Perbedaan Efektivitas Berkumur Minyak Kelapa menggunakan Metode Oil Pulling dengan Chlorhexidine 0,12% terhadap Gingivitis pada Mahasiswa FKG USU

(1)

LAMPIRAN 1

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

“PERBEDAAN EFEKTIVITAS BERKUMUR DENGAN METODE OIL

PULLING MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA DENGAN

CHLORHEXIDINE 0,12% TERHADAP KONDISI GINGIVA PADA

MAHASISWA FKG USU”

No. Urut :

Tanggal Pemeriksaan :

I. Data Responden

Kelompok : Perlakuan 1 / Perlakuan 2

Nama :

Umur : tahun Jenis Kelamin : L / P

Telp. / HP :

II. Status Kesehatan Rongga Mulut

1. Apakah Anda menyikat gigi secara teratur setiap hari?

a. Ya b. Tidak

2. Berapa kali dalam 1 hari anda melakukan penyikatan gigi? a. 1x/hari b. 2x/hari c. ≥ 2x/hari 3. Kapan saja Anda menyikat gigi?

DEPARTEMEN PERIODONSIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


(2)

a. Pagi sebelum sarapan dan sore hari

b. Pagi sesudah sarapan dan malam hari sebleum tidur

c. Pagi sesudah sarapan, siang setelah makan siang dan malam sebelum tidur d.Lainnya,………

4. Apakah Anda memiliki keluhan gusi berdarah sewaktu menyikat gigi?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah Anda pernah mengkonsumsi antibiotik dalam waktu 3 bulan sebelum pemeriksaan?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah Anda sedang memakai piranti ortodonti?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah Anda sedang memakai gigi tiruan cekat maupun lepasan?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah Anda sedang memakai obat kumur antiseptik?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah Anda seorang perokok?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah Anda memiliki kebiasaan mengunyah sebelah sisi?

a. Ya b. Tidak

11.Apakah Anda memiliki penyakit atau kondisi sistemik tertentu? Sebutkan bila ada?

a.Ya,... b. Tidak

12. Apakah Anda mempunyai alergi terhadap segala jenis obat kumur?

a. Ya b. Tidak

13. Apakah Anda pernah melakukan scalling 1 bulan lepas ? a. Ya b. Tidak


(3)

*Pertanyaan nomor 14,15 dan 16 diisi oleh operator

14. Jumlah gigi minimal 20 (Ya/Tidak)

15. Terdapat karies besar (Ya/Tidak)

16. Crowded berat (Ya/Tidak)


(4)

DATA PEMERIKSAAN KLINIS RESPONDEN

No. Urut: Tanggal Pemeriksaan: Nama Pemeriksa :

Pemeriksaan Hari ke : 0 / 10

1. Indeks Plak

(Berdasarkan indeks plak Loe dan Silness)

Skor plak untuk satu gigi =

4

Jumlah seluruh skor dari empat permukaan

Skor plak untuk keseluruhan gigi (individu) =

Jumlah gigi yang diperiksa Jumlah seluruh skor gigi_

IP

O DV MV V

GIGI 16 36 41

21 24 44


(5)

Skor Kriteria 0 Tidak ada plak pada daerah gingiva.

1 Ada lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan gigi yang berdekatan. Plak ditandai hanya dengan menggesek-gesekkan sonde sepanjang permukaan gigi.

2 Penumpukan yang sedang dari deposit lunak didalam saku dan tepi gingiva dan / atau permukaan gigi yang berdekatan, yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

3 Terdapat penumpukan plak yang banyak dari deposit lunak di dalam saku dan / atau pada tepi permukaan gigi yang berbatasan.

Skor Indeks Plak :

Kriteria penilaian indeks plak Loe dan Silness adalah : a. Baik : 0,0 – 0,9

b. Sedang : 1,0 – 1,9 c. Buruk : 2,0 – 3,0

2. Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)

ID B

L

GIGI 16 36 41

21 24 44

Skor ID = Jumlah skor gigi yang diperiksa Jumlah gigi yang diperiksa (6) =


(6)

Skor Kriteria 0 Tidak ada kalkulus.

1 Kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2 Kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi.

3 Kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

Skor Kriteria

0 Tidak ada debris/sisa makanan yang menempel pada gigi. 1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2 Debris lunak menutupi > dari 1/3 permukaan, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi.

3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

IC B

L

GIGI 16 36 41

21 24 44

Skor IC = Jumlah skor gigi yang diperiksa Jumlah gigi yang diperiksa (6) =

Skor OHIS = Skor ID + Skor IC =….+…..

=


(7)

Derajat kebersihan mulut secara klinik dihubungkan dengan skor OHI-S adalah sebagai berikut :

a. Baik : 0,0 – 1,2. b. Sedang : 1,3 – 3,0. c. Buruk : 3,1 – 6,0.

3. Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD)

Skor Kriteria

0 Tidak ada pendarahan saat probing 1 Pendarahan berupa titik kecil

2 Pendarahan berupa garis yang jelas atau berupa titik besar 3 Pendarahan menggenang di interdental

IPPD V

O

GIGI 16 36 41

21 24 44

Skor IPPD = Jumlah skor gigi yang diperiksa Jumlah gigi yang diperiksa (6) =


(8)

4. Indeks Gingiva

(Berdasarkan indeks plak Loe dan Silness)

Skor Kriteria

0 Gingiva normal; tidak ada peradangan, tidak ada perubahan warna, dan tidak ada perdarahan.

1 Inflamasi ringan; sedikit perubahan warna, sedikit oedema. Pada palpasi tidak terjadi pendarahan.

2 Inflamasi sedang; kemerahan, oedema, dan mengkilat. Pada palpasi terjadi pendarahan.

3 Inflamasi parah; kemerahan yang nyata dan oedematous, ulserasi. Kecenderungan perdarahan spontan.

Kriteria penilaian indeks gingiva Loe dan Silness adalah : a. Gingivitis ringan :0,1 – 1,0

b. Gingivitis sedang :1,1 – 2,0 c. Gingivitis berat : 2,1 -3,0 GI

O DV MV V

GIGI 16 36 41

21 24 44

Skor GI = Jumlah skor gigi yang diperiksa Jumlah gigi yang diperiksa (6) =


(9)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang teman-teman, saya Jayuthralega Gurumurothy mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saat ini, saya sedang mengadakan penelitian yang berjudul “Perbedaan Efektivitas Berkumur Dengan Metode Oil Pulling Menggunakan Minyak Kelapa Dengan Chlorhexidine 0,12% Terhadap Kondisi Gingiva Pada Mahasiswa FKG USU” .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas oil pulling dengan menggunakan minyak kelapa dibandingkan obat kumur Chlorhexidine 0,12% terhadap kondisi gingiva. Selain itu, untuk mengetahui bagaimana efek berkumur dengan metode oil pulling menggunakan minyak kelapa berbanding berkumur dengan obat kumur Chlorhexidine terhadap penurunan penumpukan sisa makanan yang mengandung kuman yang menempel pada gigi dan peradangan pada gingiva. Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi kepada masyarakat luas mengenai besar efek penggunaan minyak kelapa dengan metode oil pulling dibandingkan dengan obat kumur Chlorhexidine 0,12%, untuk menambah jenis bahan yang berasal dari alami yang bersifat lebih aman bagi tubuh untuk digunakan sehari-hari berbanding penggunaan bahan kimiawi dan sebagai data penelitian selanjutnya untuk pengembangan metode oil pulling agar dapat diaplikasi secara nyata di masyarakat.

Pada penelitian ini, saya melakukan pemilihan sampel penelitian yaitiu penderita gingivitis (radang gusi) dengan menggunakan kuesioner dan saya akan melakukan pemeriksaan indeks plak, indeks gingiva, OHIS dan IPPD. Teman-teman akan dibagi ke dalam dua kelompok secara random. Teman-teman yang termasuk ke dalam kelompok Perlakuan 1 akan dibagikan minyak kelapa, sikat gigi, pasta gigi, dan gelas ukur. Sedangkan teman-teman yang termasuk ke dalam kelompok Perlakuan 2 akan dibagikan obat kumur Chlorhexidine 0,12%, sikat gigi dan pasta


(10)

gigi. Selanjutnya, kelompok Perlakuan 1 diinstruksikan untuk berkumur dengan metode oil pulling diikuti dengan menyikat gigi setelah berkumur. Berkumur dengan metode oil pulling dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur menggunakan sesendok minyak kelapa selama 5 menit atau sampai minyak menjadi cair dan memutih seperti susu. Kelompok Perlakuan 2 diinstruksikan untuk berkumur dengan obat kumur Chlorhexidine 0,12% diikuti dengan menyikat gigi setelah berkumur. Berkumur dengan Chlorhexidine dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur sebanyak 15ml selama 1 menit. Prosedur ini dilakukan selama 10 hari berturut-turut. Pemeriksaan ini akan dilakukan pada hari ke-0 dan 10. Alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan indeks plak, indeks gingiva, OHIS dan IPPD yaitu kaca mulut, sonde/prob, alat tulis, lembar pemeriksaan, sarung tangan, dan masker.

Pada penelitian ini, identitas teman-teman akan disamarkan. Hanya peneliti, dokter pembimbing peneliti dan anggota komisi etik yang dapat melihat data tersebut. Bila data ini dipublikasikan, kerahasiaan akan tetap dijaga. Jika selama menjalani penelitian ini terdapat keluhan, silahkan segera diinformasikan kepada peneliti atau bisa hubungi saya di 087869809389.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu teman-teman, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Jayuthralega Gurumurothy


(11)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ... Alamat : ... No telepon/ HP: ...

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“PERBEDAAN EFEKTIVITAS BERKUMUR DENGAN METODE OIL

PULLING MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA DENGAN

CHLORHEXIDINE 0,12% TERHADAP KONDISI GINGIVA PADA

MAHASISWA FKG USU”

Secara sadar dan tanpa paksaan, maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek penelitian ini.

Medan,... Yang menyetujui,

Subjek penelitian

(...)


(12)

LAMPIRAN 4

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

No Alat dan Bahan Justifikasi

Pemakaian

Harga satuan (Rp)

Harga peralatan (Rp)

1 Kaca mulut merek Yamaco 3 Unit 30.000

90.000,-2 Sonde merek Yamaco 3 Unit 32.000

96.000,-3 Prob periodontal UNC 3 Unit 185.000.00 555.000.00,-

4 Pinset 3 Unit 20.000

60.000,-5 Dettol 1 Botol 30.000 30.000,-

6 Masker 1 Kotak 26.000 26.000,-

7 Sarung tangan 1 Kotak 45.000 45.000,-

8 Gelas ukur 100 Gelas 500

50.000,-9 Minyak kelapa (Barco®) 1 Botol 56.000

56.000,-10 Chlorhexidine 0,12% (Minosep®)

30 Botol 28.000 840.000,-

11 Tissue 2 Box 20.000

40.000,-12 Sikat gigi dan pasta gigi 68 2.400

163.200,-13 Souvenir 65 2.500

162,500,-14 Administrasi Ethical Clearance

100.000,-15 Fotokopi lembar penelitian 100 200 20.000,-

16 Penggandaan proposal dan hasil penelitian

200.000,-

17 Biaya tidak terduga 500.000,-

Jumlah Rp


(13)

LAMPIRAN 5

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No Kegiatan Waktu Penelitian

Agustus September Oktober

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Penyusunan Proposal

November Desember Januari

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

2 Penyusunan Proposal

3 Seminar Proposal

4 Pengumpulan Data

Februari Maret April

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

5 Pengolahan dan Analisis Data 7 Sidang Skripsi


(14)

LAMPIRAN 6


(15)

LAMPIRAN 7

Hasil Analisis Data 1. Deskripsi Krakteristik Responden

Usia Subjek Kelompok Perlakuan 1 Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17-19 Tahun 3 10.0 10.0 10.0

20-22 Tahun 15 50.0 50.0 60.0

23-25 Tahun 12 40.0 40.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Usia Subjek Kelompok Perlakuan 2 Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17-19 Tahun 5 16.7 16.7 16.7

20-22 Tahun 19 63.3 63.3 80.0

23-25 Tahun 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Jenis Kelamin Kelompok Perlakuan 1 Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 26 86.7 86.7 86.7

Laki-Laki 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Jenis Kelamin Kelompok Perlakuan 2 Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 20 66.7 66.7 66.7

Laki-Laki 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0


(16)

2. Uji Normalitas Data

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Indeks Plak Pre Berkumur minyak kelapa .095 30 .200* .944 30 .116

Berkumur Chlorhexidine .162 30 .052 .949 30 .154

Indeks Plak Post Berkumur minyak kelapa .228 30 .050 .818 30 .050 Berkumur Chlorhexidine .125 30 .200* .964 30 .384 OHIS Pre Berkumur minyak kelapa .138 30 .151 .949 30 .163

Berkumur Chlorhexidine .202 30 .053 .903 30 .050

OHIS Post Berkumur minyak kelapa .150 30 .084 .934 30 .063

Berkumur Chlorhexidine .133 30 .182 .923 30 .051

IPPD Pre Berkumur minyak kelapa .216 30 .051 .944 30 .120

Berkumur Chlorhexidine .221 30 .051 .903 30 .050

IPPD Post Berkumur minyak kelapa .180 30 .054 .923 30 .051

Berkumur Chlorhexidine .229 30 .050 .859 30 .051

Indeks Gingiva Pre Berkumur minyak kelapa .185 30 .050 .902 30 .059 Berkumur Chlorhexidine .090 30 .200* .984 30 .910 Indeks Gingiva Post Berkumur minyak kelapa .185 30 .050 .890 30 .055

Berkumur Chlorhexidine .148 30 .093 .927 30 .052

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.


(17)

3. Uji T-Paired Dari Skor Indeks Plak

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum indeks plak minyak kelapa .9533 30 .30596 .05586

Sesudah indeks plak minyak kelapa .3967 30 .22816 .04166

Pair 2 Sebelum indeks plak Chlorhexidine .9433 30 .28000 .05112

Sesudah indeks plak Chlorhexidine .6667 30 .23829 .04351

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Sebelum indeks plak minyak kelapa &

Sesudah indeks plak minyak kelapa

30 -.155 .412

Pair 2 Sebelum indeks plak Chlorhexidine &

Sesudah indeks plak Chlorhexidine

30 .451 .012

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed)

95% Confidence Interval of the Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

Pair 1 Sebelum indeks plak minyak kelapa - Sesudah indeks plak minyak kelapa

.55667 .40911 .07469 .40390 .70943 7.453 29 .000

Pair 2 Sebelum indeks plak

Chlorhexidine - Sesudah indeks plak

Chlorhexidine

.27667 .27378 .04998 .17444 .37890 5.535 29 .000


(18)

4. Uji T-Unpaired Dari Skor Indeks Plak

Group Statistics

kategori N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

sebelum hari ke-0 dan sesudah hari ke-10

minyak kelapa 30 .5600 .33733 .06159

Chlorhexidine 30 .2833 .28031 .05118

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

sebelum hari ke-0 dan sesudah hari ke-10

Equal variances assumed

.206 .651 4.079 58 .000 .32667 .08008 .16638 .48696

Equal variances not assumed

4.079 56.119 .000 .32667 .08008 .16626 .48707


(19)

5. Uji T-Paired Dari Skor OHIS

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 sebelum OHIS minyak

kelapa

1.5667 30 .41133 .07510

sesudah OHIS minyak kelapa

.8333 30 .32199 .05879

Pair 2 sebelum OHIS

Chlorhexidine

1.4000 30 .38774 .07079

Sesudah OHIS

Chlorhexidine

1.1800 30 .47445 .08662

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 sebelum ohis minyak kelapa & sesudah OHIS

minyak kelapa

30 .514 .004

Pair 2 sebelum OHIS Chlorhexidine & Sesudah OHIS

Chlorhexidine

30 .309 .096

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed)

95% Confidence Interval of the Difference

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

Pair 1 sebelum OHIS minyak kelapa - sesudah OHIS minyak kelapa

.73333 .36984 .06752 .59523 .87143 10.860 29 .000

Pair 2 sebelum OHIS Chlorhexidine -

Sesudah OHIS Chlorhexidine

.22000 .51152 .09339 .02899 .41101 2.356 29 .025


(20)

6. Uji T-Unpaired Dari Skor OHIS

Group Statistics

kategori N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean OHIS sebelum hari ke-0

dan sesudah hari ke-10

minyak kelapa 30 .7300 .35233 .06433

Chlorhexidine 30 .2233 .49531 .09043

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. T df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

OHIS sebelum hari ke-0 dan sesudah hari ke-10

Equal variances assumed

.854 .359 4.025 58 .000 .44667 .11098 .22452 .66881

Equal variances not assumed

4.025 52.365 .000 .44667 .11098 .22401 .66932


(21)

7. Uji T-paired Dari IPPD

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum IPPD minyak kelapa 1.5633 30 .55366 .10108

Sesudah IPPD minyak kelapa .6300 30 .45193 .08251

Pair 2 Sebelum IPPD Chlorhexidine 1.4100 30 .80316 .14664

Sesudah IPPD Chlorhexidine .9300 30 .74794 .13655

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Sebelum IPPD minyak kelapa & Sesudah IPPD

minyak kelapa

30 -.016 .933

Pair 2 Sebelum IPPD Chlorhexidine & Sesudah IPPD

Chlorhexidine

30 .336 .070

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed)

95% Confidence Interval of the

Difference

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

Pair 1

Sebelum IPPD minyak kelapa

- Sesudah IPPD minyak kelapa .93333 .72031 .13151 .66436 1.20230 7.097 29 .000 Pair

2

Sebelum IPPD Chlorhexidine -

Sesudah IPPD Chlorhexidine .48000 .89497 .16340 .14581 .81419 2.938 29 .006


(22)

8. Uji T-Unpaired IPPD

Group Statistics

kategori N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean IPPD sebelum hari ke-0

dan sesudah hari ke-10

minyak kelapa

30 .9333 .72031 .13151

Chlorhexidine 30 .4800 .89497 .16340

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. T df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper IPPD sebelum hari ke-0 dan sesudah hari ke-10 Equal variances assumed

.286 .595 2.161 58 .035 .45333 .20975 .03348 .87319

Equal variances not assumed

2.161 55.466 .035 .45333 .20975 .03307 .87360


(23)

9. Uji T-Paired Dari Indeks Gingiva

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum indek gingiva minyak kelapa 1.0033 30 .22358 .04082

Sesudah indeks gingiva minyak kelapa .4533 30 .22702 .04145

Pair 2 sebelum indeks gingiva Chlorhexidine .8867 30 .28129 .05136

sesudah indeks gingiva Chlorhexidine .6600 30 .35777 .06532

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Sebelum indek gingiva minyak kelapa & Sesudah

indeks gingiva minyak kelapa

30 .078 .682

Pair 2 sebelum indeks gingiva Chlorhexidine & sesudah

indeks gingiva Chlorhexidine

30 .464 .010

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed)

95% Confidence Interval of the Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

Pair 1 Sebelum indek gingiva

minyak kelapa - Sesudah indeks gingiva minyak kelapa

.55000 .30597 .05586 .43575 .66425 9.845 29 .000

Pair 2 sebelum indeks gingiva

Chlorhexidine - sesudah indeks gingiva

Chlorhexidine

.22667 .33726 .06158 .10073 .35260 3.681 29 .001


(24)

10.Uji-T Unpaired Dari Indeks Gingiva

Group Statistics

kategori N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Indeks gingiva hari ke-0 dan hari ke-10

minyak kelapa 30 .5500 .30597 .05586

Chlorhexidine 30 .2200 .39005 .07121

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Indeks gingiva hari ke-0 dan hari ke-10

Equal variances assumed

.236 .629 3.204 58 .002 .29000 .09051 .10883 .47117

Equal variances not assumed

3.204 54.888 .002 .29000 .09051 .10861 .47139


(25)

LAMPIRAN FOTO-FOTO PENELITIAN


(26)

44

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahmah RY, Rachmasi P, Widodo. Efektivitas pasta gigi herbal dengan pasta gigi non herbal terhadap penurunan indeks plak pada siswa sdn Angsau 4 Pelaihari. Dentino J Ked Gigi 2014; 2(2): 120-4.

2. Lumentut RAN, Gunawan NP, Mintjelungan NC. Status periodontal dan kebutuhan perawatan pada usia lanjut. Jurnal e-GiGi (eG) 2013; 1 (2): 79-83. 3. Dewi RS, Nuning F,Oktanauli P, Setiawan R. Pengaruh obat kumur VCO

terhadap penurunan indeks gingiva pada gigi tiruan jembatan. JITEKGI. 2011; 9(1): 25-9.

4. Hinrichs EJ, Novak JM. Classification of disease and condition affecting the periodontium. Carranza’s Clinical Periodontology, ed 11., Missouri: Saunders., 2012: 34-7.

5. Daliemunthe SH. Periodonsia. Indonesia 2008: 105-56.

6. Armitage GC. Periodontitics medicine, surgery and implants. China: Elsevier, 2004: 85-5.

7. Anggayanti NA, Adiatmika IPG, Adiputra N. Berkumur dengan teh hitam lebih efektif daripada Chlorhexedine Gluconate 0,2% untuk menurunkan akumulasi plak gigi. JPDGI 2013: 62(2): 35-40.

8. Kidd EAM. Essentials of dental caries, 3rd Ed., New York: Oxford University PressInc, 2005: 3-82.

9. Mervrayano J, Rahmatini, Bahar E. Perbandingan efektivitas obat kumur yang mengandung Chlorhexidine dengan Povidone Iodine terhadap streptococcus mutans. J Kes Andalas 2015; 4(1): 168-71.

10.Shamshiry P, Donyadide N. Comparison of effects of Persica and Chlorhexidine Gluconate mouthwashes on gingivitis and plaque formation. Int J of Analytical, Pharm and Biomed Sc 2014; 3(5): 55-9.


(27)

45

11.Asokan S, Emmadi P, Chamundeswari R. Effect of oil pulling on plaque induced gingivitis: a randomized, controlled, triple-blind study. Indian J of Dent Research 2009; 20(1): 47-51.

12.Parwani SR, Parwani RJ, Chitnis PJ, Dadlani HP, Prasad SVS. Comparative evaluation of anti-plaque efficacy of herbal and 0.2% chlorhexidine gluconate mouthwash in a 4-day plaque re-growth study. JISPCD 2013; 17(1): 72-7.

13.Amith HV, Ankola VA, Nagesh L. Effect of oil pulling on plaque and gingivitis. J Oral Health Comm Dent 2007; 1(1): 12-8.

14.Saravanan D, Ramkumar S, Vineetha K. Effect of oil pulling with sesame oil on plaque-induced gingivitis: A microbiology study. J of Orofacial Research 2013; 3(3): 175-80.

15.Lakshmi T, Rajendran R, Krishnan V. Perspectives of oil pulling theraphy in dental practice. Perspective of oil pulling therapy in dental practice. J of International Oral Health 2013; 4(4): 132-3.

16. Bekeleski GM, Mc Combs G, Melvin WL. Oil pulling: An ancient practice for a modern time. J Int Oral Health 2012; 4(3): 2-10.

17.Peedikayil CF, Sreenivasan P, Narayanan A. Effect of coconut oil in plaque related gingivitis-A preliminary report. Nigerian Med J 2015; (56)2: 143-17. 18.Bellinda M, Handajani J, Tandelilin RTC. Berkumur minyak kelapa murni

menekan pertumbuhan streptococcus alpha pada penderita gingivitis sedang. MIKGI 2008; 10(1): 51-8.

19.Najib MA, Permana HJ, Sari VP. Peran bromealin pada bonggol nanas (Ananas Comosus). JITEKGI 2012; 9(1): 30-4.

20.Ireland R. Clinical textbook of dental hygiene and dental therapy.1st ed., Singapore:Willey Blackwell, 2006: 75-91.

21.Emmanuel V, Masulili CSL. Strategi komunikasi bakteri dalam menyebabkan penyakit periodontal. JITEKGI 2010; 7(1): 17-21.

22.Taggart JE, Perry AD. Periodontology for the dental hygienist, 3rd ed., China:Elsevier, 2007: 103-5.


(28)

46

23.Clerehugh V, Tugnait A, Genco JR. Periodontology at A glance, Singapore: Willey Blackwell, 2009: 4-62.

24.Elley BM, Manson JD. Periodontitics, 5th Ed., China: Elsevier, 2004: 112-217. 25.Dumitreschu LA. Antibiotics and antiseptics in periodontal theraphy.New York:

Springer. 2011: 205-30.

26.Bathla S. Periodontics Revisited, 1st ed., Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. 2011: 281-83.

27.Tomar P, Hongal S, Jain M, Rana K, Saxena V. Oil pulling and oral health. IJSS Case Reports and Reviews. 2014; 1(3): 33-7.

28.Asokan S, Rathan J, Muthu MS, Rathna VP, Emmadi P, Raghuraman et al. Effect of oil pulling on streptococcus mutans count in plaque and saliva using Dentocult SM strip mutans test: A randomized controlled triple blind study. J Indian Sc Pedo Prev Dent 2008; 28: 12-7.

29.Sirisha K, Devi PK. Oil pulling- A comprehensive cost-effective domiciliary remedy. IJJRID 2014; 4(1): 1-5.

30.Thaweboon S, Nakaparksin J, Thaweboon B. Effect of oil pulling on oral microorganisms in biofilm models. Asia J Public Health 2011; 2(2): 62-6.

31.Mathew RA, Sankari M. Oil pulling and its role in oral and systemic diseases. Int J of PharmTech Research 2014; 4(2): 702-3.

32.Herani. Pemanfaatan limbah virgin coconut oil (blondo). J MKMI 2010; 6(4): 244-8.

33.Gopala KAG, Raj G, Bhatnagar AS, Prasanth KPK, Chandrashekar P. Coconut oil: chemistry, production and its applications-areview. Indian Coconut J 2010; 15-27.

34.Yurnaliza. Pengaruh variasi pH dan konsentrasi inokulum pada produksi minyak kelapa secara fermentasi. J Biologi Sumatera 2007; 2(1): 4-6.

35.Kaushik M, Reddy P, Roshni, Udameshi P, Mehra N, Marwaha A. The Effect of Coconut Oil Pulling on Streptococcus mutans Count in Saliva in Comparison with Chlorhexidine Mouthwash. JCDP 2016; 17(1):38-41


(29)

47

36.Kaur G, Singh A, Patil KP, Gopalakrishnan D, Nayyar AS, Deshmukh S. Chlorhexidine: First To Be Known, Still A Gold Standard Anti-Plaque Agent. RJPBCS 2015; 6(4): 1407-24


(30)

20

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental klinis.

3.1.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dilakukan adalah rancangan pretes-postes dengan kelompok kontrol (pretest-posttest with control group design).

Perlakuan 1 : H0 X H10 Perlakuan 2 : H0 Y H10

Keterangan :

X : Terapi oil pulling menggunakan minyak kelapa Y : Obat kumur Chlorhexidine 0,12 %

H0 : Pengukuran skor indeks plak, indeks gingiva, OHIS dan IPPD sebelum perlakuan pada hari ke-0

H10 :Pengukuran skor indeks plak, indeks gingiva, OHIS dan IPPD setelah perlakuan pada hari ke-10

3.2 Tempat dan waktu penelitian 3.2.1 Tempat

Penelitian dilakukan di Departemen Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(31)

21

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015-Maret 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah mahasiswa/i aktif Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian dipilih dari mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Gigi USU dengan teknik simple random sampling, yaitu memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi:

1. Mahasiswa/i FKG USU yang berstatus aktif

2. Kooperatif dan bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed consent

3. Jumlah gigi permanen minimal 20

4. Menderita gingivitis yang diinduksi plak dari tingkat keparahan gingivitis ringan sampai sedang

Kriteria eksklusi:

1. Dijumpai menderita gingivitis berat dan periodontitis 2. Memakai gigi tiruan

3. Sedang memakai pesawat ortodonti cekat atau lepasan 4. Memiliki kebiasaan mengunyah hanya pada 1 sisi 5. Dijumpai crowded yang berat

6. Mengkonsumsi antibiotik sejak 3 bulan sebelum pemeriksaan 7. Penderita penyakit sistemik

8. Alergi terhadap segala jenis obat kumur

9. Pernah menggunakan obat kumur antiseptik lain sejak 1 bulan sebelum pemeriksaan atau sedang menggunakan obat kumur antiseptik lain


(32)

22

10.Pernah melakukan scalling 1 bulan sebelum pemeriksaan. 11.Perokok

3.3.3 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel yang diperlukan bagi penelitian ini ditentukan dari rumus Federer:

(n – 1)(r – 1) ≥ 15 Keterangan :

(n – 1)(2 – 1) ≥ 15 n = besar sampel

(n – 1)1 ≥ 15 r = jumlah kelompok

n ≥ 16

Besar sampel minimum yang diperlukan adalah 16 orang. Namun, untuk mencegah adanya kesalahan selama penelitian, ditetapkan besar sampel sebanyak 30 orang tiap kelompok sehingga jumlah keseluruhan sampel sebanyak 60 orang. Sampel dibagi dua, yaitu 30 orang pada kelompok Perlakuan 1 dan 30 orang pada kelompok Perlakuan 2.

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Tercoba

1. Oil pulling menggunakan minyak kelapa 2. Chlorhexidine 0,12%

3.4.2 Variabel Tergantung 1. Skor Indeks Plak

2. Skor Indeks Gingiva 3. OHIS

4. Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD)


(33)

23

3.4.3 Variabel Terkendali 1. Volume minyak kelapa 2. Volume Chlorhexidine

3. Lama berkumur dengan metode oil pulling 4. Lama berkumur dengan Chlorhexidine

5. Frekuensi berkumur dengan metode oil pulling 6. Frekuensi berkumur dengan Chlorhexidine 7. Frekuensi dan waktu menyikat gigi

8. Jenis sikat gigi dan pasta gigi

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Diet

2. Metode menyikat gigi

3.5Definisi Operasional 1. Kelompok Perlakuan 1

Subjek yang berkumur dengan metode oil pulling menggunakan minyak kelapa sebelum menyikat gigi.

2. Kelompok Perlakuan 2

Subjek yang berkumur dengan Chlorhexidine 0,12 % sebelum menyikat gigi. 3. Mahasiswa/i FKG USU berstatus aktif

Mahasiswa/i FKG USU dari seluruh angkatan yang masih berstatus aktif. 4. Berkumur dengan metode oil pulling

Berkumur dengan metode oil pulling menggunakan minyak kelapa yaitu sampel berkumur minyak kelapa dengan cara minyak dihisap, ditarik, dan didorong melalui gigi-gigi dari kiri ke kanan, dari depan ke belakang, dan sebaliknya.

5. Gigi Ramfjord

Enam gigi terpilih yang digunakan sebagai gigi indeks, yaitu gigi 16, 21, 24, 36, 41 dan 44 untuk memudahkan pengukuran indeks.


(34)

24

6. Gingivitis ringan

Gingivitis ringan dengan skor Indeks Gingiva 0,1-1,0. 7. Gingivitis sedang

Gingivitis sedang dengan skor Indeks Gingiva 1,1- 2,0. 8. Skor Indeks Plak

Indeks plak Loe dan Silness adalah indeks yang didasarkan pada penumpukan plaknya dimana pengukuran dilakukan pada gigi 16, 21, 24, 36, 41, dan 44. Keempat sisi gigi (distovestibular, vestibular, mesiovestibular dan oral) diberi skor 0-3 dengan alat bantu kaca mulut dan sonde.

Tabel 1. Indeks plak Loe dan Silness

Skor Kriteria

0 Tidak ada plak pada daerah gingiva.

1 Ada lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan gigi yang berdekatan. Plak ditandai hanya dengan menggesek-gesekkan sonde sepanjang permukaan gigi.

2 Penumpukan yang sedang dari deposit lunak didalam saku dan tepi gingiva dan / atau permukaan gigi yang berdekatan, yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

3 Terdapat penumpukan plak yang banyak dari deposit lunak di dalam saku dan / atau pada tepi permukaan gigi yang berbatasan.

Skor plak untuk satu gigi =

4

Jumlah seluruh skor dari empat permukaan

Skor plak untuk keseluruhan gigi (individu) = Jumlah seluruh skor gigi Jumlah gigi yang diperiksa


(35)

25

Kriteria penilaian indeks plak Loe dan Silness adalah : a. Baik : 0,0 – 0,9

b. Sedang : 1,0 – 1,9 c. Buruk : 2,0 – 3,0 9. Skor Indeks Gingiva

Skor indeks gingiva merupakan indikator dalam pengukuran tingkat keparahan dalam penyakit gingiva menggunakan indeks gingiva Loe dan Silness. Pengukuran dilakukan pada gigi 16, 21, 24, 36, 41 dan 44. Keempat sisi gigi (papila distovestibular, tepi gingiva vestibular, papila mesiovestibular dan tepi gingiva oral) diberi skor 0-3 dengan melakukan palpasi.

Tabel 2. Indeks gingiva Loe dan Silness

Skor Kriteria

0 Gingiva normal; tidak ada keradangan, tidak ada perubahan warna, dan tidak ada perdarahan.

1 Inflamasi ringan; sedikit perubahan warna, sedikit oedema. Pada palpasi tidak terjadi pendarahan.

2 Inflamasi sedang; kemerahan, oedema, dan mengkilat. Pada palpasi terjadi pendarahan.

3 Inflamasi parah; kemerahan yang nyata dan oedematous, ulserasi. Kecenderungan perdarahan spontan.

Skor gingiva untuk satu gigi =

4

Jumlah seluruh skor dari empat permukaan

Skor gingiva untuk keseluruhan gigi (individu) =

Jumlah gigi yang diperiksa Jumlah seluruh skor gingiva


(36)

26

Kriteria penilaian indeks gingiva Loe dan Silness adalah : a. Gingivitis ringan :0,1 – 1,0

b. Gingivitis sedang :1,1 – 2,0 c. Gingivitis berat : 2,1 -3,0 9. Oral Hygiene Index Simplified

OHIS atau Oral Hygiene Index Simplified digunakan untuk mengetahui kebersihan rongga mulut. Pemeriksaan pada rongga mulut mengukur 6 gigi yaitu gigi 16 pada permukaan bukal, gigi 21 pada permukaan labial, gigi 24 pada permukaan bukal, gigi 36 pada permukaan lingual, gigi 41 pada permukaan labial dan gigi 44 pada permukaan lingual. Kriteria penilaian skor OHIS merupakan penjumlahan dari rata-rata skor Indeks Debris dan Indeks Kalkulus.

Untuk pemeriksaan indeks debris digunakan sonde yang diletakkan pada 1/3 insisal atau oklusal dan digerakkan ke 1/3 gingiva sesuai dengan kriteria. Kriteria untuk debris sebagai berikut :

Tabel 3. Indeks debris

Skor Kriteria

0 Tidak ada debris/sisa makanan yang menempel pada gigi.

1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2 Debris lunak menutupi > dari 1/3 permukaan, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan

gigi.

3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Rumus Indeks Debris

Indeks Debris = Jumlah nilai debris Jumlah gigi yang di periksa

Sedangkan untuk Indeks Kalkulus diperoleh dengan meletakkan sonde dengan baik dalam distal gingival crevice dan digerakkan pada daerah subgingiva dari


(37)

27

jurusan kontak distal ke daerah kontak mesial. Kriteria untuk kalkulus sebagai berikut:

Tabel 4. Indeks kalkulus

Skor Kriteria

0 Tidak ada kalkulus.

1 Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan

gigi.

3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

Rumus Indeks Kalkulus:

Indeks Kalkulus = Jumlah nilai kalkulus Jumlah gigi yang di periksa

Skor OHIS = Indeks Debris + Indeks Kalkulus

Derajat kebersihan mulut secara klinik dihubungkan dengan skor OHI-S adalah sebagai berikut :

a. Baik : 0,0 – 1,2. b. Sedang : 1,3 – 3,0. c. Buruk : 3,1 – 6,0.

10. Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD)

Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) oleh Saxer dan Muhlemann didasarkan pada pengamatan perdarahan gingiva yang timbul setelah prob periodontal diselipkan dari arah vestibular ke col (lembah) sebelah mesial dari gigi yang diperiksa. Ujung prob dipertahankan menyentuh dasar sulkus, secara perlahan-lahan prob digerakkan sepanjang permukaan vestibular gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut mesiovestibular, prosedur ini diulang pada setiap gigi yang akan diukur indeks perdarahannya.


(38)

28

Tabel 5. Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD)

Skor Kriteria

0 Tidak ada pendarahan saat probing 1 Pendarahan berupa titik kecil

2 Pendarahan berupa garis yang jelas atau berupa titik besar 3 Pendarahan menggenang di interdental

Skor IPPD =

Jumlah gigi yang diperiksa (6) Jumlah skor keenam gigi yang diperiksa

3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian

1. Sarung tangan 2. Masker 3. Kaca mulut 4. Prob UNC 15 5. Sonde

6. Kertas tisu 7. Alat tulis

8. Lembar pemeriksaan 9. Gelas ukur

10. Sikat gigi

3.6.2 Bahan Penelitian 1. Minyak kelapa (Barco ®)

2. Chlorhexidine 0,12 % (Minosep ®) 3. Pasta gigi (Pepsodent ®)


(39)

29

3.7 Prosedur Penelitian

1. Subjek penelitian dipilih dengan melakukan pengisian kuesioner dan pemeriksaan langsung, semua sampel akan dilakukan screening terlebih dahulu sesuai kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan.

2. Subjek yang terpilih kemudian diberi penjelasan mengenai prosedur penelitian dan diminta untuk mengisi serta menandatangani lembaran informed consent.

3. Pada hari pertama, subjek penelitian di periksa pada pagi hari, lalu dilakukan pemeriksaan skor indeks plak dengan menggunakan indeks plak Loe dan Silness, pemeriksaan skor indeks gingiva menggunakan indeks gingiva Loe dan Silness, pemeriksaan OHIS dan indeks perdarahan papila dimodifikasi (IPPD)

4. Hasil pemeriksaan dicatat pada lembar pemeriksaan.

5. Sampel dari kelompok Perlakuan 1 diberikan sikat gigi, pasta gigi, minyak kelapa, dan gelas ukur. Sementara itu, sampel dari kelompok Perlakuan 2 diberikan sikat gigi, pasta gigi, Chlorhexidine 0,12 %, dan gelas ukur.

6. Instruksi yang diberikan kepada subjek penelitian :

a) Kelompok Perlakuan 1 diinstruksikan untuk berkumur dengan metode oil pulling menggunakan minyak kelapa dan diikuti dengan menyikat gigi setelah berkumur. Berkumur dengan metode oil pulling dilakukan 2 kali sehari yaitu pada

Gambar 2. Minyak kelapa (Barco*)

Gambar 3. Chlorhexidine 0,12%


(40)

30

waktu pagi setelah sarapan dan pada waktu malam sebelum tidur. Metode oil pulling dilakukan dengan menggunakan sesendok minyak kelapa dan diinstruksikan untuk berkumur selama 5 menit atau sampai minyak menjadi cair dan memutih seperti susu.

b) Kelompok Perlakuan 2 diinstruksikan untuk berkumur dengan Chlorhexidine 0,12% diikuti dengan menyikat gigi setelah berkumur. Berkumur dengan obat kumur Chlorhexidine dilakukan 2 kali sehari yaitu pada waktu pagi setelah sarapan dan pada waktu malam sebelum tidur. Obat kumur Chlorhexidine digunakan sebanyak 15ml dan diinstruksikan untuk berkumur selama 1 menit.

c) Kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 diintruksikan untuk melakukan prosedur ini selama 10 hari berturut-turut.

7. Pada hari ke-10, subjek penelitian di periksa setelah melakukan prosedur yang diinstruksi, lalu dilakukan pemeriksaan skor indeks plak dengan menggunakan indeks plak Loe dan Silness, pemeriksaan skor indeks gingiva menggunakan indeks gingiva Loe dan Silness, pemeriksaan OHIS dan indeks perdarahan papila dimodifikasi (IPPD)

8. Hasil pemeriksaan dicatat pada lembar pemeriksaan.


(41)

31

3.8 Alur Penelitian

Populasi Sampel

- Simple random sampling - Kriteria inklusi dan eksklusi

Informed consent

Kelompok Perlakuan 1:

Oil Pulling menggunakan minyak kelapa

Kelompok Perlakuan 2:

Berkumur dengan obat kumur Chlorhexidine

0,12%

Pemeriksaan skor indeks plak, indeks gingiva, OHIS dan IPPD sebelum perlakuan (hari ke-0)

Instruksi kepada sampel penelitian

- Pembagian minyak kelapa kepada kelompok Perlakuan 1.

- Pembagian obat kumur Chlorhexidine 0,12 %kepada kelompok Perlakuan 2.

- Pembagian sikat gigi dan pasta gigi pada masing-masing sampel

Ethical clearance

Populasi

Pemeriksaan skor indeks plak, indeks gingiva,OHIS dan IPPD setelah perlakuan

(hari ke-10)

Analisis data Pengisian kuesioner


(42)

32

3.9 Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dan tabulasi dilakukan secara komputerisasi.

3.9.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi. Untuk melihat perbedaan rerata skor indeks plak, rerata skor indeks gingiva, rerata skor OHIS dan rerata skor indeks perdarahan papila dimodifikasi (IPPD) sebelum dan sesudah berkumur dengan metode oil pulling dan obat kumur Chlorhexidine 0,12% pada hari ke-0 dan 10 dengan menggunakan uji T berpasangan (t-test paired). Sedangkan, untuk melihat perbedaan rerata selisih skor indeks plak, rerata skor indeks gingiva, rerata skor OHIS dan rerata indeks perdarahan papila dimodifikasi (IPPD) antara metode oil pulling dan obat kumur Chlorhexidine 0,12% dengan menggunakan uji T tidak berpasangan (t-test unpaired). Dengan derajat kepercayaan 95%. Signifikasi statistik diperoleh jika nilai p<0,05.


(43)

33

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 60 orang mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 30 orang kelompok Perlakuan 1 dan 30 orang kelompok Perlakuan 2. Semua subjek penelitian berhasil mengikuti penelitian sampai selesai.

Tabel 6 menunjukkan data demografis subjek penelitian berdasarkan umur dan jenis kelamin. Berdasarkan tabel dibawah, subjek berdasarkan usia terdiri dari subjek berusia 17-19 tahun sebanyak 8 orang ( 13,33%), diikuti subjek berusia 20-22 tahun sebanyak 34 orang (56,67%) dan subjek berusia 23-25 tahun sebanyak 18 orang (30%). Subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin terdiri dari subjek perempuan sebanyak 46 orang (76,67%) dan laki-laki sebanyak 14 orang (23,33%).

Tabel 6. Data demografis subjek penelitian berdasarkan umur dan jenis kelamin. Variabel Kelompok Pengamatan Jumlah Persentase

Umur a. 17- 19 tahun

b. 20-22 tahun c. 23-25 tahun

8 orang 34 orang 18 orang 13,33% 56,67% 30%

Total 60 orang 100%

Jenis Kelamin a. Perempuan b. Laki- laki

46 orang 14 orang

76,67% 23,33%

Total 60 orang 100%

4.2 Hasil Pemeriksaan Skor Indeks Plak

Tabel 7 menunjukkan rerata dan standar deviasi skor indeks plak untuk kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 pada hari ke-0 dan hari ke-10. Secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok Perlakuan 1 yaitu dengan nilai p = 0,000 dan kelompok Perlakuan 2 dengan nilai p = 0,000.


(44)

34

Tabel 7. Hasil analisis statistik indeks plak hari ke-0 dan hari ke-10 kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2.

Kelompok n

Skor indeks plak pada hari ke-0

Skor indeks plak

pada hari ke-10 Hasil Analisis Statistik

X±SD X±SD

Perlakuan 1 30 0,95±0,30 0,39±0,22 p = 0,000*

Perlakuan 2 30 0,94±0,28 0,66±0,23 p = 0,000*

Keterangan : X = rerata

SD = standar deviasi

Tanda (*) menunjukkan uji t berpasangan bermakna, dengan nilai p < 0,05

Tabel 8 menunjukkan selisih rerata skor indeks plak kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan skor indeks plak yang signifikan antara kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2. Hasil selisih rerata skor indeks plak pada kelompok Perlakuan 1 lebih tinggi dari selisih skor indeks plak pada kelompok Perlakuan 2.

Tabel 8. Hasil analisis statistik perbedaan selisih rerata skor indeks plak kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2.

Kelompok n Selisih Skor Indeks Plak Hasil Analisis Statistik X±SD

Perlakuan 1 30 0,56±0,33

p = 0,000*

Perlakuan 2 30 0,28±0,28

Keterangan : X = rerata

SD = standar deviasi

Tanda (*) menunjukkan uji t tidak berpasangan bermakna, dengan nilai p < 0,05

4.3 Hasil Pemeriksaan Skor OHIS

Tabel 9 menunjukkan rerata dan standar deviasi skor OHIS untuk kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 pada hari ke-0 dan hari ke-10. Secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok Perlakuan 1 yaitu dengan nilai p = 0,000 dan kelompok Perlakuan 2 dengan nilai p = 0,025.


(45)

35

Tabel 9. Hasil analisis statistik skor OHIS hari ke-0 dan hari ke-10 kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2.

Kelompok n

Skor OHIS pada hari ke-0

Skor OHIS

pada hari ke 10 Hasil Analisis Statistik

X±SD X±SD

Perlakuan 1 30 1,56±0,41 0,83±0,32 p = 0,000*

Perlakuan 2 30 1,40±0,38 1,18±0,47 p = 0,025*

Keterangan : X = rerata

SD = standar deviasi

Tanda (*) menunjukkan uji t berpasangan bermakna, dengan nilai p < 0,05

Tabel 10 menunjukkan selisih rerata skor OHIS kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan skor OHIS yang signifikan antara kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2. Hasil selisih rerata skor OHIS pada kelompok Perlakuan 1 lebih tinggi dari selisih skor OHIS pada kelompok Perlakuan 2.

Tabel 10. Hasil analisis statistik perbedaan selisih rerata skor OHIS kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2.

Kelompok n Selisih OHIS Hasil Analisis

Statistik X ± SD

Perlakuan 1 30 0,73±0,35

p = 0,000*

Perlakuan 2 30 0,22±0,49

Keterangan : X= rerata

SD = standar deviasi

Tanda (*) menunjukkan uji t tidak berpasangan bermakna, dengan nilai p < 0,05

4.4 Hasil Pemeriksaan Skor IPPD

Tabel 11 menunjukkan rerata dan standar deviasi skor IPPD untuk kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 pada hari ke-0 dan hari ke-10. Secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok Perlakuan 1 yaitu dengan nilai p = 0,000 dan kelompok Perlakuan 2 dengan nilai p = 0,006.


(46)

36

Tabel 11. Hasil analisis statistik skor IPPD hari ke-0 dan hari ke-10 kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2.

Kelompok n

Skor IPPD pada hari ke-0

Skor IPPD pada hari

ke-10 Hasil Analisis Statistik

X±SD X±SD

Perlakuan 1 30 1,56±0,55 0,63±0,45 p = 0,000*

Perlakuan 2 30 1,41±0,80 0,93±0,74 p = 0,006*

Keterangan : X = rerata

SD = standar deviasi

Tanda (*) menunjukkan uji t berpasangan bermakna, dengan nilai p < 0,05

Tabel 12 menunjukkan selisih rerata skor IPPD kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan skor IPPD yang signifikan antara kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2. Hasil selisih rerata skor IPPD pada kelompok Perlakuan 1 lebih tinggi dari selisih skor IPPD pada kelompok Perlakuan 2.

Tabel 12. Hasil analisis statistik perbedaan selisih rerata skor IPPD kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2.

Kelompok n Selisih Skor IPPD Hasil Analisis Statistik X±SD

Perlakuan1 30 0,93±0,72

p = 0,035*

Perlakuan 2 30 0,48±0,89

Keterangan :X = rerata

SD = standar deviasi

Tanda (*) menunjukkan uji t tidak berpasangan bermakna, dengan nilai p < 0,05

4.5 Hasil Pemeriksaan Skor Indeks Gingiva

Tabel 13 menunjukkan rerata dan standar deviasi skor indeks gingiva untuk kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 pada hari ke-0 dan hari ke-10. Secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok Perlakuan 1 dengan nilai p = 0,000 dan kelompok Perlakuan 2 dengan nilai p = 0,001.


(47)

37

Tabel 13. Hasil analisis statistik skor indeks gingiva hari ke-0 dan hari ke-10 kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2.

Kelompok N

Skor indeks gingiva pada hari ke-0

Skor indeks gingiva pada

hari ke-10

Hasil Analisis Statistik

X±SD X±SD

Perlakuan 1 30 1,00±0,22 0,45±0,22 p = 0,000*

Perlakuan 2 30 0,88±0.28 0,66±0,35 p = 0,001*

Keterangan : X = rerata

SD = standar deviasi

Tanda (*) menunjukkan uji t berpasangan bermakna, dengan nilai p < 0,05

Tabel 14 menunjukkan selisih rerata skor indeks gingiva kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan skor indeks gingiva yang signifikan antara kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2. Hasil selisih rerata skor indeks gingiva pada kelompok Perlakuan 1 lebih tinggi dari selisih skor indeks gingiva pada kelompok Perlakuan 2.

Tabel 14. Hasil analisis statistik perbedaan selisih rerata skor indeks gingiva pada kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2.

Kelompok n Selisih Indeks Gingiva Hasil Analisis Statistik

X±SD

Perlakuan 1 30 0,55±0,30

p = 0,002*

Perlakuan 2 30 0,22±0,39

Keterangan :X = rerata

SD = standar deviasi

Tanda (*) menunjukkan uji t tidak berpasangan bermakna, dengan nilai p < 0,05


(48)

38

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di FKG USU dengan subjek penelitian sebanyak 60 orang mahasiswa/i FKG USU yang terdiri dari usia 17-25 tahun. Perbandingan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 46 orang (76,67%) dan laki-laki adalah sebanyak 14 orang (23,33%). Distribusi karakteristik menunjukkan subjek terbanyak berdasarkan rentang usia yaitu subjek berusia 20-22 tahun sebanyak 34 orang (56,67%), diikuti subjek dengan rentang usia 23-25 tahun sebanyak 18 orang (30%) dan 17-19 tahun sebanyak 8 orang (13,33%). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan efektivitas berkumur dengan metode oil pulling menggunakan minyak kelapa dibandingkan dengan Chlorhexidine 0,12% terhadap gingivitis pada mahasiswa FKG USU.

Hasil penelitian metode oil pulling dengan menggunakan minyak kelapa menunjukkan adanya penurunan rerata dan standar deviasi skor indeks gingiva yang signifikan sebelum berkumur minyak kelapa yaitu pada hari ke-0 dan sesudah berkumur minyak kelapa yaitu pada hari ke-10, begitu juga dengan skor indeks plak, OHIS dan IPPD. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Amith, dkk yang melakukan penelitian untuk mengevaluasi efek metode oil pulling menggunakan minyak matahari terhadap akumulasi plak dan gingivitis selama 45 hari. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat penurunan yang signifikan dari skor plak dan skor gingiva.13 Metode oil pulling dengan minyak matahari menunjukkan penurunan skor indeks plak sebesar 18-30% dan ada penurunan gingivitis sebesar 52-60%.15 Penelitian lain oleh Sharath, dkk menunjukkan bahwa metode oil pulling efektif menurunkan gingivitis diinduksi plak dari segi pemeriksaan klinis dan pemeriksaan mikrobiologis. Saravanan, dkk melakukan penelitian untuk menilai keefektifan metode oil pulling menggunakan minyak wijen dalam mengurangi akumulasi plak, inflamasi gingiva, dan total koloni bakteri. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan yang signifikan pada ketiga parameter yang diukur.


(49)

39

Hal ini mungkin disebabkan viskositas minyak kelapa menghambat adhesi bakteri pada permukaan gigi dan mencegah koagregasi plak.14 Selain itu, proses saponifikasi atau proses pembentukan lapisan seperti sabun akan memicu terjadinya hidrolisasi alkali dari lemak oleh bikarbonat dalam saliva.30 Sabun merupakan agen pembersih yang baik karena efektif sebagai agen pengemulsi yang akan memecah lemak tidak larut seperti yang terdapat pada minyak menjadi butir-butiran dan terdispersi di dalam air. Agen pengemulsi menambah luas permukaan minyak dengan demikian menambah aksi pembersihan.35

Minyak kelapa mengandung 92% asam lemak jenuh dan 50% dari asam lemak jenuh tersebut adalah asam laurat. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa monogliserida pada asam laurat yang berupa monolaurin mempunyai sifat antimikroba terhadap berbagai bakteri Gram positif dan Gram negatif seperti Escherichia vulneris, Enterobcater sp, Helicobacter pylori, Staphylococcus aureus, Candida sp, Candida albicans, Candida glabrata, Candida tropicalis, Candida parapsilosis, Candida stellatoidea dan Candida krusei. Hipotesis terdahulu menyatakan bahwa monolaurin dan medium chain monoglycerides yang terdapat pada minyak kelapa memiliki kemampuan untuk mengubah dinding sel bakteri, berpenetrasi dan merusak membran sel, serta menghambat enzim yang terlibat pada produksi energi dan transfer nutrisi sehingga menyebabkan kematian sel bakteri.30

Hasil penelitian pada kelompok berkumur dengan Chlorhexidine 0,12% menunjukkan adanya penurunan rerata dan standar deviasi skor indeks gingiva yang signifikan sebelum berkumur Chlorhexidine 0,12% yaitu pada hari ke-0 dan sesudah berkumur Chlorhexidine 0,12% yaitu pada hari ke-10, begitu juga dengan skor indeks plak, OHIS dan IPPD. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Axelsson dan Lindhe telah membuktikan obat kumur Chlorhexidine efektif dalam mengurangi pembentukan plak dan gingivitis.11 Penelitian lain oleh Bae, dkk dan Santos menunjukkan Chlorhexidine sangat efektif mengurangi Streptococcus mutans yang terdapat pada plak.35 Hal ini sejalan dengan Leo dan Schiott yang menyatakan bahwa berkumur dengan Chlorhexidine 0,2% sebanyak 10 ml selama 1 menit mengurangi akumulasi plak. Penelitian dilakukan selama 22 hari. Penelitian yang sama dilakukan


(50)

40

oleh Flotra, dkk pada 50 tentara selama 4 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan akumulasi plak sebanyak 66% dan penurunan gingivitis sebesar 24%. Hal ini disebabkan Chlorhexidine mempunyai aktivitas antimikroba yang luas. Sebagai agen antimikroba, Chlorhexidine efektif melawan bakteri Gram positif dan Gram negatif.17 Chlorhexidine mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan luar membran sel bakteri dan menyebabkan perubahan intergritas membran sel bakteri. Chlorhexidine akan melekat pada membran fosfolipid lapisan dalam, sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran lapisan dalam dan pelepasan komponen berat molekul rendah seperti ion kalium dari sel.25 Chlorhexidine memiliki kemampuan menghambat perlekatan Porphyromonas gingivalis pada sel epitel.17

Adapun penelitian Lang dan Raber, menunjukkan bahwa berkumur dengan Chlorhexidine 0,1% sebanyak 30 ml setiap hari tidak mengurangi akumulasi plak dan gingivitis tetapi ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa Chlorhexidine 0,12% efektif dalam beberapa kasus. Hal ini sejalan dengan penelitian Cumming dan Loe yang memberi saran bahwa Chlorhexidine 0,1% harus digunakan sebanyak 50ml untuk mendapatkan dosis yang efektif. Hal ini mungkin karena setiap pasien mempunyai efek yang berbeda terhadap konsentrasi Chlorhexidine. Dosis Chlorhexidine harus ditetapkan secara individu dan Chlorhexidine dengan konsentrasi yang rendah boleh dikompensasi dengan menambah volume yang digunakan.36 Hal ini mungkin menjadi penyebab hasil penelitian ini menunjukkan minyak kelapa lebih efektif dari Chlorhexidine 0,12%.

Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan selisih rerata skor indeks gingiva, skor indeks plak, OHIS dan IPPD yang signifikan antara sebelum dan sesudah pada kelompok berkumur berkumur minyak kelapa dan kelompok berkumur Chlorhexidine 0,12 %. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa oil pulling dengan minyak kelapa lebih efektif dari Chlorhexidine 0,12% dalam mengurangi skor indeks gingiva, skor indeks plak, OHIS dan indeks IPPD. Hasil penelitian ini berbeda dari penelitian Asokan, dkk yang melakukan penelitian untuk mengevaluasi efek metode oil pulling menggunakan minyak wijen dibanding dengan Chlorhexidine 0,12%


(51)

41

terhadap gingivitis yang diinduksi plak dan total koloni bakteri Streptococcus mutans. Penelitian ini dilakukan selama 10 hari dan hasilnya menunjukkan adanya penurunan signifikan pada skor plak dan gingiva serta pada penurunan koloni bakteri Streptococcus mutans pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oil pulling dengan minyak wijen sama efektivitasnya dengan obat kumur Chlorhexidine dan direkomendasi untuk penggunaan kesehatan gigi dan mulut di India.11


(52)

42

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan yang signifikan pada rerata skor indeks plak, OHIS, IPPD dan indeks gingiva pada mahasiswa/i FKG USU antara sebelum dan sesudah berkumur dengan metode oil pulling menggunakan minyak kelapa.

2. Ada perbedaan yang signifikan pada rerata skor indeks plak, OHIS, IPPD dan indeks gingiva pada mahasiswa/i FKG USU antara sebelum dan sesudah berkumur dengan Chlorhexidine 0,12%.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih rerata skor indeks plak, OHIS, IPPD dan indeks gingiva pada mahasiswa FKG USU sebelum dan sesudah berkumur dengan metode oil pulling menggunakan minyak kelapa dan kelompok berkumur dengan Chlorhexidine 0,12%.

4. Berkumur dengan metode oil pulling menggunakan minyak kelapa lebih efektif dalam menurunkan skor indeks plak, OHIS, IPPD dan indeks gingiva dibandingkan dengan berkumur dengan Chlorhexidine 0,12%.


(53)

43

6.2Saran

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan jangka waktu penelitian yang lebih panjang.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti pengaruh berkumur dengan metode oil pulling menggunakan minyak kelapa terhadap mikroorganisme spesifik secara in-vitro dalam hubungannya dengan penurunan akumulasi plak dan inflamasi gingiva.


(54)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Dental

Plak dental adalah substansi yang berstruktur lunak, berwarna kuning ke abu-abuan dan melekat erat pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat. Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan saliva seperti mucin, sisa sel jaringan mulut, leukosit, limfosit dan sisa-sisa makanan serta bakteri.5,18

Pembentukan komunitas biofilm dimulai dengan interaksi bakteri dengan gigi, yang kemudian dilanjutkan oleh interaksi fisikal dan fisiologis antara berbagai spesies yang ada dalam massa mikroba.5 Populasi mikroba dalam plak sekitar 72-102 juta/mg setelah 24 jam dan meningkat menjadi 80-132 juta/mg setelah 3 hari.19 Bakteri yang menjadi pelopor dalam proses pembentukan plak antara lain Neisseria dan Streptococci yang didominasi oleh Streptococcus sanguis, Streptococcus oralis dan Streptococcus mitis. Ketiga Streptococcus tersebut termasuk dalam golongan Streptococcus alpha.18

Plak dental diklasifikasi atas plak supragingiva dan plak subgingiva berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi. Plak supragingiva berada pada koronal dan tepi gingiva. Plak subgingiva adalah plak yang lokasinya berada di apikal dari tepi gingiva, diantara gigi dengan jaringan yang mendindingi sulkus gingiva. Secara morfologis, plak supragingiva dapat dibedakan dengan plak subgingiva dimana plak supragingiva berkaitan dengan gigi dan plak subgingiva berkaitan dengan jaringan.5

2.1.1 Komposisi Plak Dental

Komposisi plak gigi bervariasi dari waktu ke waktu. Pelikel yang tersusun dari berbagai molekul yang berasal dari penjamu akan melapisi permukaan enamel dalam beberapa menit setelah pembersihan gigi, lapisan pelikel ini merupakan sumber reseptor yang akan dikenali oleh bakteri pembentuk koloni awal plak dan tiap


(55)

6

reseptor akan dikenali oleh organisme spesies tertentu dalam rongga mulut.20,21 Bakteri pertama yang melekat pada permukaan gigi adalah Streptococcus oralis,

Streptococcus Sanguinius, Neisseria dan Haemophilus sp serta Actinomyces

naeslundii. Bakteri ini terisolasi dari permukaan gigi dalam waktu 60 menit setelah pembersihan gigi.20

Komunitas bakteri subgingiva memiliki keragaman spesies yang paling besar dan merupakan kumpulan organisme patogenik yang paling banyak menyebabkan kerusakan jaringan periodontal sedangkan flora plak supragingiva bersifat anaerob dan umumnya berbentuk batang berpigmen seperti Prevotella sp. dan Fusobacterium

sp. yang semakin bertambah apabila akumulasi plak meningkat dan climax

community. 20,21

Salah satu bakteri utama dan paling interaktif dari semua bakteri yang terdapat dalam plak gigi adalah Fusobacterium nucleatum. Bakteri ini membentuk koloni dengan bakteri lain yang bertindak sebagai nukleus dalam pembentukan plak.20

Fusobacterium nucleatum bersama bakteri T.denticola dan P.gingivalis

berkoagregasi dengan bakteri pembentuk koloni awal maupun lanjut, dimana Fusobacterium nucleatum berperan sebagai jembatan penghubung antara bakteri pembentuk koloni awal dan lanjut. 21

2.1.2 Mekanisme Pembentukan Plak Dental

Proses pembentukan plak bermula dengan pembentukan satu lapisan tipis pada permukaan gigi yang disebut pelikel atau acquired pellicle. Pada 0-4 jam terbentuk kolonisasi bakteri pada pelikel tersebut. Spesies bakteri yang menjadi pionir pada tahap ini adalah Streptococcus oralis, Streptococcus mitis, Streptococcus sanguis, Actinomyces dan bakteri Gram negatif. Pada 4 hingga 24 jam seterusnya terjadi perkembangbiakan bakteri dan terbentuk microcolonies. Pada 1 hingga 14 hari plak yang didominasi oleh Streptococcus menjadi plak yang didominasi oleh Actinomyces. Hal ini dinamakan microbial succession. Kemudian terjadi kolonisasi sekunder akibat interaksi antara bakteri dalam pelikel dengan bakteri lain yang


(56)

7

terdapat pada rongga mulut, yang menyebabkan meningkatnya diversitas spesies bakteri dimana pada akhirnya terjadi maturasi plak pada gigi .8

2.2 Gingivitis

Gingivitis merupakan suatu peradangan pada gingiva. Pada pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva, pembengkakan dengan tingkat yang bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk gingiva.22

Gingivitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu lesi gingiva yang bukan diinduksi plak dan gingivitis diinduksi plak. Lesi gingiva yang bukan diinduksi plak terjadi apabila terjadi respon inflamasi terhadap beberapa bakteri spesifik, virus, jamur, manifestasi penyakit sistemik, reaksi alergi, lesi traumatik, dan reaksi terhadap benda asing. Gingivitis diinduksi plak merupakan gingivitis yang terjadi tanpa atau dengan kontribusi faktor lokal lain. The 1999 International Workshop for the Classification of Periodontal Disease and Conditions mengklasifikasikan penyakit gingiva menjadi 4 yaitu: 23

1. Gingivitis yang berhubungan hanya dengan plak dental a) Dengan atau tanpa faktor lokal

2. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh keadaan sistemik

a) Adanya perubahan endokrin yang berkaitan dengan masa puber, siklus menstruasi, kehamilan dan Diabetes Mellitus (DM)

b) Adanya perubahan diskrasia darah yang berkaitan dengan leukimia dan lain-lain

3. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh medikasi a) Pembesaran gingiva dipengaruhi oleh obat 4. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi

a) Gingivitis berkaitan dengan defisiensi ascorbic acid


(57)

8

2.2.1 Patogenesis Gingivitis

Inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan menyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi. Hal ini disebabkan akumulasi plak dalam jumlah sangat besar di daerah interdental. Secara histopatologi gingivitis sampai periodontitis terjadi dalam beberapa tahap dimulai dengan tahap inisial, tahap dini, dan tahap mantap.24

2.2.1.1 Tahap Inisial

Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil disebelah apikal dari epitelium jungsional. Pembuluh darah ini mulai terputus dan kolagen perivaskuler mulai menghilang, digantikan dengan beberapa sel inflamasi, sel plasma dan limfosit terutama limfosit T, cairan jaringan serta protein serum.

Secara klinis, respon awal gingiva terhadap bakteri plak ini tidak kelihatan. Namun, secara mikroskopik, beberapa ciri klasik inflamasi akut dapat dilihat pada jaringan ikat dibawah epitel jungsional yakni pelebaran pembuluh darah kapiler dan vena, perlekatan neutrofil terhadap dinding pembuluh yang terjadi dalam 1 minggu dan terkadang lebih cepat 2 hari setelah plak terakumulasi,kemudian leukosit PMN meninggalkan pembuluh darah kapiler dengan bermigrasi melewati dinding pembuluh darah.

Pada tahap awal perubahan juga dapat terdeteksi dalam epitel jungsional dan jaringan ikat, karena limfosit terakumulasi dan terjadi peningkatan pada migrasi leukosit serta akumulasi sampai pada sulkus gingiva sehingga terjadi peningkatan cairan sulkus gingiva.22,24

2.2.1.2 Tahap Dini

Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi Polymorphonuclear Neutrophils (PMN). Perubahan yang terjadi baik pada epitelium


(58)

9

jungsional maupun pada epitelium krevikular merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa proliferasi dari sel basal.22,24

2.2.1.3 Tahap Mantap

Pada tahapan lanjut dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah, dimana perubahan mikroskopik terus berlanjut. Pada tahap ini sel-sel plasma terlihat lebih mendominasi, dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap ini sel mast dan limfosit masih dapat ditemukan. Secara klinis gingiva berwarna merah, bengkak, dan mudah berdarah.22,24

2.3 Gambaran Klinis Gingivitis 2.3.1 Perdarahan gingiva

Perdarahan saat probing merupakan tanda yang paling awal muncul untuk diagnosis gingivitis sebelum tanda – tanda lain. Selain itu, perdarahan saat probing lebih objektif untuk menegakkan diagnosis. Faktor etiologi pendarahan saat probing terbagi pada dua yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Perdarahan gingiva terjadi karena faktor lokal seperti retensi plak dan kalkulus pada gigi. Perdarahan juga dipengaruhi oleh trauma mekanik seperti menyikat gigi, impaksi makanan, atau dengan menggigit makanan yang keras seperti apel. Makanan yang panas dan mengandung bahan kimia juga dapat meningkatkan kemudahan gingiva untuk berdarah. Perdarahan gingiva karena faktor sistemik dapat disebabkan oleh pelbagai penyakit sistemik seperti penyakit hemoragik termasuk defisiensi vitamin C, defisiensi vitamin K, platelet disorder (thrombocytopenic purpura), hypoprothrombinemia, dan lain lain. Konsumsi obat obatan juga dapat memengaruhi perdarahan gingiva.22 Gambar 1 menunjukkan perdarahan waktu probing.4


(59)

10

Gambar 1. Perdarahan waktu probing. A. Gingivitis ringan, prob diletakkan pada sulkus gingiva.

B. Perdarahan terjadi seteleh beberapa detik.4

2.3.2 Perubahan Warna Gingiva

Gingiva normal berwarna pink koral yang dimunculkan oleh vaskularisasi dan dimodifikasi dengan lapisan epithel. Pada saat gingiva berwarna merah berarti ada peningkatan vaskularisasi atau terjadi penipisan lapisan keratin epitel, sebaliknya jika warnanya pucat, berarti terjadi penurunan vaskularisasi atau penebalan lapisan keratin epitel. Pada inflamasi kronis warna yang dimunculkan adalah merah atau merah kebiruan. Warna merah berasal dari peningkatan vaskularisasi dan penipisan lapisan keratin, sedangkan warna kebiruan berasal dari vena. Perubahan warna berawal dari papila interdental, menuju marginal gingiva dan sampai ke attached gingiva.22

2.3.3 Perubahan Konsistensi Gingiva

Kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada kondisi gingivitis kronis terjadi perubahan destruktif atau edema dan reparatif atau fibrous secara bersamaan serta konsistensi gingiva ditentukan berdasarkan kondisi yang dominan.22

2.3.4 Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva

Tekstur permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa disebut sebagai stippling. Tekstur permukaan gingiva ketika terjadi peradangan kronis adalah halus, mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh atropi epitel.22


(60)

11

2.3.5 Perubahan Kontur Gingiva

Pada jaringan yang terinflamasi, gingiva bebas yang awalnya datar mengalami pembengkakan dikarenakan edema jaringan pada leher gigi. Selain itu, papilla interdental dapat berubah bentuk menjadi bulbous atau blunted.22

2.3.6 Perubahan Posisi Gingiva

Biasanya gingiva normal berlekatan pada cementoenamel junction. Perubahan posisi margin gingiva ke arah koronal dapat menjadi salah satu tanda klinis gingivitis.22

2.4 Obat kumur

Pemakaian obat kumur bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri karena berfungsi sebagai antiseptik.6 Obat kumur bermanfaat sebagai penyegar mulut dan pernafasan, membersihkan, penghilang bau mulut dan sebagai pengobatan untuk perawatan penyakit pada mukosa atau gingiva, pencegah karies gigi, penghambatan pembentukan plak dan gingivitis. Kelebihan dari pemakaian obat kumur adalah dapat menjangkau daerah yang paling sulit dibersihkan dengan sikat gigi. 25 Obat kumur memiliki efek mekanik yang didapat dari gerakan kumur. Saat berkumur, otot-otot pipi akan digerakkan sehingga bahan kumur tersebut secara mekanis melepaskan partikel-partikel debris yang banyak mengandung bakteri. 18

Obat kumur yang ideal harus dapat mengeliminasi mikroorganisme patogen, mencegah perkembangan resistensi bakteri, aman terhadap jaringan mulut pada konsentrasi yang direkomendasikan, mengurangi pembentukan plak dan gingivitis secara signifikan, tidak mempunyai stain, rasa yang dapat berubah, dan tidak mempunyai efek yang merugikan gigi.8,24

Berdasarkan bahan aktifnya, obat kumur dapat dikelompokkan menjadi Bisguanide Antiseptic, Quaternary Ammonium Compounds, Detergents, Essential Oil, Phenols, Metal Salts, Enzymes, Oxygenating Agents, Flourides, Amino Alcohol, Iodine, Chlorine Compounds, Natural Products dan lain-lain.6,25


(61)

12

2.4.1 Chlorhexidine

Chlorhexidine dikembangkan oleh Imperial Chemical Industry, Inggris pada tahun 1940-an dan dipasarkan pada tahun 1954 sebagai antiseptik untuk luka kulit. Daya penghambatan plak pertama kali diselidik oleh Schroeder pada tahun 1969, tetapi studi definitif dilakukan oleh Loe dan Schiott pada tahun 1970.26 Chlorhexidine merupakan antiseptik golongan bisguanida yang bersifat bakterisid dan menyerang bakteri-bakteri Gram positif, Gram negatif, bakteri ragi, jamur, protozoa, alga dan virus. 24 Chlorhexidine tersedia dalam tiga bentuk yaitu, diglukonat yang paling sering digunakan dan larut dalam air, asetat yang larut dalam air, dan garam hidroklorida yang dapat larut dalam air yang sedikit.Bila dibandingkan dengan obat kumur lain, Chlorhexidine ternyata lebih efektif untuk menurunkan terjadinya akumulasi plak.26 Selain itu, terbukti Chlorhexidine dapat mengurangi perlekatan Phorphyromonas gingivalis pada sel-sel epitel. Chlorhexidine lebih efektif menghambat pembentukan plak pada gigi yang bersih dari mengurangkan plak yang sudah terbentuk .24

Chlorhexidine juga tidak dilaporkan dapat membentuk substansi karsinogenik. Chlorhexidine sangat sedikit diserap oleh saluran gastrointestinal, oleh karena itu Chlorhexidine memiliki toksisitas yang rendah.24 Namun demikian, Chlorhexidine memberikan efek samping berupa rasa yang tidak enak, mengganggu sensasi rasa, dan menghasilkan warna coklat pada gigi yang susah untuk dihilangkan.23,24,25,26 Hal ini juga dapat terjadi pada mukosa membran dan lidah yang dihubungkan dengan pengendapan faktor diet chromogenic pada gigi dan membran mukosa. Efek negatif lain yang dikeluhkan oleh pasien pengguna Chlorhexidine adalah terjadi erosi pada mukosa dan inflamasi pada kelenjar parotid.24

Penggunaan jangka panjang dari Chlorhexidine sebaiknya dilarang pada pasien dengan keadaan periodontal yang normal. Chlorhexidine digunakan dalam jangka waktu yang pendek hingga dua minggu ketika prosedur oral hygiene sulit atau tidak mungkin dilakukan seperti pada infeksi rongga mulut akut, dan setelah prosedur bedah periodontal.24


(62)

13

2.4.2 Mekanisme Aksi Obat Kumur Chlorhexidine

Chlorhexidine mempunyai aktivitas antimikroba yang luas. Chlorhexidine efektif terhadap bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif, jamur, dermatofit dan beberapa virus lipofilik. Bagian kation Chlorhexidine akan melekat pada senyawa anion seperti golongan sulfat bebas, karboksil, golongan fosfat dari pelikel dan glikoprotein saliva. Chlorhexidine mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan yang bermuatan negatif seperti dinding bakteri dan senyawa fosfat. Mekanisme kerja Chlorhexidine sebagai antibakteri adalah dengan perlekatannya pada permukaan luar membran sel bakteri dan menyebabkan perubahan intergritas membrane sel bakteri. Chlorhexidine akan melekat pada membran fosfolipid lapisan dalam, sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran lapisan dalam dan pelepasan komponen berat molekul rendah seperti ion kalium dari sel.25

2.5 Metode Oil Pulling

Oil pulling merupakan prosedur yang direkomendasikan secara luas dalam Ayurveda. Jenis spesifik dari oil pulling yang disebut “Roopana Gandoosha” telah disebutkan dalam Ashtanga Sangraha dan dikatakan mempunyai banyak keuntungan pada gigi.13 Oil pulling adalah salah satu metode preventif yang melibatkan penggunaan minyak murni sebagai agen antibakteri untuk menghambat bakteri, jamur dan organisme lain dari mulut, gigi, gusi dan tenggorokan.27 Oil pulling telah digunakan secara luas sebagai obat tradisional India selama bertahun-tahun untuk mencegah karies, halitosis, gusi berdarah, tenggorokan yang kering, dan untuk memperkuat gigi, gusi, dan rahang. Terapi oil pulling dapat dilakukan dengan menggunakan minyak nabati seperti minyak kelapa, minyak bunga matahari, minyak wijen, minyak zaitun dan lain-lain.16,27 Terapi ini adalah teknik Ayurvedic yang memiliki sifat detoksifikasi yang kuat dan sangat popular sebagai pelengkap dan menjadi obat alternatif untuk berbagai masalah kesehatan. 27


(63)

14

2.5.1 Prosedur Berkumur dengan Metode Oil Pulling

Oil pulling dilakukan di pagi hari sebelum sarapan, pada waktu perut kosong. Sesendok makan minyak dihisap dan ditarik melalui gigi-gigi selama 10 hingga 15 menit. Angkat dagu sedikit, tutup mata dan berkumur bergantian arah dari kiri ke kanan, depan ke belakang dan sebaliknya. Minyak dikumur sehingga konsistensinya mengubah dari kental menjadi tipis dan bewarna putih susu. Kemudian minyak tersebut dibuang dari mulut dan diikuti dengan tindakan menyikat gigi dan membilas dengan air. Minyak tidak boleh ditelan selama dan selepas berkumur karena mengandung bakteri dan toksin. 11,29

Beberapa instruksi yang harus diikuti selama melakukan terapi oil pulling ini antaranya untuk anak berusia 5- 15 tahun diberi sesendok teh penuh minyak untuk melakukan terapi ini.11 Selain itu, prosedur ini dapat dilakukan tiga kali sehari pada kasus penyakit akut. Terapi ini dapat dilakukan bahkan selama kehamilan dan menstruasi.29

2.5.2 Manfaat Oil Pulling

Oil pulling memiliki beberapa keuntungan lebih dari obat kumur tersedia secara komersial seperti Chlorhexidine. Antara keuntungannya adalah tidak menyebabkan stain pada permukaan gigi, tidak meninggalkan sensasi rasa yang tidak menyenangkan, dan tidak menyebabkan reaksi alergi. Minyak nabati yang digunakan untuk terapi ini lebih murah daripada obat kumur yang tersedia secara komersial, mudah didapatkan dan juga tersedia dalam rumah tangga .29,30

Oil pulling memiliki manfaat terhadap kesehatan sistemik maupun rongga mulut. Terapi oil pulling dipercaya dapat mencegah dan menyembuhkan kurang lebih 30 penyakit sistemik.13 Pada kesehatan rongga mulut, terapi oil pulling dipercaya dapat menjadikan gigi menjadi putih, gusi lebih merah jambu dan kelihatan sehat, napas lebih segar dan mencegah bau mulut, plak, gingivitis, karies gigi serta penyembuhan infeksi dalam rongga mulut.27


(64)

15

2.5.3 Jenis Minyak yang Digunakan pada Metode Oil Pulling

Oil pulling merupakan metode sederhana, tidak berbahaya dan murah. Oil

pulling hanya membutuhkan sesendok minyak sayur. Oil pulling dapat dilakukan

dengan menggunakan minyak nabati, diantaranya : 31 1. Minyak wijen

Minyak wijen mengandung polysaturated fat dengan konsentrasi yang tinggi dan merupakan sumber vitamin E yang baik.31

2. Minyak bunga matahari

Minyak bunga matahari juga efektif digunakan. Minyak ini memiliki lemak jenuh dengan konsentrasi rendah dan vitamin E yang tinggi.31

3. Minyak kelapa.

Komposisi predominan minyak kelapa adalah medium chain fatty acid. Minyak kelapa mengandung 92% asam lemak jenuh dan sekitar 50% dari itu adalah asam laurat.27 Asam laurat terbukti bersifat antimikroba dan antiinflamasi.17

2.6 Minyak Kelapa

Minyak kelapa pada umumnya dibagi menjadi dua kategori utama yaitu Refined, Bleached and Deodorized (RBD) dan Virgin. Penyebabnya adalah proses pembuatan dan pemilihan buahnya yang memengaruhi kualitas, penampakan, rasa, bau dan tentu saja khasiatnya. Perbedaan proses pembuatan ini sangat mencolok dan berbeda nyata. RBD merupakan minyak yang disuling, dikelantang dan dihilangkan baunya. RBD terbuat dari kopra yaitu daging kelapa yang dijemur matahari atau diasapi.32 Kemudian dilakukan proses pengepresan untuk mendapatkan ekstrak minyak kelapa. Minyak kelapa ini perlu dilakukan proses penyulingan (refining), pemutihan (bleaching) dan penghilangan bau (deodorizing) agar dapat dikonsumsi.33 Virgin bisa diartikan masih murni atau perawan.32 Minyak kelapa virgin terbuat dari santan dari daging kelapa dan dipanaskan untuk memisahkan minyak dari bagian yang mengemulsinya. Cara lain untuk mendapatkan minyak kelapa virgin adalah secara fermentasi.34


(65)

16

2.7 Mekanisme Aksi Berkumur dengan Metode Oil Pulling

Menggunakan Minyak Kelapa

Dalam metode oil pulling ini, aksi mekanisme minyak kelapa masih belum jelas namun telah diusulkan bahwa viskositas minyak dapat menghambat adhesi bakteri dan koaggregasi plak. Mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah proses saponifikasi yaitu proses yang terjadi sebagai akibat dari hidrolisis alkali minyak oleh bikarbonat dalam saliva .27

Cocus nucifera atau kelapa merupakan tanaman yang berguna dalam kehidupan manusia. Salah satu produk kelapa yaitu minyak kelapa murni telah digunakan di beberapa negara sebagai bahan pengobatan tradisional.18 Minyak kelapa berpotensi sebagai antivirus, antibakteri serta mikroorganisme yang lain. Selain itu, berpotensi meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi nyeri dan kelelahan, mengatasi masalah kulit, mencegah osteoporosis, penyakit jantung, arteriosclerosis dan mengurangi gejala pada penyakit diabetes.3

Kandungan minyak kelapa antara lain Medium Chain Fatty Acids (MCFA) dengan sebagian besar komposisinya berupa antimikroba yang paten, seperti asam laurat yang setara dengan air susu ibu yang kadarnya 50%, asam kaprilat dengan kadarnya 7%, serta asam kaprat yang kadarnya 7%, dan asam kaproat yang kadarnya 5%. 3

Daya antimikroba minyak kelapa terhadap mikrooorganisme ditentukan oleh kadar asam laurat dan asam kaprat.3 Manfaat asam laurat yang merupakan kandungan terbesar dalam minyak kelapa antara lainnya dapat membunuh berbagai mikroorganisme yang membran selnya mengandung lemak, antara lain bakteri Gram positif dan Gram negatif seperti Escherichia vulneris, Enterobcater sp, Helicobacter pylori, Staphylococcus aureus, Candida albicans, Candida glabrata, Candida tropicali, Candida parapsilosis, Candida stellatoidea dan Candida krusei.27 Selain itu, asam laurat merupakan MCFA yang memiliki efek antimikroba yang terbesar dan dapat berubah menjadi monolaurin pada tubuh hewan atau manusia serta bersifat antivirus, antibakteria dan antiprotozoa. Monolaurin dapat membunuh bakteri dan virus dengan cara melarutkan membran lipid pada bakteri dan virus, sehingga


(66)

17

mengalami disintegrasi yang akan menyebabkan kematian bakteri dan virus.18 Kandungan senyawa inilah diduga dapat menurunkan indeks peradangan gingiva. 3


(1)

vi DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental ... 5

2.1.1 Komposisi Plak Dental ... 5

2.1.2 Mekanisme Pembentukan Plak Dental ... 6

2.2 Gingivitis ... 7

2.2.1 Patogenesis Gingivitis ... 8

2.2.1.1 Lesi Awal ... 8

2.2.1.2 Gingivitis Tahap Awal ... 8

2.2.1.3 Gingivitis Tahap Lanjut ... 9

2.3 Gambaran Klinis Gingivitis ... 9

2.3.1 Perdarahan Gingiva ... 9

2.3.2 Perubahan Warna Gingiva ... 10

2.3.3 Perubahan Konsistensi Gingiva ... 10

2.3.4 Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva ... 10

2.3.5 Perubahan Kontur Gingiva ... 11


(2)

vii

2.4 Obat Kumur ... 11

2.4.1 Chlorhexidine ... 12

2.4.2 Mekanisme Aksi Obat Kumur Chlorhexidine ... 13

2.5 Metode Oil Pulling ... 14

2.5.1 Prosedur Berkumur dengan Metode Oil Pulling ... 14

2.5.2 Manfaat Oil Pulling ... 14

2.5.3 Jenis Minyak yang Digunakan pada Metode Oil Pulling .... 15

2.6 Minyak kelapa ... 15

2.7 Mekanisme Aksi Berkumur dengan Metode Oil Pulling Menggunakan Minyak Kelapa ... 16

2.8 Kerangka Teori... 18

2.9 Kerangka Konsep ... 19

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.1.1 Jenis Penelitian ... 20

3.1.2 Rancangan Penelitian ... 20

3.2 Tempat dan Waktu Penelitan ... 20

3.2.1 Tempat Penelitian ... 20

3.2.2 Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 21

3.3.3 Besar Sampel ... 22

3.4 Variabel Penelitian ... 22

3.4.1 Variabel Tercoba ... 22

3.4.2 Variabel Tergantung ... 22

3.4.3 Variabel Terkendali ... 23

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali ... 23

3.5 Definisi Operasional... 23

3.6 Alat dan Bahan Penelitian ... 28

3.6.1 Alat Penelitian ... 28

3.6.2 Bahan Penelitian ... 28

3.7 Prosedur Penelitian... 29

3.8 Alur Penelitian ... 31

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 32

3.9.1 Pengolahan Data ... 32

3.9.2 Analisis Data ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 33

4.2 Hasil Pemeriksaan Skor Indeks Plak ... 33

4.3 Hasil Pemeriksaan Skor OHIS ... 34

4.4 Hasil Pemeriksaan Skor IPPD ... 35


(3)

viii

BAB 5 PEMBAHASAN ... 38 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 42 6.2 Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN


(4)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kriteria skor Indeks Plak ... 24

2 Kriteria skor Indeks Gingiva ... 25

3 Kriteria penilaian terhadap Debris ... 26

4 Kriteria penilaian terhadap Kalkulus ... 27

5 Kriteria Perdarahan Papila Dimodifikasi ... 28

6 Data demografis subjek penelitian berdasarkan umur dan jenis kelamin ... 33

7 Hasil analisis statistik indeks plak hari ke-0 dan hari ke-10 kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 ... 34

8 Hasil analisis statistik perbedaan selisih rerata skor indeks plak kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 ... 34

9 Hasil analisis statistik skor OHIS hari ke-0 dan hari ke-10 kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 ... 35

10 Hasil analisis statistik perbedaan selisih rerata skor OHIS kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2. ... 35

11 Hasil analisis statistik skor IPPD hari ke-0 dan hari ke-10 kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 ... 36

12 Hasil analisis statistik perbedaan selisih rerata skor IPPD kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 ... 36

13 Hasil analisis statistik skor indeks gingiva hari ke-0 dan hari ke-10 kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 ... 37

14 Hasil analisis statistik perbedaan selisih rerata skor indeks gingiva pada kelompok Perlakuan 1 dan kelompok Perlakuan 2 ... 37


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Perdarahan waktu probing ... 10 2 Minyak Kelapa ... 29 3 Chlorhexidine 0,12%... 29


(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner penelitian

2. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

3. Lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent) 4. Rencana anggaran penelitian

5. Jadwal kegiatan penyusunan skripsi 6. Ethical clearance