Analisis Penerapan E-Commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha (Studi pada UKM di Kota Medan )

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 E-Commerce
2.1.1 Pengertian E-Commerce
E-commerce adalah bagian dari ruang yang dikenal dengan e-business.
Dalam hal ini e-commerce dipandang sebagai penerapan dari e-business, dalam
kaitannya dengan proses penjualan dan pembelian produk serta layanan. Aspek ini
mencakup pertukaran data (data exchange) selama proses transaksi yang
berhubungan dengan pengelolaan aktifitas pembayaran.
Menurut Jullian Ding dalam Halim (2005;11), e-commerce merupakan
suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan
pihak lain dalam hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah
barang, pelayanan, atau peralihan hak dimana komersial ini terdapat didalam
media elektronik (media digital) yang secara fisik tidak memerlukan pertemuan
para pihak dan keberadaan media ini dalam public network (sistem tertutup). Jadi
dapat disimpulkan bahwa e-commerce adalah kegiatan jual beli di dunia maya
tanpa perlu berhubungan secara langsung
Pengertian dari e-commerce menurut Kalakota dan Whinston (Suyanto,
2003:11) dapat ditinjau dalam 4 perspektif berikut yaitu :
1. Dari perspektif komunikasi, e-commerce adalah pengiriman barang, layanan,

informasi atau pembayaran melalui jaringan komputer atau melalui peralatan
elektronik lainnya.

6

Universitas Sumatera Utara

7

2. Dari perspektif proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari teknologi yang
menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja.
3. Dari perspektif layanan, e-commerce merupakan suatu alat yang memenuhi
keinginan perusahaan, konsumen dan manajemen untuk memangkas biaya
layanan (service cost) ketika meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan
kecepatan layanan pengiriman.
4. Dari perspektif online, e-commerce menyediakan kemampuan untuk membeli
dan menjual barang ataupun informasi melalui internet dan sarana online
berikutnya.

Seluruh definisi yang dijelaskan di atas pada dasarnya memiliki kesamaan

yang mencakup komponen transaksi (pembeli, penjual, barang, jasa dan
informasi), subyek dan obyek yang terlibat, serta media yang digunakan (dalam
hal ini adalah internet).
2.1.2

Manfaat E-commerce

Manfaat yang di dapat melalui penerapan e-commerce antara lain :
1. Bagi Penjual :
a) Memperluas pangsa pasar (market place) hingga ke pasar nasional dan
internasional.
b) Dengan biaya operasi yang minim, sebuah perusahaaan dapat dengan
mudah menemukan lebih banyak pelanggan, pemasok (supplier) yang
lebih baik dan partner bisnis yang paling cocok dari seluruh dunia.
c) Penjual tidak memerlukan modal besar untuk mencari lokasi, membangun
tempat usaha ataupun menyewa toko.

Universitas Sumatera Utara

8


d) Efisiensi tenaga kerja, bisnis online hanya memerlukan beberapa tenaga
kerja dengan kemampuan yang dapat diandalkan.
e) E-commerce menurunkan biaya pembuatan, pemrosesan, pendistribusian,
penyimpanan, dan pencarian informasi yang menggunakan kertas.
2. Bagi Konsumen :
a) E-commerce memungkinkan pelanggan untuk berbelanja atau melakukan
transaksi selama 24 jam sehari sepanjang tahun dari hampir setiap lokasi.
b) E-commerce memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan, mereka
bisa memilih berbagai produk dari banyak vendor.
c) E-commerce menyediakan produk dan jasa yang tidak mahal kepada
pelanggan dengan cara mengunjungi banyak tempat dan melakukan
perbandingan secara cepat.
d) Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detil dalam
hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu.
2.1.3 Pengelompokkan E-Commerce
Ada beberapa cara pengelompokan transaksi e-commerce. Salah satunya
adalah dengan melihat sifat partisipan dalam transaksi e-commerce. Menurut
Laudon (2005:163) tiga kelompok besar e-commerce adalah :
1. Business-to-consumere (B2C).

Mencakup penjualan barang-barang dan jasa antar bisnis. Transaksi bisnis ini
meliputi produk yang diperjualbelikan mulai dari produk barang dan jasa baik
dalam bentuk berwujud maupun dalam bentuk elektronik atau digital yang
telah siap untuk digunakan oleh konsumen.

Universitas Sumatera Utara

9

2. Business-to-business (B2B).
Bisnis ke bisnis merupakan sistem komunikasi bisnis antar pelaku bisnis atau
dengan kata lain transaksi secara elektronik antar perusahaan (dalam hal ini
pelaku bisnis) yang dilakukan secara rutin dan dalam kapasitas atau volume
produk yang besar
3. Consumer-to-consumer (C2C).
Konsumen ke konsumen merupakan transaksi bisnis secara elektronik yang
dilakukan antar konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada
saat tertentu pula.

2.1.4 Komponen E-Commerce

E-commerce memiliki beberapa komponen standar yang dimiliki dan tidak
dimiliki transaksi bisnis yang dilakukan secara offline, yaitu (Hidayat, 2008:7):

1.

Produk: Banyak jenis produk yang bisa dijual melalui internet seperti
komputer, buku, musik, pakaian, mainan, dan lain-lain.

2.

Tempat menjual produk (a place to sell): tempat menjual adalah internet
yang berarti harus memiliki domain dan hosting.

3.

Cara menerima pesanan: email, telpon, sms dan lain-lain.

4.

Cara pembayaran: Cash, cek, bank draft, kartu kredit, internet payment

(misalnya paypal).

5.

Metode pengiriman: pengiriman bisa dilakukan melalui paket, salesman,
atau didownload jika produk yang dijual memungkinkan untuk itu (misalnya
software).

Universitas Sumatera Utara

10

6.

Customer service: email, formulir on-line, FAQ, telpon, chatting, dan lainlain.

2.1.5 Proses Transaksi E-Commerce
Agar sebuah perdagangan antar pembeli dan penjual dapat dilakukan,
maka harus ada satu proses tertentu. Proses transaksi e-commerce bisa mencakup
tahap-tahap sebagai berikut (Suyanto, 2003:46):

1.

Show
Penjual menunjukkan produk atau layanannya di situs yang dimiliki, lengkap
dengan detail spesifikasi produk dan harganya. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan konsumen dalam menerima informasi atas barang yang ingin
dibeli.

2.

Register
Konsumen melakukan register atau mendaftar untuk memasukkan data-data
identitas, alamat pengiriman dan lain-lain.

3.

Order
Setelah konsumen memutuskan produk apa yang diinginkan, langkah
selanjutnya adalah melakukan order pembelian. Dapat dilakukan dengan
menghubungi si penjual melalui kontak yang tertera atau jika mengorder dari

situs web dapat mengikuti langkah-langkah pembelian pada situs tersebut.

4.

Payment
Konsumen melakukan pembayaran dengan cara transfer ke nomor rekening
penjual.

Universitas Sumatera Utara

11

5.

Verification
Verifikasi data konsumen adalah konsumen diminta untuk mengisi kembali
data-data pembayaran seperti, nomer rekening atau kartu kredit.

6.


Deliver
Produk yang dipesan dan sudah di bayar oleh konsumen (transfer) maka
kemudian akan dikirimkan oleh penjual melalui kurir ke alamat konsumen.

2.1.6 Hambatan E-Commerce di Indonesia
Penerapan e-commerce di Indonesia masih menghadapi banyak kendala.
Kendala-kendala yang dihadapi bangsa Indonesia dalam penerapan e-commerce
adalah sebagai berikut :
1. Pemahaman Dunia Teknologi Informasi yang Masih Kurang.
Harus diakui bahwa masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya
memahami teknologi informasi. Sejauh ini, masih dikenal sebatas masyarakat
kota dan umumnya baru dinikmati oleh generasi muda.
2. Tingginya Cybercrime
Cybercrime dapat diartikan sebagai tindak pelanggaran hukum di lingkup
teknologi informasi. Jenis dari cybercrime yaitu kasus carding, penipuan,
pembajakan situs, menyebarkan virus dan worm, pembajakan software, serta
mencoba menjadi cracker, hacker, dan lain-lain.
3. Ketegasan Peraturan dan Perundang-undangan
Semua kasus yang terjadi di dunia maya membutuhkan ketegasan aturan yang
jelas dan didukung oleh aparat penegak hukum yang memiliki kemampuan


Universitas Sumatera Utara

12

andal. Dapat dikatakan bahwa saat ini kemampuan aparat penegak hukum di
Indonesia masih terbatas dalam mengatasi kasus-kasus cybercrime.
4. Masih Mahalnya Infrastruktur Jaringan.
Biaya pemasangan dan penggunaan internet dirasa masih mahal bagi sebagian
masyarakat. Kualitas jaringan internet di Indonesia masih jauh dari kata
“memuaskan” jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
2.2 Daya Saing
2.2.1 Pengertian Daya Saing
Daya saing berhubungan dengan bagaimana efektivitas suatu perusahaan
di pasar persaingan, dibandingkan perusahaan lain yang menawarkan produk atau
jasa yang sama. Menurut Z. Heflin Frinces dalam Danang Sunyanto (2014:30)
daya saing merupakan hasil puncak dari berbagai keunggulan dan nilai lebih yang
dimiliki untuk membuat sesuatu baik berupa organisasi, produk maupun jasa.
Keunggulan tersebut dilahirkan dari proses kerja dan kinerja yang dilakukan
dengan tingkat kualitas yang baik dengan konsep manajemen profesional modern

ditambah adanya kontribusi dari berbagai sumber daya terbaik.
Dalam persepkitif bisnis, daya saing dikonsepsionalisasikan sebagai
kumpulan dari hasil proses kerja dan kinerja yang berwujud dalam berbagai
keunggulan komparatif seperti kualias, harga, pelayanan, kemasan, penyampaian,
dan lain-lain serta berbagai fungsi manajemen yang menyatu ke dalam satu
bentuk organisasi atau produk atau jasa yang kemudian melahirkan satu jati diri
baru organisasi atau produk atau jasa sebagai suatu kondisi yang terbaiknya.
Menurut Porter (1995:5) mengatakan:”competition is at the core of the
succes or failure of firms”.Persaingan adalah inti dari kesuksesan atau kegagalan

Universitas Sumatera Utara

13

perusahaan. Terdapat dua sisi yang ditimbulkan oleh persaingan yaitu sisi
kesuksesan karena telah mendorong perusahaan untuk lebih dinamis dan bersaing
dalam menghasilkan produk yang memberika layanan terbaik bagi pasar.
Sedangkan sisi lainnya adalah kegagalan karena akan memperlemah perusahaan
yang bersifat statis, takut akan persaingan dan tidak mampu menghasilkan produk
yang berkualitas.
Daya saing menurut Pusat Studi dan Pendidikan Kebanksentralan Bank
Indonesia (Sumihardjo, 2008:39) harus mempertimbangkan beberapa hal :
1. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau
efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih
mendefinisikan daya saing sebagai “kemampuan suatu perekonomian”
daripada “kemampuan sektor swasta atau perusahaan.
2. Pelaku ekonomi atau economic agent bukan hanya perusahaan, akan tetapi
juga rumah tangga, pemerintah dan lain-lain. Semuanya berpadu dalam suatu
sistem ekonomi yang sinergis. Tanpa memungkiri peran besar sektor swasta
perusahaan dalam perekonomian, fokus perhatian akan diperluas, tidak hanya
terbatas akan hal itu saja dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya
saing.
3. Tujuan hasil akhir dari meningkatkan daya saing suatu perekonomian tak lain
adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk di dalam perekonomian
tersebut. Kesejahteraan atau level of living adalah konsep yang maha luas yang
pasti tidak hanya tergambarkan dalam sebuah besaran variabel seperti
pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

14

2.2.2 Identifikasi Karakteristik UKM yang Berdaya Saing Tinggi
Daya saing memang merupakan konsep yang cukup ruwet. Tidak ada satu
indikator pun yang bisa digunakan untuk mengukur daya saing, yang memang
sangat sulit untuk diukur (Markovics, 2005 dikutip dalam Tambunan, 2009:95).
Namun demikian, daya saing adalah suatu konsep yang umum digunakan di
dalam ekonomi, yang biasanya merujuk kepada komitmen terhadap persaingan
pasar dalam kasus perusahaan-perusahaan dan keberhasilan dalam persaingan
internasional.
Dengan memakai konsep daya saing, (Man dkk.2002, dikutip dalam
Tambunan, 2009:95) membuat suatu model konseptual untuk menghubungkan
karakteristik-karakteristik dari manajer atau pemilik UKM dan kinerja perusahaan
jangka panjang. Model Konseptual tersebut terdiri dari empat elemen: skop daya
saing perusahaan, kapabilitas organisasi dari perusahaan, kompetensi pengusaha /
pemilik usaha, dan kinerja.

Universitas Sumatera Utara

15

Gambar 2.1
Faktor-faktor Utama Penentu Daya Saing
Daya Saing Produk

Daya Saing Perusahaan

Faktor-faktor Penentu Daya Saing Perusahaan

Keahlian
Pekerja

Keahlian
Pengusaha

Ketersediaan
Modal

Organisasi dan
manajemen yang
baik

Ketersediaan
Informasi

Ketersediaan
Teknologi

Ketersediaan
input lainnya

Sumber : Tambunan (2009:96)
Sejumlah aspek internal perusahaan yang terkait dengan keenam faktor
utama penentu daya saing seperti yang diperlihatkan pada gambar tersebut, dan
aspek eksternal terkait dengan kinerja. Dalam aspek-aspek internal ada tiga hal
yang paling penting. Pertama, SDM (pekerja dan pengusaha/pemilik usaha).
Kedua, ketersediaan atau penguasaan teknologi. Ketiga, organisasi dan
manajemen. Sedangkan dari aspek eksternal yan menyangkut kinerja perusahaan
adalah terutama volume produksi, pangsa pasar, dan orientasi pasar atau
diversifikasi pasar.
2.2.3 Prasyarat dan Strategi Pencapaian Daya Saing
Penentu utama daya saing dari suatu perusahaan adalah perusahaan itu
sendiri, dan pelaku kuncinya adalah pengusaha/manajer dan pekerja. Dalam

Universitas Sumatera Utara

16

kelompok UKM, pengusaha akan selalu berperan penting, karena pada umumnya
pengusaha atau pemilik usaha adalah penggerak utama perusahaan. Ini artinya,
kreativitas, spirit kewirausahaan dan jiwa inovatif dari pengusaha yang didukung
oleh keahlian dari para pekerjanya adalah sumber utama peningkatan daya saing
UKM. Agar pengusaha dan pekerjanya dapat berperan optimal, paling tidak ada 5
prasyarat utama, yaitu mereka memiliki sepenuhnya pendidikan, modal,
tekhnologi, informasi dan input krusial lainnya.
Gambar 2.2
Daya Saing Dan Faktor-Faktor Pendukung Utama
Daya Saing Perusahaan

Pendorong Inti : Pengusaha & Pekerja (SDM)

Prasayarat Utama
Pendidikan

Modal

Teknologi

Informasi

Input Krusial lainnya

Sumber : Tambunan (2009:105)
Pemenuhan kelima prasyarat tersebut adalah tanggung jawab sepenuhnya
daripada perusahaan dan bagaimna cara memenuhinya adalah bagian dari strategi
yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut, bukan pemerintah. Jadi, Strategi
yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya
terdiri atas dua komponen atau substrategi. Komponen pertama, strategi untuk
memenuhi/pengadaan kelima prasyarat utama tersebut menjadi suatu produk yang

Universitas Sumatera Utara

17

kompetitif. Komponen kedua, strategi untuk menggunakan secara optimal kelima
prasyarat tersebut menjadi suatu produk yang kompetitif.
Khusus untuk komponen kedua, perhatian harus ditujukan pada
peningkatan dua hal, yakni kemampuan produksi dan kemampuan pemasaran.
Upaya meningkatkan kemampuan produksi termasuk peningkatan kemampuan
tekhnologi dan kemampuan desain. Sedangkan upaya peningkatan kemampuan
pemasaran, termasuk promosi, distribusi dan pelayanan pascajual.
2.3 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
2.3.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
UKM didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada
negara dan aspek-aspek lainnya (misal spesifikasi tekhnologi). Dalam buku
Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis (Hubeis, 2009:20) terdapat
beberapa definisi mengenai UKM yaitu sebagai berikut :
1. Di Indonesia terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM
berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi.
a) Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki
jumlah tenaga kerja 5 sd. 19 orang, sedangkan usaha menengah
merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sd. 99 orang.
b) Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha kecil
dan memengah (UKM) :
1) Usaha mikro adalah usaha produktif miliki orang dan perorangan dan
atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Universitas Sumatera Utara

18

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagain baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.
c) Departemen Perindustrian dan Perdagangan
1) Perusahaan memiliki aset maksimum Rp. 600 juta di luar tanah dan
bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung)
2) Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp. 25 juta (Departemen
Perdagangan sebelum digabung)
d) Departemen Keuangan : UKM adalah perusahaan yang memiliki omzet
maksimum Rp. 600 juta per tahun dan atau set maksimum RP. 600 juta di
luar tanah dan bangunan.

Universitas Sumatera Utara

19

2. Di negara lain atau tingkat dunia, terdapat berbagai definisi yang berbeda
mengenai UKM yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara,
yaitu sebagai berikut :
a) World Bank : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang.
Pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3
juta.
b) Di Amerika : UKM adalah industri yang tidak dominan disekitarnya dan
mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.
c) Di Eropa : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang
dan pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang,
dikategorikan usaha rumah tangga.
d) Di Jepang : UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing
dan retail/service dengan jumlah tenaga kerja 54 - 300 orangdengan modal
¥ 50 juta-300 juta.
e) Di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara : UKM adalah usaha
dengan jumlah tenaga kerja 10-15 orang (Thailand), atau 5-50 orang
(Malaysia), atau 10-99 orang (Singapura), dengan modal ± US$ 6 juta.

Universitas Sumatera Utara

20

Tabel 2.1
Kriteria UMKM
No.

Keterangan

Kriteria
Aset

Omset

1

Usaha Mikro

Maks. Rp 50 juta

Maks. Rp 500 juta

2

Usaha Kecil

>Rp 50 juta-Rp 500 juta

>Rp 500 juta-Rp 2,5 milyar

3

Usaha Menengah

>Rp 500 juta-Rp 10 milyar

>Rp 2,5 milyar-Rp 50 milyar

Sumber : http://www.depkop.go.id/
2.3.2 Karakteristik Usaha Kecil dan Menengan (UKM)
Menurut laporan dari BPS (2006) yang dikutip oleh Tambunan (2009:7)
dalam bukunya yang berjudul UMKM di Indonesia, ada perbedaan antara usaha
mikro, usaha kecil dan usaha menengah dalam latar belakang atau motivasi
pengusaha. Alasan kegiatan usaha mikro adalah latar belakang ekonomi, artinya
usaha ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh perbaikan penghasilan dan
atau merupakan strategi untuk bertahan hidup.
Latar belakang pengusaha kecil beragam dari usaha mikro, walalupun latar
belakang ekonomi juga merupakan alasan yang utama, tetapi sebagian lain
mempunyai latar belakang yang lebih realistis dengan melihat propsek usaha ke
depan dengan kendala modal yang terbatas.Sedangkan latar belakang pengusaha
menengah sebagian besar sama seperti motivasi pengusaha kecil, yakni melihat
prospek ke depan, adanya peluang, dan pangsa pasar yang aman dan besar.
Selain motivasi pengusaha, juga ada perbedaan menurut status badan
hukum.Berdasarkan hasil survey BPS, terlihat bahwa sebagian besar UMKM

Universitas Sumatera Utara

21

tidak berbadan hukum yang mencapai sekitar 95,1% dari jumlah unit usaha.
Karakteristik lainnya adalah dalam struktur umur pengusaha. Berdasarkan data
BPS, struktur umur pengusaha di UMKM menurut kelompok umur menunjukan
bahwa lebih dari sepertiga (34,5%) pengusaha UMKM berusia di atas 45 tahun,
dan hanya sekitar 5,2% pengusaha UMKM yang berumur dibawah 25 tahun
Selain itu yang menjadi karakteristik UKM adalah pemakaian bahan baku
lokal. Keberadaan UKM seringkali terkait dengan tingginya intensitas pemakaian
bahan baku lokal,misalnya UKM kerjainan meubel khas Jepara, batik asal
pekalongan dan berbagai komoditas lokal unggulan lain yang dijadikan bahan
baku dalam usaha.
2.3.3 Masalah-masalah yang Dihadapi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Peranan UKM di Indonesia diakui sangat penting bagi perekonomian
nasional,

terutama

dalam

aspek-aspek

seperti

pemerataan

pendapatan,

peningkatan kesempatan kerja, pembangunan ekonomi pedesaan dan peningkatan
ekspor

non-migas.

Banyak

usaha

yang

dilakukan

pemerintah

untuk

mengembangkan UKM menjadi lebih berkemabang terrmasuk diantaranya adalah
program kemitraan antara Usaha Menengah dan Besar dengan Usaha Kecil.
Salah satu penyebab kurang berhasilnya program pengembangan atau
pembinaan UKM di Indonesia dalam memperbaiki kondisi UKM dari posisi yang
lemah adalah tekanan orientasi program atau kebijakan pemerintah lebih terletak
pada “aspek sosial” daripada “aspek ekonomi”. Selama ini usaha pengembangan
kegiatan ekonomi skala kecil yang umumnya padat karya dan dilakukan oleh
kelompok

masyarakat

miskin

berpendidikan

rendah

ditujukan

untuk

Universitas Sumatera Utara

22

meningkatkan pendapat mereka dan mengurangi jumlah pengangguran dan
kesenjangan.
Menurut pandji anoraga dan djoko susanto dalam buku Koperasi,
Kewirausahaan, dan Usaha Kecil (2002:249), Masalah yang dihadapi usaha kecil
dan menengah antara lain :
1. Masalah Pemasaran
Pemasaran oleh banyak pengusaha kecil dianggap sebagai aspek yang
paling penting. Pendapat yang sering muncul adalah bahwa “kemampuan
menghasilkan produk tetapi tidak disertai kemampuan memasarkan produk
tersebut adalah kehancuran”. Permasalahan usaha kecil pada bidang
pemasaran terfokus pada tiga hal, yaitu :
a) Permasalahan persaingan pasar dan produk
b) Akses terhadap informasi pasar
c) Permasalahan kelembagaan pendukung usaha kecil
Munculnya permasalahan di bidang pemasaran disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor yang berpengaruh antara lain sumber daya manusia, yaitu
tingkat pendidikan dan keterampilan pengusaha, khususnya yang berkaitan
dengan pemasaran.Pengusaha kecil juga kurang mampu membacadan
mengakses peluang-peluang pasar yang potensial dan memiliki prospek yang
cerah.
2. Masalah Kemitraan
Secara konseptual, kemitraan merupakan “koreksi” atas kebijakan pola
hubungan pengusaha besar-kecil yang telah ada. Sebelum muncul konsep
kemitraan, pola hubungan ini banyak dikritik karena berkecendrungan

Universitas Sumatera Utara

23

menempatkan hubungan keduanya dalam status quo. Kecendrungan ini coba
dihilangkan melalui inisiasi pola hubungan kemitraan. Dalam konsep ini,
hubungan antara pengusaha kecil dengan usaha besar dibangun berdasarkan
semangat saling membutuhkan, bukan belas kasihan.
Berbagai permasalahan yang ada menyebabkan pola kemitraan
dimodifikasi lagi dengan pola hubungan permodalan, tetapi masih dalam
“bendera” kemitraan. Pola hubungan ini ditandai dengan himbauan
perusahaan besar untuk mengalokasikan sebagian keuntungan bagi
pengusaha kecil. Dalam sistem ini, keterkaitan output tidak lagi menjadi
esensi dasar.
3.

Masalah Sumber Daya Manusia
Permasalahan usaha kecil yang menyangkut sumber daya manusia terkait
dengan :
a) Struktur organisasi dan pembagian kerja
Deskripsi pekerjaan kurang atau tidak jelas bahkan sering mengarah pada
one man show. Hal ini dapat mengganggu kelancaran usaha, menurunkan
omzet, serta mengakibatkan lepasnya kesempatan untuk meraih peluang peluang pasar.
b) Kemampuan manajerial pengusaha
Dinilai

masih

lemah, sehingga pengusaha

sering tidak mampu

merumuskan strategi bisnis yang mantap untuk menghadapi persaingan
bisnis yang semakin ketat.

Universitas Sumatera Utara

24

4.

Masalah Keuangan
Pengusaha kecil umumnya belum mampu memisahkan manajemen
keuangan perusahaan dan rumah tangga. Kondisi ini mengakibatkan
pengusaha kecil sulit melakukan perhitungan-perhitungan hasil kegiatan
usaha secara akurat dan akhirnya akan menghambat proses pembentukan
modal usaha untuk menunjang pengembangan usaha.Pengusaha kecil
umumnya juga belum melakukan perencanaan, pencatatan, serta pelaporan
keuangan yang rutin dan tersusun baik.
Upaya untuk mengatasi masalah ini salah satunya adalah memberikan
pelatihan dari berbagai instansi terkait. Pelatihan sebaiknya dikoordiansikan
secara baik antara pelaksana dan pengusaha kecil, sehingga bentuk maupun
materi pelatihan dapat relevan dengan kebutuhan.

2.4 Penelitian Terdahulu
Salah satu faktor yang mendukung penelitian ini adalah penelitianpenelitian sebelumnya dengan tema pembahasan yang sama. Diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Luciana Spica Almilia dan Lidia Robahi (2007), dengan judul “Penerapan Ecommerce Sebagai Upaya Meningkatkan Persaingan Bisnis Perusahaan”
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa Motif dan manfaat perusahaan
menerapkan e-commerce adalah mengakses pasar global mempromosikan
produk, membangun merk, Mendekatkan dengan pelanggan, komunikasi lebih
cepat, meningkatkan omzet penjualan, peningkatan jumlah pelanggan,
perluasan jangkauan bisnis, peluang terbukanya bisnis baru, dan kemudahan
hubungan relasi.

Universitas Sumatera Utara

25

2. Siti Nur Khasanah, dengan judul “Efektivitas Penerapan E-Commerce pada
Perhotelan Studi Pada Hotel Sahid Surabaya (2007)”
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa e-commerce masih kurang efektif
diterapkan pada hotel sahid surabaya. Dilihat dari jumlah pengunjung yang
memesan secara online masih jauh hasilnya dibandingkan dengan cara-cara
manual, serta kurangnya tenaga-tenaga terampil dalam bidang IT guna
memperlancar aplikasi e-commerce.
3. Sri Palupi Prabandari dan Misbahuddin Azzuhri (2011), dengan judul
“Efektivitas Penggunaan E-Commerce Sebagai Penunjang Aktifitas Bisnis
pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Malang Raya”
Hasil Penelitiannya menunjukan bahwa E-commerce sebagai pendekatan
promosi terbaru dalam bisnis sekarang masih belum menjadi alternatif yang
penting dalam sebagian besar UKM di Malang Raya. Pemilik UKM masih
belum memiliki pengetahuan tentang manfaat e-commerce dan bagaimana
cara memulai penggunannya meskipun sangat mengetahui keefektivan
promosi dari penggunaan e-commerce. Karena Pemilik rata-rata berumur 50
tahun ke atas yang menyebabkan keengganan menerima hal baru khususnya
tentang tekhnologi dan domisili pemilik berada diluar kota yang menyebabkan
mereka kurang up to date dengan informasi terbaru.
4. Siti Maryama (2013), dengan judul “Penerapan E-Commerce dalam
Meningkatkan Daya Saing Usaha.
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa motif perusahaan menerapkan ecommerce adalah mengakses pasar global, promosi produk, membangun
merek, mendekatkan dengan pelanggan, membantu komunikasi dengan

Universitas Sumatera Utara

26

pelanggan dan memuaskan pelanggan. Sedangkan manfaat yang didapatkan
pelaku usaha adalah meningkatkan omzet, sarana promosi, dan dapat
memperluas bisnis. Kendalanya adalah lemahnya sumber daya manusia,
mahalnya biaya,sulitnya mendapat perizinan dan terkendala oleh hambatan
jaringan.

Universitas Sumatera Utara