Strategi Orangtua Tunggal dalam Mengasuh Anak di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Asmarty, Zein., Eko Suryani. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta:Fitramaya. 2005.

Baumrind, Diana. Psikologi Perkembangan Anak.PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 1994.

Budiman, Arief.Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta: Gramedia. 1982. Dagun, Save. M. Psikologi Keluarga. Jakarta: Bhineka Cipta. 1990.

Dahlan,M. Djawad. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2004.

Danandjaja, James. Antropologi Psikologi. Teori, metode dan sejarah Perkembangannya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1994.

Denzin, K. Norman, Yvonna Lincoln. Handbook of Qualitative Research. terj. Dariyatno, et.al.Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2009.

Dewi,Melia. Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Pedagang.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2005.

Gerungan.Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. 2004.

Goode, William J.Sosiologi keluarga. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.

Karsidi, Ravik.Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. 2005. Keesing Roger M. Antropologi Budaya: Suatu Perspektfi Kontemporer. Jakarta: Erlangga. 1989.

Salim, Agus. Pengantar Sosiologi Mikro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Silalahi, Karlinawati.Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika zaman. 2010.

Soekanto soerjono. Sosiologi: suatu pengantar.Yogyakarta.Raja Grafindo Persada. 2006.

Spradley, James P.Metode etnografi. Yogyakarta: Tiara Wicana. 2007.

Sunarto H,Hartono Agung B. Perkembangan Peserta Didik.Jakarta.Rineka Cipta. 2006.


(2)

80

https://shabinaku.files.wordpress.com/2014/.../sejarah_singkat_pemkab. https://ppsp.nawasis.info/.../kab.labuhanbatu.


(3)

BAB III

DESKRIPSI POLA PENGASUHAN ORANGTUA TUNGGAL

3.1 Pengertian Pola Pengasuhan

Pengasuhan merupakan bagian yang penting dalam sosialisasi, proses dimana anak belajar untuk bertingkah laku sesuai harapan dan standar sosial.Dalam konteks keluarga, anak mengembangkan kemapuan mereka dan membantu mereka untuk hidup didunia.Pola asuh merupakan aktivitas kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individual dan serentak dalam memengaruhi tingkah laku.

Pola pengasuhan merupakan proses memanusiakan atau mendewasakan manusia secara manusiawi, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan jaman.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dirumuskan bahwa pola pengasuhan adalah suatu cara, kebiasaan dan perilaku yang standar dalam proses pengasuhan terhadap anak dalam suatu lingkungan keluarga, Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

3.2 Keluarga Orangtua Tunggal ( Single Parent )

Banyak yang mengira bahwa menjadi keluarga tunggal maka sama saja dengan menjadi broken home8

8

Broken Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur.

. Tentu saja itu salah.Tidak ada hubungannya antara keluarga tunggal dengan broken home. Memang benar bahwa sebagian keluarga tunggal broken home, namun sebagian keluarga utuh juga broken home. Jadi, broken home bukanlah ciri dari keluarga


(4)

40

tunggal.Keluarga tunggal adalahkeluarga yang sehat.Tidak ada yang salah dengannya.Sepanjang interaksi antar anggota keluarga terus terjadi dan terjalin dengan baik, maka keluarga tunggal bukanlah broken home.Keluarga broken home adalah keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak terjalin dengan baik, antar anggota keluarga tidak saling terhubung, komunikasinya tidak jalan. Biasanya, justru dalam keluarga tunggal komunikasi akan lebih lancar dan ikatan antara anggota keluarga akan lebih erat.

Salah satu masalah utama yang dihadapi banyak orangtua tunggal adalah masalah finansial, terutama pada ibu tunggal.Apalagi banyak ayah yang setelah bercerai mengabaikan kewajibannya untuk memberikan nafkah hidup kepada anak-anaknya.Mereka kabur begitu saja. Dengan begitu ibulah yang harus menanggung total seluruh biaya pengasuhan anak-anak.

Talcott Parsons mengatakan, bahwa dalam sebuah keluarga terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi serta masing –masing memiliki fungsi tersendiri terhadap anggota keluarganya.Inilah yang disebut teori fungsionalisme.

Jika salah satu fungsi keluarga tersebut tidak ada atau dijalankan oleh satu orang saja pasti akan mempengaruhi pada kepribadian anak langsung. Karena salah satu fungsi anggota keluarga tidak berfungsi dengan baik maka akan terjadi disorganisasi. Artinya kebutuhan dari beberapa anggota keluarga kurang terpenuhi. Malahan jika fungsinya salah pada tempatnya juga akan terjadi disorganisasi

3.3 Penyebab Terjadinya Orangtua Tunggal (Single Parent) a. Bercerai

Adanya ketidakharmonisan dalam kelurga yang disebabkan adanya perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak mungkin ada jalan keluar, masalah ekonomi/ pekerjaan, salah satu pasangan selingkuh, kematangan emosional yangkurang, perbedaan agama,


(5)

aktifitas suami istri yang tinggi di luar rumah sehingga kurang komunikasi, problem seksual dapat merupakan faktor timbulnya perceraian.

b. Meninggal

Takdir hidup dan mati manusia di tangan Tuhan.Manusia hanya bisa berdoa dan berupaya.Adapun sebab kematian ada berbagai macam.Antaralain karena kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, musibah bencana alam, kecelakaan kerja, keracunan, penyakit dan lain-lain.

Penyebab terjadi pengasuhan yang hanya satu sosok saja seperti diatas juga terdapat beberapa masalah ataupun kejadian yang diluar keinginan setiap keluarga, seperti:

- Orangtua masuk penjara

Melakukan tindak kriminal seperti perampokan, pembunuhan, pencurian, pengedar narkoba atau tindak perdata seperti hutang, jual beli, atau karena tindak pidana korupsi dan hingga akhirnya masuk penjara menjadi masalah bagi setiap keluarga yang mengalaminya, hal ini menjadikan pengasuhan oleh sosok yang lengkap menjadi terganggu sehingga dalam waktu yang lama tidak berkumpul dengan keluarga.

- Orangtua bekerja ke negara lain

Tuntutan profesi orangtua untuk bekerja harus berpisah dengan keluarga untuk sementara waktu, atau bisa terjadi seorang anak yang meneruskan pendidikan diluar negeri dan hanya bersama ibu atau sebaliknya sehingga menyebabkan anak untuk sekian lama tidak didampingi oleh orangtua yang harus tetap kerja di negara lain.

Selain beberapa hal diatas juga terdapat kasus yang sering terjadi dalam masyarakat sekarang ini seperti, orangtua tunggal yang terbentuk dari pergaulan bebas yang berdampak kehamilan pada perempuan dan tidak ada bentuk pertanggung jawaban atas dirinya, ini yang menyebabkan adanya kasus menjadi orangtua tunggal.Selain itu perempuan menjadi korban kriminalitas seperti pelecehan seksual dan pemerkosaan.


(6)

42 3.4 Macam-macam Pola Pengasuhan

Terdapat 4 macam pola pengasuhan orangtua yaitu : 1. Pola Pengasuhan Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.Anak dari pola pengasuhan seperti ini biasanya memiliki kecenderungan moody, murung, ketakutan, sedih dan tidak spontan.Anak juga menggambarkan kecemasan dan rasa tidak aman dalam berhubungan dengan teman sebaya dan menunjukkan kecenderungan bertindak keras saat tertekan, serta memiliki harga diri yang rendah.

Hasil wawancara dengan informan 1:

Ibu Siti Aisyah adalah orangtua Ajril Habsy yang berusia 6 tahun dan sudah 5 tahun menjadi orangtua tunggal, usia beliau 31 tahun. Menjadi orangtua tunggal karena bercerai dan tidak beberapa lama dikabarkan mantan suami telah meninggal karena sakit. Jumlah anak beliau adalah 1 orang. Setelah menjadi orangtua tunggal ibu siti aisyah kembali ke rumah orangtuanya dengan alasan agar ada yang menjagakan anaknya kalau ia sedang bekerja. Pekerjaan beliau sebagai perawat disalah satu klinik di Rantauprapat. Ibu siti aisyah sering menyuruh atau mengarahkan agar anak menuruti pilihannya, seperti dimana anak harus belajar dan sekolah, walaupun anak sering ingin membuat pilihannya sendiri tetapi seringkali beliau menolak, karena menurutnya pilihan anaknya tersebut kurang baik untuk dirinya. Berikut pernyataan beliau:

jika anak saya mau sesuatu biasanya mainan saya seringkali menolaknya dan tidak mengizinkannya, karena saya tahu sebatas mana kegunaannya untuk dia.


(7)

Terlihat anaknya juga menurut dan tidak keberatan atas pilihan-pilihan yang ia putuskan untuk anaknya, beliau juga memberikan pernyataan bahwa didalam proses pengambilan keputusan didalam keluarga seperti contoh dalam pilihan sekolah beliau juga sering mengikutsertakan anaknya, beliau mengaku adanya diskusi kecil tetapi beliau lebih mendominasi daripada anaknya, dan jika beliau memberi batasan waktu kepada anaknya ketika anak sedang bermain agar tidak melanggarnya, beliau mengaku anaknya sering nurut kepadanya tetapi pernah juga melanggar tapi tidak sering. Berikut pernyataan beliau:

saya kasi batasan waktu saat bermain. Supaya dia tidak kelewetan waktu.

Beliau juga kadang memarahi dan sesekali memberi hukuman fisik jika didalam bermain anaknya terlibat dalam perkelahian dengan teman - temannya, karena itu menurut beliau adalah tindakan yang memalukan untuk keluarganya. Beliau berpendapat jika hal yang seperti itu terus terulang dan tidak ada kontrol dari orangtua maka nantinya akan menjadi terbiasa bagi anak dan akan terus mengulanginya. Berikut pernyataan beliau :

jika anak saya berantam dengan teman - temannya saya langsung memarahainya atau terkadang saya mencubitnya,karena nantinya saya tidak ingin anak saya terbiasa berkelahi dan melakukan tindakan yang negatif,karna demi kebaikan dia juga.

Megenai komunikasi, beliau mengatakan penting berkomunikasi dengan anak sesering mungkin, karena menurutnya komunikasi didalam keluarga adalah hal yang wajar yang harus dilakukan, dan dengan komunikasi bisa lebih mendekatkan diri antara beliau dan anaknya, berikut pernyataan beliau:

Meskipun dia masih terbilang anak-anak saya sering kok cerita-cerita, karena wajarlah didalam keluarga ada komunikasi antar anggota keluarga.

Beliau mengaku selalu memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan bercerita dan biasanya ada mau sesuatu, tetapi keputusan tetap ada ditangan beliau, karena pendapat anak menurut beliau belum benar-benar matang dan beliau berpendapat bahwa keinginan dari anaknya hanyalah refleksi dari egonya saja yang masih kekanak-kanakan


(8)

44

dan belum dewasa didalam berkeputusan. Berikut pernyataan beliau:

Saya juga memberi kesempatan kepada anak saya jika dia ingin menyampaikan suatu pendapat, tetapi kadang saya merasa pendapat anak saya hanya ego semata dan saya fikir dia belum dewasa jadi tetap keputusan ada ditangan saya.

Jika didalam melaksanakan tugasnya seperti belajar, anak melakukan kesalahan beliau cenderung memarahi tetapi tidak sampai memukul, beliau berharap dengan begitu anaknya bisa lebih berhati-hati didalam melaksanakan tugasnya. Berikut pernyataan beliau:

Kalo anak saya melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugasnya, saya marahi dia itu juga demi kebaikan dia biar dia enggak buat kesalahan lagi dan tidak ceroboh.

Ibu Siti Aisyah juga berpendapat mengawasi setiap malam jika anaknya belajar, tetapi jika anaknya tidak ingin belajar atau mengerjakan PR beliau selalu memarahi anaknya alasan utamanya adalah untuk mendidik dan membiasakan anaknya untuk hidup displin dan selalu belajar. Berikut pernyataan beliau:

Kalo anak saya tidak mau mengerjakan PR atau enggak mau belajar saya selalu memarahi dia, karena saya tidak mau anak saya tidak disiplin, itu juga demi kebaikan dia mas biar pintar.

Dari hasil wawancara dengan ibu Siti Aisyah, dapat dilihat bahwa beliau menggunakan pola asuh otoriter, terlihat pada pengambilan keputusan yang mutlak diambil oleh orangtua saja.

2. Pola Pengasuhan Demokratis

Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama.Orang tua yang demokratis ini yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.Anak yang memiliki orangtua seperti dengan pola asuh seperti ini ceria, cenderung kompeten secara sosial, energik, bersahabat, memiliki keingintahuan yang besar, dapat mengontrol diri, meiliki harga diri yang tinggi, bahkan


(9)

memiliki prestasi akademis yang tinggi. Bentuk pola pengasuhan ini dianggap paling sehat dan normal dibandingkan pola pengasuhan yang lain. Pola Pengasuhan ini memberikan kesempatan pada anak untuk berkembang kearah positif.

Alasan pertama, belajar untuk mengontrol diri secara adil dan masuk akal sangat berguna bagi anak.selain itu, orangtua yang penuh kasih sayang dan tegas membuat anak menjadi lebih memperhatikan orang lain, percaya diri dan asertif9

Ibu Herawaty adalah orangtua tunggal yang berusia 42 tahun, menjadi orangtua tunggal disebabkan suaminya meninggal, beliau bekerja sebagai penjahit, jumlah anak beliau

. Yang terakhir, orangtua yang sensitif dan responsif terhadap kemampuan dan perkembangan anak dapat membuat anak belajar untuk mengambil tanggung jawab terhadap perilakunya sendiri.

Pengasuhan ini ditandai dengan 3 perilaku pengasuhan, yaitu : kehangatan (Warmth),

keseimbangan kekuasaan (balance of power), dan adanya tuntunan(Demandingness).

Kehangatan terdiri atas kedekatan emosional dan hubungan anak dengan orangtua.Tugas orangtua adalah menyediakan kehangatan dan penerimaan selama pertumbuhan anak.Keseimbangan kekuasaan mengkhususkan pada bagaimana orangtua menerapkan pola pengasuhan yang demokratis dengan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan dalam keluarga dan memberikan kesempatan mengemukakan pendapat.

Khusus pada anak remaja, orangtua harus mampu beradaptasi terhadap kemampuan anak.menyadari kesiapan anak terhadap tanggung jawab dan kebebasan. Adanya tuntutan mengacu pada harapan dan aturan yang ditetapkan orangtua yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah laku anak.Orangtua yang autoratif mampu menerapkan aturan yang secara jelas konsisten tanpa paksaan terhadap anak.

Hasil wawancara dengan informan 2:

9

perilaku antar pribadi (interpersonal behaviour) yang melibatkan aspek kejujuran, keterbukaan pikiran dan perasaan.


(10)

46

adalah 3 orang, 2 orang perempuan dan 1 laki-laki, anak perempuan pertama beliau baru saja tamat kuliah dan baru beberapa waktu bekerja, dan kedua anaknya yang lain masih berusia remaja. Beliau sudah 4 tahun menjadi orangtua tunggal dan selama itu juga tinggal bersama ketiga anaknya disatu rumah.Menurut beliau didalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan anak didalam keluarga, seringkali beliau mengikutsertakan anaknya. Baik itu dengan siapa anak bermain, penentuan tempat sekolah, bagaimana cara yang baik untuk anak belajar, beliau selalu melibatkan anak-anaknya didalam pengambilan keputusan tersebut, dikarenakan beliau beranggapan bahwa sang anaklah yang akan menjalani keputusan-keputusan tersebut oleh karena itu lebih mementingkan keputusan bersama dibandingkan hanya keputusan sepihak. Beliau menyatakan sebagai berikut :Saya selalu mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan mereka, apalagi yang pertama perempuan dan yang kedua laki-laki sudah terbilang dewasa hanya yang paling kecil perempuan yang masih dalam masa peralihan, oleh sebab itu saya tidak ingin anak saya terpaksa nantinya dalam menjalani keputusan yang diambil, jadi saya selalu memberi bimbingan dan arahan kepada mereka.

Ibu Herawaty juga mengatakan selama ini anaknya juga menurut jika diberi pengarahan dan nasihat, jika keinginan anak tidak baik, beliau tidak langsung melarangnya tetapi memberi nasehat dan memberi pilihan - pilihan lain untuk si anak. Selain itu.jika beliau memberikan batasan waktu untuk bermain anaknya selalu meurut dan selalu tepat waktu tetapi terkadang sedikit terlambat. Ibu herawaty biasa menelpon atau sekedar 'sms' jika anaknya telat pulang, agar beliau bisa mengetahui apa yang sedang anaknya lakukan dan dimana anaknya bermain. Beliau menyatakan sebagai berikut : jika saya memberi batasan waktu bermain kepada anak saya, dia selalu menurut, tetapi kadang dia telat waktu dan kalau dia telat waktu seperti itu saya biasanya menelpon atau sekedar sms, untuk mengingatkan dia kalau sudah waktunya pulang.


(11)

Jika anaknya melakukan hal-hal negatif seperti berkelahi dengan teman temannya, beliau pasti memberikan hukuman. beliau berpendapat bahwa nanti jika kenakalan-kenakalan seperti itu tidak diberi hukuman pasti akan berdampak negatif dan anak akan terus mengulanginya lagi, dia tidak ingin anaknya terbiasa dengan berkelakuan tidak baik saat bergaul dengan teman-temannya, tetapi setelah menghukum, beliau menyatakan selalu memberi alasan mengapa beliau melakukan hal tersebut. Beliau mencoba memberikan pengertian kepada anaknya tentang perlakuannya tersebut.

Berkomunikasi dengan anak adalah hal yang sangat penting yang harus dilakukan, karena dengan berkomunikasi dengan anak, beliau akan mengerti dan memahami keadaan anaknya. beliau juga menyatakan komunikasi adalah jalan orangtua berbagi dengan anak dan sebaliknya anak berbagi dengan orangtua, jadi komunikasi itu penting dilakukan sesering mungkin dengan baik anak dengan orangtua, orangtua dengan anak. Berikut pernyataan beliau: komunikasi dengan anak bagi saya adalah hal yang sangat penting, karena dengan berkomunikasi sesering mungkin saya bisa mengerti dan tau keadaan anak saya, sehingga saya bisa mengarahkan jika anak saya salah didalam pengambilan keputusan ataupun melakukan hal yang lain.

Ibu Herawaty adalah orangtua yang terbuka dengan anaknya, karena beliau selalu memberikan ruang yang cukup untuk anaknya didalam mengemukakan pendapatnya, dan beliau juga selalu mendorong anaknya untuk selalu mengemukakan pendapatnya. Karena disinilah wadah yang seharusnya anak mengekspresikan perasaannya baik itu tentang keluarga dan lingkungan sekitarnya. Berikut pernyataan beliau :biasanya saya selalu mendorong anak saya untuk dia mengungkapkan perasaan, pendapat dan hal apa saja yang ingin dia ungkapkan kepada saya, karena disinilah salah satu tugas orangtua untuk menyediakan ruang anak agar bisa berkomunikasi.


(12)

48

anaknya ketika anaknya sedang bercerita tentang pengalaman dan aktifitasnya sehari-hari. Beliau berpendapat bahwa dia selalu memperhatikan pembicaraan anaknya baik itu keinginan anaknya, pengalaman anaknya didalam bergaul sehari-hari karena dari sinilah beliau dapat memberi pengarahan dan dapat mengontrol anaknya didalam bermain, beliau juga menyebutkan dia tidak ingin anaknya menjadi rusak10

Ibu Herawaty memang dalam berinteraksi dengan anak cenderung lebih hangat dan lebih mementingkan anaknya. Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa beliau adalah sosok seorang orangtua yang hangat didalam mendidik anaknya, dia sangat

dialam bergaul sehari - hari. Berikut adalah pernyataan beliau :saya pribadi selalu memperhatikan ketika anak saya sedang bercerita tentang hal-hal apa saja yang dialami atau dilakukan oleh anak saya saat bermain sehari - hari mas, karena dari sinilah saya bisa mengambil kesimpulan dan mengerti bagaimana anak saya bergaul dan bermain dan saya bisa mengambil tindakan dan bisa mengontrol jika terjadi hal - hal yang negatif. Kadang jika anak saya tidak mau bercerita saya seringkali mendorong dan memulai agar anak saya bercerita.

Ibu Herawaty juga menyebutkan jika didalam melaksanakan tugas-tugasnya anak melakukan kecerobohan beliau sering membimbingnya, beliau tidak suka menghukum karena menghukum menurutnya bukan jalan yang baik untuk mendidik anak dalam bertanggung jawab dengan pekerjaannya, berikut pernyataan beliau: jika anak saya buat kesalahan dalam menjalankan tugasnya saya jarang marah, karena marah bukan solusi paling saya cuma ngajarin anak saya aja biar gak salah lagi.

Didalam interaksi saat anak sedang belajar, beliau selalu menyempatkan diri untuk menemani anaknya Berikut pernyataan beliau: biasanya anak saya kalo gak mau belajar saya tanya dia kenapa kok gk mau belajar, dan kalo ada masalah sama anak saya coba membantu dia, walaupun itu yang saya bisa tapi saya menyempatkan diri untuk mengawasinya belajar.

10


(13)

terbuka dengan anaknya dan selalu berusaha memberikan pola asuh yang baik bagi anaknya. Sikap orangtua yang penuh dengan kasih sayang dan juga tegas menjadi ciri khas dari gaya pola pengasuhan beliau. beliau juga mampu beradaptasi dengan kemampuan anak, menyadari kesiapan anak tentang tanggung jawab dan kebebasan.

Hasil wawancara dengan informan 3 yaitu anak laki-laki ibu Herawaty:

Dalam proses mendidik dan mengarahkan ibu herawaty terbilang hangat dan serba mau tau tentang kegiatan anak-anaknya, beliau sangat peduli dan peka terhadap keadaan yang dialami apabia terdapat masalah-masalah dan biasanya mengenai uang jajan dan keinginan yang harus dipenuhi seperti pakaian dan lain sebagainya. Komunikasi yang lancar juga terjalin dalam keseharian, sering cerita-cerita dan juga tidak pernah membeda-bedakan anaknya meskipun berbeda kelamin. Terkadang ibu herawaty juga memberi nasihat mengenai masa depan yang harus dipenuhi seperti pekerjaan hingga jodoh, tapi sebatas memberi pengarahan mana yang baik yang sehaarusnya dilakukan. Beliau juga terbilang jarang memarahi yang begitu berlebihan, oleh sebab itulah terlihat bahwa beliau tidak mendidik secara keras, tetapi penuh kasih saying dan kepedulian.

Hasil wawancara dengan informan 4:

Ibu Tuginem adalah salah satu orangtua tunggal, usia 58 Tahun,menjadi orangtua tunggal karena suaminya meninggal, beliau hanya seorang ibu rumah tangga. Jumlah anak beliau ada 9 orang dan jumlah anak yang masih menjadi tanggungan beliau adalah 2 orang.Menjadi orangtua tunggal sudah 7 tahun. Menurut beliau, beliau selalu mengikut sertakan anak-anak didalam pengambilan keputusan didalam keluarga dan didalam pengambilan keputusan yang menyangkut pilihan anaknya, hal ini menurutnya sangat penting dilakukan karena nantinya anaklah yang akan menjalani keputusan tersebut dan


(14)

50

beliau ingin mendiskusikannya dari awal, beliau memberi ruang kepada anaknya untuk mengapresisasikan pilihan-pilihannya kepadanya, setelah itu beliau memberi nasehat dan arahan-arahan bahkan tak segan memberikan alternatif pilihan-pilihan lain. Seperti pernyataan beliau: saya selalu mengikutsertakan anak didalam pengambilan keputusan didalam keluarga, apalagi hal-hal yang menyangkut dengan anak saya contohnya untuk mencari pasangan hidup dan sekolah misalnya, saya selalu memberi ruang yang cukup untuk mendiskusikan keinginan-keinginan anak, karena nantinya si anaklah yang akan menjalaninya sendiri saya sebagai orangtua hanya bisa memnberi arahan, dan nasehat serta mendukung keputusan anak saya.

Ibu Tuginem mengatakan pasti ada hukuman saat anaknya melakukan tindak negatif dalam pergaulan sehari-hari dengan temannya seperti berkelahi, beliau tidak ingin anaknya menjadi bandel walaupun dia diasuh dari keluarga yang kurang lengkap, oleh karena itu beliau memberi hukuman untuk anaknya bila anaknya melakukan hal-hal negatif, tetapi setelah memberi hukuman beliau mengaku memberi arahan kembali pada anaknya bahwa yang dilakukannya adalah salah oleh sebab itu dia menghukumnya. Seperti pernyataan beliau: hukuman pasti ada saat anak melakukan kesalahan, tapi setelah itu saya kembali memberi arahan agar dia tidak mengulanginya lagi, saya juga gak pengen anak saya bandel karena dia diasuh dari keluarga yang kurang utuh seperti keluarga saya ini.

Ibu Tuginem menyatakan sangat penting berkomunikasi dengan anaknya, karena disinilah fungsi orangtua berjalan, beliau menganggap dengan berkomunikasi sesering mungkin beliau bisa mengerti dan memahami keinginan anaknya.Seperti pernyataan beliau:

penting sekali berkomunikasi dengan anak, karena disinilah saya bisa tau apa yang dirasakan anak saya, apa yang menjadi keinginannya saya bisa mengerti, oleh karena itu sebisa mungkin saya berkomunikasi dengan anak saya walaupun pada saat kami berjauhan sekalipun.


(15)

Ibu Tuginem menyatakan jika anaknya sedang bercerita kepadanya tentang pengalaman dan aktifitasnya sehari-hari, beliau mengaku selalu memberikan waktu untuk anaknya, dan selalu memperhatikan pembicaraan anaknya tersebut, karena dengan demikian orangtua dapat mengontrol anaknya, dengan adanya saling dengar cerita seperti ini beliau mengaku bisa lebih yakin dalam bertindak dan mengontrol anaknya sehari - hari.

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ibu Tuginem adalah sosok seorang orangtua yang hangat didalam mendidik anaknya, dia sangat terbuka dengan anaknya dan selalu berusaha memberikan pola asuh yang baik bagi anaknya. Sikap orangtua yang penuh dengan kasih sayang dan juga tegas menjadi ciri khas dari gaya pola pengasuhan beliau. Beliau juga mampu beradaptasi dengan kemampuan anak, menyadari kesiapan anak tentang tanggung jawab dan kebebasan.Gaya Pola asuh orangtua yang dipakai beliau bercirikan pola pengasuhan demokratis.

3. Pola Pengasuhan Liberal

Pola pengasuhan seperti ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.Pola pengasuhan ini terlihat dengan adanya kebebasan yang berlebihan tidak sesuai untuk perkembangan anak, yang dapat mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang lebih agresif dan impulsif.

Hasil wawancara dengan informan 5:

Ibu Muriati adalah orangtua tunggal, usia beliau 54 tahun menjadi orangtua tunggal disebabkan bercerai dengan suaminya dan pengasuhan anak sepenuhnya berada pada beliau. Beliau tidak memiliki pekerjaan tetap hanya membuka warung makan didepan rumahnya. Jumlah anak beliau ada 2 orang yang paling besar laki-laki beumur 27 tahun dan yang kedua perempuan berumur 16 tahun jumlah anak yang masih menjadi tanggungannya adalah 1 orang yaitu yang paling kecil.


(16)

52

Menurut beliau, ia selalu mengikut sertakan anaknya dalam menentukan pilihan yang menyangkut kepentingan anak didalam keluarga, beliau selalu memberikan apa yang diinginkan anaknya karena beliau ingin anaknya bahagia dengan pilihan-pilihannya tanpa harus menjadi penghalang untuk anaknya.

Berikut pernyataan beliau :saya selalu memberi dukungan kepada anak didalam pengambilan keputusa, karena saya tau apa yang paling diinginkan anak saya.

Beliau juga berpendapat bahwa tidak pernah memberikan batasan waktu kepada anaknya, karena menurutnya jika anak di beri batasan waktu nanti anak itu malah akan manjadi bandel dan tidak menurut dengan orangtua, batasan waktu yang dia berikan hanya saat malam hari jika anaknya ingin keluar bermain dengan teman - temannya. Berikut pernyataan beliau: saya jarang memberikan batasan waktu kepada anak saya, karena nanti dia malah tertekan dan mungkin akan menjadi bandel karena merasa teratur oleh ego saya, mungkin kalau pas malam aja kalau dia pengen keluar dengan kawan-kawanya. Tapi saya juga jarang memberi batasan waktu, untuk anak yang laki-laki, biarkan dia mencari jati dirinya dengan banyak bergaul dengan kawannya.

Beliau juga selalu memberikan kesempatan kepada anaknya untuk mengungkapkan pendapat mereka, dan beliau selalu memenuhi kebutuhan anaknya apapun itu. Berikut pernyataan beliau: saya selalu memperhatikan dan memberi kesempatan pada anak saya untuk mengungkapkan pendapatnya, karena biasanya anak saya meminta sesuatu dan saya berusaha untuk memenuhi permintaanya tersebut, karena saya sangat sayang terhadap anak saya karena hanya mereka kawan saya dalam sehari-hari jadi saya berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.


(17)

Menurut beliau pemberian kerja tidak harus dilakukan dan beliau juga tidak memaksa jika anaknya tidak ingin melakukan tugas yang diberikannya.

Berikut pernyataan beliau: sebenarnya pemberian kerja tidak harus dilakukan, karena saya sendiri juga bisa melakukannya kok, dan itu tidak membebani saya. Toh kalau anaknya juga gk mau masa saya juga mau paksa dia, kalau biasanya dia enggak mau saya hanya membiarkan saja dan biarkan terserah dia mau ngapain.

Penerapan pola pengasuhan yang dipakai ibu Muriaty lebih cenderung tidak memberi batasan kepada anaknya untuk berbuat dan berprilaku sesuka hatinya, orangtua bersikap mengalah, menuruti semua keinginan anaknya secara berlebihan.

4. Pola Pengasuhan tidak terlibat

Anak dari orangtua dari pola pengasuhan ini cenderung terbatas secara akademik dan sosial.Dalam beberapa penelitian berpendapat bahwa anak dengan pola pengasuhan ini lebih cenderung bertindak antisosial pada masa remaja. Apabila pola pengasuhan ini diterapkan sedini mungkin hal ini akan mengakibatkan gangguan pada perkembangan anak. Dalam pola pengasuhan seperti ini akan memiliki anak yang defisit dalam fungsi fisiologisnya, penurunan kemampuan intelektual, serta pemarah.

Hasil wawancara dengan informan 6:

Bapak Timan adalah seorang ayah yang menjadi orangtua tunggal untuk anak-anaknya.Beliau berusia 55 tahun menjadi orangtua tunggal karena bercerai dan menjadi orangtua tunggal dan sampai penelitian saya berlangsung belum menikah lagi.beliau berprofesi sebagai pekerja bangunan dan juga tukang becak. Jumlah anak beliau ada 3 orang, 2 sudah dewasa dan 1 masih bersekolah.yang pertama laki-laki usia 29 tahun dan yang kedua


(18)

54

perempuan usia 27 tahun dan anak yang ketiga laki-laki usia 16 tahun dan masih menjadi tanggungannya karena masih sekolah. Menurut beliau, ia merupakan bapak yang tidak terlalu sibuk mengurusi tingkah laku anaknya, hanya saja dalam kepentingan yang penting saja seperti sekolah dan ekonomi. Dalam hal lainnya bapak ini selalu mempercayakan anaknya yang sudah dewasa yaitu laki-laki dan perempuan dalam menentukan pilihan. Beliau selalu memberikan apa yang diinginkan anaknya karena beliau ingin anaknya senang dengan pilihan-pilihan yang diambil sendiri berdasarkan kemauan dan ajaran abang dan kakaknya.

Berikut pernyataan beliau :saya selalu memberi dukungan kepada anak saya dalam menentukan pilihan, tetapi dalam hal ini abang dan kakaknya juga ikut serta karena saya menyadari abang dan kakaknya lah yang masih mengerti kemauan dan kehendak seusianya.

Beliau juga berpendapat bahwa tidak pernah membatasi waktu kepada anakny dalam bergaul, karena menurutnya batasan waktu yang dia berikan akan mempengaruhi sosialisasi dalam berteman dan karena anaknya juga seorang laki-laki.

Berikut pernyataan beliau: saya tidak ada patokan waktu kepada anak saya, karena nanti dia malah tertekan, apalagi disaat bermain dengan teman sekolah ataupun teman sekitaran rumah, saya biarkan dia banyak bergaul dengan teman-temannya.

Beliau juga berpendapat bahwa tidak pernah menghukum berat kepada anaknya jika anaknya didalam bermain ,berkelahi dan melakukan aktifitas negatif diluar. Menurutnya itu hal yang wajar dilakukan oleh anak muda tetapi jika sudah kelewatan biasanya abang dan kakaknya menegur.

Berikut pernyataan beliau: Sebenarnya tidak perlu memberi hukuman berat kepada anak jika anak melakukan tindak negatif, toh itu hal yang wajar saja kok dilakukan oleh anak seusianya. paling kalo sudah kelewat batas saya menyuruh abang dan kakaknya untuk menegur dan memastikan apa saja tindakannya diluar rumah asalkan tidak memakai


(19)

narkoba. Karena menegornya terus menerus dan dalam hal yang biasa dia akan merasa bersalah terus-terusan.

Beliau berpendapat bahwa berkomunikasi tidak terlalu sering dengan anaknya, karena selain ada abang dan kakaknya yang selalu mendidik saya juga harus bekerja diluar rumah. Berikut pernyataan beliau: komunikasi dengan anak saya terbilang jarang, karena saya seringan diluar rumah untuk mencari nafkah, ditambah lagi karena dirumah ini hanya kami berdua saja dan kami berdua juga sama-sama laki-laki jadi tidak perlu banyak bicara seperti halnya anak perempuan yang harus banyak pendapat dan cerita. Tetapi dengan demikian saya bisa mengerti tentang kebutuhannya. Tapi dalam suatu kesempatan saya juga memperhatikan dan memberi kesempatan pada anak saya untuk mengungkapkan pendapatnya dan keinginannya meskipun hal ini bisa terbilang jarang sekali, dan biasanya karena meminta sesuatu yang menurutnya harus langsung dibilang ke saya.

Gaya pola pengasuhan yang dipakai informan 5 lebih cenderung tidak terlibat kepada anaknya karena bisa dipahami bahwa adanya kedua anak yang paling besar dapat membantu mengarahkan anak ketiganya tersebut.


(20)

56 BAB IV

STRATEGI DALAM MENJALANI PERAN GANDA SEBAGAI ORANGTUA TUNGGAL

Menurut Goode, William. J (2007: 197-198)terdapat akibat beberapa hal yang dirasakan sebagai single parent atau orangtua tunggal, yaitu:

1. Penghentian kepuasan seksual.

2. Hilangnya persahabatan, kasih atau rasa aman.

3. Hilangnya model peran orang dewasa untuk dikuti anak–anak.

4. Penambahan dalam beban rumah tangga bagi pasangan yang ditinggalkan, terutama dalam menangani anak–anak.

5. Penambahan dalam persoalan ekonomi, terutama jika suami meninggal atau meninggalkan rumah dalam jangka waktu tidak terbatas.

6. Pembagian kembali tugas–tugas rumah tangga dan tanggung jawabnya.

Tidak adanya pasangan disebabkan karena banyak hal seperti kematian, perceraian, perpisahan akibat perang atau bencana alam dan sakit sehingga tidak dapat menjalankan perannya. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga yang mengakibatkan seseorang menjadi orangtua tunggal yang berarti akan membawa seseorang untuk beradapatasi dengan kondisi yang baru yakni penambahan peran dan serangkaian tugas-tugas ganda yang harus dilakukan. Single parent yang disebabka karena adanya hubungan diluar nikah atau bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah kemudian mengadopsi anak akan membutuhkan motivasi dan dukungan yang lebih dari keluarganya karena perlu kesiapan yang matang baik secara mental maupun finansial untuk menjadi orangtua tunggal. Sedangkan orangtua tunggal yang karena adanya kematian dan sakit dirasa kondisi tersebut seseorang dianggap memiliki tingkat kematangan yang tinggi sehingga diharapkan mampu


(21)

mengatasi segala perubahan yang terjadi.

4.1 Peranan Orangtua dalam Keluarga

Peranan orangtua dibagi menjadi dua peranan ibu dan peranan ayah. peranan ibu terhadap anak-anaknya adalah sebagai berikut:

1. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang. 2. Pengasuh dan pemelihara.

3. Tempat mencurahkan isi hati.

4. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga. 5. Pembimbing hubungan pribadi

6. Pendidik dalam segi-segi emosional.

Tanpa adanya diskriminasi tugas dan tanggung jawab ayah dan ibu dalam keluarga, namun apabila ditinjau peran dan tugas sebagai ayah terhadap anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai:

1. Sumber kekuasaan didalam keluarga.

2. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar. 3. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga.

4. Pelindung terhadap ancaman.

Dalam kehidupan keluarga yang modern ini telah banyak emansipasi wanita dimana peran wanita tidak lagi hanya mengurus urusan dalam rumah saja tetapi peran mencari nafkah juga dilakukan oleh kaum wanita. Selain dapat mengembangkan dirinya serta dapat ikut menunjang kebutuhan keluarga. Seorang ayah dan ibu sangat besar peranannya dalam memberikan pendidikan bagi anak-anak yang nantinya akan berpengaruh besar terhadap


(22)

58 perkembangan dan pendidikan anak.

4.2Strategi Menjalankan Fungsi dan Peran Sebagai Orangtua Tunggal

Setiap kehidupan manusia selalu mengalami perubahan.Perubahan dapat berupa perubahan yang cepat (revolusi), ada perubahan yang lambat (evolusi), ada pula perubahan yang pengaruhnya sangat luas seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ada pula perubahan yang pengaruhnya sangat sempit.perubahan dapat terjadi diberbagai bidang kehidupan manusia, bidang ekonomi, pendidikan, politik, sosial, kebudayaan dan lain-lain.

Menurut Soerjono Soekanto (2006:244) menjelaskan peranan mencangkup tiga hal, yakni :

a) Peranan meliputi norma–norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan–peraturan yang membimbing seseorang dalam masyarakat.

b) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Dengan adanya tanggung jawab atas peran yang baru, setiap orangtua tunggal harus tetap bertahan, memberikan arahan terhadap tingkah laku yakni dorongan sebagai suatu tenaga dari dalam diri yang mampu mengarahkan tingkah laku manusia.Dorongan yang berasal dari keluarga atau kerabat dekat dan juga anak–anak buah perkawinan mendorong semangat untuk terus bertahan demi buah hatinya dan tidak terlarut dalam kesedihan baik karena suatu perceraian ataupun meninggalnya suami.


(23)

memerankan sebagai seorang ibu dan seorang ayah dengan adanya faktor pendukung yaitu dari keluarga terdekat,motivasi agar anak-anak sukses dan aktualisasi diri dimana ibu yang dulunya sebagai ibu rumah tangga kini dapat bekerja di luar rumah serta bagi ibu yang telah bekerja dapat terus berkarir demi memenuhi kebutuhan keluarga. Walaupun juga banyak faktor penghambat yang dirasa sulit dalam menjalani fungsi dan peran yang baru adalah segala urusan keluarga dan rumah tangga yang dahulunya dijalani bersama dengan suami, kini harus ditanggung sendiri.

4.2.1 Strategi Sebagai Orangtua Tunggal

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal di suatu tempat atas dasar perkawinan, ikatan darah ataupun adopsi. Ayah dalam keluarga sebagai suami dari sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya dan juga mencari tambahan pendapatan keluarga.Salah satu realitas yang terjadi di dalam kehidupan adalah fenomena keluarga dengan salah satu orangtua saja atau biasa disebut dengan single parent.Single parent adalah seorang ayah atau seorang ibu yang memikul tanggung jawabnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus mengurus segala urusan rumah tangga.Single parent dapat disebabkan karena adanya perceraian, perpisahan dan kematian.Peristiwa berpisahnya atau meninggalnya salah satu orangtua adalah hal yang tidak mudah dijalani karena semua tanggung jawab keluarga dibebankan pada salah satu orang saja.

Berikut hasil wawancara dari beberapa orang yang menjadi orangtua tunggal dalam keluarga:


(24)

60

Ibu Siti Aisyah usia beliau 31 tahun adalah orangtua ajril habsy yang berusia 6 tahun dan sudah 5 tahun menjadi orangtua tunggal. Beliau mengatakan, ketika masih bersama dulu saya sudah terbiasa jauh dengan suami akibat tuntutan pekerjaan, karena itulah menjadikan saya bisa merawat anak sebagai ibu sekalian ayah dan sampai sekarang walaupun sudah berpisah dengan suami.Maka dari pengalaman itu untuk menghadapi kesendirian itu tidak jauh berbeda.

Gambar 2. Ibu Siti Aisyah

Sumber: Koleksi Pribadi Peneliti

Secara finansial sejak masih ada suami beliau tidak tergantung finansial karena beliau juga memiliki pekerjaan yang masih dimilikinya hingga sekarang, namun apabila diperhitungkan, beliau mengatakan,

sebetulnya kalau dibilang berat ya berat, karena saya merasa tugas saya sebagai orangtua itu untuk mendukung anak, padahal untuk pendidikan anak saat ini kan memerlukan biaya yang tidak sedikit, ya itu sebetulnya tugas suami ya dibilang berat ya berat karena itu biayanya tidak sedikit, ya untung saja penghasilan saya dapat mengurangi beban yang harus saya penuhi.

Beliau telah terbiasa dengan keadaan dimana tidak ada suami disampingnya, perceraian yang terjadi dengan suami tidak menjadi masalah namun secara psikologis dan secara materi semua tanggung jawab dilimpahkan kepada beliau, walau tidak menjadi masalah ketika berpisah dengan suaminya namun beliau tetaplah memiliki beban karena tangggung jawab anak-anak dalam masalah finansial ataupun kasih sayang dari seorang ayah yang seharusnya bisa dijalani dengan bersama. Beliau harus berjuang sendiri mencari nafkah,


(25)

menerima gunjingan dari masyarakat akibat perceraian dan memberikan kasih sayang kepada anak-anak untuk menerima keadaan keluarga yang tidak utuh. Pertanyaan yang diungkapkan, menunjukkan ketika orangtua menjadi orangtua tunggal, seorang ibu akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarga. Segala urusan keluarga baik untuk biaya hidup dan biaya pendidikan untuk anak harus ditanggung sendirian namun seberat apapun akan dijalani dengan sebaik- baiknya.

Pernyataan lain dikemukan oleh ibu Herawaty,

Mulanya protes dengan Tuhan kenapa baru berusia segitu bapak sudah diambil justru, yang tua-tua belum diambil tuhan, tapi sudahlah namanya kehendak tuhan ya sudah apalagi kita harus waspada selalu berjaga-jaga dalam keadaan seperti itu harus lebih kuat, kalau mengingat sedih ya memang sedih tapi kita tidak perlu berlarut dalam kesedihan mengingat anak-anak yang sudah mulai dewasa, masih perlu materi dan bimbingan, kalau anak lihat orangtua sedih nanti malah jadi kefikiran terus.

Anak laki-laki dari ibu Herawaty juga menyatakan,

kalau dibilang sedih ya sedih, harusnya menjadi motivasi tapi, malah sekarang udah nggak ada bapak aku harus menjadi semakin bagus, aku harus mempunyai masa depan yang jelas dan ada satu keyakinan akses ke Tuhan semakin dekat.

Ibu Herawaty mengatakan pada awal mula memang tidak dapat menerima kepergian suami namun dibutuhkan proses untuk dapat menerima kehilangan figur seorang ayah dan suami. Beban yang seharusnya ditanggung berdua kini harus ditanggung sendirian tanpa suami yang dicintai demi anak-anak yang masih membutuhkan kasih sayang dan bimbingan serta selalu menguatkan.

Pernyataan lain juga diungkapkan oleh ibu Tuginem,

saya sempatmemberontak sekitar 4 bulan melakukan apa-apa tidak mau, mandi saja tidak mau, sangat bersedih. tetapi kalau saya tinggal seperti ini nanti kasihan anak-anak


(26)

62

saya, saya berpikir kembali saya tidak boleh seperti ini, kemudian dapat bersemangat dari anak-anak. saya harus bertanggung jawab sendiri, sekarang saya seorang diri, kalau dahulu saya kan tergantung pada suami ada tempat untuk bergantung tetapi sekarang saya harus bisa sendiri.

Pernyataan dari ibu Muriati,

saya sudah biasa seperti ini saya buat nyaman saja, berpisah juga sudah difikirkan matang, ya harus sudah hidup sendiri kalau ada urusan apa-apa saya juga dengan anak-anak. Untungnya anak-anak juga tidak banyak mengeluh sehingga peran yang saya alami sekarang tidak begitu berat, dan menjadi motivasi untuk dapat bertahan adalah anak-anak.

Berikut juga pernyataan dari seorang ayah yang menjadi orangtua tunggal:

Bapak timan ditinggalkan istrinya sejak 5 tahun yang lalu, beliau dapat menerima keputusan yang diambil oleh beliau dan istrinya walau pada awalnya terasa berat karena apabila ada permasalahan pasti selalu ada teman cerita, yang terpenting baginya adalah ia tidak ingin kecewa didepan anak-anaknya. Berikut pernyataan beliau,

pada waktu awalagak berat, beratnya itu karena dulu sewaktu masih hidup kan ada teman untuk diajak berbicara untuk pertimbangan tetapi sekarang apa-apa harus dijalani sendiri kalau mau cerita dengan anak itu rasanya berbeda.

Para orangtua tunggal mengungkapkan bagaimana kesedihan yang begitu mendalam ketika keluarga menjadi tidak utuh akibat salah seorang anggota keluarga meninggal, dalam hal penerimaan membutuhkan proses panjang namun demi anak- anak yang dicintai, menjadi motivasi untuk kembali bangkit dalam menjalani hidup dengan baik tanpa kehadiran pasangan.

Dari hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu keluarga yang tidak utuh yang diakibatkan karena adanya perpisahan karena


(27)

perceraian dan perpisahan karena kematian dalam proses penyesuaian sebagai orangtua tunggal. Bagi ibu/ bapak yang berpisah dengan pasangan karena bercerai hal itu dianggap sesuatu hal yang tidak begitu berat dalam melakukan penerimaan diri, sedangkan ibu yang ditinggalkan karena meninggal akan membutuhkan proses yang panjang akibat kehilangan salah satu sosok yang dahulunya menjadi tempat pencurahan hati, baik sebagai pencari nafkah maupun bertanggung jawab penuh atas keluarganya. Kini seluruh beban keluarga dilimpahkan kepada salah satu orangtua saja, kesulitan dan kesedihan dilalui namun harus tetap berusaha terus bangkit demi menjalani kewajibannya sebagai orangtua.

4.2.2 Strategi dalam MengatasiEkonomiKeluarga

Dalam keluarga dimana ibu/ ayah sebagai orangtua tunggal menjalankan tuntutan untuk bekerja dan mampu menghadapi segala permasalahan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, mengharuskan ibu/ ayah mencari nafkah hidup, setelah pasangan meninggal atau bercerai. Ibu/ ayah sebagai kepala keluarga yang secara finansial dan sosial didukung dengan keberadaan pasangan, setelah adanya perpisahan, perceraian atau kematian, maka ibu/ ayah akan bekerja sebagai tulang punggung keluarga. Ada beragam pendapat mengenai penyesuaian diri dalam hal ekonomi, setelah ibu/ ayah menjadi kepala keluarga, pendapat yang diungkapkan langsung oleh beberapa informan berikut,

Pendapat dari ibu Siti Aisyah yang memiliki pekerjaan sebagai perawat di salah satu klinik di Rantauprapat,

saya sudah biasa mencari uang ketika suami masih ada, karena saya mempunyai penghasilan sendiri, waktu masih bersama saya jarang minta suami, kalau diberi ya saya terima kalau tidak ya tidak, jadi sudah terbiasa tidak ada masalah, dan saat ini cukuplah untuk biaya anak bersekolah, meskipun tidak ada tambahan ataupun tabungan dari mantan suami dan aset-aset apapun.


(28)

64

Beliau juga menjelaskan, gaji yang saya terima juga cukup untuk makan dan kebutuhan lainnya karena setelah pisah saya kembali kerumah orangtua, jadi untuk sekedar makan jadi terbantu walaupun seadanya.

Ibu Herawaty yang sehari-hari bekerja sebagai penjahit juga menyatakan bahwa ada perbedaan yang dirasakan dalam hal ekonomi, kalau dahulu yang mencari nafkah dua orang kini hanya satu orang saja,

kalau waktu masih ada bapak penghasilan dari ibu dikumpulin jadi istilahnya ya satu uang, kalau istilah zaman sekarang ini uang laki-laki ini uang perempuan itu gak ada dalam keluarga kami, tidak ada istilah seperti itu, kami selalu membuat bagian-bagiannya sendiri, ini uang dari bapak ini uang dari saya, ini untuk bensin untuk lain-lain diberikan kepada bapak, yang ini untuk biaya sekolah, yang ini untuk makan satu bulan, yang sebagian untuk keperluan untuk sosial dan biaya tak terduga dan baru sisanya kalau ada disisihkan untuk ditabung, itu waktu ada bapaknya, la sekarang berhubung tinggal sendiri ya bagaimana caranya bisa untuk mencukupkan keperluan dalam satu bulan, penerimaan sekian digunakan untuk kewajiban yang harus dibayar, seperti listrik dan sekolah.

Gambar 3. Ibu Herawaty

Sumber: koleksi pribadi peneliti

Beliau juga mengatakan bahwa setelah suami meninggal keuangan memang sedikit berbeda ketika suami masih hidup, tetapi beliau lumayan terbantu karena adanya simpanan yang berasal dari pensiunan bapak sebagai pegawai kantor pos dulunya, jadi beliau mengtakana cukup terbantu untuk keperluan dadakan.


(29)

Tanggapan juga ada dari putri pertama ibu herawaty yang kini telah bekerja menuturkan,

walau sudah bekerja tapi belum bisa ngasi ke ibu, tapi paling nggak ya untuk mencukupi kebutuhan sendiri bisa terpenuhi.

Anak pertama Ibu Herawaty yang telah bekerja mengaku ingin sekali membantu perekonomian keluarga, namun saat ini ia belum dapat membantu, yang terpenting kini dapat meringankan beban ekonomi ibu dengan gaji yang ia miliki dapat digunakan memenuhi kebutuhannya sendiri.

Pernyataan Ibu Tuginem yang hanya seorang ibu rumah tangga, beliau mengatakan adanya perbedaan dalam hal ekonomi karena semua dahulu dipenuhi oleh suami sehingga ibu hanya menerima penghasilan dari suaminya, tetapi setelah ayah meninggal perkonomian agak terasa sulit hanya berharap dibantu oleh anak-anak yang sebagian sudah bekerja.

Beliau menjelaskan ia pernah mencoba untuk berjualan namun tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehingga usaha tersebut tidak ia lanjutkan,

saya pernah berjualanmenjadi tapi malah jadi beban karena saya tidak tega hati untuk meminta bayaran, saya tidak cocok kalau berbisnis, saya pernah waktu itu jual barang dagangan sedikit tetapi kebetulan ketemu dengan orang-orang yang sulit untuk membayar, ibu-ibu sebenarnya sangat senang tetapi saya yang jadi tidak enak hati sehingga membuat musuh saja karena kesal dengan orang karena untungnya juga tidak seberapa. Jadi untuk sekarang ini hanya dikasi dari anak-anak yang sudah bekerja untuk biaya sehari-hari, makan dan di simpan untuk biaya sekolah adik-adiknya.


(30)

66

Gambar 4. Ibu Tuginem

Sumber: Koleksi Pribadi Peneliti

Ibu Muriati juga memberikan penjelasan mengenai perekonomian dulunya tergantung kepada suami, ketika sudah berpisah untuk memenuhi kebutuhan keluarga terpaksa menggadaikan rumahnya.

Gambar 5. Ibu Muriati (Butet)

Sumber: Koleksi Pribadi Peneliti

Beliau menuturkan, sebagai orangtua apapun yang saya bisa, saya akan lakukan demi anak-anak, rumah saya, saya gadaikan untuk anak saya yang pertama mau bekerja, dan sisanya saya buka usaha rumah makan kecil-kecilan didepan rumah supaya bisa bantu pendapatan untuk bayar rumah, selain dari beberapa kadang dapat dari anak yang udah kerja.


(31)

istrinya tidak begitu sulit dalam permasalahan ekonomi walaupun beliau tidak bekerja, berikut pernyataannya langsung,

mengenai pembagian keuangan akan lebih memprioritaskan untuk biaya pendidikan anak yang paling kecil karena cuma dia yang masih sekolah, kita yang penting usahakan sekolah dulu, meskipun saya hanya sebagi tukang bangunan dan terkadang tukang becak, yang penting-penting lainnya agak disampingkan seperti tv ataupun kereta. barang-barang elektronik terbilang masih terbantu karena kalo saya kerja anak terbiasa sendiri kadang tinggal sama kakak atau abangnya kadang juga saya titip ke kakeknya jadi fasilitas masih yang ada dirumah kakeknya saja, malahan kadang gak mau pulang dari rumah kakeknya.

Dari uraian hasil peneltian, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan keluarga berkaitan erat dengan masalah ekonomi yang berkaitan dengan masalah finansial keluarga. mengenai pemenuhan kebutuhan hidup keluarga sehingga menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi tumpuan nafkah keluarga. apabila dahulu hanya suami/ayah yang bekerja sekarang ibu harus bekerja atau mengusahakan segala cara demi terpenuhinya kebutuhan keluarga, apabila sebelum menjadi orangtua tunggal ibu dan ayah sama-sama bekerja maka ekonomi tidak akan terasa begitu sulit dalam hal pemenuhan kebutuhan keluarga. Dalam hal ini baik ibu dan bapak yang sebelumnya telah bekerja maupun tidak bekerja dalam kesehariannya akan lebih mandiri, mengusahakan dengan berbagai cara dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, lebih cermat dalam mengatur uang sehingga keadaan ekonomi keluarga semakin baik.

4.2.3 Strategi dalam MemilihPendidikan Anak

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena dalam keluarga anak-anak awalnya mendapat pendidikan dan bimbingan utama karena sebagaian besar kehidupan anak adalah dikeluarga. dengan demikian dari keluarga pembentukan kepribadian anak menjadi manusia yang siap melakukan tugas dan


(32)

68

tanggung jawabnya, menguasai diri, menjalankan peran sosialnya serta mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Sebagai orangtua tunggal memiliki peran yang penting dalam keluarga, perubahan peran yang paling dominan karena memiliki peran baru yakni sebagai figur ibu dan juga sebagai figur ayah dalam rumah tangga. dan harus memiliki tanggung jawab paling besar terhadap pendidikan anak-anak.

Berikut pernyataan dari beberapa orangtua tunggal mengenai strategi dalam pendidikan anak:

Ibu Siti Aisyah mengatakan,

saya sendiri memberi contoh pada anak, jika saya menyuruh saya juga memberi contoh pada dia, ‘ibu saja sampai sekarang masih mau belajar, kenapa kamu yang masih muda nggak belajar’, saya tidak mengharuskan anak saya jadi ini itu, yang penting sekolah dulu yang bagus, masalah rejeki itu tuhan yang ngatur.

Gambar 6. Ibu Siti Aisyah dan Anaknya


(33)

Beliau juga menceritakan bahwa ia selalu menanamkan kepada anaknya untuk sekolah hingga jenjang yang tinggi, dan dalam mendidik anak-anak selalu tenang agar ibu dan anak dapat saling mengerti keadaan keluarga sehingga anak dapat lebih menghargai ibu yang kini menjadi kepala keluarga dengan segala keterbatasannya.

Anak-anak dapat berkembang dengan baik walau tanpa ayah namun tidak dipungkiri bahwa peran ayah sangat dibutuhkan anak, beliau menceritakan anaknya sering mengalami minder karena ketiadaan ayah, penuturannya beliau secara langsung,

anak saya kadang minder karena ketiadaan seorang bapak, terkadang dia juga tanya bapaknya kemana, tapi saya langsung nyatakan kalau bapak sudah meninggal, terus kirimin doa biar bapak masuk surga, dia melihat kawan-kawan seusianya yang masih punya bapak sering jeput sekolah itulah yang membuat dia heran dan kadang bertanya, tapi untunglah anak saya dapat memahami dan juga karena saya tinggal bersama orangtua, kakeknya bisa membuatnya sedikit tenang karena kalo ada apa-apa dia ngadu ke kakeknya jika saya bekerja, mau itu dalam ngajari belajar sekolah maupun lainnya jadi saya sedikit terbantu meskipun saya sering tidak dirumah karena bekerja.

Gambar 7 dan 8. Ibu Siti Aisyah Dan Anaknya

Sumber: Koleksi Pribadi Peneliti

Dari pernyataan informan dapat diketahui bahwa perpisahan akibat perceraian membuat anak-anak merasa kehilangan sosok ayah yang menjadi panutannya, hal ini akan terlihat jelas pada anak-anak karenasosok yang dididolakan.


(34)

70

Pernyataan lain juga dikatakan ibu Herawaty, dalam mendidik selalu membantu anak-anak ketika mengalami kesulitan dalam segala hal sehingga anak-anak-anak-anak tidak merasa mendapat kasih sayang yang kurang,

Beliau mengungkapkan, pokoknya saya berusaha memberikan bimbingan pada anak misalnya anak-anak mengalami kesulitan dalam masalah belajar, atau dalam masalah tugasnya, masalah lain-lain, misalnya untuk transportasi dan sebagainya, pokoknya diberi pengertianlah misalnya ada kesulitan ya ngomong terus terang saja sama orangtua nanti gimana kita pecahkan bersama.

Beliau menjelaskan bahwa ia selalu menanamkan kepada anak- anak untuk selalu terbuka apabila anak-anak memiliki suatu permasalahan, beliau memberikan pernyataannya,

prinsipnya pokoknya diberi kebebasan bukan bebas terus atau lepas semua terserah tapi masih dalam batas kewajaran semua, misal dalam pergaulan atau hal yang lain kamu sudah besar kamu sudah bisa milah-milah mana yang baik mana yang nggak, ya bebas namun tetap dalam batas kewajaran, dilepas tapi juga masih tetap dalam pengawasan.

Beliau juga menambahkan cerita bahwa, anak yang terakhir yang dahulunya manja, kini setelah ayah meninggal berubah menjadi anak yang baik dan dapat menerima ketiadaan ayah, sekarang apa nurut nggak pernah memberontak, dulu kalo minta apa-apa nangis tapi sekarang terlihat perubahannya tanpa dikasih tahu otomatis sudah ngerti.

Ibu Herawaty berusaha mengarahkan anak agar dapat berkembang dan bergaul dengan bebas namun terbatas tanpa kekangan dari orangtua namun beliau memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada anak, anak-anak dianggap telah dewasa dan diberi kepercayaan untuk memilih jalan yang baik.


(35)

segala urusan yang menyangkut keperluan keluarga merupakan tanggung jawab penuh sehingga ibu senantiasa mengingatkan dengan tidak mengekang anak-anak, berikut penuturannya,

ya misalnya beban untuk kewajiban rumah yang melaksanakan saya, nah untuk mengarahkan anak, saya memang sering dibantu sama anak-anak yang besar beri pengertian ke anak yang masih sekolah, misalnya orang itu kalau bertindak seperti harus begini, tapi nggak semata-mata tanpa dipertimbangkan.

Dalam pendidikan beliau selalu menekankan kepada anak, ibu lebih mementingkan pendidikan dalam hal akademik guna bekal anak- anak dihari depan nanti, yang penting tidak macam-macam.

Pendapat lain juga diungkapkan Ibu Muriati,

Beliau senantiasa memberikan perhatian terhadap anak-anaknya, mau itu tentang sekolah, kegiatan sehari-hari dan lainnya, anak-anak pun telah memahami keadaan ibu sehingga tidak memiliki banyak tuntutan kepada ibu, anak-anak berusaha untuk mandiri dan mau bekerja keras dalam segala halnya. Beliau menjelaskan bahwa anak-anak senantiasa menjaga kerukunan dalam keluarga sehingga apabila ada permasalahan segera diselesaikan.

Sama halnya dengan bapak Timan, beliau mengungkapkan setelah berpisah istri peran dalam mendidik anak tetap ia jalani walaupun kini anak yang paling kecil yang butuh perhatian lebih, untuk yang lainnya telah bekerja sehingga waktu untuk bertemu tidak rutin, namun beliau tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak dan selalu mengingatkan anaknya, tetapi terkadang kalau mau tidur di kasur ngobrol, ini dan sebelum berangkat sekolah mengingatkan harus selalu berdoa.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ibu/ ayah sebagai kepala keluarga dalam hal mendidik anak-anak akan berusaha sebaik mungkin memberikan perhatian dan


(36)

72

memberikan nasehat agar berjalan di jalan yang benar serta tidak merasa kekurangan kasih sayang karena hanya adanya satu sosok saja sebagai orangtua. Anak-anakpun dengan bimbingan dan kasih sayang serta sikap terbuka dalam keluarga menjadi lebih mengerti akan keadaan sehingga anak-anak dapat menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri.

4.2.4 Strategi dalam Bermasyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dan bekerja sama, anggota dalam masyarakat termasuk didalamnya keluarga setiap anggota keluarga memiliki tugas-tugas masing-masing sebagai suatu kesatuan sosial. Sebagai orangtua tunggal juga secara otomatis akan terus berhubungan dengan masyarakat dalam kesibukannya sebagai pencari nafkah keluarga dan memiliki tanggung jawab penuh urusan baik dalam keluarga maupun urusan luar keluarga. Dengan menyesuaikan diri keadaan yang baru juga tetap melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat sehingga mampu mengadakan penyesuaian diri secara efektif yakni senantiasa menjaga keselarasan dalam hubungan sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Berikut beberapa pendapat dari informan mengenai penyesuaian diri sebagai orangtua tunggal dalam masyarakat:

Ibu Siti aisyah mengungkapkan karena keterbatasannya dalam hal waktu sehingga ia tidak dapat menyesuaikan dengan keadaan, apabila kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan keluarga, contohnya pengajian ibu-ibu dan sebagainya terbilang jarang ikut serta, tetapi sebatas tegur sapa selalu diupayakan meskipun terus sibuk setiap harinya dalam bekerja. Berikut penuturannya,

kalau itu pengajian saya tidak aktif ikut, karena takutnya ganggu waktu pekerjaan yng harus setiap hari kerja, tapi kalau sebatas tegur sapa di lingkungan rumah saya sering,


(37)

kemudian kalau ada ngumpul-ngumpul apa, ada undangan apa saya selalu berusaha hadir itupun kalau jam kerja sudah selesai atau sebisanya diatur.

Ibu Herawaty juga berpendapat sangat aktif dalam mengikuti kegiatan masyarakat dan suka cerita-cerita dengan tetangga ketika pekerjaan tidak ada.

Gambar 9. Ibu Herawaty

Sumber. Koleksi pribadi peneliti

Beliau mengatakan, saya itu ikut Dharma wanita dan aktif, Dan sekarang malah turut sebagai pengurus arisan sudah hampir 2 tahun menjadi bendahara. Ya dengan hal beginian saya merasa ada kawan-kawan untuk sosialisasi ada kawan cerita mengenai suatu hal dan saya juga menganggap kegiatan seperti itu sangat penting karena bagi saya keluarga terdekat adalah tetangga sekitar, jadi kalo ada apa-apa yang terjadi dirumah selalu tetangga tempat kita meminta pertolongan, untuk itu dalam hal kemasyarakatan seperti itu saya ikuti terus.

Hal serupa juga dikatakan oleh ibu tuginem, beliau mengatakan hubungandengan masyarakat seperti tetangga sekitar baik-baik saja kalau ada kerja bakti dan hajatan selalu ikut.saya mengikuti pkk, posyandu, kalau ada tetangga yang mempunyai hajatan, sebisa mungkin membantu kalau ada hajatan biasanya saya membantu memasak kalau ada nikahan, lahiran anak atau ada yang meninggal. Kalau arisan bapak-bapak dan kerja bakti biasanya anak laki-laki yang mengikuti kerja bakti sebagai pengganti bapak.

Ibu Muriati juga mengatakan, beliau masih aktif dalam kegiatan masyarakat namun karena sekarang harus mengurus warung guna bekerja mencari nafkah keluarga, untuk itu harus mengurangi kegiatannya, untuk kegiatan yang masih diikuti dulu menjadi pengurus


(38)

74

pengajian, berhubung karena harus terus di warung maka sekarang hanyamenjadi anggota saja supaya tidak sering meninggalkan warung, karena harus kesana-kesini, dan untuk kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan pertemuan bapak-bapak, beliau selalu mengarahkan anak yang laki-laki untuk aktif dalam kegiatan masyarakat selain menjaga hubungan yang baik dengan anggota masyarakat juga sebagai sarana pembelajaran bagi anak beliau.

Pernyataan dari bapak Timan, kalau untuk pengajian bapak-bapak memang ikut dilibatkan terus saya pribadi, ataupun misalnya ada acara di lingkungan rumah saya, ikut paling tidak bantu-bantu kerja.

Gambar 10. Bapak Timan

Sumber: Koleksi Pribadi Peneliti

Beliau juga mengungkapkan apabila ada kegiatan yang menyangkut dengan kegiatan ibu-ibu akan mewakilkan kepada anak perempuan sebagai pengganti ibunya, ya seperti bantu-bantu penyediaan konsumsi untuk kegiatan di daerah rumah.

Dari semua uraian hasil wawancara tentang orangtua tunggal dalam kehidupan didalam keluarga maupun kehidupan bermasyarakat diambil kesimpulan, yaitu ibu atau bapak harus mampu fleksibel dalam mengelola waktu bekerja, menjalin komunikasi, hingga memelihara keintiman terhadap anggota keluarga serta senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan tetangga, menjalin hubungan rukun, dan saling tolong menolong sesama anggota


(39)

masyarakat. Disamping aktif dalam kegiatan masyarakat dengan segala keterbatasan waktu, tenaga dan uang, ibu ataupun bapak tetap mengusahakan semaksimal mungkin menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan secara tidak langsung berarti ikut ambil bagian dalam kemajuan hidup bermasyarakat.


(40)

76 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai Strategi Orangtua Tunggal dalam Mengasuh Anak yang berlokasi di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu, maka dapat diperoleh kesimpulan:

Bahwa Kondisi sebagai orangtua tunggal memang tidak semua bisa menghadapi, apalagi jika ditambah pandangan dan komentar miring sebagian masyarakat.Penghormatan dengan cukup dengan menghargai orangtua tunggalsebagai seorang manusia atas segala perjuangan yang dihadapinya dan menerima struktur keluarga yang dianut oleh seorang orangtua tunggal (meliputi orangtua dan anak).Tidak perlu sampai mengasihani secara berlebihan.

Demikian pula halnya pengawasan serta pengasuhan orangtua tunggal cenderung berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak.Pengawasan yang kurang terhadap anak-anak dalam melakukan aktivitas pekerjannnya sehari-hari dapat membuat mereka bingung dalam menentukan tindakan karena tidak mempunyai tempat untuk berbagi.Sumber seperti pendapatan dan faktor penyebab stres lainnya dapat menentukan apakah orangtua tunggal dan anaknya mencerminkan perilaku yang positif atau negatif dalam aspek psikologisnya seperti hubungan anak kepada orangtua.

Ibu yang menjadi orangtua tunggal dapat menjadi kurang perhatian pada anak mereka.Hal ini dikarenakan ibu harus mencari nafkah menggantikan ayah dan harus bekerja, sehingga ibu sering kurang memberikan perhatian pada anaknya. Saat dalam keadaan emosional yang kurang baik akibat lelah bekerja, maka ibu bisa jadi mengasuh anak dengan cara yang tidak tepat dan proporsional. Hal ini dapat memperbesar kemungkinan anak menunjukkan perilaku bermasalah seperti berkelahi, merokok, minum dan sebagainya. Begitu


(41)

juga ketika ayah tunggal yang mengasuh anak, maka si ayah akan merasakan bahwa menjadi ayah itu merupakan proses yang menantang bagi seorang pria, dimana proses ini dapat menyebabkan berbagai gejolak emosional karena para ayah tidak terbiasa dengan afeksi11

5.2Saran

kompleks yang dimunculkan dalam hubungan ayah anak, dimana ayah mempunyai peran ganda dalam mencari nafkah, membesarkan, mendidik, dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya.

Dilihat dari perilaku anak yang berasal dari keluarga single parent ada dua bentuk, Pertama, bagi anak yang berhasil dalam menyesuaikan diri akan memiliki perilaku yang dewasa, mandiri, bertanggung jawab dan percaya diri. Kedua, anak yang tidak berhasil menyesuaikan diri memiliki perilaku cenderung bergantung pada orang lain, tertutup, dan tidak mudah bergaul.Perilaku ini dapat diketahui melalui perilaku sehari-hari yaitu di rumah maupun di lingkungan bermain anak tersebut.Mereka hidup tanpa seorang ayah atau ibu, secara psikologis hal itu berpengaruh terhadap perilaku.

Persepsi atau tanggapan lingkungan sekitar, seperti tetangga maupun saudara tentang keluarga single parent beragam, namun sebagian besar memberikan pendapat bahwa keluarga

single parent memiliki perilaku yang lebih dewasa, serta lebih mandiri. Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan apabila orang tua tunggal dapat menyesuaikan diri dengan perubahan peran dan status tidak menjadi halangan baginya menjadi orangtua teladan dalam mengasuh serta mendidik anaknya dengan bijaksana yang akan berpengaruh pada anak sehingga ia memiliki kepribadian dan perilaku yang baik pula.

Berdasarkan hasil penelitian penulis juga memiliki saran dan harapan kepada para orangtua tunggal untuk mempertimbangkan kembali memakai pola asuh yang kurang baik,

11


(42)

78

karena seorang anak membutuhkan pola pengasuhan yang baik yang lebih adanya keterbukaan, hubungan yang hangat dan komunikasi yang baik dengan anak. Kemudian kepada anak yang hidup pada keluarga dengan orangtua tunggal sebaiknya lebih mengerti, memahami dan bisa melihat keadaan orangtuanya.Serta masyarakat diharapkan mampu melihat sisi baik kepada keluarga orangtua tunggal yang memakai pola pengasuhan tertentu, karena adanya ketidakberfungsinya salah satu fungsi di dalam keluarga membuat keluarga orangtua tunggal harus menyesuaikan dan dituntut berfungsi ganda di dalam keluarga.Dan juga terhadap Pemerintah hendaknya memberikan perhatian dengan mengadakan pelatihan keterampilan dan memudahkan akses dalam peminjaman modal bagi orangtua tunggal yang membutuhkan dalam rangka meningkatkan taraf hidup.


(43)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak

Kabupaten Labuhanbatu dengan Ibukota Rantauprapat merupakan salah satu kabupaten yang berada pada kawasan pantai timur Provinsi Sumatera Utara yang terletak pada koordinat 1°41’- 2°44’ Lintang Utara dan 99°33’ - 100°22’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 - 700 meter diatas permukaan laut.

Kabupaten Labuhanbatu mempunyai kedudukan yang cukup strategis yaitu berada pada jalur lintas timur Sumatera dan berada pada persimpangan menuju Propinsi Sumatera Barat dan Riau, yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta mempunyai akses yang memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Kawasan Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari kawasan perkotaan, kawasan, kawasan pesisir/pantai dan kawasan perbatasan/pedalaman.

Gambar 1. Peta Kabupaten Labuhanbatu


(44)

28

Tabel 1. Batas Wilayah Kabupaten Labuhanbatu LUAS 256.138 HA atau 2.561,38 KM²

BATAS-BATAS:

Utara Kabupaten Labuhan Batu Utara & Selat Malaka Timur Provinsi Riau

Selatan Kabupaten Labuhan Batu Selatan &Kabupaten Padang Lawas Utara Barat Kabupaten Labuhan Batu Utara

2.2 Sejarah

1.2.1 Sebelum Zaman Penjajahan Belanda

Sistem Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhanbatu sebelum penjajahan Belanda adalah bersifat Monarki. Kepala pemerintahan disebut Sultan dan Raja yang dibantu oleh seorang yang bergelar Bendahara Paduka Sri Maharaja dan bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari-hari (semacam Perdana Menteri). Selanjutnya di bawah Bendahara Sri Paduka Maharaja ada Tumenggung yang menjadi Jaksa Merangkap Kepala Polisi. Kemudian ada Laksamana yaitu Panglima Angkatan Laut/Panglima Perang.Di bawah Laksamana ada Hulu Balang atau Panglima Angkatan Darat.Kemudian ada pula Bentara kanan bertugas sebagai ajudan Sultan dan Bentara kiri yang menjadi Penghulu Para Bangsawan.

1.2.2 Zaman Penjajahan Belanda

Secara pasti tidak diketahui kapan Belanda masuk ke Labuhanbatu, dari berbagai keterangan yang dihimpun, diperoleh keterangan bahwa Belanda masuk ke Labuhan Batu berkisar tahun 1825.Namun ada pula keterangan yang mengatakan bahwa kedatangan Belanda ke Labuhanbatu setelah selesai Perang Paderi (berkisar tahun 1831).

1.2.3 Zaman Penjajahan Jepang

Pada tahun 1942 bala tentara Dai Nippon (Jepang) menduduki seluruh wilayah Indonesia.Selanjutnya pada tanggal 3 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di Perupuk


(45)

(Tanjung Tiram).Dari Perupuk sebagian tentara Jepang tersebut melanjutkan gerakan Pasukan untuk merebut Kota Tebing Tinggi dan selanjutnya Kota Medan.Dan sebagian lagi ke Wilayah Tanjung Balai yang pada saat itu sebagai Pusat Pemerintahan Afdeling Asahan.Dari Asahan (Tanjung Balai) selanjutnya ke wilayah Labuhan Batu untuk merebut Kota Rantau Prapat.

1.2.4 Setelah Proklamasi

Dalam perkembangan berikutnya jalannya pemerintahan di Kabupaten Labuhanbatu yang dilaksanakan oleh Komite Nasional Daerah sampai dengan awal Tahun 1946 kurang dapat berfungsi dengan baik.Hal ini akibat fokus pemikiran pada waktu itu lebih ditujukan untuk mempersiapkan perlawanan fisik kepada penjajah Belanda yang selalu berupaya merebut kembali ke Negara RepublikIndonesia yang telah merdeka dan berdaulat sejak tanggal 17 Agustus1945.Pada bulan maret 1946 terjadi Peristiwa Revolusi Sosial di Sumatera Timur (termasuk Labuhanbatu) yang mengakibatkan tergangggunya roda pemerintahan, keamanan dan ketertiban di wilayah LabuhanBatu.

1.2.5 Pemekaran Labuhanbatu

Pada tahun 2008 kabupaten Labuhanbatu mengalami pemekaran wilayah menjadi 3 kabupaten yaitu Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Labuhanbatu Utara.Setelah pemekaran wilayah tersebut, Kabupaten Labuhanbatu hanya terdiri dari 9 Kecamatan yaitu:

1. Bilah Hulu 2. Pangkatan 3. Bilah Barat 4. Bilah Hilir


(46)

30 5. Panai Hulur

6. Panai Tengah 7. Panai Hilir 8. Rantau Selatan 9. Rantau Utara

2.3Kependudukan

Tabel 2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu 2014

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Per 31 Desember 2015

No Kecamatan Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Rantau Utara 52.585 52.399 104.984

2 Rantau Selatan 35.814 35.623 71.437

3 Bilah Barat 21.198 20.836 42.034

4 Bilah Hilir 29.564 28.331 57.895

5 Bilah Hulu 34.182 33.466 67.648

6 Pangkatan 20.154 19.888 40.042

7 Panai Tengah 19.515 18.296 37.811

8 Panai Hilir 21.121 19.884 41.005

9 Panai Hulu 19.715 18.802 38.517

Jumlah 253.848 247.525 501.373

Kecamatan/District

Luas/Area Penduduk/Population Kepadatan Penduduk/ Population

Density

KM % JUMLAH %

BILAH HULU 293,23 11,45 60.889 13,42 208

PANGKATAN 355,47 13,88 33.157 7,31 93

BILAH BARAT 202,98 7,92 37.519 8,27 185 BILAH HILIR 430,83 16,82 51.798 11,42 120 PANAI HULU 276,31 10,79 36.746 8,10 133 PANAI TENGAH 483,74 18,89 37.291 8,22 77 PANAI HILIR 342,03 13,35 37.037 8,16 108 RANTAU SELATAN 64,32 2,51 68.058 15,00 1.058 RANTAU UTARA 112,47 4,39 91.135 20,09 810 LABUHANBATU 2561,38 100,00 453.630 100,00 177


(47)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Status Cerai Hidup dan Cerai Mati Kabupaten Labuhanbatu Per 31 Desember 2015

No Kecamatan Keterangan

Cerai Hidup Cerai Mati

1 Rantau Utara 1.240 3.525

2 Rantau Selatan 759 2.134

3 Bilah Barat 395 1.046

4 Bilah Hilir 362 1.616

5 Bilah Hulu 640 1.935

6 Pangkatan 491 1.187

7 Panai Tengah 232 9.12

8 Panai Hilir 271 1.132

9 Panai Hulu 235 1.007

Jumlah 4.625 14.494

Dari penjelasan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa penduduk kabupaten labuhanbatu tepatnya di kecamatan Rantau Utara banyak terdapat keluarga yang memiliki status bercerai sebanyak 4.765 jiwa, bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

2.3.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digolongkan secara garis besar menjadi tiga kategori, Usia muda/ belum produktif yaitu usia 0-14 tahun, Usia remaja dan dewasa/ produktif yaitu usia 15-54 tahun, Usia tua/ tidak produktif yaitu usia 55 tahun keatas. Jumlah penduduk kabupaten labuhanbatu menurut umur dan jenis kelamin dari data monografi tahun 2014 tercatat 453.630 jiwa.


(48)

32

Tabel 5.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Labuhanbatu

Tahun 2014

Kelompok Umur / Age Group

Penduduk / Population (Orang) Laki-laki / Male Perempuan / Female Jumlah / Total

0 – 4 27.890 27.463 55.353

5 – 9 26.143 25.041 51.184

10 – 14 24.137 23.067 47.204

15 – 19 23.360 22.307 45.667

20 – 24 20.678 19.895 40.573

25 – 29 19.584 19.002 38.586

30 – 34 17.855 17.560 35.415

35 – 39 15.717 15.496 31.213

40 – 44 13.622 13.258 26.880

45 – 49 11.688 11.825 23.513

50 – 54 9.832 9.847 19.679

55 – 59 7.635 7.286 14.921

60 – 64 4.785 4.821 9.606

65 – 69 2.632 3.009 5.641

70 – 74 1.750 2.312 4.062

75 + 1.802 2.331 4.133

Labuhanbatu 229.110 224.520 453.630

Dari penjelasan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa penduduk kabupaten labuhanbatu sebagian besar merupakan golongan usia remaja dan dewasa (usia produktif), yaitu sebanyak 261.526 jiwa, bila dibandingkan dengan usia muda yaitu 153.741 jiwa dan golongan usia tua (usia non produktif), yaitu 38.363 jiwa.

2.3.2 Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan sumber pendapatan bagi kehidupan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia memiliki pekerjaan sesuai dengan usia kemampuan yang dimiliki. Dengan memiliki pekerjaan manusia akan memperoleh pendapatan yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup.


(49)

Tabel 6. Banyaknya Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Tahun 2013

Kelompok Umur / Age Group

Penduduk / Population (Orang) Laki-laki /

Male

Perempuan / Female

Jumlah / Total

15 – 19 14.416 1.818 16.234

20 – 24 12.790 8.312 21.102

25 – 29 18.459 6.250 24.709

30 – 34 16.449 10.839 27.288

35 – 39 14.507 6.935 21.442

40 – 44 13.254 7.220 20.474

45 – 49 8.714 5.066 13.780

50 – 54 10.084 5.162 15.246

55 – 59 3.882 778 4.660

60 + 7.297 1.332 8.629

Labuhanbatu 119.852 53.712 173.564

Penduduk Kabupaten labuhanbatu mempunyai mata pencaharian yang sangat beraneka ragam.Dalam hal itu sektor industri pengolahan masih merupakan penyumbang terbesar dalam perekonomian Labuhanbatu. Kontribusinya terhadap PDRB pada tahun 2013 mencapai 43,79 persen. Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 19,78 persen. Penyumbang terbesar ketiga adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 16,55 persen. Kemudian diikuti dengan sektor jasa-jasa sebesar 9,86 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 4,21 persen, sektor bangunan 2,41 persen, sektor pertambangan dan penggalian 1,64 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1,41 persen, serta sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,36 persen.


(50)

34

Tabel 7. Struktur PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Labuhanbatu menurut LapanganUsaha/Sektor

(Persen)

Lapangan Usaha/Sektor Struktur

Tahun 2012 Tahun 2013

Pertanian 19,51 19,78

Pertambangan dan Penggalian 1,67 1,64

Industri Pengolahan 43,83 43,79

Listrik, Gas dan Air Bersih 0,38 0,36

Bangunan 2,42 2,41

Perdagangan, Hotel dan Restoran 16,88 16,55

Pengangkutan dan Komunikasi 4,30 4,21

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,40 1,41

Jasa-jasa 9,62 9,86

PDRB 100,00 100,00

2.3.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan alat yang penting bagi kehidupan manusia dalam mengembangkan dirinya baik secara afektif, kognitif maupun psikomotor.Pendidikan diperlukan dalam tercapainya suatu bangsa yang maju di berbagai bidang kehidupan.Dengan adanya pendidikan masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta ikut serta dalam pembangunan, baik dari segi sosial, intelektual, mental dan spritual yang nantinya berpengaruh pada kualitas pembangunan.Oleh karena itu, kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan.


(51)

Tabel 8. Jumlah Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Labuhanbatu

Kecamatan

Jumlah Sarana Pendidikan

Umum Agama

SD SLTP/ SMP SMA SMK MI MTs MA

Bilah Hulu 48 6 2 8 1 11 6

Pangkatan 28 4 1 1 - 4 1

Bilah Barat 32 5 2 1 2 6 2

Bilah Hilir 30 7 2 - 4 9 4

Panai Hulu 22 7 3 1 3 4 2

Panai Tengah 34 6 2 - 6 4 2

Panai Hilir 31 8 1 1 8 8 4

Rantau Selatan 22 5 3 8 5 4 2

Rantau Utara 33 13 9 9 4 7 3

JUMLAH 280 61 25 29 33 57 26

Berdasarkan data dari badan pusat statistik Kabupaten labuhanbatu dapat terlihat dari tabel diatas bahwa secara keseluruhan tingkat pendidikan di Kabupaten labuhanbatu sangat beragam.

2.3.4 Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan

Masyarakat di Kabupaten labuhanbatu khususnya di Kecamatan rantau utara termasuk masyarakat yang heterogen dengan latar belakang pendidikan, agama, mata pencaharian yang berbeda-beda, namun dalam pola kehidupan sehari-hari masyarakat begitu menjaga keselarasan hidup bersama dengan saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain. Sebagian besar masyarakat masih sangat melestarikan kebudayaan yang masih melekat kuat, seperti gotong royong, kekeluargaan, dan acara-acara tradisi yang dilakukan oleh warga masyarakat baik religius maupun tradisional.

Pola kehidupan yang bersifat kekeluargaan masih sangat terasa, hal ini dapat terjaga karena masyarakat senantiasa menghargai satu sama lain. Selain itu apabila ada tetangga yang memiliki hajatan pernikahan, penduduk di sekitar akan membantu dengan sukarela. Seperti


(52)

36

misalnya bapak-bapak bertugas mengatur perlengkapan dan peralatan pernikahan, ibu-ibu bertugas mengatur konsumsi dan pemuda-pemudi akan membantu dalam hal yang lainnya.

Semangat kerukunan dan kekeluargaan merupakan fondasi yang terus dijaga dalam kehidupan bersama demi terciptanya keharmonisan dan keselarasan.Hal ini kemudian diaplikasikan dalam bentuk organisasi masyarakat yang terus berjalan, seperti perwiridan bapak-bapak pada malam-malam tertentu, serta pengajian ibu-ibu pada sore hari yang dilaksanakan pada hari tertentu juga.

2.3.5 Bahasa

Kabupaten labuhanbatu terkhusus kota rantauprapat merupakan kota multi etnis, yang dihuni oleh suku jawa, suku melayu, suku batak, suku mandailing, dan suku tionghoa. Kemajemukan etnis menjadikan kota rantauprapat kaya akan kebudayaan yang beragam. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat kota rantauprapat tergantung dari suku mana mereka dilahirkan dan lingkungan tempat tinggal. Contohnya ketika tinggal di daerah yang mayoritasnya bersuku mandailing maka bahasa yang dominan adalaha bahasa mandailing. Namun tentu tidak semua orang di daerah tersebut bias bahasa Mandailing dan sudah pasti menggunakan bahasa nasional kita yaitu bahasa Indonesia. Hal serupa juga terjadi di daerah dengan mayoritas suku lainnya. Namun juga tidak sedikit masyarakat yang bias berbahasa diluar dari sukunya dan memilih berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Untuk kawasan rantau utara sendiri misalnya yang secara jelas sistem kekeluargaan banyak yang bersuku mandailing, maka bisa kita dengar sering kali berkomunikasi dengan bahasa mandailing yang digunakan.

2.3.6 Religi


(1)

vi

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Rizky Adi Nugraha, lahir pada tanggal 30 Juni 1993 di Rantauprapat, beragama islam, anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sugianto dan Ibu M.H. Siregar.

Pendidikan formal penulis :

• Sekolah Dasar (SD) Negeri 112134 Rantauprapat Tahun 2000 Sampai Tahun 2006

• Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 3 Rantau Utara Tahun 2006 sampai Tahun 2009

• Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) Negeri 1 Rantau Utara Tahun 2009 sampai Tahun 2012

• Tahun 2012 diterima Masuk di Department Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

Pengalaman organisasi penulis:

• Mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Sepakbola FISIP-USU Sejak Tahun 2012-Sekarang

• Menjabat Sebagai Sekretaris Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Sepakbola FISIP-USU Tahun 2014-2015


(2)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas berkat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dan segala perlengkapan lainnya dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang antropologi di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas sumatera utara.

Strategi Orangtua Tunggal dalam Mengasuh Anak di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu, yang menjadi judul dari skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik di universitas sumatera utara dalam bidang antropologi sosial. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang didasarkan observasi dan partisipasi dan wawancara penulis di lapangan.

Secara sistematis, kajian tentang skripsi ini berfokus pada strategi dan kemampuan orang tua tunggal dalam melakukan pengasuhan dan menjalankan peran ganda untuk mempertahankan kondisi yang stabil didalam keluarga.

Skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran untuk perbaikan diri penulis dan menuju kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat member manfaat kepada pembaca, khususnya mahasiswa antropologi sosial sebagai penambah wawasan selama masa perkuliahan, bagi masyarakat luas sebagai penambah wawasan.

Medan, September 2016 Penulis


(3)

viii DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORIGINALITAS i

ABSTRAK ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

RIWAYAT HIDUP vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tinjauan Pustaka ... 10

1.3 Rumusan Masalah ... 26

1.4 Tujuan dan Manfaat penelitian ... 26

1.5 Kerangka Penulisan ... 27

1.6 Metode Penelitian ... 28

1.6.1 Karakteristik penelitian... 30

1.6.2 Teknik pengumpulan data ... 30

1.7 Analisa Data ... 32

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 33 2.1 Letak ... 33

2.2 Sejarah ... 34

2.3 Kependudukan ... 37

2.3.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 38

2.3.2 Mata Pencaharian ... 39

2.3.3 Pendidikan ... 41

2.3.4 Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan ... 42

2.3.5 Bahasa ... 43

2.3.6 Religi ... 44

2.3.7 Sistem Komunikasi dan Transportasi ... 44


(4)

ix

BAB III DESKRIPSI POLA PENGASUHAN ORANGTUA TUNGGAL 47

3.1 Pengertian Pola Pengasuhan ... 47

3.2 Keluarga Orangtua Tunggal (Single Parent) ... 48

3.3 Penyebab Terjadinya Orangtua Tunggal (Single Parent)... 49

3.4 Macam-macam Pola Pengasuhan ... 51

BAB IV STRATEGI DALAM MENJALANI PERAN GANDA SEBAGAI ORANGTUA TUNGGAL 68

4.1 Peranan Orangtua dalam Keluarga ... 69

4.2 Strategi Menjalankan Fungsi Dan Peran Sebagai Orangtua Tunggal ... 70

4.2.1 Strategi Sebagai Orangtua Tunggal ... 72

4.2.2 Strategi dalam Mengatasi Ekonomi Keluarga ... 77

4.2.3 Strategi dalam Memilih Pendidikan Anak ... 82

4.2.4 Strategi dalam Bermasyarakat ... 86

BAB V PENUTUP 92

5.1 Kesimpulan ... 92

5.1 Saran ... 94


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta Kabupaten Labuhanbatu 34

Gambar 2 : Ibu Siti Aisyah 73

Gambar 3 : Ibu Herawaty sedang menjahit 78

Gambar 4 : Ibu Tuginem 80

Gambar 5 : Ibu Muriati saat menjaga warung 80

Gambar 6 : Ibu Siti saat membantu anaknya dalam belajar 83 Gambar 7 : Ibu Siti Aisyah saat mengantarkan anaknya ke sekolah 84 Gambar 8 : Ibu Siti Aisyah saat menjemput anaknya dari sekolah 84 Gambar 9 : Ibu Herawaty dan beberapa tetangga 88


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Batas Wilayah Kabupaten Labuhanbatu 34

Tabel 2 : Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

di Kabupaten Labuhanbatu 2014 37

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Kabupaten Labuhanbatu per 31 Desember 2015 37 Tabel 4 : Jumlah Penduduk Status Cerai Hidup dan Cerai Mati Kabupaten

Labuhanbatu per 31 Desember 2015 38 Tabel 5 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2014 39

Tabel 6 : Banyaknya Penduduk 15 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Kelompok

Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 40

Tabel 7 : Struktur PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Labuhanbatu

Menurut Lapanganusaha/Sektor (Persen) 42