Karakteristik dan Hubungan Antara Skala Warna Kulit Dengan Kadar 25(OH) D Serum Pada Perempuan Usia 20-40 Tahun di Desa Aman Damai Kecamatan Sirampit Kabupaten Langkat Sumut 2016
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Vitamin D
Vitamin D sering dikenal dengan vitamin matahari karena vitamin D dapat
dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar
matahari, maka konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Karena
dapat disintesis di tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi suatu
prohormon.5
Selama paparan sinar matahari dengan spektrum aktif 290-315 nm atau
ultraviolet (UV)-B, 7-dehydrocholesterol (7-DHC) di kulit diubah menjadi
previtamin D3. 7-dehydrocholesterol Terdapat pada semua lapisan kulit manusia.
Sekitar 65% dari 7-DHC ditemukan pada epidermis, dan lebih dari 95%
previtamin D3 dihasilkan di epidermis. Produksi previtamin D3 di kulit dilakukan
secara regular. Hasil produksi sinar
matahari diubah menjadi inaktif
(tachysteroldan lumisterol) pada saat kontak yang terlalu lama terhadap radiasi
UVB, sehingga dapat mencegah intoksikasi vitamin D yang diinduksi oleh sinar
matahari. Produksi vitamin D3 kulit dipengaruhi oleh pigmentasi kulit,
penggunaan tabir surya, waktu dalam hari, musim, lintang, ketinggian dan polusi
udara.5
2.1.1 Sejarah
Penyakit riketsia sejak berabad-abad yang lalu ditemukan pada anak-anak
di Negara-negara dingin, seperti di Eropa Utara dan Amerika Utara.6 Pada tahun
1890, seorang dokter Inggris bernama Palm mengamati bahwa riketsia jarang
terjadi bila anak-anak terkena sinar matahari. Baru pada tahun 1919 Mellanby
dapat menunjukan pada anjing percobaan bahwa penyakit ini adalah penyakit
kekurangan gizi. Bila hewan percobaan ini diberi minyak ikan penyakit ini akan
sembuh. Ia menduga bahwa zat yang menyebabkan penyembuhan ini adalah
vitamin A. Mac Collum pada tahun 1922 menemukan bahwa disamping vitamin
A, minyak ikan mengandung zat lain yang dinamakan factor antirakitik atau
vitamin D yang mampu mengobati riketsia. Penelitian di klinik kemudian
Universitas Sumatera Utara
menunjukan bahwa sinar matahari atau sinar ultra violet dapat mencegah dan
menyembuhkan riketsia pada anak-anak. Disimpulkan bahwa riketsia dengan
demikian berhubungan dengan sinar matahari dan zat-zat yang ada di dalam
minyak ikan.1 Hampir lima puluh tahun yang lalu, da Luca menemukan bahwa
bentuk aktif vitamin D membutukan sintesis di dalam ginjal.6
2.1.2 Definisi vitamin D
Vitamin D adalah nama generik dari dua molekul, yaitu ergokalsiferol
(vitamin D2) dan kolekalsiferol (vitamin D3). Prekursor vitamin D hadir dalam
fraksi sterol dalam jaringan hewan (dibawah kulit) dan tumbuh-tumbuhan
berturut-turut dalam bentukan 7 dehidrokolesterol dan ergosterol. Keduanya
membutuhkan radiasi sinar ultraviolet untuk mengubahnya ke dalam bentuk
provitamin D3 (kolekalsiferol) dan D2 (ergokalsiferol). Kedua provitamin
membutuhkan konversi menjadi bentuk aktifmya melalui penambahan dua gugus
hidroksil. Terminologi vitamin D3 dan ekivalen tercantum pada Tabel 2.1.6
Tabel 2.1 Terminologi Vitamin D3 dan Ekivalen6
Terminologi
Asal hewan
7-dehidrokolesterol (prekursor D3)
Sumber: epidermis hewan
Vitamin D3
Kolekalsiferol
Asal tumbuh-tumbuhan
Ergosterol (prekursor D3)
Sumber: tumbuh-tumbuhan
Vitamin D2
Ergokalsiferol
Sumber: radiasi prekursor
25-hidroksi kolekalsiferol
Kolekalsiferol
25(OH)D3
Sumber: perubahan di dalam hati
Sumber: radiasi prekursor
25-hidroksi ergokalsiferol
Ergokalsiferol
25(OH)D2
Sumber: perubahan di dalam hati
Vitamin D3 (bentuk aktif)*
1,25-dihidroksi kolekalsiferol
Kalsitriol
1,25(OH)2D3
Vitamin D2 (bentuk aktif)*
1,25-dihidroksi ergokalsiferol
Erkalsitriol
1,25(OH)2D2
Sumber: perubahan di dalam ginjal
Sumber: perubahan di dalam
ginjal
Ekivalen:
1satuan Internasional (SI) = 0,025 µg kolekalsiferol (vitamin D3)
1 µg kolekalsiferol (vitamin D3) = 40 SI vitamin S
* kedua bentuk aktif biasanya dinamakan vitamin D3
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Fungsi vitamin D
Fungsi utama vitamin D adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan
tulang bersama vitamin A dan vitamin C, hormon-hormon paratiroid dan
kalsitonin, protein kolagen, serta mineral-mineral kalsium, fosfor, magnesium dan
flour. Fungsi khusus vitamin D dalam hal ini adalah membantu pengerasan tulang
dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah untuk
diendapkan pada proses pengerasan tulang.6 Di dalam saluran cerna, kalsitriol
meningkatkan absorpsi vitamin D dengan cara merangsang sintesis protein
pengikat-kalsium dan protein pengikatfosfor pada mukosa usus halus. Di dalam
tulang, kalsitriol bersama hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari
permukaan tulang ke dalam darah. Di dalam ginjal, kalsitriol merangsang
reabsorbsi kalsium dan fosfor .6
2.1.4 Defisiensi vitamin D
Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang dibutuhkan untuk berbagai
proses metabolisme di dalam tubuh. Dalam metabolisme kalsium dan tulang,
fungsi utama 1,25(OH)2D3 ,metabolit aktif vitamin D, adalah mengontrol
absorpsi kalsium dan fosfat usus agar dapat mempertahankan konsentrasi kalsium
darah sehingga mineralisasi tulang tetap terpelihara. Defisiensi vitamin D akan
berpengaruh pada homeostasis ini. Defisiensi vitamin D akan meningkatkan
hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH) sehingga terjadi resorpsi tulang
yang selanjutnya akan meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Defisiensi vitamin
D yang berat akan menyebabkan gangguan mineralisasi tulang sehingga terjadi
penyakit Rickets pada anak-anak dan osteomalasia pada orang usia lanjut. Selain
itu, defisiensi vitamin D juga akan menurunkan massa otot, dan meningkatkan
miopati yang mengakibatkan terjadinya instabilitas postural dan membuat usia
lanjut mudah jatuh. Belakangan ini diketahui pula bahwa vitamin (hormon) D
berhubungan dengan berbagai penyakit seperti penyakit asma, diabetes melitus,
hipertensi,
artritis reumatoid,
keganasan kolon,
payudara,
prostat, dan
sebagainya.7 Faktor penyebab defisiensi vitamn D tercantum pada tabel 2.2. 7
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa penelitian yang ada, prevalensi defisiensi vitamin D di
Indonesia pada wanita berusia 45-55 tahun adalah sekitar 50%. Sementara temuan
Setiati, pada wanita berusia 60-75 tahun menemukan defisiensi vitamin D sebesar
35,1%. Penelitian di Indonesia dan Malaysia, pada 504 wanita usia subur (WUS)
berusia 18-40 tahun menemukan rata-rata konsentrasi serum 25(OH)D adalah 48
nmol/L dengan prevalensi defisiensi vitamin D sebesar 63%.8 Penelitian yang
dilakukan di Indonesia pada anak usia 1 sampai 12,9 tahun menunjukkan bahwa
45% anak mengalami insufisiensi vitamin D. Pada penelitian yang dilakukan di
empat negara, Indonesia menduduki peringkat ke empat, dengan rerata vitamin D
hanya 52,7 nmol/l).9 Berbagai studi epidemiologi mengindikasikan konsentrasi
25-(OH)D
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Vitamin D
Vitamin D sering dikenal dengan vitamin matahari karena vitamin D dapat
dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar
matahari, maka konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Karena
dapat disintesis di tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi suatu
prohormon.5
Selama paparan sinar matahari dengan spektrum aktif 290-315 nm atau
ultraviolet (UV)-B, 7-dehydrocholesterol (7-DHC) di kulit diubah menjadi
previtamin D3. 7-dehydrocholesterol Terdapat pada semua lapisan kulit manusia.
Sekitar 65% dari 7-DHC ditemukan pada epidermis, dan lebih dari 95%
previtamin D3 dihasilkan di epidermis. Produksi previtamin D3 di kulit dilakukan
secara regular. Hasil produksi sinar
matahari diubah menjadi inaktif
(tachysteroldan lumisterol) pada saat kontak yang terlalu lama terhadap radiasi
UVB, sehingga dapat mencegah intoksikasi vitamin D yang diinduksi oleh sinar
matahari. Produksi vitamin D3 kulit dipengaruhi oleh pigmentasi kulit,
penggunaan tabir surya, waktu dalam hari, musim, lintang, ketinggian dan polusi
udara.5
2.1.1 Sejarah
Penyakit riketsia sejak berabad-abad yang lalu ditemukan pada anak-anak
di Negara-negara dingin, seperti di Eropa Utara dan Amerika Utara.6 Pada tahun
1890, seorang dokter Inggris bernama Palm mengamati bahwa riketsia jarang
terjadi bila anak-anak terkena sinar matahari. Baru pada tahun 1919 Mellanby
dapat menunjukan pada anjing percobaan bahwa penyakit ini adalah penyakit
kekurangan gizi. Bila hewan percobaan ini diberi minyak ikan penyakit ini akan
sembuh. Ia menduga bahwa zat yang menyebabkan penyembuhan ini adalah
vitamin A. Mac Collum pada tahun 1922 menemukan bahwa disamping vitamin
A, minyak ikan mengandung zat lain yang dinamakan factor antirakitik atau
vitamin D yang mampu mengobati riketsia. Penelitian di klinik kemudian
Universitas Sumatera Utara
menunjukan bahwa sinar matahari atau sinar ultra violet dapat mencegah dan
menyembuhkan riketsia pada anak-anak. Disimpulkan bahwa riketsia dengan
demikian berhubungan dengan sinar matahari dan zat-zat yang ada di dalam
minyak ikan.1 Hampir lima puluh tahun yang lalu, da Luca menemukan bahwa
bentuk aktif vitamin D membutukan sintesis di dalam ginjal.6
2.1.2 Definisi vitamin D
Vitamin D adalah nama generik dari dua molekul, yaitu ergokalsiferol
(vitamin D2) dan kolekalsiferol (vitamin D3). Prekursor vitamin D hadir dalam
fraksi sterol dalam jaringan hewan (dibawah kulit) dan tumbuh-tumbuhan
berturut-turut dalam bentukan 7 dehidrokolesterol dan ergosterol. Keduanya
membutuhkan radiasi sinar ultraviolet untuk mengubahnya ke dalam bentuk
provitamin D3 (kolekalsiferol) dan D2 (ergokalsiferol). Kedua provitamin
membutuhkan konversi menjadi bentuk aktifmya melalui penambahan dua gugus
hidroksil. Terminologi vitamin D3 dan ekivalen tercantum pada Tabel 2.1.6
Tabel 2.1 Terminologi Vitamin D3 dan Ekivalen6
Terminologi
Asal hewan
7-dehidrokolesterol (prekursor D3)
Sumber: epidermis hewan
Vitamin D3
Kolekalsiferol
Asal tumbuh-tumbuhan
Ergosterol (prekursor D3)
Sumber: tumbuh-tumbuhan
Vitamin D2
Ergokalsiferol
Sumber: radiasi prekursor
25-hidroksi kolekalsiferol
Kolekalsiferol
25(OH)D3
Sumber: perubahan di dalam hati
Sumber: radiasi prekursor
25-hidroksi ergokalsiferol
Ergokalsiferol
25(OH)D2
Sumber: perubahan di dalam hati
Vitamin D3 (bentuk aktif)*
1,25-dihidroksi kolekalsiferol
Kalsitriol
1,25(OH)2D3
Vitamin D2 (bentuk aktif)*
1,25-dihidroksi ergokalsiferol
Erkalsitriol
1,25(OH)2D2
Sumber: perubahan di dalam ginjal
Sumber: perubahan di dalam
ginjal
Ekivalen:
1satuan Internasional (SI) = 0,025 µg kolekalsiferol (vitamin D3)
1 µg kolekalsiferol (vitamin D3) = 40 SI vitamin S
* kedua bentuk aktif biasanya dinamakan vitamin D3
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Fungsi vitamin D
Fungsi utama vitamin D adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan
tulang bersama vitamin A dan vitamin C, hormon-hormon paratiroid dan
kalsitonin, protein kolagen, serta mineral-mineral kalsium, fosfor, magnesium dan
flour. Fungsi khusus vitamin D dalam hal ini adalah membantu pengerasan tulang
dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah untuk
diendapkan pada proses pengerasan tulang.6 Di dalam saluran cerna, kalsitriol
meningkatkan absorpsi vitamin D dengan cara merangsang sintesis protein
pengikat-kalsium dan protein pengikatfosfor pada mukosa usus halus. Di dalam
tulang, kalsitriol bersama hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari
permukaan tulang ke dalam darah. Di dalam ginjal, kalsitriol merangsang
reabsorbsi kalsium dan fosfor .6
2.1.4 Defisiensi vitamin D
Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang dibutuhkan untuk berbagai
proses metabolisme di dalam tubuh. Dalam metabolisme kalsium dan tulang,
fungsi utama 1,25(OH)2D3 ,metabolit aktif vitamin D, adalah mengontrol
absorpsi kalsium dan fosfat usus agar dapat mempertahankan konsentrasi kalsium
darah sehingga mineralisasi tulang tetap terpelihara. Defisiensi vitamin D akan
berpengaruh pada homeostasis ini. Defisiensi vitamin D akan meningkatkan
hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH) sehingga terjadi resorpsi tulang
yang selanjutnya akan meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Defisiensi vitamin
D yang berat akan menyebabkan gangguan mineralisasi tulang sehingga terjadi
penyakit Rickets pada anak-anak dan osteomalasia pada orang usia lanjut. Selain
itu, defisiensi vitamin D juga akan menurunkan massa otot, dan meningkatkan
miopati yang mengakibatkan terjadinya instabilitas postural dan membuat usia
lanjut mudah jatuh. Belakangan ini diketahui pula bahwa vitamin (hormon) D
berhubungan dengan berbagai penyakit seperti penyakit asma, diabetes melitus,
hipertensi,
artritis reumatoid,
keganasan kolon,
payudara,
prostat, dan
sebagainya.7 Faktor penyebab defisiensi vitamn D tercantum pada tabel 2.2. 7
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa penelitian yang ada, prevalensi defisiensi vitamin D di
Indonesia pada wanita berusia 45-55 tahun adalah sekitar 50%. Sementara temuan
Setiati, pada wanita berusia 60-75 tahun menemukan defisiensi vitamin D sebesar
35,1%. Penelitian di Indonesia dan Malaysia, pada 504 wanita usia subur (WUS)
berusia 18-40 tahun menemukan rata-rata konsentrasi serum 25(OH)D adalah 48
nmol/L dengan prevalensi defisiensi vitamin D sebesar 63%.8 Penelitian yang
dilakukan di Indonesia pada anak usia 1 sampai 12,9 tahun menunjukkan bahwa
45% anak mengalami insufisiensi vitamin D. Pada penelitian yang dilakukan di
empat negara, Indonesia menduduki peringkat ke empat, dengan rerata vitamin D
hanya 52,7 nmol/l).9 Berbagai studi epidemiologi mengindikasikan konsentrasi
25-(OH)D