Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG MANFAAT VITAMIN A BAGI KESEHATAN MATA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG BULAN

Oleh :

SAMUEL POLA KARTA SEMBIRING 090100043

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG MANFAAT VITAMIN A BAGI KESEHATAN MATA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG BULAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH:

SAMUEL POLA KARTA SEMBIRING NIM: 090100043

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

Nama : Samuel Pola Karta Sembiring NIM : 090100043

Pembimbing Penguji

(dr. Aryani Atiyatul Amra, Sp.M) (dr.Iqbal Pahlevi Nasution, Sp.BA) NIP: 19640502 199203 2 003 NIP: 19730721 200912 1 001

(dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes) NIP: 19731015 200112 2 002

Medan, 11 Desember 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi manusia. Karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Penyakit kekurangan vitamin A masih menjadi salah satu dari empat masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia saat ini. Keempat masalah gizi utama tersebut antara lain kurang kalori protein dan obesitas (masalah gizi ganda), kurang vitamin A, gangguan akibat kurang iodium (GAKI), dan anemia zat besi.

Kurangnya pengetahuan ibu rumah tangga mengenai manfaat vitamin A menjadi salah satu faktor penyebab kekurangan vitamin A pada anak. Pengetahuan ibu rumah tangga mengenai manfaat vitamin A dipengaruhi oleh usia, pendidikan dan informasi yang dimiliki.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga mengenai manfaat vitamin A di posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Tingkat ketepatan (d) penelitian ini sebesar 10% atau 0,1. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik

consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan analisa data diolah melalui program komputer.

Hasil uji tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan dikategorikan baik dengan persentase sebesar 51%. Sekitar 46% dikategorikan cukup baik dan 3% lainnya dikategorikan kurang baik.

Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan mayoritas adalah baik.


(5)

ABSTRACT

Vitamin A is an essential nutrients for humans. Because of this nutrients is important and our consumption tend to not sufficient and still low so this vitamin should be filled from the outside. Vitamin A deficiency disease is one of four main major nutritional problems that must be faced Indonesia today. The four major nutritional problems include lack of protein calories and obesity (double nutritional problems), lack of vitamin A, disturbances due to lack of iodine, and iron anemia.

Lsck of housewife knowledge about the benefits of vitamin A to be one of the causes of vitamin A deficiency in children. Housewife knowledge about the benefits of vitamin A is affected by age, education, and information held.

The purpose of this study is to describe the housewife knowledge about the benefits vitamin A in posyandu of the working area of the health center Padang Bulan.

Type of this research is descriptive research with the number of respondents as many as 100 people. Level of accuracy (d) the study by 10% or 0.1. Sampling technique in this study were consecutive sampling technique, all the subjets that come and meet the selection criteria for inclusion in the study until the required number of subjects met. The data was collected through questionnaires and data analysis processed by a computer program.

The test result of housewife knowledge level in posyandu of working area of health center Padang Bulan Medan is categorized to good with a percentage of 51%. About 46% are categorized quite well and 3% are considered poor.

The level of knowledge posyandu housewife in Padang Bulan clinic work areas the majority are good.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi berkat-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan” dan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian karya tulis ini peneliti banyak menerima bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada ayahanda Drs. Milisi Sembiring, M.Hum dan ibunda Surita Ginting, SKM M.Kes atas dukungan dan doa keduanya selama ini yang tak henti-hentinya kepada peneliti.

Secara khusus peneliti juga ingin berterima kasih kepada dosen pembimbing dr. Aryani Atiyatul Amra, Sp.M yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan membantu serta memberi arahan kepada penulis dalam penyelesaian karya tulis ini mulai dari awal penulisan hingga sidang karya tulis ilmiah ini.

Selain itu penulis juga ingin berterima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Ramona Duma Sari Lubis, Sp.KK selaku dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing penulis dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

3. dr. Iqbal Fahlevi Nasution, Sp.BA dan dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan penilaian, pertimbangan dan masukan kepada penulis sebagai upaya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah yang lebih baik.


(7)

4. Ibu Arista (Dinas Kesehatan Kota Medan) dan ibu Lidia (Puskesmas Padang Bulan Medan) yang berperan membantu penulis dalam pengurusan izin penelitian.

5. Kedua saudariku, kak Martha dan Endang Yoanna yang selalu memberi doa dan dukungan kepada penulis.

6. Para sahabat yang memberikan semangat dan nasihat kepada penulis selama penulisan karya tulis ini. Yose, Sonya, Tunggul, Lidia, Abed, dan Tiop.

7. Teman-teman satu kelompok dosen pembimbing, Dyan dan Rahmad, atas kerja sama yang baik dalam proses bimbingan KTI mulai dari awal hingga sidang KTI berakhir.

8. Yosua dan Ginta yang sudah membantu penulis dalam penyebaran kuesioner di posyandu-posyandu lokasi penelitian. Serta bang Donal atas kesediaannya yang selalu membantu penulis dalam memberi informasi jadwal dan lokasi posyandu.

9. Teman-teman pengurus Permata, Tami br. Surbakti, kak Corry br. Sitepu, Angga Ginting, Tania br. Bangun, bang Billy Ginting, Kiki br. Bangun, Saka Tarigan, Kartika br. Barus, Widya br. Tarigan dan Grace br. Ginting yang sudah mau berdoa bagi penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

10.Sahabat doa, Sri Kurniati Agustina Sitepu, atas kasih dan kesediaan meluangkan waktu untuk mendoakan penulis selama pengerjaan karya tulis ilmiah.

11.Bapak Kepala Lingkungan, tenaga kesehatan serta ibu-ibu kader yang bertugas di posyandu Nusa Indah I, Nusa Indah III, Cempaka I dan Kemala II.

12.Serta teman-teman dan para sahabat yang terlibat dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Penulis juga menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan baik kritik ataupun saran


(8)

yang membangun untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, 11 Desember 2012


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan . ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Singkatan ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pengetahuan ... 5

2.1.1. Defenisi Pengetahuan ... 5

2.1.2. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 6

2.1.3. Tingkat Pengetahuan ... 7

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 8

2.2. Vitamin A ... 9

2.2.1. Pengertian ... 9

2.2.2. Manfaat Vitamin A ... 10

2.2.3. Sumber Vitamin A ... 11

2.2.4. Kebutuhan Akan Vitamin A ... 14

2.3. Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A ... 15

2.3.1. Kekurangan Vitamin A ... 15

2.3.1.1. Epidemiologi Kekurangan Vitamin A ... 15

2.3.1.2. Penyebab Kekurangan Vitamin A ... 16

2.3.1.3. Klasifikasi Kekurangan Vitamin A ... 17

2.3.1.4. Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A ... 17

2.3.1.5. Diagnosis Kekurangan Vitamin A ... 19

2.3.1.6. Pengobatan Kekurangan Vitamin A ... 20

2.3.1.7. Pencegahan Kekurangan Vitamin A ... 21

2.3.2. Kelebihan Vitamin A ... 23

2.3.2.1. Pengertian Kelebihan Vitamin A ... 23

2.3.2.2. Tanda dan Gejala Kelebihan Vitamin A ... 24

2.3.2.3. Diagnosis dan Pengobatan Kelebihan Vitamin A ... 25

2.4. Kesehatan Mata ... 25

2.4.1. Pengertian Kesehatan Mata ... 25


(10)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 26

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 26

3.2. Defenisi Operasional ... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 29

4.1. Jenis Penelitian ... 29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

4.3.1. Populasi ... 29

4.3.2. Sampel ... 30

4.4. Pengumpulan Data ... 30

4.5. Metode Analisis Data ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 35

5.2. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 37

5.2.1. Hasil Analisis Data ... 37

5.2.2. Pembahasan ... 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1. Kesimpulan ... 44

6.2. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Nilai vitamin A dalam berbagai bahan makanan (RE

μ/100g) ... 12

2.2. Bahan Makanan yang Mengandung Vitamin A dalam Satuan URT ... 13

2.3. Angka Kecukupan Vitamin A ... 14

2.4. Klasifikasi Kekurangan Vitamin A ... 17

2.5. Jadwal Pengobatan Xeroftalmia ... 21

4.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 29

4.2. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner ... 32 5.1. Tabel Daftar Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang

Bulan Medan ...

33

5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...

35

5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia ...

36

5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Media Informasi ...

35

5.5. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Manfaat Vitamin A ...

36

5.6. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kuesioner Pengetahuan Tentang Vitamin A ...

37

5.7. Distribusi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...

38

5.8. Distribusi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Usia...

40

5.9. Distribusi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Media Informasi ...


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor Penyebab Kekurangan Vitamin A ... 16

2.2. Xerosis Konjungtiva (X1A) ... 18

2.3. Xerosis Konjungtiva dan Bercak Bitot (X1B) ... 18

2.4. Xerosis Kornea (X2) ... 19

2.5. Keratomalasia (X3A) dan Ulkus Kornea (X3B) ... 19

2.6. Xerophthalmia Scar ... 19


(13)

DAFTAR SINGKATAN

ASI Air Susu Ibu

DepKes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia

GAKI Gangguan Akibat Kekurangan Iodium

HKI Helen Keller International

IU International Unit

KemenKes RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

KVA Kekurangan Vitamin A

Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat

RE Retinol Equivalents

UI Universitas Indonesia

URT Ukuran Rumah Tangga


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

1 Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup ... 50

2 Lampiran 2: Kuesioner ... 51

3 Lampiran 3: Lembar Penjelasan Kepada Responden ... 54

4 Lampiran 4: Lembar Persetujuan Responden ... 55

5 Lampiran 5: Data Induk ... 56

6 Lampiran 6: Surat Ethical Clearance ... 61

7 Lampiran 7: Surat Izin Penelitian ke Puskesmas Padang Bulan ... 62 8 Lampiran 8: Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Medan ke Puskesmas Padang Bulan Medan ... 63 9 Lampiran 9: Surat Selesai Penelitian ... 64


(15)

ABSTRAK

Vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi manusia. Karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Penyakit kekurangan vitamin A masih menjadi salah satu dari empat masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia saat ini. Keempat masalah gizi utama tersebut antara lain kurang kalori protein dan obesitas (masalah gizi ganda), kurang vitamin A, gangguan akibat kurang iodium (GAKI), dan anemia zat besi.

Kurangnya pengetahuan ibu rumah tangga mengenai manfaat vitamin A menjadi salah satu faktor penyebab kekurangan vitamin A pada anak. Pengetahuan ibu rumah tangga mengenai manfaat vitamin A dipengaruhi oleh usia, pendidikan dan informasi yang dimiliki.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga mengenai manfaat vitamin A di posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Tingkat ketepatan (d) penelitian ini sebesar 10% atau 0,1. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik

consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan analisa data diolah melalui program komputer.

Hasil uji tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan dikategorikan baik dengan persentase sebesar 51%. Sekitar 46% dikategorikan cukup baik dan 3% lainnya dikategorikan kurang baik.

Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan mayoritas adalah baik.


(16)

ABSTRACT

Vitamin A is an essential nutrients for humans. Because of this nutrients is important and our consumption tend to not sufficient and still low so this vitamin should be filled from the outside. Vitamin A deficiency disease is one of four main major nutritional problems that must be faced Indonesia today. The four major nutritional problems include lack of protein calories and obesity (double nutritional problems), lack of vitamin A, disturbances due to lack of iodine, and iron anemia.

Lsck of housewife knowledge about the benefits of vitamin A to be one of the causes of vitamin A deficiency in children. Housewife knowledge about the benefits of vitamin A is affected by age, education, and information held.

The purpose of this study is to describe the housewife knowledge about the benefits vitamin A in posyandu of the working area of the health center Padang Bulan.

Type of this research is descriptive research with the number of respondents as many as 100 people. Level of accuracy (d) the study by 10% or 0.1. Sampling technique in this study were consecutive sampling technique, all the subjets that come and meet the selection criteria for inclusion in the study until the required number of subjects met. The data was collected through questionnaires and data analysis processed by a computer program.

The test result of housewife knowledge level in posyandu of working area of health center Padang Bulan Medan is categorized to good with a percentage of 51%. About 46% are categorized quite well and 3% are considered poor.

The level of knowledge posyandu housewife in Padang Bulan clinic work areas the majority are good.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, serta tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial). Vitamin ini berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Depkes RI, 2005).

Sumber vitamin A bisa didapat dari produk hewani seperti susu, kuning telur, hati, dan ikan. Sedangkan karoten yang berfungsi sebagai prekursor vitamin A terkandung di dalam buah-buahan dan sayur-sayuran seperti, daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, dan jeruk. Aktivitas vitamin A dinyatakan sebagai Retinol Equivalents (RE). Satu RE sebanding dengan 3.33

International Unit (IU) (Almatsier, 2004).

Menurut Tan KP (2008) dalam Eledrisi (2012) kadar vitamin A yang direkomendasikan per harinya adalah 5000 International units (IU) untuk orang dewasa dan 8000 IU untuk wanita hamil atau menyusui.

Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi manusia. Karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada anak balita, KVA (Kekurangan Vitamin A) akan meningkatkan kesakitan dan kematian, serta mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak sangat serius dari KVA adalah buta senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan (Ilyas, 2008).

Adapun alasan mengapa kekurangan vitamin A masih dianggap sebagai suatu masalah ialah karena penyakit ini masih menjadi salah satu dari empat masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia saat ini. Keempat masalah gizi utama tersebut antara lain kurang kalori protein dan obesitas (masalah gizi ganda),


(18)

kurang vitamin A, gangguan akibat kurang iodium (GAKI), dan anemia zat besi. (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010). Di samping itu ada studi lain yang mengatakan bahwa pengetahuan kebanyakan ibu rumah tangga masih kurang baik mengenai manfaat vitamin A. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Helen Keller International Nutrition Bulletin dikatakan bahwa lebih dari 90% ibu-ibu memang pernah mendengar tentang vitamin A. Namun, masih banyak ibu-ibu-ibu-ibu yang masih kurang akan kesadaran terhadap target dari suplementasi vitamin A. Ditambah lagi hanya 55% dari ibu-ibu mengetahui bahwa vitamin A baik untuk kesehatan mata dan 39% dari mereka mengetahui vitamin A mampu meningkatkan derajat kesehatan. (Helen Keller International Nutrition Bulletin, 2001).

Cakupan suplementasi vitamin A pada anak pra sekolah di Indonesia sebesar 81,70% dengan jumlah anak pra sekolah yang memperoleh vitamin A sebanyak 15.068.779 anak. Cakupan ini secara nasional sudah memenuhi standar yaitu 80% sesuai dengan indikator Indonesia Sehat 2010. Namun pada beberapa provinsi cakupan suplementasi vitamin A-nya masih tergolong rendah. Ditambah lagi cakupan tahun 2010 merupakan yang paling rendah selama empat tahun terakhir untuk pemberian vitamin A pada anak pra sekolah (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2010, persentase pemberian kapsul vitamin A pada anak-anak pra sekolah di Sumatera Utara masih di bawah rata-rata persentase seluruh provinsi di Indonesia. Juga didapati bahwa persentase pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas di Sumatera Utara merupakan persentase paling rendah di Indonesia (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Berdasarkan data ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa status pemberian kapsul vitamin A baik pada ibu nifas maupun anak pra sekolah di Sumatera Utara masih tergolong kurang baik.

Namun demikian perlu diperhatikan bahwa pemberian dosis vitamin A yang terlalu tinggi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan keracunan pada tubuh (Kartasapoetra, 2008). Penyebab hipervitaminosis A umumnya dikategorikan menjadi akut dan kronis. Hipervitaminosis akut terjadi dalam beberapa jam atau


(19)

hari setelah asupan yang sangat besar akibat terapi yang tidak tepat. Dosis toksis diperkirakan adalah sekitar 25.000 IU/kg. Hipervitaminosis A kronik muncul setelah mengonsumsi lebih dari 25.000 IU setiap hari (Eledrisi, 2012).

Dalam penelitian ini, peneliti memilih Posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan sebagai lokasi penelitian. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena Puskesmas Padang Bulan merupakan puskesmas yang memiliki posyandu terbanyak dibanding puskesmas lain yang ada di Dinas Kesehatan Kota Medan. Berdasarkan hasil survei awal peneliti didapati bahwa terdapat 25 posyandu di wilayah kerja puskesmas ini.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti perlu melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang manfaat vitamin A bagi kesehatan mata di posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pengetahuan ibu rumah tangga tentang manfaat Vitamin A bagi kesehatan mata di posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan?”

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang manfaat vitamin A bagi kesehatan mata di posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan.

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang manfaat vitamin A bagi kesehatan mata berdasarkan pendidikan

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang manfaat vitamin A bagi kesehatan mata berdasarkan usia


(20)

3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang manfaat vitamin A bagi kesehatan mata berdasarkan sumber informasi

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1.Bagi ibu rumah tangga

Sebagai bahan masukan bagi ibu rumah tangga agar dapat berperan sebagai kunci utama dalam menyediakan dan mencukupkan kebutuhan vitamin A pada anak.

1.4.2.Bagi Posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi para kader posyandu di wilayah kerja puskesmas untuk meningkatkan edukasi mengenai manfaat vitamin A terhadap kesehatan mata bagi ibu-ibu rumah tangga yang berkunjung ke posyandu.

1.4.3.Bagi Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Institusi sebagai data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.

1.4.4.Bagi peneliti

Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan dalam menerapkan ilmu penelitian yang diperoleh di bangku perkuliahan.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1.Definisi Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: penglihfatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan atau Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Menurut Rogers (1974) dalam Notoadmodjo (2007), apabila suatu pembuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan apabila manusia mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut :

a. Awareness (kesadaran) di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, di mana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.


(22)

2.1.2.Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :

1) Cara coba salah (trial and error). Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Bila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan ke empat dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. 2) Cara kekuasaan atau otoritas. Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada

otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan maka orang dapat pula menggunakan cara tersebut.

4) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

b. Cara Modern Memperoleh Ilmu Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” (Notoatmodjo, 2010).


(23)

2.1.3.Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Know (tahu)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termaksud kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Comprehension (memahami)

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Application (aplikasi)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi atau telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konsteks atau situasi yang lain. d. Analysis (analisa)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek terdalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu dengan sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.


(24)

e. Synthesis (sintesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluation (evaluasi)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian-penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

2.1.4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Mubarak (2007) antara lain:

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang akan semakin matang dan dewasa.

d. Minat

Merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni


(25)

suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman

Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang.

g. Media informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.2. Vitamin A 2.2.1. Pengertian

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol (Almatsier, 2004).

Sedangkan menurut Depkes RI (2005), vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial). Vitamin A berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.


(26)

2.2.2.Manfaat Vitamin A

Menurut Almatsier (2004), manfaat vitamin A antara lain: a. Penglihatan

Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Bila kita dari cahaya terang di luar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya, maka kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia didalam darah. Tanda pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu disebabkan karena kekurangan vitamin A.

b. Diferensiasi Sel

Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat atau fungsi semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari kekurangan vitamin A yang dapat terjadi pada tiap tahap perkembangan tubuh, seperti pada tahap pembentukan sperma dan sel telur, pembuahan, pembentukan struktur dan organ tubuh, pertumbuhan dan perkembangan janin, masa bayi, anak-anak, dewasa dan masa tua. Diduga vitamin A memegang peranan aktif dalam kegiatan inti sel misalnya seperti pengaturan faktor penentu gen terhadap sintesis protein. Pada diferensiasi sel terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi sel yang dapat dikaitkan dengan perubahan perwujudan gen-gen tertentu.

c. Fungsi Kekebalan

Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia. Mekanisme sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun diduga kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibody yang bergantung pada limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh seseorang.

d. Pertumbuhan dan Perkembangan

Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin


(27)

A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak – anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya. Dimana vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat.

e. Reproduksi

Vitamin A penting untuk mempertahankan fungsi saluran kelamin pria dan spermatogenesis. Dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa vitamin A juga berperan dalam mekanisme awal meiosis pada pembentukan sel telur selama proses embriogenesis dan pada sel sperma sesudah lahir. (Clagett-Dame, 2011).

f. Pencegahan kanker dan penyakit jantung

Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan kantung kemih. Di samping itu beta-karoten yang bersama vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan dan diduga dapat pula mencegah kanker paru-paru.

g. Lain-lain

Kekurangan vitamin A juga menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Hal ini mungkin karena perubahan pada jonjot rasa pada lidah. Vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan melalui interaksi dengan besi.

2.2.3. Sumber Vitamin A

Menurut Kemenkes RI, 2010, sumber vitamin A tidak hanya berasal dari kapsul vitamin A melainkan dari sayur-sayuran, air susu ibu dan lain-lain. Berikut dijabarkan sumber-sumber vitamin A:

1. Air susu ibu

2. Bahan makanan hewani seperti kuning telur, hati, daging, ayam, dan bebek.


(28)

3. Buah-buahan berwarna kuning dan jingga seperti pepaya, mangga masak, alpukat, jambu biji merah dan pisang.

4. Sayuran berwarna hijau tua dan warna jingga seperti bayam, daun singkong, kangkung, daun katuk, daun kelor, labu kuning, tomat dan wortel.

5. Bahan makanan yang difortifikasi seperti margarine, dan susu.

Tabel 2.1. Nilai vitamin A dalam berbagai bahan makanan (RE μ/100g)

Bahan Makanan RE Bahan Makanan RE

.

Hati Sapi

Kuning telur ayam Kuning telur bebek Ayam

Ginjal

Ikan Sarden (kaleng) Minyak ikan

Minyak kelapa sawit Minyak hati ikan hiu Wortel Daun singkong Daun pepaya Daun lamtoro Daun tales Daun Melinjo 13170 861 600 243 345 250 24000 18000 2100 3600 3300 5475 5340 3118 3000 Daun katuk Sawi Kangkung Bayam

Ubi Jalar Merah Mentega

Margarin

Susu bubuk “Full Cream” Keju

Susu kental manis Susu segar

Mangga masak pohon Pisang Raja Tomat masak Semangka 3111 1940 1890 1827 2310 1287 600 471 225 153 39 1900 285 450 177 (Daftar Analisis Bahan Makanan, FKUI dalam Almatsier, 2004)

Depkes RI (2003) menyusun bahan makanan berdasarkan satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) seperti yang dipaparkan dalam tabel berikut:


(29)

Tabel 2.2. Bahan Makanan yang Mengandung Vitamin A dalam Satuan URT

Bahan Makanan Satuan URT 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun

gr Urt Gr Urt gr Urt Gr urt

Nasi Telur Hati Daging sapi Tempe Tahu Kacang Hijau Bayam Wortel Buncis Pepaya Pisang Biskuit Susu Bayi/Formula Susu Full Cream Gula Gelas Butir Potong kecil Potong Sedang Buah besar Sendok makan Gelas Gelas Gelas Potong Buah sedang potong

Sendok makan peres Sendok makan peres Sendok makan peres

75 25 25 25 25 - - 30 30 - 100 - 20 60 - - - - 1 1 - - - 1/3 1/3 - 1 - 2 6 - - 125 5.0 25 25 50 - - 25 25 25 100 - 20 - 30 30 ¾ 1 1 1 1 - - - - - 1 - 2 - 3 3 175 50 50 50 50 - 25 50 50 50 100 50 20 - 30 30 11/4 1 2 2 1 - 21/2 21/2 - - 1 1 2 - 3 3 200 50 50 50 50 100 25 50 50 50 100 50 20 - 30 30 11/3 1 2 2 1 1 21/2 - - - 1 1 2 - 3 3


(30)

2.2.4. Kebutuhan akan Vitamin A

Pemenuhan kebutuhan vitamin A sangat penting untuk pemeliharaan kelangsungan hidup secara normal. Kebutuhan tubuh akan vitamin A untuk orang Indonesia telah dibahas dan ditetapkan dalam Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (2007) dengan mempertimbangkan faktor-faktor khas dari kesehatan tubuh orang Indonesia (Widyakaryanasional, 2007).

Tabel 2.3. Angka Kecukupan Vitamin A

Golongan Umur Kebutuhan Vitamin A (RE) Bayi 0 – 6 bulan

7 – 12 bulan Balita 1 – 3 tahun 4 – 6 tahun 7 – 9 tahun Pria 10 – 12 tahun 13 – 15 tahun 16 – 19 tahun 20 – 45 tahun 46 – 59 tahun >60 tahun Wanita 10 – 12 tahun 13 – 15 tahun 16 – 19 tahun 20 – 45 tahun 46 – 59 tahun >60 tahun Hamil

Menyusui 0 – 6 bulan 7 – 12 bulan

350 350 350 460 400 500 600 700 700 700 600 500 500 500 500 500 500 + 200 + 350 + 300 (Sumber: Almatsier, 2004)


(31)

2.3. Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A 2.3.1. Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A merupakan penyakit sistemik yangg merusak sel dan organ tubuh, dan menyebabkan metaplasia keratinisasi pada epitel saluran pernapasan, saluran kemi, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relatif lebih awal terjadi ketimbang kerusakan yang terdeteksi pada mata. Namun, hanya karena hanya mata yang mudah diamati dan diperiksa, diagnosis klinis yang spesifik didasarkan pada pemeriksaan mata (Arisman, 2010).

Kekurangan vitamin A dapat terjadi pada semua umur akan tetapi kekurangan yang disertai kelain pada mata umumnya terdapat pada anak berusia 6 bulan sampai 4 tahun (Ilyas, 2008).

Kekurangan vitamin A terutama terdapat pada anak-anak balita. Tanda-tanda kekurangan terlihat bila simpanan tubuh habis terpakai (Almatsier, 2004).

Kekurangan vitamin A dapat dibagi dua yaitu kekurangan vitamin A primer dan sekunder. Kekurangan vitamin A primer disebabkan oleh kurangnya asupan vitamin tersebut, sedangkan kekurangan vitamin A sekunder dikarenakan akibat absorpsi dan utilisasinya yang terhambat (Kartasapoetra, 2008).

2.3.1.1. Epidemiologi Kekurangan Vitamin A

Hasil survei WHO dalam tahun 1995 yang lalu sekitar 2,8 juta balita menampakkan tanda-tanda klinis xeroftalmia, sementara 251 juta anak lainnya mengalami kekurangan vitamin A sehingga risiko kematian akibat infeksi berat meningkat. Seperempat balita di negara sedang berkembang berisiko mengalami kekurangan vitamin A. Dua puluh persen diantaranya berisiko lebih tinggi terjangkit penyakit infeksi umum. Sementara 2% mengalami kebutaan, atau gangguan penglihatan yang serius. Kemudian pada tahun 2001, WHO melaporkan bahwa setiap 1 menit, 12 orang anak di dunia menjadi buta, dan empat di antaranya bermukim di Asia Tenggara (Arisman, 2010).

Secara umum, prevalensi xeroftalmia di Indonesia menurun dari 1,18% pada tahun 1978 menjadi 0,14% di tahun 1991. Sementara kekurangan vitamin A juga menipis dari 1,2% (1986) menjadi 0,3% (1992). Angka ini sudah berada di bawah


(32)

kriteria yang ditetapkan sebagai masalah kesehatan masyarakat (0,5%). Meskipun di beberapa daerah angka prevalensi KVA masih di atas 0,5% seperti provinsi Sulteng (0,6%), Maluku (0,8%), dan Sulsel (2,8%) (Arisman, 2010).

Menurut Survei Nasional tahun 1992, masih ada sekitar 50,2% balita mengalami kekurangan vitamin A subklinis. Dan ini hanya dapat dibuktikan melalui pemeriksaan darah. Dengan indikator ini, KVA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. (Baliwati, 2010).

Sejak Survei Nasional tahun 1992 belum ada data status vitamin A berbasis masyarakat (population based) yang dapat digunakan sebagai dasar acuan untuk perencanaan program gizi mikro. (Depkes RI, 2006).

2.3.1.2. Penyebab Kekurangan Vitamin A

Faktor-faktor penyebab defisiensi vitamin A ini tidak multipel, tidak saja terletak di dalam jangkauan para profesional kesehatan, melainkan juga banyak faktor yang merupakan kompetensi keahlian diluarnya. Interrelasi berbagai faktor penyebab ini digambarkan pada bagan berikut (Sediaoetama, 2009).

Gambar 2.1. Faktor Penyebab Kekurangan Vitamin A (Sumber: Sediaoetama,

2009)

Pendidikan umum dan pengetahuan gizi

Kebiasaan makan

Konsumsi vitamin A dan

Defisiensi Vitamin Pekerjaan

sulit/renda

Daya beli rendah

Konsumsi lemak dan protein

rendah

Higiene kurang

Infeksi dan infestasi

parasit

Absorbsi dan utilisasi


(33)

2.3.1.3. Klasifikasi Kekurangan Vitamin A

Dikenal beberapa klasifikasi kekurangan vitamin A di Indonesia, seperti klasifikasi Ten Doeschate, yaitu:

• X0 : Hemeralopia

• X1 : Hemeralopia dengan xerosis konjungtiva dan bitot • X2 : Xerosis kornea

• X3 : Keratomalasia

• X4 : Stafiloma, ftisis bulbi

Di mana kelainan pada: X0 sampai X2 masih reversibel, dan X3 sampai X4 ireversibel (Ilyas, 2008).

Sedangkan klasifikasi kekurangan vitamin A menurut WHO 2009, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4. Klasifikasi Kekurangan Vitamin A

XN Night blindness

X1A Conjunctival xerosis

X1B Bitot’s spot

X2 Corneal xerosis

X3A Corneal ulceration/keratomalacia (< 1/3 corneal surface)

X3B Corneal ulceration/keratomalacia (≥ 1/3 corneal surface)

XS Corneal scar

XF Xerophthalmic fundus

Sumber: WHO 2009

2.3.1.4. Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan beberapa gangguan terhadap kesehatan tubuh, antara lain (Kartasapoetra, 2008):

1. Hemeralopia atau rabun ayam, rabun senja;

2. Frinoderma, pembentukan epitelium kulit tangan dan kaki terganggu, sehingga kulit tangan dan/atau kaki telapak tampak bersisik-sisik.


(34)

4. Kerusakan pada kornea dengan menimbulkan bintik bitot, xeroftalmia (kornea mengering) dan akhirnya kerotit, xeroftalmia (kornea mata rusak sama sekali).

5. Terhentinya proses pertumbuhan, dan 6. Terganggunya pertumbuhan bayi.

Mula-mula pada waktu senja orang tidak dapat melihat (hemerolopia), bila berjalan sering menubruk sesuatu dan bila penyakitnya kian menjadi, selaput lendir mata menjadi kering dan berlipat-lipat (xeroftalmia). Apabila timbul suatu penyakit maka kornea mata menonjol ke depan dan timbul bercak putih. Kornea mata dapat hancur sama sekali yang disebut keratomalasia (Irianto, 2007).

Berikut ini adalah contoh-contoh gambar kelainan mata akibat kekurangan vitamin A yang dikutip dari sumber DepKes RI (2003).

Gambar 2.2. Xerosis Konjungtiva (X1A)


(35)

Gambar 2.4. Xerosis Kornea (X2)

Gambar 2.5. Keratomalasia (X3A) dan Ulkus Kornea (X3B)

Gambar 2.6. Xerophthalmia Scar

2.3.1.5. Diagnosis Kekurangan Vitamin A

Diagnosis kekurangan vitamin A terutama berdasarkan parameter xerophthalmia, didukung oleh hasil pemeriksaan gejala-gejala kulit dan kadar vitamin A dan karotin di dalam plasma. Anamnesis konsumsi dapat pula menunjang diagnosis sebagai tambahan (Sediaoetama, 2009).


(36)

Pemeriksaan yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kekurangan vitamin A antara lain:

• Anamnesis konsumsi vitamin A

• Pemeriksaan gejala-gejala kulit dan mata

• Tes kadar vitamin A di dalam darah. Normalnya kadar vitamin A dalam darah di Indonesia sekitar 20 mcg/dl. Namun kadar 10-20 mcg/dl pun masih dianggap optimal walaupun sudah meningkatkan risiko timbulnya gejala-gejala hipovitaminosis. Kadar kurang dari 10 mcg/dl sudah dianggap menderita kekurangan vitamin A, besar kemungkinan sudah terlihat gejala-gejala xerophthalmia (Sediaoetama, 2009).

2.3.1.6. Pengobatan Kekurangan Vitamin A

Pilihan pertama ialah preparat oral (misalnya tablet atau sirup vitamin A) karena telah terbukti amat efektif, aman, dan murah (Arisman, 2010). Terapi dapat dilakukan dengan pemberian segera vitamin A setelah diagnosis ditegakkan, yang memberikan hasil perbaikan yang dramatis dalam 1-2 hari. Dosis 5 x 20.000 IU oral untuk satu minggu atau suntikan depot 100.000 IU intramuskular sebagai one shot memberikan hasil yang sama (Sediaoetama, 2009).

Namun, jika preparat oral seperti yang dijelaskan di atas tidak tersedia, dapat diberikan preparat oral bentuk lain seperti minyak ikan. Preparat yang dibuat dengan minyak akan sangat baik diserap jika diberikan per oral; dan jangan sekali-kali disuntikkan karena vitamin A yang tercampur minyak biasanya susah diserap dari lokasi tubuh yang disuntik (Arisman, 2010).

Rabun senja akan merespons terapi setelah 24-48 jam. Serosis konjungtiva yang aktif dan bintik bitot mulai mereda dalam 2-5 hari, dan akan sembuh dalam dua minggu. Sementara serosis kornea reda dalam 2-5 hari dan kornea kembali normal setelah 1-2 minggu (Arisman, 2010).


(37)

Xeroftalmia sering mengakibatkan kerusakan kornea sehingga merupakan kasus kedaruratan medik. Pada keadaan ini, vitamin A harus segera diberikan sesuai tiga macam dosis sesuai dengan tabel berikut.

Tabel 2.5. Jadwal Pengobatan Xeroftalmia

Waktu pemberian Dosis oral

Segera setelah diagnosis • <6 bulan

• 6 – 12 bulan

• >12 bulan

50.000 IU per oral (27,5 mg retinil palmitat) 100.000 IU per oral (55 mg retinil palmitat) 200.000 IU per oral (110 mg retinil palmitat)

Hari berikutnya Dosis menurut usia

Dalam 1 – 4 minggu (setiap 2 – 4 minggu)

Dosis menurut usia

Sumber: Arisman (2010).

Pemberian vitamin A akan memberikan perubahan atau perbaikan yang nyata pada penderita kekurangan vitamin A dalam waktu 1 – 2 minggu, berupa:

• Mikrovili kornea akan timbul kembali sesudah 1 – 7 hari • Keratinisasi yang terjadi menghilang

• Sel goblet konjungtiva kembali normal dalam 2 – 4 minggu

• Tukak kornea memperlihatkan perbaikan, sehingga dapat direncanakan keratoplasti (Ilyas, 2008).

2.3.1.7. Pencegahan Kekurangan Vitamin A

Pada awal kehidupan, kebutuhan vitamin A pada bayi akan tercukupi melalui air susu ibu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan apabila seorang bayi yang tidak disusui ASI berisiko kekurangan vitamin A. Status vitamin A yang baik di dalam kehidupan akan mempengaruhi status dan cadangan vitamin A pada tahap kehidupan lebih lanjut (Arisman, 2010).


(38)

Langkah pertama perlu dilaksanakan terutama di daerah yang berpotensi mengalami defisiensi. Kepada kelompok ibu di daerah tersebut harus diberikan suplementasi vitamin A sebanyak 200.000 IU segera setelah melahirkan. Suplementasi ini terbukti bukan hanya memperbaiki status vitamin A ibu, tetapi juga bayi. Wanita yang tidak menyusui pun harus diberi suplementasi. Manfaat pemberian ini terutama diarahkan pada anak yang lahir selanjutnya.

Program pencegahan kekurangan vitamin A dengan pemberian vitamin A yang disertakan upaya perbaikan keadaan sosial dan ekonomi di negara endemis telah berhasil menurunkan angka prevalensi KVA yang parah dan buta akibat kurang gizi. Kebersihan lingkungan dan perbaikan sarana perumahan, misalnya, telah berhasil menekan angka prevalensi dan keparahan infeksi saluran pernapasan, tuberkulosis, diare dan infestasi cacing yang berarti meningkatkan serta menurunkan kebutuhan metabolik akan vitamin A. Imunisasi campak secara efektif sekaligus melenyapkan salah satu pemicu xeroftalmia dan kematian yang berkaitan dengan vitamin A (Arisman, 2010).

Tiga macam intervensi pencegahan utama yang dilaksanakan kini ialah: 1. Peningkatan asupan pangan kaya vitamin A dan provitamin A,

Pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi telah terbukti mampu mengawasi xeroftalmia, mencegah kebutaan (nutritional blindness), dan mengurangi angka kematian anak akibat infeksi tertentu pada masyarakat yang mengalami KVA.

2. Penyebaran vitamin dosis tinggi secara berkala

Penyebaran vitamin A ini dilakukan dengan menggabungkan vitamin A dengan program imunisasi polio dan campak sejak tahun 2000. Penyebaran vitamin ini mencakup pemberian suplementasi vitamin A secara berkala kepada seluruh anak prasekolah, terutama kelompok usia 6 bulan sampai 3 tahun, atau wilayah yang berisiko paling tinggi serta semua ibu yang berisiko tinggi melahirkan anak kekurangan vitamin A. 3. Fortifikasi makanan yang lazim disantap.

Fortifikasi makanan terbukti lebih efektif terutama pada keadaan khusus seperti pembagian makanan yang terfortifikasi pada kamp pengungsian


(39)

atau pada daerah-daerah dengan latar sosial-ekonomi kurang baik. Setiap penduduk mendapat kemudahan untuk memperoleh bahan pangan yang kaya akan vitamin A dengan harga terjangkau.

Di samping itu, masyarakat juga harus memperoleh pendidikan gizi terutama mengenai cara menggunakan bahan pangan ini sebagai makanan sapihan, dan kudapan anak usia prasekolah. Tujuan pendidikan gizi ini ialah menyadarkan masyarat tentang nilai gizi yang terkandung dalam bahan pangan, merangsang dan mendorong mereka agar bahan pangan tersebut menjadi kebutuhan, serta mau mengonsumsinya (Arisman, 2010).

2.3.2. Kelebihan Vitamin A

2.3.2.1.Pengertian Kelebihan Vitamin A

Hipervitaminosis A (toksisitas vitamin A) merupakan berlebihnya asupan vitamin A di atas batas yang dianjurkan. Kemampuan tubuh untuk memetabolisme vitamin A terbatas, jadi apabila terjadi kelebihan asupan vitamin A dapat menyebabkan penimbunan yang melebihi kapasitas protein pengikat, sehingga vitamin A dalam bentuk tidak-terikat merusak jaringan (Murray, 2009).

Paul Lips (2003) menuliskan dalam jurnalnya ada dua jenis kelebihan vitamin A, yaitu hipervitaminosis A akut dan hipervitaminosis A kronik. Keduanya memiliki gejala yang berbeda dan dibedakan berdasarkan lama waktu mengonsumsi vitamin A dalam jumlah banyak. Hipervitaminosis A akut bila penderita mengonsumsi sekitar 300.000 IU per hari sementara dikatakan hipervitaminosis A kronik bila mengonsumsi sekitar 25.000 sampai 50.000 IU per hari.

Pada umumnya, suplemen vitamin A tidak dianjurkan jika tidak dibawah tuntunan profesional kesehatan. Kelebihan vitamin A umumnya diakibatkan suplemen vitamin A dalam jumlah yang besar (megadosis), sehingga mengakibatkan kondisi yang dikenal dengan hipervitaminosis A. Gejala-gejala yang dapat terjadi seperti lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, mual, nyeri pada sendi, dan kulit terkelupas (Budianto, 2004). Gejala-gejala ini dapat menghilang ketika konsumsi suplemen vitamin A dihentikan (Williams, 2007).


(40)

Binkley dan Krueger dalam Williams (2007) menyatakan bahwa kelebihan vitamin A dapat melemahkan tulang. Hipervitaminosis menstimulasi resorpsi tulang dan menghambat pembentukan tulang, sehingga tulang cenderung keropos.

Dalam studi terbaru, Feskanich dalam Williams (2007) menyatakan bahwa wanita dengan asupan vitamin A yang tinggi, yang mengonsumsi lebih dari 3000 mikrogram per harinya, memiliki risiko dua kali lipat fraktur panggul dibandingkan dengan wanita yang hanya mengonsumsi sekitar 1250 mikrogram per hari.

2.3.2.2. Tanda dan Gejala Kelebihan Vitamin A

Menurut Kartasapoetra (2008) manifestasi klinis kelebihan vitamin A (hipervitaminosis A) adalah sebagai berikut:

1. pada anak-anak dapat menjadikan anak-anak tersebut cengeng, pada sekitar tulang-tulang yang panjang membengkak, kulit kering dan gatal-gatal.

2. pada orang-orang dewasa menimbulkan sakit kepala, mual-mual, dan diare.

Sementara menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI 2010 menyatakan beberapa tanda kelebihan vitamin A, antara lain: sakit kepala, pusing, rambut rontok, kulit kering, anoreksia, dan sakit pada tulang. Pada wanita dewasa menstruasi dapat berhenti dan bayi dapat mengalami pembesaran kepala.

Gejala hipervitaminosis A ini pun dapat dibedakan berdasarkan akut atau kroniknya. Pada hipervitaminosis A akut ditandai dengan nyeri kepala, mudah ngantuk, dan muntah. Sedangkan pada hipervitaminosis A kronik biasanya ditandai dengan nyeri sendi dan tulang, kurang nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan (Lips, 2003).


(41)

2.3.2.3. Diagnosis dan Pengobatan Kelebihan Vitamin A

Penegakan diagnosis pada hipervitaminosis A ini dapat melalui pemeriksaan gejala klinis serta tingginya kadar vitamin A dalam darah. Gejala akan menghilang selama empat minggu setelah penghentian pemakaian vitamin A tambahan (Williams, 2007).

Sayuran yang memiliki kandungan beta-karoten dapat dikonsumsi dalam jumlah besar tanpa mengakibatkan hipervitaminosis A. (Almatsier, 2004).

2.4. Kesehatan Mata

2.4.1.Pengertian Kesehatan Mata

Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Sedangkan mata adalah indera penglihat. Jadi kesehatan mata merupakan keadaan atau hal-hal sehat yang menyangkut indera penglihat (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

2.4.2.Tanda-tanda Mata Sehat

Mata sehat pada umumnya dapat diketahui dari luar, dimana mata terlihat cerah dan bersinar. Untuk mengetahui apabila ada kelainan pada mata perlu pemeriksaan mata dari dekat yang memerlukan bantuan senter atau lampu. Mata yang sehat dapat diketahui, apabila dari pemeriksaan ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:

1. Kornea benar-benar jernih dan letaknya ditengah (simetris) antar kedua mata

2. Bagian yang putih benar-benar putih

3. Pupil benar-benar terlihat hitam, jernih dan ada reflek cahaya, mengecil bila ada sinar

4. Kelopak mata dapat membuka dan menutup dengan baik 5. Bulu mata teratur dan mengarah keluar

6. Tidak ada sekret atau kotoran pada mata


(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2007).

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu rumah tangga. Variabel independen ini memiliki sub variabel seperti pendidikan, usia, pengalaman, lingkungan dan sumber informasi. Karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, maka peneliti memutuskan untuk meneliti tiga sub variabel yaitu pendidikan, usia, dan sumber informasi. Sedangkan variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah manfaat vitamin A bagi kesehatan mata.

Variabel Independen: Variabel Dependen:

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu rumah tangga mengenai manfaat vitamin A bagi kesehatan mata.

Cara ukur : wawancara Pengetahuan ibu rumah tangga :

- Pendidikan - Usia

- Media informasi

Manfaat vitamin A bagi kesehatan mata


(43)

Alat ukur : kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 12 pertanyaan dengan tiga pilihan jawaban

• Jawaban yang benar diberi skor 1 • Jawaban yang salah diberi skor 0

Kategori : Pengukuran tingkat pengetahuan responden dilakukan dengan menggunakan sistem skoring (Arikunto, 2007), yakni sebagai berikut:

• Tingkat pengetahuan baik, apabila jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi

• Tingkat pengetahuan cukup, apabila jawaban responden 56-75% dari nilai tertinggi

• Tingkat pengetahuan kurang, apabila jawaban responden 40-55% dari nilai tertinggi

• Tingkat pengetahuan buruk, apabila jawaban responden <40% dari nilai tertinggi

Skala ukur : ordinal 2. Pendidikan

Tingkat atau jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh dan berhasil diselesaikan oleh ibu rumah tangga yang diteliti dalam penelitian ini.

Cara ukur : wawancara Alat ukur : kuesioner Kategori :

• Rendah : bila responden tidak sekolah sampai tamat SD sederajat

• Menengah : bila responden tamat SMP atau SMA sederajat

• Tinggi : bila responden telah tamat perguruan tinggi


(44)

3. Usia

Usia ibu rumah tangga yang datang ke puskesmas. Cara ukur : wawancara

Alat ukur : kuesioner Skala ukur : ordinal 4. Media informasi

Informasi yang dimiliki ibu rumah tangga tentang manfaat vitamin A bagi kesehatan mata yang diperoleh dari berbagai macam informasi.

Cara ukur : wawancara

Alat ukur : kuesioner dengan skala Guttman, yaitu dengan dua pilihan jawaban.

Kategori :

• Cukup : bila responden menjawab jawaban “Pernah” lebih dari 50% dari jumlah seluruh pertanyaan.

• Kurang : bila responden menjawab jawaban “Pernah” kurang dari 50% dari jumlah seluruh pertanyaan.


(45)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang sesuatu keadaan secara objektif dari variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010) yaitu untuk mendapatkan gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang manfaat Vitamin A bagi kesehatan mata di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan pada bulan Juli 2012.

Tabel 4.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian Waktu Penelitian (dalam bulan)

4 5 6 7 8 9 10 11 12

Penyusunan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan data Analisis data

Diskusi Hasil Penelitian Seminar Hasil Penelitian

Alasan peneliti memilih posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan sebagai lokasi penelitian telah dipaparkan pada latar belakang penelitian ini.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Machfoedz, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak yang datang berkunjung ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan


(46)

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi itu (Machfoedz, 2008). Jumlah / besar sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus (Sudigdo, 2008)

� =��

2��

�2

n : Besar Sampel

Zα : Tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti (peneliti menetapkan α =

0,05 dan Zα penelitian ini sebesar 1,96) P : Proporsi kategori (0.5)

Q : 1- P = 1 - 0.5 = 0,5

d : Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki 10% atau 0,1 �= 1,96

2. (0,5). (10,5)

0,102 = 96,04≈ 96

Menurut Sastroasmoro (2008), nilai proporsi kategori (P) harus diperoleh dari pustaka. Akan tetapi, bila nilai proporsi ini tidak diketahui maka digunakan P = 0,5. Sehingga hasil penghitungan jumlah sampel adalah minimal 96 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki anak yang bersedia menjadi responden.Sedangkan kriteria eksklusi adalah tidak bersedia menjadi responden.

4.4. Pengumpulan Data

Data menurut jenisnya dibagi atas dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden melalui pengisian kuesioner oleh peneliti. Responden pada penelitian ini adalah


(47)

ibu-ibu yang memiliki anak yang ada di posyandu-posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan.

Kuesioner diisi langsung oleh responden untuk mengetahui pengetahuan ibu. Kuesioner ini terdiri dari 12 pertanyaan. Skor tertinggi adalah 12 dan terendah adalah 0 dengan teknik penentuan skor dalam pernyataan positif.

Jawaban benar : mendapat nilai 1 Jawaban salah : mendapat nilai 0

2. Data Sekunder

Alat perolehan data sekunder adalah diperoleh melalui catatan atau laporan data yang ada di Dinas Kesehatan Kota Medan dan puskesmas Padang Bulan meliputi data jumlah ibu rumah tangga, suplementasi vitamin A, serta data kecamatan meliputi data demografi dan data geografis lokasi penelitian.

4.5. Metode Analisis Data

Data dari setiap responden dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan software statistik komputer.


(48)

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson

correlation Status Alpha Status Pengetahuan 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0,486 0,465 0,588 0,626 0,664 0,522 0,560 0,530 0,536 0,611 0,688 0,604 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0,729 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel


(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah posyandu-posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan. Puskesmas ini terletak di jalan Jamin Ginting, kelurahan Padang Bulan, kecamatan Medan Baru. Puskesmas ini meliputi enam kelurahan antara lain Titi Rante, Padang Bulan, Merdeka, Babura, Darat, dan Petisah Hulu.

Masing-masing kelurahan terdapat tiga atau empat posyandu. Posyandu-posyandu yang terlibat dalam penelitian ini antara lain Nusa Indah III, Kemala II, Cempaka I, dan Nusa Indah I.

Tabel 5.1. Tabel Daftar Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan

No Kelurahan Nama Posyandu

Hari Buka Posyandu

Alamat

1 Petisah Hulu Mawar I Mawar II Mawar III

Mawar IV

Selasa Minggu ke IV

Jl. S. Parman G. Sawa Jl. S. Parman G. Pasar Jl. S. Parman Lorong Harapan

Jl. S. Parman Lorong Baru 2 Babura Nusa Indah I

Nusa Indah II

Nusa Indah III Nusa Indah IV

Nusa Indah V

Selasa Minggu ke III

Jl. Sei Bahorok L. VII Jl. Sei Tuntungan Baru L. III

Jl. Sei Putih Baru L. VI Jl. Gajah Mada G. Makmur L.II


(50)

3 Merdeka Kemala I Kemala II Kemala III Kemala IV Rabu Minggu ke III

Jl. Jamin Ginting G. Aman

Jl. Sei Belutu Ujung

Jl. KH. Wahid Hasyim (Brimob)

Jl. Sei R. Silau 4 Darat Anggrek I

Anggrek II

Anggrek III

Selasa Minggu ke IV

Jl. Jamin Ginting G. H. Arif L. I

Jl. Kapt Pattimura Kp. Mandailing L. III

Jl. Tomat L. IV 5 Padang

Bulan Tulip I Tulip II Tulip III Tulip IV Selasa Minggu ke IV

Jl. Jamin Ginting G. Keluarga L. III

Jl. Jamin Ginting G. Medan Area

Jl. Jamin Ginting L.1 G. Diponogoro

- 6 Titi Rante Cempaka I

Cempaka II Cempaka III Cempaka IV Cempaka V Selasa Minggu ke III

Jl. Bunga cempaka pasar III

Jl. Jamin Ginting Balai Desa

Jl. Jamin Ginting Bunga Bangsa

Jl. Sembada G. Mawar II -

Berdasarkan luas geografisnya, lingkungan daerah puskesmas Padang Bulan ini sekitar 504 Ha dan mencakup 8798 keluarga. Puskesmas yang berada di kecamatan Medan baru ini berbatasan dengan Medan Petisah di sebelah utara, Medan Johor di sebelah selatan, Medan Sunggal dan Medan Selayang di sebelah


(51)

barat, serta Medan Timur di sebelah Timur. Menurut data Laporan Kegiatan di Puskesmas Padang Bulan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Total subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 ibu rumah tangga. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang diamati meliputi pendidikan, umur, serta tingkat kualitas informasi yang dimiliki.

Ditinjau dari karakteristik pendidikan, distribusi frekuensinya dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan N %

SD SMP SMA Diploma Sarjana

3 22 66 5 4

3 22 66 5 4

Total 100 100

Dari tabel di atas didapatkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak dalam penelitian ini adalah tamatan SMA yang berjumlah sebanyak 66 orang (66%). Dan tingkat pendidikan yang paling rendah adalah SD yaitu sebanyak 3 orang (3%).

Ditinjau dari karakteristik usia, nilai tengah (median) dari usia responden ini adalah 31 tahun. Usia tertinggi adalah 51 tahun dan terendah adalah 18 tahun. Kelompok usia dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan rumus kelas tabel frekuensi. Distribusi frekuensinya dapat dilihat melalui tabel berikut.


(52)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia Jumlah %

18 – 22 23 – 27 28 – 32 33 – 37 38 – 42 43 – 47 48 – 52

5 17 41 23 9 3 2 5 17 41 23 9 3 2

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kelompok usia terbanyak pada rentang umur 28 – 32 tahun dimana jumlah respondennya sebanyak 41 orang (41%). Usia dengan jumlah terbanyak adalah 29 tahun sebanyak 13 orang sedangkan usia dengan jumlah tersedikit adalah 18, 21, 22, 23, 47, 50, 51 tahun sebanyak masing-masing satu orang.

Ditinjau dari kecukupan informasi melalui media informasi yang dimiliki, distribusi frekuensinya dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Media Informasi

Kecukupan Informasi Jumlah %

Cukup Kurang 82 18 82 18

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh tingkat kecukupan informasi responden mengenai vitamin A sebagian besar adalah cukup dengan jumlah


(53)

sebanyak 82 orang (82%). Sementara jumlah responden yang memiliki kecukupan informasi yang kurang adalah sebanyak 18 orang (18%).

5.2. Hasil Analisis Data dan Pembahasan

5.2.1. Hasil Analisis Data

Hasil uji terhadap pengetahuan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan mengenai vitamin A yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Manfaat Vitamin A

Variabel Kategori Jumlah %

Pengetahuan Baik

Cukup Baik Kurang Baik

Tidak Baik / Buruk

51 46 3 0

51 46 3 0

Total 100 100

Dari tabel di atas diperoleh kategori pengetahuan terbesar adalah kategori baik tisebanyak 51 orang (51%). Sementara kategori cukup baik berjumlah 46 orang (46%) dan kategori kurang baik sebanyak 3 orang (3%). Dalam penelitian ini tidak didapati responden dengan pengetahuan tidak baik.

Untuk lebih jelasnya, data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden mengenai vitamin A dapat dilihat pada tabel 5.6.


(54)

Tabel 5.6. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kuesioner Pengetahuan Tentang Vitamin A

Pertanyaan Benar Salah

N % N %

Pengertian Vitamin A

Sumber Vitamin A bagi Bayi

Gejala Khas Kekurangan Vitamin A Penyebab Kekurangan Vitamin A

Pemeriksaan Gejala Kekurangan Vitamin A Gejala Umum Kekurangan Vitamin A

Manifestasi Kulit Umum Akibat Kurang Vitamin A Dampak yang Paling Membahayakan Akibat Kurang Vitamin A

Makanan yang Mengandung Vitamin A

Kandungan Vitamin A dalam Bahan Makanan Hewani

Jadwal Pemberian Kapsul (Tiap berapa bulan) Cara Memperoleh Vitamin A

88 93 99 78 97 47 81 93 89 52 70 71 88 93 99 78 97 47 81 93 89 52 70 71 12 7 1 22 3 53 19 7 11 48 30 29 12 7 1 22 3 53 19 7 11 48 30 29 Dari tabel di atas terlihat 88% responden menjawab benar pertanyaan tentang pengertian. Dapat diasumsikan sebagian besar responden telah mengerti pengertian vitamin A. Sekitar 93% resonden telah mengetahui sumber vitamin A bagi bayi dan 99% responden mengetahui gejala khas kekurangan vitamin A. Kemudian ada sekitar 78% responden mengetahui penyebab kekurangan vitamin A dan 97% ibu menjawab benar pertanyaan mengenai pemeriksaan gejala kekurangan vitamin A. Hanya 47% responden yang mengetahui gejala umum kekurangan vitamin A dan 81% responden mengetahui manifestasi kulit umum akibat kurang vitamin A. Kemudian diperoleh sekitar 93% responden mengetahui dampak yang paling membahayakan akibat kurang vitamin A sementara ada sekitar 89% ibu mengetahui makanan yang mengandung vitamin A. Lalu hanya


(55)

52% yang mengetahui bahan makanan hewani yang mengandung vitamin A. Sementara jadwal pemberian kapsul hanya dijawab benar oleh 70% responden dan pertanyaan mengenai cara memperoleh vitamin A dijawab benar oleh 71% responden.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat melalui tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7. Distribusi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Total Kurang Baik Cukup Baik Baik

N % N % N %

SD SMP SMA Diploma Sarjana 0 1 2 0 0 0 4,54 3,03 0 0 2 14 27 3 0 66,67 63,63 40,9 60 0 1 7 37 2 4 33,33 31,81 56,06 40 100 3 22 66 5 4

Total 3 46 51 100

Dari tabel di atas diperoleh sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik merupakan tamatan sarjana dengan proporsi 4 (100%). Sementara pada tingkat pendidikan yang rendah misalnya tamatan SD, mayoritas respondennyaa memiliki tingkat pengetahuan cukup baik yaitu dengan proporsi 2 (66,67%).

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan berdasarkan kelompok usia dapat dilihat melalui tabel 5.8 berikut.


(56)

Tabel 5.8. Distribusi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia

Tingkat Pengetahuan

Total Kurang Baik Cukup Baik Baik

N % N % N %

18 – 22 23 - 27 28 - 32 33 - 37 38 - 42 43 - 47 48 – 52

1 0 2 0 0 0 0 20 0 4,87 0 0 0 0 1 5 20 14 3 2 1 20 29,41 48,79 60,86 33,33 66,67 50 3 12 19 9 6 1 1 60 70,59 46,34 39,13 66,67 33,33 50 5 17 41 23 9 3 2

Total 3 46 51 100

Berdasarkan tabel di atas responden dengan tingkat pengetahuan yang baik mayoritas berumur 28 – 32 tahun dengan proporsi 19 (46,34%). Untuk responden dengan tingkat pengetahuan yang cukup mayoritas berumur 28 – 32 tahun dengan proporsi 20 (48,79%). Sedangkan untuk responden tingkat pengetahuan yang kurang baik mayoritas berumur 18 – 22 tahun dengan proporsi 1 (20%). Semakin rendah kelompok usia maka proporsi persentase pada tingkat pengetahuan kurang baik semakin besar (20%).

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan berdasarkan media informasi (kecukupan informasi) yang dimiliki oleh responden dapat dilihat melalui tabel 5.9 berikut.


(57)

Tabel 5.9. Distribusi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Media Informasi

Media Informasi

Tingkat Pengetahuan

Total Kurang Baik Cukup Baik Baik

N % N % N %

Cukup Kurang 0 3 0 16,67 35 11 42,68 61,11 47 4 57,31 22,22 82 18

Total 3 46 51 100

Berdasarkan tabel di atas, pada kecukupan informasi yang cukup diperoleh responden sebanyak 47 (57,31%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik. Sementara responden yang memiliki informasi yang kurang mayoritas berpengetahuan cukup baik dengan proporsi 11 (61,11%) serta pada responden kelompok ini juga diperoleh sebanyak 3 (16,67%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik.

5.2.2. Pembahasan

Menurut Mubarak (2007) pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan media informasi. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa faktor untuk dijadikan sebagai variabel independen seperti pendidikan, usia, dan media informasi.

Bila dilihat dari keseluruhan hasil uji maka diperoleh 51% responden dari posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan dikategorikan berpengetahuan baik mengenai manfaat vitamin A. Sementara 46% responden lainnya dikategorikan berpengetahuan cukup baik. Sisanya 3% berpengetahuan kurang baik. Dalam penelitian ini tidak ada responden yang dikategorikan ke dalam tingkat pengetahuan tidak baik atau buruk.

Hasil tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Helen Keller International. Penelitian yang dilakukan HKI dengan judul “Bagaimana


(58)

pengetahuan dan sikap ibu-ibu pekerja mengenai manfaat vitamin A?” menyatakan bahwa hanya 55% dari seluruh total responden yang berpengetahuan baik tentang manfaat vitamin A bagi kesehatan mata.

Menurut data hasil tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan, maka proporsi terbanyak terdapat pada tingkat pengetahuan baik dengan jumlah 4 (100%) yang merupakan tamatan sarjana. Hal ini berarti empat responden tamatan sarjana memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang manfaat vitamin A. Hasil uji ini sesuai dengan pernyataan Mubarak (2007) dimana semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, maka diperoleh responden yang berumur 28 – 32 merupakan kelompok usia terbanyak dalam penelitian ini. Menurut hasil uji tingkat pengetahuan responden, kelompok usia 28 – 32 tahun sebagian besar tergolong pada tingkat pengetahuan “cukup baik” dan “baik”. Pada kelompok usia 18 – 22 diperoleh proporsi yang besar untuk tingkat pengetahuan kurang baik yaitu 2 (20%). Semakin rendah kelompok usia maka proporsi persentase pada tingkat pengetahuan kurang baik semakin besar. Walaupun hanya 51% responden yang memiliki tingkat pengetahun yang baik, namun hasil uji ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2007), yaitu “semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin sering seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan akan suatu hal/objek.” Sama halnya dengan pernyataan Mubarak (2007), yaitu “dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang akan semakin matang dan dewasa.”

Menurut hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan media informasi didapatkan proporsi sebanyak 47 (57,31%) dari tingkat pengetahuan baik yang memiliki informasi yang cukup. Sebaliknya pada tingkat pengetahuan kurang baik mayoritas respondennya memiliki informasi yang kurang dengan proporsi 3 (16,67%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Mubarak (2007), yaitu “kemudahan


(59)

untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.”

Media informasi merupakan faktor penentu kecukupan informasi responden. Tingkat kecukupan informasi ini bergantung pada usaha responden untuk mencari informasi dan juga pada paparan informasi kepada responden, misalnya dengan pelayanan edukasi penyuluhan atau pelatihan oleh praktisi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian HKI, didapati bahwa faktor yang menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu rumah tangga mengenai manfaat vitamin A adalah kurangnya pelatihan yang dilakukan oleh praktisi kesehatan. Sekitar dua pertiga praktisi kesehatan belum memahami bagaimana cara melakukan pelatihan dan penyuluhan tentang manfaat vitamin A. Dan hal ini sesuai dengan hasil uji dalam penelitian ini. Responden dengan informasi yang cukup sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang baik atau cukup baik, sementara responden dengan informasi yang kurang mayoritas memiliki pengetahuan yang kurang baik pula.


(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan berjumlah 51 orang yang tergolong baik, 46 orang dikategorikan cukup, dan 3 orang dikategorikan kurang baik. 2. Berdasarkan pendidikan terakhir responden diperoleh sebanyak 4 (100%)

responden dengan tingkat pengetahuan baik adalah tamatan sarjana.

3. Menurut karakteristik kelompok usia diperoleh bahwa 19 (46,34%) responden yang memiliki pengetahuan baik serta 20 (48,79%) responden yang memiliki pengetahuan cukup baik yang berasal dari kelompok usia 28 – 32 tahun. Pada kelompok usia 18 – 22 diperoleh proporsi yang besar untuk tingkat pengetahuan kurang baik yaitu 2 (20%)

4. Berdasarkan hasil data kecukupan informasi yang dimiliki responden diperoleh 47 responden yang berpengetahuan baik memiliki informasi yang cukup. Sementara 35 responden yang berpengetahuan cukup baik juga memiliki informasi yang cukup. Sedangkan 3 responden berpengetahuan kurang ternyata memiliki informasi yang kurang pula. 5. Berdasarkan hasil keseluruhan data penelitian ini disimpulkan bahwa

tingkat pengetahuan responden mengenai manfaat vitamin A dipengaruhi oleh usia, pendidikan terakhir dan kecukupan informasi yang dimiliki.

6.2. Saran

1. Perlu ditingkatkan kualitas pengetahuan ibu rumah tangga di posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan. Hal ini dapat diupayakan yaitu dengan cara meningkatkan kualitas edukasi pada ibu rumah tangga lewat penyuluhan dan komunikasi layanan kesehatan oleh dokter atau praktisi kesehatan.


(61)

2. Kualitas pelayanan posyandu juga perlu ditingkatkan agar kunjungan ibu balita semakin meningkat. Sebab hal ini dapat berimbas pada peningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat vitamin A

3. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk penelitian selanjutnya. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memperbanyak subvariabel-subvariabel (variabel independen) lain yang berkaitan dengan pengetahuan responden.


(62)

Daftar Pustaka

Almatsier, S., 2004. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 156 – 167.

Arikunto, S, 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arisman. 2010. Kekurangan Vitamin A. In: Gizi dalam Daur Kehidupan. Edisi ke-2 Jakarta: EGC, 147-158

Baliwati, Yayuk Farida, Ali Khomsan, & C. Metti Dwiriani. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya, 27

Budianto, Moch. Agus Krisno. 2004. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press, 228-229

Clagett-Dame, Margaret and Danielle Knutson. 2011. Vitamin A in Reproduction and Development. Nutrient, 2011 (3): 385-428.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT RajaGrafindo, 78 dan 187

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Deteksi dan Tatalaksana Kasus Xeroftalmia. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi.


(63)

Eledrisi, Mohsen S. 2012. Vitamin A Toxicity. New York: Medscape Refrence. Available from [Accessed 25 May 2012]

Helen Keller International. 2001. Nutrition Bulletin: What are vitamin A knowledge and practices among mothers and health workers?. Available

from [Accessed

31 May 2012]

Ilyas, Sidharta dan Sri Rahayu Yulianti. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 142 – 144.

Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2007. Vitamin, air, dan oksigen merupakan makanan pelindung dan pengatur tubuh. In: Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya, 37.

Kartasapoetra, G., H. Marsetyo. 2008. Ilmu Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta, 85-87

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Direktorat Bina Kesehatan Anak

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Lips, Paul. 2003. Hypervitaminosis A and Fractures. England: The New England

Journal of Medicine. Available

from: [Accessed 30


(64)

Machfoedz, Ircham. 2008. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya.

Mubarak, W.I., Chayatin, N., Rozikin, K., & Supriadi. 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 30 – 31.

Murray, Robert K., Daryl K. Granner, dan Victor W. Rodwell. 2009. Biokimia Harper. Edisi ke-27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 506.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Ilmu Pengetahuan. In: Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 10-19

Nugroho, Wahjudi H., 2008. Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: CV. Sagung Seto, 313.

Sediaoetama, A. D., 2009. Vitamin A. In: Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat, 225-248.

WHO, 2009. Global prevalence of vitamin A deficiency in populations at risk 1995–2005. Geneva, World Health Organization.

_____, 2011. Guideline: Vitamin A supplementation in infants and children 6-59 months of age. Geneva, World Health Organization.

Widyakaryanasional, 2007. Kebutuhan Vitamin A bagi Orang Indonesia. Available from: http://www.Widyakaryanasional.co.id. cetak.publikasi/php?/260607/003. [Accessed 27 Mei 2012]


(65)

Williams, Melvin A., 2007. Vitamins: The Organic Regulators. In: Nutrition for Health, Fitness and Sport. Edisi ke-8. New York: McGrawHill, 241 dan 244.


(66)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Samuel Pola Karta Sembiring Tempat/Tanggal lahir : Medan, 21 April 1991

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Setia Budi No.820 Sp.Pemda Medan Nama Orang Tua : Drs. Milisi Sembiring, M.Hum.

Surita Ginting, SKM, M.Kes Riwayat Pendidikan : 1. TK Santo Thomas 2 Medan

2. SD N Percobaan Medan

3. SMP N 10 Medan

4. SMA N 1 Medan Riwayat Pelatihan : -

Riwayat Organisasi : 1. Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen FK USU 2011, 2012

2. Panitia Natal FK USU Tahun 2011 sebagai Anggota Seksi Tempat dan Peralatan

3. Pengurus Pemuda GBKP Setia Budi Medan sebagai Ketua Umum Periode 2012 - 2014


(1)

p4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 22 22.0 22.0 22.0

1.00 78 78.0 78.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 3 3.0 3.0 3.0

1.00 97 97.0 97.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 53 53.0 53.0 53.0

1.00 47 47.0 47.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 19 19.0 19.0 19.0


(2)

1.00 81 81.0 81.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 7 7.0 7.0 7.0

1.00 93 93.0 93.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 11 11.0 11.0 11.0

1.00 89 89.0 89.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 48 48.0 48.0 48.0

1.00 52 52.0 52.0 100.0


(3)

p10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 48 48.0 48.0 48.0

1.00 52 52.0 52.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 30 30.0 30.0 30.0

1.00 70 70.0 70.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 29 29.0 29.0 29.0

1.00 71 71.0 71.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Tabulasi Silang


(4)

Pendidikan * Tingkat Pengetahuan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pendidikan * pengetahuan

100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Pendidikan * tahu Crosstabulation

Count

pengetahuan

Total Kurang Baik Cukup Baik Baik

Pendidikan PTD 0 3 2 5

PTS 0 0 4 4

SD 0 2 1 3

SMA 2 27 37 66

SMP 1 14 7 22

Total 3 46 51 100

Umur * Tingkat Pengetahuan

Case Processing Summary


(5)

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

usia * pengetahuan 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

usia * pengetahuan Crosstabulation

Count

pengetahuan

Total Kurang Baik Cukup Baik Baik

usia 18 - 22 1 1 3 5

23 - 27 0 5 12 17

28 - 32 2 20 19 41

33 - 37 0 14 9 23

38 - 42 0 3 6 9

43 - 47 0 2 1 3

48 - 52 0 1 1 2

Total 3 46 51 100

Media Informasi * Tingkat Pengetahuan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(6)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

mediainformasi * tahu 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

mediainformasi * pengetahuan Crosstabulation

Count

pengetahuan

Total Kurang Baik Cukup Baik Baik

mediainformasi Kurang 3 11 4 18

Cukup 0 35 47 82

Total 3 46 51 100


Dokumen yang terkait

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

0 3 67

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

0 3 11

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

0 0 4

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

0 0 19

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

1 4 18

Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

0 0 14

Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1.Definisi Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

0 0 21