Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Ptpn 1 Langsa)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kinerja manajerial
Kinerja manajerial merupakan hasil dari proses aktivitas manajerial yang
efektif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan
pertanggungjawaban, pembinaan, dan pengawasan. Menurut (Mahoney et
al,1963) dalam (Ahmad dan Fatima,2008) aktivitas manajerial tersebut terdiri dari
delapan dimensi mulai dari proses perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi,
supervisi, staffing, negosiasi dan representasi. Kinerja manajerial merupakan
seberapa jauh manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
Kinerja manajerial ini diukur dengan mempergunakan indikator (Mahoney
et.al, 1963):
1. Perencanaan adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk
selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu
sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan
pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur,
penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan.
2. Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui
pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan,

pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran
hasil

dan

analisis

terhadap

pekerjaan

yang

telah

dilakukan.

9
Universitas Sumatera Utara


Pengkoordinasian merupakan proses jalinan kerjasama dengan bagianbagian lain dalam organisasi melalui tukar menukar informasi yang
dikaitkan dengan penyesuaian program-program kerja.
3. Koordinasi, menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi
dengan orang-orang

dalam unit

organisasi

lainnya,

guna dapat

berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan.
4. Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana
yang
telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja
sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang
diperlukan.
5. Supervisi, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan.

6. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit
kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan mempromosikan
pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya.
7. Negoisasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal
pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.
8. Representasi, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan
kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok
bisnis dan konsultasi dengan kantor-kantor lain.
2.1.2 Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi merupakan sebuah dimensi sikap positif karyawan yang
dapat dihubungkan dengan kinerja. Komitmen organisasi didefinisikan sebagai

10
Universitas Sumatera Utara

tingkat keterikatan perasaan dan kepercayaan terhadap organisasi tempat mereka
bekerja (Ahmad dan Fatima, 2008). Sebagaimana dikemukakan dalam literaturliteratur yang telah ditelaah, komitmen organisasi dideskripsikan dalam dua tipe
yaitu komitmen affective dan komitmen continuance.
Komitmen affective didefinisikan sebagai kesediaan melakukan upaya secara
terus-menerus untuk mencapai kesuksesan organisasi. Karakteristik komitmen

afektif antara lain kepercayaan yang kuat dan keterterimaan nilai dan tujuan
organisasi (Ahmad dan Fatima,2008). Komitmen organisasi yang kuat dalam diri
individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi
dan keinginan meningkatkan kinerja manajerial akan semakin kuat. Penelitian
Porter dan Steers (1974) menyatakan bahwa semakin individual memiliki
komitmen terhadap organisasi, semakin besar juga usaha mereka dalam
menyelesaikan tugas atau pekerjaannya.
Meyer dan Allem (1991) menyebutkan indikator komitmen organisasi adalah:
a. Affective commitment yaitu hubungan emosional anggota terhadap
organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan anggota
dengan kegiatan di organisasi.
b. Continuance commitment yaitu kesadaran anggota organisasi akan
mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi.
c. Normative commitment menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus
berada dalam organisasi.

11
Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Partisipasi Anggaran

Partisipasi anggaran merupakan suatu proses yang melibatkan individuindividu secara langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap
penyusunan tujuan anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan
dihargai atas dasar pencapaian tujuan anggaran mereka (Brownell, 1982).
Partisipasi anggaran adalah tahap partisipasi pengurus dalam menyusun
anggaran dan pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat pertanggungjawaban.
Brownell (1982) mendefenisikan bahwa anggaran adalah suatu proses partisipasi
individu yang akan dinilai dan mungkin diberi penghargaan atas prestasi mereka
pada tujuan yang dianggarkan, dan mereka terlibat dalam proses tersebut dan
mempunyai pengaruh pada penentuan tujuan tersebut.
Beberapa manfaat partisipasi dalam proses penyusunan anggaran antara lain
(Siegel dan Marconi, 1989):
1.

Seseorang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran tidak saja
task involved melainkan juga ego involved dalam kerjasama.

2.

Keterlibatan seseorang akan meningkatkan rasa kebersamaan dalam
kelompok, karena dapat meningkatkan kerjasama antara anggota

kelompok di dalam penetapan sasaran, serta dapat mengurangi rasa
tertekan.

3.

Keterlibatan seseorang akan mengurangi rasa keperbedaan di dalam
mengalokasikan sumber daya di antara unit-unit yang ada di organisasi.

Menurut Adrianto (2008) Untuk menghilangkan atau meminimisasi terjadi
perbedaan persepsi pada kedua tingkatan manajer menengah dan bawah, serta

12
Universitas Sumatera Utara

memaksimalkan partisipasi agar menjadi efektif, maka para manajer bawah di
tingkat organisasi harus diberi kesempatan untuk memberikan pendapat dalam
proses penyusunan anggaran dengan mengungkapkan informasi yang dimiliki
terkait pekerjaan sebagai konstribusi dalam penetapan jumlah anggaran.
Milani (1975) menyebutkan ada beberapa indikator dalam partisipasi
anggaran, yaitu :

a. Kontribusi

dalam

penyusunan

anggaran,

menunjukkan

seberapa

pentingkah peranan manajer dalam penyusunan anggaran.
b. Keterlibatan dalam penyusunan anggaran, menunjukkan keterlibatan
langsung manajer dalam penyusunan anggaran.
c. Alasan ketika melakukan revisi anggaran, menunjukkan apakah alasan
perubahan anggaran dapat diterima oleh manajer.
d. Usulan kepada atasan, menunjukkan seberapa banyak peranan/usulanusulan yang diberikan manajer ketika dalam penyusunan anggaran
walaupun tanpa diminta.
e. Penyelesaian akhir, menunjukkan apakah manajer merasa bepengaruh.

f. memberikan pendapat, menunjukkan seberapa sering manajer diminta
pendapat dalam anggaran yang telah disusunoleh atasan dalam
penyusunan anggaran.
2.1.4 Kepuasan Kerja
Menurut Adrianto (2008) kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual. Masing-masing individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda
sesuai dengan sistem dan nilai yang dianutinya pada semua organisasi, kepuasan

13
Universitas Sumatera Utara

kerja selalu mendapatkan tempat yang sangat penting bagi perilaku organisasi
(Ahmadi dan Supriyono, 2006). Stoner et. All (1995) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja adalah pekerjaan yang
sifatnya menantang, penghargaan yang sepadan, kondisi lingkungan kerja yang
mendukung serta kesesuaian antara pekerjaan dengan pribadi individu.
Kepuasan kerja oleh Suhartono dan Solichin (2006) merupakan bentuk
emosional positif yang mencerminkan respon terhadap pengaruh situasi kerja,
penilaian


kerja,

atau

pengalaman

kerja.

Nelson

and

Quick

(2006)

mengungkapkan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi 5 indikator dari pekerjaan
yaitu:
a.


Gaji
Gaji sejumlah upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa
dianggap sebagai hal yang pantas dibandingkan dengan orang lain di
dalam organisasi. Karyawan memandang gaji sebagai refleksi dari
bagaimana

manajemen

memandang

kontribusi

mereka

terhadap

perusahaan.
b.

Promosi

Promosi merupakan faktor yang berhubungan dengan ada atau tidaknya
kesempatan memperoleh peningkatan karier selama bekerja. Kesempatan
inilah yang memiliki pengaruh yang berbeda pada kepuasan kerja.

14
Universitas Sumatera Utara

c.

Supervisor
Supervise merupakan kemampuan atasan untuk memberikan bantuan
teknis dan dukungan prilaku kepada bawahan yang mengalami
permasalahan dalam pekerjaan.

d.

Rekan Kerja
Rekan kerja merupakan tungakat dimana rekan kerja yang pandai dan
mendukung secara social merupakan factor yang berhubungan dengan
hubungan antara pegawai dan atsannya dan dengan pegawai lainnya baik
yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaan.

e.

Pekerjaan itu sendiri
Pegawai merasa menyukai lingkungan pekerjaannya dan merasa puas
bekerja di perusahaan tersebut.

Menurut Mangkunegara (2009) ada empat teori kepuasan kerja, antara lain :
1. Teori keseimbangan
Teori ini dikemukakan oleh Wexley dan yukl, mengatakan bahwa semua
nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja.
Misalnya, pendidikan, pengalaman, skill, usaha, perlatan pribadi, dan jam
kerja.
2. Teori perbedaan
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter yang berpendapat bahwa
mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih
anatara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai.
Sedangkan Locke megemukakan bahwa kepuasan kerja pegawai

15
Universitas Sumatera Utara

bergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang
diharapkan oleh pegawai.
3. Teori pemenuhan kebutuhan
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi
atau tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan meras puas apabila ia
mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai
terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut. Begitu pula sebaliknya
apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi , pegawai akan merasa tidak
puas.
4. Teori pandangan kelompok
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada
pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan
pendapat kelompok yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok
cuan. Kelompok acuan tersebut dijadikan tolak ukur untuk menilai
dirinya maupun lingkungannya. Jadi, pegawai akan lebih merasa puas
apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang
diharapkan oleh kelompok acuan.
2.1.5 Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan (Narmodo
dan Wajdi, 2007). Sedangkan menurut Buhler dalam Narmodo dan Wajdi (2007),
motivasi pada dasarnya adalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha
yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan. Motivasi atau dorongan

16
Universitas Sumatera Utara

untuk bekerja ini sangat menentukan bagi tercapainya suatu tujuan, maka manusia
harus dapat menumbuhkan motivasi kerja setinggi-tingginya bagi para karyawan
dalam perusahaan. motivasi merupakan kekuatan relatif dari dorongan yang
timbul dalam diri pegawai untuk berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai
tujuan yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan kebutuhan.
Motivasi erat hubungannya dengan timbulnya suatu kecenderungan untuk berbuat
sesuatu guna mencapai tujuan. Motivasi timbul karena adanya suatu kebutuhan
dan karenanya kebutuhan tersebut terarah pada pencapaian tujuan tertentu.
Apabila tujuan telah tercapai, maka akan tercapai kepuasan dan cenderung untuk
diulang kembali, sehingga akan lebih kuat (Narmodo dan Wajdi,2007).
Menurut Parek dalam Sembiring (2008) untuk mengukur motivasi kerja ini
menggunakan beberapa indikator yang meliputi:
1. Prestasi kerja
Prestasi kerja yaitu sesuatu yang dicapai oleh seorang pekerja dibawah
lingkunga kerja yang sulit sekalipun.
2. Pengaruh
Pengaruh yaitu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan gagasan
sebagai bentuk dari kuatnya pengaruh yang ingin ditanamkan pada orang
lain.
3. Pengendalian
Pengendalian yaitu tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan
terhadap bawahannya.

17
Universitas Sumatera Utara

4. Ketergantungan
Ketergantungan yaitu kebutuhan dari bawahan terhadap orang-orang yang
berada di lingkungan kerjanya, baik terhadap sesama pekerja maupun
terhadap atasan.
5. Pengembangan atau perluasan
Pengembangan atau perluasan yaitu upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan potensi dirinya melalui pendidikan ataupun pelatihan.
6. Afiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang-orang atas dasar
kebutuhan sosial.

2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut ini dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu tentang beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hafiz (2007) dengan judul
penelitian Pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada PT
Cakra Compact Alumunium Industries, hasil penelitian menyatakan Partisipasi
anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
Sembiring (2008) dengan judul penelitian Pengaruh partisipasi anggaran dan
kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial dengan motivasi sebagai
variabel intervening pada Kawasan Industri Medan, hasil penelitian menyatakan
terdapat pengaruh signifikan antara partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran
anggaran. Terdapat pengaruh signifikan antara partisipasi anggaran terhadap
kinerja manajerial dengan motivasi sebagai variabel intervening. Motivasi bukan
sebagai variabel intervening antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja
manajerial.

18
Universitas Sumatera Utara

Octavia (2009) dengan judul penelitian Pengaruh partisipasi anggaran, gaya
kepemimpinan, dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial pada PT.
POS (Persero) Medan, hasil penelitian menyatakan Partisipasi anggaran dan
komitmen organisasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja manajerial PT
POS (Persero) Medan. Sedangkan secara parsial partisipasi anggaran tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial tetapi komitmen organisasi berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja manajerial.
Sinaga (2009) dengan judul penelitian Pengaruh partisipasi anggaran dan
komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial pada PT Perkebunan Nusantara
III Sei Sikambing Medan, hasil penelitian menyatakan bahwa partisipasi anggaran
tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial, sedangkan komitmen organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
Pasaribu (2009) dengan judul penelitian Pengaruh komitmen, persepsi dan
penerapan pilar dasar total quality management terhadap kinerja manajerial
(survei pada BUMN manufaktur di Indonesia), hasil penelitian menyatakan
Terdapat korelasi antara komitmen pimpinan puncak, persepsi manajer divisi
mengenai TQM, dan penerapan pilar dasar TQM pada BUMN manufaktur di
Indonesia. Secara simultan dan parsial komitmen pimpinan puncak, persepsi
manajer divisi mengenai TQM, dan penerapan pilar dasar TQM berpengaruh
terhadap kinerja manajerial.
Nurcahyani (2010) dengan judul penelitian Pengaruh partisipasi anggaran
terhadap kinerja manajerial melalui komitmen organisasi dan persepsi inovasi
sebagai variabel intervening, hasil penelitian menyatakan adanya pengaruh

19
Universitas Sumatera Utara

langsung partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Partisipasi anggaran
juga berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen organisasi dan persepsi
inovasi. Namun, partisipasi anggaran tidak berpengaruh secara tidak langsung
terhadap kinerja manajerial melalui variabel intervening komitmen organisasi dan
persepsi inovasi.
Pramesthiningtyas (2011) dengan judul penelitian Pengaruh partisipasi
anggaran terhadap kinerja manajerial, melalui komitmen organisasi dan motivasi
sebagai variabel intervening, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh langsung antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
Partisipasi anggaran juga berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja manajerial
melalui komitmen organisasi dan motivasi.
Azizah (2012) dengan judul penelitian Pengaruh komitmen organisasional,
peran manajer, dan partisipasi penyusunan anggaran keuangan daerah terhadap
kinerja manajerial, hasil penelitian menyatakan bahwa Komitmen organisasi tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Peran manajer berpengaruh terhadap
kinerja manajerial dan Partisipasi penyusunan anggaran keuangan daerah tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Tunti (2013) dengan judul penelitian Analisis pengaruh kepuasan kerja,
komitmen organisasi dan motivasi terhadap kinerja manajerial Pemerintah
Daerah, hasil penelitian menyatakan bahwa Kepuasan kerja dan motivasi secara
parsial mempengaruhi kinerja manajerial Pemda, sementara komitmen organisasi
tidak terbukti mempengaruhi kinerja manajerial pemda. Kepuasan kerja,

20
Universitas Sumatera Utara

komitmen organisasi dan motivasi secara simultan mempengaruhi kinerja
manajerial Pemda.
Zuhri (2015) dengan judul penelitian Pengaruh motivasi kerja, kepuasan
kerja, kejelasan sasaran, partisipasi anggaran dan akuntabilitas publik terhadap
kinerja manajerial di Bapedda Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian
menyatakan bahwa Hasil penelitian membuktikan bahwa partisipasi anggaran
secara parsial berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Sedangkan motivasi kerja,
kepuasan kerja, kejelasan sasaran anggaran, dan akuntabilitas publik secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Adapun secara simultan
motivasi kerja, kepuasan kerja, kejelasan sasaran anggaran, partisipasi anggaran
dan akuntabilitas publik berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.
Wirasedana

(2015)

dengan

judul

penelitian

Pengaruh

partisipasi

penganggaran dan komitmen organisasi pada kinerja manajerial dengan kepuasan
kerja sebagai variabel intervening. Hasil penelitian menyatakan adanya pengaruh
langsung dan tidak langsung antara partisipasi penganggaran pada kepuasan kerja,
komitmen organisasi pada kepuasan kerja,partisipasi penganggaran pada kinerja
manajerial, komitmen organisasi pada kinerja manajerial, dan kepuasan kerja pada
kinerja manajerial.

21
Universitas Sumatera Utara

1

2

3

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Frisilia
Pengaruh
Variabel bebas
Wihasfina Hafiz partisipasi
partisipasi
(2007)
anggaran
anggaran
terhadap
Variabel
kinerja
terikat
manajerial pada kinerja
PT Cakra
manajerial
Compact
Alumunium
Industries
Samuel Abel
Pengaruh
Variabel bebas
Tanta Sembiring partisipasi
partisipasi
(2008)
anggaran dan
anggaran dan
kejelasan
kejelasan
sasaran
sasaran
anggaran
anggaran
terhadap
Variabel
kinerja
terikat
manajerial
kinerja
dengan
manajerial
motivasi
Variabel
sebagai
Intervening
variabel
motivasi
intervening
pada Kawasan
Industri Medan

Diyah Octavia
(2009)

Pengaruh
partisipasi
anggaran, gaya
kepemimpinan,
dan komitmen
organisasi
terhadap
kinerja
manajerial pada
PT. POS
(Persero)

Variabel bebas
partisipasi
anggaran, gaya
kepemimpinan,
dan komitmen
organisasi
Variabel
terikat
kinerja
manajerial

Partisipasi anggaran
berpengaruh positif
terhadap kinerja
manajerial.

Terdapat pengaruh
signifikan antara
partisipasi
anggaran dan
kejelasan sasaran
anggaran..
Terdapat pengaruh
signifikan antara
partisipasi
anggaran terhadap
kinerja manajerial
dengan motivasi
sebagai variabel
intervening.
Motivasi bukan
sebagai variabel
intervening antara
kejelasan sasaran
anggaran terhadap
kinerja manajerial.
Partisipasi
anggaran dan
komitmen
organisasi secara
simultan
berpengaruh
terhadap kinerja
manajerial PT
POS (Persero)
Medan.
Sedangkan secara

22
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Medan

4

Ekha Yunora
Sinaga (2009)

Pengaruh
partisipasi
anggaran dan
komitmen
organisasi
terhadap
kinerja
manajerial pada
PT Perkebunan
Nusantara III
Sei Sikambing
Medan

Variabel bebas
partisipasi
anggaran dan
komitmen
organisasi
Variabel
terikat
kinerja
manajerial

5

Hiras Pasaribu
(2009)

Pengaruh
komitmen,
persepsi
dan
penerapan pilar
dasar total
quality
management
terhadap kinerja
manajerial
(survei pada
BUMN
manufaktur di
Indonesia)

Variabel bebas
Komitmen,
persepsi dan
penerapan
pilar dasar total
quality
management
Variabel
terikat
Kinerja
manajerial

parsial partisipasi
anggaran tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
manajerial tetapi
komitmen
organisasi
berpengaruh
secara signifikan
terhadap kinerja
manajerial.
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa partisipasi
anggaran tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
manajerial,
sedangkan
komitmen
organisasi
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kinerja
manajerial.
Terdapat
korelasi antara
komitmen
pimpinan puncak,
persepsi manajer
divisi mengenai
TQM, dan
penerapan pilar
dasar TQM pada
BUMN
manufaktur di
Indonesia.
Secara simultan
dan parsial
komitmen
pimpinan puncak,
persepsi manajer
divisi mengenai

23
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1

6

Kunwaviyah
Nurcahyani
(2010)

Pengaruh
partisipasi
anggaran
terhadap kinerja
manajerial
melalui
komitmen
organisasi dan
persepsi inovasi
sebagai variabel
intervening

Variabel bebas
partisipasi
anggaran
Variabel
terikat
kinerja
manajerial
Variabel
Intervening
komitmen
organisasi dan
persepsi inovasi

7

Arisha Hayu
Pengaruh
Pramesthiningtya partisipasi
s (2011)
anggaran
terhadap kinerja
manajerial,
melalui
komitmen
organisasi dan
motivasi
sebagai variabel
intervening

Variabel bebas
partisipasi
anggaran
Variabel
terikat
kinerja
manajerial
Variabel
Intervening
komitmen
organisasi dan

TQM, dan
penerapan pilar
dasar TQM
berpengaruh
terhadap kinerja
manajerial.
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa adanya
pengaruh langsung
partisipasi
anggaran terhadap
kinerja manajerial.
Partisipasi
anggaran juga
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
komitmen
organisasi dan
persepsi inovasi.
Namun, partisipasi
anggaran tidak
berpengaruh
secara tidak
langsung terhadap
kinerja manajerial
melalui variabel
intervening
komitmen
organisasi dan
persepsi
inovasi.
Hasil dari
penelitian ini
menunjukan
bahwa tidak
terdapat pengaruh
langsung antara
partisipasi
anggaran terhadap
kinerja manajerial.
Partisipasi
anggaran

24
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
motivasi

8

Nurul Azizah
(2012)

Pengaruh
komitmen
organisasional,
peran manajer,
dan partisipasi
penyusunan
anggaran
keuangan
daerah terhadap
kinerja
manajerial

Variabel bebas
komitmen
organisasional,
peran manajer,
dan
partisipasi
penyusunan
anggaran
keuangan daerah
Variabel terikat
kinerja
manajerial

9

Maria Elerina
Douk Tunti
(2013)

Analisis
pengaruh
kepuasan kerja,
komitmen
organisasi dan
motivasi
terhadap kinerja
manajerial
Pemerintah
Daerah

Variabel bebas
kepuasan kerja,
komitmen
organisasi, dan
motivasi
Variabel
terikat
kinerja
manajerial

juga berpengaruh
tidak langsung
terhadap
kinerja manajerial
melalui
Hasil analisis
dalam penelitian
ini menunjukkan
bahwa Komitmen
organisasi tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
manajerial. Peran
manajer
berpengaruh
terhadap kinerja
manajerial dan
Partisipasi
penyusunan
anggaran
keuangan daerah
tidak berpengaruh
terhadap kinerja
manajerial.
Kepuasan kerja
dan motivasi
secara parsial
mempengaruhi
kinerja manajerial
Pemda, sementara
komitmen
organisasi tidak
terbukti
mempengaruhi
kinerja manajerial
pemda. Kepuasan
kerja, komitmen
organisasi dan
motivasi secara
simultan
mempengaruhi
kinerja manajerial
Pemda.

25
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
10

11

Ahmad
Pengaruh
Syaifuddin Zuhri motivasi kerja,
(2015)
kepuasan kerja,
kejelasan
sasaran,
partisipasi
anggaran dan
akuntabilitas
publik terhadap
kinerja
manajerial di
Bapedda
Provinsi
Sumatera Utara

Variabel bebas
Motivasi kerja,
kepuasan kerja,
kejelasan
sasaran
anggaran,
partisipasi
anggaran dan
akuntabilitas
publik
Variabel
terikat
kinerja
manajerial

Dewa Ayu Made
Harlista
Sukmantari
I Wayan
Pradnyantha
Wirasedana
(2015)

Variabel bebas
partisipasi
penganggaran,
komitmen
organisasi
Variabel
terikat
kinerja
manajerial
Variabel
Intervening

Pengaruh
partisipasi
penganggaran
dan komitmen
organisasi pada
kinerja
manajerial
dengan
kepuasan kerja
sebagai
variabel

Hasil penelitian
membuktikan
bahwa partisipasi
anggaran secara
parsial
berpengaruh
terhadap kinerja
manajerial.
Sedangkan
motivasi kerja,
kepuasan kerja,
kejelasan sasaran
anggaran, dan
akuntabilitas
publik secara
parsial tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
manajerial.
Adapun secara
simultan motivasi
kerja, kepuasan
kerja, kejelasan
sasaran anggaran,
partisipasi
anggaran dan
akuntabilitas
publik
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
manajerial.
Hasil studi
menunjukkan
bahwa adanya
pengaruh langsung
dan tidak langsung
antara partisipasi
penganggaran
pada kepuasan
kerja, komitmen
organisasi pada
kepuasan

26
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
intervening

Kepuasan kerja

kerja,partisipasi
penganggaran
pada kinerja
manajerial,
komitmen
organisasi pada
kinerja manajerial,
dan kepuasan kerja
pada kinerja
manajerial

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, maka peneliti memilih kinerja
manajerial sebagai variabel terikat. Komitmen organisasi, partisipasi anggaran dan
kepuasan kerja sebagai variabel bebas serta motivasi sebagai variabel mediasi.
Variabel terikat adalah variabel yang menjadi perhatian dalam suatu
pengamatan. Variabel bebas adalah variabel stimulus atau prediktor yang dapat
mempengaruhi variabel terikat. Sedangkan variabel mediasi adalah variabel yang
menengahi hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat (Sekaran,
2003).

2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan
suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu
masalah. Hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat
(dependen) yang akan dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah komitmen
organisasi, partisipasi anggaran dan kepuasan kerja. Sedangkan variabel

27
Universitas Sumatera Utara

dependennya adalah kinerja manajerial dengan motivasi sebagai variabel
intervening. Hubungan variabel-variabel tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :

Komitmen
Organisasi

Partisipasi
Anggaran

Motivasi

Kinerja
Manajerial

Kepuasan Kerja

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Keterangan :
: Arah hubungan parsial
: Arah hubungan simultan
: Arah hubungan intervening
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial
Komitmen organisasi akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Ketika
karyawan telah berkomitmen terhadap organisasi maka mencapai tujuan yang

28
Universitas Sumatera Utara

selaras dengan organisasi akan menjadi hal yang mungkin. Penelitian Sunjoyo
(2008) menyatakan bahwa semakin individual memiliki komitmen terhadap
organisasi, semakin besar juga usaha mereka dalam menyelesaikan tugas dan atau
pekerjaannya. Besarnya usaha dalam menyelesaikan tugas akan meningkatkan
kinerja manajerial suatu organisasi.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis untuk komitmen organisasi
adalah:
H1 : Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
2.4.2 Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial
Partisipasi dalam menyusun anggaran lebih memungkinkan bagi para manajer
untuk melakukan negoisasi dengan atasan mereka mengenai kemungkinan target
anggaran yang akan dicapai (Nor, 2007). Partisipasi dalam penyusunan anggaran
diharapkan dapat menghindari kemungkinan perilaku disfungsional yang timbul
dari beban anggaran yang harus dipertanggungjawabkan oleh manajer.
Perusahaan yang dapat menghindari perilaku disfungsional diyakini kinerja
manajerialnya akan meningkat.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis untuk partisipasi anggaran
adalah:
H2 : Partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

29
Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial
Kepuasan kerja adalah hal yang bersifat individual. Masing-masing individu
dalam organisasi memiliki tingkat kepuasan yang berbeda tergantung pada sistem
dan nilai yang dianutnya pada suatu organisasi. kepuasan kerja selalu
mendapatkan tempat yang sangat penting bagi perilaku organisasi (Supriono,
2006). Stonner et. all (1998) mengemukakan bahwa faktor- faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja adalah pekerjaan yang sifatnya menantang,
penghargaan yang sepadan, kondisi lingkungan kerja yang mendukung serta
kesesuaian antara pekerjaan dengan pribadi individu. Tingkat kepuasan kerja
individu akan menimbulkan rasa dipercaya dan dihargai terhadap hasil kerjanya
sehingga berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis untuk kepuasan kerja adalah:
H3 : Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
2.4.4 Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, Kepuasan
Kerja Terhadap Kinerja Manajerial
Penelitian Sunjoyo (2008) menyatakan bahwa semakin individual memiliki
komitmen terhadap organisasi, semakin besar juga usaha mereka dalam
menyelesaikan tugas dan atau pekerjaannya. Partisipasi dalam penyusunan
anggaran diharapkan dapat menghindari kemungkinan perilaku disfungsional
yang timbul dari beban anggaran yang harus dipertanggungjawabkan oleh
manajer. Manajer yang dilibatkan dalam penyusunan anggaran perusahaan,
mengandung arti bahwa manajer tersebut diberikan kesempatan untuk dapat
menuangkan ide, gagasan, serta pemikirannya demi tercapainya tujuan

30
Universitas Sumatera Utara

perusahaan. Tingkat kepuasan kerja individu akan menimbulkan rasa dipercaya
dan dihargai terhadap hasil kerjanya sehingga berpengaruh terhadap hasil
kerjanya. Karyawan yang berkomitmen terhadap organisasi, ikut berpartisipasi
dalam penyusunan anggaran, merasakan kepuasan kerja dan turut serta dalam
usaha untuk memperbaiki kinerja manajerial.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Komitmen organisasi, partisipasi anggaran, kepuasan kerjaberpengaruh
secara simultan terhadap kinerja manajerial.
2.4.5 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial
Menurut Buhler dalam Narmodo dan Wajdi (2007) motivasi pada
dasarnyaadalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha yang akan
dicurahkanuntuk melaksanakan pekerjaan. Motivasi atau dorongan untuk bekerja
ini sangat menentukan tercapainya suatu tujuan, dalam hal ini meningkatkan
kinerja manajerial. Untuk itu motivasi perlu diberikan terhadap karyawan yang
berada dalam perusahaan.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis untuk Motivasi adalah:
H5 : Motivasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
2.4.6 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial
dengan Motivasi sebagai Variabel Intervening
Ketika individu telah memiliki komitmen terhadap organisasinya, maka
individu tersebut akan termotivasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat

31
Universitas Sumatera Utara

menentukan tercapainya suatu tujuan, dalam hal ini meningkatkan kinerja
manajerial. Untuk itu motivasi perlu diberikan terhadap karyawan yang berada
dalam perusahaan.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H6 : Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial dengan
motivasi sebagai variabel intervening.
2.4.7

Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial
dengan Motivasi sebagai Variabel Intervening

Karyawan yang dilibatkan dalam penyusunan anggaran perusahaan,
mengandung arti bahwa karyawan tersebut diberikan kesempatan untuk dapat
menuangkan ide, gagasan, serta pemikirannya demi tercapainya tujuan
perusahaan. Hal ini tentunya akan memotivasi karyawan untuk dapat berperilaku
sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Dengan perilaku karyawan yang sesuai
dengan apa yang telah ditentukan akan meningkatkan kinerja manajerial.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H7 : Partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial dengan
motivasi sebagai variabel intervening.
2.4.8 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial dengan
Motivasi sebagai Variabel Intervening
Karyawan yang tidak memiliki motivasi dalam bekerja akan tercermin dari
perilaku karyawan yang cepat lelah dan bosan, emosi yang tidak stabil, sering
absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan
yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja

32
Universitas Sumatera Utara

biasanya akan lebih bersemangat dan berprestasi dalam pekerjaannya. Ketika
karyawan lebih bersemangat dan berprestasi dalam pekerjaannya akan membantu
perusahaan untuk meningkatkan kinerja manajerial.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H8 : Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial dengan
motivasi sebagai variabel intervening.

33
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Ptpn 1 Langsa)

0 2 163

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAPKINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT.

0 4 16

PENDAHULUAN PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT.

0 4 7

PENUTUP PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT.

0 6 61

Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial melalui Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening.

0 1 1

Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Ptpn 1 Langsa)

0 2 13

Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Ptpn 1 Langsa)

0 0 2

Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Ptpn 1 Langsa)

1 1 8

Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Ptpn 1 Langsa)

0 1 44

Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Ptpn 1 Langsa)

0 0 31