Strategi Orangtua Tunggal dalam Mengasuh Anak di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat beberapa wadah kegiatan atau aktivitas
manusia yang mengatur perilaku manusia dalam seluruh aspek kehidupan baik individu
dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.Wadah sebagai
tempat manusia beraktivitas dan hidup bersama inilah yang disebut sebagai lembaga atau
institusi.Lembaga bermanfaat bagi manusia sebagai pengawas atas konsekuensi hidup orang
banyak, menjaga kelangsungan stabilitas sosial dan menjalankan peran sesuai dengan
keinginan individu.Lembaga yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari– hari adalah
lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga agama, lembaga ekonomi dan lembaga
pemerintahan.
Disetiap kehidupan seseorang pasti memiliki kehidupan yang selalu berhubungan dengan
keluarga.Keluarga merupakan orang-orang penting yang selalu ada dalam kehidupan
seseorang.Keluarga merupakan kelompok yang mengidentifikasi diri dengan anggotanya
terdiri dari dua individu atau lebih, diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi
sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai keluarga.Keluarga adalah
kelompok sosial terkecil yang timbul akibat adanya perkawinan.Perkawinan adalah suatu
kesatuan antara seorang laki - laki atau lebih dengan seorang perempuan atau lebih dalam
hubungannya dengan suami istri yang dijamin oleh hukum.

Keluarga merupakan susunan kelembagaan yang terbentuk atas dasar hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.Dalam Undang-Undang nomor 10 tahun
1992 berbunyi “Keluarga adalah unit terkecil terdiri dari suami istri atau suami istri dan
anaknya yang merupakan prasyarat mutlak bagi kelangsungan suatu masyarakat, karena
1
Universitas Sumatera Utara

dalam keluarga tercipta generasi yang baru yang memilki pendidikan nilai–nilai dan norma–
norma dalam hidup bermasyarakat”. Manusia mendapat pendidikan dari keluarga mulai dari
cara ia berbicara, bertindak dan berpikir sehingga dalam keluarga tempat sosialisasi primer
dan yang paling utama, karena dalam keluarga proses memanusiakan manusia terjadi.
Menurut M. Djawad Dahlan (2004 : 39-41), fungsi dasar dari keluarga adalah
memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang
baik antara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih didalam keluarga tidak hanya sebatas
perasaan, akan tetapi juga menyangkut dengan pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian,
pemahaman, respect, dan keinginan untuk menumbuh kembangkan anak yang dicintainya.
Keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak harmonis, penuh konflik atau
gapcommunication, dapat mengembangkan masalah- masalah kesehatan mental. Biladilihat
dari sudut pandang psikologis maka keluarga befungsi sebagai:
1. Pemberi rasa aman bagi anak maupun anggota keluarga yang lainnya

2. Pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis
3. Sumber kasih sayang
4. Memberikan bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap
tepat
5. Pembentuk

anak

dalam

memecahkan

masalah

yang

dihadapinya

dalam


rangkamenyesuaikan diri dengan lingkungan
6. Simulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik
disekolah maupun di masyarakat
7. Sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk
mendapatkan teman diluar rumah.
Orangtua Tunggal adalah keluarga yang mana hanya ada satu orang tua tunggal, hanya
ayah atau ibu saja.Keluarga yang terbentuk biasa terjadi pada keluarga sah secara hukum
2
Universitas Sumatera Utara

maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum agama maupun hukum
pemerintah. Keluarga Orangtua tunggal ini dapat terjadi oleh berbagai faktor seperti
perceraian antara ayah dan ibu serta kematian diantara ayah atau ibu yang nantinya akan
menuntut salah satu orang tua, ayah atau ibu menjadi orang tua tunggal. Menjadi orang tua
tunggal tidaklah mudah karena pada saat yang bersamaan ia berperan ganda dalam keluarga
dan mereka akan selalu dihadapkan oleh berbagai masalah internal maupun masalah eksternal
yang akan mempengaruhi kehidupan rumah tangga.
Masalah eksternal lebih sering datang dari masyarakat atau lingkungan tempat
orangtua tunggaltinggal. Masyarakat akan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang
orangtua tunggal. Sedangkan masalah internal Orangtua tunggal berasal dari lingkungan

keluarga dan anak-anaknya.Orangtua tunggal harus dapat memberikan pengertian, lebih
sabar,

dan

tegar

dalam

menghadapi

masalah

dalam

keluarganya.Seiring

dengan

perkembangan zaman masalah juga terdapat pada benturan ekonomi, status sosial atau

semakin tingginya biaya pendidikan anak.Kondisi yang memiliki tanggung jawab penuh
dalam pengasuhan anak dan pemenuhan kebutuhan ekonomi.Single parent seringkali
bermasalah namun hal ini bukannya dikarenakan tidak adanya keberadaan ayah atau ibu
namun lebih pada masalah dalam memenuhi kebutuhan hidup yang kini hanya dibebankan
salah satu orang saja. Maka dari itu tersirat bahwa pada keluarga yang memiliki ibu sebagai
orang tua tunggal akan memunculkan permasalahan di bidang finansial karena perempuan
kerap kali memiliki akses lapangan pekerjaan yang terbatas dalam dunia kerja dan
masyarakat. Sebagai contoh masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan seorang ibu akan
teknologi yang memungkinkan adanya lapangan pekerjaan dan juga ruang gerak yang sempit
akibat adanya kewajiban yang harus dipenuhi yaitu mengasuh anak.
Orang tua tunggal dituntut untuk bekerja ekstra dalam melakukan kegiatan, bekerja
ataupun yang lainnya didalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari untuk menjalankan
3
Universitas Sumatera Utara

fungsinya, karena Orangtua tunggal harus berjuang sendiri didalam kehidupannya.Orangtua
tunggal mempunyai dua kedudukan atau fungsi sekaligus dalam keluarganya yaitu berperan
sebagai ayah sebagai tulang punggung keluarga dan sebagai seorang ibu. Tentu didalam
manjalankan kedua fungsinya akan mempunyai dua sikap yaitu pertama sebagai perempuan
(ibu), dan yang kedua sebagai laki-laki (ayah). Dengan kata lain ibu atau ayah yang berperan

ganda harus mampu menjalankan tugas sebagai kepala rumah tangga, guru dan suri tauladan
serta tempat perlindungan yang aman bagi anak-anaknya.

Orangtua tunggal biasanya lebih merasa tertekan daripada orangtua utuh dalam
kekompetenan sebagai orangtua.Kekompeten orangtua ini nantinya dapat berpengaruh pada
bagaimana si orangtua mengasuh anaknya. Orangtua tunggal yang tidak mempunyai
pasangan untuk tempat berbagi dalam mendidik dan membesarkan anak akan berpengaruh
dalam perkembangan psikologis anak. Menjadi seorang orangtua merupakan tanggung jawab
yang sangat penting. Sosok orangtua yang membentuk masa depan anak, bahkan masyarakat.
Dapat dikatakan demikian karena anak adalah tumpuan harapan bagi orangtua dalam
kehidupan
keluarga didalam lingkup kecil dan merupakan aset bangsa dalam ruang lingkup yang lebih
luas dimasa yang akan datang. Ketika seorang anak kehilangan sosok ayah atau ibunya, ia
akan merasakan kesedihan yang begitu mendalam merasa putus asa, gusar, bahkan dapat
melakukan berbagai tindakan kasar. Rasa sesal dan sedih ini tergantung pada tingkat
pengetahuan dan keimanan masing-masing individu.Semakin erat dan hubungan seorang anak
dengan ayah atau ibunya, semakin besar pula kesedihan dan penderitaannya. Jika hal yang
sedemikian rupa dibiarkan dan tidak adanya usaha untuk menenangkan dan menyembuhkan
luka hatinya, maka si anak akan mengalami kelainan jiwa, depresi, bahkan akan melakukan
tindakan menyimpang. Disinilah seorang ibu atau ayah diperlukan dalam membimbing,

4
Universitas Sumatera Utara

mendidik, mengarahkan dan berperan ganda sebagai sosok seorang ayah dan seorang ibu.
Di Indonesia pembagian tugas dalam keluarga atas perbedaan seksual masih berlaku,
dimana kebanyakan wanita hanya bekerja di dalam rumah untuk memasak dan mengurus
anak namun seiring dengan perubahan zaman banyak juga wanita yang kini bekerja di luar
rumah dan tetap melaksanakan tugasnya dalam urusan domestik rumah tangga, sehingga ia
akan memiliki beban ganda, sedangkan laki–laki bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah
dan bertanggung jawab penuh ataskehidupan ekonomi keluarganya. Menurut Arief Budiman
(1982:16)menyebutkan,
Teori Fungsionalis menganggap bahwa keserasian (harmoni) dalammasyarakat adalah
sesuatu yang terberi secara wajar.Keserasian itu juga perlu dan berguna bagi keseluruhan
masyarakat itu sendiri.Keluarga inti dengan pembagian kerjanya yang didasarkan pada
perbedaan seksual merupakan tonggak penopang bagi keserasian masyarakat tersebut.
Keberadaan ayah juga sangat penting bagi kehidupan anak dan sosialisasinya akan
tidak lengkap apabila tokoh ayah tidak ada dalam sebuah keluarga, hal ini sesuai apa yang
diutarakan oleh Ross de Parke dalam Dagun, Save. M (2002:12)bahwa faktor biologis yang
membedakan peranan ayah dan ibu di dalam keluarga, yang menempatkan ayah sebagai tokoh
sekunder dalam mendidik anak sedang ibu mendapat posisi yang tinggi dalam perkembangan

anak kini tidak dapat diterima lagi karena tokoh ayah tetap menempati posisi yang penting
dalam pengasuhan dan perkembangan anak. Seorang wanita tanpa suami tidaklah bertugas
mencari seorang sosok ayah yang baru karena bagaimanapun peran dan tokoh ayah tidak
dapat tergantikan oleh orang lain, tugas ibu adalah menciptakan suasana keluarga yang wajar
dan menyesuaikan diri dengan keadaan keluarga yang baru tanpa ayah.

Berubahnya peran perempuan baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat
akan peran dan statusnnya yang baru yakni sebagai seorang kepala keluarga. Banyak ibu
5
Universitas Sumatera Utara

sebagai kepala rumah tangga yang tidak hanya berdiam diri di rumah namun terdorong untuk
bekerja di luar rumah bahkan mencari tambahan sumber penghasilan lain sehingga terbukti
bahwa semakin banyak perempuan yang bekerja di luar sektor rumah tangga, sehingga dapat
mengaktualisasikan dirinya baik dalam urusan domesetik maupun ke luar (publik). Di sisi lain
mereka yang dulunya tidak bekerja menjadi daya dorong untuk bekerja keluar rumah semakin
meningkat. Masuknya perempuan dalam dunia kerja tidak hanya dirasakan sebagai beban
namun lebih ditekankan pada penyesuaian diri dan aktualisasi diri yang menimbulkan
kebanggaan tersendiri bagi dirinya.
Perempuan sebagai orang tua tunggal memiliki posisi yang penting dalam keluarga,

hal ini justru menunjukkan kelebihan tersendiri karena selain ia tetap mengurus urusan
domestik rumah tangga, ibu juga terus meningkatkan kualitas hidup diri dan keluarga melalui
bekerja di luar rumah. Apabila perpisahan dalam keluarga baik kematian, perceraian, sakit
dan perpisahan akibat perang, penyakit dan bencana alam tidak dapat dihindarkan, dapat kita
lihat bahwa banyak ibu yang terus mempertahankan hidupnya dan menyesuaikan diri dalam
keadaannya sebagai orang tua tunggal tanpa ada suami disampingnya.Perubahan peran dari
istri menjadi janda dan berperan sebagai ibu sekaligus ayah yang merawat dan mendidik
anak–anaknya serta mencari nafkah keluarga.Keadaan demikian tidak berarti menyurutkan
semangat kaum perempuan yakni ibu untuk berdiam diri meratapi nasib, namun harus tetap
menjadi pemacu untuk meningkatkan kemampuan, kembali menata kehidupan keluarga
secara harmonis.Ada tiga peran yang tetap harus dipegang oleh perempuan yakni sebagai
pribadi, tulang punggung keluarga dan ibu rumah tangga.Sebagai pribadi, perempuan juga
ingin memiliki prestasi yang membanggakan, sebagai tulang punggung keluarga yakni
sebagai ibu yang menjadi orang tua tunggal memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja
mencari nafkah sehingga kebutuhan dan kesejahteraan keluarga dapat terpenuhi.Peran sebagai
ibu rumah tangga, ibu senantiasa memberikan rasa cinta kasih, damai dan aman kepada anak
6
Universitas Sumatera Utara

serta memperhatikan perkembangannya.

Kemudian dilihat dari seorang ayah, menjadi orang tua tunggal tentu tidak mudah
sehingga banyak pria yang memutuskan mencari cepat pengganti pasangannya.Naluri ayah
dalam mengasuh anak tentu tidak seperti seorang perempuan. Namun, demi sang buah hati,
ayah harus bisa menjalankan peran tersebut ketika menjadi ayah tunggal. Sebagai seorang
single parent, peran ayah dalam keluarga tentu saja menjadi lebih luas.Selain dituntut
memegang peran pencari nafkah, ayah juga harus mengurus berbagai keperluan rumah
tangga.Yang paling penting, memastikan tumbuh kembangnya anak berjalan dengan baik.
Bagi seorang ayah tunggal yang baru menjalani peran baru ini, tentu tidak mudah
untuk melakukannya.Namun, sebenarnya secara naluriah seorang ayah dikaruniai kemampuan
untuk merawat anaknya.Tentu saja, seperti halnya pada seorang ibu, ayah juga butuh waktu
untuk belajar merawat buah hatinya.Lagipula, peran tradisional yang dahulu eksklusif
menjalani peran seorang ibu, kini tidak lagi aneh dilakukan oleh ayah.
Para ayah saat ini tidak lagi sungkan menemani anaknya bermain, belajar, makan
bersama, bahkan menyiapkan makanan untuk anak-anaknya. Pada sekarang ini sosok ayah
juga mampu bersikap hangat kepada anak-anaknya, tidak seperti citra ayah yang kaku dan
mengedepankan soal disiplin dan keteraturan bagi anak-anaknya. Citra sebagai sosok yang
dingin dan disegani serta dijauhi anak-anaknya bukanlah citra yang sesuai untuk ayah masa
kini.Oleh karena itu, peran ayah tunggal dalam kehidupan anak pun lebih menjadi seorang
gambaran yang ideal.Bagi anak lelaki, ayah menjadi contoh bagaimana berperilaku dan
bersikap setiap hari sebagai seorang laki-laki.Sedangkan bagi anak perempuan, ayah harus

menjadi sosok pelindung dan pengayom.Hal ini berguna agar anak perempuan nantinya tidak
canggung ketika saat dewasa nanti menghadapi lawan jenis dalam pergaulan sosial.
Bagi sebagian besar masyarakat menjadi orang tua tunggal memanglah tidak mudah,
namun apabila diberi dorongan dan motivasi sehingga mampu menyesuaikan dirinya dengan
7
Universitas Sumatera Utara

keadaan. Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan mengubah
perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
lingkungan sosialnya. Penyesuaian diri menunjuk pada keberhasilan individu memainkan
peranannya untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau keluarga dan
memperlihatkan sikap, serta tingkah laku yang menyenangkan. Penyesuaian diri yang berhasil
akan menunjuk pada kondisi mental yang stabil dalam arti mampu menyelesaikan masalahnya
secara realistis. Telah banyak pula orang tua tunggal yang berhasil dalam mendidik anak–
anaknya dimana mereka tetap dapat berkecimpung dalam hidup bermasyarakat dan
mengajarkan bahwa kehidupan tanpa salah satu orang tua harus tetap berjalan dengan
baik.Dengan menjalankan peran kerumahtanggaan secara profesional dan menjalankan peran
ganda dalam menjalankan peran dalam rumah tangga sekaligus mencari penghasilan bagi
anak–anak adalah suatu kebanggaan dan kehormatan.Keberhasilan menjalankan peran sangat
penting bagi anak–anaknya, banyak anak–anak sukses walau hanya hidup dengan sosok orang
tua tunggal.Hal ini membuktikan bahwa ada peran yang besar untuk kehidupan keluarga dan
keberlangsungan masyarakat.
Setiap orang pasti menginginkan keluarga yang utuh dan kokoh yang di dalamnya
terdapat ayah, ibu dan anak, namun terkadang apa yang seseorang inginkan tidak selalu dapat
terwujud karena berbagai macam faktor misalnya orang tua tunggal dengankenyataan sebagai
orang tua tunggal baik sebagai ibu maupun ayah akan banyak mengalami penyesuaianpenyesuaian dalam mendidik anak didalam keluarga, baik dilihat dari segi materi maupun
rohani. Hal ini tentu terdapat strategi-strategi yang harus dilakukan oleh orang tua tunggal
tersebut.Strategi-strategi apa saja yang dilakukan oleh setiap individu yang menjadi orang tua
tunggal inilah yang ingin sayatelitidantuliskan.

8
Universitas Sumatera Utara

1.2 Tinjauan Pustaka
Pengasuhan merupakan bagian yang penting dalam sosialisasi, proses dimana anak
belajar untuk bertingkah laku sesuai harapan dan standar sosial.Dalam konteks keluarga, anak
mengembangkan kemampuan mereka dan membantu mereka untuk hidup didunia (Baumrind,
diana 1994).Melalui pengasuhan dan interaksi sosial, dengan demikian pengasuhan dapat
diartikan sebagai sosialisasi seperti bayi yang baru belajar adaptasi saat meminum ASI.
Pola pengasuhan adalah proses memanusiakan atau mendewasakan manusia secara
manusiawi, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan jaman
(Ary H. Gunawan, 2000 : 55).
Menurut Berk pola asuh orang tua adalah daya upaya orangtua dalam memainkan
aturan

secara

luas

di

dalam

meningkatkan

pertumbuhan

dan

perkembangan

anaknya.Kemudian pengasuhan berasal dari kata asuh yang berarti menjaga, merawat dan
mendidik.
Margareth mead juga pernah melakukan penelitian yang menghasilkan karangan
seperti, Growth And Culture yang ditulisnya bersama dengan F.C. MacGregor (1951) dan
Children And Ritual In Bali(1955).
Dalam hal itu, pengumpulan bahan mengenai adat-istiadat pengasuhan anak, atau
sekarang disebut secara teknis child training practice, banyak dilakukan oleh para sarjana
ilmu antropologi. Adat-istiadat pengasuhan anak itu antara lain meliputi hal-hal: cara-cara
memandikan dan membersihkan bayi, cara-cara mempelajari disiplin buang air, cara-cara
melatih disiplin makan, adat-istiadat penyapihan, cara-cara menggendong bayi dan ank-anak,
serta cara-cara mendisiplinkan anak.

9
Universitas Sumatera Utara

Menurut Martin & Colbert (dalam Karlinawati silalahi, 2010), terdapat 4 macam pola
pengasuhan orangtua:

a. Pola Pengasuhan Otoriter
Pola pengasuhan ini cenderung menetapkan standar yang harus dituruti, biasanya
dengan ancaman-ancaman.Tipe ini cenderung memaksahingga menghukum.
Dalam pola pengasuhan ini terdapat contoh bahwa orangtua jarang mengikut sertakan
anak didalam proses pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan orangtua merasa tahu akan
kebutuhan anaknya. Tanpa harus mendiskusikan atau membicarakannya kepada anak, yang
menjadi keputusan orangtua itulah yang akan dipilih oleh anak. Orangtua bersikap memaksa
atau memerintahkan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi dan bersikap kaku
kepada anak.
Sebagai contoh lainnya, dalam pergaulan sehari - hari, adalah hal yang wajar jika anak
yang bermain melebihi waktu dari yang ditentukan oleh orangtua.Karena remaja adalah masa
dimana anak bertumbuh dan berkembang, serta keingin tahuannya sangat besar, oleh karena
itu tidak jarang mereka melakukan hal - hal yang mereka anggap masih baru.Oleh sebab itu
anak sering telat waktu saat mereka bermain dengan teman - temannya.Dari hasil penelitian,
orangtua cenderung menghukum jika anak bermain melebihi waktu, hal ini di lakukan karena
orangtua tidak ingin anaknya melanggarnya, tanpa memberikan arahan kepada anak.
Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa sikap orangtua lebih cenderung
memberikan hukuman pada anak saat anak bermain melebihi waktu yang telah di tentukan.
Adanya kontrol yang tinggi dari orangtua namun tidak ada bentuk pengarahan kepada anak
dari orangtua.
b. Pola Pengasuhan Demokratis
10
Universitas Sumatera Utara

Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap
terbuka antara orang tua dan anak.Pola pengasuhan ini memberikan kesempatan pada anak
untuk berkembang kearah positif.Khusus pada anak remaja, orangtua harus mampu
beradaptasi terhadap kemampuan anak.menyadari kesiapan anak terhadap tanggung jawab
dan kebebasan. Adanya tuntutan mengacu pada harapan dan aturan yang ditetapkan orangtua
yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah laku anak.

Salah satu contoh dalam penelitian lapangan tentang pola pengasuhan demokratis yang
ditulis berdasarkan hasil wawancara dengan informan, bahwa menurutnya sangat penting
untuk mengikutsertakan anaknya didalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
dengan anaknya, pengambilan keputusan selalu melibatkan anak karena nantinya sang anak
yang akan menjalani keputusan tersebut. Informan selalu memberi ruang yang cukup untuk
anak dalam mendiskusikan keinginan anak, dan informan selalu bersikap dewasa dalam
berkomunikasi dengan anak, sebagai contoh dia selalu mendukung keinginan anak dengan
memberikan nasehat-nasehat serta arahan yang membangun.
Dari penjelasan tersebut secara teori pola pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan anak adalah cenderung bersifat Demokratis. Artinya orangtua didalam menghadapi
sikap - sikap, keputusan dan harapan anaknya dalam keputusan yang berkaitan dengan
anaknya selalu melibatkan mereka. Adanya sikap saling menghargai dan memberikan ruang
yang cukup untuk saling berpendapat antara anak dan orangtua adalah hal penting. Hal ini
terjadi karena, orangtua beranggapan bahwa anaklah yang nantinya akan menjalani keputusan
tersebut.
c. Pola Pengasuhan Liberal
Pola asuh liberal/ permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak
11
Universitas Sumatera Utara

untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.Pelaksanaan pola asuh permisif
atau dikenal pula dengan pola asuh serba membiarkan dan orang tua yang bersikap mengalah,
menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi
semua keinginan anak secara berlebihan.Pola pengasuhan ini terlihat dengan adanya
kebebasan yang berlebihan tidak sesuai untuk perkembangan anak, yang dapat
mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang lebih agresif 1 dan impulsif 2, Martin & Colbert
(dalam Karlinawati silalahi, 2010).Anak dari pola pengasuhan seperti ini tidak dapat
mengontrol diri sendiri, tidak mau patuh, dan tidak terlibat dalam aktifitas di kelas.

d. Pola Pengasuhan tidak terlibat
Anak dari orangtua dari pola pengasuhan ini cenderung terbatas secara akademik dan
sosial.Peneliti berpendapat bahwa anak dengan pola pengasuhan ini lebih cenderung
bertindak antisosial pada masa remaja Menurut Martin & Colbert (dalam Karlinawati silalahi,
2010). Apabila pola pengasuhan ini diterapkan sedini mungkin hal ini akan mengakibatkan
gangguan pada perkembangan anak. Ibu dalam pola pengasuhan seperti ini akan memiliki
anak yang defisit dalam fungsi fisiologisnya, penurunan kemampuan intelektual, serta
pemarah. Meskipun pola pengasuhan terbagi didalam 4 pola pengasuhan, tetapi pembagian
ini bukan merupakan hal yang kaku.tidak ada orangtua yang sempurna. Orangtua adalah
manusia yang bereaksi berbeda diberbagai situasi, tergantung pada perasaan dan lingkungan
mereka.Pola pengasuhan disimpulkan dari reaksi mereka disebagian situasi Menurut Martin
& Colbert (dalam Karlinawati silalahi, 2010).Orangtua dengan pola pengasuhan autoritatif
memberikan model yang bertanggung jawab secara sosial, tingkah laku menyayangi anak,
yang mendorong anak berbuat hal yang sama. Orangtua dengan pola pengasuhan otoriter dan
1

Suatu sifat yang cenderung menyerang atau bernafsu.
Suatu sifat yang cepat betindak secara iba-tiba menurut gerak hati.

2

12
Universitas Sumatera Utara

permisif lebih menunjukkan tingkah laku memaksa atau kurang menyayangi anak dan hal ini
bukan contoh yang baik pada anak(Diana baumrind, 1994).Dengan demikian, orangtua
dengan pola pengasuhan autoratif memberikan kesempatan yang lebih efektif untuk
melakukan tingkah laku yang bertanggung jawab dengan meminta anak untuk membuat
pilihannya sendiri dengan bimbingan yang jelas dan memberikan umpan balik terhadap
pilihannya tersebut.
Pemberian umpan balik ini dapat mendorong anak untuk mengenali hubungan antara
keputusan, tingkah laku, dan konsekuensi yang diambil, serta merefleksikan kemampuan
mereka sebagai pembuat keputusan. Sebaliknya orangtua dengan pola pengasuhan permisif
tidak memberikan panduan yang jelas, yang sesuai dengan usia dan pengalaman si anak
(Diana baumrind, 1994).Hubungan hangat dan penerimaan dalam keluarga autoritatifdapat
meningkatkan pengaruh yang positif bagi anak.Penelitian menunjukkan bahwa hubungan
orangtua dengan anak didasari pada resa saling percaya, komunikatif dan responsif emosional
berhubungan dengan peningkatan keterampilan dan keberhasilan anak berhubungan dengan
oranglain diluar rumah dan dengan kepuasaan hidup pada umumnya (Diana baumrind, 1994).
Terdapat proses yang timbal balik antara pola pengasuhan dengan anak, pola
pengasuhan mempengaruhi anak dan sebaliknya, anak juga memengaruhi pola pengasuhan.
Martin & Colbert (dalam Karlinawati silalahi, 2010).
Faktor - faktor yang Memengaruhi dalam Pola Pengasuhan:
1. Karakteristik anak
Beberapa karakteristik anak yang memengaruhi pola pengasuhan adalah:
a. Usia anak.
b. Temperamen.
c. Gender

13
Universitas Sumatera Utara

2. Karakteristik Keluarga
a. Jumlah Saudara.
b. Konfigurasi.
c. Lingkungan Sosial.
d. Status ekonomi dan sosial
3. Karakteristik Orangtua
a.

Kepribadian.

b.

Sejarah Perkembangan Orangtua

c.

Kepercayaan dan pengetahuan

Dari hal pola pengasuhan dapat digambarkan juga bahwa terdapat peran sebagai orang
tua tunggal dalam keluarga yang sangat penting karena mereka juga harus melakukan
pengasuhan dan bekerja untuk mencari nafkah, mengurus rumah tangga yang selayaknya.
Dapat

diungkapkan

bahwa,orang tua tunggal bukan berarti tidak dapat

mempertahankan dan memberi pengasuhan kepada keluarganya, tetapi sebaliknya mereka
bisa bahagia tanpa pasangan dan dapat menyesuaikan diri dengan tepat.Ditengah berbagai
masalah yang timbul sebagai orang tua tunggal tersebut haruslah mempunyai strategi
pemecahan masalah di dalam dirinya supaya mampu dan mau untuk menyelesaikan
masalahnya seorang diri karena masalah itu timbul seiring dengan kondisi biologis,
perkembangan anak, dan kondisi perekonomian, yang berpengaruh terhadap naiknya hargaharga kebutuhan pokok sehingga biaya hidup semakin mahal dan sulit untuk dijangkau,
mampukah sebagai orang tua tunggal tersebut menghadapi dan menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang dihadapinya.
Status Orang tua tunggal membawa konsekuensi perubahan peran.Tidak hanya
menjadi ibu tetapi juga menjadi ayah yang harus mencari nafkah. Mereka harus bertanggung
14
Universitas Sumatera Utara

jawab penuh akan haknya tersebut. Mereka dituntut untuk menjalankan beberapa peran dan
mengambil tanggung jawab penuh dan juga mengambil keputusan yang tepat bagi
kelangsungan keluarga.Terlepas dari hal itu, perubahan struktur keluarga tersebut menuntut
orang tua tunggalsenantiasa berjuang menjadi tulang punggung bagi keluarga dan terlebihbagi
keberlangsungan pola didik yang diterapkan pada anak yang bisa mempengaruhi
perkembangan moralitas mereka.Dari sekian tahap perkembangan moral anak, masa remaja
juga menjadi fokus perhatian sebagian besar orang tua tunggal. Terlebih pada rentang usia
remaja, yaitu 13-19 tahun. Pada masa ini, perkembangan moralitas anak lebih banyak
dipengaruhi oleh beberapa permasalahan pada remaja, seperti depresi, kenakalan remaja,
bunuh diri, dan juga pengaruh oleh teman sebaya (peer group) untuk melakukukan hal-hal
yang negatif.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dirumuskan bahwa pola pengasuhan adalah suatu
cara, kebiasaan dan perilaku yang standar dalam proses pengasuhan terhadap anak dalam
suatu lingkungan keluarga, pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua
selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Kemudian dalam hal terkait keluarga juga merupakan lingkunganpendidikan yang
pertama dan utama karena dalam keluarga anak-anak mendapat pendidikan dan bimbingan
utama karena sebagaian besar kehidupan anak adalah dikeluarga.Dengan demikian dari
keluarga pembentukan kepribadian anak menjadi manusia yang siap melakukan tugas dan
tanggung jawabnya, menguasai diri, menjalankan peran sosialnya serta mengamalkan nilainilai yang ada dalam masyarakat.Agar tetap bertahan keluarga membutuhkan dukungan dari
masyarakat luas, sehingga keluarga dan masyarakat harus saling mendukung karena sama–
sama memberi kontribusi dalam tercipta nilai–nilai dan norma–norma yang sesuai dengan
15
Universitas Sumatera Utara

harapan masyarakat. Oleh karena itu fungsi-fungsi keluarga mengalami pergeseran sebagai
akibat terjadinya perubahan sosial yang meliputi aktivitas-aktivitasnya, seperti dikemukakan
Ravik Karsidi (2005: 53), fungsi-fungsi sosial keluarga yang mengalami perubahan antara
lain :
a) Fungsi Pendidikan
Keluarga merupakan lembaga pendidikan utama namun kini secara fungsi pendidikan
secara formal telah diambil alih oleh sekolah. Proses pendidikan di sekolah menjadi semakin
pentingpengaruhnya, dahulu fungsi sekolah hanya terbatas pada pendidikan intelektual, kini
sekolah diarahkan ke perkembangan anak sebagai pribadi yang memiliki kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Sekolah kini tidak hanya menyediakan tenaga guru sebagai
pendidik namun dilengkapi pula adanya konselor, psikolog sekolah, psikolog klinis guna
mendidik anak agar mereka berhasil dalam menjalankan peran dalam kehidupan
bermasyarakat.
b) Fungsi Rekreasi
Pada saat ini kesibukan keluarga semakin padat dan tuntutan-tuntutan hidup yang
semakin meningkat sehingga membuat anggota keluarga menghabiskan waktu diluar rumah
seperti bekerja dan belajar di luar daerah. Fungsi keluarga sebagi rekreasi kini bergeser,
keluarga bukan merupakan medan rekreasi bagi anggota-anggotanya. Pusat-pusat rekreasi
dialihkan diluar keluarga seperti, gedung bioskop, panggung sirkus, lapangan olah raga,
kebun binatang, taman-taman, klub malam yang dipandang lebih bervariasi.
c) Fungsi Keagamaan
Keluarga merupakan pusat pendidikan mengenai kaidah-kaidah agama dan perilaku
keagamaaan seperti upacara, dan ibadah agama bagi para anggotanya ditambah peranan yang
dilakukan oleh institusi agama. Proses sekulerisasi dalam masyarakat dan merosotnya
pengaruh institusi agama menimbulkan kemunduran fungsi keagamaan keluarga. Dengan
16
Universitas Sumatera Utara

demikian kewajiban orang tua dalam memberi teladan dan melibatkan anak dalam iklim
keagamaan dalam kehidupan keluarga sehingga anak-anak memilki pegangan yang teguh agar
tidak terpengaruh akan arus zaman yang tidak menentu dan tidak baik bagi kehidupan.
d) Fungsi Perlindungan
Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan memelihara anak dan
anggota keluarga baik dari dalam maupun dariluar kehidupan keluarga, perlindungan secara
mental dan moral, disamping perlindungan yang bersifat fisik bagi kelanjutan hidup orangorang yang ada dalam keluarga. Seiring perkembangan zaman yang modern dan serba
lengkap, perlindungan secara fisik maupun sosial kini dapat diserahkan kepada badan-badan
sosial, perusahaan asuransi dan lain sebagainya.
Maka dengan demikian terdapat tanggung jawab yang besar terhadap orang tua
tunggal dalam menjalani peran didalam keluarga yang sangat berpengaruh akan pengasuhan
dan bagaimana cara mendidik serta melindungi anak agar terhindar dari kehidupan yang
bersifat negatif, oleh karena itu dibutuhkan kemampuan yang lebih sebagai orang tua tunggal
dalam menjalankan perannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dalam menyesuaikan diri merupakan reaksi yang secara efektif dan harmonis
akan terjadinya realita sosial disertai dengan kesadaran untuk melaksanakan tanggung jawab
yang penuh. Oleh karena itu dalam pergaulan kehidupan manusia dituntut untuk
menyesuaikan diri sebagai hubungan yang timbal balik dalam arti saling mempengaruhi satu
sama lain dalam rangka membina hubungan baik antar individu. Dengan demikian tipe atau
bentuk penyesuaian dibedakan menjadi dua, yaitu :
-

Penyesuaian diri yang bertipe autoplastis

Tipe penyesuaian diri bersifat pasif dimana individu selalu berusaha menyesuaiakan
diri dengan lingkungan agar kebutuhannya dapat terpenuhi, misalnya : cara berpakaian, cara
berbicara, cara makan, bahasa dan adat kebiasaan dimana ia harus menyesuaikan dengan
17
Universitas Sumatera Utara

lingkungan dimana ia berada.

-

Penyesuaian diri yang bertipe aloplastis 3

Tipe penyesuaian ini lebih bersifat aktif karena individu cenderung mengubah
lingkungannya sesuai dengan keinginannya, misalnya dengan cara bergaul yang lebih sopan
santun, lebih ramah dan menggembirakan pergaulan hidup sehingga yang lain juga ikut
menyesuaikan cara penyesuaian diri yang lebih halus tersebut.

H. Sunarto dan B. Agung Hartono (2006: 225-226) menjelaskan penyesuaian diri yang
bersifat positif :
a) Penyesuaian diri dengan menghadapi masalah secara langsung
Dalam

hal

ini

individu

menghadapi

segala

permasalahan

dengan

segala

konsekuensinya guna melakukan penyelesaian masalah sehingga permasalahan akan segera
teratasi dan cepat selesai. Misalnya: seorang ibu yang terlambat membayar hutang karena
dipakai untuk uang sekolah, maka ibu akan segera mengatakan kepada si pemberi pinjaman
secara langsung dan mengungkapkan segala persoalan kepada pemberi pinjaman.
b) Penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
Dalam hal ini, individu mencari pemecahan permasalahan yang ia hadapi dengan
mencari berbagai bahan pengalaman. Misalnya saja seorang ibu yang ditinggalkan suami
karena meninggal, ia merasa kurang mampu dalam menjalani kehidupannya yang baru. Oleh
sebab itu ia membaca buku, konsultasi, diskusi, mencari teman-teman yang ditinggal
suaminya dalam upaya penyesuaian diri dengan perubahan yang ia alami.
c) Penyesuaian diri dengan trial and error atau coba-coba
Dalam hal ini individu melakukan suatu tindakan coba-coba, apabila mendatangkan

3

(alo = yang lain) (plastis = dibentuk) artinya adanya penyesuaian karena sesuatu diluar diri

18
Universitas Sumatera Utara

kebaikan dan keuntungan maka tindakan tersebut akan ia gunakan sebagai pedoman. Apabila
tindakan yang ia lakukan salah atau merugikan maka tindakan tersebut tidak akan dilakukan
lagi.
d) Penyesuaian diri dengan substitusi (mencari pengganti)
Dalam hal ini terjadi apabila individu merasa gagal maka ia akan
melakukan penyesuaian diri yang lain yaitu dengan mencari jalan lain. Misalnya seseorang
merasa kurang mendapat keuntungan di bidang kerajinan, maka ia akan berpindah ke bidang
makanan
e) Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri
Dalam hal ini individu berusaha untuk menggali kemampuan yang ada dalam dirinya,
sehingga dapat dikembangkan secara maksimal guna penyesuaian diri. Misalnnya ibu yang
tadinya bekerja di dalam rumah untuk mengatasi kesulitan ekonomi keluarga, ia
mengembangkan kemampuan dalam hal memasak dan menjahit sehingga dapat menambah
pemasukan keluarga.
f)

Penyesuaian diri dengan belajar
Dalam hal ini individu banyak menambah pengetahuan diri dengan belajar.Belajar

dengan membaca buku, pengalaman hidup sehingga dapat melakukan penyesuaian diri
dengan baik.

g) Penyesuaian diri dengan pengendalian diri
Dalam hal ini individu kemampuan yang matang dan pengendalian diri yang seimbang
serta disertai dengan tindakan yang stabil dimana individu dapat memilah-milah tindakan
mana yang perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan.
h) Penyesuaian diri dengan perencanaan yang cermat
Dalam hal ini individu melakukan tindakan bedasarkan perencanaan yang
19
Universitas Sumatera Utara

cermat.Jalan yang diambil telah dipertimbangkan masak-masak antara baik-buruknya
sehingga langkah yang diambil adalah langkah yang tepat pada sasaran.

Terdapat beberapa karakteristik dalam menyesuaikan diri yaitu:
-

Persepsi Terhadap Realitas yang Akurat

Orang yang dapat mempersepsikan diri apa adanya sesuai dengan realitas. Biasanya
individu seperti ini memiliki tujuan hidup yang realistis, yaitu sesuai dengan kemampuan dan
kesempatan yang ada dalam lingkungannya, kemudian individu itu mampu memodifikasi
tujuan serta menggunakan kemampuan dan kesempatan tersebut sepanjang hidupnya.

-

Mampu Mengatasi Stres dan Kecemasan

Kecemasan dan stress merupakan hal yang sering mengganggu kehidupan seseorang.
Penyesuaian diri yang efektif adalah apabila seseorang mampu mengatasi kecemasan dan
stress ini dengan cara menerima dengan ikhlas realita kehidupan atau dengan cara menyusun
rencana dan membuat tujuan jangka pendek yang lebih mudah dicapai sehingga timbul
perasaan puas dan bahagia. Rasa lelah, khawatir atau sakit dan merasa kehilangan kontrol dari
kehidupannya sering merasa tidak sabar.Hal ini dapat menimbulkan stres.Namun, tidak semua
tekanan menyebabkan disfungsi dalam keluarga. Tipe Stressor 4, kepribadian dan hubungan
dalam keluarga serta dukungan sosial memengaruhi kemampuan orangtua untuk mengatasi
tekanan.
-

Gambaran Diri (Self Image)

Apabila individu mempersepsikan kelemahan dan kekurangan dirinya sesuai
dengan kenyataan dan persepsi orang lain terhadap dirinya, maka individu tersebut dapat
menerima dirinya apa adanya. Dengan demikian gambaran dirinya dan pemikirannya menjadi

4

Suatu keadaan yang menimbulkan stress.

20
Universitas Sumatera Utara

positif.Individu seperti ini dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara efektif dan
berusaha memperbaiki segala kelemahan serta mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya.
-

Kemampuan Mengekspresikan Perasaan

Individu yang sehat secara emosional adalah individu yang mampu merasakan dan
mengkspresikan perasaannya, dapat menunjukan emosinya secara realitas, dan pelampiasan
ini tetap dibawah kontrolnya, sementara itu penyesuaian yang sehat menuntut keseimbangan
antara kontrol yang berlebihan dan kurang kontrol sama sekali karena emosi dan perasaan.

-

Hubungan Interpersonal yang Baik

Individu yang memiliki penyesuaian diri yang efektif mampu mencapai tingkat
keakraban yang baik dan senantiasa menjaga keselarasan dalam hubungan sosialnya dalam
kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

1.3 Rumusan Masalah
Hal ini bertujuan agar masalah yang ditulis tidak lari dan menjadi luas kepada hal-hal
yang tidak terkait dalam permasalahan yang diteliti. Adanya pembatasan masalah berguna
untuk membahas permasalahan secara fokus dan ada kaitannya dengan latar belakang yang
ditulis, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
Bagaimana strategi orang tua tunggal dalam mengasuh anak serta menjalankan peran
ganda yang dialami ?

1.4 Tujuan dan Manfaat penelitian
Tujuan penelitian berfungsi sebagai acuan penulis dan pembaca untuk menggali
informasi dan menambah pengetahuan sehingga mampu menjadi bahan perbandingan dengan
21
Universitas Sumatera Utara

apa yang terjadi dengan kejadian sebenarnya dan kemudian mampu membuat serta menambah
informasi yang serupa sehingga menjadi lebih baik lagi. Penelitian ini bertujuan:
Untuk mengetahui strategi orang tua tunggal dalam mengasuh anak serta menjalankan
peran ganda yang dialami ?
Tujuan penelitian ditetapkan sebagai sesuatu yang penting, dimana tujuan itu menjadi
landasan awal penelitian dilakukan.

1.5 Kerangka Penulisan
Penelitian ini berisi kajian yang di analisis berdasarkan pada observasi partisipasi dan
wawancara penulis, yang membahas tentang strategi orangtua tunggal dalam mengasuh anak
di kecamatan rantau utaraa kabupaten labuhanbatu. Secara sistematis menuliskan bagaimana
pola asuh yang dianut oleh lima orangtua tunggal dan penerapannya dalam keseharian
didalam keluarga, serta bagaimana orangtua tunggal menerapkan strategi untuk mampu
melengkapi rasa kasih sayang kepada anak-anaknya meskipun dengan kemampuan seorang
diri. Berikut diuraikan apa saja yang dibahas dalam skripsi ini, yakni :
Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tinjauan pustaka, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, kerangka penulisan, metode penelitian, dan analisis data.
Bab II Deskripsi lokasi penelitian, berisi mengenai letak, sejarah, kependudukan, mata
pencaharian, pendidikan, organisasi sosial dan sistem kekerabatan, bahasa, religi, sistem
komunikasi dan transportasi, beserta kesenian di kecamatan rantau utara kabupaten
labuhanbatu.
Bab III Deskripsi pola pengasuhan orangtua tunggal yang mencakup pola asuh yang
diterapkan oleh setiap keluarga dalam kehidupan sehari-hari.

22
Universitas Sumatera Utara

Bab IV Strategi dalam menjalani peran ganda sebagai orangtua tunggal dilihat dari
kemampuan orangtua tunggal menjalani peran ganda sebagai ayah sekaligus ibu dalam
memenuhi kebutuhan keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Bab V kesimpulan dan saran berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dan juga saran yang ditujukan kepada beberapa pihak yang bertujuan member
pengajaran dan pemahaman untuk pembaca dan diri penulis.

1.6 Metode Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah mendeskripsikan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif.Metode ini juga mengharuskan bagaimana menggambarkan secara terperinci tentang
individu yang menjadi objek penelitian.
1.6.1 Karakteristik penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif, yaitu
bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail mengenai tindakan orangtua
dalammengasuh anak dengan strategi yang ia punya.
1.6.2 Teknik pengumpulan data
Data kualitatif akan menjadi data utama untuk hasil penelitian. Pengumpulan data
dalam proses penelitian ini terbagi dua yaitu, mencari data primer, seperti observasi dan
wawancara, kemudian dengan mencari data sekunder, seperti memperoleh data melalui
kepustakaan, yaitu melalui buku-buku, jurnal penelitian, skripsi, dan bahan-bahan lainnya.
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh peneliti. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pangkal,
informan pokok/kunci, dan informan biasa.Yang dimaksud dengan ketiganya yaitu:

23
Universitas Sumatera Utara

Informan pangkal 5 adalah ibu Herawaty yang sudah menjadi orangtua tunggal selama 4 tahun
yang disebabkan karena suami beliau meninggal dunia.
Informan pokok/kunci 6 adalah 3 orang ibu- ibu dan 1 orang ayah yang disaat penulis
melaksanakan proses penelitian sudah tidak bersama lagi dengan pasangan dikarenakan sebab
masing-masing serta anak kandung dari beberapa orangtua tunggal tersebut.
Informan biasa 7 adalah keluarga dekat dan tetangga sekitar yang mengetahui keadaan
informan pangkal dan informan pokok/kunci.
Dalam pemilihan informan terdapat beberapa alasan yaitu, penulis memahami
beberapa informan tidak terlalu sibuk dalam pekerjaan pribadinya sehingga dipastikan tidak
mengganggu selama proses penelitian, beberapa informan juga seperti informan pokok/ kunci
adalah teman penulis sehingga memudahkan untuk menggali informasi, dan untuk informan
pangkal yaitu seorang ibu yang sudah dikenalkarena beliau adalah ibu kandung dari teman
penulis dan sering bertamu dan gampang berinteraksi sehingga dalam proses penelitian
mendapatkan kemudahan dalam berkomunikasi.
Dalam proses penelitian, pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa teknik yaitu:
1.6.2.1 Observasi partisipasi
Informasi dan data penelitian salah satunya didapat dari pengamatan terlibat
(observasi partisipasi).Tujuannnya untuk melihat dan memahami secara langsung kegiatan
dan konsep pemikiran informan.
Dalam

hal

ini

observasi

partisipasi

yang

dilakukan adalah

melihat

dan

menggambarkan lingkungan dan keadaan sekitar yang di mana informan berkunjung dan
sesekali ikut menjalani aktifitas informan dalam sehari-hari, yang dimaksud disini juga
mendeskripsikan apa pekerjaan hingga kegiatan yang dilakukan informan.Dan juga dapat
5

Informan pangkal yaitu seseorang yang memberikan informasi secara mendalam dan langsung mengalami
keadaan tentang informasi yang ingin diketahui
6
Informan kunci/ pangkal yaitu seseorang yang juga merasakan keadaan sesuai permasalahan yang terjadi
7
Informan biasa yaitu seseorang maupun sekelompok orang yang biasa berinteraksi dengan informan pangkal
dan informan kunci.

24
Universitas Sumatera Utara

dijelaskan bagaimana keluarga dekat hinga tetangga sekitar menerima dan memahami
keadaan informan pangkal dan informan pokok/kunci.
1.6.2.2 Wawancara
Wawancara berguna untuk memperoleh data dari informan. Hasil wawancara tersebut
nantinya akan digunakan sebagai informasi untuk melengkapi data. Metode wawancara yag
dilakukan bersifat bebas dan mendalam.
Wawancara yang mengarah tentang strategi orang tua tunggal dalam pengasuhan ini
bersifat bebas dan mendalam guna memperoleh pemahaman mengenai perilaku informan
pangkal dan informan pokok/kunci dan bagaimana interaksi terhadap peneliti dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka. Pelaksanan wawancara tidak hanya dilakukan sekali
ataupun dua kali saja, melainkan berulang kali dengan intensitas pertemuan yang tinggi.
Wawancara yang saya ingin bersifat tidak terikat artinya bahwa wawancara tidak
hanya sebatas ingin menggali informasi tetapi juga saling bertukar fikiran mengenai kejadian
hidup yang saling dijalani sehingga mampu mengerti fikiran satu sama lain.
Tujuan dari mendapatkan cara berfikir tersebut adalah selain menggali informasi
secara teori, juga dapat mendeskripsikan bagaimana orangtua tunggalmemahami keinginan
anak dengan menggali informasi dan pengetahuan dari informan bagaimana upaya
pengasuhan, menjalani peran ganda, mendapatkan dukungan keluarga dekat dalam mendidik
anak serta mengetahui permasalahan dan hambatan-hambatan yang dialami sebagai orang tua
tunggal hingga saat ini.
Kemudian pada bagian atas pembuka mengenai wawancara, disinggung kata bebas
dan mendalam, disini diartikan wawancara itu dengan maksud untuk berbincang kepada
informan secara bebas dengan tidak terfokus hanya dengan tujuan utama saja, dalam hal ini
juga bermaksud untuk ingin mengetahui hal-hal yang dialami informan pangkal sebelum
terjadinya kejadian yang dialami sekarang. Hal itu berfungsi agar saya dan pembaca nantinya
25
Universitas Sumatera Utara

dapat membandingkan bagaimana kekurangan dan kelebihan keadaan yang dialami oleh
informan.
Dalam proses penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data sekunder.Data ini
dikumpulkan melalui penelusuran atau studi pustaka dari berbagai arsip-arsip penelitian,
artikel-artikel, dokumen-dokumen dan buku-buku, serta jurnal yang berkaitan dengan kajian
penelitian ini.

1.7 Analisa Data
Dalam analisis data penulis menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai dengan
proposal penelitian, mengembangkan bentuk sajian data dalam mendeskripsikan mengenai
strategi orang tua tunggal dalam mengasuh anak yang didalamnya dibahas tentang bagaimana
orangtua tunggal menerapkan pola asuh dan penyesuaian orang tua tunggal dalam perubahan
peran dan status sebagai kepala keluarga.Selanjutnya melakukan penyaringan guna
pemantapan dengan penelusuran data, kemudian data hasil penelitian disimpulkan.Dalam
tahap ini analisis data adalah membuat kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian yaitu
strategi orang tua tunggal dalam mengasuh anak dan menggambarkan perubahan peran dan
status sebagai kepala keluarga.

26
Universitas Sumatera Utara