Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya).Tingkat PengetahuaMenurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbedabeda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
1. Tahu (know)
Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur
bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekadar

dapat

menyebutkan,


tetapi

orang

tersebut

harus

dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain.
4. Analisa (analisys)
Analisis

adalah


kemampuan

seseorang

untuk

menjabarkan

dan/atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.


Universitas Sumatera Utara

6
2.1.2. Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni :
a.

Cara tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara-cara penemuan pengetahuan
pada periode ini antara lain meliputi :
1)

Cara coba salah (trial and error).
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain. Bila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan

ke empat dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

2)

Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3)

Berdasarkan pengalaman pribadi.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila
dengan cara yang digunakan maka orang dapat pula menggunakan cara
tersebut.

4)

Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

b. Cara modern memperoleh ilmu pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang yaitu:


Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Universitas Sumatera Utara

7




Media masa / sumber informasi
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.



Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk.



Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial.




Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.8

2.2. Vitamin A
2.2.1. Pengertian
Vitamin A atau retinol adalah suatu substansi yang larut dalam lemak dan
terdapat pada hati ( terutama hati ikan ) dan pada kuning telur dan produk susu.9
Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara
luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan
prekursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai
retinol.10
2.2.2. Manfaat Vitamin A
Menurut Thurnham (2014) manfaat vitamin A antara lain :
a. Penglihatan
Vitamin A dibutuhkan untuk fungsi visual pada cahaya remang.
Senyawa retinol dalam vtamin A ini dibutuhkan untuk mempertahankan
epitel permukaan mata. Proses visual dalam retina tergantung pada
kemampuan untuk mensintesis senyawa 11-cis retinal dan perilaku retina

terkena cahaya. Ada dua jenis sel reseptor cahaya dalam retina mata
manusia yaitu sel rod dan cone. Sel rod menyebabkan kita dapat melihat
cahaya dengan intensitas cahaya yang rendah, sedangkan sel cone

Universitas Sumatera Utara

8
berfungsi sebaliknya. Bila kita dari cahaya terang di luar kemudian
memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya, maka kecepatan
mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung
dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah. Jika terjadi defisiensi
vitamin A kemampuan melihat keadaan remang-remang akan menurun
dan akan mengalami rabun senja.
b. Diferensiasi selular
Diferensiasi

selular

merupakan


sejumlah

rangkaian

perubahan

morfologis yang terjadi untuk memproduksi epitel yang mature. Kulit
sebelah luar ditandai oleh sel-sel yang memproduksi keratin, smentara
usus ditandai oleh jaringan yang mengeluarkan lendir dan mengandung
banyak sel goblet. Kebanyakan fungsi vitamin A dari hasil diferensiasi
sel diatur oleh asam retinoat. Ketika terjadi defisiensi vitamin A, maka
sel-sel yang memproduksi keratin akan menggantikan sel-sel penghasil
lendir di dalam usus dan saluran pernapasan. Proses yang sama
menyebabkan xerosis dan kekeringan pada konjungtiva dan kornea
mata.
c. Reproduksi
Vitamin

A


penting

spermatogenesis,

bagi

sedangkan

laki-laki
bagi

dalam

wanita

menjaga

akan

terjadi


fertilitas
tingkat

pembuahan yang rendah dan angka mortalitas kelahiran pada bayi
tinggi. Beta karoten dapat juga berfungsi dalam reproduksi karena beta
karoten disimpan dalam jumlah besar di dalam korpus luteum ovarium.
d. Embriogenesis
Isomer asam retinoat memainkan peran penting dalam embryogenesis
melalui kontrol gen yang berhubungan dengan perkembangan dan
pertumbuhan (gen homeoboks). Baik defisiensi maupun kelebihan
vitamin A dapat menimbulkan efek yang merugikan. Terutama pada
saat kehamilan, karena vitamin A juga bersifat teratogenik.
e. Imunitas dan pertahanan tubuh host
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia
dan hewan. Mekanisme sebenarnya belum diketahui secara pasti.
Retinol tampaknya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi
limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral). Di

Universitas Sumatera Utara

9
samping itu kekurangan vitamin A menurunkan respon antibodi yang
bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan selular).
Sebaliknya infeksi dapat memperburuk kekurangan vitamin A.
f. Pencegahan kanker dan penyakit jantung
Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan
kemampuan

meningkatkan

aktivitas

sistem

kekebalan

diduga

berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit,
tenggorokan, paru-paru, payudara dan kantung kemih. Di samping itu
beta-karoten yang bersama vitamin E dan C berperan sebagai
antioksidan dan diduga dapat pula mencegah kanker paru-paru.
g. Haemopoiesis
Peranan vitamin A dalam haemopoiesis belum sepenuhnya dimengerti,
tetapi efek anti-inflamasi yang ditimbulkan oleh suplemen vitamin A
dapat menstimulasi penggunaan kembali zat besi dan absorpsinya
secara tidak langsung dengan
inflamasi.

mengurangi insidens infeksi dan

1

h. Pertumbuhan dan Perkembangan
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang
membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin
A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada
anak – anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam
pertumbuhannya. Dimana vitamin A dalam hal ini berperan sebagai
asam retinoat. 10
i.

Pencegahan kanker dan penyakit jantung
Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan
kemampuan

meningkatkan

aktivitas

sistem

kekebalan

diduga

berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit,
tenggorokan, paru-paru, payudara dan kantung kemih. Di samping itu
beta-karoten yang bersama vitamin E dan C berperan sebagai
antioksidan dan diduga dapat pula mencegah kanker paru-paru.
j.

Lain-lain
Kekurangan vitamin A juga menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
Hal ini mungkin karena perubahan pada jonjot rasa pada lidah. Vitamin

Universitas Sumatera Utara

10
A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan
melalui interaksi dengan besi.10
2.2.3. Sumber Vitamin A
Vitamin A dalam makanan sebagian besar manusia berasal dari sumber-sumber
makanan nabati dan hewani dengan variasi yang sangat luas untuk memenuhi
kebutuhan harian manusia. Di negara industri, lebih dari dua per tiga asupan vitamin A
berasal dari sumber makanan hewani sebagai vitamin A yang sudah terbentuk
sebelumnya. Sementara itu, di negara berkembang bergantung terutama pada senyawa
karotenoid provitamin A yang berasal dari sumber makanan nabati.
Sumber vitamin A yang sudah terbentuk dalam makanan, meliputi hati, susu,
ASI, telur, serta ikan. Sumber vitamin A yang paling kaya adalah minyak hati seperti
hiu, halibut, serta cod, dan pada hewan yang hidup dari laut. Pada ikan laut, senyawa
alkohol vitamin A1 (retinol) merupakan bentuk simpanan vitamin A; sementara itu,
simpanan ikan air tawar berupa senyawa alkohol vitamin A2 (3-dehidroretinol) hanya
memiliki 40% aktivitas retinol. Hati binatang seperti sapi, domba, anak sapi atau ayam
juga mengandung vitamin A dengan konsentrasi yang sebanding dengan minyak hati
ikan cod. Telur, susu, dan produk susu lainnya seperti mentega dan keju, merupakan
sumber vitamin A dengan konsentrasi sedang (moderate). Daging seperti, daging sapi,
kambing, dan babi hanya memiliki sedikit vitamin A yang telah terbentuk
sebelumnya.11
Senyawa karotenoid provitamin A ditemukan pada makanan nabati seperti
buah yang berwarna kuning; jeruk, pepaya, mangga, sayuran yang berwarna kuning
hingga jingga; wortel, labu kuning, ubi, dan sayuran yang berwarna hijau; bayam
memiliki kandungan karotenoid yang cukup signifikan. Minyak kelapa sawit
merupakan sumber karotenoid alami yang paling kaya dan yang paling sedikit sumber
karotenoidnya terdapat pada biji-bijian sereal.9
2.2.3. Metabolisme Vitamin A
50-90% retinol yang telah dicerna diabsorbsi dalam usus kecil, dan diangkut
bersama dengan kilomikron, ke hati, tempat retinol mula - mula disimpan sebagai
retinil palmitat. Ketika dibutuhkan, retinol dilepaskan ke dalam aliran darah sebagai
retinol dalam gabungan dengan protein pengikat retinol yaitu retinol binding protein
(RBP), yang merupakan suatu protein pengangkut spesifik yang diurai oleh hati,
kompleks 1:1 ini dikenal sebagai holo-RBP. Dalam serum, kompleks RBP-retinol
bergabung dengan transtiretin, suatu protein besar yang juga disintesis dalam hati.

Universitas Sumatera Utara

11
Retinol kemudian dipindahkan dari serum dan digunakan oleh sel target, seperti
fotoreseptor retinal di retina dan epitel yang melapisi seluruh tubuh dan
metabolismenya dipengaruhi oleh retinol. Reseptor-reseptor spesifik untuk kompleks
vitamin A atau metabolit aktifnya berada pada permukaan sel dan inti sel, terutama
asam retinoat. Vitamin A mempengaruhi ekspresi beberapa ratus gen yang berbeda,
dan jumlah tersebut meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Perubahan ekspresi gen kiranya menjelaskan perubahan resultante dalam diferensiasi
sel, imunitas dan banyak fungsi lain yang bergantung pada vitamin A. 9

Gambar 2.1 Metabolisme vitamin A
Simpanan hati membentuk suatu buffer penting melawan variasi dalam asupan
vitamin A dan karotenoid provitamin A, jika asupan melampaui kebutuhan, yaitu
berkisar 180-450 g/hari retinol atau ekuivalennya, tergantung pada usia, jenis kelamin
dan status fisiologis, kelebihan tersebut disimpan dan cadangan di hati meningkat. Jika
asupan vitamin A kurang dari jumlah ini, maka simpanan dalam hati dialirkan untuk
mempertahankan retinol serum dan kadar normal (sebaiknya diatas 0,7
200

/ atau

/ ). Jika asupan tetap rendah untuk jangka waktu yang lama, maka simpanan

Universitas Sumatera Utara

12
hati akan menurun, kadar serum retinol menurun, dan fungsi sel terganggu,
menyebabkan manifestasi abnormal misalnya xeropthalmia dan akibat fisiologis
lainnya serta manifestasi klinis dari defisiensi misalnya; anemia, gangguan imunitas. 9
2.2.5. Kebutuhan akan Vitamin A
Rekomendasi asupan vitamin A dan nutrisi lainnya menurut Referensi
Intakes diet ( DRIs ) yang dikembangkan oleh Badan Pangan dan Gizi ( FNB ) di
Institute of Medicine dari Akademi Nasional (sebelumnya National Academy of
Sciences ). DRI adalah istilah umum untuk satu set nilai acuan yang digunakan untuk
perencanaan dan menilai asupan gizi orang sehat . Nilai-nilai ini , yang bervariasi
menurut usia dan jenis kelamin , termasuk :


Recommended Dietary Allowance ( RDA ) : Rata-rata tingkat harian asupan
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi dari hampir semua ( 97 % -98 % )
orang yang sehat .



Intake memadai / Adequate Intake ( AI ) : dibuat bila bukti tidak cukup untuk
mengembangkan RDA dan ditetapkan pada tingkat diasumsikan untuk
memastikan kecukupan gizi .



Perkiraan rata Kebutuhan : Rata-rata tingkat harian asupan diperkirakan untuk
memenuhi persyaratan 50 % dari orang yang sehat . Hal ini biasanya digunakan
untuk menilai kecukupan asupan gizi pada kelompok penduduk tapi bukan
individu .



Tolerable Upper Intake Level : asupan harian maksimum tidak menyebabkan
efek kesehatan yang merugikan .
Saat ini , vitamin A terdaftar pada makanan dan suplemen label di unit

internasional ( IU ) meskipun para ilmuwan gizi jarang menggunakan ukuran ini .
tingkat konversi antara mcg RAE dan IU adalah sebagai berikut:


1 IU retinol = 0.3 mcg RAE



1 IU beta-carotene dari suplemen makanan = 0.15 mcg RAE



1 IU beta-carotene dari makanan = 0.05 mcg RAE



1 IU alpha-carotene atau beta-cryptoxanthin = 0.025 mcg RAE
RAE tidak dapat langsung diubah menjadi IU tanpa mengetahui sumber

vitamin A. Sebagai contoh , RDA 900 mcg RAE untuk remaja dan dewasa pria adalah
setara dengan 3.000 IU jika makanan atau suplemen sumber preformed vitamin A (

Universitas Sumatera Utara

13
retinol ) . Namun , RDA ini juga setara dengan 6.000 IU beta - karoten dari suplemen ,
18.000 IU beta - karoten dari makanan , atau 36.000 IU alfa - karoten atau beta cryptoxanthin dari makanan . Jadi diet campuran yang mengandung 900 mcg RAE
menyediakan antara 3.000 dan 36.000 IU vitamin A , tergantung pada makanan yang
dikonsumsi .11
Tabel 3: Angka Kecukupan Vitamin A untuk Indonesia.12
Kelompok Umur

Vitamin A (mcg)

Bayi/ Anak
0-6 bulan

375

7-11 bulan

400

1-3 tahun

400

4-6 tahun

450

7-9 tahun

500

Laki- Laki
10-12 tahun

600

13-15 tahun

600

16-18 tahun

600

19-29 tahun

600

30-49 tahun

600

50-64 tahun

600

65-80 tahun

600

80+ tahun

600

Perempuan
10-12 tahun

600

13-15 tahun

600

16-18 tahun

600

19-29 tahun

500

30-49 tahun

500

50-64 tahun

500

65-80 tahun

500

80+tahun

500

Hamil (+an)
Trimester 1

+300

Universitas Sumatera Utara

14
Trimester 2

+300

Trimester 3

+350

Menyusui (+an)
6 bulan pertama

+350

6 bulan kedua

+350

Sumber: Gizi Depkes, 2013
2.3. Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A
2.3.1. Kekurangan Vitamin A
Defisiensi vitamin A dapat timbul karena makanan yang kurang kandungan
vitamin A-nya atau karena absorpsi dan transport vitamin A yang kurang baik dalam
tubuh. Biasanya defisiensi vitamin A untuk melaksanakan fungsi tubuh yang
diperlukan, disebabkan oleh kedanya. Tanda-tanda khas defisiensi vitamin A antara
lain (a) melemahnya kekebalan yang disertai dengan menurunnya ketahanan tubuh
terhadap infeksi; (b) keratinisasi, yaitu mengering dan mengerasnya beberapa sel epitel
pada mata, saluran cerna, kelenjar eksokrin, dan paru-paru; (c) terhambatnya
pertumbuhan yang lengkap, khususnya pada pembentukan rangka.
Gejala-gejala defisiensi vitamin A pada mata, diawali berkurangnya daya
adaptasi, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan mata dengan keadaan redup, yang
lambat laun menjadi buta malam (niktalopia). Pada stadium terakhir defisiensi vitamin
A dapat timbul xeroftalmia, yaitu mengering dan mengerasnya sel-sel kornea yang
berakibat keratomalasia, yaitu hancurnya kornea mata sehingga menjadi kebutaan.13
Kekurangan vitamin A dapat dibagi dua yaitu kekurangan vitamin A primer
dan sekunder. Kekurangan vitamin A primer disebabkan oleh kurangnya asupan
vitamin tersebut, sedangkan kekurangan vitamin A sekunder dikarenakan akibat
absorpsi dan utilisasinya yang terhambat 14

Universitas Sumatera Utara

15
A. Epidemiologi Kekurangan Vitamin A
Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) , sekitar 190 juta
anak-anak < 5 tahun dan 19,1 juta wanita hamil memiliki retinol serum yang rendah
(SR) konsentrasi ( < 0,7 umol / L ). Frekuensi tanda-tanda klinis KVA telah menurun
di Indonesia . Namun berdasarkan konsentrasi SR , KVA masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang moderat untuk anak di bawah 5 tahun dan pada wanita
hamil. 15
Secara umum, prevalensi xeroftalmia di Indonesia menurun dari 1,18% pada
tahun 1978 menjadi 0,14% di tahun 1991. Sementara kekurangan vitamin A juga
menipis dari 1,2% (1986) menjadi 0,3% (1992). Angka ini sudah berada di bawah
kriteria yang ditetapkan sebagai masalah kesehatan masyarakat (0,5%). Meskipun di
beberapa daerah angka prevalensi KVA masih di atas 0,5% seperti provinsi Sulteng
(0,6%), Maluku (0,8%), dan Sulsel (2,8%) .16
B. Klasifikasi Kekurangan Vitamin A
Dikenal beberapa klasifikasi kekurangan vitamin A di Indonesia, seperti
klasifikasi Ten Doeschate, yaitu:
•X0 : Hemeralopia
•X1 : Hemeralopia dengan xerosis konjungtiva dan bitot
•X2 : Xerosis kornea
•X3 : Keratomalasia
•X4 : Stafiloma, ftisis bulbi
Di mana kelainan pada: X0 sampai X2 masih reversibel, dan X3 sampai X4
ireversibel.17
Klasifikasi kekurangan vitamin A menurut WHO 2009, adalah
sebagai berikut:18

Universitas Sumatera Utara

16

C. Tanda dan Gejala kekurangan Vitamin A19
Berikut tanda dan gejala kekurangan vitamin A berdasarkan Depkes RI (2003):
1. Buta Senja (XN)
Tanda-tanda :


Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina.



Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang
remang-remang setelah lama berada di cahaya terang



Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat
melihat di lingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.

2. Xerosis konjungtiva (XIA)

Gambar 2.2. Xerosis konjungtiva
Tanda-tanda :


Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit
kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan
kusam.



Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah
warna kecoklatan.

Universitas Sumatera Utara

17
3. Xerosis Konjungtiva dan Bitot’s spot (X1B)

Gambar 2.3. Xerosis konjungtiva dan Bitot’s spot
Tanda-tanda :


Tanda-tanda xerosis kojungtiva (X1A) ditambah bercak bitot yaitu
bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata
sisi luar.



Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang
merupakan tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai
sebagai kriteria penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam
masyarakat.

Dalam keadaan berat :


Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva.



Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut.



Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik

4. Xerosis Kornea (X2)

Gambar 2.4. Xerosis kornea
Tanda-tanda :


Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea.



Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.



Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita,
penyakit infeksi dan sistemik lain)

Universitas Sumatera Utara

18
5. Keratomalasia dan ulcus kornea = X3A, X3B

Gambar 2.5. Keratomalasia dan ulcus kornea
Tanda-tanda :


Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.



Tahap X3A : bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan
kornea.



Tahap X3B : Bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3
permukaan kornea.



Keadaan umum penderita sangat buruk.



Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah)
Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan
prolapse jaringan isi bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat
menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang cepat memburuk dapat
mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus melalui
tahap-tahap awal xeroftalmia.

6. Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks (jaringan parut) kornea

Gambar 2.6. Xeroftalmia scar
Tanda-tanda :


Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil.
Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa
sikatrik atau jaringan parut.



Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun
dengan operasi cangkok kornea

Universitas Sumatera Utara

19
7. Xeroftalmia Fundus (XF)

Gambar 2.7. Xeroftalmia Fundus
Tanda-tanda :


Dengan opthalmoscope pada fundus tampak gambar seperti cendol.19

D. Diagnosis Kekurangan Vitamin A
Pemeriksaan yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kekurangan vitamin A
antara lain:


Anamnesis konsumsi vitamin A



Pemeriksaan gejala-gejala kulit dan mata



Tes kadar vitamin A di dalam darah. Normalnya kadar vitamin A dalam
darah di Indonesia sekitar 20 mcg/dl. Namun kadar 10-20mcg/dl pun
masih dianggap optimal walaupun sudah meningkatkan risiko
timbulnya gejala-gejala hipovitaminosis. Kadar kurang dari 10mcg/dl
sudah dianggap menderita kekurangan vitamin A, besar kemungkinan
sudah terlihat gejala-gejala xerophthalmia.20

E. Pengobatan Kekurangan Vitamin A
Pilihan pertama ialah preparat oral (misalnya tablet atau sirup vitamin A)
karena telah terbukti amat efektif, aman, dan murah. Terapi dapat dilakukan dengan
pemberian segera vitamin A setelah diagnosis ditegakkan, yang memberikan hasil
perbaikan yang dramatis dalam 1-2 hari. Dosis 5 x 20.000 IU oral untuk satu minggu
atau suntikan depot 100.000 IU intramuskular sebagai one shot memberikan hasil yang
sama.20 XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan
pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus
segera diobati karena dalam beberapa hari bias berubah menjadi X3.X3A dan X3B bila

Universitas Sumatera Utara

20
diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan dapat
menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea cukup luas sehingga
menutupi seluruh kornea (optic zone cornea).
Tabel 2.3. Pengobatan Xeroftalmia

Sumber: Deteksi dan Tatalaksana Xeroftalmia, 2010
Rabun senja akan merespons terapi setelah 24-48 jam. Xerosis konjungtiva yang
aktif dan bintik bitot mulai mereda dalam 2-5 hari, dan akan sembuh dalam dua
minggu. Sementara xerosis kornea reda dalam 2-5 hari dan kornea kembali normal
setelah 1-2 minggu.
Pemberian vitamin A akan memberikan perubahan atau perbaikan yang nyata pada
penderita kekurangan vitamin A dalam waktu 1 – 2 minggu, berupa:


Mikrovili kornea akan timbul kembali sesudah 1 – 7 hari



Keratinisasi yang terjadi menghilang



Sel goblet konjungtiva kembali normal dalam 2 – 4 minggu



Tukak kornea memperlihatkan perbaikan, sehingga dapat direncanakan
keratoplasti.17

F. Pencegahan Kekurangan Vitamin A19
Prinsip dasar untuk mencegah xeroftalmia adalah memenuhi kebutuhan vitamin
A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi terutama diare dan
campak. Selain itu perlu memperhatikan kesehatan secara umum. Untuk mencegah

Universitas Sumatera Utara

21
xeroftalmia dapat dilakukan:


Mengenal wilayah yang berisiko mengalami xeroftalmia (faktor social
budaya dan lingkungan dan pelayanan kesehatan, faktor keluarga dan faktor
individu)



Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini



Memberikan vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak secara periodik,



yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus
(100.000 IU), untuk anak balita diberikan enam bulan sekali secara serentak
pada bulan Februari dan Agustus dengan dosis 200.000 IU.



Mengobati penyakit penyebab atau penyerta



Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk



Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi vitamin A / provitamin
A secara terus menerus.



Memberikan ASI Eksklusif



Pemberian vitamin A pada ibu nifas (< 30 hari) 200.000 IU



Melakukan imunisasi dasar pada setiap bayi.

2.3.2. Kelebihan Vitamin A
A. Pengertian Kelebihan Vitamin A
Hipervitaminosis A (toksisitas vitamin A) merupakan berlebihnya asupan
vitamin A di atas batas yang dianjurkan. Kemampuan tubuh untuk memetabolisme
vitamin A terbatas, jadi apabila terjadi kelebihan asupan vitamin A dapat
menyebabkan penimbunan yang melebihi kapasitas protein pengikat, sehingga vitamin
A dalam bentuk tidak terikat merusak jaringan.
B. Tanda dan Gejala Kelebihan Vitamin A
Gejala-gejala hipervitaminosis A kronis. Vitamin A, yang larut dalam lemak
dan disimpan dalam tubuh sampai batas tertentu, yang dikenal untuk menunjukkan
toksisitas pada dosis yang sangat tinggi diambil alih jangka waktu yang lama . Namun,
sebagian besar laporan telah terkait dengan konsumsi dalam jumlah besar vitamin
dalam bentuk tablet lebih waktu yang lama biasanya beberapa tahun , bukan minggu .
Gejala ini termasuk kekasaran dan kekurangan dari rambut dari kulit kepala, alis dan
bagian

lain

dari

tubuh;

kekeringan

kulit,

ulserasi,

dan

deskuamasi;

hepatosplenomegali; anoreksia dan diare; berhentinya menstruasi; Kecenderungan
hemoragik; hyperostosis, nyeri tulang atau nyeri, terutama pada ekstremitas distal

Universitas Sumatera Utara

22
(yang dapat disertai dengan kelemahan ) mialgia; dan pusing, penglihatan kabu ,
peningkatan tekanan intrakranial (menyebabkan penonjolan dari fontanelles pada bayi
dan sakit kepala parah pada orang dewasa ) ; dan mudah marah dan depresi .

Sebaliknya, sebagian besar bukti keracunan vitamin A akut Gejalanya
termasuk sakit perut , mual , muntah , diare , sakit kepala , pusing, penglihatan kabur,
cepat marah , kelesuan dan keinginan untuk tidur, mulai dalam beberapa jam dari
makan, diikuti oleh pemulihan yang cepat . Dalam beberapa kasus , deskuamasi kulit
terlihat. Sedangkan menurut Mawson gejala akut kelebihan vitamin A yaitu; sakit
kepala, mual , muntah , pusing, kelemahan kaki, kelelahan berlebihan atau
pendarahan.21
2.4. Kesehatan Mata
2.4.1. Tanda-Tanda Mata Sehat19
Mata sehat pada umumnya dapat diketahui dari luar, dimana mata terlihat cerah
dan bersinar. Untuk mengetahui apabila ada kelainan pada mata perlu pemeriksaan
mata dari dekat yang memerlukan bantuan senter atau lampu. Mata yang sehat dapat
diketahui, apabila dari pemeriksaan ditemukan tanda-tanda
sebagai berikut:
1. Kornea (selaput bening) benar-benar jernih dan letaknya ditengah (simetris)
antar kedua mata
2. Bagian yang putih benar-benar putih
3. Pupil (orang-orangan mata) benar-benar terlihat hitam, jernih dan ada reflek
cahaya, mengecil bila ada sinar
4. Kelopak mata dapat membuka dan menutup dengan baik
5. Bulu mata teratur dan mengarah keluar
6. Tidak ada sekret atau kotoran pada mata
7. Tidak ada benjolan pada kelopak mata.

2.5. Media Informasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media dapat diartikan sebagai:
1. Alat
2. Alat atau (sarana) komunikasi seperti majalah, radio, televisi, film, poster,
dan spanduk.

Universitas Sumatera Utara

23


Media Cetak : Sarana media massa yang dicetak dan di terbitkan secara berkala
seperti surat kabar, majalah.



Media Elektronik : Sarana media massa yang mempergunakan alat-alat
elektronik modern, misal radio, televisi, dan film



Media masa : Sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk
menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas.23

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

1 39 88

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

0 3 67

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

0 3 11

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

0 0 4

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

1 4 18

Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

0 0 14

Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1.Definisi Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

0 0 21