Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
RAWAT GABUNG DI RUMAH SAKIT UMUM
SUNDARI MEDAN
TAHUN 2008
DENIA RISKI WULANSARI
075102019
K A R Y A T U L I S I L M I A H
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
LEMBAR PENGESAHAN KTI
Judul : TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
RAWAT GABUNG DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2008.
Nama : DENIA RISKI WULANSARI
NIM : 075102019
Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU
Pembimbing,
(dr. ZULKIFLI, MSi) NIP. 130 675 296
(3)
Judul : TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG RAWAT GABUNG DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2008.
Nama : DENIA RISKI WULANSARI
NIM : 075102019
Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU
ABSTRAK
Penatalaksanan yang biasanya dilakukan di rumah sakit terhadap bayi baru lahir terdiri dari Rawat Gabung (Rooming in) dan Rawat Pisah (Nursesry-based care). Di Indonesia, rawat gabung digalakkan sejalan dengan peningkatan pemberian ASI, khususnya dirumah-rumah sakit yang berlabel sebagai rumah sakit Sayang Bayi. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung di rumah sakit Sundari Medan Tahun 2008.
Metode penelitian menggunakan metoda deskriptif yaitu hanya mengetahui bagaimana pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung di rumah sakit umum Sundari Medan Tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di rumah sakit umum Sundari Medan pada tanggal 1 – 31 Maret Tahun 2008 yaitu sebanyak 91 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini mengunakan metode Total Sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian.
Hasil penelitian yaitu mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum Sundari Medan pada Tahun 2008, mempunyai pengertian yang kurang baik mengenai rawat gabung ada sebanyak 67 orang (73,6%), persyaratan rawat gabung ada sebanyak 62 orang (68,1%), kontraindikasi pada ibu yaitu ada sebanyak 55 orang (60,4%), kontraindikasi pada bayi yaitu ada sebanyak 55 orang (60,4%), manfaat rawat gabung ada sebanyak 54 orang (59,3%), dan keberhasilan rawat gabung ada sebanyak 54 orang (59,3%).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa Mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum Sundari Medan, mempunyai pengetahuan yang kurang baik mengenai pengertian rawat gabung, persyaratan rawat gabung, kontraindikasi pada ibu dan bayi, manfaat dari rawat gabung, dan keberhasilan dari rawat gabung yang dilakukan.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pemurah atas limpahan
rahmat dan hidayahNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul ”Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Rawat
Gabung di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008”.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran
dan kritik untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi. Maka pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :
1. Prof. Dr. Chairuddin Lubis DTM dan Sp. A(K) selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Gontar Alamsyah Siregar SpPD-KGEH, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberi
kesempatan kepada penulis mengikuti program D-IV Bidan Pendidik.
3. Prof. dr. Guslihan Dasa Djipta, Sp.A (K) selaku Ketua Departemen Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, selaku Ketua Program D-IV Bidan
Pendidik FK USU.
5. Dewi Elizadiani Suza, SKp, MNS, selaku Koordinator mata kuliah
(5)
6. Seluruh Dosen Pengajar pada Program D-IV Bidan Pendidik FK USU
yang telah membekali penulis dengan ilmu dari awal kuliah sampai
selesainya pendidikan ini.
7. Bapak dr. Zulkifli, MSi, selaku dosen pembimbing sekaligus Penguji III
yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
8. Bapak dr. Yuki Yunanda, selaku Penguji I yang telah memberikan
masukan dan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan KTI ini.
9. Ibu Sartini Bangun, S. Pd, M.Kes, selaku penguji II yang telah banyak
memberikan masukan dan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan KTI
ini.
10.Bapak dr. H. Faisal Balatif, M.Kes, selaku Direktur RSU Sundari Medan
yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
RSU Sundari Medan
11.Kedua orang tuaku yang sangat kusayangi, Ayahanda Sudirman, S.Sos
dan Ibunda Lasmiarni yang selalu mendukung dalam doa dan moril serta
materil selama mengikuti pendidikan
12.Kepada Abang dan Adik, Sudiyantoni, Ama.Pd dan Nopantia Rahmah
yang telah memberikan dukungan mental selama pendidikan
13.Sahabat-sahabat program D-IV bidan Pendidik FK USU, yang telah
berbagai pengalaman, masukan dan dukungan dalam penyelesaian
(6)
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut membantu penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, semoga
bermanfaat bagi semua pihak dan kiranya Allah SWT selalu memberikan rahmat
dan hidayahNya bagi kita semua.
Medan, Mei 2008
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Ibu Nifas ... 6
2.2 Gawat Gabung ... 7
2.3 Pengetahuan ... 22
BAB III KERANGKAN PENELITIAN ... 25
3.1 Kerangka Konseptual ... 25
3.2 Defenisi Konseptual ... 25
(8)
4.1 Desain Penelitian ... 29
4.2 Populasi dan Sampel ... 29
4.3 Lokasi Penelitian ... 29
4.4 Pertimbangan Etik ... 30
4.5 Instrumen Penelitian ... 31
4.6 Pengumpulan Data ... 31
4.7 Analisa Data ... 32
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
5.1 ... Hasil Penelitian ... 43
5.2 Pembahasan ... 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1 ... Kesi mpulan ... 62
6.2 Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal kegiatan penelitian
Lampiran 2 : Persetujuan menjadi responden
Lampiran 3 : Kuesioner
Lampiran 4 : Lembar konsul ke dosen pembimbing
Lampiran 5 : Rencana biaya pembuatan KTI
Lampiran 6 : Izin pengambilan data pendahuluan
Lampiran 7 : Izin Penelitian
Lampiran 8 : Surat Balasan Penelitian
Lampiran 9 : Uji Validitas dan Reliabilitas
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Ibu Nifas di Rumah Sakit Umum Sundari Tahun 2008 Berdasarkan Umur
Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu Nifas di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.3 Distribusi Status Pekerjaan Ibu NifasDi Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.4 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Jumlah Anak Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.5 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Pernah Atau Tidak Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.6 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Anjuran Untuk Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.7 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Manfaat Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.8 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Pengertian Mengenai Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.9 Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Persyaratan Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.10 Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Kontraindikasi Dari Pihak Ibu Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.11 Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Kontraindikasi Dari Pihak Bayi Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.12
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Manfaat Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.13
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Keberhasilan Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
Tabel 5.14 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Melakukan Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
(11)
Judul : TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG RAWAT GABUNG DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2008.
Nama : DENIA RISKI WULANSARI
NIM : 075102019
Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU
ABSTRAK
Penatalaksanan yang biasanya dilakukan di rumah sakit terhadap bayi baru lahir terdiri dari Rawat Gabung (Rooming in) dan Rawat Pisah (Nursesry-based care). Di Indonesia, rawat gabung digalakkan sejalan dengan peningkatan pemberian ASI, khususnya dirumah-rumah sakit yang berlabel sebagai rumah sakit Sayang Bayi. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung di rumah sakit Sundari Medan Tahun 2008.
Metode penelitian menggunakan metoda deskriptif yaitu hanya mengetahui bagaimana pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung di rumah sakit umum Sundari Medan Tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di rumah sakit umum Sundari Medan pada tanggal 1 – 31 Maret Tahun 2008 yaitu sebanyak 91 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini mengunakan metode Total Sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian.
Hasil penelitian yaitu mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum Sundari Medan pada Tahun 2008, mempunyai pengertian yang kurang baik mengenai rawat gabung ada sebanyak 67 orang (73,6%), persyaratan rawat gabung ada sebanyak 62 orang (68,1%), kontraindikasi pada ibu yaitu ada sebanyak 55 orang (60,4%), kontraindikasi pada bayi yaitu ada sebanyak 55 orang (60,4%), manfaat rawat gabung ada sebanyak 54 orang (59,3%), dan keberhasilan rawat gabung ada sebanyak 54 orang (59,3%).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa Mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum Sundari Medan, mempunyai pengetahuan yang kurang baik mengenai pengertian rawat gabung, persyaratan rawat gabung, kontraindikasi pada ibu dan bayi, manfaat dari rawat gabung, dan keberhasilan dari rawat gabung yang dilakukan.
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penatalaksanan yang biasanya dilakukan di rumah sakit terhadap bayi baru
lahir terdiri dari Rawat Gabung (Rooming in) dan Rawat Pisah (Nursesry-based
care). Di Indonesia, rawat gabung digalakkan sejalan dengan peningkatan
pemberian ASI, khususnya dirumah-rumah sakit yang berlabel sebagai rumah
sakit Sayang Bayi. (Helen Farrer, 2001)
Banyak rumah sakit yang menawarkan pilihan agar bayi dapat terus
bersama ibunya selama dua puluh empat jam. Kondisi ini dinamakan rawat
gabung. Meski selama ini banyak rumah sakit yang masih menerapkan ruangan
khusus untuk bayi, terpisah dari ibunya. Namun riset terakhir menunjukkan bahwa
jika tidak ada masalah medis, tidak ada alasan untuk memisahkan ibu dari bayinya
meskipun sesaat. Bahkan makin sering ibu melakukan kontak fisik langsung
(skin-to-skin contact) dengan bayi akan membantu menstimulasi hormon prolaktin
dalam memproduksi ASI. Karena itu pada tahun 2005, American Academy of
Pediatrics (AAP) mengeluarkan kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya
diruangan yang sama dan mendorong ibu untuk segera menyusui bayinya
kapanpun bayi menginginkannya. (Isoraya, 2006)
Dihari pertama menyusui, ibu akan menghasilkan kolostrum yang
(13)
kebutuhan bayi, mudah dicerna sehingga dapat memberikan proteksi terhadap
bakteri, virus dan alergen. (Isoraya, 2006)
Penyusuan dini segera setelah bayi lahir perlu dilaksanakan untuk
memperlancar ASI Eksklusif selama enam bulan dengan menerapkan
konsep rumah sakit ramah ASI Eksklusif dengan rawat gabung. (Harian
Kompas, 2006)
Menurut data UNICEF, hanya 3% ibu yang memberikan ASI secara
Eksklusif. Dipastikan persentase tersebut jauh menurun bila dibandingkan dengan
kondisi sebelumnya. Lima belas tahun lalu sebuah penelitian terhadap 460 bayi
rawat gabung (rooming in) di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
memperlihatkan bahwa 71,1% ibu memberi ASI sampai bayinya usia dua bulan,
20,2% diantaranya memberi ASI Eksklusif. (Pusat Data dan Informasi
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, 2003)
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan bahwa
hampir semua bayi (96,3%) di Indonesia pernah mendapat ASI. Hasil berikutnya
dari hasil SDKI 1997 adalah sebanyak 8% bayi baru lahir mendapat ASI dalam
satu jam setelah lahir dan 53% bayi mendapat ASI pada hari pertama. Proporsi
anak yang diberi ASI pada hari pertama paling rendah yaitu 51% untuk bayi yang
dilahirkan dengan pertolongan dokter/bidan, dan tertinggi 6% untuk bayi lahir
tanpa pertolongan/orang awam, rata-rata lamanya pemberian ASI Eksklusif
(14)
Berdasarkan data Dinkes Kota Medan, jumlah ibu bersalin selama tahun
2007 (dari bulan Januari sampai Desember) adalah 43.413 orang. Jumlah bayi
umur 0 – 6 bulan yaitu 139.387 orang dan yang mendapat ASI Eksklusif 3.294
orang, dari data diatas pemberian ASI Eksklusif di Kota Medan sebanyak 2,35%
dari jumlah bayi.
Jumlah persalinan yang terjadi di Rumah Sakit Umum Sundari tahun 2007
dari Januari sampai Desember lebih kurang 125 ibu bersalin per bulan. Dari
jumlah tersebut hanya sebagian kecil ibu yang dirawat gabunng bersama bayinya
yaitu sekitar 20%.
Menurut Dr. I. G. Ayu Partiwi, SpA MARS dari Ikatan Dokter Anak
Indonesia yang mengatakan ASI Eksklusif dapat dicapai bila seluruh rumah sakit,
rumah bersalin dan tempat-tempat pelayanan ibu bersalin lainnya telah
menerapkan konsep ramah ASI. Sehingga kebijakan pelayanan kelahiran adalah
rawat gabung, pemberian minum pralaktal saat usia satu sampai tiga hari,
pendirian klinik laktasi, antenatal dan pasca kelahiran. (Harian Kompas, 2006)
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung di rumah sakit
umum Sundari Medan Tahun 2008.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung di
(15)
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang pengertian rawat
gabung
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang syarat rawat gabung
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang kontra indikasi rawat
gabung dari pihak ibu
d. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang kontra indikasi rawat
gabung dari pihak bayi
e. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang manfaat rawat
gabung
f. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan rawat gabung
1.3 Pertanyaan Penelitian
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas maka penulis
merumuskan masalah yaitu ”bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
rawat gabung di rumah sakit umum Sundari Medan Tahun 2008”.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian bermanfaat bagi :
a. Bagi RSU Medan
(16)
b. Bagi Institut Pendidikan
Dapat dijadikan bahan bacaan bagi mahasiswa lain
c. Bagi Peneliti Lain
(17)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ibu Nifas
Ibu adalah sebutan untuk seorang perempuan yang telah melahirkan kita,
sebutan wanita yang sudah bersuami, panggilan lazim kepada seorang wanita.
(Balai Pustaka, 1994)
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa ini yaitu 6 – 8
minggu. (Mochtar, 1998)
Dari defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ibu nifas adalah
sebutan untuk seorang wanita dimana sekarang dalam masa memulihkan kembali
alat kandungan seperti sebelum hamil.
Menurut Saifuddin, perubahan-perubahan fisiologi pada masa nifas, yaitu
:
a. Perubahan fisik
b. Involusi uterus dan pengeluaran lokhia
c. Laktasi/pengeluaran air susu ibu
d. Perubahan sistem tubuh lainnya
(18)
2.2 Rawat Gabung
2.2.1 Pengertian Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan dimana bayi serta ibu
dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu berada
disamping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang. (Prawirohardjo,
1999)
Rawat gabung adalah perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan
bersama-sama sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat
memberikan ASI, sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.
(Manuaba, 1998)
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan,
kamar atau tempat bersama-sama dalam 24 jam penuh dalam sehariannya.
(Marjono, 1999)
Rawat gabung merupakan sistem perawatan bayi yang disatukan dengan
ibu, sehingga ibu dapat melakukan semua perawatan dasar bagi bayinya. Bayi bisa
tinggal bersama ibunya dalam satu kamar sepanjang siang maupun malam hari
sampai keduanya keluar dari rumah sakit atau bayinya dapat dipindahkan ke
bangsal neonatus atau ke ruang observasi pada saat-saat tertentu seperti pada
(19)
2.2.2 Tujuan Rawat Gabung
a. Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dibutuhkan.
b. Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti
yang dilakukan oleh petugas.
c. Agar ibu mempunyai kemampuan dan pengalaman dalam merawat bayinya
sendiri selagi ibu masih dirawat dirumah sakit dan yang lebih penting bekal
keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah pulang dari rumah
sakit.
d. Dalam perawatan gabung, suami dan keluarga dilibatkan secara aktif untuk
mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara
baik dan benar.
e. Ibu mendapat kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan
buah hati yang sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan
ibunya.
2.2.3 Keuntungan Rawat Gabung
Menurut Manuaba (2003) rawat gabung mempunyai keuntungan yang
sangat besar, yaitu :
a. Meningkatkan kemampuan perawatan mandiri pada bayinya.
b. Dapat memberikan ASI setiap saat.
c. Dapat meningkatkan kasih sayang pada bayi.
(20)
e. Mengurangi kehilangan panas badan bayi sehingga meningkatkan daya tahan
tubuh.
f. Pemberian ASI bertindak sebagai metode KB dalam waktu 4 – 6 bulan
pertama.
g. Menurunkan morbiditas dan mortalitas neonatus.
2.2.4 Sasaran dan Syarat Rawat Gabung
Kegiatan rawat gabung dimulai sejak ibu bersalin dikamar bersalin dan
dibangsal perawatan pasca persalinan. Meskipun demikian penyuluhan tentang
manfaat dan pentingnya rawat gabung sudah dimulai sejak ibu pertama kali
memeriksakan kehamilannya di poliklinik asuhan antenatal. Tidak semua bayi
atau ibu dapat segera dirawat gabung. Bayi dan ibu yang dapat dirawat gabung
harus memenuhi syarat/kriteria berikut :
a. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.
b. Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup
sehat, refleks menghisap baik, tidak ada infeksi dan sebagainya.
c. Bayi yang dilahirkan denga sectio secaria dengan anestesi umum, rawat
gabung dilakukan segera setelah ibu dan bayinya sadar penuh (bayi tidak
ngantuk) misalnya empat sampai enam jam setelah operasi selesai. Bayi tetap
disusukan meskipun mungkin ibu masih mendapat infus.
(21)
e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
f. Berat lahir 2000 – 2500 gram atau lebih.
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
h. Bayi dan ibu sehat.
2.2.5 Kontra Indikasi Rawat Gabung
Menurut Prawirohardjo (1999) adalah :
Pihak Ibu
a. Fungsi kardiorespiratorik yang tidak baik
Pasien penyakit jantung kelas II dianjurkan untuk sementara tidak menyusui
sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak
dibenarkan menyusui.
b. Eklampsia dan preeklampsia berat
Keadaan ibu biasanya tidak baik dan pengaruh obat-obatan untuk mengatasi
penyakit biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehigga ibu belum sadar
betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi.
c. Penyakit infeksi akut dan aktif
Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkulosis paru yang aktif
dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadan ibu
(22)
d. Karsinoma payudara
Pasien dengan karsinoma harus dicegah jangan sampai ASInya keluar karena
mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusui ditakutkan adanya
sel-sel karsinoma yang terminum si bayi.
e. Psikosis
Tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila menderita psikosis. Meskipun
pada dasarnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan
penderita psikosis membuat cedera pada bayi.
Pihak Bayi a. Bayi kejang
Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak
memungkinkan untuk menyusui. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat
bayi menyusui. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi
untuk menyusui.
b. Bayi yang sakit berat
Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang
memerlukan perawatan intensif tentu tidak mungkin menyusu dan dirawat
gabung.
c. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus.
Selama observasi rawat gabung tidak dapat dilaksanakan. Setelah keadaan
membaik tentu dapat dirawat gabung. Ini yang disebut rawat gabung tidak
(23)
d. Very Low Birth Weight (Berat badan lahir sangat rendah)
Refleks menghisap dan refleks lain pada VLBW belum baik sehingga tidak
mungkin menyusu dan dirawat gabung.
e. Cacat Bawaan
Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan bahwa bayinya
cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontra indikasi
mutlak. Cacat ringan seperti labioskisis, palatoskhisis bahkan
labiognatopalatoskhisis masih memungkinkan untuk menyusui.
f. Kelainan metabolik dimana bayi tidak dapat menerima ASI.
2.2.6 Manfaat Rawat Gabung
Manfaat rawat gabung ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan
tujuannya yaitu :
a. Aspek fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah menjangkau
nantinya untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan
saja bayi menginginkan. Dengan perawatan sendiri dan menyusui sedini
mungkin, akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien
lain atau petugas kesehatan. Dalam menyusui dini maka ASI kolostrum dapat
memberikan kekebalan/antibody yang sangat berharga bayi bayi. Karena ibu
setiap saat dapat melihat bayinya, maka ibu dengan mudah dapat mengetahui
(24)
b. Aspek fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan
frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang
dialami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik
untuk ibu dengan menyusui maka akan timbul reflek oksitosin yang akan
membantu proses fisiologis involusi rahim. Disamping itu akan timbul refleks
prolaktin yang akan memacu proses produksi ASI. Efek menyusui dalam
usaha menjarangkan kelahiran telah banyak dipelajari di banyak negara
berkembang. Secara umum seorang ibu akan terlindung dari kesuburan
sepanjang ia masih menyusui dan belum haid, khususnya bila frekuensi
menyusui lebih sering dan sama sekali tidak menggunakan pengganti ASI
(menyusui secara eksklusif). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa daya
proteksi menyusui eksklusif terhadap usaha KB tidak kalah dengan alat KB
yang lain.
c. Aspek psikologis
Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses
lekat (early infant-mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan
bayinya. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan
psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Dengan pemberian ASI kapan saja
bayi membutuhkan, akan memberikan kepuasan pada ibu bahwa ia dapat
berfungsi sebagaimana seorang ibu memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya,
(25)
digantikan oleh orang lain. Keadaan ini akan memperlancar produksi ASI
karena seperti telah diketahui, refleks let-down bersifat psikosomatis.
Sebaliknya bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, merupakan
dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak. Ibu akan merasa bangga
karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila suaminya
berkunjung, akan terasa adanya suatu ikatan kesatuan keluarga.
d. Aspek edukatif
Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang baru mempunyai anak pertama)
akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu menyusui serta
merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di rumah sakit ibu akan
melihat, belajar dan mendapat bimbingan bagaimana cara menyusui secara
benar, bagaimana cara merawat payudara, merawat tali pusat, memandikan
bayi dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi
ibu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari rumah sakit.
Disamping pendidikan bagi ibu, dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan
bagi keluarga, terutama suami, dengan cara mengajarkan suami dalam
membantu istri untuk proses di atas. Suami akan termotivasi untuk memberi
dorongan moral bagi istrinya agar mau menyusui bayinya. Jangan sampai
terjadi seorang suami melarang istrinya menyusui bayinya karena suami takut
payudara istrinya akan menjadi jelek. Bentuk payudara akan berubah karena
usia dalam hal alami, meskipun dengan menggunakan kutang penyangga yang
(26)
menerapkan posisi yang benar, ketakutan mengendornya payudara dapat
dikurangi.
e. Aspek ekonomi
Dengan tawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin.
Bagi rumah bersalin terutama rumah sakit pemerintah, hal tersebut merupakan
suatu penghematan anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula,
botol susu, dot serta peralatan lain yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi
lebih ringan karena ibu berperan besar dalam merawat bayinya sendiri,
sehingga waktu terluang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Lama
perawatan ibu menjadi lebih pendek karena involusi rahim terjadi lebih cepat
dan memungkinkan tempat tidur digunakan untuk penderita lain. Demikian
pula infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi, berarti penghematan
biaya bagi rumah sakit maupun keluarga ibu. Bagi ibu juga penghematan oleh
karena lama perawatan menjadi singkat.
f. Aspek medis
Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinya infeksi
nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu
maupun bayi.
2.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung
Keberhasilan rawat gabung yang mendukung peningkatan penggunaan
ASI dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain sosial-budaya, ekonomi,
(27)
adanya kelompok pendukung peningkatan penggunaan ASI (KP-ASI) dan
peraturan tentang peningkatan ASI atau pemasaran susu formula.
a. Peranan Sosial Budaya
Kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi dan pengaruh
kebudayaan Barat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat.
Memberi susu formula dianggap modern karena memberi ibu kedudukan yang
sama dengan ibu-ibu golongan atas. Ketakutan akan mengendornya payudara
menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya.
Bayi ibu yang sibuk dengan urusan di luar rumah, sebagai wanita karir
atau isteri seorang pejabat yang selalu dituntun mendampingi kegiatan suami, hal
ini dapat menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI. Sebagian ibu tersebut
pada umumnya berasal dari golongan menengah-atas cenderung untuk memilih
susu formula daripada menyusui bayinya. Jika tidak mungkin membagi waktu,
seyogyanya hanya ibu yang sudah tidak menyusui saja yang boleh dibebani tugas
sampingan di luar rumah. Dalam hal ini peranan suami atau instansi dimana suami
bekerja sebaiknya memahami betul peranan ASI bagi perkembangan bayi.
Iklan menarik melalui media massa serta pemasaran susu formula dapat
mempengaruhi ibu untuk enggan memberikan ASI nya. Apabila iklan yang
menyesatkan seolah-olah dengan teknologi yang supercanggih dapat membuat
susu formula sebaik dan semutu susu ibu, atau bahkan lebih baik daripada susu
ibu. Adanya kandungan suatu nutrien yang lebih tinggi dalam susu formula
(28)
lebih baik. Komposisi nutrien yang seimbang dan adanya zat antibodi spesifik
dalam ASI menjamin ASI tetap lebih unggul dibanding susu formula.
b. Faktor Ekonomi
Seperti disebutkan diatas, beberapa wanita memilih bekerja di luar rumah.
Bagi wanita karir, hal ini dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan
karena status, prestise, atau memang dirinya dibutuhkan. Pada sebagian kasus
lain, ibu bekerja diluar rumah semata karena tekanan ekonomi, dimana
penghasilan suami dirasa belum dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Gaji
pegawai negeri yang relatif rendah dapat dipakai sebagai alasan utama istri ikut
membantu mencari nafkah dengan bekerja di luar rumah. Memang tidak ada yang
perlu disalahkan dalam masalah ini.
Dengan bekerja di luar rumah, ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan
bayinya. Akhirnya ibu cenderung memberikan susu formula dengan botol. Bila
bayi telah mengenal dot/botol maka ia akan cenderung memilih botol. Dengan
demikian frekuensi penyusuan akan berkurang dan menyebabkan produksi
menurun. Keadaan ini selanjutnya mendorong ibu untuk menghentikan pemberian
ASI, tidak jarang terjadi sewaktu masa cutinya belum habis. Ibu perlu didukung
untuk memberi ASI penuh pada bayinya dan tetap berusaha untuk menyusui
ketika ibu telah kembali bekerja.
Motivasi untuk tetap memberikan ASI meskipun ibu harus berpisah
dengan bayinya adalah faktor utama dalam keberhasilan ibu untuk
mempertahankan penyusuannya. Pendirian tempat penitipan bayi dekat/ditempat
(29)
c. Peranan Tatalaksana Rumah sakit / rumah bersalin
Peranan tatalaksana atau kebijakan rumah sakit/rumah bersalin sangat
penting mengingat kini banyak ibu yang lebih menginginkan melahirkan di
pelayanan kesehatan yang lebih baik. Tatalaksana rumah sakit yang tidak
menunjang keberhasilan menyusui harus dihindari, seperti :
- Bayi dipuasakan beberapa hari, padahal refleks isap bayi paling kuat adalah
pada jam-jam pertama sesudah lahir. Rangsangan payudara dini akan
mempercepat timbulnya refleks prolaktin dan mempercepat produksi ASI.
- Memberikan makanan pre-lakteal, yang membuat hilangnya rasa haus
sehingga bayi enggan menetek.
- Memisahkan bayi dari ibunya. Tidak adanya sarana rawat gabung
menyebabkan ibu tidak dapat menyusui bayinya nir-jadwal.
- Menimbang bayi sebelum dan sesudah menyusui, dan jika pertambahan berat
badan tidak sesuai dengan harapan maka bayi diberi susu formula. Hal ini
dapat menimbulkan rasa kuatir pada ibu yang mempengaruhi produksi ASI.
- Penggunaan obat-obatan selama proses persalinan, seperti obat penenang, atau
preparat ergot, yang dapat menghambat permulaan laktasi. Rasa sakit akibat
episiotomi atau robekan jalan lahir dapat mengganggu pemberian ASI.
- Pemberian sampel susu formula harus dihilangkan karena akan membuat ibu
salah sangka dan menganggap bahwa susu formula sama baik bahkan lebih
(30)
Dalam hal ini perlu kiranya dibentuk klinik laktasi yang berfungsi sebagai
tempat ibu berkonsultasi bila mengalami kesulitan dalam menyusui. Tidak kalah
pentingnya ialah sikap dan pengetahuan petugas kesehatan, karena walaupun
tatalaksana rumah sakit sudah baik bila sikap dan pengetahuan petugas masih
belum optimal maka hasilnya tidak akan memuaskan.
d. Faktor-faktor dalam diri ibu sendiri
Beberapa keadaan ibu yang mempengaruhi laktasi adalah :
- Keadaan gizi ibu
Kebutuhan tambahan kalori dan nutrien diperlukan sejak hamil. Sebagian
kalori ditimbun untuk persiapan produksi ASI. Seorang ibu hamil dan
menyusui perlu mengkosumsi makanan dalam jumlah yang cukup dan
seimbang agar kuantitas dan kualitas ASI terpenuhi. Dengan demikian
diharapkan bayi dapat tumbuh kembang secara optimal selama 4 bulan
pertama hanya dengan ASI (menyusui secara eksklusif).
- Pengalaman/sikap ibu terhadap menyusui
Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya, dengan pengetahuan dan
pengalaman cara pemberian ASI secara baik dan benar akan menunjang
laktasi berikutnya. Sebaliknya, kegagalan menyusui di masa lalu akan
mempengaruhi pula sikap seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. Dalam
hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara sukarela dan penuh
rasa percaya diri mampu menyusui bayinya. Pengalaman masa kanak-kanak,
(31)
yang berlaku di masyarakat akan membentuk sikap ibu yang positif terhadap
masalah menyusui.
- Keadaan emosi
Gangguan emosional, kecemasan, stress fisik dan psikis akan mempengaruhi
produksi ASI. Seorang ibu yang masih harus menyelesaikan kuliah, ujian, dsb,
tidak jarang mengalami ASI nya tidak dapat keluar. Sebaliknya, suasana
rumah dan keluarga yang tenang, bahagia, penuh dukungan dari anggota
keluarga yang lain (terutama suami), akan membantu menunjang keberhasilan
menyusui. Demikian pula lingkungan kerja akan berpengaruh ke arah positif,
atau sebaliknya.
- Keadaan payudara
Besar kecil dan bentuk payudara TIDAK mempengaruhi produksi ASI. Tidak
ada jaminan bahwa payudara besar akan menghasilkan lebih banyak ASI atau
payudara kecil menghasilkan lebih sedikit. Produksi ASI lebih banyak
ditentukan oleh faktor nutrisi, frekuensi pengisapan puting dan faktor emosi.
Sehubungan dengan payudara, yang penting mendapat perhatian adalah
keadaan puting. Puting harus disiapkan agar lentur dan menjulur, sehingga
mudah ditangkap oleh mulut bayi. Dengan puting yang baik, puting tidak
muda lecet, refleks mengisap menjadi lebih baik, dan produksi ASI menjadi
(32)
- Peran masyarakat dan pemerintah
Keberhasilan laktasi merupakan proses belajar-mengajar. Diperlukan
kelompok dalam masyarakat di luar petugas kesehatan yang secara sukarela
memberikan bimbingan untuk peningkatan penggunaan ASI. Kelompok ini
dapat diberi nama Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI), yang dapat
memanfaatkan kegiatan posyandu dengan membuat semacam pojok ASI.
2.2.8 Pelaksanaan rawat gabung dan kegiatan penunjangnya
Dalam rawat gabung bayi ditempatkan bersama ibunya dalam suatu
ruangan sedemikian rupa sehingga ibu dapat melihat dan menjangkaunya kapan
saja bayi atau ibu membutuhkannya. Bayi dapat diletakkan di tempat tidur
bersama ibunya, atau dalam boks disamping tempat tidur ibu. Modifikasi lain
dengan membuat sebuah boks yang ditempatkan diatas tempat tidur di sebelah
ujung kaki ibu. Yang penting ibu harus bisa melihat dan mengawasi bayinya,
apakah ia menangis karena lapar, kencing, digigit nyamuk, dsb. Tangis bayi
merupakan rangsangan sendiri bagi ibu untuk membantu produksi ASI.
Perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat mengenali
keadaan-keadaan abnormal, kemudian melaporkannya kepada dokter. Bayi kuning
sering merupakan masalah bagi ibu meskipun sebenarnya keadaan ini seringkali
masih dalam batas fisiologis. Dokter (terutama dokter anak dan kebidanan)
mengadakan kunjungan sekurang-kurangnya sekali dalam sehari. Dokter harus
memperhatikan keadaan ibu maupun bayi, terutama yang berhubungan dengan
masalah menyusui. Perlu diperhatikan apakah ASI sudah keluar, adakah
(33)
mengganggu saat menyusui. Demikian pula dengan bayinya, apakah sudah dapat
mengisap, kuat atau tidak, rewel atau tidak, apakah muntah, mencret dan
sebagainya.
Ibu menyusui sewaktu-waktu sesuai dengan keinginan bayi. Tidak dikenal
lagi penjadwalan dalam memberikan ASI kepada bayi. Perawat harus membantu
ibu untuk merawat payudara, menyusui, menyendawakan dan merawat bayi
secara benar. Bila bayi sakit/perlu diobservasi lebih lanjut, bayi dipindahkan ke
ruang rawat bayi baru lahir (neonatologi). Bayi akan memperoleh perawatan lebih
intensif, meskipun bukan berarti ASI tidak diberikan. ASI tetap diberikan dengan
cara ibu berkunjung, atau ASI diperas dan diberikan dengan sendok. Bila ibu dan
bayi sudah diperbolehkan pulang, diberikan penyuluhan lagi tentang cara merawat
bayi, payudara dan cara meneteki yang benar sehingga ibu di rumah terampil
melakukan rawat gabung serta cara mempertahankan meneteki sekalipun ibu
harus berpisah dengan bayinya. Harus ditekankan bahwa bayi tidak diboleh diberi
dot/kempengan. Selanjutnya perawat mengumpulkan data ibu dan bayi dalam
sebuah lembar catatan medik yang sudah disiapkan.
2.3 Pengetahuan
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) adalah pengetahuan merupakan
hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
suatu obyek tertentu. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku
(34)
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan dapat dikategorikan
kedalam tingkatan sebagai berikut :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang materi yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau suatu obyek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
(35)
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau obyek, penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan
(36)
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian, tingkat pengetahuan ibu nifas tentang rawat
gabung di rumah sakit umum Sundari Medan Tahun 2008.
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.2 Defenisi Konseptual
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
(Notoatmodjo, 2003) Rawat Gabung, meliputi : - Pengertian
- Syarat
- Kontraindikasi dari pihak ibu
- Kontraindikasi dari pihak bayi
- Manfaat
- Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan
(37)
b. Rawat gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang
baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah
ruangan, kamar atau tempat bersama-sama dalam 24 jam penuh dalam
seharinya. (Marjono, 1999)
3.3 Defenisi Operasional
a. Pengertian rawat gabung
Defenisi : Suatu cara perawatan ibu dan bayi ditempatkan dalam
sebuah ruangan dalam 24 jam penuh
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner, no. 1-3
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Dikategorikan kurang baik bila benar 0-1
Dikategorikan baik bila benar ≥ 2 b. Syarat rawat gabung
Defenisi : Segala sesuatu yang harus ada dalam rawat gabung
bersama bayinya
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner, no. 4-8
Skala ukur : Ordinal
(38)
c. Kontraindikasi rawat gabung dari pihak ibu
Defenisi : Suatu kriteria ibu yang tidak boleh dirawat gabung
bersama bayinya dalam satu ruangan
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner, no. 9-13
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Dikategorikan kurang baik , bila benar ≤ 3 Dikategorikan baik, bila benar > 3
d. Kontraindikasi rawat gabung dari pihak bayi
Defenisi : Suatu kriteria bayi yang tidak boleh dirawat gabung
bersama ibunya dalam satu ruangan
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner, no. 14-18
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Dikategorikan kurang baik , bila benar ≤ 3 Dikategorikan baik, bila benar > 3
e. Manfaat rawat gabung
Defenisi : Suatu kegunaan dilakukan perawatan ibu dan bayi
dalam satu ruangan
Cara ukur : Wawancara
(39)
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Dikategorikan kurang baik , bila benar ≤ 3 Dikategorikan baik, bila benar > 3
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung
Defenisi : Hal-hal yang berpengaruh pada keberhasilan ibu dan
bayi dirawat dalam satu ruangan
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner, no. 24-28
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Dikategorikan kurang baik , bila benar ≤ 3 Dikategorikan baik, bila benar > 3
(40)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah metoda deskriptif yaitu
hanya mengetahui bagaimana pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung di
rumah sakit umum Sundari Medan Tahun 2008.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian/objek yang diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di rumah sakit umum Sundari Medan
pada tanggal 1 – 31 Maret Tahun 2008 yaitu sebanyak 91 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diambil dalam penelitian untuk mewakili
populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini mengunakan metode Total
Sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian.
4.3 Lokasi Penelitian
Penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung dilakukan
di RSU Sundari Medan di Jl. Jend. TB. Simatupang (Jl. Pinang Baris) No. 31
(41)
a. RSU Sundari memiliki jumlah persalinan yang cukup banyak sehinga populasi
dan sampel yang diperlukan dalam penelitian diperoleh sesuai dengan
kebutuhan penelitian
b. RSU Sundari merupakan salah satu rumah sakit praktek bagi mahasiswa
keperawatan/kebidanan sehingga lebih memudahkan dalam pelaksanaan
penelitian.
4.4 Pertimbangan Etik
a. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah
agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani, lembar persetujuan.
Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.
b. Anominity (tanpa nama)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
(42)
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah.
Kisi-kisi instrumen penelitian yaitu:
Adapun variabel dalam penyusunan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung sebanyak 28
pertanyaan dengan menggunakan multiple choise.
4.6 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data berupa data primer yang diperoleh dari
kuesioner yang dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan dalam beberapa
pertanyaan yang ada, dengan menggunakan metode sampling survey/menemui
responden secara langsung.
Setelah semua data diperoleh kemudian dilakukan pengolahan dengan cara
(43)
1. Editing
Proses pengecekan data yang telah terkumpul pada saat mengedit, dilakukan
penilaian kelengkapan pengisian, kejelasan, konsistensi, jawaban dan koreksi
terhadap kesalahan.
2. Coding
Mengubah data terbentuk huruf menjadi berbentuk angka/bilangan, guna
memudahkan saat menganalisa dan juga mempercepat proses entry data.
Sebagai data primer diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner,
dapat berupa perubahan kode yang bertujuan untuk memudahkan dalam
proses analis.
3. Cleaning
Pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau
tidak.
4. Procesing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar dan telah melewati
pengkodean dilakukan proses data untuk dianalisis.
4.7 Analisa Data
Analisa data yang dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase
data yang telah terkumpul dan disajikan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi.
Kemudian dicari besarnya persentase untuk masing-masing jawaban responden.
(44)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Rawat gabung merupakan sistem perawatan bayi yang disatukan dengan
ibu, sehingga ibu dapat melakukan semua perawatan dasar bagi bayinya. Bayi bisa
tinggal bersama ibunya dalam satu kamar sepanjang siang maupun malam hari
sampai keduanya keluar dari rumah sakit atau bayinya dapat dipindahkan ke
bangsal neonatus atau ke ruang observasi pada saat-saat tertentu seperti pada
malam hari atau pada jam-jam kunjungan atau besuk (Helen Forrer, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai ” Tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung di rumah sakit umum Sundari Medan
Tahun 2008 ”, diperoleh hasil sebagai berikut :
A. Karakteristik Responden
5.1.1. Umur Ibu
Umur ibu nifas yang ada di rumah sakit umum Sundari Medan bervariasi
yaitu ibu-ibu yang berumur kurang dari 25 tahun, umur 25 sampai 30 tahun, dan
(45)
Tabel 5.1
Distribusi Ibu Nifas di Rumah Sakit Umum Sundari Tahun 2008 Berdasarkan Umur
No Golongan Umur Jumlah Persentase (%)
1. < 25 Tahun 9 9,9 2. 25 – 30 Tahun 27 29,7 3. > 30 Tahun 55 60,4
Jumlah 91 100
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum
Sundari berdasarkan golongan umur adalah ibu yang berumur diatas 30 tahun,
yaitu sebanyak 55 orang (60,4%), ibu yang berumur diantara 25 tahun sampai 30
tahun ada sebanyak 27 orang (29,7%), dan minoritas golongan umur ibu dibawah
25 tahun, yaitu sebanyak 9 orang (9,9%).
5.1.2. Pendidikan
Ibu nifas yang ada di rumah sakit umum Sundari yang tertinggi yaitu
Perguruan Tinggi dan pendidikan yang terendah yaitu Sekolah Dasar. Distribusi
tingkat pendidikan ibu nifas di rumah sakit umum Sundari Medan pada Tahun
2008, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.2
Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu Nifas Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. SD 8 8,6
2. SLTP 43 47,3
3. SMU 29 31,9
(46)
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas yang ada di rumah sakit
umum Sundari Medan pada Tahun 2008, berdasarkan tingkat pendidikan adalah
ibu yang berpendidikan SLTP, yaitu sebanyak 43 orang (47,3%), berpendidikan
SMU 29 orang (31,9%), pendidikan perguruan tinggi ada sebanyak 11 orang
(12,1%) yaitu dan minoritas pada ibu yang berpendidikan SD sebanyak 7 orang
(11,7%).
5.1.3. Status Pekerjaan
Ibu-ibu nifas yang ada di rumah sakit umum Sundari dibedakan
berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.3
Distribusi Status Pekerjaan Ibu Nifas
Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Status Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1. Tidak Bekerja 66 72,5
2. Bekerja 25 27,5
Jumlah 91 100
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum
Sundari Medan, pada Tahun 2008, berdasarkan status pekerjaan adalah ibu yang
tidak bekerja yaitu sebanyak 66 orang (72,5%), dan minoritas pada ibu yang
(47)
5.1.4. Jumlah Anak
Ibu nifas yang berada di rumah sakit umu Sundari Medan Tahun 2008 juga
dibedakan berdasarkan jumlah anak yang pernah dilahirkan dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 5.4
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Jumlah Anak Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Jumlah Anak Jumlah Persentase (%)
1. 1 orang anak 44 48,4 2. > 2 orang anak 47 51,6
Jumlah 91 100
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum
Sundari Medan, pada Tahun 2008, berdasarkan jumlah anak adalah ibu yang
mempunyai anak 1 orang yaitu sebanyak 44 orang (48,4%), dan minoritas pada
ibu yang mempunyai anak lebih dari dua orang sebanyak 47 orang (51,6%).
5.1.5. Responden Yang Rawat Gabung
Berdasarkan kuisioner yang dilakukan diperoleh jawaban Ibu nifas yang
pernah atau tidak pernah rawat gabung dengan bayinya di rumah sakit umum
Sundari Medan Tahun 2008, yaitu :
Tabel 5.5
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Pernah Atau Tidak Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Rawat Gabung Jumlah Persentase (%)
1. Tidak Pernah 18 19,8
(48)
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas yang ada di rumah sakit
umum Sundari Medan pada Tahun 2008, yang pernah melakukan rawat gabung di
klinik bersalin ada sebanyak 43 orang (47,3%), ibu nifas yang pernah rawat
gabung di rumah sakit ada sebanyak 30 orang (33,0%), sedangkan minoritas ibu
nifas yang tidak pernah melakukan rawat gabung dengan bayinya ada sebanyak 18
orang (19,8%)
5.1.6. Anjuran Rawat Gabung
Ibu nifas yang sudah pernah melakukan rawat gabung berdasarkan anjuran
/ saran untuk melakukan rawat gabung, dari penelitian yang telah dilakukan di
rumah sakit umum Sundari, diperoleh hasil sebagi berikut :
Tabel 5.6
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Anjuran Untuk Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Anjuran Rawat Gabung Jumlah Persentase (%)
1. Diri sendiri 14 15,4
2. Suami 43 47,3
3. Keluarga terdekat 26 28,6
4. Teman 8 8,8
Jumlah 91 100
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas yang disarankan untuk
melakukan rawat gabung di rumah sakit umum Sundari Medan pada Tahun 2008,
atas anjuran dari suami ada sebanyak 43 orang (47,3%), dianjurkan oleh keluarga
terdekat ada sebanyak 26 orang (28,6%), atas inisiatif sendiri ada sebanyak 14
(49)
5.1.7. Manfaat Rawat Gabung
Ibu nifas yang mengetahui manfaat rawat gabung, dari penelitian yang
telah dilakukan di rumah sakit umum Sundari, diperoleh hasil sebagi berikut :
Tabel 5.7
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Manfaat Rawat Gabung
Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Manfaat Rawat Gabung Jumlah Persentase (%)
1. Lebih dekat dengan bayi 17 18,7 2. Senang dengan si bayi 23 25,3 3. Lebih gampang menyusui bayi 15 16,5 4. Bisa melihat bayi setiap saat 26 28,6 5. Biar lebih tahu merawat bayi 10 11,0
Jumlah 91 100
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas yang mengetahui
manfaat rawat gabung di rumah sakit umum Sundari Medan pada Tahun 2008,
yang menyatakan bahwa manfaat rawat gabung adalah untuk bisa melihat bayi
setiap saat ada sebanyak 26 orang (28,6%), yang menyatakan senang dengan si
bayi ada sebanyak 23 orang (25,3%), yang menyatakan lebih dekat dengan bayi
ada sebanyak 17 orang ( 18,7%), yang menyatakan lebih gampang untuk
menyusui bayi ada sebanyak 15 orang (16,5%), dan minoritas ibu nifas
(50)
5.1.8. Pengertian Ibu Nifas Mengenai Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan,
kamar atau tempat bersama-sama dalam 24 jam penuh dalam sehariannya
(Marjono, 1999). Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil mengenai
pengertian ibu nifas tentang rawat gabung di rumah sakit umum Sundari medan
Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.8
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Pengertian Mengenai Rawat Gabung
Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Pengertian Rawat Gabung Jumlah Persentase (%)
1. Pengertian Kurang Baik 67 73,6 2. Pengertian Baik 24 26,4
Jumlah 91 100
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum
Sundari Medan pada Tahun 2008, yang mempunyai pengertian yang kurang baik
mengenai rawat gabung ada sebanyak 67 orang (73,6%), dan minoritas yang
mempunyai pengertian yang baik mengenai rawat gabung ada sebanyak 24 orang
(51)
5.1.9 Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Persyaratan Rawat Gabung
Pengetahuan ibu nifas adalah sejauhmana hasil tahu dari ibu nifas
mengenai persyaratan rawat gabung rawat gabung di rumah sakit umum Sundari
Tahun 2008. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat dilihat mengenai
pengetahuan ibu nifas mengenai persyaratan rawat gabung pada tabel berikut :
Tabel 5.9
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Persyaratan Rawat Gabung
Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Persyaratan Rawat Gabung Jumlah Persentase (%)
1. Pengetahuan Kurang Baik 62 68,1 2. Pengetahuan Baik 29 31,9
Jumlah 91 100
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum
Sundari Medan pada Tahun 2008, mempunyai pengetahuan yang kurang
mengenai persyaratan rawat gabung ada sebanyak 62 orang (68,1%), dan
minoritas yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai rawat gabung ada
sebanyak 29 orang (31,9%).
5.10. Kontraindikasi Dari Pihak Ibu
Kondisi seorang ibu nifas yang tidak memungkinkan untuk dapat
dilakukan rawat gabung dengan bayinya. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan mengenai pengetahuan ibu nifas mengenai kontraindikasi dari pihak ibu
(52)
Tabel 5.10
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Kontraindikasi Dari Pihak Ibu
Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008 No Kontraindikasi
Dari Pihak Ibu
Jumlah Persentase (%)
1. Pengetahuan Kurang Baik 55 60,4 2. Pengetahuan Baik 36 39,6
Jumlah 91 100
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum
Sundari Medan pada Tahun 2008, mempunyai pengetahuan yang kurang
mengenai kontraindikasi pada ibu yaitu ada sebanyak 55 orang (60,4%), dan
minoritas yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai kontraindikasi pada
ibu ada sebanyak 36 orang (39,6%).
5.11. Kontraindikasi Dari Pihak Bayi
Kondisi bayi yang tidak memungkinkan untuk dapat dilakukan rawat
gabung dengan ibunya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mengenai
pengetahuan ibu nifas mengenai kontraindikasi dari pihak bayi dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 5.11
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Kontraindikasi Dari Pihak Bayi
Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Kontraindikasi Dari
Pihak Bayi
Jumlah Persentase (%)
1. Pengetahuan Kurang Baik 55 60,4 2. Pengetahuan Baik 36 39,6
(53)
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum
Sundari Medan pada Tahun 2008, mempunyai pengetahuan yang kurang
mengenai kontraindikasi pada bayi yaitu ada sebanyak 55 orang (60,4%), dan
minoritas yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai kontraindikasi pada
bayi yaitu ada sebanyak 36 orang (39,6%).
5.12. Manfaat Rawat Gabung
Manfaat yang diperoleh bila ibu nifas melakukan rawat gabung yang
meliputi aspek fisik, fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi dan medis.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mengenai pengetahuan ibu nifas
mengenai manfaat rawat gabung dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.12
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Manfaat Rawat Gabung
Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Manfaat Rawat Gabung Jumlah Persentase (%)
1. Pengetahuan Kurang Baik 54 59,3 2. Pengetahuan Baik 37 40,7
Jumlah 91 100
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum
Sundari Medan pada Tahun 2008, mempunyai pengetahuan yang kurang
mengenai manfaat rawat gabung ada sebanyak 54 orang (59,3%), dan minoritas
yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai manfaat rawat gabung ada
(54)
5.13. Keberhasilan Rawat Gabung
Keberhasilan rawat gabung mendukung peningkatan penggunaan ASI yang
didukung oleh banyak faktor.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mengenai pengetahuan ibu
nifas mengenai manfaat rawat gabung dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.13
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Keberhasilan Rawat Gabung
Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Keberhasilan Rawat Gabung Jumlah Persentase (%)
1. Pengetahuan Kurang Baik 54 59,3 2. Pengetahuan Baik 37 40,7
Jumlah 91 100
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum
Sundari Medan pada Tahun 2008, mempunyai pengetahuan yang kurang
mengenai keberhasilan rawat gabung ada sebanyak 54 orang (59,3%), dan
minoritas yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai keberhasilan rawat
gabung ada sebanyak 37 orang (40,7%).
5.14. Alasan Tidak Melakukan Rawat Gabung
Alasan ibu nifas tidak melakukan rawat gabung di rumah sakit umum
Sundari Medan Tahun 2008, dengan alasan bervariasi seperti terlihat pada tabel
(55)
Tabel 5.14
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Melakukan Rawat Gabung
Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008
No Alasan Tidak Rawat Gabung Jumlah Persentase
(%) 1. Tidak tahu bisa rawat gabung 5 5,5 2. Agar bayi bias lebih tenang 6 6,6 3. Agar saya lebih tenang istirahat 4 4,4 4. Ingin memulihkan kondisi tubuh saya 3 3,3
Jumlah 18 19,8
Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum
Sundari Medan pada Tahun 2008, dengan alas an agar bayi lebih tenang ada
sebanyak 6 orang (6,6%), dengan alasan tidak tahu ada rawat gabung sebanyak 5
orang (5,5%), dengan alas an agar ibu lebih tenang istirahat ada sebanyak 4 orang
(4,4), dan dengan alasan ingin memulihkan kondisi tubuh si ibu ada sebanyak 3
orang (3,3%).
5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memperoleh
data yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuisioner kepada
91 orang ibu nifas yang ada di rumah sakit umum Sundari Medan Tahun 2008.
Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pemmbahasan dan sebagai
(56)
5.2.1. Data Umum 5.2.1.1. Golongan Umur
Ibu nifas di rumah sakit umum Sundari berdasarkan golongan umur
adalah mayoritas ibu nifas yang berumur diatas 30 tahun, yaitu sebanyak 55
orang (60,4%), dan minoritas ibu nifas golongan umur ibu dibawah 25 tahun,
yaitu sebanyak 9 orang (9,9%).
5.2.1.2. Pendidikan
Pendidikan ibu nifas yang tinggi akan membuat pengetahuan dan
pengertian ibu yang tinggi untuk melakukan rawat gabung dengan bayinya.
Ibu nifas yang ada di rumah sakit umum Sundari Medan Tahun 2008
mayoritas berpendidikan SLTP ada sebanyak 43 orang (47,3%), dan minoritas
berpendidikan SD ada sebanyak 8 orang (8,8%).
5.2.1.3. Pekerjaan
Pekerjaan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu untuk
mengetahui kegunaan rawat gabung, dibedakan atas ibu yang bekerja dan tidak
bekerja. Ibu yang tidak bekerja dapat meluangkan waktunya untuk lebih intensif
merawat bayinya.
Ibu nifas yang ada di rumah sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008,
mayoritas tidak bekerja yaitu ada sebanyak 66 orang (72,5%), dan minoritas tidak
(57)
5.2.1.4.Jumlah Anak
Jumlah anak yang dilahirkan dari ibu nifas mempengaruhi dalam
pengalaman ibu untuk mengetahui manfaat dari rawat gabung. Mayoritas ibu nifas
yang menjadi responden adalah ibu nifas yang mempunyai anak 1 orang ada
sebanyak 44 orang (48,4%), dan minoritas yang mempunyai anak lebih dari dua
orang anak ada sebanyak 47 orang (51,6%).
5.2.1.5. Tempat Rawat Gabung
Mayoritas ibu nifas yang ada di rumah sakit umum Sundari Medan pada
Tahun 2008, yang pernah melakukan rawat gabung di klinik bersalin ada
sebanyak43 orang (47,3%), sedangkan minoritas ibu nifas yang tidak pernah
melakukan rawat gabung dengan bayinya ada sebanyak 18 orang (19,8%)
5.2.1.6. Anjuran Dalam Melakukan Rawat Gabung
Rawat gabung membuat antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses
lekat (early infant-mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan
bayinya. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan
psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
Mayoritas ibu nifas yang disarankan untuk melakukan rawat gabung di
rumah sakit umum Sundari Medan pada Tahun 2008, atas anjuran dari suami ada
(58)
dukungan dari anggota keluarga yang lain (terutama suami), akan membantu
menunjang keberhasilan menyusui ataupun rawat gabung.
5.2.1.7. Manfaat Dari Rawat Gabung
Mayoritas ibu nifas yang mengetahui manfaat rawat gabung di rumah sakit
umum Sundari Medan pada Tahun 2008, menyatakan bahwa manfaat rawat
gabung adalah untuk bisa melihat bayi setiap saat ada sebanyak 26 orang (28,6%),
dan minoritas ibu nifas menyatakan agar lebih tahu merawat bayi ada sebanyak
10 orang (11,0%). Ibu nifas di rumah sakit umum Sundari belum mengerti
manfaat dari rawat gabung. Ibu-ibu hanya mengetahui bahwa rawat gabung itu
gunanya hanya untuk melihat bayi setiap saat dan hanya senang bila dekat dengan
si bayi.
Ibu nifas perlu diberi penjelasan tentang manfaat rawat gabung. Rawat
gabung akan membuat ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui
dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang
dialami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik untuk
ibu dengan menyusui maka akan timbul reflek oksitosin yang akan membantu
proses fisiologis involusi rahim. Disamping itu akan timbul refleks prolaktin yang
akan memacu proses produksi ASI. Efek menyusui dalam usaha menjarangkan
kelahiran telah banyak dipelajari di banyak negara berkembang. Secara umum
seorang ibu akan terlindung dari kesuburan sepanjang ia masih menyusui dan
belum haid, khususnya bila frekuensi menyusui lebih sering dan sama sekali tidak
(59)
menunjukkan bahwa daya proteksi menyusui eksklusif terhadap usaha KB tidak
kalah dengan alat KB yang lain.
5.2.1.7. Pengertian Ibu nifas Tentang Rawat Gabung
Mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum Sundari Medan pada Tahun
2008, yang mempunyai pengertian yang kurang baik mengenai rawat gabung ada
sebanyak 67 orang (73,6%), dan minoritas yang mempunyai pengertian yang baik
mengenai rawat gabung ada sebanyak 24 orang (26,4%). Hal ini disebabkan
karena ibu-ibu nifas belum mengetahu seluruhnya mengenai manfaat dan tujuan
dari rawat gabung pasca persalinan. Untuk itu perlu di jelaskan kegiatan rawat
gabung sedini mungkin. Dimulai sejak ibu bersalin dikamar bersalin dan
dibangsal perawatan pasca persalinan. Meskipun demikian penyuluhan tentang
manfaat dan pentingnya rawat gabung sudah dimulai sejak ibu pertama kali
memeriksakan kehamilannya di poliklinik asuhan antenatal. Selain itu tidak
semua bayi atau ibu dapat segera dirawat gabung.
Perlu diberikan penjelasan tentang pengertian dan manfaat rawat gabung,
yaitu bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah menjangkau
nantinya untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan saja
bayi menginginkan. Dengan perawatan sendiri dan menyusui sedini mungkin,
akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau
petugas kesehatan. Dalam menyusui dini maka ASI kolostrum dapat memberikan
(60)
melihat bayinya, maka ibu dengan mudah dapat mengetahui perubahan-perubahan
yang terjadi pada bayinya yang mungkin berhubungan dengan kesehatannya.
5.2.1.8. Pengetahuan Ibu Nifas Persyaratan Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan,
kamar atau tempat bersama-sama dalam 24 jam penuh dalam sehariannya
(Marjono, 1999). Mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum Sundari Medan pada
Tahun 2008, cenderung mempunyai pengetahuan yang kurang baik mengenai
persayaratan rawat gabung ada sebanyak 62 orang (68,1%), dan minoritas yang
mempunyai pengetahuan yang baik mengenai persyaratan rawat gabung ada
sebanyak 29 orang (31,9%). Hal ini disebabkan karena ibu belum mengetahui
syarat-syarat yang baik untuk dilakukannya rawat gabung. Adapun syarat rawat
gabung haruslah memenuhi kriteria :
a. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.
b. Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup
sehat, refleks menghisap baik, tidak ada infeksi dan sebagainya.
c. Bayi yang dilahirkan denga sectio secaria dengan anestesi umum, rawat
gabung dilakukan segera setelah ibu dan bayinya sadar penuh (bayi tidak
ngantuk) misalnya empat sampai enam jam setelah operasi selesai. Bayi tetap
disusukan meskipun mungkin ibu masih mendapat infus.
d. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai APGAR minimal 7).
(61)
f. Berat lahir 2000 – 2500 gram atau lebih.
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
5.2.1.9. Kontraindikasi Dari Pihak Ibu
Kondisi seorang ibu nifas yang tidak memungkinkan untuk dapat
dilakukan rawat gabung dengan bayinya. Mayoritas ibu nifas di rumah sakit
umum Sundari Medan pada Tahun 2008, mempunyai pengetahuan yang kurang
mengenai kontraindikasi pada ibu yaitu ada sebanyak 55 orang (60,4%), dan
minoritas yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai kontraindikasi pada
ibu ada sebanyak 36 orang (39,6%). Untuk dapat dilakukannya rawat gabung ibu
nifas diberikan petunjuk mengenai kontraindikasi yang dialami ibu nifas. Adapun
kontraindikasi dari pihak ibu yaitu :
a. Fungsi kardiorespiratorik yang tidak baik
Pasien penyakit jantung kelas II dianjurkan untuk sementara tidak menyusui
sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak
dibenarkan menyusui.
b. Eklampsia dan preeklampsia berat
Keadaan ibu biasanya tidak baik dan pengaruh obat-obatan untuk mengatasi
penyakit biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehigga ibu belum sadar
(62)
c. Penyakit infeksi akut dan aktif
Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkulosis paru yang aktif
dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadan ibu
biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusui.
d. Karsinoma payudara
Pasien dengan karsinoma harus dicegah jangan sampai ASInya keluar karena
mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusui ditakutkan adanya
sel-sel karsinoma yang terminum si bayi.
e. Psikosis
Tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila menderita psikosis. Meskipun
pada dasarnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan
penderita psikosis membuat cedera pada bayi (Prawirohardjo, 1999).
5.2.1.10. Kontraindikasi Dari Pihak Bayi
Kontraindikasi dari pihak bayi merupakan kondisi bayi yang tidak memungkinkan
untuk dapat dilakukan rawat gabung dengan ibunya. Mayoritas ibu nifas di rumah
sakit umum Sundari Medan pada Tahun 2008, mempunyai pengetahuan yang
kurang mengenai kontraindikasi pada bayi yaitu ada sebanyak 55 orang (60,4%),
dan minoritas yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai kontraindikasi
pada bayi yaitu ada sebanyak 36 orang (39,6%). Hal ini perlu diberikan petunjuk
yang jelas bagi ibu nifas mengenai kontraindikasi pada bayi sehingga rawat
(63)
a. Bayi kejang
Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak
memungkinkan untuk menyusui. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat
bayi menyusui. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi
untuk menyusui.
b. Bayi yang sakit berat
Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang
memerlukan perawatan intensif tentu tidak mungkin menyusu dan dirawat
gabung.
c. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus.
Selama observasi rawat gabung tidak dapat dilaksanakan. Setelah keadaan
membaik tentu dapat dirawat gabung. Ini yang disebut rawat gabung tidak
langsung.
d. Very Low Birth Weight (Berat badan lahir sangat rendah)
Refleks menghisap dan refleks lain pada VLBW belum baik sehingga tidak
mungkin menyusu dan dirawat gabung.
e. Cacat Bawaan
Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan bahwa bayinya
cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontra indikasi
mutlak. Cacat ringan seperti labioskisis, palatoskhisis bahkan
labiognatopalatoskhisis masih memungkinkan untuk menyusui.
(64)
5.2.1.11. Manfaat rawat gabung
Manfaat yang diperoleh bila ibu nifas melakukan rawat gabung yang
meliputi aspek fisik, fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi dan medis.
Mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum Sundari Medan pada Tahun 2008,
mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai manfaat rawat gabung ada
sebanyak 54 orang (59,3%), dan minoritas yang mempunyai pengetahuan yang
baik mengenai manfaat rawat gabung ada sebanyak 37 orang (40,7%).
Adapun manfaat rawat gabung ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan
tujuannya yaitu :
a. Aspek fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah menjangkau
nantinya untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan
saja bayi menginginkan. Dengan perawatan sendiri dan menyusui sedini
mungkin, akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien
lain atau petugas kesehatan.
b. Aspek fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan
frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang
dialami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik
untuk ibu dengan menyusui maka akan timbul reflek oksitosin yang akan
membantu proses fisiologis involusi rahim. Secara umum seorang ibu akan
terlindung dari kesuburan sepanjang ia masih menyusui dan belum haid,
(65)
menggunakan pengganti ASI (menyusui secara eksklusif). Penelitian
menunjukkan bahwa daya proteksi menyusui eksklusif terhadap usaha KB
tidak kalah dengan alat KB yang lain.
c. Aspek psikologis
Rawat gabung membuat antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat
(early infant-mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya.
Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis
bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental
yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Dengan pemberian ASI kapan saja bayi
membutuhkan, akan memberikan kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi
sebagaimana seorang ibu memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya. Keadaan
ini akan memperlancar produksi ASI karena seperti telah diketahui, refleks
let-down bersifat psikosomatis. Bayi akan mendapatkan rasa aman dan
terlindung.
d. Aspek edukatif
Rawat gabung membuat ibu (terutama yang baru mempunyai anak pertama)
akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu menyusui serta
merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di rumah sakit ibu akan
melihat, belajar dan mendapat bimbingan bagaimana cara menyusui secara
benar, bagaimana cara merawat payudara, merawat tali pusat, memandikan
bayi dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi
(66)
bagi keluarga, terutama suami, dengan cara mengajarkan suami dalam
membantu istri untuk proses di atas. Suami akan termotivasi untuk memberi
dorongan moral bagi istrinya agar mau menyusui bayinya.
e. Aspek ekonomi
Rawat gabung berguna untuk pemberian ASI yang dapat dilakukan sedini
mungkin. Bagi rumah bersalin terutama rumah sakit pemerintah, hal tersebut
merupakan suatu penghematan anggaran pengeluaran untuk pembelian susu
formula, botol susu, dot serta peralatan lain yang dibutuhkan. Beban perawat
menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar dalam merawat bayinya
sendiri, sehingga waktu terluang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
Lama perawatan ibu menjadi lebih pendek karena involusi rahim terjadi lebih
cepat dan memungkinkan tempat tidur digunakan untuk penderita lain.
Demikian pula infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi, berarti
penghematan biaya bagi rumah sakit maupun keluarga ibu. Bagi ibu juga
penghematan oleh karena lama perawatan menjadi singkat.
f. Aspek medis
Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinya infeksi
nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu
(67)
5.2.1.12. Keberhasilan Rawat gabung
Keberhasilan rawat gabung mendukung peningkatan penggunaan ASI
yang didukung oleh banyak faktor. Mayoritas ibu nifas di rumah sakit umum
Sundari Medan pada Tahun 2008, mempunyai pengetahuan yang kurang
mengenai keberhasilan rawat gabung ada sebanyak 54 orang (59,3%), dan
minoritas yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai keberhasilan rawat
gabung ada sebanyak 37 orang (40,7%). Adapun faktor-faktor yang mendukung
itu adalah :
a. Peranan Sosial Budaya
Kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi dan pengaruh
kebudayaan Barat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat.
Memberi susu formula dianggap modern karena memberi ibu kedudukan yang
sama dengan ibu-ibu golongan atas. Ketakutan akan mengendornya payudara
menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya.
Ibu yang sibuk dengan urusan di luar rumah, sebagai wanita karir atau
isteri seorang pejabat yang selalu dituntut mendampingi kegiatan suami, hal ini
dapat menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI. Sebagian ibu tersebut
pada umumnya berasal dari golongan menengah-atas cenderung untuk memilih
susu formula daripada menyusui bayinya. Jika tidak mungkin membagi waktu,
seyogyanya hanya ibu yang sudah tidak menyusui saja yang boleh dibebani tugas
sampingan di luar rumah. Dalam hal ini peranan suami atau instansi dimana suami
(1)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 39 42.9 42.9 42.9
Benar 52 57.1 57.1 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 58 63.7 63.7 63.7
Benar 33 36.3 36.3 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 52 57.1 57.1 57.1
Benar 39 42.9 42.9 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 36 39.6 39.6 39.6
Benar 55 60.4 60.4 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 36 39.6 39.6 39.6
Benar 55 60.4 60.4 100.0
(2)
PERT6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 45 49.5 49.5 49.5
Benar 46 50.5 50.5 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 37 40.7 40.7 40.7
Benar 54 59.3 59.3 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 44 48.4 48.4 48.4
Benar 47 51.6 51.6 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 36 39.6 39.6 39.6
Benar 55 60.4 60.4 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 42 46.2 46.2 46.2
Benar 49 53.8 53.8 100.0
(3)
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 33 36.3 36.3 36.3
Benar 58 63.7 63.7 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 45 49.5 49.5 49.5
Benar 46 50.5 50.5 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 34 37.4 37.4 37.4
Benar 57 62.6 62.6 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 45 49.5 49.5 49.5
Benar 46 50.5 50.5 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT15
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 37 40.7 40.7 40.7
Benar 54 59.3 59.3 100.0
(4)
PERT16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 30 33.0 33.0 33.0
Benar 61 67.0 67.0 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 34 37.4 37.4 37.4
Benar 57 62.6 62.6 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT18
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 48 52.7 52.7 52.7
Benar 43 47.3 47.3 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT19
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 44 48.4 48.4 48.4
Benar 47 51.6 51.6 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT20
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 30 33.0 33.0 33.0
Benar 61 67.0 67.0 100.0
Total 91 100.0 100.0
(5)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 39 42.9 42.9 42.9
Benar 52 57.1 57.1 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT23
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 34 37.4 37.4 37.4
Benar 57 62.6 62.6 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT24
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 48 52.7 52.7 52.7
Benar 43 47.3 47.3 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT25
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 32 35.2 35.2 35.2
Benar 59 64.8 64.8 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT26
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 35 38.5 38.5 38.5
Benar 56 61.5 61.5 100.0
(6)
PERT27
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 39 42.9 42.9 42.9
Benar 52 57.1 57.1 100.0
Total 91 100.0 100.0
PERT28
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 41 45.1 45.1 45.1
Benar 50 54.9 54.9 100.0