudah terbentuk .24
Chlorhexidine juga tidak dilaporkan dapat membentuk substansi karsinogenik.
Chlorhexidine sangat sedikit diserap oleh saluran gastrointestinal, oleh karena itu
Chlorhexidine memiliki toksisitas yang rendah.24 Namun demikian, Chlorhexidine
memberikan efek samping berupa rasa yang tidak enak, mengganggu sensasi rasa,
dan menghasilkan warna coklat pada gigi yang susah untuk dihilangkan.23,24,25,26 Hal
ini juga dapat terjadi pada mukosa membran dan lidah yang dihubungkan dengan
pengendapan faktor diet chromogenic pada gigi dan membran mukosa. Efek negatif
lain yang dikeluhkan oleh pasien pengguna Chlorhexidine adalah terjadi erosi pada
mukosa dan inflamasi pada kelenjar parotid.24
Penggunaan jangka panjang dari Chlorhexidine sebaiknya dilarang pada
pasien dengan keadaan periodontal yang normal. Chlorhexidine digunakan dalam
jangka waktu yang pendek hingga dua minggu ketika prosedur oral hygiene sulit atau
tidak mungkin dilakukan seperti pada infeksi rongga mulut akut, dan setelah prosedur
bedah periodontal.24

Universitas Sumatera Utara

13

2.4.2 Mekanisme Aksi Obat Kumur Chlorhexidine
Chlorhexidine mempunyai aktivitas antimikroba yang luas. Chlorhexidine
efektif terhadap bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif, jamur, dermatofit dan
beberapa virus lipofilik. Bagian kation Chlorhexidine akan melekat pada senyawa
anion seperti golongan sulfat bebas, karboksil, golongan fosfat dari pelikel dan
glikoprotein saliva. Chlorhexidine mempunyai kemampuan untuk melekat pada
permukaan yang bermuatan negatif seperti dinding bakteri dan senyawa fosfat.
Mekanisme kerja Chlorhexidine sebagai antibakteri adalah dengan perlekatannya
pada permukaan luar membran sel bakteri dan menyebabkan perubahan intergritas
membrane sel bakteri. Chlorhexidine akan melekat pada membran fosfolipid lapisan
dalam, sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran lapisan dalam dan
pelepasan komponen berat molekul rendah seperti ion kalium dari sel.25

2.5 Metode Oil Pulling
Oil pulling merupakan prosedur yang direkomendasikan secara luas dalam
Ayurveda. Jenis spesifik dari oil pulling yang disebut “Roopana Gandoosha” telah
disebutkan dalam Ashtanga Sangraha dan dikatakan mempunyai banyak keuntungan
pada gigi.13 Oil pulling adalah salah satu metode preventif yang melibatkan
penggunaan minyak murni sebagai agen antibakteri untuk menghambat bakteri, jamur
dan organisme lain dari mulut, gigi, gusi dan tenggorokan.27 Oil pulling telah
digunakan secara luas sebagai obat tradisional India selama bertahun-tahun untuk
mencegah karies, halitosis, gusi berdarah, tenggorokan yang kering, dan untuk
memperkuat gigi, gusi, dan rahang. Terapi oil pulling dapat dilakukan dengan
menggunakan minyak nabati seperti minyak kelapa, minyak bunga matahari, minyak
wijen, minyak zaitun dan lain-lain.16,27 Terapi ini adalah teknik Ayurvedic yang
memiliki sifat detoksifikasi yang kuat dan sangat popular sebagai pelengkap dan
menjadi obat alternatif untuk berbagai masalah kesehatan. 27

Universitas Sumatera Utara

14

2.5.1 Prosedur Berkumur dengan Metode Oil Pulling
Oil pulling dilakukan di pagi hari sebelum sarapan, pada waktu perut kosong.
Sesendok makan minyak dihisap dan ditarik melalui gigi-gigi selama 10 hingga 15
menit. Angkat dagu sedikit, tutup mata dan berkumur bergantian arah dari kiri ke
kanan, depan ke belakang dan sebaliknya. Minyak dikumur sehingga konsistensinya
mengubah dari kental menjadi tipis dan bewarna putih susu. Kemudian minyak
tersebut dibuang dari mulut dan diikuti dengan tindakan menyikat gigi dan membilas
dengan air. Minyak tidak boleh ditelan selama dan selepas berkumur karena
mengandung bakteri dan toksin. 11,29
Beberapa instruksi yang harus diikuti selama melakukan terapi oil pulling
ini antaranya untuk anak berusia 5- 15 tahun diberi sesendok teh penuh minyak untuk
melakukan terapi ini.11 Selain itu, prosedur ini dapat dilakukan tiga kali sehari pada
kasus penyakit akut. Terapi ini dapat dilakukan bahkan selama kehamilan dan
menstruasi.29

2.5.2 Manfaat Oil Pulling
Oil pulling memiliki beberapa keuntungan lebih dari obat kumur tersedia
secara komersial seperti Chlorhexidine. Antara keuntungannya adalah tidak
menyebabkan stain pada permukaan gigi, tidak meninggalkan sensasi rasa yang tidak
menyenangkan, dan tidak menyebabkan reaksi alergi. Minyak nabati yang digunakan
untuk terapi ini lebih murah daripada obat kumur yang tersedia secara komersial,
mudah didapatkan dan juga tersedia dalam rumah tangga .29,30
Oil pulling memiliki manfaat terhadap kesehatan sistemik maupun rongga
mulut. Terapi oil pulling dipercaya dapat mencegah dan menyembuhkan kurang lebih
30 penyakit sistemik.13 Pada kesehatan rongga mulut, terapi oil pulling dipercaya
dapat menjadikan gigi menjadi putih, gusi lebih merah jambu dan kelihatan sehat,
napas lebih segar dan mencegah bau mulut, plak, gingivitis, karies gigi serta
penyembuhan infeksi dalam rongga mulut.27

Universitas Sumatera Utara

15

2.5.3 Jenis Minyak yang Digunakan pada Metode Oil Pulling
Oil pulling merupakan metode sederhana, tidak berbahaya dan murah. Oil
pulling hanya membutuhkan sesendok minyak sayur. Oil pulling dapat dilakukan
dengan menggunakan minyak nabati, diantaranya : 31
1. Minyak wijen
Minyak wijen mengandung polysaturated fat dengan konsentrasi yang tinggi dan
merupakan sumber vitamin E yang baik.31
2. Minyak bunga matahari
Minyak bunga matahari juga efektif digunakan. Minyak ini memiliki lemak jenuh
dengan konsentrasi rendah dan vitamin E yang tinggi.31
3. Minyak kelapa.
Komposisi predominan minyak kelapa adalah medium chain fatty acid. Minyak
kelapa mengandung 92% asam lemak jenuh dan sekitar 50% dari itu adalah asam
laurat.27 Asam laurat terbukti bersifat antimikroba dan antiinflamasi.17

2.6 Minyak Kelapa
Minyak kelapa pada umumnya dibagi menjadi dua kategori utama yaitu
Refined, Bleached and Deodorized (RBD) dan Virgin. Penyebabnya adalah proses
pembuatan dan pemilihan buahnya yang memengaruhi kualitas, penampakan, rasa,
bau dan tentu saja khasiatnya. Perbedaan proses pembuatan ini sangat mencolok dan
berbeda nyata. RBD merupakan minyak yang disuling, dikelantang dan dihilangkan
baunya. RBD terbuat dari kopra yaitu daging kelapa yang dijemur matahari atau
diasapi.32 Kemudian dilakukan proses pengepresan untuk mendapatkan ekstrak
minyak kelapa. Minyak kelapa ini perlu dilakukan proses penyulingan (refining),
pemutihan (bleaching) dan penghilangan bau (deodorizing) agar dapat dikonsumsi.33
Virgin bisa diartikan masih murni atau perawan.32 Minyak kelapa virgin terbuat dari
santan dari daging kelapa dan dipanaskan untuk memisahkan minyak dari bagian
yang mengemulsinya. Cara lain untuk mendapatkan minyak kelapa virgin adalah
secara fermentasi.34

Universitas Sumatera Utara

16

2.7

Mekanisme

Aksi

Berkumur

dengan

Metode

Oil

Pulling

Menggunakan Minyak Kelapa
Dalam metode oil pulling ini, aksi mekanisme minyak kelapa masih belum
jelas namun telah diusulkan bahwa viskositas minyak dapat menghambat adhesi
bakteri dan koaggregasi plak. Mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah proses
saponifikasi yaitu proses yang terjadi sebagai akibat dari hidrolisis alkali minyak oleh
bikarbonat dalam saliva .27
Cocus nucifera atau kelapa merupakan tanaman yang berguna dalam
kehidupan manusia. Salah satu produk kelapa yaitu minyak kelapa murni telah
digunakan di beberapa negara sebagai bahan pengobatan tradisional.18 Minyak kelapa
berpotensi sebagai antivirus, antibakteri serta mikroorganisme yang lain. Selain itu,
berpotensi meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi nyeri dan kelelahan,
mengatasi masalah kulit, mencegah osteoporosis, penyakit jantung, arteriosclerosis
dan mengurangi gejala pada penyakit diabetes.3
Kandungan minyak kelapa antara lain Medium Chain Fatty Acids (MCFA)
dengan sebagian besar komposisinya berupa antimikroba yang paten, seperti asam
laurat yang setara dengan air susu ibu yang kadarnya 50%, asam kaprilat dengan
kadarnya 7%, serta asam kaprat yang kadarnya 7%, dan asam kaproat yang kadarnya
5%. 3
Daya antimikroba minyak kelapa terhadap mikrooorganisme ditentukan oleh
kadar asam laurat dan asam kaprat.3 Manfaat asam laurat yang merupakan kandungan
terbesar dalam minyak kelapa antara lainnya dapat membunuh berbagai
mikroorganisme yang membran selnya mengandung lemak, antara lain bakteri Gram
positif dan Gram negatif seperti Escherichia vulneris, Enterobcater sp, Helicobacter
pylori, Staphylococcus aureus, Candida albicans, Candida glabrata, Candida
tropicali, Candida parapsilosis, Candida stellatoidea dan Candida krusei.27 Selain
itu, asam laurat merupakan MCFA yang memiliki efek antimikroba yang terbesar dan
dapat berubah menjadi monolaurin pada tubuh hewan atau manusia serta bersifat
antivirus, antibakteria dan antiprotozoa. Monolaurin dapat membunuh bakteri dan
virus dengan cara melarutkan membran lipid pada bakteri dan virus, sehingga

Universitas Sumatera Utara

17

mengalami disintegrasi yang akan menyebabkan kematian bakteri dan virus.18
Kandungan senyawa inilah diduga dapat menurunkan indeks peradangan gingiva. 3

Universitas Sumatera Utara

18
2.8 Kerangka Teori
Plak
Gingivitis
Obat kumur

Kimiawi

Alami

Minyak kelapa

dibandingkan
Chlorhexidine 0,12%
Kemis

Mekanis
\
Hidrolisis alkali

Saponifikasi

Asam lemak

Viskositas
Hambat adhesi bakteri

Efek
antimikroba

Tak jenuh

Jenuh

Cegah koagregasi
Agen pembersih

Asam
Kaprilat

Hambat
pembentukan plak

Asam
Kaprat

Antibakteri

Asam
Laurat

menurunkan ketahanan
membran sel bakteri
dan menyebabkan
keluarnya bahan-bahan
intraseluler

Penurunan jumlah koloni bakteri

Skor gingivitis menurun

Universitas Sumatera Utara

19

2.9 Kerangka konsep

Variabel Tergantung:

Variabel Tercoba:


1. Skor Indeks Plak

Oil pulling

2. Skor Indeks Gingiva

menggunakan minyak
kelapa


3. OHIS
4. Indeks Pendarahan Papila

Chlorhexidine 0,12 %

Dimodifikasi (IPPD)

Variabel Terkendali:

Variabel Tak Terkendali:

1. Volume minyak kelapa

1. Diet

2. Volume Chlorhexidine

2. Metode menyikat gigi

3. Lama

berkumur

dengan

metode oil pulling
4. Lama

berkumur

dengan

Chlorhexidine
5. Frekuensi berkumur dengan
metode oil pulling
6. Frekuensi berkumur dengan
Chlorhexidine
7. Frekuensi

dan

waktu

menyikat gigi
8. Jenis sikat gigi dan pasta gigi

Universitas Sumatera Utara