Hubungan Dukungan Suami dengn Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan suami

1. Pengertian Dukungan Suami

Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri untuk menunjang melakukan sesuatu. Dukungan suami kepada ibu nifas dalam merawat bayi baru lahir dipengaruhi dalam beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan,

pengetahuan tentang merawat bayi baru lahir dan budaya setempat (Kodrat, 2010 dalam Megawati, 2014).

2. Dukungan Suami Kepada Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang berasal dari dukungan keluarga. Dukungan sosial memiliki empat jenis yang berbeda yang disesuaikan dengan situasi yang dibutuhkan, yaitu :

a. Dukungan emosional

Mencakup ungkapan simpati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang membutuhkan sehingga dukungan tersebut memberikan rasa aman dan rasa mengasihi.

b. Dukungan informasional

Suami sebagai pencari informasi yang berhubungan dengan merawat bayi dari tenaga kesehatan, dan berkonsultasi, serta mencari informasi dari media cetak maupun sumber lain yang mendukung.

c. Dukungan instrumental

Dukungan ini meliputi bantuan secara langsung sesuai yang dibutuhkan oleh ibu nifas misalnya memfasilitasi ibu ketika menyusui.


(2)

d. Dukungan penilaian

Dukungan berupa pemberian penghargaan atas usaha yang dilakukan, penilaian, memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasinya, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, memberikan support, penghargaan positif, perhatian, semangat, memberikan persetujuan terhadap pendapat ibu.

B. Masa Nifas 1. Pengertian

Masa nifas dimulai setelah 2 jam post partum dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, 2013).

2. Perubahan Fisiologis Ibu Nifas a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Uterus

Involusio uteri atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yang menyebabkan uterus kembali pada posisi semula seperti sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusio uteri dapat juga dikatakan proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Involusio uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua/endometriun dan pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurun ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea (Nurjanah, 2013).


(3)

2) Servik

Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Servik menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina pada saat persalinan. Segera setelah persalinan bentuk serviks akan menganga seperti corong. Hal ini dapat disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks berubah menjadi merah kehitaman karena mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak (Maritalia, 2012).

3) Vulva, Vagina dan Perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dapat dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu (Nugroho, 2014).

4) Payudara

Setelah proses persalinan selesai, pengaruh hormon estrogen dan progesterone terhadap hipofisis mulai menghilang. Hipofisis mulai mensekresi hormone kembali yang salah satu diantaranya adalah lactogenic hormone atau hormone prolaktin. Selama kehamilan hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada saat hari kedua pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada hari-hari pertama


(4)

ASI mengandung banyak kolostrum, yaitu cairan berwarna kuning dan sedikit lebih kental dari ASI yang disekresi setelah hari ketiga post partum (Maritalia, 2012).

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia. Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan (Sulistyawati, 2009).

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 - 36 jam sesudah melahirkan (Nugroho, 2014).

d. Perubahan Sistem Musculoskeletal

Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh – pembuluh yang berada diantara anyaman otot – otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diagfragma


(5)

pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor (Sari, 2014).

e. Perubahan Sistem Endokrin

Setelah melahirkan sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti ibu hamil. Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar. Turunnya estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin menstimulasi air susu. Perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita setelah melahirkan melibatkan perubahan yang progresif atau pembentukan jaringan-jaringan baru. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut (Sari, 2014).

f. Perubahan Tanda Vital 1) Suhu Badan

Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan atau dehidrasi dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan limpatik. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak berwarna merah karna banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau system lain.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa anta 60-80 x/menit atau 50-70 x/menit. Sesudah melahirkan denyut nadi akan lebih cepat nadi yang melebihi 100 x/menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.


(6)

3) Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg sistol dan 10 mmHg diastol. Biasanya setelah bersalin tidak berubah atau normal, kemungkinan tekan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum akan menandakan terjadinya pre eklamsi pada saat post partum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas contohnya pada penyakit asma. Bila pernafasan pada post partum menjadi lebih cepat kemungkinan ada tanda-tanda syok (Nurjanah, 2013).

g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatiocordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala.Umumnya, ini terjadi pada 3 – 5 hari post partum (Sulistyawati, 2009).

h. Perubahan Sistem Hematologi

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien


(7)

dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah (Nugroho, 2014).

3. Adaptasi Psikologi Ibu Nifas

Menurut Maritalia (2012) fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain adalah sebagai berikut :

a. Fase Taking In

Merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.

b. Fase Taking Hold

Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perwatan diri dan bayinya.

c. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.Ibu sudah siap dalam menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan siap jadi pelindung bagi bayinya.

C. Perawatan Bayi Baru Lahir

Menurut Nurjanah (2013), ada beberapa perawatan yang diberikan pada bayi baru lahir, yaitu sebagai berikut :


(8)

1. Memandikan Bayi

Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan adanya infeksi. Prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga bayi jangan sampai kedinginan serta masuk air ke hidung, mulut dan telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi. Sesuai dengan umur, ada cara untuk memandikan bayi. Mandi spons, apabila tali pusatnya belum lepas, bayi cukup dibersihkan dengan menggunakan spons, tidak perlu dimandikan dalam bak mandi. Apabila tali pusat bayi telah lepas, bayi bisa mulai dimandikan di dalam bak mandi. Bak mandi yang digunakan disesuaikan ukurannya dengan bayi jangan terlalu besar dan terlalu kecil. Bak mandi diisi dengan air hangat atau suhunya 75-89oC.

2. Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat merupakan asuhan kebidanan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi. Tali pusat yang belum lepas perlu dbersihkan paling sedikit dua kali sehari. Perawatan dilakukan dengan cermat dan hati-hati, apalagi bagi pusar bayi masih berwarna merah. Beberapa langkah perawatan yang dapat dilakukan sesudah bayi selesai dimandikan, pusar bayi dibersihkan dengan cotton buds atau kasa. Caranya, mengangkat sisa tali pusat agar bagian disekiling tali pusat dapat dibersihkan dan jangan dibubuhi apapun agar tali pusat cepat kering dan terlepas.

3. Makanan

Makanan yang lebih baik, sehat, dan sempurna untuk bayi adalah ASI. ASI memiliki komposisi protein, karbohidrat, lemak, zat gula dan vitamin benar-benar proporsional untuk pertumbuhan bayi yang ideal. Didalam ASI mendapat imunoglobin. ASI diberikan minimal sampai anak berusia 2 tahun.


(9)

4. Imunisasi

Tujuan pemberian imunisasi adalah membentuk kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit terutama penyakit polio, cacar, gondok, rubella, pertusis, difteri, tetanus, infeksi Haemophilus dan Hepatitis B dengan memberikan vaksin pada bayi. Jadwal pemberian imunisasi pada bayi dimulai dari umur 0 bulan. Imunisasi DPT dilakukan tiga kali. DPT pertama diberikan saat bayi saat bayi berusia dua bulan, DPT ketiga pada saat bayi berusia enam bulan. Imunisasi polio untuk menghindari anak untuk menghindari anak dari penyakit kelumpuhan, diberikan tiga kali pada saat bayi berusia dua bulan, empat bulan dan bulan. Imunisasi campak diberikan setelah bayi berusia sembilan bulan. Imunisasi hepatitis B diberikan dua kali pada saat bayi baru lahir dan usia satu bulan. Imunisasi harus diberikan pada bayi yang kondisi tubuhnya sehat, tidak dibenarkan berikan pada bayi yang sedang menderita penyakit ataupun bayi sedang menderita panas tinggi. Batas aman suhu badan anak yang akan mendapat imunisasi harus berkisar 37oC.

5. Popok

Pada bulan pertama, ibu akan sering mengganti popok hingga terkadang satu jam sekali. Meskipun merepotkan, penggantian popok sesering mungkin berguna untuk menghindari gatal-gatal dan merah pada kulit bayi yang masih peka. Ada dua jenis popok bayi yaitu popok kain dan popok sekali pakai atau diapers.

6. Perawatan Mata, Hidung dan Telinga

Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh yang sangat sensitive. Untuk merawat telinga, bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas. Jangan memasukkan benda apa pun ke lubang telinga, termasuk cotton buds atau pun jari. Bagian dalam hidung mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran keluar, hanya bagian luarnya yang dibersihkan dengan menggunakan cotton bud atau


(10)

tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari maka jari benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan penyedot hidung atau bayi yang diletakkan dengan posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut. Mata dibersihkan dengan menggunakan kapas yang dibasahi air hangat. Kapas yang digunakan harus lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran dimata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, mata bayi dipastikan bersih dari sisa kapas.

7. Perawatan Alat Kelamin Bayi

Setiap kali mengganti popok bayi laki-laki, alat kelamin dan pantat bayi harus dibersihkan. Bila tidak dibersihkan, sisa air seni dapat menyebabkan iritasi. Adapun cara membersihkan alat kelamin bayi laki-laki yaitu alat kelamin dibersihkan dengan menggunakan sabun dan air. Untuk membersihkan penis dan lipatan-lipatannya digunakan kapas basah, tidak memaksa menarik kulit luar dan membersihkna bagian dalam penis atau menyemprotkan antiseptik karena sangat berbahaya, kecuali jika kulit luar sudah terpisah dari glan, sesekali ibu biasa menarik dan membersihkan bagian bawahnya.

Sewaktu mengganti popok bayi perempuan, pantatnya dibersihkan dengan baik. Vagina dalam alat kelaminnya tidak perlu dibersihkan karena didaerah ini tidak terdapat banyak kotoran dan jika dibuka dapat mengakibatkan terjadinya infeksi. Membersihkan selalu dari depan ke belakang sehingga tidak menyebabkan bakteri masuk dari anus ke vagina. Untuk bayi laki-laki dan perempuan dengan kapas baru, anus dan bagian bokong dibersihkan dari arah anus ke luar. Lalu dikeringkan dengan tissue lembut dan dibiarkan terkena udara sejenak sebelum memakai popok dan lipatan kulit serta bokong boleh diolesi krim.


(11)

D. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari (Suliswati, 2005)

Menurut Rufaidah (2003) dalam Megawati (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain faktor fisik, trauma atau konflik dan lingkungan awal yang tidak baik.

2. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (1998) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu : a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa ataupun kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Kecemasan sedang

Pada tingkat ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

c. Kecemasan berat

Pada kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.


(12)

d. Panik

Pada tingkat ini berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.

3. Respon kecemasan

Macam-macam respon kecemasan yaitu (Stuart, 1998) : a. Respon Fisiologis

1) Sistem kardiovaskuler : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun dan denyut nadi menurun.

2) Sistem pernafasan : nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal, sensasi tercekik dan terengah-engah.

3) Sistem neuromuscular : reflex ,meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, gelisah, dan wajah tegang.

4) Sistem gastrointestinal : kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, nyeri ulu hati dan diare.

5) Sistem perkemihan : tidak dapat menahan kencing dan sering berkemih. 6) Kulit : wajah kemerahan, telapak tangan berkeringat, gatal, wajah pucat

dan berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.


(13)

c. Respon kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambar visual, takut cedera atau kematian, kilas balik dan mimpi buruk.

d. Respon afektif : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah dan malu.

4. Alat ukur kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Zung Self-Rating Scale (ZSRS). Alat ukur ini terdiri dari 20 kelompok gejala yaitu (Nursalam, 2012)

Adapun hal –hal yang dinilai dalam alat ukur Zung-Self –Rating Scale (ZS-RS) ini adalah sebagai berikut :

1. Saya merasa lebih cemas dari biasanya 2. Saya merasa takut tanpa alasan sama sekali 3. Saya mudah merasa panik

4. Saya merasa seperti jatuh terpisah dan akan hancur berkeping-keping 5. Saya merasa semuanya baik-baik saja dan tidak ada hal buruk akan terjadi 6. Lengan dan kaki saya gemetar

7. Say terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri punggung. 8. Saya merasa lemas dan mudah lelah.


(14)

10.Saya merasakan jantung saya berdebar-debar 11.Saya merasa pusing tujuh kelililing

12.Saya telah pingsan atau merasa seperti itu. 13.Saya dapat bernafas dengan mudah.

14.Saya merasa jari-jari tangan dan kaki mati rasa dan kesemutan 15.Saya terganggu oleh nyeri lambung atau gangguan pencernaan 16.Saya sering buang air kecil.

17.Tangan saya biasanya kering dan hangat. 18.Wajah saya terasa panas dan merah merona.

19.Saya mudah tertidur dan dapat istirahat malam dengan baik. 20.Saya mimpi buruk.


(1)

4. Imunisasi

Tujuan pemberian imunisasi adalah membentuk kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit terutama penyakit polio, cacar, gondok, rubella, pertusis, difteri, tetanus, infeksi Haemophilus dan Hepatitis B dengan memberikan vaksin pada bayi. Jadwal pemberian imunisasi pada bayi dimulai dari umur 0 bulan. Imunisasi DPT dilakukan tiga kali. DPT pertama diberikan saat bayi saat bayi berusia dua bulan, DPT ketiga pada saat bayi berusia enam bulan. Imunisasi polio untuk menghindari anak untuk menghindari anak dari penyakit kelumpuhan, diberikan tiga kali pada saat bayi berusia dua bulan, empat bulan dan bulan. Imunisasi campak diberikan setelah bayi berusia sembilan bulan. Imunisasi hepatitis B diberikan dua kali pada saat bayi baru lahir dan usia satu bulan. Imunisasi harus diberikan pada bayi yang kondisi tubuhnya sehat, tidak dibenarkan berikan pada bayi yang sedang menderita penyakit ataupun bayi sedang menderita panas tinggi. Batas aman suhu badan anak yang akan mendapat imunisasi harus berkisar 37oC.

5. Popok

Pada bulan pertama, ibu akan sering mengganti popok hingga terkadang satu jam sekali. Meskipun merepotkan, penggantian popok sesering mungkin berguna untuk menghindari gatal-gatal dan merah pada kulit bayi yang masih peka. Ada dua jenis popok bayi yaitu popok kain dan popok sekali pakai atau diapers.

6. Perawatan Mata, Hidung dan Telinga

Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh yang sangat sensitive. Untuk merawat telinga, bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas. Jangan memasukkan benda apa pun ke lubang telinga, termasuk cotton buds atau pun jari. Bagian dalam hidung mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran keluar, hanya bagian luarnya yang dibersihkan dengan menggunakan cotton bud atau


(2)

tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari maka jari benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan penyedot hidung atau bayi yang diletakkan dengan posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut. Mata dibersihkan dengan menggunakan kapas yang dibasahi air hangat. Kapas yang digunakan harus lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran dimata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, mata bayi dipastikan bersih dari sisa kapas.

7. Perawatan Alat Kelamin Bayi

Setiap kali mengganti popok bayi laki-laki, alat kelamin dan pantat bayi harus dibersihkan. Bila tidak dibersihkan, sisa air seni dapat menyebabkan iritasi. Adapun cara membersihkan alat kelamin bayi laki-laki yaitu alat kelamin dibersihkan dengan menggunakan sabun dan air. Untuk membersihkan penis dan lipatan-lipatannya digunakan kapas basah, tidak memaksa menarik kulit luar dan membersihkna bagian dalam penis atau menyemprotkan antiseptik karena sangat berbahaya, kecuali jika kulit luar sudah terpisah dari glan, sesekali ibu biasa menarik dan membersihkan bagian bawahnya.

Sewaktu mengganti popok bayi perempuan, pantatnya dibersihkan dengan baik. Vagina dalam alat kelaminnya tidak perlu dibersihkan karena didaerah ini tidak terdapat banyak kotoran dan jika dibuka dapat mengakibatkan terjadinya infeksi. Membersihkan selalu dari depan ke belakang sehingga tidak menyebabkan bakteri masuk dari anus ke vagina. Untuk bayi laki-laki dan perempuan dengan kapas baru, anus dan bagian bokong dibersihkan dari arah anus ke luar. Lalu dikeringkan dengan tissue lembut dan dibiarkan terkena udara sejenak sebelum memakai popok dan lipatan kulit serta bokong boleh diolesi krim.


(3)

D. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari (Suliswati, 2005)

Menurut Rufaidah (2003) dalam Megawati (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain faktor fisik, trauma atau konflik dan lingkungan awal yang tidak baik.

2. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (1998) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu : a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa ataupun kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Kecemasan sedang

Pada tingkat ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

c. Kecemasan berat

Pada kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.


(4)

d. Panik

Pada tingkat ini berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.

3. Respon kecemasan

Macam-macam respon kecemasan yaitu (Stuart, 1998) : a. Respon Fisiologis

1) Sistem kardiovaskuler : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun dan denyut nadi menurun.

2) Sistem pernafasan : nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal, sensasi tercekik dan terengah-engah.

3) Sistem neuromuscular : reflex ,meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, gelisah, dan wajah tegang.

4) Sistem gastrointestinal : kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, nyeri ulu hati dan diare.

5) Sistem perkemihan : tidak dapat menahan kencing dan sering berkemih. 6) Kulit : wajah kemerahan, telapak tangan berkeringat, gatal, wajah pucat

dan berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.


(5)

c. Respon kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambar visual, takut cedera atau kematian, kilas balik dan mimpi buruk.

d. Respon afektif : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah dan malu.

4. Alat ukur kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Zung Self-Rating Scale (ZSRS). Alat ukur ini terdiri dari 20 kelompok gejala yaitu (Nursalam, 2012)

Adapun hal –hal yang dinilai dalam alat ukur Zung-Self Rating Scale (ZS-RS) ini adalah sebagai berikut :

1. Saya merasa lebih cemas dari biasanya 2. Saya merasa takut tanpa alasan sama sekali 3. Saya mudah merasa panik

4. Saya merasa seperti jatuh terpisah dan akan hancur berkeping-keping 5. Saya merasa semuanya baik-baik saja dan tidak ada hal buruk akan terjadi 6. Lengan dan kaki saya gemetar

7. Say terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri punggung. 8. Saya merasa lemas dan mudah lelah.


(6)

10.Saya merasakan jantung saya berdebar-debar 11.Saya merasa pusing tujuh kelililing

12.Saya telah pingsan atau merasa seperti itu. 13.Saya dapat bernafas dengan mudah.

14.Saya merasa jari-jari tangan dan kaki mati rasa dan kesemutan 15.Saya terganggu oleh nyeri lambung atau gangguan pencernaan 16.Saya sering buang air kecil.

17.Tangan saya biasanya kering dan hangat. 18.Wajah saya terasa panas dan merah merona.

19.Saya mudah tertidur dan dapat istirahat malam dengan baik. 20.Saya mimpi buruk.