Profil Pasien Sindroma Koroner Akut Di Rsup Haji Adam Malik Medan Tahun 2015 Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1 KERANGKA TEORI
klasifikasi :
 Angina pektoris tak stabil (APTS)
 Infark miokard tanpa elevasi segmen
ST (NSTEMI)
 Infark miokard dengan elevasi
segmen ST (STEMI)

Sindroma Koroner Akut (SKA) adalah
penyakit jantung pada arteri koroner
disebabkan oleh aterosklerosis

Faktor resiko
1) Utama
a) tidak dapat dimodifikasi : Usia
 Jenis kelamin
 Genetik
b) dapat dimodifikasi : Merokok
 Kadar lemak yang abnormal

 Tekanan darah yang tinggi
 Aktivitas fisik yang kurang
 Berat badan berlebihan
 Diabetes melitus

Faktor resiko
2) pendukung
 Stress


Alkohol



Diet & nutrisi yang tidak
sehat

GAMBAR 3.1 : KERANGKA TEORI

Universitas Sumatera Utara


3.2 KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang
gambaran profil pasien penyakit jantung koroner di RSUP H. Adam Malik, Medan.
Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas maka kerangka konsep dari penelitian ini
adalah :

Profil pasien
 Jenis kelamin
 Umur
Pasien dengan sindroma
koroner akut (SKA)

 IMT
 Dislipidemia
 Hipertensi
 Merokok
 Diabetes Melitus


GAMBAR 3.2 : KERANGKA KONSEP PENILITIAN

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif
untuk melihat profil pasien sindroma koroner akut dengan rancangan penelitian cross
section. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rekam medis, yang merupakan
data sekunder dari pasien sindroma koroner akut yang berobat di RSUP H. Adam
Malik pada tahun 2015.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik. Waktu pengambilan dan
pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2016 hingga November 2016.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi adalah seluruh pasien dengan diagnosis sindroma koroner akut (SKA) yang
dirawat di unit rawat kardiovaskular RSUPH. Adam Malik selama periode Januari
2015 sampai Desember 2015.Besar sampel yang digunakan ialah dengan metode total
sampling dimana semua populasi yang sesuai dengan penelitian diguna sebagai
sampel.

4.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dari penelitian adalah seluruh pasien sindroma koroner akut yang
tercatat dalam rekam medis.

Universitas Sumatera Utara

4.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah bila rekam medis tidak memiliki data yang lengkap .

4.4 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
rekam medis di RSUPH. Adam Malik Medan. Dari data sekunder tersebut dilakukan
observasi untuk mengetahui faktor resiko masing-masing pasien Sindroma Koroner
Akut (SKA).

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian perlu untuk menghindari perbedaan dan
menyamakan persepsi dalam menginterpretasikan masing-masing variabel penelitian.
1) Sindrom Koroner Akut (SKA)

: peyakit jantung disebabkan aterosklerosis
pada arteri koroner

Cara Ukur

: Observasi

Alat Ukur


: Rekam medis

Hasil Ukur

: Tipe SKA (STEMI, NSTEMI dan APTS)

Skala Ukur

: Nominal

Profil pasien penyakit jantung koroner yang terdiri dari :
1) Jenis kelamin

: Laki-laki atau perempuan pada rekam medis

Cara Ukur

: Observasi

Alat Ukur


: Rekam medis

Hasil Ukur

: Laki-laki, Perempuan

Skala Ukur

: Nominal

Universitas Sumatera Utara

2) Umur

: lama waktu hidup pasien sejak lahir sampai ulang tahun
terakhir yang sesuai dengan rekam medis

Cara Ukur


: Observasi

Alat Ukur

: Rekam medis

Hasil Ukur

: < 40 tahun, 40- 59 tahun dan >60 tahun

Skala Ukur

: Rasio

3) IMT (Indeks Massa Tubuh) : Hasil pembagian antara berat (kg) dan kuadrat
tinggi badan (m2)
Cara Ukur

: Perhitungan


Alat Ukur

: Rekam medis

Hasil Ukur

: Kurus 139 mmHg dan atau, tekanan
darah diastolik >89mmHg

Cara Ukur

: Observasi

Alat Ukur

: Rekam medis

Universitas Sumatera Utara

Skala Ukur


: Nominal

Hasil Ukur

: Hasil dikelompokan berdasarkan pasien derita hipertensi
atau tidak.

6)

Merokok

: Pasien yang derita SKA dan ada kebiasaan merokok atau
tidak seperti yang tertulis di dalam rekam medis.

Cara Ukur

: Observasi

Alat Ukur


: Rekam medis

Hasil Ukur

: Merokok atau tidak

Skala Ukur

: Ordinal

7) Diabetes melitus : penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi kerana kelainan insulin, kerja insulin atau
dengan KGD puasa >126mg/dl, KGD 2jam PP

keduanya

>180mg/dl, KGD sewaktu

>140mg/dl
Cara Ukur

: Observasi

Alat Ukur

: Rekam medis

Hasil Ukur

: Pasien mempunyai diabetes mellitus atau tidak

Skala Ukur

: Nominal

4.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan akan diperiksa dan diolah dengan bantuan program komputer
dan dimasukkan ke dalam data.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 6
November sampai 14 November 2016 di RSUP Haji Adam Malik, Medan dengan total
sampel sebanyak 202 orang.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis, RSUP Haji Adam Malik, Medan.
Pada mula didirikan, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Rumah
Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 335/Menkes/SK/VII/1990.Rumah sakit ini sebagian besar
adalah rumah sakit pendidikan yang cukup besar dan luas dengan hubungan khusus ke
Fakultas kedokteran, rumah sakit ini yang digolongkan kepada RSUP H. Adam Malik.
RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no.17, Medan, terletak di
kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H. Adam Malik
ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak +- 1km dari Jalan Jamin Ginting
yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi.

5.1.2 Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel untuk penelitian ini adalah data rekam medis pasien yang menderita
sindroma koroner akut yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik, Medan dalam masa
waktu 1 Januari 2015 - 31 Desember 2016 yang telah memenuhi kriteria inklusi.
Sampel penelitian diambil sebanyak 202 sampel.

Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma
Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan
Tipe Sindroma Koroner Akut
Tipe SKA

Frekuensi (n)

Persentase (%)

STEMI

106

52,5

NSTEMI

27

13,4

APTS

69

34,1

Total

202

100,0

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan
sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut pasien. Berdasarkan
data pada Tabel 5.1 frekuensi tertinggi adalah tipe STEMI yaitu 106 (52,5,0%) orang,
terendah adalah tipe NSTEMI yaitu 27 (13,4%) orang dan diikuti dengan tipe APTS
yaitu seramai 69 (34,1%) orang.

Universitas Sumatera Utara

5.1.4 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma
Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Dengan Jenis
Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan
Tipe Sindroma Koroner Akut dengan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Tipe SKA

Laki-laki
n

Total

Wanita

%

n

%

n

%

STEMI

73

50,0

33

58,9

106

52,5

NSTEMI

19

13,0

8

14,3

27

13,4

APTS

54

37,0

15

26,8

69

34,1

Total

146

100,0

56

100,0

202

100,0

Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan
sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut dengan jenis kelamin
pasien. Berdasarkan data pada Tabel 5.2 frekuensi tertinggi adalah tipe STEMI pada
laki-laki yaitu 73 (50,0%) orang dan 33 (58,9%) pasien wanita. Diikuti dengan tipe
APTS yaitu seramai 54 (37,0%) pasien laki-laki dan 15 (26,8%) pasien wanita.
Seramai 19 (13,0%) pasien laki-laki dan 8 (14,3%) pasien wanita yang didiagnosa
dengan tipe NSTEMI.

Universitas Sumatera Utara

5.1.5 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma
Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Dengan Usia

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan
Tipe Sindroma Koroner Akut dengan Usia

Usia
Tipe SKA

60

n

%

n

%

n

%

n

%

STEMI

2

66,7

52

46,0

52

60,5

106

52,5

NSTEMI

1

33,3

14

12,4

12

14,0

50

13,4

APTS

0

0

47

41,6

22

25,5

46

34,1

Total

3

100,0

113

100,0

86

100,0

202

100,0

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan
sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut dengan usia pasien.
Berdasarkan data pada tabel 5.3 frekuensi terbanyak dari kelompok usia 40-59 yaitu 52
(46,0%) pasien dan kelompok usia >60 seramai 52 (60,5%) pasien yang didiagnosa
dengan STEMI. 47 (41,6%) pasien dari tipe APTS dari kelompok usia 40-59, diikuti
kelompok usia >60 yang didiagnosa dengan tipe APTS seramai 22 (25,5%) pasien. 14
(12,4%) pasien didiagnosa dengan tipe NSTEMI dari kelompok usia 40-59 dan
seramai 12 (14,0%) pasien dari kelompok usia >60. Terakhir adalah 2 (66,7%) pasien
dari kelompok usia 60 tahun yaitu 86 (42,6%) pasien. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Zahara et al.,(2013) bahwa kejadian sindrom koroner akut terendah pada
kelompok usia >40 tahun yaitu 2 (2,04%) pasien, kelompok usia 40-60 tahun paling
tinggi yaitu 57 (58,16%) pasien, dan >60 tahun berjumlah 39 (39,94%) pasien. Insiden
sindroma koroner akut meningkat pada umur >45 tahun pada laki-laki dan umur >55
tahun pada perempuan.48
Berdasarkan hasil penelitian, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji
Adam Malik, Medan 2015 berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) paling ramai
pasien yang didiagnosa dalam kelompok IMT normal yaitu 89 (44,0%) pasien diikuti

Universitas Sumatera Utara

dengan pasien dalam kelompok overweight seramai 45 (22,3%) pasien, kelompok
obese seramai 38 (18,8%) pasien dan kelompok kurus 30 (14,9%) pasien. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan di poliklinik jantung RSUD DR Moewardi Surakarta
menunjukkan bahwa IMT pasien penyakit jantung koroner terbanyak pada IMT
normal yaitu 12 (40%) pasien.49 Hal ini tidak kesesuaian dengan teori yang ada, yaitu
kejadian penyakit jantung koroner meningkat dengan meningkatnya IMT.50
Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji
Adam Malik, Medan 2015 yang mempunyai dislipidemia berjumlah 124 (61,4%)
pasien dan 78 (38,6%) pasien tidak mempunyai dislipidemia. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Zahara et al. (2013) bahawa 54 (55,1%) pasien mempunyai dislipidemia dan
44 pasien tidak mempunyai dislipidemia (44,9%). Dislipidemia yang terjadi akibat
peningkatan kolesterol yang menempel didalam pembuluh darah, sehingga terjadi
pengendapan kolesterol dalam pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerotik 48.
Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji
Adam Malik, Medan 2015 seramai 159 (78,7%) pasien mempunyai hipertensi dan 43
(21,3%) pasien tidak mempunyai hipertensi. Hasil ini sesuai dengan penilitian yang
dilakukan oleh Ariandiny et al.,(2014) dimana 88 (60,6%) pasien mempunyai
hipertensi dan 57 (39,4%) pasien tidak mempunyai hipertensi.51 Hasil ini mendukung
teori bahwa hipertensi merupakan salah satu penyebab tejadinya sindroma koroner
akut. Hipertensi tinggi menetap akan menimbulkan trauma terhadap dinding pembuluh
darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner lebih
sering .51
Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor resiko pasien sindroma koroner akut
RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015, seramai 136 (67,3%) pasien mempunyai
diabetes mellitus dan 66 (32,7%) pasien tidak mempunyai diabetes mellitus. Hal ini
sesuai dengan penelitian Torry et al.,(2013) dimana 18 (72%) pasien mempunyai
diabetes mellitus dan 7 (28%) pasien tidak mempunyai diabetes mellitus. Diabetes
mellitus dihubungkan dengan stress hiperglikemia.52 Penelitian lain yang sejalan

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan prevalensi yang tinggi terhadap toleransi glukosa atau DM pada
penderita penyakit jantung koroner di RSUP Dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang
yaitu sebanyak 70%

53

. Hal ini telah diidentifikasi dalam studi sebelumnya di mana

ukuran infark dikaitkan sesuai dari tingkat creatine kinase MB, kortisol, pelepasan
katekolamin dan peningkatan linear terkait glukosa darah. Kadar gula darah yang
tinggi dapat memicu trombosis, penurunan fibrinolisis, dan peningkatan respon
inflamasi sehingga memprcepat terjadinya atherosklerosis.54
Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor resiko pasien sindroma koroner akut
RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015, seramai 109 (54,0%) pasien mempunyai
kebiasaan merokok dan 93 (46,0%) pasien yang tidak mempunyai kebiasaan merokok.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Savia et al.,(2012) dimana
sebanyak 35 (63,6%) pasien mempunyai kebiasaan merokok dan 20 (36,4%) pasien
tidak mempunyai kebiasaan merokok.55 Hal ini sama dengan teori-teori yang
menyatakan bahawa merokok merupakan salah satu terjadinya sindroma koroner akut.
Merokok dapat mendorong perkembangan aterosklerosis, karena produksi radikal
bebas dari rokok menyebabkan cedera pada endotel

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor resiko sindroma
koroner akut pasien RSUP Haji Adam Malik, Medan dalam masa waktu 1 Januari 2015
- 31 Desember 2015 pada sampel 202 dan disimpulkan dibawah ini :
1.

Angka kejadiam sindroma koroner akut tertinggi pada laki-laki yaitu seramai 146
(72,3%), dan wanita seramai 56 (27,7%) pasien.

2. Angka kejadian sindroma koroner akut tertinggi pada kelompok usia 40-59
tahun yaitu 113 (55,9%) pasien, terendah dijumpai dalam kelompok usia 60 tahun yaitu
seramai 86 (42,6%) pasien.
3. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan indeks massa tubuh normal
adalah tertinggi sebanyak 89 pasien (44,0%), diikuti dengan overweight sebanyak
45 (22,3%) pasien dan obese sebanyak 38 (18,8%) pasien dan terendah adalah
kelompok kurus yaitu sebanyak 30 (14,9%) pasien.
4. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan dislipidemia sebanyak 124
(61,4%) pasien dan sebanyak 78 (38,6%) pasien tidak mempunyai dislipidemia.
5. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan hipertensi adalah sebanyak 159
(78,7%) pasien dan sebanyak 43 (21,3%) pasien tidak mempunyai hipertensi.
6. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan kebiasaan merokok adalah
sebanyak 109 pasien (54,0%) dan sebanyak 93 pasien (46,0%) tidak mempunyai
kebiasaan merokok.
7. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan diabetes melitus adalah sebanyak
136 (67,3%) pasien, dan sebanyak 66 (32,7%) pasien tidak mempunyai diabetes
melitus.

Universitas Sumatera Utara

6.2 Saran

Dari pengamatan selama melakukan penelitian ini, terdapat beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.
Diantaranya :
1. Peneliti berharap data-data rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan,
dicantumkan dengan semua hasil pemeriksaan dan interpretasi sehingga tidak ada
data yang hilang serta rekam medis diisi dengan rapi dan jelas. Ini untuk
memudahkan proses pengambilan data bagi peneliti-peneliti lain.
2. Peneliti berharap agar tenaga kesehatan dapat mencari idea-idea baru untuk
memberi edukasi bagi pasien-pasien SKA yang tersedia ada di instalasi jantung
terpadu, RSUP Haji Adam Malik, Medan.
3. Harap penelitian ini dapa menjadi panduan buat mahasiswa dan peneliti lain.

Universitas Sumatera Utara