Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pasar Modal

Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Di pasar modal, yang diperjualbelikan adalah modal berupa hak pemilikan perusahaan dan surat pernyataan hutang perusahaan. Menurut Darmadji, Fakhrudin (2006:1) bahwa “Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrument derivatif, maupun instrument lainnya”.

Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Pasar Modal adalah Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). Menurut UU tersebut, bursa adalah gedung atau ruangan yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat kegiatan perdagangan efek, sedangkan surat berharga yang dikategorikan sebagai efek adalah saham, obligasi, serta surat bukti lainnya yang lazim dikenal sebagai efek.

Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995 “Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan


(2)

dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Keberadaan pasar modal memberikan manfaat bagi berbagai pihak, manfaat-manfaat tersebut antara lain Darmadji, Fakhrudin (2006:3) Manfaat pasar modal, yaitu:

1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara.

4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

5. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek baik.

7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.

8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses control sosial.

9. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen professional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

Pada beberapa literatur terdapat bermacam-macam definisi pasar modal. maka dapat disimpulkan bahwa Pasar modaladalah pasar yang dikelola secara terorganisir dengan aktivitas perdagangan surat berharga, seperti saham, obligasi, option, warrant, right,denganmenggunakan jasa perantara, komisioner, dan underwriter.


(3)

2.1.1.1 Jenis Pasar Modal

Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi tiga macam, yaitu pasar perdana, pasar sekunder, dan bursa paralel.

1) Pasar perdanaadalah penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh perusahaan yang menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa efek. Pada pasar perdana, efek dijual dengan harga emisi, sehingga perusahaan yang menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut.

2) Pasar sekunderadalah penjualan efek setelah penjualan pada pasar perdana berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut. Naik turunnya kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik antara permintaan dan penawaran efek tersebut. Bagi efek yang dapat memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di dalam bursa efek, sedangkan bagi efek yang tidak memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di luar bursa efek.

3) Bursa paralelmerupakan pelengkap bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang menerbitkan efek yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa paralel. Bursa paralel diselenggarakan oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE).


(4)

2.1.1.2Pelaku Dalam Pasar Modal

a. Emiten

Emitenadalah perusahaan yang menjual pemilikannya kepada masyarakat (gopublic).

Ada beberapa tujuan suatu perusahaan yang go public, yaitu : 1) Memperoleh tambahan dana yang digunakan dalam

perluasan usaha

2) Mengubah/memperbaiki komposisi modal 3) Melakukan pengalihan pemegang saham.

b. Investor

pemodal adalah badan atau perorangan yang membeli pemilikan suatu perusahaan go public. Dalam suatu perusahaan yang go public, investor pertama adalah pemegang saham pendiri. Sedangkan pemegang saham yang kedua adalah pemegang saham melalui pembelian saham pada penawaran umum di pasar modal.

a. Pemodal perorangan adalah orang atau individu yang atas namanya sendirimelakukan penanaman modal (investasi). b. Pemodal badan (lembaga) adalah investasi yang dilakukan

atas nama lembaga, seperti perusahaan, koperasi, yayasan, dana pensiun, dan lain-lain. Segala keuntungan dan risiko atas efek yang dibeli atas nama lembagamerupakan hak dan


(5)

beban lembaga tersebut.

c. Lembaga Penunjang

Lembaga penunjangberfungsi sebagai penunjang atau pendukung bekerjanya pasar modal. Lembaga penunjang dalam kegiatan pasar modal terdiri dari :

1) Penjamin Emisi (underwriter), 2) Penanggung (Guarantor), 3) Wali Amanat (Trustee),

4) Perantara Perdagangan Efek (Broker, Pialang), 5) Pedagang Efek (Dealer),

6) Perusahaan Surat Berharga (Securities Company), 7) Perusahaan Pengelola Dana (investment Company), dan 8) Biro Administrasi Efek.

2.1.2

Saham

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006:6) bahwa “saham (stock atau

share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas”. Dengan memiliki saham suatu perusahaan maka investor mempunyai hak kepemilikan atas kekayaan perusahaan tersebut.


(6)

Sedangkan menurut PSAK No. 42“saham/efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, obligasi, tanda bukti utang, dan unit penyertaan kontrak investasi kolektif”.

2.1.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham a. Kondisi Fundamental emiten

Menurut Arifin (2001:116) dalam Azis (2005:30) “faktor fundamental merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham”. Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja emiten yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Demikian sebaliknya, semakin menurun kinerja emiten maka semakin besar kemungkinan merosotnya harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan.

b. Hukum Permintaan dan Penawaran

Faktor hukum permintaan dan penawaran berada di urutan kedua setelah faktor fundamental. Permintaan dan penawaran merupakan perwujudan kondisi psikologis pemodal, Karena begitu investor mengetahui kondisi fundamental perusahaan tentunya mereka akan melakukan transaksi jual maupun beli.


(7)

Transaksi – transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham. Perlu diwaspadai juga bahwa kenaikan harga saham karena permintaan yang banyak atau penawaran yang sedikit tidak akan berlangsung terus sebab pada suatu titik harga akan terlalu mahal.

c. Tingkat Suku Bunga

Faktor suku bunga ini penting diperhatikan karena setiap investor akan selalu mengharpkan bunga yang tinggi, faktor bunga ini akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Bila tingkat bunga cukup tinggi investor akan menjual sahamnya, kemudian dana tersebut ditempatkan di bank, penjualan saham dengan kapitalisasi besar secara serentak tentunya berdampak turunnya harga saham secara signifikan.

d. Valuta Asing

Dolar Amerika merupakan mata uang kuat yang dapat mempengaruhi nilai dari mata uang negara – negara lain. Sebagai contoh ketika suku bunga dolar Amerika naik, investor asing mengharapkan hal yang sama. Mereka akan berbondong-bondong menjual sahamnya untuk ditempatkan di bank dalam bentuk dolar. otomatis harga saham akan menjadi turun.


(8)

e. Dana Asing di Bursa

Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena dengan semakin besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya, jika investasi asing berkurang, ada perkiraan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham.

f. Indeks Harga Saham Gabungan

Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya menandakan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang buruk. Dengan demikian, kondisi investasi akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham di pasar bursa.

g. News and Rumours

Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut berbagai hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik, keamanan,


(9)

hingga berita seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negeri ini sehingga kegiatan investasi bisa dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa. Begitu banyaknya faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham, dalam penelitian ini akan difokuskan pada faktor fundamental emiten sebagai pertimbangan utama dalam menanamkan saham.

2.1.2.2 Penilaian Harga Saham

Menurut Anoraga (2001:58) di dalam penelitiannya berpendapat bahwa penilaian suatusaham dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1) Par Value (Nilai Nominal)

Merupakan nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi. Jumlah saham yang dikeluarkan perseoran dikalikan dengan nilai nominalnya merupakan modal disetor penuh bagi suatu perseroan dan dalam pencatatan akuntansi, nilai nominal dicatat sebagai modal ekuitas perseroan dalam neraca.

2) Base Price (Harga Dasar)

Harga dasar dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten. Untuk saham


(10)

baru harga dasar merupakan harga perdananya. Untuk menghitung nilai dasar yaitu harga dasar dikalikan dengan total saham yang beredar.

3) Market Price (Nilai Pasar)

Merupakan harga suatu saham pada dasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham dan setiap hari diumumkan di surat kabar/media elektronik. Untuk menghitung nilai pasar (kapitalisasi pasar) yaitu harga pasar dikalikan dengan total saham yang beredar.

2.1.2.3 Jenis Saham

Adabeberapa sudut pandang yang dikemukakanoleh Fakhrudin dan Darmadji (2006:7)untuk membedakan jenis - jenis saham, yaitu:

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:

a) Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

b) Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena


(11)

bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

2. Ditinjau dari cara peralihannya, saham dibedakan atas:

a) Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak dalam ikut hadir dalam RUPS.

b) Saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas:

a) Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar dividen.

b) Saham Pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata diveden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan


(12)

pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio). c) Saham pertumbuhan (growth stock─well-known), yaitu

saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu, terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak berperan sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri

growth stock. Umumnya, saham ini berasal dari daerah dan kurang popular dikalangan emiten.

d) Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

e) Saham Siknikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada saat resesi.


(13)

2.1.2.4 Keuntungan dan Resiko Saham

Menurut Fakhruddin dan Darmadji (2006:11) bahwa dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka keuntungan yang diperoleh investor diantaranya:

1) Dividen, adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash dividen) atau dapat pula berupa dividen saham (stock dividen)

2) Capital gain, merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.

Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

3) Saham bonus, adalah saham yang dibagikan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham.

Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.

Selain berbagai kemungkinan di atas, investasi pada saham juga membawa beberapa resiko atau kerugian diantaranya :


(14)

1) Capital Loss, dalam aktivitas perdagangan saham tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya ada kalanya investor mengalami kerugian dimana investor tersebut menjual sahamnya dengan harga jual yang lebih rendah di bandingkan dengan harga belinya, dengan demikian investor tersebut mengalami capital loss

2) Opportunity loss, yaitu berupa selisih suku bunga deposito dikurangi total keutungan yang diperoleh dari investasi saham. Ini adalah kerugian karena investor memilih untuk menanamkan modalnya di bursa saham daripada mengambil keuntungan dari bunga deposito dengan mengharapkan keuntungan yang lebih besar, sedangkan yang terjadi kemudian adalah perolehan keuntungan saham lebih kecil dibandingkan bunga deposito.

3) Delisting, jika suatu saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek. Suatu saham dapat delisting dari bursa umumnya karena kineja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden.

4) Perusahaan mengalami pailit atau kebangkrutan, jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis perusahaan tersebut akan


(15)

dikeluarkan dari bursa atau delisting. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi yang lebih rendah di banding kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada kreditur atau kepada para pemagang obligasi,dan jika masih tersisa baru dibagikan kepada para pemegang saham.

2.1.3

Kinerja Keuangan

Istilah kinerja atau performancesering dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Menurut Sukhemi (2007:23) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa “kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut”.Sedangkan menurut IAI (2007) “Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya”. Kinerja menjadi hal penting yang harus dicapai setiap perusahaan karena mencerminkan kemampuanperusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Untuk itu perlunya kita mengetahui pengertian dari kinerja itu sendiri.

Sedangkan Jumingan (2006:239) dalam penelitiannya menyatakan bahwa “kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana


(16)

maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal dan likuiditas.

2.1.3.1Pengukuran Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bergantung pada sudut pandang yang diambil dan tujuan analisis. Oleh sebab itu, manajemen perusahaan perlu menyesuaikan kondisi perusahaan dengan alat ukur penilaian kinerja serta tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan itu sendiri.

Menurut Munawir (2002:31) tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:

1.Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

2.Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3.Mengetahui tingkat profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva atau modal secara produktif.


(17)

4.Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, hal tersebut diukur dari kemampuan perusahaan membayar pokok hutang dan beban bunga tepat pada waktunya.

Salah satu tujuan terpenting dalan pengukuran kinerja selain yang disebutkan di atas adalah untuk menilai apakah tujuan yang ditetapkan perusahaan telah tercapai, sehingga kepentingan investor, kreditor dan pemegang saham dapat terpenuhi. Untuk itu, analisis laporan keuangan umumnya dilakukan sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan.

2.1.3.2Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan suatu perusahaan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berikut ini pengertian laporan keuangan dari beberapa ahli dan pakar akuntansi:

Menurut Harahap (2008:201) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa “laporan Keuangan merupakan output dan hasil dari proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan”.


(18)

Sementara itu, Kieso, Weygandt dan Warfield (2007:2) memberikan definisi sebagai berikut: “Financial statements are theprincipal means through which a company communicates its financial information to those outside it. These statements provide a company’s history quantified in money terms ”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan informasi keuangan yang menggambarkan posisi atau keadaan keuangan perusahaan pada periode tertentu yang berguna bagi para pemakainya dalam hal pengambilan keputusan.

2.1.3.3Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2007:5), antara lain:

1) Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor dan pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan keputusan yang rasional atas investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis.

2) Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya yang membantu menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian proses penerimaan kas dari dividen atau bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan, atau jatuh


(19)

tempo sekuritas, dan pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan.

3) Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya tersebut dan perubahannya.

2.1.3.4Pengguna Laporan Keuangan

Kieso, Weygandt dan Kimmel (2005:4) mengklasifikasikan pengguna laporan keuangan sebagai berikut:

1. Pihak Internal, yaitu pihak-pihak di dalam perusahaan yang merencanakan, mengorganisasikan dan mengarahkan bisnis, antara lain:

a) Manajemen, yang menggunakan informasi dalam laporan keuangan untuk mengetahui perkembangan bisnis perusahaan dan merencanakan bisnis untuk masa yang akan datang.

b) Karyawan, yang menggunakan informasi dalam laporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, dana pensiun dan kesempatan kerja. 2. Pihak Eksternal, yaitu pihak-pihak di luar perusahaan, antara lain:

a) Investor, menggunakan informasi dalam laporan keuangan untuk membuat keputusan investasi dalam hal membeli, menahan, atau menjual saham suatu perusahaan dengan membandingkan resiko dan keuntungan yang akan diperoleh.


(20)

b) Kreditor, pemasok dan bank, menggunakan laporan keuangan untuk melihat resiko dari pengembalian kredit yang diberikan pada perusahaan.

c) Lembaga perpajakan, menggunakan laporan keuangan untuk menentukan besar pajak yang harus dibayar perusahaan dan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan dilihat dari laba yang diperoleh perusahaan.

d) Pemerintah, dalam hal ini laporan keuangan membantu pemerintah mengetahui ketaatan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku selama menjalankan proses bisnis perusahaan. e) Konsumen, memiliki kepentingan berkenaan dengan informasi

yang menyangkut kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka waktu yang lama.

f) Serikat pekerja, berkepentingan untuk melihat pemberian upah atau gaji serta cadangan dana pensiun oleh perusahaan dalam menjamin kesejahteraan karyawan.

g) Economic Planner, menggunakan informasi laporan keuangan untuk memprediksi aktivitas ekonomi di masa mendatang.

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan

Menurut Roos, Westerfield dan Jordan (2004:78) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa “Rasio Keuangan adalah Hubungan yang dihitung dan informasi keuangan suatu perusahaan dan digunakan untuk tujuan


(21)

perbandingan”. SedangkanMenurut Arifin (2006:95) “analisis rasio keuangan merupakan alat analisis yang dinyatakan dalam arti relatif maupun absolute

untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan keuangan (financial statement)”. Analisis rasio keuangan memerlukan ukuran yang biasa disebut dengan istilah rasio. Rasio mempunyai pengertian alat yang dinyatakan dalam arithmetical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua macam data.

Dengan menggunakan teknik analisis rasio, analis dapat memberikan penilaian kinerja keuangan sebuah perusahaan. Hefert (2003) menjelaskan bahwa “rasio keuangan dapat bermanfaat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja perusahaan, dan dapat membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perusahaan tersebut, sehingga dapat menunjukkan peluang ataupun resiko perusahaan yang sedang ditelaah analis”.

Menurut (Brealey, Myers & Marcus, 2007:72) ada empat jenis rasio keuangan antara lain:

1) Rasio Leverage (leverage ratio) memperlihatkan seberapa berat utang perusahaan.

2) Rasio Likuiditas (liquidity ratio) mengukur seberapa mudah perusahaan dapat memegang kas.

3) Rasio Efisiensi (efficiency ratio) atau rasio tingkat perputaran (turnover ratio) mengukur seberapa produktif perusahaan menggunakan aset-asetnya.

4) Rasio profitabilitas (profitability ratio) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi perusahaan.

Rasio keuangan ini berfungsi sebagai ukuran dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan.


(22)

Hasil penelitian terdahulu berkaitan dengan pengaruh kinerjakeuangan kaitannya dengan perubahan harga saham.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti

(Tahun)

Variabel Hasil Penelitian

Wijayanti (2010)

Independen : CAR, ROA, NIM, NPL, LDR, EPS, PER dan

faktor teknikal yaitu harga saham masa lalu Dependent :

Harga Saham

Secara simultan variabel kinerja keuangan yang diwakili oleh CAR, ROA, NIM, NPL, LDR, EPS, PER dan faktor teknikal yaitu harga saham masa lalu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Secara parsial terdapat pengaruh ROA, NIM, EPS, PER dan Harga saham masa lalu satu tahun sebelumnya (P1) terhadap harga saham perusahaan perbankan yang listing di BEJ tahun 2005. Tetapi variabel ROA dan NIM memiliki pengaruh yang negatif. Sedangkan CAR, NPL, LDR dan P2 menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan

Purnomo (2007)

Independen :

CAR, RORA, ROA, dan LDR

Dependen : Harga Saham

Secara simultan atau bersama-sama kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio CAR, RORA, ROA dan LDR berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham serta secara parsial hanya rasio CAR dan ROA yangberpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan rasio RORA dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Peneliti

(Tahun) Variabel Hasil Penelitian


(23)

(2012) CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR Dependen : Harga Saham

CapitalAdequacy Ratio (CAR), Return On Risked Assets (RORA), Net Interest Margin(NIM), Return On Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) perusahaan

secara simultan mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan. Berdasarkan tabel Coefficient dapat diketahui bahwa secara parsial variabel RORA mempunyai pengaruh secara

signifikan terhadap harga saham, sedangkan untuk variabel CAR, NIM, ROA dan LDR dengan nilai t hitung < t tabel disimpulkan tidak mempunyai pengaruh secara signifikanterhadap harga saham. Umar

(2012)

Independen :

DPS, CAR, LDR, ROE, dan NPL

Dependen : Harga Saham

Secara simultan baik variabel capital

adequacy ratio (CAR), loan to deposite ratio (LDR),non-performing loan (NPL), return on equity (ROE), dandividen per

share(DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta Secara parsial variabel dividend pershare(DPS)

berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan capital adequacy ratio (CAR), loan to deposite (LDR), non-performing loan(NPL), dan return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham padaperusahaan go-public di Bursa Efek Indonesia.

Wijayanti (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa variabel kinerja keuangan yang diwakili oleh CAR, ROA, NIM, NPL, LDR, EPS,


(24)

PER dan faktor teknikal yaitu harga saham masa lalu menunjukkan bahwa secara simultan (serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan pada tahun 2005 dan secara parsial terdapat pengaruh signifikan secara parsial ROA, NIM, EPS, PER dan Harga saham masa lalu satu tahun sebelumnya (P1) terhadap harga saham perbankan yang listing di BEJ. Tetapi variabel ROA dan NIM memiliki pengaruh yang negatif. Sedangkan CAR, NPL, LDR dan P2 menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan.

Purnomo (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwaSecara simultan atau bersama-samakinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio CAR, RORA, ROA dan LDRberpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yangterdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode 2003-2005.

Rasio CAR dan ROA secaraparsial berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaanperbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode tahun 2003-2005,sedangkan untuk rasio RORA dan LDR tidak berpengaruh secara signifikanterhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di BursaEfek Jakarta (BEJ) periode 2003-2005.

Domiyati (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel


(25)

Interest Margin (NIM), Return On Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Berdasarkan tabel Coefficient dapat diketahui bahwa secara parsial variabel RORA dengan nilai t hitung 2,092.> t tabel 2,120 dan nilai sig sebesar 0, 058 >0,05 dapat disimpulkan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan untuk variabel CAR, NIM, ROA dan LDR dengan nilai thitung < t tabel disimpulkan tidak mempunyai pengaruhsecara signifikan terhadap harga saham.

Umar (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwasecara simultan baik variabel capital adequacy ratio (CAR), loan todeposite ratio (LDR),

non-performing loan (NPL), return on equity (ROE), dandividen per share

(DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta secara parsial variabel dividend pershare (DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan sedangkancapital adequacy ratio (CAR), loan to deposite

(LDR), non-performing loan(NPL), dan return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikanterhadap hargasaham padaperusahaan go-public di Bursa Efek Indonesia.

Dari keempat penelitian terdahulu terdapat perbedaan hasil analisis, yang diteliti Wijayanti (2010), Purnomo (2007), Domiyanti (2012), Umar (2012). Baik Wijayanti, Purnomo, Domiyanti, dan Umar menyatakan bahwa secara parsial tidak seluruh rasio yang digunakan berpengaruh terhadap


(26)

harga saham. Oleh karena itu Peneliti ingin menganalisis lebih lanjut serta memperjelas terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan data-data kinerja keuangan serta data harga saham teraktual yang berhubungan dengan penelitian.

2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah sebuah konsep yang mendasari penelitian yang akan dilakukan, kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah hubungan antara konsep – konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

Kerangka konseptual diharapkan akan memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka konseptual memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam merumuskan masalah penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual sebagai berikut :


(27)

H1 H2

H3 H3

H4

H5

Gambar 2.1.

Kerangka Konsep Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham, Baik Secara Parsial maupun Secara Simultan

Aspek Permodalan dalam dunia perbankan dapat dihitung dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.Bank yang memiliki kecukupan modal yang baik juga akan meningkatkan kepercayaan

Harga Saham

(Y)

Capital Adequacy Ratio (CAR)

(X1)

Net Interest Margin (NIM) (X2)

Non Performing Loan(NPL) (X3)

Price Earning Ratio (PER) (X4)


(28)

investor untuk menanamkan modalnya sehingga harga sahampun meningkat demikian sebaliknya.

Aspek Efesiensi dalam dunia perbankan dapat dihitung dengan menggunakan Net Interest Margin (NIM). NIM adalah ukuran perbedaan antara pendapatan bunga yang dihasilkan oleh bank atau lembaga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman mereka (misalnya, deposito), relatif terhadapjumlah mereka (bunga produktif ) aset.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin tinggi NIM artinya semakin baik perolehan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.Informasi NIM setiap bank merupakan data analisis bagi investor untuk mempengaruhi mereka membeli saham perusahaan, karena naik atau turunnya return / hasil yang mereka harapkan dapat dianalisis melalui data NIM.

Penilaian kualitas aset dalam dunia perbankan dapat diukur dengan menggunakan rasioNon performing loan (NPL). NPL atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan


(29)

dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Kredit yang diberikan kepada masyarakat mengandung risiko gagal atau macet. Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Semakin tinggi tingkat kredit bermasalah maka relatif semakin besar kredit yang diberikan tidak menghasilkan pendapatan bunga, yang berarti kinerja perusahaan dalam pengelolaan kredit kurang baik. Informasi capaian NPL suatu bank merupakan data analisis yang mempengaruhi keputusan investor untuk membeli saham perusahaan.

Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price) danearning per share(EPS) saham tersebut.Price Earning Ratio (PER) juga merupakan data yang digunakan investor untuk mengetahui apakah saham tersebut dalam keadaan overvalued atau undervalued. Dalam keadaan overvalued

berarti harga pasar saham lebih besar daripada earning per share,

sedangkan apabila saham dalam keadaan undervalued berarti harga saham lebih kecil daripada earning per share.

PER merupakan data bagi investor untuk melihat apresiasi pasar terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan dari harga saham suatu perusahaan di pasar sekunder. Apresiasi pasar yang baik terhadap kinerja perusahaan tentunya dapat mempengaruhi para investor untuk menanamkan modalnya / membeli saham perusahaan tersebut. Saham


(1)

PER dan faktor teknikal yaitu harga saham masa lalu menunjukkan bahwa secara simultan (serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan pada tahun 2005 dan secara parsial terdapat pengaruh signifikan secara parsial ROA, NIM, EPS, PER dan Harga saham masa lalu satu tahun sebelumnya (P1) terhadap harga saham perbankan yang listing di BEJ. Tetapi variabel ROA dan NIM memiliki pengaruh yang negatif. Sedangkan CAR, NPL, LDR dan P2 menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan.

Purnomo (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwaSecara simultan atau bersama-samakinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio CAR, RORA, ROA dan LDRberpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yangterdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode 2003-2005.

Rasio CAR dan ROA secaraparsial berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaanperbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode tahun 2003-2005,sedangkan untuk rasio RORA dan LDR tidak berpengaruh secara signifikanterhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di BursaEfek Jakarta (BEJ) periode 2003-2005.

Domiyati (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risked Assets (RORA), Net


(2)

Interest Margin (NIM), Return On Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Berdasarkan tabel Coefficient dapat diketahui bahwa secara parsial variabel RORA dengan nilai t hitung 2,092.> t tabel 2,120 dan nilai sig sebesar 0, 058 >0,05 dapat disimpulkan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan untuk variabel CAR, NIM, ROA dan LDR dengan nilai thitung < t tabel disimpulkan tidak mempunyai pengaruhsecara signifikan terhadap harga saham.

Umar (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwasecara simultan baik variabel capital adequacy ratio (CAR), loan todeposite ratio (LDR), non-performing loan (NPL), return on equity (ROE), dandividen per share (DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta secara parsial variabel dividend pershare (DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan sedangkancapital adequacy ratio (CAR), loan to deposite (LDR), non-performing loan(NPL), dan return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikanterhadap hargasaham padaperusahaan go-public di Bursa Efek Indonesia.

Dari keempat penelitian terdahulu terdapat perbedaan hasil analisis, yang diteliti Wijayanti (2010), Purnomo (2007), Domiyanti (2012), Umar (2012). Baik Wijayanti, Purnomo, Domiyanti, dan Umar menyatakan bahwa secara parsial tidak seluruh rasio yang digunakan berpengaruh terhadap


(3)

harga saham. Oleh karena itu Peneliti ingin menganalisis lebih lanjut serta memperjelas terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan data-data kinerja keuangan serta data harga saham teraktual yang berhubungan dengan penelitian.

2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah sebuah konsep yang mendasari penelitian yang akan dilakukan, kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah hubungan antara konsep – konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

Kerangka konseptual diharapkan akan memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka konseptual memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam merumuskan masalah penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual sebagai berikut :


(4)

H1 H2

H3 H3

H4

H5

Gambar 2.1.

Kerangka Konsep Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham, Baik Secara Parsial maupun Secara Simultan

Aspek Permodalan dalam dunia perbankan dapat dihitung dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.Bank yang memiliki kecukupan modal yang baik juga akan meningkatkan kepercayaan

Harga Saham

(Y)

Capital Adequacy Ratio (CAR)

(X1)

Net Interest Margin (NIM) (X2)

Non Performing Loan(NPL)

(X3)

Price Earning Ratio (PER) (X4)


(5)

investor untuk menanamkan modalnya sehingga harga sahampun meningkat demikian sebaliknya.

Aspek Efesiensi dalam dunia perbankan dapat dihitung dengan menggunakan Net Interest Margin (NIM). NIM adalah ukuran perbedaan antara pendapatan bunga yang dihasilkan oleh bank atau lembaga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman mereka (misalnya, deposito), relatif terhadapjumlah mereka (bunga produktif ) aset.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin tinggi NIM artinya semakin baik perolehan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.Informasi NIM setiap bank merupakan data analisis bagi investor untuk mempengaruhi mereka membeli saham perusahaan, karena naik atau turunnya return / hasil yang mereka harapkan dapat dianalisis melalui data NIM.

Penilaian kualitas aset dalam dunia perbankan dapat diukur dengan menggunakan rasioNon performing loan (NPL). NPL atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan


(6)

dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Kredit yang diberikan kepada masyarakat mengandung risiko gagal atau macet. Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Semakin tinggi tingkat kredit bermasalah maka relatif semakin besar kredit yang diberikan tidak menghasilkan pendapatan bunga, yang berarti kinerja perusahaan dalam pengelolaan kredit kurang baik. Informasi capaian NPL suatu bank merupakan data analisis yang mempengaruhi keputusan investor untuk membeli saham perusahaan.

Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price) danearning per share(EPS) saham tersebut.Price Earning Ratio (PER) juga merupakan data yang digunakan investor untuk mengetahui apakah saham tersebut dalam keadaan overvalued atau undervalued. Dalam keadaan overvalued berarti harga pasar saham lebih besar daripada earning per share, sedangkan apabila saham dalam keadaan undervalued berarti harga saham lebih kecil daripada earning per share.

PER merupakan data bagi investor untuk melihat apresiasi pasar terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan dari harga saham suatu perusahaan di pasar sekunder. Apresiasi pasar yang baik terhadap kinerja perusahaan tentunya dapat mempengaruhi para investor untuk menanamkan modalnya / membeli saham perusahaan tersebut. Saham


Dokumen yang terkait

Pengaruh Analisis Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2009-2013).

6 107 83

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

1 36 105

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

4 11 16

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 21

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 94

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 10

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 2

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 12

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 2

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 11